You are on page 1of 13

Jurnal Litbang Vol. XIV, No.

1, Juni 2018: 68-80

STRATEGI PENGEMBANGAN BANK SAMPAH DI KABUPATEN PATI

THE STRATEGY OF TRASH BANK DEVELOPMENT IN PATI


REGENCY

Iwan Riswana1)*, Didi Rukmana2), Sitti Bulkis2)


1)
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pati
2)
Prodi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin
*
Email : iwan.riswana@yahoo.co.id

Naskah Masuk: 12 Maret 2018 Naskah Revisi: 5 April 2018 Naskah Diterima: 3 Mei 2018

ABSTRACT
Trash bank is a place for sorting and collecting of trash that can be recycled or reused which has
economic value. This research aimed to formulate the strategy of trash bank development in the
settlement of Pati Regency. This research used descriptive method with quantitative and qualitative
approach (mix method). The data were collected through observation, interviews, and document
study. The research was conducted in Pati Regency. The result indicates that the sustainability level
of trash bank in Pati Regency is at 60%. It means that the trash bank system is considered normal.
There are 6 groups which are influential and have interests in the trash banks that are
Environmental Office of Pati Regency, Village Government, customers, collectors, scavengers and
the community. The main strategies that can be used in the development of trash banks are: 1)
encouraging Environmental Office of Pati Regency to provide training and ready to accommodate
and to buy the trash products; 2) Along with village government, environmental office conduct
socialization of proper waste management and optimization of waste bank management.
Keywords: aspects of sustainability, trash bank, development strategy

ABSTRAK
Bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan
atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah mencari strategi
pengembangan bank sampah pemukiman di Kabupaten Pati. Penelitian ini berjenis penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan di Kabupaten Pati.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan telaah dokumen. Data diolah dan
dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan aspek keberlanjutan bank
sampah di Kabupaten Pati berada pada angka 60% yang berarti sistem bank sampah dianggap
wajar. Terdapat enam kelompok yang berpengaruh dan berkepentingan terhadap bank sampah,
yaitu Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pati, pemerintah desa, nasabah, pengepul, pemulung
dan masyarakat. Strategi utama yang dapat digunakan dalam pengembangan bank sampah adalah
: 1) mendorong Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pati untuk memberikan pelatihan dan siap
menampung serta membeli produk kerajinan sampah; dan 2) bersama Pemerintah Desa melakukan
sosialisasi terkait pengelolaan sampah dan pengoptimalan manajemen bank sampah.

Kata kunci : bank sampah, aspek keberlanjutan, strategi pengembangan.

68
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk

PENDAHULUAN Menurut Kristina (2014),


keberlanjutan pengelolaan sistem bank
Dalam Peraturan Daerah
sampah hanya akan terjadi jika sistem
Kabupaten Pati No 7 tahun 2010 tentang
bank sampah dirawat oleh para
pengelolaan sampah disebutkan bahwa stakeholder yang terkait dengan sistem
setiap orang berkewajiban mengurangi pemberdayaan masyarakat. Apabila tidak
timbulan sampah, memilah sampah dari dilakukan perencanaan yang matang dan
sumbernya dan melakukan pengolahan pelaksanaan yang tidak terarah maka
sampah yang berwawasan lingkungan. suatu saat program tersebut dapat
Salah satu metode untuk mengurangi berhenti. Faktor- faktor keberlangsungan
sampah mulai dari sumbernya adalah bank sampah meliputi pelibatan semua
melalui pendirian bank sampah. Bank komponen masyarakat, kerjasama
sampah merupakan institusi yang menguntungkan antara pengelola bank
didirikan masyarakat untuk mengelola sampah dengan pengepul sampah,
sampah dan memperoleh manfaat penyuluhan dan sosialisasi terus
ekonomi dari sampah dengan mekanisme menerus, memberikan penghargaan
menabung sampah yang dapat didaur (reward system) bagi penabung
ulang dan masih memiliki nilai ekonomi. terbanyak (Suwerda, 2012).
Di Kabupaten Pati terdapat 33 Tujuan penelitian ini adalah
bank sampah pemukiman yang berdiri menganalisis tingkat keberlanjutan bank
sampai dengan tahun 2016. Pendirian sampah dan memformulasikan strategi
bank sampah tidak lepas dari dukungan pengembangan untuk meningkatkan
tingkat keberlanjutan bank sampah di
Pemerintah daerah dalam rangka
Kabupaten Pati.
mewujudkan kondisi zero waste dan
menunjang Kota Pati sebagai Kota TINJAUAN PUSTAKA
Adipura. Pemerintah Kabupaten Pati Definisi dan Jenis Sampah
merencanakan untuk mendirikan minimal
satu bank sampah pada 21 desa yang Sampah menurut kamus
masuk wilayah pengembangan kota. lingkungan (Mustofa, 1997) adalah
Namun sejak dimulainya program bahan yang tidak mempunyai nilai atau
bank sampah pada tahun 2013, dari 21 tidak berharga untuk maksud biasa atau
desa yang menjadi target pendirian bank utama dalam pembikinan atau
sampah masih terdapat beberapa desa pemakaian, barang rusak atau cacat
yang belum memiliki bank sampah. Hal dalam pembikinan (manufaktur), atau
ini disebabkan masih rendahnya peran materi berlebihan atau ditolak atau
serta masyarakat dalam pengelolaan buangan. Sampah dalam ilmu kesehatan
sampah. Selain itu, bank sampah yang lingkungan sebenarnya hanya sebagian
sudah berdiri juga masih mendapatkan dari benda atau hal-hal yang dipandang
permasalahan-permasalahan dalam tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
menjalankan kegiatannya. Masalah disenangi, atau harus dibuang,
utama yang dihadapi oleh para pengelola sedemikian rupa sehingga tidak sampai
bank sampah adalah tidak stabilnya harga mengganggu kelangsungan hidup. Dari
penjualan sampah daur ulang (recyclable segi ini dapat disimpulkan bahwa yang
waste). dimaksud dengan sampah ialah sebagian

69
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80

dari sesuatu yang tidak dipakai, disenangi terpilah. Persyaratan ini mendorong
atau sesuatu yang harus dibuang, yang masyarakat untuk memisahkan dan
umumnya berasal dari kegiatan yang mengelompokkan sampah, misalnya
dilakukan oleh manusia (termasuk berdasarkan jenis material: plastik,
kegiatan industri), tetapi yang bukan kertas, kaca, dan logam (Utami, 2013).
biologis (karena human waste tidak Bank sampah merupakan salah
termasuk didalamnya) dan umumnya satu metode alternatif untuk mengajak
bersifat padat. warga peduli sampah dengan sistem
Sucipto (2012) menjelaskan jenis- pengelolaan sampah berbasis rumah
jenis sampah secara rinci sebagai berikut: tangga. Warga yang berhasil memilah
(i) sampah organik, yaitu sampah yang dan menyetorkan sampah akan
berasal dari makhluk hidup, baik mendapatkan uang tunai dalam bentuk
manusia, hewan maupun tumbuhan. tabungan. Konsep bank sampah mulai
Sampah organik sendiri dibagi menjadi banyak diterapkan di Indonesia, dimana
masyarakat dapat membawa sampah
sampah organik basah dan sampah
tertentu lalu bisa diolah menjadi bahan
organik kering; (ii) Sampah Anorganik,
yang bermanfaat.
yaitu sampah yang bukan berasal dari
Pelaksanaan bank sampah
makhluk hidup; (iii) Sampah B3 (Bahan
sesungguhnya mengandung nilai
Berbahaya dan Beracun), yaitu jenis
ekonomi (economic opportunity)
sampah yang dikategorikan beracun dan kerakyatan yang cukup tinggi karena
berbahaya bagi manusia. (Sucipto, 2012) kegiatan bank sampah dapat memberikan
Bank Sampah output nyata bagi masyarakat dalam
kesempatan kerja (job creation),
Bank sampah adalah suatu sistem penghasilan tambahan bagi pegawai bank
pengelolaan sampah kering secara sampah dan masyarakat penabung
kolektif dengan mendorong masyarakat (nasabah) dan yang paling terpenting
untuk berperan aktif di dalamnya. Sistem lingkungan terjaga dengan baik terbebas
ini menampung, memilah, dan
dari sampah, penyakit malaria, sumber
menyalurkan sampah bernilai ekonomi penyakit lainnya dan terbebas dari
pada pasar sehingga masyarakat banjir/genangan serta tekanan volume
mendapat keuntungan ekonomi dari sampah terhadap Tempat Pembuangan
menabung sampah. Definisi bank sampah Akhir (TPA) semakin berkurang
menurut Peraturan Menteri Negara
sehingga umur TPA bisa lebih panjang
Lingkungan Hidup Republik Indonesia (Sucipto, 2012).
(Permen LH) Nomor 13 Tahun 2012
adalah tempat pemilahan dan Keberlanjutan
pengumpulan sampah yang dapat didaur Menurut Kristina (2014),
ulang dan/atau diguna ulang yang keberlanjutan didefinisikan sebagai
memiliki nilai ekonomi. potensi untuk mengurangi resiko jangka
Semua kegiatan di bank sampah panjang yang terkait dengan penipisan
dilakukan dari, oleh dan untuk sumber daya, fluktuasi biaya energi,
masyarakat. Bank sampah memiliki kewajiban produk, dan polusi dan
sistem manajerial yang operasionalnya pengelolaan limbah.
dilakukan oleh masyarakat. Bank sampah Sedangkan menurut Sarosa dalam
bahkan bisa juga memberikan manfaat Abadi (2013), definisi keberlanjutan
ekonomi untuk masyarakat. Sampah ialah keberlanjutan pembangunan
yang disetor nasabah sudah harus merupakan sebuah proses pembangunan,

70
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk

baik berupa lahan, kota, bisnis, yang ditetapkan; dan 4) Keterlibatan


masyarakat dan lain sebagainya dengan masyarakat dalam menjaga kebersihan
prinsip memenuhi kebutuhan sekarang lingkungan dan sekitarnya.
tanpa mengorbankan kebutuhan generasi
masa depan dengan menjunjung tiga Penelitian Terdahulu
aspek, yaitu memperbaiki kerusakan Beberapa penelitian mengenai
lingkungan tanpa mengorbankan pengelolaan bank sampah telah dilakukan
kebutuhan pembangunan ekonomi dan antara lain oleh Purwanti dkk (2015)
keadilan sosial. yaitu tentang perencanaan bank sampah
Terdapat tiga aspek utama dalam dalam rangka pemberdayaan masyarakat
pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek di Kecamatan Kepanjen Kabupaten
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Lebih Malang. Hasil studi menunjukkan bahwa
khusus, aspek lingkungan dalam peran pemerintah dalam mengawal bank
keberlanjutan pengelolaan bank sampah sampah adalah faktor penting hingga
dapat ditinjau dari kemampuan bank akhirnya dapat menjadi mandiri dalam
sampah dalam mengurangi timbulan pengelolaan Bank Sampahnya. Menurut
sampah. Dalam Peraturan Menteri Asteria & Heruman (2016), bank sampah
Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 13 adalah alternatif strategi pengelolaan
tahun 2013 dinyatakan keberadaan bank sampah berbasis masyarakat di
sampah diharapkan mampu mengurangi Tasikmalaya. Hasil penelitian itu
sampah yang diangkut ke TPA sebesar menyatakan bank sampah memberikan
30-40% setiap bulannya. manfaat secara ekonomi dan lingkungan
Aspek keberlanjutan ekonomi terhadap masyarakat sekitar sehingga
pengelolaan bank sampah dapat ditinjau terwujud komunitas yang lebih bersih,
dengan mengetahui perbandingan total hijau, nyaman, sehat dan sejahtera.
biaya yang dikeluarkan untuk Anggraini dkk (2015), melakukan
penelitian tentang strategi inovatif
menjalankan bank sampah dengan total
pengelolaan sampah rumah tangga
pemasukan yang diperoleh dari hasil
perkotaan di Kota Kediri. Hasil
pengelolaan bank sampah (Abadi, 2013).
penelitian tersebut menunjukkan bahwa
Untuk itu data mengenai harga beli
terdapat beberapa faktor pendukung
sampah dari nasabah, harga jual sampah keberhasilan pengelolaan bank sampah,
dari pengelola bank sampah kepada antara lain yaitu adanya keterlibatan
pengepul serta keuntungan ekonomi dari anggota masyarakat, adanya sarana
nasabah perlu untuk diketahui prasana dan kerjasama dengan
(Apriliyanti dkk., 2015). pemerintah. Sedangkan faktor-faktor
Aspek keberlanjutan secara sosial yang menghambat keberhasilan
menekankan pada adanya keterlibatan pengelolaan bank sampah, antara lain
masyarakat dalam pengelolaan sampah yaitu adanya beberapa masyarakat yang
dari sumbernya. Lebih rinci, Abadi belum dapat berubah serta adanya
(2013) memberikan beberapa kriteria ketidak siapan pengelola bank sampah
keberlanjutan bank sampah secara sosial dalam mengambil sampah.
meliputi : 1) Keterlibatan masyarakat Sistem bank sampah bisa
dalam pemilahan sampah di sumber; 2) berkembang menjadi unit simpan pinjam,
Keterlibatan masyarakat dalam unit usaha sembako, koperasi dan
pengolahan sampah dengan konsep 3R; pinjaman modal usaha. Perluasan fungsi
3) Keterlibatan masyarakat dalam bank sampah ini bisa disesuaikan dengan
mematuhi aturan pembuangan sampah kebutuhan masyarakat. Misalnya, jika

71
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80

kebanyakan masyarakat adalah merupakan data diambil langsung di


wirausaha, pengembangan bank sampah lokasi penelitian. Data primer diperoleh
diarahkan untuk unit pinjaman modal dengan metode: 1) wawancara dilakukan
usaha. Salah satu bentuk bantuan dari secara terstruktur dengan panduan
organisasi masyarakat antara lain dalam wawancara agar diperoleh data kualitatif
pengurusan badan hukum koperasi yang memadai. Wawancara dilakukan
(Mallongi & Saleh, 2015). dengan pengurus, nasabah, pengepul,
METODE PENELITIAN Pemdes atau tokoh masyarakat, pejabat
dari instansi terkait (DLH) untuk
Lokasi dan Rancangan Penelitian memperoleh informasi mengenai kondisi
Penelitian ini dilaksanakan selama bank sampah serta arahan ke depan dari
3 bulan yakni bulan Maret-Mei 2017 di masing-masing stakeholder; 2) observasi
Kabupaten Pati. Penelitian ini merupakan yaitu melakukan pengamatan terhadap
penelitian deskriptif dengan pendekatan lingkungan bank sampah dan
kuantitatif dan kualitatif (mix method). pengelolannya untuk memperkuat dan
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mendukung hasil wawancara sehingga
mendeskripsikan aspek keberlanjutan diperoleh gambaran yang komprehensif
(aspek ekonomi dan reduksi sampah) dari terkait aspek keberlanjutannya.
bank sampah, sedangkan pendekatan Data sekunder diperoleh dengan
kualitatif digunakan untuk aspek mengumpulkan, mempelajari dan
keberlanjutan sosial budaya, lingkungan menganalisis laporan dari pengurus bank
dan dukungan kebijakan serta sampah dan instansi DLH Kabupaten
mendeskripsikan pengelolaan bank Pati serta dari hasil pustaka, media
sampah di Kabupaten Pati. internet dan dari hasil penelitian
Jenis dan Metode Pengumpulan Data terdahulu. Data kuantitatif diperoleh dari
laporan keuangan dan laporan reduksi
Penelitian ini menggunakan data sampah di 10 Bank Sampah (Tabel 1).
primer dan sekunder. Data primer
Tabel 1.
Gambaran Lokus Penelitian Bank Sampah
No Nama Bank Alamat Tahun Jumlah (orang)
Sampah Berdiri Pengurus Nasabah
1. Asri Raharjo Ds. Kutoharjo Kec. Pati 2013 5 183
2. Kencana Ds. Sidokerto Kec. Pati 2013 11 50
3. Geritan Asri Ds. Geritan Kec. Pati 2014 10 61
4. Daur Kencana I Ds. Winong Kec. Pati 2014 6 63
5. Melati Ds. Muktiharjo Kec. Margorejo 2014 5 53
6. Kusuma Harum Ds. Kutoharjo Kec. Pati 2014 7 74
7. Berani Maju Ds. Tambaharjo Kec. Pati 2015 5 45
8. Sabilul Muhtadin Ds. Muktiharjo Kec. Margorejo 2015 2 60
9. Pijara Ds.Tamansari Kec. Tlogowungu 2016 8 53
10. Suka Maju Ds. Sukoharjo Kec. Margorejo 2016 20 95
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kab. Pati, 2017
Teknik Analisis Analisis keberlanjutan bank sampah pada
Keberlanjutan bank sampah aspek lingkungan ditinjau dengan
dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan menganalisis efektifitas bank sampah
kualitatif terhadap aspek lingkungan, dalam mengurangi sampah, dengan cara
aspek ekonomi dan aspek sosial budaya. menghitung jumlah sampah yang

72
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk

dikelola oleh bank sampah di tahun 2016 analisis faktor internal yang meliputi
dibandingkan dengan total timbulan kekuatan (strength) dan kelemahan
sampah pada tahun yang sama (Permen (weakness), serta faktor eksternal
LH No. 13 tahun 2013). Analisis aspek meliputi peluang (opportunity) dan
keberlanjutan ekonomi, dilakukan ancaman (threats).
dengan melakukan perhitungan terhadap
HASIL DAN PEMBAHASAN
pendapatan bank sampah dan biaya
operasional kemudian melakukan analisis Keberlanjutan Bank Sampah
kelayakan usaha (Abadi, 2013). Analisis Hasil penelitian ini menunjukkan
aspek sosial budaya, dilakukan dengan aspek keberlanjutan bank sampah
menilai keterlibatan pengurus, nasabah, Kabupaten Pati berada pada angka 60 %.
tokoh masyarakat/Pemdes dan Hal ini berarti sistem Bank Sampah
masyarakat dalam pengelolaan bank dianggap wajar tapi menunjukkan ada
sampah (Abadi, 2013) ruang yang besar untuk memperbaiki
Peran stakeholder dalam program bank sampahnya. seperti
pengembangan bank sampah di ditunjukkan pada Tabel 2.
Kabupaten Pati dapat diketahui melalui
analisis stakeholder secara deskriptif Tabel 2.
kualitatif. Teori Miles dan Huberman Persentase keberlanjutan Bank Sampah
digunakan untuk menganalisis data Aspek Nilai
terkait dengan peran stakeholder dimana Lingkungan 80 %
Sosial Budaya 60 %
pengumpulan data dan analisis data
Ekonomi 40 %
dilakukan bersamaan secara interaktif,
Rata-Rata 60 %
melalui proses: data collection, data
Sumber : Pengolahan data, 2017
reduction, data display dan verification/
conclusion (Usman & Akbar, 2009). Berdasarkan rata-rata persentase
Analisis Strength, Weakness, nilai tiga aspek, nilai keberlanjutan bank
Opportunity, Threats (SWOT) terhadap sampah Kabupaten Pati sebesar 60 %.
kondisi bank sampah digunakan sebagai Hal ini berarti sistem bank sampah
dasar untuk melakukan formulasi strategi dianggap wajar tapi menunjukan masih
pengembangan bank sampah. Perumusan ada ruang yang besar untuk peningkatan
strategi pengembangan bank sampah terutama dalam program bank
dalam penelitian ini dilakukan dengan sampahnya (Tabel 3).
Tabel 3.
Indikator Penilaian Aspek keberlanjutan.
Indikator warna Tingkat keberlanjutan Keterangan
Merah Aspek keberlanjutan Sistem bank sampah dianggap sangat
(tak mampu beradaptasi) <40 %, rendah dan sukar untuk ditingkatkan
Orange (kurang mampu Aspek keberlanjutan Sistem bank sampah dianggap rendah, tapi
beradaptasi) mencapai angka 40 % masih ada ruang untuk meningkatkannya.
Kuning (cukup mampu Aspek keberlanjutan Sistem bank sampah dianggap wajar tapi
beradaptasi) mencapai angka 60 % menunjukan ada ruang yang besar untuk
perbaikan
Hijau muda (mampu Aspek keberlanjutan Sistem bank sampah dianggap kelas
beradaptasi) mencapai angka 85 % nasional
Hijau tua (sangat mampu Aspek keberlanjutan Sistem bank sampah dianggap sempurna
beradaptasi mencapai angka 100 %
Sumber: Kristina, 2014

73
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80

Peran Stakeholder
Menurut Suharto (2005), Kabupaten Pati. Berdasarkan stakeholder
stakeholder merupakan individu, mapping terdapat 6 kelompok yang
kelompok maupun badan yang berpengaruh dan berkepentingan
terpengaruh oleh program atau kebijakan. terhadap bank sampah yaitu DLH,
Oleh karena itu perlu diidentifikasi Pemdes, nasabah, pengepul, pemulung
terlebih dahulu pihak-pihak yang terkait dan masyarakat, seperti ditampilkan pada
dengan pengembangan bank sampah di Gambar 1.

Gambar 1.
Matrik Pemangku Kepentingan (Stakeholder Mapping)
Para pemangku kepentingan yang (ii) Kelompok yang kepentingannya
berinteraksi dengan bank sampah dapat tinggi dan kekuatan pengaruhnya rendah
dibagi menjadi 4 kelompok yaitu : yaitu Pemerintah Desa (Pemdes).
(i) Kelompok yang memiliki kepentingan Sebagai wakil pemerintah pada tingkat
dan kekuatan pengaruhnya tinggi. desa, Pemdes berperan dalam
Stakeholder yang berada pada kelompok menjembatani dan memperpendek
rentang kendali pelaksanaan tugas dan
ini adalah Dinas Lingkungan Hidup.
fungsi pemerintah termasuk dalam
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pati
pembinaan dan pengawasan terhadap
memiliki fungsi pelaksana koordinasi penyelenggaraan urusan pemerintah pada
kepada kelompok masyarakat sekaligus strata pemerintah desa termasuk program
melakukan pembinaan dan pelatihan DLH dalam pengelolaan sampah yaitu
teknis terkait pengelolaan sampah seperti bank sampah;
sosialisasi peduli lingkungan, (iii) Kelompok yang memiliki
pengurangan sampah, pengomposan dan kepentingan rendah tetapi memiliki
bank sampah; kekuatan pengaruh tinggi yaitu nasabah

74
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk

dan pengepul. Penabung atau nasabah mengharapkan uang yang diperoleh dari
adalah seluruh warga baik secara menjual sampah langsung dibayar tunai
individual maupun kelompok, menjadi (cash); b) adanya inovasi dalam produk
anggota penabung sampah yang layanan dari bank sampah, salah satu
dibuktikan dengan adanya kepemilikan bank sampah, yaitu Kusuma Harum
nomor rekening, dan buku tabungan meluncurkan program pembayaran
sampah dan berhak atas tabungan listrik, pulsa dan tagihan lain dengan
sampahnya; sampah.
(iv) Kelompok yang memiliki
Analisis SWOT
kepentingan dan kekuatan pengaruhnya
rendah yaitu masyarakat dan pemulung. Berdasarkan analisis SWOT maka
Bank sampah merupakan kegiatan diperoleh faktor-faktor yang menjadi
pengelolaan lingkungan relatif bersifat kekuatan, kelemahan, peluang dan
top down. Hal ini membuat masyarakat ancaman pengelolaan bank sampah di
menunggu program dari pemerintah, Kabupaten Pati.
kenyataan ini tidak mendidik karena 1. Kekuatan
tidak mengandung unsur pengembangan a. Kekompakan dan semangat antar
inisiatif dan kreativitas. pengurus.
Perubahan posisi dalam Kekompakan dan semangat para
stakeholder mapping bisa dimungkinkan pengurus bank sampah sangat
terjadi terutama dari Pemdes, yang berpengaruh dalam kelangsungan bank
awalnya pengaruhnya kecil menjadi sampah. Karakter dan visi pemimpin
pengaruhnya besar menggantikan Dinas menjadi kunci dalam menjaga
Lingkungan Hidup. Kondisi ini kekompakan dan semangat para
dimungkinkan pada daerah penyangga pengurus.
(hinterland), ada beberapa faktor yang b. Pemberian gaji/honor bagi pengurus
Sebagian besar pengurus
membuat kondisi tersebut terjadi yaitu:
berpandangan kegiatan bank sampah
(a) Adanya prioritas pengembangan yang
merupakan kegiatan sosial dan
dilakukan oleh pemerintah daerah (DLH)
berpartisipasi di bank sampah
terhadap bank sampah kota disebabkan
merupakan bagian kontribusi mereka
daerah kota adalah daerah penilaian dalam masyarakat. Namun demikian,
adipura; (b) Bank sampah di daerah kota adanya pemberian honor bagi
sangat mandiri walaupun tanpa sokongan pengurus pada beberapa bank sampah
pemerintah desa mereka mampu berjalan, seperti Bank Sampah Asri Raharjo
berbeda kondisinya dengan bank sampah memperlancar pengelolaan bank
di daerah penyangga, sokongan sampah.
pemerintah desa sangat diharapkan. Dua c. Jiwa sosial yang tinggi dan partisipasi
bank sampah yang tidak aktif lagi yaitu aktif dari masyarakat
Bank Sampah Geritan Asri dan Berani Adanya jiwa sosial dan partisipasi
Maju terletak di daerah hinterland, dan aktif masyarakat membuat kegiatan
kebetulan pemerintah desanya kurang bank sampah masih berjalan sampai
memberikan dukungan. saat ini. Salah satu bentuk partisipasi
Begitu juga perubahan masyarakat masyarakat adalah dengan tetap
yang belum menjadi nasabah bisa menjadi nasabah dan menyetorkan
berubah menjadi nasabah ketika ada sampah walaupun secara ekonomis
kondisi-kondisi berikut ini a) ada menjual langsung ke pengepul lebih
beberapa anggota masyarakat yang menguntungkan.

75
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80

d. Mempunyai fasilitas yang memadai. tidak ikut dalam bank sampah. Selain
Adanya fasilitas gedung, alat angkut itu kurang sadarnya warga dalam
sampah dan fasilitas angkut lainnya proses pemilahan sampah juga turut
sangatlah membantu dalam menghambat keberhasilan program
pengembangan bank sampah. Temuan bank sampah.
pada penelitian ini menunjukkan d. Gaji/honor pengurus kurang memadai
bahwa dengan adanya fasilitas yang Mulai kendurnya semangat dan
memadai mampu meningkatkan kesibukan pengurus yang banyak,
pendapatan bank sampah. Fasilitas berakibat tidak ada yang menjalankan
kendaraan angkut sampah membuat kegiatan di bank sampah. Salah satu
bank sampah tidak perlu menunggu solusinya adalah mempekerjakan
nasabah untuk datang dan menyetor orang. Namun kemampuan bank
sampah namun bisa menerapkan sampah dalam memberikan gaji/honor
konsep “jemput bola” dengan yang layak terkendala kemampuan
mendatangi rumah-rumah nasabah. finansial bank sampah yang terbatas.
2. Kelemahan e. Kurangnya pendanaan
a. Harga jual sampah tidak stabil Biaya operasional yang tinggi
Kenaikan dan penurunan harga jual membuat beberapa bank sampah yang
sampah di tingkat perusahaan umumnya berdiri di atas 3-4 tahun
berdampak penurunan daya beli mulai kesulitan dalam mengelola
berakibat pada lesunya perdagangan keuangannya. Biaya operasional yang
pada pengepul skala kecil dan harus ditanggung pengelola bank
perdagangan barang rongsok pada sampah antara lain untuk biaya bahan
umumnya. Harga yang kurang stabil bakar kendaraan pengangkut sampah
menjadikan pembelian barang rongsok dan untuk membayar gaji/honor
menurun dan pengepul menahan pengurus maupun karyawan bank
sebagian rongsoknya untuk menunggu sampah. Kurangnya kemampuan
harga yang lebih stabil. Rendahnya pendanaan turut menghambat upaya
daya beli pengepul ini berdampak pula bank sampah untuk berperan optimal
pada bank sampah yang bertumpu dalam mengurangi jumlah sampah
pada nilai jual barang bekas/rongsok. yang akan dikirim ke TPA.
b. Semangat anggota dan pengurus tidak f. Belum adanya mitra pemasaran
stabil. produk kerajinan
Kesibukan pengurus menjadi faktor Produk kerajinan yang mulai
kendala dalam pengelolaan bank dikenalkan oleh DLH bekerjasama
sampah, terutama terjadi pada bank dengan ibu-ibu bank sampah sudah
sampah yang sudah berjalan selama 3- memberikan dampak yang baik.
4 tahun. Selain semangat dalam Pembuatan kerajinan tangan berbahan
pengelolan yang mulai menurun, baku sampah plastik mulai banyak
kendala-kendala di lapangan yang dilakukan oleh ibu-ibu di bank
semakin banyak, membuat banyak sampah. Hanya saja belum ada yang
pengurus yang vakum. menampung khusus dan membuat
c. Kurang kesadaran masyarakat show room produk kerajinan.
Dalam pengelolaan sampah, tidak g. Manajemen bank sampah yang belum
seluruh warga ikut serta dalam baik
kegiatan tersebut. Jarak yang jauh Proses pembukuan dan transparansi
antara rumah warga dengan bank dalam manajemen bank sampah
sampah membuat beberapa warga menjadi kendala. Di beberapa bank

76
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk

sampah proses pencatatan yang masih tangga juga akan membantu


manual menyulitkan dalam memantau meningkatkan kebersihan lingkungan.
perkembangan bank sampah. Pengelolaan sampah melalui bank
sampah diharapkan mampu mencegah
3. Peluang
perilaku masyarakat yang membuang
a. Membuka lapangan kerja
sampah secara sembarangan sehingga
Dengan program bank sampah ini,
menyebabkan lingkungan kotor dan
diharapkan mampu membuka
berpotensi menimbulkan penyakit
lapangan kerja bagi warga masyarakat.
(Sidarto, 2010). Peran bank sampah
Secara langsung, bank sampah
dalam menciptakan lingkungan yang
membutuhkan tenaga kerja untuk
bersih sejalan dengan tekad
menjalankan operasional bank
Pemerintah Kabupaten Pati untuk
sampah. Dengan semakin besarnya
memperoleh penghargaan Adipura.
bank sampah maka semakin banyak
e. Meningkatkan pendapatan
tenaga kerja yang dibutuhkan.
Menurut Melyanti (2014), adanya
b. Masyarakat kreatif dan produktif
pengelolaan sampah dengan bank
membuat kerajinan dari limbah
sampah menambah pendapatan
Pembuatan produk kerajinan dari masyarakat.
sampah banyak dilakukan oleh ibu-ibu
dalam mengisi waktu luangnya. Proses 4. Ancaman
pengubahan sampah menjadi produk a. Bencana Banjir
mampu memberikan nilai tambah Beberapa bank sampah terletak pada
(added value) serta berpeluang untuk daerah yang sering dilanda banjir.
meningkatkan penghasilan keluarga. Terjadinya banjir selain menghentikan
Menurut Asteria & Heruman (2015), aktivitas di bank sampah juga
kehadiran bank sampah telah menyebabkan kerusakan pada aset-aset
mendorong adanya capacity building bank sampah.
bagi warga dengan mengupayakan b. Sampah dimakan binatang pengerat
terbentuknya kemandirian dan Beberapa jenis sampah misalnya
keswadayaan masyarakat, khususnya sampah organik menarik bagi binatang
bagi perempuan. Pengetahuan dan pengerat. Tidak baiknya penataan
keterampilan mengelola sampah telah sampah dan kurang bersihnya
menstimulasi kreativitas dan inovasi lingkungan bank sampah
kerajinan. (housekeeping) menjadikan
c. Adanya dukungan dari tokoh lingkungan bank sampah menjadi
masyarakat/Pemdes/Pemda kumuh dan menjadi sarang binatang
Pengembangan bank sampah akan pengerat.
lebih terintegrasi dengan adanya c. Adanya pemulung/pengepul yang
dukungan dari pemda setempat, tokoh menjadi saingan
masyarakat dan pengusaha lokal Adanya pengepul/pemulung yang
(Asteria & Heruman, 2015). Bank- datang ke rumah-rumah membuat para
bank sampah yang memiliki kinerja nasabah yang ingin mendapat uang
baik pada umumnya adalah bank tunai, lebih menjual sampahnya ke
sampah yang mendapat dukungan dari pemulung/pengepul. Selain itu,
pemangku kepentingan lain. nasabah yang mempunyai sampah
d. Lingkungan desa jadi bersih dan sehat dalam jumlah besar lebih memilih
Selain mendapatkan keuntungan, membawa sampah ke pengepul
proses pengelolaan sampah rumah langsung. Selain mendapatkan uang

77
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80

tunai, mereka tidak dikenakan dimiliki dengan menghindari ancaman.


pemotongan untuk biaya operasional Strategi yang masuk dalam kelompok ini
seperti di bank sampah. adalah (1) menjadikan pemulung menjadi
mitra dalam pengelolaan sampah dengan
Strategi Pengembangan
menariknya menjadi nasabah; (2)
mendesak Pemdes dan DLH
menyediakan sarana dan prasarana
pendukung;
(c) Strategi kombinasi antara peluang dan
kelemahan (W-O). Strategi ini diterapkan
berdasarkan peluang yang ada dengan
mengatasi kelemahan. Strategi yang
dijalankan adalah mendesak DLH untuk :
(1) memberikan pelatihan untuk para
pengelola maupun calon pengelola bank
sampah; (2) menampung dan membeli
produk kerajinan sampah; (3) melakukan
sosialisasi bersama Pemdes terkait
Gambar 2. pengelolaan sampah dan pengoptimalan
Diagram Kuadran Strategi kinerja dalam keuangan. Bank sampah
Berdasarkan analisis SWOT dapat membuat inovasi produk layanan
terhadap faktor internal dan eksternal sampah, membuka usaha simpan pinjam
diperoleh koordinat kebijakan atau usaha yang lain agar
pengembangan bank sampah berada di pendapatannya meningkat sehingga
kuadran III (negatif, positif) seperti memungkinkan untuk memberikan
terlihat pada Gambar 2. Rekomendasi tunjangan bagi pengurus maupun
strategi yang diberikan adalah Ubah mempekerjakan orang lain.
Strategi, artinya organisasi disarankan (d) Strategi kombinasi antara kelemahan
untuk mengubah strategi sebelumnya. dan Ancaman (W-T), strategi ini
Sebab, strategi yang lama sulit untuk digunakan untuk meminimalkan
dapat menangkap peluang sekaligus kelemahan serta menghindari ancaman.
memperbaiki kinerja organisasi. Strategi pertama yaitu menempatkan
Berdasarkan penilaian pada setiap bank sampah di tempat fasilitas umum
faktor internal dan eksternal pada analisis bukan bertempat di rumah pengurus.
SWOT maka dapat dilakukan alternatif Lokasi bank sampah di rumah pengurus
strategi sebagai berikut: dapat menimbulkan rasa sungkan bagi
(a) Strategi kombinasi antara kekuatan para nasabah selain dikhawatirkan
dan peluang (S-O). Strategi ini menumpuknya sampah membuat bibit
menggunakan seluruh kekuatan untuk penyakit datang. Strategi kedua yaitu
memanfaatkan peluang. Adapun strategi mendesak DLH untuk merealisasikan
yang dapat diterapkan adalah (1) bank sampah induk, sehingga masalah
berupaya untuk menggandeng Pemdes harga yang sering dipermainkan oleh
sehingga bank sampah menjadi kegiatan pemulung bisa teratasi.
unggulan desa; (2) berupaya mendorong KESIMPULAN DAN SARAN
anggota untuk membuat kerajinan;
(b) Stategi kombinasi antara kekuatan Kesimpulan
dan Ancaman (S-T). Strategi ini Tingkat keberlanjutan bank
menggunakan seluruh kekuatan yang sampah Kabupaten Pati, berada pada

78
Strategi Pengambangan Bank Sampah… Iwan. R, dkk

angka 60% yang berarti sistem bank Pembangunan Wilayah & Kota,
sampah dianggap wajar tapi menunjukan 9(1), 87-96.
ada ruang yang besar untuk improvement
Anggraini, A. D. Noor, I., Said, A.
dalam program bank sampahnya.
(2015). Strategi Inovatif
Berdasarkan stakeholder mapping
Pengelolaan Sampah Rumah
terdapat 6 kelompok yang berpengaruh
Tangga Perkotaan (Studi Pada
dan berkepentingan terhadap bank
Bank Sampah “Sri Wilis” Perum
sampah yaitu DLH, Pemerintah Desa,
Wilis II Kelurahan Pojok
nasabah, pengepul, pemulung dan
Kecamatan Mojoroto Kota Kediri).
masyarakat. Perlu upaya inovatif dan
Administrasi Publik, 3(11), 1837-
partisipatif dari pengelola bank sampah
1843.
untuk mendorong pemerintah desa dan
masyarakat untuk mendukung penuh Apriliyanti, P. D. Soemarno., Meidiana,
kegiatan bank sampah. C. (2015). Evaluasi Kinerja Bank
Strategi yang dapat digunakan Sampah Kartini Mandiri Desa
dalam pengembangan bank sampah Pesanggrahan Kota Baru. J-PAL,
berdasarkan analisis SWOT adalah 2 6(2), 143-152.
strategi (S-O), 3 strategi (W-O), 2 Asteria, D., Heruman, H. (2016). Bank
strategi (S-T) dan 2 strategi (W-T). Sampah sebagai alternatif strategi
Strategi utamanya adalah mendorong pengelolaan sampah berbasis
DLH untuk memberikan pelatihan, siap masyarakat di Tasikmalaya.
menampung dan membeli produk Manusia dan Lingkungan, 23(1),
kerajinan sampah serta melakukan 136-141.
sosialisasi bersama Pemdes terkait.
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi
Saran Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Salemba Humanika.
Perlu dilakukan kajian lebih
mendalam mengenai tahapan Kristina, H. J. (2014). Model Konseptual
pengorganisasian bank sampah. Dengan Untuk Mengukur Adaptabilitas
mengenal pengelolaan bank sampah lebih Bank Sampah di Indonesia. J@TI
detail maka kita bisa memberikan saran- Undip, 9(1).
saran penyelesaian lebih mendetail Mallongi, A. & Saleh, M. (2015).
terhadap pengembangan bank sampah. Pengelolaan Limbah Padat
Mendorong Pemerintah Desa untuk Perkotaan. Makasar: Writing
mendukung penuh baik dari segi Revolution.
dukungan kebijakan dan pendanaan yang Melyanti I. M. (2014). Pola kemitraaan
masuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah, Civil Society, dan
Desa (APBDes) dalam pengembangan swasta dalam Program Bank
bank sampah. Selain bisa mendatangkan Sampah di Pasar Baru Kota
pendapatan desa, program bank sampah Probolinggo. Jurnal Kebijakan
membuat lingkungan desa lebih bersih. dan Manajemen Publik, 2(1).
DAFTAR PUSTAKA Mustofa, H. A. (1997). Kamus
Lingkungan. Solo: Rineka Cipta
Abadi, R. S. (2013). Keberlanjutan
Jakarta
pengelolaan sampah domestik di
Kampung Menoreh, Kelurahan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Sampangan, Semarang. Hidup Republik Indonesia Nomor

79
Jurnal Litbang Vol. XIV, No. 1, Juni 2018: 68-80

13 Tahun 2012 tentang Pedoman Rakyat. Bandung: PT. Refika


Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Aditama.
Recycle Melalui Bank Sampah.
Suwerda, B. (2012). Bank Sampah,
(2012). Jakarta.
Kajian Teori dan Penerapannya.
Purwanti, W. S. Sumartono., Haryono, B. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
S. (2015). Perencanaan Bank Usman, H., Akbar, P. S. (2009).
Sampah dalam rangka Metodologi Penelitian Sosial.
Pemberdayaan Masyarakat di Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Kecamatan Kepanjen Kabupaten
Utami, E. (2013). Buku Panduan Sistem
Malang. Jurnal Reformasi, 5(1) Bank Sampah dan 10 Kisah
Sidarto. (2010). Analisis Usaha Proses Sukses. Jakarta: Unilever
Pengelolaan Sampah Rumah Indonesia.
Tangga dengan Pendekatan Cost BIODATA PENULIS
and Benefit guna menunjang
Iwan Riswana, dilahirkan di Kota
Kebersihan Lingkungan. Jurnal Tangerang, Banten pada tanggal 25 April
Teknologi, 3(2) 1982. Memperoleh gelar Sarjana (S1)
Sucipto, C. D. (2012). Teknologi dari Universitas Lampung. Gelar S2
Pengolahan Daur Ulang Sampah. diperoleh dari Universitas Hasanuddin
Pontianak: Goysen Publishing. Makasar pada Program Studi
Perencanaan Pengembangan Wilayah.
Suharto, E. (2005). Membangun Saat ini bekerja pada Dinas Lingkungan
Masyarakat Memberdayakan Hidup Kabupaten Pati.

80

You might also like