Professional Documents
Culture Documents
Naskah Masuk: 12 Maret 2018 Naskah Revisi: 5 April 2018 Naskah Diterima: 3 Mei 2018
ABSTRACT
Trash bank is a place for sorting and collecting of trash that can be recycled or reused which has
economic value. This research aimed to formulate the strategy of trash bank development in the
settlement of Pati Regency. This research used descriptive method with quantitative and qualitative
approach (mix method). The data were collected through observation, interviews, and document
study. The research was conducted in Pati Regency. The result indicates that the sustainability level
of trash bank in Pati Regency is at 60%. It means that the trash bank system is considered normal.
There are 6 groups which are influential and have interests in the trash banks that are
Environmental Office of Pati Regency, Village Government, customers, collectors, scavengers and
the community. The main strategies that can be used in the development of trash banks are: 1)
encouraging Environmental Office of Pati Regency to provide training and ready to accommodate
and to buy the trash products; 2) Along with village government, environmental office conduct
socialization of proper waste management and optimization of waste bank management.
Keywords: aspects of sustainability, trash bank, development strategy
ABSTRAK
Bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan
atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah mencari strategi
pengembangan bank sampah pemukiman di Kabupaten Pati. Penelitian ini berjenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan di Kabupaten Pati.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan telaah dokumen. Data diolah dan
dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan aspek keberlanjutan bank
sampah di Kabupaten Pati berada pada angka 60% yang berarti sistem bank sampah dianggap
wajar. Terdapat enam kelompok yang berpengaruh dan berkepentingan terhadap bank sampah,
yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pati, pemerintah desa, nasabah, pengepul, pemulung
dan masyarakat. Strategi utama yang dapat digunakan dalam pengembangan bank sampah adalah
: 1) mendorong Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pati untuk memberikan pelatihan dan siap
menampung serta membeli produk kerajinan sampah; dan 2) bersama Pemerintah Desa melakukan
sosialisasi terkait pengelolaan sampah dan pengoptimalan manajemen bank sampah.
68
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk
69
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80
dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi terpilah. Persyaratan ini mendorong
atau sesuatu yang harus dibuang, yang masyarakat untuk memisahkan dan
umumnya berasal dari kegiatan yang mengelompokkan sampah, misalnya
dilakukan oleh manusia (termasuk berdasarkan jenis material: plastik,
kegiatan industri), tetapi yang bukan kertas, kaca, dan logam (Utami, 2013).
biologis (karena human waste tidak Bank sampah merupakan salah
termasuk didalamnya) dan umumnya satu metode alternatif untuk mengajak
bersifat padat. warga peduli sampah dengan sistem
Sucipto (2012) menjelaskan jenis- pengelolaan sampah berbasis rumah
jenis sampah secara rinci sebagai berikut: tangga. Warga yang berhasil memilah
(i) sampah organik, yaitu sampah yang dan menyetorkan sampah akan
berasal dari makhluk hidup, baik mendapatkan uang tunai dalam bentuk
manusia, hewan maupun tumbuhan. tabungan. Konsep bank sampah mulai
Sampah organik sendiri dibagi menjadi banyak diterapkan di Indonesia, dimana
masyarakat dapat membawa sampah
sampah organik basah dan sampah
tertentu lalu bisa diolah menjadi bahan
organik kering; (ii) Sampah Anorganik,
yang bermanfaat.
yaitu sampah yang bukan berasal dari
Pelaksanaan bank sampah
makhluk hidup; (iii) Sampah B3 (Bahan
sesungguhnya mengandung nilai
Berbahaya dan Beracun), yaitu jenis
ekonomi (economic opportunity)
sampah yang dikategorikan beracun dan kerakyatan yang cukup tinggi karena
berbahaya bagi manusia. (Sucipto, 2012) kegiatan bank sampah dapat memberikan
Bank Sampah output nyata bagi masyarakat dalam
kesempatan kerja (job creation),
Bank sampah adalah suatu sistem penghasilan tambahan bagi pegawai bank
pengelolaan sampah kering secara sampah dan masyarakat penabung
kolektif dengan mendorong masyarakat (nasabah) dan yang paling terpenting
untuk berperan aktif di dalamnya. Sistem lingkungan terjaga dengan baik terbebas
ini menampung, memilah, dan
dari sampah, penyakit malaria, sumber
menyalurkan sampah bernilai ekonomi penyakit lainnya dan terbebas dari
pada pasar sehingga masyarakat banjir/genangan serta tekanan volume
mendapat keuntungan ekonomi dari sampah terhadap Tempat Pembuangan
menabung sampah. Definisi bank sampah Akhir (TPA) semakin berkurang
menurut Peraturan Menteri Negara
sehingga umur TPA bisa lebih panjang
Lingkungan Hidup Republik Indonesia (Sucipto, 2012).
(Permen LH) Nomor 13 Tahun 2012
adalah tempat pemilahan dan Keberlanjutan
pengumpulan sampah yang dapat didaur Menurut Kristina (2014),
ulang dan/atau diguna ulang yang keberlanjutan didefinisikan sebagai
memiliki nilai ekonomi. potensi untuk mengurangi resiko jangka
Semua kegiatan di bank sampah panjang yang terkait dengan penipisan
dilakukan dari, oleh dan untuk sumber daya, fluktuasi biaya energi,
masyarakat. Bank sampah memiliki kewajiban produk, dan polusi dan
sistem manajerial yang operasionalnya pengelolaan limbah.
dilakukan oleh masyarakat. Bank sampah Sedangkan menurut Sarosa dalam
bahkan bisa juga memberikan manfaat Abadi (2013), definisi keberlanjutan
ekonomi untuk masyarakat. Sampah ialah keberlanjutan pembangunan
yang disetor nasabah sudah harus merupakan sebuah proses pembangunan,
70
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk
71
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80
72
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk
dikelola oleh bank sampah di tahun 2016 analisis faktor internal yang meliputi
dibandingkan dengan total timbulan kekuatan (strength) dan kelemahan
sampah pada tahun yang sama (Permen (weakness), serta faktor eksternal
LH No. 13 tahun 2013). Analisis aspek meliputi peluang (opportunity) dan
keberlanjutan ekonomi, dilakukan ancaman (threats).
dengan melakukan perhitungan terhadap
HASIL DAN PEMBAHASAN
pendapatan bank sampah dan biaya
operasional kemudian melakukan analisis Keberlanjutan Bank Sampah
kelayakan usaha (Abadi, 2013). Analisis Hasil penelitian ini menunjukkan
aspek sosial budaya, dilakukan dengan aspek keberlanjutan bank sampah
menilai keterlibatan pengurus, nasabah, Kabupaten Pati berada pada angka 60 %.
tokoh masyarakat/Pemdes dan Hal ini berarti sistem Bank Sampah
masyarakat dalam pengelolaan bank dianggap wajar tapi menunjukkan ada
sampah (Abadi, 2013) ruang yang besar untuk memperbaiki
Peran stakeholder dalam program bank sampahnya. seperti
pengembangan bank sampah di ditunjukkan pada Tabel 2.
Kabupaten Pati dapat diketahui melalui
analisis stakeholder secara deskriptif Tabel 2.
kualitatif. Teori Miles dan Huberman Persentase keberlanjutan Bank Sampah
digunakan untuk menganalisis data Aspek Nilai
terkait dengan peran stakeholder dimana Lingkungan 80 %
Sosial Budaya 60 %
pengumpulan data dan analisis data
Ekonomi 40 %
dilakukan bersamaan secara interaktif,
Rata-Rata 60 %
melalui proses: data collection, data
Sumber : Pengolahan data, 2017
reduction, data display dan verification/
conclusion (Usman & Akbar, 2009). Berdasarkan rata-rata persentase
Analisis Strength, Weakness, nilai tiga aspek, nilai keberlanjutan bank
Opportunity, Threats (SWOT) terhadap sampah Kabupaten Pati sebesar 60 %.
kondisi bank sampah digunakan sebagai Hal ini berarti sistem bank sampah
dasar untuk melakukan formulasi strategi dianggap wajar tapi menunjukan masih
pengembangan bank sampah. Perumusan ada ruang yang besar untuk peningkatan
strategi pengembangan bank sampah terutama dalam program bank
dalam penelitian ini dilakukan dengan sampahnya (Tabel 3).
Tabel 3.
Indikator Penilaian Aspek keberlanjutan.
Indikator warna Tingkat keberlanjutan Keterangan
Merah Aspek keberlanjutan Sistem bank sampah dianggap sangat
(tak mampu beradaptasi) <40 %, rendah dan sukar untuk ditingkatkan
Orange (kurang mampu Aspek keberlanjutan Sistem bank sampah dianggap rendah, tapi
beradaptasi) mencapai angka 40 % masih ada ruang untuk meningkatkannya.
Kuning (cukup mampu Aspek keberlanjutan Sistem bank sampah dianggap wajar tapi
beradaptasi) mencapai angka 60 % menunjukan ada ruang yang besar untuk
perbaikan
Hijau muda (mampu Aspek keberlanjutan Sistem bank sampah dianggap kelas
beradaptasi) mencapai angka 85 % nasional
Hijau tua (sangat mampu Aspek keberlanjutan Sistem bank sampah dianggap sempurna
beradaptasi mencapai angka 100 %
Sumber: Kristina, 2014
73
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80
Peran Stakeholder
Menurut Suharto (2005), Kabupaten Pati. Berdasarkan stakeholder
stakeholder merupakan individu, mapping terdapat 6 kelompok yang
kelompok maupun badan yang berpengaruh dan berkepentingan
terpengaruh oleh program atau kebijakan. terhadap bank sampah yaitu DLH,
Oleh karena itu perlu diidentifikasi Pemdes, nasabah, pengepul, pemulung
terlebih dahulu pihak-pihak yang terkait dan masyarakat, seperti ditampilkan pada
dengan pengembangan bank sampah di Gambar 1.
Gambar 1.
Matrik Pemangku Kepentingan (Stakeholder Mapping)
Para pemangku kepentingan yang (ii) Kelompok yang kepentingannya
berinteraksi dengan bank sampah dapat tinggi dan kekuatan pengaruhnya rendah
dibagi menjadi 4 kelompok yaitu : yaitu Pemerintah Desa (Pemdes).
(i) Kelompok yang memiliki kepentingan Sebagai wakil pemerintah pada tingkat
dan kekuatan pengaruhnya tinggi. desa, Pemdes berperan dalam
Stakeholder yang berada pada kelompok menjembatani dan memperpendek
rentang kendali pelaksanaan tugas dan
ini adalah Dinas Lingkungan Hidup.
fungsi pemerintah termasuk dalam
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pati
pembinaan dan pengawasan terhadap
memiliki fungsi pelaksana koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah pada
kepada kelompok masyarakat sekaligus strata pemerintah desa termasuk program
melakukan pembinaan dan pelatihan DLH dalam pengelolaan sampah yaitu
teknis terkait pengelolaan sampah seperti bank sampah;
sosialisasi peduli lingkungan, (iii) Kelompok yang memiliki
pengurangan sampah, pengomposan dan kepentingan rendah tetapi memiliki
bank sampah; kekuatan pengaruh tinggi yaitu nasabah
74
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk
dan pengepul. Penabung atau nasabah mengharapkan uang yang diperoleh dari
adalah seluruh warga baik secara menjual sampah langsung dibayar tunai
individual maupun kelompok, menjadi (cash); b) adanya inovasi dalam produk
anggota penabung sampah yang layanan dari bank sampah, salah satu
dibuktikan dengan adanya kepemilikan bank sampah, yaitu Kusuma Harum
nomor rekening, dan buku tabungan meluncurkan program pembayaran
sampah dan berhak atas tabungan listrik, pulsa dan tagihan lain dengan
sampahnya; sampah.
(iv) Kelompok yang memiliki
Analisis SWOT
kepentingan dan kekuatan pengaruhnya
rendah yaitu masyarakat dan pemulung. Berdasarkan analisis SWOT maka
Bank sampah merupakan kegiatan diperoleh faktor-faktor yang menjadi
pengelolaan lingkungan relatif bersifat kekuatan, kelemahan, peluang dan
top down. Hal ini membuat masyarakat ancaman pengelolaan bank sampah di
menunggu program dari pemerintah, Kabupaten Pati.
kenyataan ini tidak mendidik karena 1. Kekuatan
tidak mengandung unsur pengembangan a. Kekompakan dan semangat antar
inisiatif dan kreativitas. pengurus.
Perubahan posisi dalam Kekompakan dan semangat para
stakeholder mapping bisa dimungkinkan pengurus bank sampah sangat
terjadi terutama dari Pemdes, yang berpengaruh dalam kelangsungan bank
awalnya pengaruhnya kecil menjadi sampah. Karakter dan visi pemimpin
pengaruhnya besar menggantikan Dinas menjadi kunci dalam menjaga
Lingkungan Hidup. Kondisi ini kekompakan dan semangat para
dimungkinkan pada daerah penyangga pengurus.
(hinterland), ada beberapa faktor yang b. Pemberian gaji/honor bagi pengurus
Sebagian besar pengurus
membuat kondisi tersebut terjadi yaitu:
berpandangan kegiatan bank sampah
(a) Adanya prioritas pengembangan yang
merupakan kegiatan sosial dan
dilakukan oleh pemerintah daerah (DLH)
berpartisipasi di bank sampah
terhadap bank sampah kota disebabkan
merupakan bagian kontribusi mereka
daerah kota adalah daerah penilaian dalam masyarakat. Namun demikian,
adipura; (b) Bank sampah di daerah kota adanya pemberian honor bagi
sangat mandiri walaupun tanpa sokongan pengurus pada beberapa bank sampah
pemerintah desa mereka mampu berjalan, seperti Bank Sampah Asri Raharjo
berbeda kondisinya dengan bank sampah memperlancar pengelolaan bank
di daerah penyangga, sokongan sampah.
pemerintah desa sangat diharapkan. Dua c. Jiwa sosial yang tinggi dan partisipasi
bank sampah yang tidak aktif lagi yaitu aktif dari masyarakat
Bank Sampah Geritan Asri dan Berani Adanya jiwa sosial dan partisipasi
Maju terletak di daerah hinterland, dan aktif masyarakat membuat kegiatan
kebetulan pemerintah desanya kurang bank sampah masih berjalan sampai
memberikan dukungan. saat ini. Salah satu bentuk partisipasi
Begitu juga perubahan masyarakat masyarakat adalah dengan tetap
yang belum menjadi nasabah bisa menjadi nasabah dan menyetorkan
berubah menjadi nasabah ketika ada sampah walaupun secara ekonomis
kondisi-kondisi berikut ini a) ada menjual langsung ke pengepul lebih
beberapa anggota masyarakat yang menguntungkan.
75
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80
d. Mempunyai fasilitas yang memadai. tidak ikut dalam bank sampah. Selain
Adanya fasilitas gedung, alat angkut itu kurang sadarnya warga dalam
sampah dan fasilitas angkut lainnya proses pemilahan sampah juga turut
sangatlah membantu dalam menghambat keberhasilan program
pengembangan bank sampah. Temuan bank sampah.
pada penelitian ini menunjukkan d. Gaji/honor pengurus kurang memadai
bahwa dengan adanya fasilitas yang Mulai kendurnya semangat dan
memadai mampu meningkatkan kesibukan pengurus yang banyak,
pendapatan bank sampah. Fasilitas berakibat tidak ada yang menjalankan
kendaraan angkut sampah membuat kegiatan di bank sampah. Salah satu
bank sampah tidak perlu menunggu solusinya adalah mempekerjakan
nasabah untuk datang dan menyetor orang. Namun kemampuan bank
sampah namun bisa menerapkan sampah dalam memberikan gaji/honor
konsep “jemput bola” dengan yang layak terkendala kemampuan
mendatangi rumah-rumah nasabah. finansial bank sampah yang terbatas.
2. Kelemahan e. Kurangnya pendanaan
a. Harga jual sampah tidak stabil Biaya operasional yang tinggi
Kenaikan dan penurunan harga jual membuat beberapa bank sampah yang
sampah di tingkat perusahaan umumnya berdiri di atas 3-4 tahun
berdampak penurunan daya beli mulai kesulitan dalam mengelola
berakibat pada lesunya perdagangan keuangannya. Biaya operasional yang
pada pengepul skala kecil dan harus ditanggung pengelola bank
perdagangan barang rongsok pada sampah antara lain untuk biaya bahan
umumnya. Harga yang kurang stabil bakar kendaraan pengangkut sampah
menjadikan pembelian barang rongsok dan untuk membayar gaji/honor
menurun dan pengepul menahan pengurus maupun karyawan bank
sebagian rongsoknya untuk menunggu sampah. Kurangnya kemampuan
harga yang lebih stabil. Rendahnya pendanaan turut menghambat upaya
daya beli pengepul ini berdampak pula bank sampah untuk berperan optimal
pada bank sampah yang bertumpu dalam mengurangi jumlah sampah
pada nilai jual barang bekas/rongsok. yang akan dikirim ke TPA.
b. Semangat anggota dan pengurus tidak f. Belum adanya mitra pemasaran
stabil. produk kerajinan
Kesibukan pengurus menjadi faktor Produk kerajinan yang mulai
kendala dalam pengelolaan bank dikenalkan oleh DLH bekerjasama
sampah, terutama terjadi pada bank dengan ibu-ibu bank sampah sudah
sampah yang sudah berjalan selama 3- memberikan dampak yang baik.
4 tahun. Selain semangat dalam Pembuatan kerajinan tangan berbahan
pengelolan yang mulai menurun, baku sampah plastik mulai banyak
kendala-kendala di lapangan yang dilakukan oleh ibu-ibu di bank
semakin banyak, membuat banyak sampah. Hanya saja belum ada yang
pengurus yang vakum. menampung khusus dan membuat
c. Kurang kesadaran masyarakat show room produk kerajinan.
Dalam pengelolaan sampah, tidak g. Manajemen bank sampah yang belum
seluruh warga ikut serta dalam baik
kegiatan tersebut. Jarak yang jauh Proses pembukuan dan transparansi
antara rumah warga dengan bank dalam manajemen bank sampah
sampah membuat beberapa warga menjadi kendala. Di beberapa bank
76
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk
77
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80
78
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk
angka 60% yang berarti sistem bank Pembangunan Wilayah & Kota,
sampah dianggap wajar tapi menunjukan 9(1), 87-96.
ada ruang yang besar untuk improvement
Anggraini, A. D. Noor, I., Said, A.
dalam program bank sampahnya.
(2015). Strategi Inovatif
Berdasarkan stakeholder mapping
Pengelolaan Sampah Rumah
terdapat 6 kelompok yang berpengaruh
Tangga Perkotaan (Studi Pada
dan berkepentingan terhadap bank
Bank Sampah “Sri Wilis” Perum
sampah yaitu DLH, Pemerintah Desa,
Wilis II Kelurahan Pojok
nasabah, pengepul, pemulung dan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri).
masyarakat. Perlu upaya inovatif dan
Administrasi Publik, 3(11), 1837-
partisipatif dari pengelola bank sampah
1843.
untuk mendorong pemerintah desa dan
masyarakat untuk mendukung penuh Apriliyanti, P. D. Soemarno., Meidiana,
kegiatan bank sampah. C. (2015). Evaluasi Kinerja Bank
Strategi yang dapat digunakan Sampah Kartini Mandiri Desa
dalam pengembangan bank sampah Pesanggrahan Kota Baru. J-PAL,
berdasarkan analisis SWOT adalah 2 6(2), 143-152.
strategi (S-O), 3 strategi (W-O), 2 Asteria, D., Heruman, H. (2016). Bank
strategi (S-T) dan 2 strategi (W-T). Sampah sebagai alternatif strategi
Strategi utamanya adalah mendorong pengelolaan sampah berbasis
DLH untuk memberikan pelatihan, siap masyarakat di Tasikmalaya.
menampung dan membeli produk Manusia dan Lingkungan, 23(1),
kerajinan sampah serta melakukan 136-141.
sosialisasi bersama Pemdes terkait.
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi
Saran Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Salemba Humanika.
Perlu dilakukan kajian lebih
mendalam mengenai tahapan Kristina, H. J. (2014). Model Konseptual
pengorganisasian bank sampah. Dengan Untuk Mengukur Adaptabilitas
mengenal pengelolaan bank sampah lebih Bank Sampah di Indonesia. J@TI
detail maka kita bisa memberikan saran- Undip, 9(1).
saran penyelesaian lebih mendetail Mallongi, A. & Saleh, M. (2015).
terhadap pengembangan bank sampah. Pengelolaan Limbah Padat
Mendorong Pemerintah Desa untuk Perkotaan. Makasar: Writing
mendukung penuh baik dari segi Revolution.
dukungan kebijakan dan pendanaan yang Melyanti I. M. (2014). Pola kemitraaan
masuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah, Civil Society, dan
Desa (APBDes) dalam pengembangan swasta dalam Program Bank
bank sampah. Selain bisa mendatangkan Sampah di Pasar Baru Kota
pendapatan desa, program bank sampah Probolinggo. Jurnal Kebijakan
membuat lingkungan desa lebih bersih. dan Manajemen Publik, 2(1).
DAFTAR PUSTAKA Mustofa, H. A. (1997). Kamus
Lingkungan. Solo: Rineka Cipta
Abadi, R. S. (2013). Keberlanjutan
Jakarta
pengelolaan sampah domestik di
Kampung Menoreh, Kelurahan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Sampangan, Semarang. Hidup Republik Indonesia Nomor
79
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80
80