You are on page 1of 2

Keunggulan Anak Muda Generasi Sandwich yang Harus

Mereka Sadari!
Di usia yang masih muda, masih berkuliah, belum menikah, apalagi punya anak, tapi sudah
menanggung banyak beban adalah ujian mental yang boleh dibilang sangatlah berat. Begitulah nasib
beberapa remaja saat ini. Kalau bahasa kerennya, tuh, generasi sandwich.

Namun, disadari atau tidak, sebenarnya situasi yang dialami oleh generasi sandwich jika mau direnungi
ternyata ada dampak baiknya juga, lho. Saya ngomong seperti itu bukan tanpa alasan, karena beberapa
teman dan mungkin saya sendiri juga berada pada situasi ini.

Sedikit cerita saja, bahwa saya memiliki beberapa tanggungan alias cicilan beberapa hal untuk keperluan
di rumah juga, sehingga mengharuskan saya untuk bekerja, tapi di samping itu saya pun harus berkuliah
setidaknya 5 hari dalam seminggu. Dengan begitu tidak mudah untuk menghadapi situasi seperti ini,
yang membuat fisik, mental, serta pikiran dikuras habis setiap hari dengan berbagai kewajiban.

Dan, balik lagi, barangkali sebagian dari kita terlalu dangkal untuk menganggap bahwa situasi seperti itu
hanya bisa membuat stres saja, terlebih bagi mahasiswa seperti saya. Mencoba berpikir lebih positif dan
lebih jauh ke depan saya kira malah akan menenangkan, lho. Ada beberapa dampak positif yang bakal
bisa dirasakan, baik itu di waktu yang sama atau bahkan di suatu hari nanti.

Terlatih untuk bisa memanajemen waktu

Merasakan masa berkuliah dan bekerja secara bersamaan, menurut saya adalah salah satu bentuk
latihan manajemen waktu yang sangat bagus bagi generasi sandwich. Mengapa? Karena tentu itu
tidaklah mudah. Remaja yang berkuliah saja alias mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang)
sudah banyak yang mengeluh, sebab tugasnya banyak dan semua sangat sulit. Pasti berkuliah saja sudah
pusing dan merasa habis waktu sampai katanya butuh “healing”. Halah, Pret!

Nah, di sini lah kelebihan generasi sandwich yang juga berkuliah. Mereka tetap bisa mengatur waktu
untuk kapan harus kuliah dan kapan harus bekerja, meski memang terkadang ada anggapan kalo
generasi sandwich kebanyakan kurang fokus kuliah, tapi ya nggak juga, karena memang adaptasi dengan
situasi seperti itu nggak mudah, malah banyak juga teman saya yang aktif di kelas adalah mereka yang
menyambi bekerja ketika pulang. Maka, besar kemungkinan generasi sandwich lebih handal dalam
mengakali waktu atau memanajemen waktu agar semua kepentingannya bisa tetap berjalan tanpa
harus ada yang dikorbankan untuk ditinggal. Tentu, skill seperti ini sangat penting ketika sudah lulus dan
terjun ke dunia kerja yang jauh lebih profesional.

Ujian mental lebih awal

Saya yakin kebanyakan generasi sandwich pasti mentalnya sudah teruji. Gimana nggak?, kalo di kelas
sudah diuji dengan para dosen yang kadang bikin deg-deg an, tugas yang numpuk menggeruduk, teman
kelompok yang pasif, sekaligus ditambah harus bekerja di luar untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan
diri sendiri. Pasti tekanan mental nggak main-main!

Tempat kerja juga nggak selalu menyenangkan, karena di sana terdapat berbagai peraturan mengekang,
lingkungan yang nggak selalu positif, dan tuntutan-tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk
totalitas serta memiliki kemampuan inisiatif tinggi jelas menjadi tekanan yang sangat berat untuk
dihadapi. Bahkan gengsi nggak jarang juga dipertaruhkan. Misalnya saja, ketika ada teman kampus yang
datang ke tempat kerja kita, rasa malu itu ada meski seringnya disembunyikan dan seolah-olah biasa
saja.

Sehingga, mental generasi sandwich sejatinya memang benar-benar diuji lebih dulu. Sangat bagus
apabila mental tersebut terbentuk, karena tentu, itu sangat dibutuhkan agar generasi sandwich tetap
waras di kondisi apapun dan kapanpun.

Pekerja keras nggak mudah ngeluh!

Ngeluh, sih, wajar. Namun, untuk sekelas generasi sandwich, ngeluhnya tuh ketika udah diujung alias
udah capek kebngetan. Kalo sekedar kuliah doang, mah, bisa aja dilewatin, jadi nggak perlu sampai
dibuat status WA “kerja lembur bagai quda”, “begadang jangan begadang kalo ga selesai tugasnya”, dan
segala macam keluhan yang udah nggak pantas buat anak generasi sandwich.

Itu sebabnya, para generasi sandwich adalah orang-orang pekerja keras yang nggak mudah mengeluh
hanya karena tekanan satu tanggung jawab saja, mereka sudah terbiasa dengan berbagai tekanan di
perkuliahan, keluarga, dan di tempat kerja.

Setidaknya tiga hal di atas merupakan gambaran dampak positif yang dapat dimiliki oleh generasi
sandwich, di samping mungkin tekanan stres yang lebih tinggi bisa berakibat negatif. Namun, ini lah
pentingnya agar para generasi sandwich bisa menyadari bahwa ternyata ada kemampuan-kemampuan
penting yang secara nggak langsung mereka latih dan dapat membuat selevel lebih unggul di atas anak
muda lainnya. Bahkan, sangat mungkin apabila generasi sandwich ini ternyata akan jauh lebih siap
menghadapi segala tantangan ketika sudah lulus dari masa perkuliahan.

You might also like