You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM V

ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH


“Pengujian Viabilitas Benih”

Oleh :

NAMA : MUHAMAD ERMAWAN DESKOVA SLAMET


NIM : D1B122036
KELAS : B
KELOMPOK : 1 (SATU)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan

pengembangan usaha tani dan mempunyai fungsi agronomis. Benih yang bermutu

adalah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi. Mutu

benih mencakup mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih.

Benih yang baik dan bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya

baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pengujian benih merupakan analisis

beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologis sekumpulan benih yang biasanya

didasarkan pada perwakilan sejumlah contoh benih. Pengujian dilakukan untuk

mengetahui mutu kualitas kelompok benih. Pengujian benih merupakan metode

untuk menentukan nilai pertanaman di lapangan. Salah satu contoh pengujian benih

adalah uji viabilitas benih atau uji perkecambahan benih.

Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh

secara normal pada kondisi optimum. Berdasarkan pada kondisi lingkungan

pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam

kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi

lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi

lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih. Perlakuan dengan

kondisi lingkungan sesuai sebelum benih dikecambahkan tergolong untuk menduga

parameter vigor daya simpan benih, sedangkan jika kondisi lingkungan tidak sesuai

diberikan selama pengecambahan benih maka tergolong dalam pengujian untuk

menduga parameter viabilitas tumbuh benih.


Indikator benih memiliki vigor dan viabilitas yang baik yaitu dilihat dari

daya berkecambah serta keserampakan tumbuh. Perkecambahan merupakan tahap

awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Tahap ini,

embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami

sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan biji berkembang menjadi

tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Daya

berkecambah benih merupakan salah satu indikator viabiltas benih yang

mengindikasikan kualitas benih. Penilaian perkecambahan dapat dilakukan

dengan metode langsung yaitu penilaian yang dilakukan terhadap setiap individu

benih dan metode tidak langsung yang penilaiannya dilakukan pada sekelompok

benih.

Benih yang mengalami masa simpan akan mengalami kemunduran

viabilitasnya. Untuk mengetahui kemunduran dari suatu benih, maka diperlukan

uji tertentu yang bertujuan untuk mengetahui mutu dan kualitas dari suatu jenis

atau kelompok benih. Sehingga dapat membantu dalam menentukan mutu fisik

dan fisiologik suatu jenis atau kelompok benih. Penurunan viabilitas benih selama

penyimpanan dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya serangga, suhu,

dan kelembaban sehingga benih harus dijaga dengan baik demi jangka panjang

penyimpanan. Penurunan mutu dan kerusakan benih selama penyimpanan tidak

dapat dihentikan akan tetapi dapat diperlambat dengan mengatur kondisi

penyimpanan yang Kadar air benih merupakan faktor utama yang menentukan

daya simpan benih. Kerusakan benih selama penyimpanan sebagian besar

dipengaruhi oleh kandungan air di dalam benih


Uji viabilitas benih dapat dilakukan di laboratorium dengan media

kertasmenggunakan germinator (alat pengecambah benih). Uji viabilitas benih

dilakukan dengan berbagai cara, yaitu UDK (Uji Di atas Kertas), UAK (Uji Antar

Kertas) dan UKD (Uji Kertas Digulung). Praktikum kali ini menggunakan UDK (Uji

Di atas Kertas) dan UKD (Uji Kertas Digulung).

Berdasarkan hasil uraian latar belakang, maka perlu dilakukan praktikum ini

untuk mengetahuicara pengujian benih dengan berbagai metode uji standar serta

mengenal cara penilaian beberapa peubah viabilitas benih.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara pengujian benih

dengan berbagai metode uji standar serta mengenal cara penilaian beberapa

peubah viabilitas benih.

Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar praktikan mengetahui cara

pengujian benih dengan berbagai metode uji standar serta mengenal cara penilaian

beberapa peubah viabilitas benih.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh

menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Viabilitas benih

merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala

metabolisme atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan

tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Tikafebrianti et al., 2019).

Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan

jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks

viabilitas benih (Ridha et al., 2017). Pada umumnya parameter untuk viabilitas

benih yang digunakan adalah persentase perkecambahan yang cepat dan

pertumbuhan perkecambahan kuat. Dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh

yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan. Perbedaan laju perkecambahan dan

kemampuan benih berkecambah secara normal menunjukkan perbedaan tingkat

viabilitas benih yang dihasilkan. Penilaian dilakukan dengan membandingkan

antara kecambah satu dan kecambah lainnya berdasarkan kriteria kecambah

normal, abnormal, dan mati (Nugraheni et al., 2019).

Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh

secara normal pada kondisi optimum. Berdasarkan pada kondisi lingkungan

pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam

kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi

lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi

lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih. Perlakuan


dengan kondisi lingkungan sesuai sebelum benih dikecambahkan tergolong

untukmenduga parameter vigor daya simpan benih, sedangkan jika kondisi

lingkungan tidak sesuai diberikan selama pengecambahan benih maka tergolong

dalam pengujian untuk menduga parameter viabilitas tumbuh benih (Afifah et al.,

2020). Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh

menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

benih, persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Viabilitas benih

merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala

metabolisme atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan

tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sari, 2021)

Benih merupakan biji yang digunakan sebagai sumber perbanyakan

tanaman, atau berkaitan dengan perbanyakan tanaman. Secara agronomis benih

didefinisikan sebagai biji tanaman yang diperlukan untuk keperluan dan

pengembangan usaha tani, memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen

agronomis. Komponen agronomis ini lebih berorientasi pada penerapan norma-

norma ilmiah, sehingga lebih bersifat teknologis untuk mencapai produksi secara

maksimal. Untuk mendapatkan benih berkualitas, maka harus dilakukan pengujian

benih (Putri dan Febriansah, 2021). Pengujian kualitas benih merupakan

pengujian untuk mengetahui dan menjaga kualitas benih bertujuan memberikan

jaminan kepada para petani untuk mendapatkan benih dengan kualitas yang sesuai

dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga pada akhimya dapat menekan

angka kerugian yang disebabkan oleh kualitas benih yang buruk di awal

penanaman (Rosadi et al., 2019).


Pengujian benih dapat dilakukan dengan indikasi langsung dan indikasi

tidak langsung. Metode langsung indikasi langsung, seperti uji daya kecambah

untuk mengetahui persentase benih yang berkecambah normal, sedangkan metode

langsung indikasi tidak langsung, seperti uji tetrazolium untuk mengetahui

persentase benih hidup dan tak hidup serta benih dorman (Fatmawati et al., 2018).

Benih bermutu adalah benih yang memiliki tingkat kemurnian dan daya tumbuh

yang tinggi. Benih bermutu mencakup mutu genetis, yaitu penampilan benih

murni dari vaerietas tertentu yang menunjukkan. identitas genetis dari tanaman

induknya, mutu fisiologis yaitu kemampuan daya hidup (viabilitas) benih yang

mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh benih diterangkan sebagai

turunnya kualitas atau viabilitas benih yang mengakibatkan rendahnya vigor dan

jeleknya (Alimuddin et al., 2022).

Mutu benih merupakan awal dari keberhasilan suatu proses produksi serta

berkaitan erat dengan viabilitas dan vigor benih. vigor awal benih tidak dapat

dipertahankan maka benih yang disimpan akan selalu mengalami proses

kemunduran mutu selama penyimpanan. Sifat kemunduran benih dapat ditandai

secara fisiologis dan biokimiawi (Huang et al., 2020). Penurunan indeks vigor dan

daya kecambah merupakan indikasi fisiologis penurunan mutu benih. Sifat

kemunduran mutu suatu benih tidak dapat diperbaiki atau dicegah, namun dapat

diperkecil dengan melakukan pengolahan dan penyimpanan secara tepat, terutama

kondisi kadar air benih dan keadaan lingkungan, seperti kelembapan dan

temperatur (Sartika et al., 2021). Penggunaan benih bermutu mampu

meningkatkan produksi pertanian dan mengurangi serangan hama dan penyakit di


lapangan. Mutu benih mencakup mutu genetik, mutu fisiologis, mutu fisik dan

kesehatan benih. Benih tanaman menjadi sasaran patogen penyebab penyakit

terutama cendawan karena merupakan kaya akan sumber nutrisi seperti

karbohidrat, protein, dan lemak yang merupakan sumber makanan bagi sejumlah

organisme, terutama mikroorganisme seperti cendawan. Oleh karena itu, patogen

dapat memanfaatkan benih sebagai sumber nutrisi dengan cara menginfeksi benih

(Amteme dan Tefa, 2018).

Viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah benih

atau daya tumbuh benih. Viabilitas benih juga merupakan daya kecambahnya

benih yang dapat di tunjukan melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan

benih yan sebagai bentuk tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Tefa et

al., 2022). Sifat kemunduran ini tidak dapat dicegah dan tidak dapat balik atau

diperbaiki secara sempurna. Laju kemunduran mutu benih hanya dapat diperkecil

dengan melakukan pengolahan dan penyimpanan secara baik. Berapa lama benih

dapat disimpan sangat bergantung pada kondisi benih terutama kadar air benih

dan lingkungan tempatnya menyimpan. Kemunduran benih merupakan proses

penurunan mutu secara berangsur anngsur dan kumulatif serta tidak dapat balik

(irreversible) akibat perubahan fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam

(Yan et al., 2022).

Benih yang mengalami masa simpan akan mengalami kemunduran

viabilitasnya. Untuk mengetahui kemunduran dari suatu benih, maka diperlukan

uji tertentu yang bertujuan untuk mengetahui mutu dan kualitas dari suatu jenis

atau kelompok benih. Sehingga dapat membantu dalam menentukan mutu fisik
dan fisiologik suatu jenis atau kelompok benih (Perdana et al., 2023). Penderaan

kimiawi merupakan salah satu metode pengusangan cepat benih secara buatan. Uji

pengusangan dipercepat tergolong dalam metode uji vigor benih dengan

lingkungan suboptimum sebelum benih dikecambahkan (Aryani et al., 2022).

Tingkat kemunduran mutu benih dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain: viabilitas awal saat benih disimpan, cara pengemasan, lingkungan tempat

penyimpanan dan lama penyimpanan. Penurunan viabilitas benih selama

penyimpanan dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya serangga, suhu,

dan kelembaban sehingga benih harus dijaga dengan baik demi jangka panjang

penyimpanan (Ramadhani et al., 2018). Penurunan mutu benih yang diakibatkan

oleh lama penyimpanan dan kesalahan dalam penanganan benih merupakan

persoalan yang utama untuk pengembangan tanaman. Penurunan mutu benih

dapat menimbulkan perubahan fisik, sehingga benih menjadi rusak. Faktor

fisiologis lain yang mempengaruhi seperti kurang masaknya benih saat panen

maupun keadaan biokimia demak, protein, karbohidrat) benih yang menyebabkan

viabilitas benih menjadi menurun (Nurfadilah dan Solikhin, 2017).

Permasalahan laju kemunduran mutu benih dapat diatasi dengan

invigorasi. Invigorasi merupakan saatu tindakan atau perlakuan untuk

memulihkan atau meningkatkan vigor benih yang telah mengalami kemunduran

setelah fase masak fisiologis, atau suatu cara untuk memperbaiki kondisi benih

yang telah menurun viabilitasnya (Farida et al., 2022). Penurunan mutu dan

kerusakan benih selama penyimpanan tidak dapat dihentikan akan tetapi dapat

diperlambat dengan mengatur kondisi penyimpanan yang kadar air benih


merupakan faktor utama yang menentukan daya simpan benih. Kerusakan benih

selama penyimpanan sebagian besar dipengaruhi oleh kandungan air di dalam

benih (Anshari et al., 2018).


III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih di laksanakan di Laboratorium

Agroteknologi Unit Agronomi Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo, pada

hari Senin, 23 Oktober 2023 pukul 15:30 WITA sampai selesai.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum Bahan yang digunakan dalam

praktikum ini yaitu benih kacang hijau (Vigna radiata), jagung ( Zea mays L.),

kacang kedelai (Glycine max.), padi (Oryza sativa L.), kacang tanah (Arachis

hypoeae), kacang merah (Vigna angularis), kertas CD/buram, kertas label dan

aquades. Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu germinator, cawan petri,

wadah plastik dan gunting.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Diatas Kertas (UDK)

a. Membulatkan kertas CD sesuai ukuran petridish.

b. Melembabkan 3 lembar kertas CD yang telah dibulatkan sesuai ukuran

petridish.

c. Meletakkan kertas di dalam petridish dan atur benih sebanyak 25 butir di atas

kertas tersebut.

d. Membuat dalam 3 (tiga) ulangan.

e. Meletakkan dalam germinator.


f. Menyemprot kertas CD dengan aquades setiap hari selama 14 hari, mengamati

perubahan yang terjadi.

2. Uji Kertas Digulung didirikan (UKDd)

a. Melembabkan 3 lembar kertas CD.

b. Mengambil lembar kertas yang telah dilembabkan dan atur benih sebanyak 25

butir di atas setengah bagian kertas tersebut.

c. Melipat kertas yang telah ditanami benih lalu digulung.

d. Membuat dalam 3 (tiga) ulangan.

e. Meletakkan dalam germinator.

f. Menyemprot kertas CD dengan aquades setiap hari selama 14 hari, mengamati

perubahan yang terjadi.


DAFTAR PUSTAKA

Afifah N, Widajati E dan Palupi ER. 2020. Pengembangan Uji Tetrazolium


Sebagai Metode Analisis Vigor Benih Botani Bawang Merah. J. Hort.
Indonesia, 11(20), 120-130.
Alimuddin S, Indriaty AS dan Abdullah. 2022. Pengaruh Ekstrak Daun Kelor
Sebagai Priming Organik terhadap Viabilitas Benih dan Vigor Bibit
Jagung (Zea mays L.). Jurnal Agrotek Mas. 3(1): 2723-6200.
Amteme K dan Tefa A. 2018. Identifikasi Cendawan Patogen pada Beberapa
Varietas Benih Padi Sawah Berdasarkan Model Penyimpanan. Savana
Cendana, 3(01): 4-7.
Anshari MF, Fernandes AAR. Arisoesilaningsih E. 2018. Comparing Seeds
Germination of Some Local Plant Species on Two Hydroseeding Mulches
for Post Mining Revegetation. Journal of degraded and mining lands
management. 5(2): 1103-1110.
Aryani E, Pramono E, Ermawati E, dan Hadi MS. 2022. Pengaruh Lama
Pelembaban Prapengusangan Cepat dengan Uap Jenuh Etanol pada
Viabilitas Benih Dua Varietas Kedelai (Glycine max L). Agrotek
Tropika, 10(4): 547-554.
Farida N, Vijratun dan Sudika IW. 2022. Pengaruh Konsentasi dan Lama
Perendaman Polietilen Glikol (PEG) 6000 terhadap Viabilitas Benih dan
Pertumbuhan Vegetatf Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Periode
Simpan Dua Tahun. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agrokomplek. 1(3): 222-
232. DOI: 10. 29303/ jima.v1i3.1459.
Fatmawati LI, Suharsi TK dan Qadir A. 2018. Uji Tetrazolium pada Benih
Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L.) Sebagai Tolok Ukur
Viabilitas. Buletin Agrohorti, 6(2): 231-240.

Huang F, Dively GP, Oyediran I, Burd T, Morsello S. 2020. Evaluation of Gene


Flow in Structured and Seeds Blend Refuge Systems of Non-Bt and Bt
Corn. Journal of Pest Science. 9(3): 439-447.

Nugraheni FT, Haryanti S dan Prihastanti E. 2019. Pengaruh Perbedaan


Kedalaman Tanam dan Volume Air terhadap Perkecambahan dan
Pertumbuhan Benih Sorgum (Sorghum bicolor L.). Buletin Anatomi dan
Fisiologi, 3(2), 223-232.
Nurfadilah S, Solikin. 2017. Effect of Seeds Maturity and Stroage Duration on
Germination of Sambiloto (Andrographis paniculata). Journal of Biology
and Biology Education. 9(2): 282-288.
Perdana MA, Moeljani IR dan Soedjarwo DP. 2023. Pengaruh Masa Simpan dan
Suhu Simpan terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Coating Kedelai. Jurnal
Agrium, 20(1): 1-7.
Putri VS dan Febriansah D. 2021. Budidaya Sayuran Loncang (Bawang Daun)
dalam Masa Covid-19 Bersama Ibu-Ibu Kelompok Wanita Tani
(Kwt). Setara: Jurnal Studi Gender dan Anak, 3(2): 56-66.
Ramadhani F, Surahman M dan Ernawati A. 2018. Pengaruh Jenis Kemasan
terhadap Daya Simpan Benih Kedelai (Glycine max L.) Varietas
Anjasmoro. Buletin Agrohorti, 6(1): 21-31.

Ridha R, Syahril M Juanda BR. 2017. Viabilitas dan Vigoritas Benih Kedelai
(Glycine max L.) Akibat Perendaman dalam Ekstrak Telur Keong
Mas. Jurnal Penelitian Agrosamudra, 4(1): 84-90.
Rosadi H, Payung D, Naemah D. 2019. Uji Daya Kecambah Benih Aren. Jurnal
Sylva Scienteae. 2(5): 2622-8963.
Sartika D, Fatikhasari Z, Lailaty IQ, Ubaidi MA. 2021. Viabilitas dan Vigor
Kacang Tanah (Arachis hypogaeya L.), Kacang Hijau (Vigna radiata L.)
dan Jagung (Zea mays L.) pada Temperatur dan Tekanan Osmotik
Berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 27(1): 7-17. DOI:
10.18343/jipi.27.22.7.
Tikafebrianti L, Anggraeni G dan Windriati RDH. 2019. Pengaruh Hormon
Giberelin terhadap Viabilitas Benih Stroberi (Fragaria
Ananassa). Agroscript, 1(1): 29-35.
Tefa A, Gumelar AI, Kenjam R. 2022. Uji Vigor Dan Viabilitas Benih Jagung
(Zea mays L.) Lokal Putih pada Beberapa Metode Penyimpanan
Tradisional Di Kabupaten Timor Tengah Utara. Jurnal Ilmiah Pertanian.
10(2): 2598-3027.
Sari I. 2021. Viabilitas Benih Terong (Solanum Melongena L.) dengan Pemberian
Poc Bekicot. Jurnal Agro Indragiri, 6(2): 1-10.
Yan L, Wng J, Wang F, Qi S. 2022. SVM Classification Method of Waxy Corn
Seeds With Different Vitality Levels Based on Hyperspectral Imaging.
Journal of Sensors. 5(2): 1103-1110.
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1. Pengukuran kertas agar Gambar 2. Menggunting kertas agar


seukuran cawan petri seukuran cawan petri

Gambar 3. Melembabkan kertas Gambar 4. Meletakkan kertas kedalam


cawan petri

Gambar 5. Meletakkan benih Gambar 6. Meletakkan benih sebanyak


sebanyak 25 butir kedalam cawan 25 butir kedalam cawan petri
petri

Gambar 7. Meletakkan cawan petri Gambar 8. Melembabkan kertas


kedalam germinator
Gambar 9. Meletakkan benih diatas Gambar 10. Menggulung kertas yang
kertas sebanyak 25 butir telah diisi benih

Gambar 12. Meletakkan kertas yang


Gambar 11. Menggulung kertas yang
telah digulungn kedalam germinator
telah diisi oleh benih

You might also like