You are on page 1of 62

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/353760119

LANDASAN DAN KONSEP PENDIDIKAN INKLUSI: Program Peningkatan


Kompetensi Guru Sekolah Inklusi

Book · August 2021

CITATIONS READS
0 5,078

4 authors, including:

Ediyanto Ediyanto Asep Sunandar


State University of Malang State University of Malang
69 PUBLICATIONS 205 CITATIONS 48 PUBLICATIONS 43 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Wiwik Dwi Hastuti


State University of Malang
21 PUBLICATIONS 91 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ediyanto Ediyanto on 08 August 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021

MODUL

LANDASAN DAN KONSEP


PENDIDIKAN INKLUSI
Program Peningkatan Kompetensi Guru
Sekolah Inklusi

Ediyanto
Asep Sunandar
Wiwik Dwi Hastuti
Risa Safira Ramadhani

YAYASAN PUSAT PENDIDIKAN ANGSTROM

i
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021

Korespondensi Penulis

Ediyanto
Doctor of Philosophy in Education
Hiroshima University
Telp.: +62 817532635
Email: ediace09@yahoo.co.id

Asep Sunandar
Doktor Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri Malang
Telp.: +6281-2212-7371
Email: asep.sunandar.fip@um.ac.id

Wiwik Dwi Hastuti


Magister Bimbingan Anak berkebutuhan Khusus
IKIP Bandung
Telp.: +6285-790-957-465
Email: wiwik.dwi.fip@um.ac.id

Risa Safira Ramadhani


Sarjana Pendidikan Luar Biasa
Universitas Negeri Malang
Tel.: +62858-1247-1545
Email: risasafiraramadhani@gmail.com

Korespondensi Institusi

Universitas Negeri Malang


Alamat Jalan Jl. Semarang No.5, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang,
Jawa Timur 65145. Telp: (0341) 551312
Website: https://um.ac.id/

MODUL PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH


INKLUSI INI DIDANAI OLEH PNBP UNIVERSITAS NEGERI MALANG

ii
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021

MODUL
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Program Peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Inklusi

Ediyanto;
Asep Sunandar;
Wiwik Dwi Hastuti;
Risa Safira Ramadhani.
@2021

Published by:

YAYASAN PUSAT PENDIDIKAN ANGSTROM


SK. MENHUMHAM No: AHU-0017392.AH.01.04.Tahun 2018
Alamat Jalan Golf Kavling No. 4 RT.004 RW. 001 Tasikmadu, Lowokwaru
Kota Malang , Jawa Timur 65142. Telp: +62 (0) 819 9120 7990.
Website : www.educationcenter.id,
Email : yayasan.angstrom@yahoo.com.

Cetakan Pertama, Agustus 2021

Layout & Cover Design:


Tim Penulis

ISBN : 978-623-91137-2-8
e-ISBN : 978-623-91137-3-5

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau


memindahkan sebagian atau keseluruhan isi buku ke dalam bentuk
apapun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk fotokopi,
merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari
penerbit.
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Hak Cipta, Bab XII
Ketentuan Pidana, Pasal 72, Ayat (1), (2), dan (6).

iii
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT karena buku yang berjudul “Modul
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi, Program Peningkatan
Kompetensi Guru Sekolah Inklusi” ini dapat terselesaikan. Buku ini
dibuat untuk pelatihan guru dan kepala sekolah pendidikan inklusi
dalam landasan dan konsep pendidikan inklusi di Indonesia yang
didanai oleh PNBP Universitas Negeri Malang tahun 2021.

Buku ini berisikan panduan yang mampu menganalisis landasan dan


konsep pendidikan inklusi sehingga dapat diimplementasikan dengan
baik dalam lingkungan sekolah, sehingga peserta program mampu
menganalisis teori pendidikan inklusi untuk mengembangkan wawasan
pendidikan untuk semua.

Pada buku ini, kita juga dapat belajar menyusun rencana


pengembangan sekolah inklusi berdasarkan studi kasus yang mereka
buat pada satu satuan pendidikan di jenjang pendidikan informal, dasar,
menengah atau tinggi.

Buku ini jauh dari kata sempurna, sehingga perlu kiranya untuk selalu
diperbaiki melalui kritik dan saran pembaca. Akhirnya, ucapan terima
kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya buku ini. Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat
bagi semua. Amin.

Malang, Agustus 2021

Penulis

iv
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Korespondensi Penulis ii
Halaman Pengesahan iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Peta Kedudukan Modul 1
Bab 1 Pendahuluan 4
Bab 2 Isi Modul 9
Bab 3 Evaluasi 46
Kunci Jawaban 52
Daftar Pustaka 53

v
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
MODUL LANDASAN DAN KONSEP PENDIDIKAN INKLUSI

Peta Kedudukan Modul


Setiap guru memiliki gaya dan karakteristik tersendiri dalam
pembelajaran di kelas, sehingga sekolah menakomodirnya dengan suatu
ketentuan pembelajaran bagi para guru di sekolah itu. Belum semua
sekolah dapat menerapkan pembelajaran dengan setting inklusi, karena
diperlukan kapasitas dan keterampilan khusus untuk dapat memiliki
kemampuan tersebut. Oleh karena itu dalam program capacity building ini
akan diupayakan adanya pendampingan secara massif bagi para guru agar
memiliki kemampuan pembelajaran kelas dalam setting inklusi.
Guru menjadi faktor penting dalam optimalisasi pendidikan inklusi
di sekolah. Selain guru kelas juga dibutuhkan guru khusus yang memiliki
keluasan wawasan dan keterampilan dalam penerapan pembelajaran
inklusi di kelas. Selain itu, Keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak
adalah faktor pendorong dan penentu dalam pengembangan pendidikan
inklusif di seluruh dunia. Mulai dari pengambilan keputusan mengenai
penempatan sekolah, hingga kolaborasi antara pihak sekolah dan orang tua
yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Terdapat sikap orang tua dan guru terhadap implementasi
pendidikan inklusi yang menunjukkan bahwa sebagian besar (73.3%),
menyatakan ketidaksetujuan jika siswa ABK berada dalam satu kelas
dengan siswa non ABK. Sikap negatif orangtua dan guru tersebut
konsisten dengan penilaian yang menyatakan berbagai kekurangan jika
siswa ABK belajar bersama siswa non ABK (sebanyak 63.33%), dan
pendapat bahwa siswa ABK seharusnya bersekolah di sekolah khusus/
sekolah luar biasa (sebanyak 86.67%). Orang tua dan guru menunjukkan
sikap yang negatif terhadap penerapan pendidikan inklusi. Hal ini

1
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
ditunjukkan melalui pernyataan tidak setuju jika siswa ABK berada dalam
satu kelas dengan siswa non ABK. Orang tua masih mengkhawatirkan
masih banyak kekurangan pada pendidikan inklusi jika siswa ABK belajar
bersama siswa non ABK. Mereka berpendapat bahwa siswa ABK
seharusnya bersekolah di sekolah khusus/sekolah luar biasa. Keterampilan
guru dalam memberikan layanan pendidikan inklusi perlu terus
ditingkatkan. Peningkatan keterampilan itu melalui pendidikan dan
pelatihan, atau studi lanjut ke program studi PLB. Diperlukan kolaborasi
guru reguler dengan guru PLB dalam memberikan layanan pendidikan
inklusi di sekolah.

Gambar 1. Konsep Capacity Building dalam Setting Pendidikan Inklusi


(Pembelajaran Kolaborasi)

2
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Pokok bahasan materi pelatihan bagi guru di sekolah inklusi sebagai
berikut: 1) Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi, 2) Manajemen
Pendidikan Inklusi, 3) Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan
Khusus, 4) Pengembangan Kurikulum, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Program Individual, dan 5) Pengembangan Sarana,
Prasarana, dan Media Pembelajaran. Sedangkan pada modul ini dibahas
tentang Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi.

3
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Standar Kompetensi dan Indikator Utama


Standar Kompetensi:
1. Peserta program mampu menganalisis teori pendidikan inklusi untuk
mengembangkan wawasan pendidikan untuk semua (Education for
All) yang berlandaskan kepada keadilan sosial, equality dan equity.
2. Peserta program mampu menyusun rencana pengembangan sekolah
inklusi berdasarkan studi kasus yang mereka buat pada satu satuan
pendidikan di jenjang pendidikan informal, dasar, menengah atau
tinggi.
3. Peserta program memiliki, membiasakan, dan menunjukkan sikap
yang positif terhadap pendidikan inklusi.

Indikator Utama:
Mampu menganalisis landasan dan konsep pendidikan inklusi sehingga
dapat diimplementasikan dengan baik dalam lingkungan sekolah.

B. Deskripsi
Modul ini terdiri dari tiga indikator pencapaian yaitu pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Masing-masing indikator pencapaian terintegrasi
di dalam materi-materi yang dipaparkan. Peserta program mempelajari
keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan. Pemahaman setiap
materi pada modul Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi ini
diperlukan untuk memahami landasan dan konsep pendidikan inklusi
secara lengkap. Setiap kegiatan belajar disertai dengan latihan atau

4
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta program
setelah mempelajari materi dalam modul ini.
Indikator Pencapaian dalam modul ini yaitu:
a. Pengetahuan
1. Peserta Program mampu menjelaskan konsep pendidikan inklusi
dengan tepat.
2. Peserta Program mampu menjelaskan sejarah pendidikan inklusi
dengan tepat.
3. Peserta Program mampu menjelaskan landasan filosofis pendidikan
inklusi dengan benar.
4. Peserta Program mampu menjelaskan landasan yuridis pendidikan
inklusi dengan benar.
5. Peserta Program mampu menjelaskan landasan empiris pendidikan
inklusi dengan benar.
6. Peserta Program mampu menjelaskan landasan pedagogis pendidikan
inklusi dengan benar.
7. Peserta Program mampu menganalisis prinsip-prinsip pendidikan
inklusi dengan tepat.
8. Peserta Program mampu menjelaskan tujuan pendidikan inklusi
dengan benar.
9. Peserta Program mampu menjelaskan karakteristik pendidikan inklusi
dengan benar.
10. Peserta Program mampu menjelaskan penekanan tentang konsep
Inklusi dengan tepat.

b. Keterampilan
1. Peserta Program mampu menganalisis konsep pendidikan inklusi
yang ada di sekolah dengan tepat.

5
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
c. Sikap
1. Peserta Program mengikuti konsep pendidikan inklusi dengan baik.
2. Peserta Program meyakini sejarah pendidikan inklusi dengan baik.
3. Peserta Program menganut landasan filosofis dalam pendidikan
inklusi dengan baik.
4. Peserta Program menganut landasan yuridis dalam pendidikan inklusi
dengan baik.
5. Peserta Program menganut landasan empiris dalam pendidikan inklusi
dengan baik
6. Peserta Program menganut landasan pedagogis dalam pendidikan
inklusi dengan baik
7. Peserta Program mampu mengikuti prinsip-prinsip pendidikan inklusi
dengan baik
8. Peserta Program mampu mengikuti tujuan pendidikan inklusi dengan
benar
9. Peserta Program mampu mengikuti karakteristik pendidikan inklusi
dengan benar
10. Peserta Program mampu mengikuti Penekanan tentang Konsep
Inklusi dengan tepat

Isi materi yang terdapat dalam modul ini berupa:


1. Konsep Pendidikan Inklusi
2. Sejarah pendidikan inklusi
3. Landasan pendidikan Inklusi
a. Landasan Filosofis
b. Landasan Yuridis
c. Landasan Empiris
d. Landasan Pedagogis

6
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
4. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusi
5. Tujuan pendidikan inklusi
6. Karakteristik pendidikan inklusi
7. Penekanan tentang Konsep Inklusi

C. Waktu
Tatap Muka : 4 jam
Kerja Mandiri : 16 jam
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi yang
menjadi target program

D. Prasyarat
Guru atau kepala sekolah di sekolah inklusi.

E. Petunjuk Penggunaan Modul


Ada beberapa cara yang dalam mempelajari modul ini secara efektif,
antara lain.
1. Bacalah setiap petunjuk yang terdapat dalam modul ini dengan baik,
agar tidak terjadi kesalahan persepsi terhadap isi modul.
2. Pahamilah setiap indikator keberhasilan yang ingin dicapai sebelum
membaca isi materi.
3. Bacalah isi setiap materi modul dengan teliti.
4. Pahamilah isi setiap materi pokok dengan baik.
5. Baca dan pahamilah setiap rangkuman yang diberikan pada akhir
materi pokok.
6. Kerjakan soal-soal evaluasi di akhir materi pokok dengan memilih
jawaban yang tepat.
7. Kerjakan soal-soal evaluasi tersebut dengan cermat dan teliti.

7
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
8. Lakukan kegiatan kerja mandiri untuk peningkatan kemampuan
kognitif, psikomotorik, dan afektif.
9. Ulangilah membaca jika masih ada kesulitan dalam menjawab dan
mengerjakan soal evaluasi.

8
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
BAB II
MATERI MODUL

A. Tujuan
1. Peserta Program mampu menjelaskan konsep pendidikan inklusi
dengan tepat.
2. Peserta Program mampu menjelaskan sejarah pendidikan inklusi
dengan tepat.
3. Peserta Program mampu menjelaskan landasan-landasan pendidikan
inklusi dengan benar.
4. Peserta Program mampu menganalisis prinsip-prinsip pendidikan
inklusi dengan tepat.
5. Peserta Program mampu menjelaskan tujuan pendidikan inklusi
dengan benar.
6. Peserta Program mampu menjelaskan karakteristik pendidikan inklusi
dengan benar.
7. Peserta Program mampu menjelaskan Penekanan tentang Konsep
Inklusi dengan tepat.

B. Uraian Materi
1. Konsep Pendidikan Inklusi
a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan Inklusif adalah suatu filosofi pendidikan dan sosial.
Dalam pendidikan inklusif, semua orang adalah bagian yang berharga
dalam kebersamaan, apapun perbedaan mereka. Pendidikan inklusif
berarti bahwa semua anak, terlepas dari kemampuan maupun
ketidakmampuan mereka, jenis kelamin, status sosial-ekonomi, suku,
latar belakang budaya atau bahasa dan agama menyatu dalam

9
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
komunitas sekolah yang sama. Pendidikan inklusif merupakan
pendekatan yang memperhatikan cara mentransformasikan sistem
pendidikan, sehingga dapat merespon keanekaragaman peserta didik
yang memungkinkan guru dan peserta didik merasa nyaman dengan
keanekaragaman tersebut, serta melihatnya lebih sebagai suatu
tantangan dan pengayaan dalam lingkungan belajar dari pada
melihatnya sebagai suatu problem.
Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) mengemukakan bahwa
pendidikan inklusif adalah penempatan anak berkelainan tingkat
ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini
menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang
sesuai bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan
bagaimanapun gradasinya Sementara itu, Sapon-Shevin (dalam 0'Neil,
1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusif sebagai sistem layanan
pendidikan mempersyaratkan agar semua anak berkebutuhan khusus
dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama
teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya restrukturisasi
sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan
kebutuhan khusus setiap peserta didik. Artinya, dalam pendidikan
inklusif tersedia sumber belajar yang kaya dan mendapat dukungan
dari semua pihak, yaitu: peserta didik, guru, orang tua, dan
masyarakat sekitarnya. Melalui pendidikan inklusif, peserta didik
berkebutuhan khusus dididik bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
(Freiberg, 1995). Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam
masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak
dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.

10
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Pendidikan inklusif dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009
didefinisikan sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik berkelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti
pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Dalam
pelaksanaannya, pendidikan inklusif bertujuan untuk memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik berkebutuhan
khusus dan mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang
menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan
sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.
Sekolah inklusif menurut Stainback dan Stainback (1990)
adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama.
Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang,
tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik.
Lebih dari itu, sekolah inklusif juga merupakan tempat setiap peserta
didik berterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling
membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota
masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi.
Sekolah inklusif adalah satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan bagi semua peserta didik pada sekolah
yang sama tanpa diskriminasi, ramah dan humanis untuk
mengoptimalkan pengembangan potensi semua peserta didik agar
menjadi insan yang berdayaguna dan bermartabat. Suatu
penyelenggaraan pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan

11
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
khusus semua peserta didik, untuk itu sekolah perlu melakukan
berbagai modifikasi dan/atau penyesuaian, mulai dari kurikulum,
sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem
pembelajaran, serta sistem penilaiannya.
b. Pendidikan Segregasi, Pendidikan Terpadu, dan Pendidikan
Inklusif
Pendidikan inklusif hanya merupakan salah satu model
penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Model
yang lain diantaranya adalah sekolah segregasi dan pendidikan
terpadu. Perbedaan ketiga model tersebut dapat diringkas sebagai
berikut.
1) Sekolah segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak
berkebutuhan khusus dari sistem persekolahan reguler. Di
Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan
pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis
kelainan peserta didik. Seperti SLB/ A untuk anak Tunanetra,
SLB/B untuk anak tunarungu, SLB/C untuk anak tunagrahita
dan lain-lain. Sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama
sekali dari sistem pendidikan di sekolah reguler, baik
kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana,
sampai pada sistem pembelajaran dan evaluasinya. Kelemahan
dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan
emosi dan sosial anak kurang luas karena lingkungan pergaulan
yang terbatas
2) Sekolah terpadu atau integrasi adalah sekolah yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik berkebutuhan khusus untuk
mengikuti pendidikan di sekolah reguler tanpa adanya perlakuan
khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan individual anak.

12
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Sekolah tetap menggunakan kurikulum, sarana prasarana,
tenaga pendidik dan kependidikan, serta sistem pembelajaran
reguler untuk semua peserta didik. Jika ada peserta didik
tertentu mengalami kesulitan dalam mengikuti pendidikan,
maka konsekuensinya peserta didik itu sendiri yang harus
menyesuaikan dengan sistem yang dituntut di sekolah reguler.
Dengan kata lain pendidikan terpadu menuntut anak yang harus
menyesuaikan dengan sistem yang dipersyaratkan sekolah
reguler. Kelemahan dari pendidikan melalui sekolah terpadu ini
antara lain, anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan individu anak. Sedangkan
keuntungannya adalah anak berkebutuhan khusus dapat bergaul
di lingkungan sosial yang luas dan wajar.
3) Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari
pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai
dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani
secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan/atau
penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga
pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada
sistem penilaiannya. Dengan kata lain pendidikan inklusif
mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan
tuntutan kebutuhan individu peserta didik, bukan peserta didik
yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan. Keuntungan
dari pendidikan inklusif anak berkebutuhan khusus maupun
anak biasa dapat saling berinteraksi secara wajar sesuai dengan
tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat, dan kebutuhan
pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masing-
masing. Konsekuensi penyelenggaraan pendidikan inklusif

13
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
adalah pihak sekolah dituntut melakukan berbagai perubahan,
mulai cara pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang
berorientasi pada kebutuhan individual tanpa diskriminasi.

2. Sejarah Pendidikan Inklusi


Sejarah perkembangan inklusif di dunia pada mulanya diprakarsai
dan diawali dari negara-negara Skandinavia (Denmark, Norwegia,
Swedia). Di Amerika Serikat pada tahun 1960-an oleh Presiden Kennedy
mengirimkan pakar-pakar Pendidikan Luar biasa ke Scandinavia untuk
mempelajari mainstreaming dan Least restrictive environment, yang
ternyata cocok untuk diterapkan di Amerika Serikat. Selanjutnya di
Inggris dalam Ed.Act. 1991 mulai memperkenalkan adanya konsep
pendidikan inklusif dengan ditandai adanya pergeseran model pendidikan
untuk anak kebutuhan khusus dari segregatif ke integratif. Tuntutan
penyelenggaraan pendidikan inklusif di dunia semakin nyata terutama
sejak diadakannya konvensi dunia tentang hak anak pada tahun 1989 dan
konferensi dunia tentang pendidikan tahun 1991 di Bangkok yang
menghasilkan deklarasi „Education for All.‟ Implikasi dari statement ini
mengikat bagi semua anggota konferensi agar semua anak tanpa kecuali
(termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan layanan pendidikan
secara memadai.
Sebagai tindak lanjut deklarasi Bangkok, pada tahun 1994
diselenggarakan konvensi pendidikan di Salamanca Spanyol yang
mencetuskan perlunya pendidikan inklusif yang selanjutnya dikenal
dengan “the Salamanca statement on inclusive education.” Berdasarkan
perkembangan sejarah pendidikan inklusif dunia tersebut, maka
Pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun 2000 mengembangkan
program pendidikan inklusif. Program ini merupakan kelanjutan program

14
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
pendidikan terpadu yang sesungguhnya pernah diluncurkan di Indonesia
pada tahun 1980-an, tetapi kemudian kurang berkembang, dan baru mulai
tahun 2000 dimunculkan kembali dengan mengikuti kecenderungan dunia,
menggunakan konsep pendidikan inklusif.
Sejalan dengan kecenderungan tuntutan perkembangan dunia
tentang pendidikan inklusif, Indonesia pada tahun 2004 menyelenggarakan
konvensi nasional dengan menghasilkan Deklarasi Bandung dengan
komitmen Indonesia menuju pendidikan inklusif. Untuk memperjuangkan
hak-hak anak dengan hambatan belajar, pada tahun 2005 diadakan
simposium internasional di Bukittinggi dengan menghasilkan
Rekomendasi Bukittinggi yang isinya antara lain menekankan perlunya
terus dikembangkan program pendidikan inklusif sebagai salah satu cara
menjamin bahwa semua anak benar-benar memperoleh pendidikan dan
pemeliharaan yang berkualitas dan layak.

3. Landasan Pendidikan Inklusi


a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis penerapan pendidikan inklusif di Indonesia
adalah Pancasila yang merupakan lima pilar sekaligus cita–cita yang
didirikan atas fondasi yang lebih mendasar lagi, yang disebut Bhineka
Tunggal Ika (Abdulrahman, 2003). Filsafat ini sebagai wujud
pengakuan kebhinekaan manusia, baik kebhinekaan vertikal maupun
horizontal, yang mengemban misi tunggal sebagai umat Tuhan di
muka bumi. Kebhinekaan vertikal ditandai dengan perbedaan
kecerdasan, kekuatan fisik, kemampuan finansial, kepangkatan,
kemampuan pengendalian diri, dsb. Sedangkan kebhinekaan
horizontal diwarnai dengan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa,
budaya, agama, tempat tinggal, daerah afiliasi politik, dsb. Walaupun

15
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
beragam namun dengan kesamaan misi yang diemban di bumi ini,
menjadi kewajiban untuk membangun kebersamaan dan interaksi
dilandasi dengan saling membutuhkan.
Bertolak dari filosofi Bhineka Tunggal Ika, kelainan (kecacatan)
dan keberbakatan merupakan salah satu bentuk kebhinekaan, seperti
halnya perbedaan suku, ras, bahasa, budaya, atau agama. Di dalam
diri individu berkelainan pastilah dapat ditemukan keunggulan–
keunggulan tertentu, sebaliknya di dalam diri individu berbakat pasti
terdapat juga kecacatan tertentu karena tidak hanya makhluk di bumi
ini yang diciptakan sempurna. Kecacatan dan keunggulan tidak
memisahkan peserta didik yang satu dengan yang lainnya, seperti
halnya perbedaan suku, bahasa, budaya, atau agama, tetap dalam
kesatuan. Hal ini terus diwujudkan dalam sistem pendidikan. Sistem
pendidikan harus memungkinkan terjadinya pergaulan dan interaksi
antar peserta didik yang beragam, sehingga mendorong sikap silih
asah, silih asih, dan silih asuh dengan semangat toleransi yang
nampak atau dicita–citakan dalam kehidupan sehari–hari.

b. Landasan Yuridis
Landasan yuridis penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah
sebagai berikut:
1) UUD 1945 (Amandemen) Pasal 31: (1) berbunyi setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat (2) Setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
2) UU no 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Ps 48
Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar
minimal 9 tahun untuk semua anak. Ps 49 Negara,

16
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Pemerintah, Keluarga, dan orang tua wajib memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk
memperoleh pendidikan.
3) UU no 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional.
Ps 5 ayat (1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan bermutu. Ayat (2) Warga
negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual dan /atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus. Ayat (3) Warga negara di daerah terpencil atau
terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak
memperoleh pendidikan layanan khusus. Ayat (4) Warga
negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus. Pasal 11 ayat (1) dan
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun. Pasal 12 ayat (1) setiap
peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,
minat dan kemampuannya (1b) Setiap peserta didik berhak
pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan
pendidikan lain yang setara (1e) Pasal 32 ayat (1) Pendidikan
khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,

17
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
sosial, dan /atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa. Ayat (2) Pendidikan layanan khusus merupakan
pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau
terbelakang, masyarakat adat terpencil, dan /atau mengalami
bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi
ekonomi. Dalam penjelasan pasal 15 alinea terakhir
dijelaskan bahwa pendidikan khusus merupakan
penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar
biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa
satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah. Pasal 45 ayat (1) Setiap satuan pendidikan formal
dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang
memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual,
sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
4) Peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar
Nasional pendidikan Pasal 2 ayat (1) Lingkungan Standar
Nasional Pendidikan meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Dalam PP No 19/2005 tersebut juga dijelaskan bahwa satuan
pendidikan khusus terdiri atas SDLB, SMPLB, SMALB.
5) Surat edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No
380/C.C6/MNB/2003 tanggal 20 Januari 2003 perihal
pendidikan inklusif menyelenggarakan dan mengembangkan

18
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
di setiap kabupaten /kota sekurang-kurangnya 4 sekolah yang
terdiri dari: SD, SMP, SMA, dan SMK.
6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun
2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau
bakat istimewa

c. Landasan Empiris
1) Deklarasi Hak Asasi Manusia, 1948
2) Konvensi Hak Anak, 1989
3) Konferensi dunia tentang Pendidikan untuk semua, 1990
4) Resolusi PBB nomor 48/49 tahun 1993 tentang persamaan
kesempatan bagi orang berkelainan.
5) Pernyataan Salamanca tentang pendidikan inklusi, 1994
6) Komitmen Dakar mengenai Pendidikan untuk semua, 2000
7) Deklarasi Bandung (2004) dengan komitmen “Indonesia
menuju pendidikan inklusif,”
8) Rekomendasi Bukittinggi (2005), bahwa pendidikan yang
inklusif dan ramah terhadap anak seyogyanya dipandang
sebagai:
a) sebuah pendekatan terhadap peningkatan kualitas sekolah
secara menyeluruh yang akan menjamin bahwa strategi
nasional untuk semua adalah benar-benar untuk semua
b) sebuah cara untuk menjamin bahwa semua anak
memperoleh pendidikan dan pemeliharaan yang
berkualitas di dalam komunitas tempat tinggalnya sebagai
bagian dari program- program untuk perkembangan usia
dini anak, pra sekolah dasar dan menengah, terutama

19
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
mereka yang pada saat ini masih belum diberi kesempatan
untuk memperoleh pendidikan di sekolah umum atau
masih rentan terhadap marginalisasi dan eksklusi
c) sebuah kontribusi terhadap pengembangan masyarakat
yang menghargai dan menghormati perbedaan individu
semua warga negara.

Disamping itu juga menyepakati rekomendasi berikut ini


untuk lebih meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Asia dan
benua-benua lainnya:
1) inklusi seyogyanya dipandang sebagai sebuah prinsip
fundamental yang mendasari semua kebijakan nasional
2) konsep kualitas seharusnya difokuskan pada perkembangan
nasional, emosional dan fisik, maupun pencapaian akademik
lainnya
3) sistem asesmen dan evaluasi nasional perlu direvisi agar
sesuai dengan prinsip-prinsip non diskriminasi dan inklusi
serta konsep kualitas sebagaimana telah disebutkan di atas
4) orang dewasa seharusnya menghargai dan menghormati
semua anak, tanpa memandang perbedaan karakteristik
maupun keadaan individu, serta seharusnya pula
memperhatikan pandangan mereka
5) semua kementrian seharusnya berkoordinasi untuk
mengembangkan strategi bersama menuju inklusi
6) Demi menjamin pendidikan untuk semua melalui kerangka
sekolah yang ramah terhadap anak, maka masalah non
diskriminasi dan inklusi harus diatasi dari semua dimensi,
dengan upaya bersama yang terkoordinasi antara lembaga-

20
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
lembaga pemerintah dan non pemerintah, donor, masyarakat,
berbagai kelompok local, orang tua, anak maupun sektor
swasta
7) semua pemerintah dan organisasi internasional serta
organisasi non pemerintah, seharusnya berkolaborasi dan
berkoordinasi dalam setiap upaya mencapai keberlangsungan
pengembangan masyarakat inklusif dan lingkungan yang
ramah terhadap pembelajaran bagi semua anak.
8) Pemerintah seharusnya mempertimbangkan implikasi sosial
maupun ekonomi bila tidak mendidik semua anak, dan oleh
karena itu dalam manajemen sistem informasi sekolah harus
mencangkup semua anak usia sekolah
9) Program pendidikan pra- jabatan maupun pendidikan dalam
jabatan guru seharusnya direvisi guna mendukung
pengembangan praktek inklusi sejak pada tingkat usia pra
sekolah hingga usia-usia di atasnya dengan menekankan pada
pemahaman secara holistik tentang perkembangan dan
belajar anak termasuk pada intervensi dini
10) Pemerintah (pusat, propinsi, dan local) dan sekolah
seharusnya membangun dan memelihara dialog dengan
masyarakat, termasuk orang tua, tentang nilai-nilai sistem
pendidikan yang non-diskriminatif dan inklusi

d. Landasan Pedagogis
Landasan Pedagogis tercermin pada pasal 3 Undang-Undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

21
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Jadi melalui pendidikan, peserta didik berkebutuhan khusus dibentuk
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, yaitu
individu yang mampu menghargai perbedaan dan berpartisipasi dalam
masyarakat. Tujuan ini mustahil tercapai jika sejak awal anak
berkebutuhan khusus diisolasikan dari teman sebayanya di sekolah-
sekolah khusus. Mereka harus diberi kesempatan bersama teman
sebayanya.

4. Prinsip-prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi


Penyelenggaraan pendidikan inklusif didasarkan pada beberapa
prinsip
sebagai berikut.
a. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu
Pendidikan inklusif merupakan filosofi dan strategi dalam upaya
pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan
peningkatan mutu pendidikan yang memungkinkan dapat memberikan
akses pada semua anak dan menghargai perbedaan.
b. Prinsip keberagaman
Adanya perbedaan individual dari sisi kemampuan, bakat,
minat, serta kebutuhan peserta didik, sehingga pendidikan hendaknya
diupayakan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
individual peserta didik.
c. Prinsip kebermaknaan
Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas
kelas yang ramah, menerima, keragaman dan menghargai perbedaan,
serta bermakna bagi kemandirian peserta didik.

22
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
d. Prinsip keberlanjutan
Pendidikan inklusif diselenggarakan secara berkelanjutan pada
semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan
e. Prinsip keterlibatan
Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh
komponen pendidikan terkait.

5. Tujuan Pendidikan Inklusi


Pendidikan inklusif di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan.
a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak
termasuk anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang
layak sesuai dengan kebutuhannya.
b. Membantu mempercepat program wajib belajar pendidikan dasar
c. Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah
dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah.
d. Menciptakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal
31 ayat 1 yang berbunyi „setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan, dan ayat 2 yang berbunyi setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
UU no 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya
Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. „UU No
23/2002 tentang perlindungan Anak, khususnya pasal 51 yang
berbunyi anak yang menyandang cacat fisik dan atau mental
diberikan kesempatan yang sama dan aksessibilitas untuk
memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.

23
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Tujuan praktis yang ingin dicapai dalam pendidikan inklusi meliputi
tujuan langsung oleh anak, oleh guru, oleh orang tua dan oleh masyarakat.
a. Tujuan yang ingin dicapai oleh anak dalam mengikuti kegiatan
belajar dalam inklusi antara lain adalah:
1) berkembangnya kepercayaan pada diri anak, merasa bangga
pada diri sendiri atas prestasi yang diperolehnya.
2) anak dapat belajar secara mandiri, dengan mencoba memahami
dan menerapkan pelajaran yang diperolehnya di sekolah ke
dalam kehidupan sehari-hari.
3) anak mampu berinteraksi secara aktif bersama teman-temannya,
guru, sekolah dan masyarakat.
4) anak dapat belajar untuk menerima adanya perbedaan, dan
mampu beradaptasi dalam mengatasi perbedaan tersebut.
b. Tujuan yang ingin dicapai oleh guru-guru dalam melaksanakan
pendidikan inklusi antara lain adalah:
1) guru akan memperoleh kesempatan belajar dari cara mengajar
dengan setting inklusi.
2) terampil dalam melakukan pembelajaran kepada peserta didik
yang memiliki latar belakang beragam.
3) mampu mengatasi berbagai tantangan dalam memberikan
layanan kepada semua anak.
4) bersikap positif terhadap orang tua, masyarakat, dan anak dalam
situasi beragam.
5) mempunyai peluang untuk menggali dan mengembangkan serta
mengaplikasikan berbagai gagasan baru melalui komunikasi
dengan anak di lingkungan sekolah dan masyarakat.

24
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
c. Tujuan yang akan dicapai bagi orang tua antara lain adalah:
1) para orang tua dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana
cara mendidik dan membimbing anaknya lebih baik di rumah,
dengan menggunakan teknik yang digunakan guru di sekolah.
2) mereka secara pribadi terlibat, dan akan merasakan
keberadaanya menjadi lebih penting dalam membantu anak
untuk belajar
3) orang tua akan merasa dihargai, merasa dirinya sebagai mitra
sejajar dalam memberikan kesempatan belajar yang berkualitas
kepada anaknya
4) orang tua mengetahui bahwa anaknya dan semua anak yang di
sekolah, menerima pendidikan yang berkualitas sesuai dengan
kemampuan masing-masing individu anak.
d. Tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh masyarakat dalam
pelaksanaan pendidikan inklusif antara lain adalah:
1) masyarakat akan merasakan suatu kebanggaan karena lebih
banyak anak mengikuti pendidikan di sekolah yang ada di
lingkungannya.
2) semua anak yang ada di masyarakat akan terangkat dan menjadi
sumber daya yang potensial, yang akan lebih penting adalah
bahwa masyarakat akan lebih terlibat di sekolah dalam rangka
menciptakan hubungan yang lebih baik antara sekolah dan
masyarakat (Tarmansyah, 2007:112-113).

Selanjutnya tujuan pendidikan inklusi menurut Raschake dan


Bronson (Lay Kekeh Marthan, 2007: 189-190), terbagi menjadi 3 yakni
bagi anak berkebutuhan khusus, bagi pihak sekolah, bagi guru, dan bagi
masyarakat, lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

25
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
a. Bagi anak berkebutuhan khusus
1) anak akan merasa menjadi bagian dari masyarakat pada
umumnya.
2) anak akan memperoleh bermacam-macam sumber untuk belajar
dan bertumbuh.
3) meningkatkan harga diri anak
4) anak memperoleh kesempatan untuk belajar dan menjalin
persahabatan bersama teman yang sebaya.
b. Bagi pihak sekolah
1) memperoleh pengalaman untuk mengelola berbagai perbedaan
dalam satu kelas.
2) mengembangkan apresiasi bahwa setiap orang memiliki
keunikan dan kemampuan yang berbeda satu dengan lainnya.
3) meningkatkan kepekaan terhadap keterbatasan orang lain dan
rasa empati pada keterbatasan anak.
4) meningkatkan kemampuan untuk menolong dan mengajar
semua anak dalam kelas
c. Bagi guru
1) membantu guru untuk menghargai perbedaan pada setiap anak
dan mengakui bahwa anak berkebutuhan khusus juga memiliki
kemampuan
2) menciptakan kepedulian bagi setiap guru terhadap pentingnya
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
3) guru akan merasa tertantang untuk menciptakan metode-metode
baru dalam pembelajaran dan mengembangkan kerjasama
dalam memecahkan masalah.
4) meredam kejenuhan guru dalam mengajar.
d. Bagi masyarakat

26
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
1) meningkatkan kesetaraan sosial dan kedamaian dalam
masyarakat.
2) mengajarkan kerjasama dalam masyarakat dan mengajarkan
setiap anggota masyarakat tentang proses demokrasi.
3) membangun rasa saling mendukung dan saling membutuhkan
antar anggota masyarakat.

6. Karakteristik Pendidikan Inklusi


Karakteristik utama pendidikan inklusi adalah (Thomazet, 2012):
a. Inklusi adalah untuk semua siswa, terlepas dari kesulitan mereka
b. Kebutuhan semua siswa harus dipenuhi di dalam kelas reguler,
termasuk melalui kompensasi atau bahkan tindakan khusus
c. Inklusi didasarkan pada perbedaan dan membutuhkan
pembentukan program pendidikan individu dan juga program
pendidikan inklusif
d. Siswa berkebutuhan khusus ditempatkan di kelas yang sesuai
dengan usianya dan di sekolah yang terdekat dengan tempat
tinggalnya
e. Sistem pendidikan harus beradaptasi dengan kebutuhan khusus
para siswa, bukan sebaliknya
f. Inklusi bertujuan untuk mempromosikan partisipasi anak
berkebutuhan khusus dalam kehidupan sosial dan budaya dalam
masyarakat

Selain itu karakteristik pendidikan inklusi terdapat dalam beberapa


hal seperti Penyediaan Informasi, Fitur Fisik, Kebijakan Sekolah Inklusi,
Program Pembelajaran Individual (PPI), Interaksi Siswa, Kepegawaian

27
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Atau Personalia, Hubungan Eksternal, Penilaian Prestasi, Kurikulum,
Strategi Pengajaran (Winter & O‟Raw, 2010).

Gambar 2. Sepuluh tema utama yang terkait dengan pendidikan inklusif


Sumber: Winter, E., & O‟Raw, P. (2010).

1) Penyediaan Informasi
Komunikasi yang terbuka dan teratur sangat penting untuk
kolaborasi yang efektif antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dapat
membantu menumbuhkan tujuan rasa kebersamaan di antara semua yang
terlibat (Russell, 2005). Memberi tahu orang tua dan pemangku
kepentingan lainnya juga dapat membantu menghindari kesalahpahaman,
terutama ketika ada ketidaksesuaian antara nilai dan tujuan keluarga dan
sekolah (Norris dan Closs, 2003). Informasi memungkinkan orang untuk
membuat pilihan yang tepat dan untuk mengembangkan strategi koping
untuk mengatasi masalah, dan karena itu merupakan alat penting dalam
bekerja secara positif dengan orang tua dan masyarakat luas. Metode
penyebaran informasi kepada orang tua dan orang lain dapat dilakukan

28
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
dalam berbagai bentuk, termasuk materi cetak, iklan di surat kabar dan
televisi, tatap muka, dan internet. Pada bagian ini kita melihat penyediaan
informasi kepada orang tua, pemangku kepentingan, dan masyarakat luas
mengenai layanan, sumber daya, dan praktik yang mendukung inklusi di
lingkungan seluruh sekolah.
Dalam prakteknya orang tua dan pemangku kepentingan lainnya
diberikan dokumen kebijakan sekolah. Disarankan agar orang tua
menerima, atau memiliki akses terbuka ke, dokumen kebijakan sekolah
tentang inklusi. Ini akan membantu menginformasikan tentang etos
sekolah dalam kaitannya dengan inklusi, ruang lingkup penyediaan dan
layanan dukungan pendidikan khusus, dan kebijakan penerimaan dan
pengecualian sekolah. Informasi ini akan membantu meyakinkan orang
tua bahwa fasilitas yang sesuai dan memadai tersedia untuk anak mereka
dan bahwa mereka tidak akan rugi karena dimasukkan ke dalam kelas
mainstream. Kebijakan sekolah idealnya harus dikembangkan melalui
konsultasi dengan orang tua dan pemangku kepentingan lainnya. Ini harus
diungkapkan dengan cara yang mudah dipahami oleh semua pihak yang
berkepentingan. Ini sangat penting di sekolah-sekolah yang populasi
muridnya termasuk mereka yang bahasa Inggrisnya adalah bahasa kedua.
Pemberian informasi disampaikan dengan syarat agar orang tua dan
orang lain dapat memahami. Sama seperti sekolah bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan belajar anak yang beragam, demikian pula sekolah
perlu mempertimbangkan orang tua dan latar belakang serta budaya yang
berbeda agar peka terhadap kemungkinan hambatan komunikasi dan
memastikan partisipasi penuh oleh orang tua (Nasen, 2000). Oleh karena
itu penting bahwa semua informasi yang diberikan ditulis dalam bahasa
yang bermakna dan informatif (Bahasa yang mudah dipahami oleh orang
tua).

29
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Terlibat dengan orang tua melalui pertemuan tatap muka dapat
menumbuhkan rasa hubungan dan keterlibatan yang lebih dalam dengan
sekolah, dan membantu mengatasi masalah individu. Pendekatan ini dapat
menempatkan tuntutan yang tinggi pada waktu dan sumber daya staf tetapi
memberikan kesempatan yang berharga bagi orang tua untuk berbicara
melalui isu-isu yang relevan dan dapat berfungsi untuk memperjelas
pemikiran mereka serta memberikan pelepasan emosional yang
diperlukan. Penting juga untuk menindaklanjuti setiap item yang
memerlukan perhatian lebih lanjut dan berkonsultasi dengan staf spesialis
jika diperlukan (Rose dan Howley, 2007).
Orang tua cenderung menginginkan informasi tentang sifat
kebutuhan tambahan bagi anak mereka, layanan yang tersedia, kemajuan
pendidikan dan masalah emosional dan perilaku. Orang tua juga dapat
mencari nasihat tentang bagaimana menanggapi dan mendorong
perkembangan kemampuan anak melalui permainan atau kegiatan lain di
rumah. Pengembangan layanan kemitraan orang tua di sekolah memberi
orang tua sumber daya khusus yang dapat mereka mintai bantuan,
dukungan, dan informasi. Tujuan dari layanan ini adalah untuk
memastikan bahwa orang tua dari anak-anak yang memiliki kebutuhan
tambahan memiliki akses ke informasi, nasihat dan bimbingan
sehubungan dengan kebutuhan pendidikan khusus anak-anak mereka
sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat dan terinformasi
(DfES, 2001).

2) Fitur Fisik
Menyediakan sekolah yang benar-benar inklusif, lingkungan fisik
perlu aman dan dapat diakses oleh semua siswa, termasuk mereka yang
berkebutuhan khusus. Sekolah juga perlu terstruktur sedemikian rupa

30
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
untuk meminimalkan efek perbedaan belajar individu pada prestasi.
Banyak masalah yang berkaitan dengan desain dan tata letak lingkungan
fisik hanya dapat ditangani pada tahap perencanaan untuk bangunan
sekolah dan lebih menjadi perhatian otoritas pendidikan, pembangun dan
perancang. Namun, bagian berikut menjelaskan beberapa akomodasi yang
dapat dibuat untuk memastikan lingkungan fisik dioptimalkan untuk
inklusi, yang memungkinkan semua pelajar memperoleh manfaat
maksimal dari pengalaman pendidikan mereka.
Menyediakan akses fisik yang aman ke gedung sekolah, ruang kelas
dan fasilitas lainnya sangat penting untuk memastikan semua siswa dapat
secara fisik mendapatkan akses ke lingkungan pendidikan dan disertakan
dalam semua kegiatan yang sesuai bersama rekan-rekan mereka. Hal ini
sangat relevan bagi siswa penyandang disabilitas, akses yang memadai
harus disediakan sesuai kebutuhan, termasuk penyediaan jalan landai dan
lift, dan toilet yang disesuaikan. Perhatian juga harus diberikan untuk
memastikan bahwa semua pintu cukup lebar untuk menampung kursi roda
dan ada ruang yang cukup untuk kursi roda untuk bermanuver di dalam
kelas. Siswa penyandang cacat fisik juga dapat memperoleh manfaat dari
fitur seperti kursi yang disesuaikan, atau meja yang memiliki ketinggian
yang tepat untuk kursi roda. Ukuran kelas dan kepadatan siswa juga dapat
menimbulkan hambatan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan
inklusif yang mendukung pembelajaran. Studi telah menunjukkan bahwa
siswa di sekolah yang penuh sesak mendapat skor yang jauh lebih rendah
dalam matematika dan pemahaman membaca daripada siswa serupa dalam
kondisi yang kurang ramai (Rivera-Batiz and Marti, 1995). Oleh karena
itu, penting untuk menentukan jumlah siswa yang optimal untuk ukuran
ruangan tertentu. Ini harus mempertimbangkan mereka yang mungkin
memerlukan peralatan tambahan untuk membantu mereka dalam

31
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
pembelajaran mereka atau yang menggunakan kursi roda dan ruang untuk
akses yang memadai yang mungkin diperlukan.
Pada tingkat umum jumlah pencahayaan di dalam kelas harus
dipertimbangkan, memastikan bahwa semua area cukup terang.
Direkomendasikan juga bahwa penggunaan cahaya alami harus
dimaksimalkan dan tersedia siang hari yang dilengkapi dengan penerangan
listrik (Mitchell, 2008). Jumlah cahaya yang tersedia di ruang kelas
penting karena memungkinkan siswa untuk melihat informasi yang
disajikan di papan tulis dengan jelas dan untuk mengerjakan tugas berbasis
meja. Perlu juga dicatat bahwa beberapa siswa mungkin lebih menyukai
lampu yang lebih redup atau lampu yang lebih terang untuk belajar.
Beberapa anak dengan gangguan seperti ADHD, autisme dan mereka
dengan epilepsi fotosensitif mungkin mengalami disorientasi oleh kedipan
yang dipancarkan oleh lampu neon terang.
Menyediakan lingkungan yang terstruktur dan dapat diprediksi
terbukti bermanfaat bagi siswa yang mengalami kesulitan dengan
organisasi, terutama mereka yang memiliki kesulitan belajar dan
ketidakmampuan perkembangan. Beberapa siswa, khususnya mereka
dengan autisme atau sindrom Asperger, dapat bergantung pada isyarat
lingkungan eksternal untuk menyusun dan mengatur pembelajaran
mereka. Memiliki rutinitas rutin untuk tugas kelas dan tempat yang
ditentukan untuk materi kelas dapat membantu mengurangi kecemasan
yang mungkin mereka rasakan terkait masalah ini. Strategi praktis untuk
mengakomodasi kebutuhan siswa ini dapat mencakup penyediaan isyarat
visual seperti petunjuk gambar, kode warna, dan daftar tertulis, atau
petunjuk nomor untuk membantu organisasi. Jadwal dan jadwal kelas
dapat diberikan dalam bentuk gambar dan tulisan, dengan aturan kelas
ditampilkan dengan jelas.

32
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Pengaturan tempat duduk di ruang kelas dapat disusun untuk
memungkinkan tidak hanya akses fisik yang lebih besar untuk semua
siswa, dan akses ke titik belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk
mengendalikan perilaku yang tidak diinginkan bagi mereka yang memiliki
kesulitan perilaku. Misalnya, furniture dan peralatan dapat diatur
sedemikian rupa untuk mengurangi gerakan yang tidak diinginkan di
sekitar kelas dan meminimalkan peluang bagi siswa untuk mengganggu
siswa lain di ruang kerja mereka (CEC, 1997). Siswa dengan gangguan
penglihatan atau pendengaran dapat duduk di dekat papan tulis atau guru,
atau di sebelah jendela untuk memanfaatkan cahaya alami ekstra.
Demikian pula, siswa yang mungkin memerlukan pemantauan lebih sering
atau mengalami kesulitan untuk tetap mengerjakan tugas juga harus
dipertimbangkan untuk tempat duduk yang disukai (yaitu di dekat guru,
atau di antara siswa yang fokus dengan baik, jauh dari gangguan). Bagi
anak-anak yang tidak bisa diam, duduk berjam-jam atau bahkan lima
menit bisa menjadi siksaan. Anak-anak yang cenderung banyak bergerak
dapat diberikan dua kursi di dalam kelas, sehingga mereka memiliki
tempat yang 'legal' untuk dikunjungi ketika mereka perlu bergerak.

3) Kebijakan Sekolah Inklusi


Kebijakan yang dikembangkan di dalam sekolah inklusi, melibatkan
seluruh komunitas sekolah, dan dirancang dengan berkonsultasi dengan
semua pemangku kepentingan utama, termasuk orang tua. Semua
pernyataan kebijakan harus jelas dan transparan dan dibangun di atas visi
inklusi yang diartikulasikan dengan jelas. Mereka harus terus ditinjau dan
dievaluasi secara teratur. Kebijakan yang dibuat di sekolah inklusi
mencerminkan seperangkat keyakinan dan hak yang akan mendukung dan
memandu praktik sekolah inklusif untuk kebutuhan pendidikan khusus.

33
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Sebagai bentuk mewujudkannya harus diikuti dengan komitmen untuk
melaksanakan praktik-praktik inklusif tersebut. Memberikan pernyataan
inklusi menunjukkan komitmen sekolah terhadap inklusi dan membahas
isu-isu kunci inklusi, kesetaraan dan aksesibilitas (Diadaptasi dari
Westwood, 1997).
Komunikasi sangat penting untuk kolaborasi yang efektif dalam
penentuan kebijakan. Kebijakan sekolah tentang inklusi harus menetapkan
rencananya untuk penyediaan dan penyebaran informasi kepada orang tua,
pemangku kepentingan dan masyarakat luas. Jika sekolah ingin benar-
benar inklusif maka sangat penting bahwa mereka merencanakan untuk
memenuhi kebutuhan semua siswa melalui identifikasi awal yang efektif,
penilaian, dan perencanaan pendidikan individu (Westwood, 2007).
Penilaian menginformasikan pengajaran dan pembelajaran dan
memungkinkan sekolah untuk memodifikasi dan mengadaptasi instruksi
untuk mengembangkan kurikulum inklusif. Ini juga memainkan peran
kunci dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar, memantau kemanjuran
intervensi dan mengukur kemajuan.

4) Program Pembelajaran Individual (PPI)


Program Pembelajaran Individual (PPI) adalah rencana tertulis yang
menggambarkan program dan layanan pendidikan khusus yang
dibutuhkan oleh siswa tertentu dan didasarkan pada penilaian menyeluruh
terhadap kekuatan dan kebutuhan siswa (Ontario Ministry of Education,
2004). Ini adalah mekanisme yang memastikan perencanaan dan
akuntabilitas yang cermat dan menyediakan rencana terdokumentasi untuk
pendidikan murid tertentu. Untuk menciptakan PPI yang efektif, orang tua,
guru, dan siswa harus bersama-sama melihat secara dekat kebutuhan unik
siswa, dan merancang program pendidikan untuk membantu siswa

34
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
berhasil. Ini melibatkan penetapan tujuan yang tepat, dan pemantauan
serta evaluasi kemajuan secara teratur. Tujuan utamanya adalah untuk
menetapkan target yang realistis sehingga anak dapat mencapai
kemampuan dan fungsinya sebaik mungkin secara mandiri.
Idealnya, Program Pembelajaran Individual (PPI) siswa paling baik
dibuat melalui kolaborasi, dan harus melibatkan upaya gabungan dari
siswa, orang tua, sekolah, dan profesional lainnya. Oleh karena itu,
memaksimalkan kesempatan untuk keterlibatan orang tua dalam
penyusunan PPI harus menjadi tujuan utama, dan penting untuk membuat
pengalaman tersebut mendukung dan sepositif mungkin (NCSE, 2006).
Sementara PPI dan kemajuan murid harus terus dipantau dari waktu ke
waktu. Dalam praktiknya, anak-anak yang lebih kecil dan mereka yang
memiliki kebutuhan yang lebih kompleks atau signifikan biasanya akan
membutuhkan tinjauan yang lebih sering (misalnya, satu semester).
Frekuensi pertemuan pemantauan dan tinjauan PPI harus selalu dipandu
oleh kebutuhan individu setiap murid, dan orang tua serta murid harus
menjadi peserta penuh dalam proses peninjauan. Ketika target tidak
tercapai, guru perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang mungkin
berkontribusi, termasuk faktor-faktor dalam konteks pembelajaran yang
lebih luas yang dapat bertindak sebagai hambatan untuk belajar.

5) Interaksi Siswa
Manfaat utama dari memasukkan semua siswa ke dalam sistem
pendidikan yang sama adalah cara meningkatkan dan memperluas
pengalaman pendidikan bagi semua siswa. Manfaat dari keterlibatan dan
hubungan siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus mengajarkan
mereka tentang, memahami dan menjadi lebih menerima keragaman
(Staub dan Peck, 1995). Bagi mereka yang berkebutuhan khusus,

35
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
kompetensi sosial dan keterampilan komunikasi dapat meningkat
(Guralnick et al., 1995).

6) Kepegawaian atau Personalia


Guru kelas, Guru Pendamping Khusus (GPK), dan staf pendukung
merupakan pusat keberhasilan inklusi. Oleh karena itu, penting bahwa
semua staf dan personil yang bekerja di lingkungan inklusif memiliki
keterampilan dan pengetahuan untuk menghadapi tantangan inklusi. Sama
pentingnya bahwa staf bekerja sama secara efektif sebagai tim yang
koheren, untuk memastikan semua siswa secara efektif dilibatkan dalam
lingkungan pendidikan.
Salah satu faktor terpenting dalam menentukan keberhasilan inklusi
adalah budaya inklusi di seluruh lingkungan sekolah. Dukungan kepala
sekolah sangat penting untuk mewujudkan hal ini, karena mereka
menempati peran kepemimpinan kritis di sekolah. Keyakinan dan sikap
guru juga penting untuk keberhasilan inklusi (Fischer, Roach dan Frey,
2002), karena mereka menghadapi tantangan inklusi di kelas setiap hari.
Oleh karena itu, penting untuk secara aktif mempromosikan dan
mengembangkan etos positif di antara guru dan anggota staf lainnya, dan
mendorong komitmen bersama terhadap nilai-nilai inklusi (Kugelmass,
2001). Keyakinan dan harapan guru dapat memiliki pengaruh yang kuat
pada pembelajaran murid. Studi oleh Ellins dan Porter (2005) dan Wilkins
dan Nietfield (2004) telah menunjukkan bahwa sikap guru dapat
mempengaruhi hasil belajar untuk siswa individu dengan kebutuhan
pendidikan khusus. Tapi bukan hanya sikap individu yang berkontribusi
dalam membentuk budaya sekolah; karakteristik sekolah itu sendiri
sebagai sebuah organisasi juga relevan (Lindsay dan Muijis, 2006). Untuk

36
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
alasan ini, sama pentingnya untuk mempromosikan inklusi di tingkat
seluruh sekolah.
Guru kelas atau mata pelajaran memiliki tanggung jawab utama atas
kemajuan semua siswa di kelasnya, termasuk mereka yang berkebutuhan
pendidikan khusus. Mereka diharapkan menerapkan program pengajaran
yang mengoptimalkan pembelajaran semua siswa dan memenuhi
kebutuhan mereka yang memiliki perbedaan belajar. Guru mata pelajaran
di sekolah tingkat dua dihadapkan pada masalah tambahan dari beberapa
kelas, periode kelas yang singkat dan tekanan ujian. Dalam konteks ini,
guru dapat merasa kewalahan dengan tanggung jawab mengadaptasi
instruksi untuk mengakomodasi berbagai peserta didik (Giangreco et al,
1995). Oleh karena itu, penting untuk menciptakan lingkungan kolaboratif
di dalam sekolah sehingga guru dapat mengambil dari pengalaman orang
lain dan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk
membedakan secara efektif dan mengakomodasi peserta didik dengan
sukses.
Peran guru pendamping khusus (GPK) di dalam kelas telah
diidentifikasi sebagai penting untuk keberhasilan inklusi (Farrell, 2000).
Ketika guru dan staf pendukung dapat bekerja sama secara efektif, telah
ditemukan bahwa masalah yang terkait dengan keparahan kesulitan belajar
murid dapat dikurangi (Florian, 1998). Farrell (2000) menyatakan bahwa
pelatihan dan keahlian guru pendamping khusus (GPK) menentukan
kemampuan mereka untuk menerapkan metode yang sesuai dengan
kebutuhan anak-anak dan untuk bekerja sebagai bagian dari tim. Oleh
karena itu, penting untuk menyediakan program terstruktur untuk
pengembangan profesional berkelanjutan bagi staf pendukung yang
bekerja di sekolah. Pelatihan keahlian kepada guru pendamping khusus
(GPK) telah terbukti menghasilkan manfaat sosial yang terukur bagi siswa

37
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
penyandang disabilitas berat, termasuk peningkatan tingkat interaksi
mereka dengan teman sebaya (Causton-Theoharis dan Malmgren, 2005).
Berkolaborasi dengan spesialis dalam berbagai masalah
memungkinkan pemberian saran dan bimbingan kepada guru kelas tentang
intervensi dan program yang harus diikuti oleh mereka yang memiliki
kebutuhan pendidikan tambahan. Mendasari gerakan dalam pendidikan
menuju konsultasi kolaboratif adalah premis bahwa ada lebih banyak yang
bisa diperoleh oleh guru kelas bekerja sama dengan profesional lain untuk
memecahkan masalah, daripada dengan mengandalkan resep siap pakai
untuk intervensi dari ahli luar (Westwood, 1997). Konsultan dalam proses
ini dapat berupa guru pendamping khusus (GPK), koordinator kebutuhan
pendidikan khusus sekolah, psikolog, terapis wicara dan bahasa atau
profesional lainnya. Guru sering kali membutuhkan lebih dari sekadar
nasihat dan gagasan; terkadang mereka membutuhkan bantuan fasilitatif
praktis dan ini harus menjadi bagian dari peran konsultan juga (Rose dan
Howley, 2007).

7) Hubungan Eksternal
Penyediaan dana, sumber daya, dan layanan dukungan yang
memadai merupakan hal mendasar bagi keberhasilan pelaksanaan inklusi
dan akan membutuhkan pembentukan hubungan dengan lembaga, layanan
kesehatan, dan dukungan di luar sekolah. Ini tidak hanya akan melibatkan
kolaborasi aktif dengan lembaga pemerintah dan layanan publik, tetapi
juga kemitraan dengan para profesional dan orang tua.
Penekanan pada kemitraan dan kolaborasi dengan orang tua berasal
dari dua prinsip: hak orang tua untuk terlibat dan keinginan mereka
dihormati dalam hal pendidikan anak mereka, dan manfaat yang timbul
dari kontinuitas antara rumah dan pengasuhan atau lingkungan pendidikan

38
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
mereka (Porter, 2002). Kunci keterlibatan orang tua adalah saluran
komunikasi yang terbuka dan dapat diakses antara sekolah dan rumah.
Elemen penting dalam keberhasilan setiap program inklusi adalah
penyediaan dukungan dan layanan yang memadai untuk memastikan
bahwa semua siswa dapat berpartisipasi secara setara dalam kegiatan
sekolah dan staf didukung dalam pekerjaan mereka. Mungkin ada saat-saat
di mana sekolah tidak memiliki keahlian atau sumber daya yang
diperlukan untuk memfasilitasi inklusi penuh, atau di mana ketentuan
sekolah yang ada dapat mengambil manfaat dari masukan tambahan. Oleh
karena itu, penting bagi sekolah untuk memupuk dan memelihara
hubungan dengan lembaga eksternal. Hal ini akan memungkinkannya
untuk menawarkan jangkauan layanan yang lebih luas dan akan
meningkatkan kemampuan mereka untuk mendukung inklusi.
Bekerjasama dengan layanan psikologi pendidikan dalam
mengidentifikasi kebutuhan pendidikan dan menentukan cara memenuhi
kebutuhan tersebut. Membangun hubungan langsung antara sekolah dan
layanan pendidikan guru memberikan kesempatan kepada guru untuk
membangun keterampilan dan pengetahuan mereka yang ada dan
memperoleh keahlian tambahan untuk memungkinkan mereka memenuhi
tantangan inklusi. Guru yang ada dapat memanfaatkan kursus dalam
pengembangan profesional berkelanjutan, sehingga memperluas basis
keterampilan mereka. Kursus dapat dikembangkan untuk guru peserta
pelatihan untuk memasukkan praktik inklusif. Menjalin hubungan dengan
organisasi sosial yang peduli dengan anak berkebutuhan khusus.
Hubungan dengan organisasi tersebut dapat membantu memperkuat
hubungan antara sekolah dan komunitas yang lebih luas dan membantu
menciptakan kesadaran dan penerimaan yang lebih luas terhadap
keragaman. Hubungan dengan pelayanan Kesehatan juga diperlukan hal

39
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
ini bertujuan untuk keperluan bagi siswa yang memiliki persyaratan
kebutuhan khusus yang lebih mendalam, atau bagi mereka yang
membutuhkan peralatan tambahan atau dukungan terkait kesehatan.

8) Penilaian Prestasi
Anak dengan kebutuhan pendidikan khusus mungkin memiliki
masalah seputar motivasi dan harga diri, dan pengakuan formal atas
pencapaian dan kemajuan mereka dapat membantu meningkatkan
kepercayaan diri dan citra diri mereka, mendorong mereka untuk terlibat
dalam kegiatan kelas. Namun, apa yang merupakan kemajuan akan
bervariasi tergantung pada anak. Untuk siswa dengan kesulitan atau
ketidakmampuan belajar yang signifikan, penting untuk menyadari bahwa
kemajuan dapat dicapai dengan berbagai cara selain dari peningkatan
pengetahuan atau keterampilan akademik (Westwood, 2007).
Penilaian informal memberikan kesempatan untuk pengakuan
prestasi siswa. Keduanya berguna dan praktis karena biasanya melibatkan
kegiatan biasa dan bahan yang digunakan sehari-hari di kelas (Westwood,
2007). Berhasil menyelesaikan tugas kelas dan pekerjaan rumah,
partisipasi siswa dalam kegiatan kelas dan kehadiran semua membawa
potensi untuk memperkuat perilaku positif dan untuk mendorong
partisipasi. Penilaian informal memiliki keuntungan bahwa mereka
melibatkan tujuan yang dapat dicapai oleh semua siswa melihat dari
kemampuan mereka masing-masing.
Dalam beberapa tahun terakhir, mempertahankan portofolio
pekerjaan siswa telah menjadi cara populer bagi guru untuk melacak
kemajuan siswa dan mengumpulkan bukti pembelajaran. Pendekatan ini
melibatkan pengumpulan beberapa sampel pekerjaan siswa selama periode
waktu tertentu (Lerner, 2003), dan mungkin termasuk pekerjaan yang

40
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
telah selesai sepenuhnya, atau pekerjaan yang mencerminkan upaya
terbaik mereka dalam keterampilan utama atau bidang subjek. Materi yang
relevan juga dapat disumbangkan oleh guru, orang tua dan profesional
lainnya (misalnya terapis wicara). Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk
menampilkan contoh nyata kemajuan siswa dari waktu ke waktu dan dapat
menjadi pendorong kepercayaan diri yang besar, memungkinkan siswa
mencatat kemajuan yang dapat mereka bagikan dengan orang lain.
Penilaian dapat digunakan dengan menilai sesuai dengan standar
kemampuan siswa itu sendiri. Bagi siswa berkebutuhan khusus tidak
dituntut untuk dapat sama dengan teman-teman sebayanya. Mereka diberi
standar nilai sesuai dengan kemampuannya.

9) Kurikulum
Pada pendidikan inklusi kurikulum hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa. Kurikulum yang digunakan di sekolah
inklusi adalah kurikulum anak normal (regular) yang disesuaikan
(dimodifikasi sesuai) dengan kemampuan awal dan karakteristik siswa.
Modifikasi yang dapat dilakukan adalah dengan modifikasi alokasi waktu
pembelajaran atau pengerjaan tugas, modifikasi isi/materi, modifikasi
proses belajar mengajar, modifikasi sarana dan prasarana, modifikasi
lingkungan untuk belajar, dan modifikasi pengelolaan kelas. Kurikulum
modifikasi dapat memberikan peluang terhadap setiap siswa untuk dapat
mengaktualisasikan potensinya sesuai dengan bakat, kemampuannya dan
perbedaan yang ada.
Menyediakan teknologi bantu atau teknologi asistif untuk siswa
kebutuhan pendidikan khusus dapat mengakses kurikulum. Teknologi
bantu atau teknologi asistif adalah peralatan atau sistem produk yang
digunakan untuk meningkatkan fungsi individu penyandang disabilitas.

41
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Selain untuk menyediakan akses ke kurikulum, teknologi bantu juga
meningkatkan kemandirian siswa (komponen penting dalam inklusi), dan
memungkinkan siswa berkebutuhan khusus untuk berpartisipasi aktif
dalam pendidikan. Siswa dengan berbagai kesulitan atau ketidakmampuan
belajar dapat memperoleh manfaat dari teknologi bantu. Misalnya, seorang
anak dengan gangguan pendengaran mungkin memerlukan alat bantu
dengar untuk berpartisipasi di kelas.

10) Strategi Pengajaran


Pendidikan inklusif menantang para pendidik untuk
mengembangkan daftar strategi pengajaran yang luas. Di dalam kelas,
strategi pengajaran tertentu telah diidentifikasi sebagai membantu untuk
inklusi siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus. Contohnya termasuk
pengajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif, perencanaan individual,
pemecahan masalah kolaboratif, pengelompokan heterogen dan
diferensiasi. Agar metode pengajaran ini berhasil, mereka perlu
ditanamkan dalam konteks keseluruhan pengajaran yang efektif
berdasarkan penilaian dan evaluasi, instruksi langsung dan umpan balik
(EADSNE, 2003).
Siswa berkebutuhan khusus memiliki kebutuhan yang kompleks,
maka mereka dapat mengambil manfaat dari pendekatan tertentu untuk
mengajar dan belajar, seperti Braille atau bahasa isyarat dalam kasus anak-
anak dengan gangguan penglihatan atau pendengaran. Demikian pula,
pendekatan pengajaran khas digunakan dengan anak-anak dengan autisme.
Dalam tinjauan komprehensif strategi pengajaran untuk siswa dengan
kebutuhan pendidikan khusus, Davis dan Florian (2004) menyimpulkan
bahwa bukti penelitian menunjukkan bahwa kombinasi strategi dan
pendekatan pengajaran menghasilkan efek yang lebih kuat daripada solusi

42
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
strategi tunggal. Cara pengajaran disampaikan di kelas reguler harus
cukup fleksibel untuk memenuhi beragam persyaratan semua siswa.
Meskipun masing-masing siswa akan memerlukan berbagai tingkat
akomodasi, semua siswa dapat mengambil manfaat dari strategi yang
digunakan dalam diferensiasi.

7. Penekanan tentang Konsep Inklusi


Pendidikan inklusi bukan semata-mata membawa anak
berkebutuhan khusus ke kelas bersama anak pada umumnya tanpa ada
modifikasi. Ada tiga pendekatan yang luas untuk pendidikan anak
berkebutuhan khusus. Pertama pemisahan, anak-anak berkebutuhan
khusus diklasifikasikan menurut gangguan atau hambatan mereka dan
dialokasikan ke sekolah khusus yang dirancang untuk menangani
gangguan atau hambatan tertentu; Kedua integrasi, anak-anak
berkebutuhan khusus ditempatkan dalam sekolah umum tanpa adaptasi
dan dukungan yang tidak memadai, sehingga siswa berkebutuhan khusus
yang mengikuti sistem sekolah; dan ketiga penyertaan, anak-anak
berkebutuhan khusus ada pengakuan akan kebutuhannya untuk mengubah
budaya, kebijakan dan praktik di sekolah untuk mengakomodasi
kebutuhan yang berbeda dari setiap siswa, dan kewajiban untuk
menghilangkan hambatan yang menghalangi mereka di sekolah.
Pendekatan ini dijelaskan secara lebih rinci dalam diagram dan bagian
berikut:

43
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021

Gambar 3. Penjelasan perbedaan antara pendidikan khusus, integrasi dan


inklusif
Pada gambar pendidikan khusus terlihat bahwa sekolah dirancang
khusus untuk siswa berkebutuhan khusus, dengan siswa yang
berkebutuhan khusus, guru khusus, kurikulum khusus, fasilitas khusus dan
semuanya dirancang khusus sesuai dengan hambatan siswa. Pada
pendidikan terpadu atau integrasi, terlihat bahwa siswa berkebutuhan
khusus dapat bersekolah di sekolah umum tetapi siswa harus
menyesuaikan dengan sistem yang telah dibuat oleh sekolah, jadi siswa
yang mengikuti sistem. Berbeda dari kedua pendekatan sebelumnya,
pendidikan inklusi memberikan sistem pendidikan yang fleksibel bagi
semua siswa. Semua siswa reguler dengan latar belakang dan kebutuhan
yang berbeda termasuk anak berkebutuhan khusus dapat bersekolah di
sekolah yang sama. Dengan sistem pendidikan yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan masing-masing siswa.

44
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
C. Rangkuman
Sekolah inklusif adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan bagi semua peserta didik pada sekolah yang sama (sekolah
reguler) tanpa diskriminasi dengan berbagai modifikasi dan/atau
penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan
kependidikan, sistem pembelajaran, serta sistem penilaiannya. Sejalan
dengan kecenderungan tuntutan perkembangan dunia tentang pendidikan
inklusif, Indonesia pada tahun 2004 telah memulai untuk mengembangan
layanan pendidikan inklusi. Terdapat landasan filosofis, landasan yuridis,
landasan empiris dan landasan pedagogis dalam pendidikan inklusi. Serta
dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi menganut prinsip pemerataan
dan peningkatan mutu, prinsip keberagaman, prinsip kebermaknaan,
prinsip keberlanjutan dan prinsip keterlibatan.
Karakteristik pendidikan inklusi juga perlu memperhatikan
penyediaan informasi, fitur fisik, kebijakan sekolah inklusi, program
pembelajaran individual (PPI), interaksi siswa, kepegawaian atau
personalia, hubungan eksternal, penilaian prestasi, kurikulum, dan strategi
pengajaran. Dalam layanan pendidikan bagi siswa berkebutuhan khusus
ditekankan pada sistem pembelajaran yang fleksibel, dengan
menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan siswa.

45
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
BAB III
EVALUASI

A. Tes Kognitif
1. Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang memberikan hak
anak berkebutuhan khusus untuk…………
a. Mendapatkan layanan pendidikan yang dipisahkan
b. Mendapatkan layanan pendidikan yang sama dan bermutu
c. Mendapatkan layanan belajar yang mandiri
d. Mendapatkan layanan pendidikan yang sama dan terpisah
2. Sekolah inklusi adalah………….
a. Sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem
persekolahan reguler
b. Sekolah yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan di sekolah
reguler tanpa adanya perlakuan khusus yang disesuaikan dengan
kebutuhan individual anak.
c. Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan bagi semua peserta
didik dengan berbagai modifikasi dan/atau penyesuaian
d. Sekolah yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan di sekolah
reguler dengan biaya mahal
3. Pada tahun berapa Indonesia mulai mengembangan pendidikan
Inklusi…………..
a. 2000
b. 2005
c. 2009
d. 2004

46
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
4. Landasan filosofis pendidikan inklusi di Indonesia adalah……..
a. Kemerdekaan
b. Undang-undang Dasar 1945
c. Kesamaan
d. Pancasila
5. Landasan pendidikan inklusi yang menyatakan “setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan bermutu”
terdapat dalam………..
a. UU no 23 Tahun 2002 pasal 49
b. UU no 23 Tahun 2002 pasal 48
c. UU no 20 Tahun 2003 pasal 5
d. UU no 20 Tahun 2003 pasal 15
6. Salah satu landasan Yuridis pendidikan inklusi di
Indonesia………….
a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2004
b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2004
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2009
7. Landasan empiris pendidikan inklusi di Indonesia
adalah……………….
a. Deklarasi Hak Asasi Manusia, 1958
b. Deklarasi Bandung, 2005
c. Rekomendasi Bukittinggi, 2005
d. Rekomendasi Bandung, 2004
8. Setiap kota/ kabupaten sekurang-kurangnya harus terdapat 4 sekolah
inklusi yang terdiri…….
a. TK, SD, SMP, SMK
b. TK, SD, SMP, SMA

47
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
c. SD, SMP, SMA, SMK
d. SD, SMP, SMA, MA
9. Prinsip-prinsip pendidikan inklusi adalah…………..
a. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu, Prinsip keberagaman,
prinsip kebermaknaan, Prinsip keberlanjutan, Prinsip keterlibatan.
b. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu, Prinsip keberagamaan,
, prinsip keberlanjutan, Prinsip keterlibatan.
c. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu, Prinsip keberagaman,
Prinsip kebermaknaan, Prinsip keberlangsungan, Prinsip
keterlibatan.
d. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu, Prinsip keberagaman,
Prinsip kebermaknaan, Prinsip keberlangsungan, Prinsip
keterlibatan.
10. Karakteristik pendidikan inklusi adalah………..
a. Siswa dimasukkan di kelas yang sesuai dengan hambatannya
b. Siswa dimasukkan di kelas yang sesuai dengan perkembangan
kognitifnya
c. Siswa dimasukkan di kelas yang sesuai dengan usianya
d. Siswa dimasukkan di kelas yang sesuai dengan terakhir dia
bersekolah
11. Pendekatan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa
untuk bersekolah di sekolah reguler tanpa adanya penyesuaian
adalah…………..
a. Sekolah khusus
b. Sekolah integrasi
c. Sekolah Inklusi
d. Sekolah Reguler

48
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
12. Ciri pendekatan pendidikan inklusi adalah………….
a. Guru khusus, kurikulum khusus, siswa khusus
b. Guru khusus, kurikulum fleksibel, siswa khusus
c. Guru kelas dan guru pendamping khusus, kurikulum fleksibel,
Siswa beragam
d. Guru kelas dan guru pendamping khusus, kurikulum khusus,
siswa beragam
13. Salah satu tujuan pendidikan inklusi adalah…………
a. Meningkatkan kemampuan sosial siswa berkebutuhan khusus
b. Membantu siswa berkebutuhan khusus untuk masuk sekolah
khusus
c. Memberikan pelayanan yang terbatas kepada siswa berkebutuhan
khusus
d. Membantu siswa reguler belajar di sekolah
14. Dalam pelaksanaan pendidikan inklusi sekolah dapat menyediakan
……….. untuk membantu guru kelas dalam mengajar siswa
berkebutuhan khusus
a. Guru pamong
b. Guru pendamping khusus
c. Guru pendamping umum
d. Guru kelas
15. Perbedaan layanan pendidikan integrasi dan pendidikan inklusi
adalah………….
a. Pada pendidikan integrasi siswa menyesuaikan sistem, pada
pendidikan inklusi sistem yang menyesuaikan siswa
b. Pada pendidikan integrasi sistem yang menyesuaikan siswa, pada
pendidikan inklusi siswa menyesuaikan sistem

49
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
c. Pada pendidikan integrasi sistem hanya khusus untuk siswa
reguler, pada pendidikan inklusi sistem menyesuaikan siswa
reguler
d. Pada pendidikan integrasi sistem yang menyesuaikan siswa
reguler, pada pendidikan inklusi siswa reguler menyesuaikan
sistem

B. Tes Psikomotorik
Setelah peserta program mendapatkan materi terkait konsep dan
landasan pendidikan inklusi, peserta diminta untuk menganalisis konsep
pendidikan inklusi yang ada di sekolah masing-masing.
Buatlah analisis kesesuaian konsep pendidikan inklusi yang ada di
sekolah anda! Berilah alasan mengapa konsep tersebut sudah sesuai atau
belum sesuai, dan apa yang harus dilakukan apabila pelaksanaan di
sekolah anda belum sesuai dengan konsep pendidikan inklusi?!
Contoh format pengerjaan:
Konsep pendidikan Kesesuaian solusi
Inklusi
1. Kurikulum Sudah sesuai, sekolah kami Terus mengembangkan
fleksibel telah menerapkan kurikulum yang sesuai
kurikulum yang fleksibel, dengan kebutuhan
terlihat dari telah adanya siswa
PPI bagi setiap siswa
berkebutuhan khusus.
2. Guru pendamping
khusus

50
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
C. Penilaian Sikap
Kalimat berikut ini mendeskripsikan sejauh mana penguasaan
peserta dalam mempelajari materi landasan dan konsep pendidikan inklusi
pada modul ini. Peserta diminta untuk menjawab berupa memberikan
tanda silang (X) pada rentang warna, arti angka hijau yaitu sangat
menguasai, kuning menguasai, oranye cukup menguasai, merah kurang
menguasai dan angka merah tua yaitu belum menguasai.

Konsep Pendidikan Inklusi dengan Tepat

Sejarah Pendidikan Inklusi dengan Tepat

Landasan-Landasan Pendidikan Inklusi

Prinsip-Prinsip Pendidikan Inklusi

Tujuan Pendidikan Inklusi

Karakteristik Pendidikan Inklusi

Penekanan Tentang Konsep Inklusi

51
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
KUNCI JAWABAN
1. B 6. D 11. B
2. C 7. C 12. C
3. A 8. C 13. A
4. D 9. A 14. B
5. C 10. C 15. A

52
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
DAFTAR PUSTAKA

Ashman, A. & Elkins,J.(1994).Educating Children With Special Needs.


New York : Prentice Hall.
Baker,E.T.(1994). Meta Analysis evidence for non- inclusive Educational
practices. Disertasi. Temple University.
Causton-Theoharis, J., and Malmgren, K. (2005). Increasing peer
interactions for students with severe disabilities via paraprofessional
training. Exceptional Children, 71 (4), 431-444.
CEC (1997). CEC code of ethics and standards of practice. Reston, VA:
Author
Colley, Helen.(2003).Mentoring for Social Inclusion, London : Routledge
Falmer.
DfES (2001). Special educational needs code of practice. London:
HMSO.
EADSNE (2003). Inclusive education and classroom practices, summary
report. European Agency for Development in Special Needs Education:
Middlefart
Ellins, J., and Porter, J. (2005). Departmental differences in attitudes to
special educational needs in the secondary school. British Journal of
Special Education, 32, 188-195
Farrell, P. (2000). The impact of research on developments in inclusive
education. International Journal of Inclusive Education, 4 (2), 153-162.
Fish,J.(1985). Educational opportunities for All. London : Inner London
Educational Authority
Fisher, D., Roach, V., and Frey, N. (2002). Examining the general
programmatic benefits of inclusive schools. International Journal of
Inclusive Education, 6, 63-78

53
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Florian, L. (1998). Inclusive practice – What, why and how? In C.
Tilstone, L. Florian, and R. Rose (Eds.), Promoting inclusive practice.
London: Routledge.
Giangreco, M. F., Baumgart, D. M. J., and Doyle, M. B. (1995). How
inclusion can facilitate teaching and learning. Intervention in School
and Clinic, 30 (5), 173-278.
Guralnick, M. J., Connor, R. T., Hammons, M., Gottman, J. M., and
Kinnish, K. (1995). Immediate effects of mainstreamed settings on the
social interactions and integration of preschool children. American
Journal of Mental Retardation, 100 (4), 359-377.
Kugelmass, J. W. (2001). Collaboration and compromise in creating and
sustaining an inclusive school. International Journal of Inclusive
Education, 5 (1), 47–65.
Lindsay, G., and Muijs, D. (2006). Challenging underachievement in boys.
Educational Research, 43 (3), 313-332.
Mitchell, D. (2008). What really works in special and inclusive education.
London: Routledge.
Nasen (2000). Policy document on partnership with parents. Tamworth:
Author
NCSE (2006). Guidelines on the individual education plan process.
Dublin: Stationery Office.
Norris, C., and Closs, A. (2003). Child and parent relationships with
teachers in schools responsible for the education of children with
serious medical conditions. In M. Nind, K. Sheehy, and K. Simmons
(Eds.), Inclusive education: Learners and learning contexts. London:
David Fulton.
Ontario Ministry of Education (2004). The Individual Education Plan
(IEP): A resource guide. Toronto: Queen‟s Printer for Ontario.

54
Ediyanto; Asep Sunandar; Wiwik Dwi Hastuti; Risa Safira Ramadhani
Landasan dan Konsep Pendidikan Inklusi
Dana PNBP UM Tahun 2021
Rivera-Batiz, F. L., & Marti, L. (1995). A school system at risk: A study of
the consequences of overcrowding in New York City public schools.
New York: Institute for Urban and Minority Education, Teachers
College, Columbia University
Rose, R., & Howley, M. (2007). Special educational needs in inclusive
primary classrooms. London: Paul Chapman.
Russell, F. (2005). Starting school: The importance of parents‟
expectations. Journal of Research in Special Educational Needs, 5(3),
118-126.
S. Thomazet. From integration to inclusive school: a new stage in the
construction of a school for all", in HAL, archives --ouvert.fr, 2012
Staub, D., and Peck, C. (1995). What are the outcomes for non-disabled
students? Educational Leadership, 52 (4), 36-41.
Westwood, P. (1997). Commonsense methods for children with special
needs. London: Routledge.
Westwood, P. (2007). Commonsense methods for children with special
educational needs (5th ed.). London: Routledge
Winter, E., & O‟Raw, P. (2010). Literature review of the principles and
practices relating to inclusive education for children with special
educational needs. National Council for Special Education. Trim,
Northern Ireland.

55

View publication stats

You might also like