You are on page 1of 7

1.

The Story of Malin Kundang

Very long time earlier, there was a poor household which included a mother and also her only child, Malin
Kudang. Malin’s dad was gone, when he was a baby. Malin’s mother worked so difficult throughout the day,
so they might eat and survive. Malin was a good wise boy; yet he was bit naughty. He always helped her
mom. He enjoyed her so much. Time went quickly, Malin grew up to be a great looking, wise, and strong
man. Although he and also her mom had actually functioned so hard, they were still inadequate. Feeling
unfortunate seeing his mom still worked in her senior time, Malin requested leaving to locate a job in a big
city.
“Ma, I intend to most likely to huge city to find a work.” asked Malin. “Don’t leave me alone, boy” said his
mommy.
“I should go, Ma. I do not wish to see you work hard any longer. I guarantee I’ll return.” claimed Malin.
With tough feeling, Malin’s mommy allowed her boy go. The next day Malin went to the large city by a ship.
Malin excelled looking, wise, and solid male. Numerous ladies felt crazy with him, consisting of a daughter
of the wealthiest vendor in the city. Malin also really felt in love with her too. To marry the girl, Malin
functioned so difficult. He also hidden all his past; his beginning as well as his own mother. In short, they
lastly married. Malin then ended up being the wealthiest man in the city with many vendor ships, a huge
lovely residence, as well as numerous servants.
Malin was prosperous right now, but he forgot his very own mother. He forgot his mother who in all her
prays cried wishing Malin’s safety and security. He forgot his mother who constantly waited her kid returned
every early morning in the harbor. He neglect his mom that enjoyed as well as missed her child, Malin, so
much. Yet, Malin never came back.

Eventually, Malin’s partner wished to go vacation in the next island which took 3 days cruising. So Malin
prepared his big lavish ship and also whatever to cruise. However, in the center of his trip, storm blockaded
his ship. Therefore, the ship needed to board in the closest island, the island where Malin was born.
It was uncommon event, a huge extravagant ship boarded in the harbor of the island where all the villagers
are angler. So, when the ship boarded, every citizen near the harbor came to see, including Malin’s mother.
Malin’s mom was shock as well as wept happily. She saw Malin in that ship. She saw Malin returned to see
his mom. With hurry, Malin’s mom mosted likely to fulfill her beloved child.
“Is that you, Malin? Is that you, my precious child? I’m your mommy, you bear in mind?” asked Malin’s
mom.
“Son? She claimed you are her boy? Is it real, Malin? Is this bad, old, stink lady your mommy?” Malin’s wife
shocked. “No. No, my dear better half. I have no idea this poor lady. I aren’t sure you bad, old, have an odor
female!” stated Malin.

What Malin stated really injure his mother heart. She cried and cried. She really did not think that her own
kid did terrible point on her, his mom. With anger, she prayed to the almighty God to respond exactly what
her son had actually done to her.

Unexpectedly, the wind blew hard and also the tornado roared. Malin and his better half returned to the
ship take shelter. The tornado got worst as well as hit Malin’s hip, destroyed it. Every person inside was
died, including Malin’s better half. Malin himself was cursed. His body was transformed to rock as well as
allied with the coral reef.
(Terjemahan) Cerita Malin Kundang

Pada zaman dahulu kala, ada sebuah keluarga miskin yang terdiri dari sorang ibu dan anak satu-satunya yang
bernama Malin Kundang. Bapak dari Malin sudah tiada ketika dia masih bayi. Sedangkan, ibu Malin bekerja
sangat keras sepanjang hari agar mereka bisa makan dan bertahan hidup. Sang anak, Malin adalah anak baik dan
pintar, meskipun agak sedikit nakal. Ia selalu membantu ibunya setiap saat dan sangat mencintainya. Tidak terasa
waktu cepat berlalu , Malin pun tumbuh menjadi pria pintar, tampan, dan kuat. Namun, meskipun ia dan ibunya
bekerja sangat keras, masih saja mereka tetap miskin. Akhrinya Malin pun sedih melihat ibunya masih bekerja di
waktu tuanya, ia akhirnya meminta ijin pergi untuk mencari kerja di kota.

“Mak, saya ingin pergi ke kota besar untuk mencari pekerjaan.” Ungkapnya.
“Hmm, Jangan tinggalkan ibu sendiri anakku.” jawab Ibunya.
“Tapi, saya harus pergi, Ma. Saya tidak mau melihat Ma bekerja keras seperti ini. Saya janji saya akan kembali
ketika sukses nanti.” sambutnya.

Akhirnya, dengan perasaan berat hati, sang ibu merelakan anaknya pergi ke kota. Pada keesokan harinya, Malin
pergi ke kota besar dengan menumpang sebuah kapal besar. Sang malin adalah pria yang tampan, cerdas, dan
kuat. Hal ini membuat banyak gadis jatuh cinta, termasuk juga puteri sodagar terkaya di kota tersebut.

Ternyata Malin juga jatuh cinta padanya. Oleh karena itu, untuk menikahi gadis itu, ia bekerja sangat keras. Ia
bahkan mengubur semua masa lalunya, mulai dari asal, bahkan ibu kandungnya sendiri. Hingga akhirnya mereka
menikah. Kemudian ia pun menjadi orang terkaya di kota dengan memiliki banyak rumah besar, kapal dagang,
dan banyak buruh atau budak.

Sang Malin pun hidup dengan sejahtera saat itu, namun dia lupa akan ibu kandungnya. Ia lupa ibunya yang selalu
berdoa memohon keselamatannya. Ia lupa ibunya yang selalu menunggu anaknya kembali setiap pagi di tepi
laut. Ia lupa ibunya yang sangat mencintai dan merindukannya. Namun, Malin tidak pernah kembali.

Pada Suatu hari, istri Malin ingin pergi liburan di pulau sebarang yang memakan waktu 3 hari perjalanan
menggunakan kapal. Malin pun menyiapkan kapal besar mewah miliknya untuk berlayar kesana. Namun, di
tengah perjalanan kesana, badai menghadang laju kapalnya, sehingga menyebabkan kapal harus berlabuh di
pulau paling dekat. Tak disadari ternyata pulau tersebut adalah pulau dimana Malin lahir.

Langka sekali, sebuah kapal mewah besar berlabuh di pelabuhan pulau dimana semua warganya adalah nelayan
ikan. Pada saat kapal tersebut berlabuh, ramai warga yang tinggal dekat pelabuhan datang untuk melihat dan
berkumpul, termasuk pula ibunya Malin. Sang ibu pun terkejut dan menagis senang. Ia melihat Malin di kapal
tersebut. Ia melihat Malin kembali untuk menemui sang ibu. Dengan teburu buru, Sang Ibu Malin pergi menemui
anak tercintanya, Malin.

“Hei, Apakah itu kau, Malin? Apa kah itu kau, anakku yang tercinta? Saya ibu mu, kamu masih ingat?” Tanya Ibu.
“Hah, Anak? Ia bilang kamu adalah anaknya? Apakah itu benar, Malin ku sayang? Wanita miskin, bau, tua ini
adalah ibumu?” sang Istri Malin terkejut.
“haah, Buk.. Bukan, istri ku sayang. aku tidak tahu wanita miskin ini. Aku tidak tahu kamu wanita tua, miskin
bau!” Jawab Malin.

Jawaban dari Malin tersebut sugguh melukai hati ibunya. Sang Ibu pun menangis. Iia tidak percaya anak
kandungnya akan melakukan hal buruk itu padanya. Dengan pasrah, ia berdoa kepada Tuhan yang kuasa untuk
membalas apa yang telah anaknya perbuat kepada dirinya.
Tak disangka tiba-tiba, angin bertiup kencang dan badai bergemuruh dengan hebat. Kemudian, Malin dan istrinya
kembali ke kapalnya untuk berlindung. Badai tersebut menjadi lebih buruk dan menghantam kapal Malin hingga
menhancurkannya. Hampir setiap orang yang berada di dalam meninggal, termasuk juga istri Malin. Tak
disangka, Malin sendiri terkutuk dan tubuhnya berubah menjadi batu dan menyatu dengan karang.

Pesan moral : Jangan durhaka kepada orang tua


2. The Goose with the Golden Eggs

Once upon a time, a man and his wife had the good fortune to have a goose which
laid a golden egg every day. Lucky though they were, they soon began to think they
were not getting rich fast enough.
They imagined that if the bird must be able to lay golden eggs, its insides must be
made of gold. And they thought that if they could get all that precious metal at once,
they would get mighty rich very soon. So the man and his wife decided to kill the
bird.
However, upon cutting the goose open, they were shocked to find that its innards
were like that of any other goose!
(Terjemahan) Angsa Bertelur Emas

Suatu hari, seorang pria dan istrinya memiliki nasib baik untuk memiliki angsa yang
menetaskan telur emas setiap hari. Melihat keberuntungan tersebut, mereka
berpikir bahwa mereka tidak cepat menjadi kaya.
Mereka membayangkan bahwa jika burung mampu bertelur emas, bagian
dalamnya pasti terbuat dari emas. Mereka berpikir bahwa jika mereka
bisa mendapatkan semua logam mulia seklaigus, mereka akan segera mendapatkan
kekayaan. Jadi pria dan istrinya memutuskan untuk membunuh angsa tersebut.
Namun, setelah memotong angsa secara terbuka, mereka terkejut karena
menemukan bahwa jeroannya sama saja dengan angsa lainnya.

Pesan moral : Berpikir sebelum bertindak


3. The Ant and the Dove

One hot day, an ant was searching for some water. After walking around for some
time, she came to a spring. To reach the spring, she had to climb up a blade of grass.
While making her way up, she slipped and fell into the water.

She could have drowned if a dove up a nearby tree had not seen her. Seeing that the
ant was in trouble, the dove quickly plucked off a leaf and dropped it into the water
near the struggling ant. The ant moved towards the leaf and climbed up there. Soon
it carried her safely to dry ground. Just at that time, a hunter nearby was throwing
out his net towards the dove, hoping to trap it.

Guessing what he was about to do, the ant quickly bit him on the heel. Feeling the
pain, the hunter dropped his net. The dove was quick to fly away to safety.
(Terjemahan) Semut dan Burung Merpati

Suatu hari yang panas, semut sedang mencari air. Setelah berjalan ke sekitar
untuk beberapa waktu, dia datang ke mata air. Untuk mencapai musim
semi, dia harus memanjat rumput. Sementara membuat jalan ke atas, dia terpeleset
dan jatuh ke dalam air.

Dia bisa tenggelam jika burung merpati di atas pohon didekatnya tidak melihatnya.
Melihat bahwa semut dalam kesulitan, burung merpati cepat memetik daun dan
menjatuhkannya ke dalam air dekat semut berjuang.

Semut bergerak menuju daun dan naik kesana. Segera dilakukan dengan selamat
ke tanah kering. Hanya saja, seorang pemburu di dekatnya membuang jaring ke
arah burung merpati, berharap untuk menjebaknya.

Menebak-nebak apa yang akan ia lakukan, semut cepat menggigit tumitnya.


Merasakan sakit, pemburu menjatuhkan gawangnya, merpatipun terbnag ke tempat
yang aman,

Pesan moral : Setiap perbuatan baik akan mendapat pahala

You might also like