Professional Documents
Culture Documents
17388-Article Text-52591-1-10-20170805
17388-Article Text-52591-1-10-20170805
ABSTRACT
Mahakam Ulu Regency is a new autonomous region formed separated from Kutai Barat
regency of East Kalimantan Province in 2013. The local government of Mahakam Ulu has set to
develop their local economy by utilizing and developing local resources. The regency’s
geographical position at the northern border of Indonesia, together with its majority land coverage
of natural forests, urges Mahakam Ulu to define its potential economic activities that support its
people’s welfare and preserve its nature at the same time. This research aims to understand the
regional development potential of Mahakam Ulu Regency on the forestry and agriculture sector, as
well as to define strategies for development. Competitive commodities analysis, land suitability
analysis and land availability analysis for the competitive commodities were conducted to obtain
accurate information on the region’s forestry and agriculture potential. Analysis shows that
Mahakam Ulu regency has forestry potentials in the form of development of community forest with
non-timber forest products (NTFP) as the main commodity, environment service business in the
form of ecotourism, utilization of timber forest products and NTFP, as well as development of
customary forests. On the other side, potential agricultural commodities in Mahakam Ulu regency
covers paddy, rubber, cacao and oil palm.
Keywords: agriculture, development strategies, forestry, land availability, Mahakam Ulu.
ABSTRAK
Kabupaten Mahakam Ulu merupakan Daerah Otonomi Baru (DOB) hasil pemekaran dari
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur. Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu telah
menetapkan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi ekonomi daerah sesuai sumber daya
alam yang dimiliki. Letak geografis daerah yang terletak di kawasan perbatasan utara Pulau
Kalimantan ditambah tutupan lahan yang sebagian besar merupakan hutan menjadikan Kabupaten
Mahakam Ulu perlu mendefinisikan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan unggulan daerah, tidak
saja yang mampu mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun juga sekaligus
mampu menjaga kelestarian alamnya. Studi ini bertujuan memahami potensi wilayah yang dimiliki
Kabupaten Mahakam Ulu pada subsektor kehutanan dan pertanian dan merumuskan strategi
pengembangannya. Analisis komoditas unggulan, kesesuaian lahan, serta analisis ketersediaan lahan
untuk komoditas unggulan dilakukan untuk mendapatkan informasi akurat terkait potensi
pengembangan kehutanan dan pertanian daerah, untuk kemudian dirumuskan strategi
114
Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2017, 1 (2): 114-131
pengembangan yang sesuai. Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi kehutanan di Kabupaten
Mahakam Ulu meliputi pengembangan pola hutan kemasyarakatan dengan komoditas utama hasil
hutan bukan kayu, usaha jasa lingkungan berupa ekowisata, usaha pemanfaatan hasil hutan kayu,
dan hasil hutan bukan kayu melalui Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) - Hutan
Alam, IUPHHK - Hutan Tanaman dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
(IUPHHBK), serta pengembangan hutan adat. Sementara itu, komoditas pertanian yang potensial
dikembangkan meliputi padi sawah, padi ladang, karet, kakao, dan kelapa sawit.
Kata kunci: kehutanan, ketersediaan lahan, Mahakam Ulu, pertanian, strategi pengembangan.
agroklimat. Informasi kesesuaian lahan yang komoditas unggulan, data tingkat pengelolaan
digunakan dari data sistem lahan adalah komoditas (Commodity Management = CM)
pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, akan ditambahkan untuk masukan analisis. Hasil
karet, kopi robusta, kelapa, kakao, cengkeh, analisis adalah daftar jenis serta kesesuaian
lada, jambu mete dan kelapa sawit. Kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan dan potensial
lahan untuk suatu komoditas dibedakan atas diunggulkan di tiap satuan peta lahan.
sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Hasil analisis kesesuaian lahan dengan
Data hasil survei lapang sebagai input program ArcGIS selanjutnya dijadikan input
dalam analisis dikelompokkan ke dalam tipe penyusunan peta sebaran spasial kesesuaian
penggunaan lahan (Land Utilization Type = lahan. Peta sebaran kesesuaian lahan masing-
LUT), persyaratan penggunaan lahan (Land Use masing komoditas ini bermanfaat untuk
Requirement = LUR), karakteristik lahan (Land mengetahui sebaran areal yang dapat
Characteristic = LC). Selanjutnya, ketika hasil dikembangkan sehingga dapat menghasilkan
evaluasi kesesuaian lahan (melalui Decision produktivitas komoditas yang optimal.
Tree = DT) menunjukkan sesuai untuk suatu
Klasifikasi Analisis
kesesuaian Biofisik sampel
lahan Tanaman
Satuan lahan
homogen (SLH)
Peta
Kesesuaian
Lahan
Melalui metode analisis ketersediaan intensif dan kawasan budi daya pertanian
lahan ini dapat diketahui area mana saja di intensif.
wilayah Kabupaten Mahakam Ulu yang
sebaiknya diarahkan sebagai kawasan lindung
dan jasa lingkungan, kawasan budi daya tidak
Tabel 2. (lanjutan)
Jenis Luas pada Kecamatan (ha dan %) Total Tutupan
No Tutupan Long Long Long Long
Laham (ha) (%)
Lahan Hubung Bagun Pahangai Apari
7 Pertanian 17,082 4,272 15,170 9,065 6,212 51,800 2.75
Lahan Kering 7.76% 1.85% 2.98% 2.08% 1.26%
8 Tanah 36 2 - - - 37 0
Terbuka
0.02 0% 0% 0% 0%
9 Tubuh Air 891 388 2.602 1.078 1.379 6,338 0.34
0.4% 0.17% 0.51% 0.25% 0.28%
Total
220,224 231,312 508,209 435,101 492,077 1,886,923 100
Wilayah
Sumber: Hasil analisis Tim Studi P4W-LPPM IPB, 2013
Tabel 4. (lanjutan)
Identifikasi Kondisi Eksisting
Kawasan Hutan
Gaharu Masyarakat mencari kayu gaharu di hutan untuk dijual kepada penampung dan dibawa
ke Samarinda. Akibat eksploitasi yang terus menerus, kayu gaharu mulai langka dan
sulit ditemukan.
Damar Damar banyak terdapat di hutan sekitar kampung dan dimanfaatkan masyarakat untuk
bahan dempul perahu.
Tidak ada pasar.
Rotan Rotan dapat menjadi salah satu potensi hutan non kayu yang dikembangkan dan
dimanfaatkan masyarakat untuk peningkatan ekonomi karena banyak terdapat di sekitar
kampung dan di dalam hutan. Pemanfaatan rotan oleh masyarakat baru untuk
pembuatan kerajinanan anyaman dalam jumlah sedikit.
Persoalan yang dihadapi adalah tidak ada pasar yang dapat menampung hasil rotan,
akibat mahalnya biaya transportasi/biaya angkut, sehingga rotan tidak memiliki nilai
ekonomis, termasuk untuk pemasaran hasil kerajinan anyaman dari bahan rotan.
Madu Madu banyak terdapat di sekitar kampung dan dalam hutan, terutama pada musim
tanaman berbunga. Madu dimanfaatkan masyarakat untuk konsumsi sendiri atau dijual
di sekitar kampung (kebutuhan lokal).
Sarang burung Pada era tahun ‘90an sarang walet alam menjadi primadona perekonomian masyarakat
walet di semua kecamatan. Burung walet alam ini membuat sarang di gua-gua yang banyak
terdapat di sekitar perkampungan dan di dalam hutan. Seiring perjalanan waktu, akibat
eksploitasi yang kurang memperhatikan keberlanjutan populasi, sarang burung walet
alam menjadi habis. Saat ini hampir tidak ada masyarakat yang mengusahakan sarang
burung karena sedikitnya populasi burung walet dan rendahnya harga.
Anggrek Banyak jenis anggrek yang terdapat di hutan namun belum dimanfaatkan.
Tidak ada tempat pemasaran.
Lain-lain Hasil hutan lain yang juga banyak terdapat di hutan di antaranya buah-buahan, tanaman
obat, satwa langka dan tanaman langka
Sumber: Hasil observasi lapang tim studi P4W-LPPM IPB, 2013
Tabel 6. Analisis potensi dan ketersediaan lahan untuk padi ladang di Kabupaten Mahakam Ulu
tahun 2014
Lahan Luas Panen Produktivitas
Kecamatan Potensi (ha) Produksi (ton)
Tersedia (ha) (ha) (kw/ha)
Long Hubung 27,533.59 464 27,069,59 31.89 1,479.70
Laham 25,219.44 366 24,853.44 31.89 1,167.17
Long Bagun 26,991.26 907 24,206.36 31.89 2,892.42
Long Pahangai 24,897.36 691 1,624.27 31.89 2,203.60
Long Apari 2,247.27 623 27,069.59 31.89 1,986.75
Total 108,666.92 3,051 108,663.87 31.89 9,730
Sumber: Hasil analisis tim studi P4W-LPPM IPB, 2011 diperbaharui dengan data BPS Kabupaten Kutai Barat, 2016.
Tabel 7. Analisis potensi dan ketersediaan lahan untuk padi sawah di Kabupaten Mahakam Ulu
Lahan Luas Panen Produksi
Kecamatan Potensi (ha) Produktivitas (kw/ha)
Tersedia (ha) (ha) (ton)
Long Hubung 8,481.37 0 8,481.37 0 0
Laham 394.79 0 394.79 0 0
Long Bagun 4,541.19 0 4,541.19 0 0
Long Pahangai 3,944.41 0 3,944.41 0 0
Long Apari 0.05 0 0.05 0 0
Total 17,361.81 0 17,361.81 0 0
Sumber: Hasil analisis tim studi P4W-LPPM IPB, 2011 diperbaharui dengan data BPS Kabupaten Kutai Barat, 2016.
Gambar 4. Kesesuaian lahan untuk pertanian tanaman pangan (Padi Sawah dan Padi Ladang)
di Kabupaten Mahakam Ulu
Sumber: Hasil analisis tim studi P4W-LPPM IPB, 2011
Luas areal perkebunan karet mengalami menempati posisi paling tinggi, yakni sekitar
peningkatan hingga pada tahun 2014 tercatat 88.48 % dari seluruh total produksi perkebunan
Kabupaten Mahakam Ulu memiliki luas areal atau merupakan komoditas perkebunan paling
perkebunan karet seluas 1,705.5 ha atau sekitar andalan Kabupaten Mahakam Ulu. Kecamatan
59,82% dari total luas areal tanaman dengan produksi karet tertinggi adalah
perkebunan, dimana 557 ha di antaranya berada Kecamatan Long Bagun yaitu sebesar 899.52
di Kecamatan Long Hubung Produksi karet ton.
Tabel 8. Potensi dan analisis ketersediaan lahan perkebunan karet di Kabupaten Mahakam Ulu
tahun 2014
Lahan Luas Tenaga
Produksi Produktivitas
Kecamatan Tersedia Eksisting Potensi (ha) Kerja
(ton) (kg/ha)
(ha) (ha) Perkebunan
Long Hubung 14,308.9 557.00 13751.9 416.28 3,964.57 605
Laham 903.1 67.00 836.1 29.12 2,426.67 30
Long Bagun 28,408.3 369.50 28038.8 899.52 3,527.53 177
Long Pahangai 25,483.3 527.00 24956.3 72.32 2,892.80 226
Long Apari 2,306.8 185.00 2121.8 120.12 2,669.33 80
Total 71,410.4 1,705.50 28038.8 1,537.36 3478.19 1,118
Sumber: Hasil Analisis Tim Studi P4W-LPPM IPB, 2011 diperbaharui dengan data BPS Kabupaten Kutai Barat, 2016.
Tingkat produktivitas yang dihasilkan teknik budidaya dan panen tanaman karet ini
masing-masing kecamatan sangat bervariasi. bervariasi antar petani di kecamatan. Pada
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penguasaan umumnya tanaman karet yang ada di masyarakat
125 Potensi Pengembangan Kehutanan...
Journal of Regional and Rural Development Planning, Juni 2017, 1 (2): 114-131
berasal dari benih yang tidak jelas mutunya atau lebih dari 800 kg/ha (Bappeda Kutai Barat,
benih lokal bermutu rendah sehingga potensi 2011). Tanaman kakao banyak ditemui di
produksinya tidak dapat dijamin baik. Selain itu Kecamatan Long Pahangai dan Long Hubung,
tanaman karet yang ada sudah tua dan tidak sedangkan tingkat produktivitas tertinggi
pernah dipelihara. Pola panen (interval sadap terdapat di Kecamatan Long Bagun yaitu
dan konsumsi kulit) juga belum dilakukan sebesar 623.13 kg/ha.
dengan baik sehingga kulit cepat habis dan Pada tahun 2014, luas areal perkebunan
produksi rendah karena terlalu sering disadap. kakao mengalami kenaikan menjadi 754.2 ha
Walaupun tanaman karet sudah dikenal lama dengan produksi yang juga meningkat menjadi
oleh masyarakat, tetapi tampaknya pengetahuan 64.45 ton biji kering. Namun di sisi lain,
teknis budi daya dan tata cara penyadapan karet produktivitas tanaman kakao mengalami
masih merupakan hal yang sangat penting untuk penurunan menjadi 218.47 kg/ha.
diketahui oleh masyarakat. Tanaman kakao di Kabupaten Mahakam
Peningkatan produksi karet rakyat pada Ulu pada umumnya ditanam secara polikultur
skala rumah tangga dan skala wilayah dapat dengan tanaman keras lainnya seperti rambutan,
dilakukan dengan perluasan kebun yang durian atau tanaman kayu lainnya. Luas areal
diusahakan oleh tiap pekebun, perluasan areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) seluas
tanaman produktif dan peningkatan 450 ha lebih luas dari luas areal Tanaman
produktivitas. Nilai tambah produk karet dapat Menghasilkan (TM) seluas 295 ha menunjukkan
ditempuh dengan meningkatkan mutu lateks dan bahwa banyak masyarakat yang mulai menanam
mengolahnya di dalam wilayah Kabupaten kakao sebagai salah satu sumber pendapatan
Mahakam Ulu. keluarga. Tingkat produktivitas yang masih
rendah menunjukkan bahwa teknik budi daya
b. Kakao kakao yang dilakukan oleh petani masih belum
Tanaman perkebunan lain yang banyak optimal. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan
diusahakan adalah kakao. Pada tahun 2011 luas pendampingan yang kontinyu agar kemampuan
areal tanaman kakao di kabupaten Mahakam petani untuk mengelola tanaman kakao
Ulu mencapai 641 ha dengan produksi mencapai (pemeliharaan dan panen) dapat berkembang ke
53.55 ton biji kering atau produktivitasnya arah yang lebih baik. Sistem pengolahan biji
mencapai 345.89 kg/ha. Tingkat produktivitas kakao dan tata niaganya juga perlu mendapat
kakao ini berada di bawah rata-rata perhatian agar petani mendapatkan posisi tawar
produktivitas kakao nasional yang mencapai yang lebih baik.
tidak berdampak positif pada peningkatan untuk kebun plasma yang proporsinya sedikit
pendapatan sebagian besar penduduk di sekitar dan sampai saat ini pembangunannya lambat.
kebun inti (Nasir et al., 2009). Penduduk di
sekitar wilayah perkebunan kelapa sawit Tabel 10. Ketersediaan lahan untuk kelapa sawit
keterlibatannya masih terbatas hanya sebagai di Kabupaten Mahakam Ulu
sumber tenaga kerja yang sebagian besar Kecamatan Lahan Luas Potensi
Tersedia Eksisting (ha)
berstatus karyawan harian lepas (KHL). (ha) (ha)
Sebagian besar penduduk tidak memiliki kebun Laham 21,835.4 0 21,835.4
kelapa sawit sebagai sumber pendapatan, baik Long Apari 0.0 0 0.0
yang berstatus kebun plasma maupun kebun Long Bagun 8,967.8 0 8,967.8
Long 14,356.5 0 14,356.5
rakyat swadaya. Hubung
Setelah diberikan HGU lahan kepada PBS Long 4,085.2 0 4,085.2
kelapa sawit, penduduk sekitar tidak lagi Pahangai
memiliki akses untuk dapat mengusahakan Total 49,244.9 0 49,244.9
Sumber: Hasil analisis tim studi P4W-LPPM IPB. 2011
lahan, kecuali pada lahan yang dialokasikan
dapat dikelompokkan dalam tiga zonasi wilayah penghasil kayu alam, hasil hutan bukan kayu
yaitu: Kecamatan Long Apari dan Long dan jasa lingkungan; serta Kecamatan Laham
Pahangai sebagai wilayah konservasi, jasa dan Long Hubung untuk pengembangan hutan
lingkungan dan hasil hutan bukan kayu; tanaman dan hutan rakyat.
Kecamatan Long Bagun diprioritaskan untuk
Tabel 11. Arah pengembangan sumber daya hutan di Kabupaten Mahakam Ulu
HL HP (ha) HPT (ha)
Arah Pengembangan tiap Kecamatan
(ha)
Kecamatan Laham
84,253 63,536 19,541 Peningkatan produksi dengan intensifikasi, diversifikasi
36.4% 27.5% 8.4% produk dan manajemen;
Pemanfaatan ruang (HTR, agroforestry)
Pola pemanfaatan: HKm dan hutan desa, IUPHHK,
IUPHHBK
Kecamatan Long Apari
354,137 5,839 89,687 Pemanfaatan ruang untuk berbagai kegiatan (eko-wisata,
72% 1.2% 18.2% karbon, HHBK)
Pengembangan jasa lingkungan, penangkaran flora-fauna
Pola pemanfaatan: HKm dan hutan desa
Kecamatan Long Bagun
104,653 12,654 305,988 Peningkatan produksi melalui intensifikasi, diversifikasi
20.6% 2.5% 60.2% produk dan manajemen
Pemanfaatan ruang (HTR, agroforestry)
Pengembangan jasa lingkungan Pola pemanfaatan: HKm
dan hutan desa, IUPHHK, IUPHHBK
Kecamatan Long Hubung
53,436 55,940 28,576 Peningkatan produksi melalui intensifikasi, diversifikasi
24.3% 25.4% 13.0% produk dan manajemen
Pemanfaatan ruang (HTR, agroforestry)
Pola pemanfaatan: HKm dan hutan desa, IUPHHK,
IUPHHBK
Kecamatan Long Pahangai
173,488 49,509 160,298 Pemanfaatan ruang untuk berbagai kegiatan (eko-wisata,
39.9% 11.4% 36.8% karbon, HHBK)
Pengembangan jasa lingkungan, penangkaran flora-fauna
Pola pemanfaatan: HKm dan hutan desa
Arahan Pengembangan Sumber Daya Pertanian sarana produksi agar menjadi lebih efisien
dan efektif. Setiap 20-25 orang akan
Rencana pengembangan suatu bergabung dalam satu kelompok tani.
komoditas di suatu daerah didasarkan pada Sedangkan KUD dibentuk untuk
beberapa hal, seperti prospek pasar, kesesuaian membantu kelompok tani dalam
lahan, ketersediaan lahan, minat masyarakat dan mendapatkan sarana produksi dan
penguasaan teknik budi daya di suatu wilayah. pemasaran hasil pertanian.
3) Pelatihan penyegaran budi daya dan pasca
Tabel 12. Prioritas pengembangan komoditas di
masing-masing kecamatan
panen kakao dan karet.
Pelatihan ini bertujuan menyegarkan
Kecamatan Tanaman Tanaman
Pangan Perkebunan kembali petani tentang budi daya kakao
Laham Padi ladang Kakao, karet, atau karet dengan memberikan informasi
kelapa sawit dan pelatihan teknik budi daya yang
Long Apari Padi ladang, Kakao, karet terbaru. Kedua komoditas ini sudah lama
padi sawah dikenal oleh petani, tetapi adanya
Long Bagun Padi ladang Kakao, karet, perkembangan teknik budi daya dan cara
kelapa sawit panen yang baik perlu diinformasikan
Long Hubung Padi ladang Kakao, karet, kepada petani. Setiap pelatihan
kelapa sawit dilaksanakan dalam dua hari dengan
Long Pahangai Padi ladang Kakao, karet memberikan teori dan praktek percontohan
teknik budi daya terbaru dan pasca panen
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa kelima yang baik dan benar.
kecamatan di Kabupaten Mahakam Ulu 4) Pendidikan dan Pelatihan Petugas
memiliki prioritas pengembangan komoditas Penyuluh Lapang (PPL) perkebunan
pertanian yang hampir sama. Padi ladang, kakao Untuk mendukung pengembangan
dan karet menjadi prioritas pengembangan di perkebunan diperlukan tenaga penyuluh
kelima kecamatan. Di sisi lain, padi sawah yang berperan sebagai fasilitator dan
menjadi prioritas pengembangan hanya di motivator bagi petani. Tenaga penyuluh ini
kecamatan Long Apari. diambil dari lulusan sekolah kejuruan
Dalam rangka mendukung prioritas pertanian yang selanjutnya dididik dan
pengembangan komoditas di masing-masing dilatih untuk menjadi seorang tenaga
kecamatan, diperlukan beberapa kegiatan penyuluh lapang perkebunan. Pendidikan
pendukung berikut ini: dan pelatihan ini dapat dilaksanakan di
1) Pembangunan Jalan Usaha Tani. instansi terkait di Kabupaten Mahakam
Pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT) Ulu.
dilakukan untuk mendukung pembangunan 5) Pembinaan penangkar bibit tanaman
pertanian. Dengan adanya pembangunan perkebunan (kakao, karet dan kelapa sawit)
jalan ini diharapkan perluasan areal kebun, Penyediaan bibit merupakan tahapan yang
distribusi sarana produksi dan penjualan sangat penting dalam pengembangan
hasil panen dapat berjalan dengan lancar. perkebunan. Pada saat ini sudah terdapat
Diperkirakan untuk 1 hektar lahan penangkar-penangkar yang dibina oleh
memerlukan jalan kebun sepanjang 10 m. Dinas Perkebunan, tetapi jumlah yang ada
2) Pembentukan dan peningkatan peran saat ini dirasa masih kurang mendukung
Kelompok Tani dan Koperasi Unit Desa rencana pengembangan kebun di
(KUD). Kabupaten Mahakam Ulu. Oleh karena itu
Pembentukan kelompok tani dan KUD ini diperlukan penambahan jumlah penangkar
sangat penting untuk mendukung bibit, selain untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan pertanian dan distribusi bibit yang diperlukan juga penyebaran