You are on page 1of 14

ANALISIS UNDANG-UNDANG DESA

Abdul Fatah Fanani


Wahyu Astutik
Dodik Wahyono
Suprapto

Dosen Program Studi Administrasi Publik STIA Panglima Sudirman

ABSTRACT

Policies on villages in Indonesia have experienced ups and downs since the
Republic of Indonesia was established. The regulation of the village is urgent because the
village has a strategic position in development in Indonesia. Further the existence of
villages in Indonesia had already existed before the Indonesian republic was established.
In this article, we analyze the policy on villages by making comparisons of some village
regulations starting before the republic of Indonesia was established, at the beginning of
independence and until now. This research is library research, and the main data comes
from book and journal publications available in Indonesia since before independence
until post independence. This research is ultimately useful for any policy study on village
regulation. The results of the policy analysis on the village law show that several laws
and regulations concerning the village in the past have reduced the sovereignty,
independence and natural conditions of the village. Law number 5 of 1979 has reduced
the authenticity and uniqueness of the village from its natural conditions by carrying out
uniformity on the form of villages and village government in Indonesia. However, with
the enactment of Law number 6 of 2014, the sovereignty, independence and natural
conditions of the village are given the right and authority to return to their original
natural forms with the recognition of the right to recognize and subsidiarity.
Keywords: Village Law, Recognition, Subsidiarity, Village Sovereignty, Village
Community

PENDAHULUAN desa secara alamiah, agar nilai-nilai


Desa sebagai satuan wilayah sosial budaya masyarakat adat di desa
terkecil dalam sistem pemerintahan di tidak terkikis oleh perubahan yang
Indonesia memiliki peran strategis terjadi dalam proses pembangunan,
dalam pelaksanaan pembangunan sehingga modernisasi dan kesejahteraan
nasional. Berbagai peraturan tentang yang diharapkan dari pembangunan
desa telah dibuat untuk menunjang tidak merusak nilai-nilai keaslian
proses pembangunan desa sejak republik budaya masyarakat desa.
ini berdiri. Desa merupakan wilayah Peraturan perundang-undangan
otonom terkecil yang memiliki keunikan tentang desa telah dibuat pemerintah
tersendiri diantaranya adalah kondisi sejak awal republik ini berdiri.
kultur masyarakat yang masih kental Perubahan perundang-undangan tentang
dengan tradisi. Beberapa desa masih desa tersebut terus dilakukan sejak tahun
memegang teguh hukum adat, sehingga 1945 (UU Nomor 1 tahun 1945 tentang
perlu tetap dijaga dan dilestarikan Pemerintah Daerah) hingga tahun 2014
kondisi unik tersebut. Kebijakan (UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa).
pemerintah tentang desa harus Namun dari perubahan perundang-
memperhatikan dan menjaga keutuhan undangan tentang desa tersebut belum

1
2 Jurnal Dialektika, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

menunjukkan keseriusan dan konsistensi (2) UUD 1945, yaitu desa dan atau nama
yang tinggi terhadap upaya membangun lain berhak mengatur dan mengurus
kemandirian dan kesejahteraan desa. urusannya masing-masing, bahkan lebih
Bahkan perubahan Undang-undang desa dari itu, terdapat ruang untuk tumbuhnya
yang terjadi pada tahun 1975 (UU desa adat diluar desa administratif.
Nomor 5 tahun 1979 tentang desa) justru Meskipun demikian kewenangan
mengingkari keragaman lembaga dan kesatuan masyarakat hukum adat
kelembagaan desa di nusantara yang mengenai pengaturan hak ulayat
sebenarnya memiliki hak asal-usul. merujuk pada ketentuan peraturan
Kebijakan yang bersifat asimetris perundang-undangan sektoral yang
dengan memberlakukan penyeragaman berkaitan. Peraturan tentang desa yang
lembaga dan kelembagaan desa di terbaru dan diharapkan mampu
seluruh nusantara tersebut justru membawa perubahan yang signifikan di
membunuh keragaman lembaga dan desa adalah undang-undang nomor 6
kelembagaan desa sehingga tercerabut tahun 2014 tentang desa. Dalam undang-
dari hak asal-usulnya. Keunikan dan undang nomor 6 tahun 2014 tersebut
keutuhan desa dengan keragaman kultur mengandung substansi yang sangat
yang kental dengan tradisi tersebut berbeda dengan peraturan perundangan
menjadi hancur dengan diberlakukannya sebelumnya. Reformasi kebijakan
UU Nomor 5 tahun 1979. tentang desa dapat terlihat jelas dalam
Disamping itu dengan undang-undang desa ini. Masyarakat
diberlakukannya UU Nomor 41 tahun desa selama ini lebih sering hanya
1999 tentang Kehutanan dan UU Nomor menjadi penonton dalam pelaksanaan
7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pembangunan di daerahnya. Namun
semakin menyeret desa jauh dari hak melalui undang-undang nomor 6 tahun
asal-usulnya. Proses perubahan 2014 ini masyarakat diberikan
peraturan tentang desa yang terjadi kewenangan pengakuan terhadap hak
justru menyeret desa menjadi semakin asal usul (rekognisi), penetapan
terpinggirkan. UU No. 41 tahun 1999 kewenangan berskala lokal dan
tentang Kehutanan telah memangkas pengambilan keputusan secara lokal
hak masyarakat desa sekitar hutan untuk untuk kepentingan masyarakat desa
mengambil kemanfaatan hutan sebagai (subsidiaritas), keberagaman,
sumber kemandirian dan kesejahteraan kebersamaan, kegotong-royongan,
masyarakat di sekitarnya. Dengan kekeluargaan, musyawarah, demokrasi,
berlakunya UU Kehutanan ini, rancang kemandirian, partisipasi, kesetaraan,
bangun kelembagaan desa adat yang pemberdayaan dan keberlanjutan.
selama ini setia menjaga hutan di Adapun segala upaya dalam
Indonesia dari kepunahan telah dirusak. pengaturan desa yang termuat dalam
Begitu juga dengan UU Nomor 7 tahun Undang-Undang nomor 6 tahun 2014
2004 tentang Sumber Daya Air, turut tentang desa tersebut adalah bertujuan
berkontribusi terhadap tercerabutnya untuk membangun kemandirian dan
desa dari haknya atas sumber daya air kesejahteraan desa. Kemandirian desa
sebagai kebutuhan dasar masyarakat. tersebut meliputi (1) kemandirian
Namun ada perbedaan yang pemerintah desa (Local Self
fundamental antara undang-undang Government), (2) kemandirian
nomor 6 tahun 2014 dengan peraturan masyarakat desa (Self Governing
perundangan tentang desa sebelumnya. Community). Kemandirian desa ini
Sebagai contoh dalam Undang-undang menjadi tujuan penting dalam
Nomor 32 tahun 2004 tentang implementasi Undang-undang desa.
pemerintah daerah disusun dengan Sampai saat ini hanya sedikit desa yang
semangat amanah konstitusi yaitu sudah menyandang predikat mandiri.
pengaturan masyarakat hukum adat Pada tahun 2014 saja hanya 3,92 persen
sesuai dengan ketentuan pasal 18B ayat yang tergolong desa mandiri, 68,86
Abdul Fatah Fanani, Wahyu Astutik, Dodik Wahyono, Suprapto 3
Analisis Undang-undang Desa

persen tergolong desa berkembang, dan peraturan perundang-undangan yang


27,22 persen tergolong desa tertinggal melingkupinya.
(BAPPENAS dan BPS, 2015). Local government (Inggris) atau
Oleh karena itu dalam tulisan Local Bestuur (Belanda) secara
ini, penulis mencoba menganalisis etimologis mengacu pada fungsi sebagai
kebijakan tentang desa khususnya pemerintah daerah atau pemerintah
menurut undang-undang nomor 6 tahun lokal. Menurut Hossein dalam Yansen
2014. Dengan melihat fenomena yang (2013: 77) menjelaskan bahwa secara
ada, keberadaan undang-undang desa konseptual dan empirik kata ”local”
dengan beberapa permasalahannya akan dalam kaitanya dengan local
dianalisis dengan membadingkan government dan local authonomy di
substansi dari Undang-undang Nomor 6 banyak negara tidak dipahami sebagai
tahun 2014 tersebut dengan Undang- “daerah”, tetapi sebagai pengertian dari
undang tentang desa sebelumnya. masyarakat setempat.
Selanjutnya Hossein dalam
Yansen (2013: 77) menyatakan bahwa
TINJAUAN TEORI konsep local government mengandung
tiga pengertian yaitu: (1) local
Pemerintah Daerah government sering dipertukarkan dengan
Penjelasan mengenai pengaturan kata local authority yang mengacu pada
tentang desa secara historis tidak bisa organ dan struktur yang terdiri dari
lepas dari peraturan tentang pemerintah badan perwakilan (council) dan
daerah. Dalam beberapa peraturan pemimpin daerah (bupati/walikota),
tentang pemerintah daerah di dalamnya yang recruitmen pejabatnya dilakukan
terdapat Bab atau pasal khusus yang melalui pemilihan. (2) Suatu
menjelaskan tentang pengaturan pemerintahan yang memiliki batas-batas
mengenai desa. Hal tersebut dikarenakan kewenangan tertentu sesuai dengan yang
bahwa desa secara historis merupakan diserahkan oleh pemerintah pusat (untuk
bagian dari otoritas suatu wilayah negara kesatuan), atau pemerintah
pemerintahan yang ada di atasnya. negara bagian (untuk negara federal).
Hanya beberapa peraturan perundang- (3) local government dalam pengertian
undangan saja yang khusus membahas sebagai daerah otonom, yaitu kesatuan
tentang desa, diantaranya yaitu Undang- masyarakat hukum yang berwenang
Undang Nomor 19 tahun 1965 tentang mengatur dan mengurus urusan
Desapraja, Undang-undang Nomor 5 pemerintahan menurut prakarsa sendiri
tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, berdasarkan aspirasi masyarakat.
dan Undang-Undang Nomor 6 tahun Masih menurut Hossein dalam
2014 tentang desa. Meskipun desa Yansen (2013) menyatakan bahwa
merupakan wilayah otonom terkecil pemerintah lokal memiliki dua fungsi,
dalam struktur Negara Kesatuan yaitu: pertama mengatur (regeling atau
Republik Indonesia (NKRI), namun policy making), kedua adalah mengurus
otonomi desa tersebut masih tetap dalam (bestuur atau policy executing).
lingkup NKRI. Sedangkan karakteristik organisasi
Untuk lebih memperjelas pemerintah lokal yang membedakan
pengertian dan pemahaman tentang dengan organisasi lain adalah: (1)
pemerintah daerah (local government), didasarkan atas pemilihan lokal; (2)
otonomi daerah (local authority) dan merupakan subyek dari akuntabilitas
desa, maka perlu dijelaskan mengenai publik; (3) memperoleh penghasilan dari
konsep-konsep tersebut. Hubungan perpajakan, baik berupa local taxation
diantara masing-masing dalam tata maupun grants from central government;
pemerintahan dan kemasyarakatan juga (4) merupakan organisasi multipurpose
perlu dipahami dengan benar untuk yang tidak hanya menyediakan satu jenis
mempermudah dalam menganalisis pelayanan tetapi banyak jenis pelayanan;
4 Jurnal Dialektika, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

(5) memiliki suatu statute sebagai dasar tanggungjawab untuk kegiatan tertentu
pemerintahan; (6) memperoleh identitas diserahkan kepada penerima wewenang.
dari wilayah dan tanggungjawabnya; Sedangkan pengertian otonomi
dan (7) merupakan multi-contract daerah menurut UU Nomor 32 tahun
organizations di dalam wilayah 2004 adalah kewenangan daerah otonom
tanggungjawabnya. untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat
Otonomi Daerah menurut prakarsa sendiri berdasarkan
Konsep otonomi daerah (local aspirasi masyarakat sesuai dengan
autonomy) merupakan suatu kebebasan peraturan perundang-undangan.
untuk mengambil keputusan sendiri, Pengertian otonomi daerah mengandung
baik keputusan politik maupun tiga unsur yaitu: adanya hak, adanya
keputusan administrasi dengan tetap kewenangan, serta adanya kewajiban.
menghormati peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan yang Desa
kedudukannya lebih tinggi (Zuhro dalam Sedangkan konsep desa
Yansen, 2013). Sedangkan menurut didefinisikan sebagai suatu kesatuan
Kristiadi dalam Yansen (2013) masyarakat hukum yang mempunyai
menyebutkan bahwa otonomi atau susunan asli berdasarkan hak asal-usul
sering disebut devolusi merupakan yang bersifat istimewa. Landasan
pelimpahan wewenang (diskresi) kepada pemikiran dalam mengenai
badan hukum lokal di luar organisasi pemerintahan desa adalah
yang memberikan wewenang tersebut, keanekaragaman, partisipasi, otonomi
ruang lingkup atau isi otonom itu asli, demokratisasi dan pemberdayaan
bersifat kondisional atau tergantung masyarakat (Widjaja, 2012). Dan secara
pada tempat dan waktu di mana prinsip historis desa merupakan kesatuan
otonom itu ditetapkan. Dengan demikian masyarakat hukum yang sejak awal
makna otonomi di setiap negara bisa menjadi embrio atas terbentuknya
berbeda-beda. Sedangkan di Indonesia masyarakat politik dan pemerintahan
sering dirumuskan sebagai kewenangan yang ada di Indonesia jauh sebelum
yang diberikan kepada suatu daerah negara bangsa ini terbentuk.
untuk mengatur daerahnya sendiri. Desa merupakan institusi yang
Sedangkan desentralisasi otonom, dengan tradisi, adat istiadat dan
menurut Cheema dan Rondinelli dalam hukumnya sendiri serta relatif mandiri.
Yansen (2013) yang berkaitan erat Kewenangan desa meliputi kewenangan
dengan otonomi daerah, didefinisikan yang sudah ada berdasarkan asal-
sebagai pelimpahan wewenang dan usulnya, dan kewenangan yang oleh
tanggungjawab atau kekuasaan untuk peraturan perundang-undangan yang
menyelenggarakan sebagian atau seluruh berlaku belum dilaksanakan oleh daerah
fungsi manajemen dan administrasi dan pemerintah serta tugas perbantuan
pemerintahan dari pemerintah pusat dan dari pemerintah, pemerintah propinsi
lembaga-lembaganya; pejabat dan atau pemerintah kabupaten. Oleh
pemerintah atau perusahaan yang sebab itu otonomi desa mejadi lebih
bersifat semi otonom; kewenangan penting untuk dijaga mengingat
fungsional lingkup regional atau daerah; sejarahnya. Sedangkan kaum idealis
lembaga non pemerintah atau lembaga seperti Thomas Jefferson dan M.K.
swadaya masyarakat. Selanjutnya Gandhi berpendapat bahwa district dan
Rondinelli membagi konsep desa adalah tempat yang sesungguhnya
desentralisasi ke dalam tiga kategori, dari kemauan rakyat dan kesejahteraan
yaitu: dekonsentrasi (deconsentration), umum (Muttalib, 2013).
delegasi (delegaton), dan devolusi
(devolution) yang merupakan pengalihan
kekuasaan dimana seluruh
Abdul Fatah Fanani, Wahyu Astutik, Dodik Wahyono, Suprapto 5
Analisis Undang-undang Desa

METODE PENELITIAN Sejarah tentang desa telah terukir jauh


Penelitian ini menggunakan sebelum republik ini berdiri. Namun
metode penelitian kualitatif dengan pengaturan tentang desa pada jaman
pendekatan library research. Data utama modern dimulai sejak tahun 1854 pada
dalam penelitian ini berasal dari masa kolonial Belanda. Beberapa
publikasi buku dan jurnal yang tersedia peraturan tentang desa dituangkan dalam
di Indonesia sejak sebelum kemerdekaan peraturan tentang pemerintahan di
hingga pasca kemerdekaan. Penelitian daerah. Namun secara umum pengaturan
ini pada akhirmya akan bermanfaat bagi tentang yang tersendiri maupun yang
setiap kajian kebijakan tentang termaktub dalam peraturan tentang
pengaturan desa. pemerintah daerah menunjukkan suatu
pola hubungan antara pemerintah pusat
PEMBAHASAN (pemerintah di atasnya) dengan desa.
Secara rinci gambaran perkembangan
Sejarah Perkembangan Undang- pengaturan tentang desa dapat dilihat
Undang Desa pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1: Sejarah Peraturan Tentang Desa


N Peraturan Tentang Hubungan Negara
Periode Substansi
o Desa dan Desa
1. Kolonial Regeeringsregleme • Pengesahan desa • Desa merupakan
Belanda nt 1854 pasal 71 oleh kepala daerah bagian dari negara,
tentang kedudukan (residen), dan desa sehingga desa tetap
Desa di Jawa & berhak untuk tunduk kepada
Madura memilih kepalanya hukum dan
dan pemerintah peraturan yang
Desanya sendiri. dibuat negara.
• Kepala Desa diberi • Desa diberi
hak untuk kewenangan
mengatur dan mengatur dan
mengurus rumah mengurus rumah
tangganya sendiri tangga sendiri
dengan (otonomi desa).
memperhatikan
peraturan-
peraturan yang
dikeluarkan oleh
gubernur jenderal
atau dari kepala
daerah (residen).
Staasblad 1906 N0. • Mengatur bentuk, • Desa merupakan
83, diubah dengan kewajiban dan hak bagian dari negara,
Staablad 1910 No. kekuasaan sehingga desa tetap
591, Staadblad. pemerintah Desa tunduk kepada
1913 No. 235 dan baik berdasarkan hukum dan
Staadblad, 1919 hukum peraturan yang
No. 217 tentang ketataprajaan dibuat negara.
“Islandsche maupun • Pengakuan desa
Gemeente- berdasarkan hukum sebagai Badan
Ordonnantie” untuk perdata. Hukum.
mengatur • Menegaskan
pemerintahan dan pengakuan desa
6 Jurnal Dialektika, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

rumah tangga Desa sebagai badan


di Jawa dan hukum dan berada
Madura. di bawah
Pemmerintah
Hindia Belanda.
Rijksblad tahun • Penataan desa oleh Desa sebagai bagian
1918 No. 24 tentang Pakualaman untuk dari Pemerintahan
Penataan desa oleh distrik Sogan, Pakualaman, yang
pemerintah Kabupaten juga tunduk kepada
Pakualaman Adikarta. Hindia Belanda.
Yogyakarta 1912 • Desa dibawah
“Regelen Pemerintahan
betreffende het Pakualaman diatur
beheer en de berdasar peraturan
huishoudelijke yang dikeluarkan
belangen der oleh Pemerintah
inlandche Hindia Belanda,
gemeenten in het sehingga
distriect Sogan kedudukan desa
kabupaten tetap dibawah
Adikarta” naungan
Pemerintah Hindia
Belanda, namun
secara otonom
dikendalikan oleh
Pakualaman.
Rijksblad tahun Kewenangan Desa berada dibawah
1918 No. 25 diubah mengenai naungan Pemerintah
dalam Rijklsblad pengangkatan, Pakualaman yang juga
No. 17/1925 pemberhentian tunduk pada
Peraturan tentang sementara, Pemerintah Hindia
pengangkatan, pemecatan dari Belanda.
pemberhentian jabatan, tentang
sementara, penghasilan dan
pemecatan dari kewajiban
jabatan, tentang pemerintah Desa
penghasilan dan untuk Pakualaman.
kewajiban
pemerintah Desa
untuk Pakualaman.
Rijksblad tahun • Penataan desa Kedudukan desa tetap
1918 No. 22 tentang untuk Kasultanan dibawah naungan
Penataan desa Yogyakarta. Pemerintah Hindia
untuk Kasultanan • Desa dibawah Belanda, namun
Yogyakarta oleh Kasultanan secara otonom
Rijksbestuurder Yogyakarta diatur dikendalikan oleh
(Pemerintah Hidia berdasar peraturan Kasultanan
Belanda) yang dikeluarkan Yogyakarta.
oleh Pemerintah
Hindia Belanda,
sehingga
kedudukan desa
Abdul Fatah Fanani, Wahyu Astutik, Dodik Wahyono, Suprapto 7
Analisis Undang-undang Desa

tetap dibawah
naungan
Pemerintah Hindia
Belanda, namun
secara otonom
dikendalikan oleh
Kasultanan
Yogyakarta.
Rijksblad tahun Kewenangan Desa berada dibawah
1918 No. 23, diubah mengenai naungan Kasultanan
dalam Rijksblad pengangkatan, Yogyakarta yang
tahun 1925 No. 17 pemberhentian tunduk kepada
Peraturan tentang sementara, Pemerintah Hindia
pengangkatan, pemecatan dari Belanda.
pemberhentian jabatan, tentang
sementara, penghasilan dan
pemecatan dari kewajiban
jabatan, tentang pemerintah Desa
penghasilan dan untuk Kasultanan
kewajiban Yogyakarta.
pemerintah Desa
untuk Kasultanan
Yogyakarta.
Rijksblad tahun Pembagian wilayah Desa berada dibawah
1917 No. 33 Kasunanan Surakarta naungan Kasunanan
tentang Pembagian dalam sejumlah Surakarta yang tunduk
wilayah Kasunanan wilayah desa. kepada Pemerintah
Surakarta dalam Hindia Belanda.
sejumlah wilayah
desa.
Rijksblad tahun Pembagian wilayah Desa berada dibawah
1917 No. 14 Mangkunegaran naungan
tentang Pembagian dalam sejumlah Mangkunegaran yang
wilayah wilayah desa. tunduk kepada
Mangkunegaran Pemerintah Hindia
dalam sejumlah Belanda.
wilayah desa.
Staatblad 1914 No. Inlandsche • Desa merupakan
629 jo. 1917 No. Gemeente bagian dari negara,
223 diganti stbl. Ordonnantie untuk sehingga desa tetap
1923 No. 471. Karesidenan tunduk kepada
Tentang Inlandsche Amboina. hukum dan
Gemeente peraturan yang
Ordonnantie untuk dibuat negara.
Karesidenan • Pengakuan desa
Amboina sebagai Badan
Hukum.
Stbl.1918 No. 667, Inlandsche
diganti Stbl. 1918 Gemeente
No. 667 dan 774 Ordonnantie untuk
dan dalam Sumatra Barat.
Stbl.1921 No. 803
8 Jurnal Dialektika, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

tentang Peraturan
untuk Sumatra
Barat.
Stbl. 1919 No. 453 Inlandsche
tentang Peraturan Gemeente
untuk Karesidenan Ordonnantie untuk
Bangka. Karesidenan Bangka.
Staatblad 1919 No. Inlandsche
814 tentang Gemeente
Peraturan untuk Ordonnantie untuk
karesidenan Karesidenan
Palembang. Palembang.
Stbl. 1922 No. 564 Inlandsche
tentang Peraturan Gemeente
untuk Karesidenan Ordonnantie untuk
Lampung. Karesidenan
Lampung.
Stbl.1923 No. 469 Inlandsche
tentang Peraturan Gemeente
untuk Karesidenan Ordonnantie untuk
Tapanuli. Karesidenan
Tapanuli.
Stbl. 1923 No. 470 Inlandsche
tentang Peraturan Gemeente
untuk Daaerah Ordonnantie untuk
Bengkulu. Daaerah Bengkulu.
Stbl.1924 No. 75 Inlandsche
tentang Peraturan Gemeente
untuk Daaerah Ordonnantie untuk
Belitung. Daaerah Belitung.
Stbl. 1924 No. 275, Inlandsche
kemudian Gemeente
ditetapkan Stbl. Ordonnantie untuk
1938 No. 490 jo. Daaerah Kalimantan
Stbl. 1938 No. 681 Selatan dan Timur.
tentang Peraturan
untuk Daaerah
Kalimantan Selatan
dan Timur.
Staatblad 1941 no. • Desa diberi • Desa merupakan
356 tentang keleluasaan untuk bagian dari negara,
Rancangan Desa- berkembang sehingga desa tetap
ordonannantie baru menurut potensi tunduk kepada
dan kondisinya hukum dan
sendiri. peraturan yang
• Desa tidak lagi dibuat negara.
dikekang dengan • Pemberian
berbagai peraturan- kewenangan dan
peraturan (regulasi) keleluasaan yang
yang mengikat dan lebih luas kepada
instruktif. desa dalam
• perbedaan antara mengurus rumah
Abdul Fatah Fanani, Wahyu Astutik, Dodik Wahyono, Suprapto 9
Analisis Undang-undang Desa

Desa yang sudah tangganya.


maju dan Desa
yang belum maju.
maju.
• Pemerintahan Desa
diharuskan lebih
banyak
menggunakan
hukum adat.
2. Kolonial Osamu Seirei No. 7 • Kucoo (Kepala Ku, • Desa ditempatkan di
Jepang Kepala Desa) atas aza (kampung,
diangkat dengan dusun) yang
jalan pemilihan. merupakan institusi
• Dewan yang terbawah.
berhak untuk • Otonomi Desa
menentukan kembali dibatasi
tanggal pemilihan bahkan Desa
dan syarat-syarat dibawah pengaturan
lain dalam dan pengendalian
pemilihan Kucoo yang sangat ketat
adalah Guncoo. oleh Pemerintah
• Masa jabatan Jepang.
Kucoo adalah 4
tahun. Kucoo dapat
dipecat oleh
Syuucookan.
3. Awal UU No. 1 Tahun Kedudukan Desa dan Desa sebagai wilayah
Kemerdek 1945 tentang kekuasaan komite otonom terbawah,
aan s/d Pemerintah Daerah nasional daerah dalam naungan NKRI.
1950 UU No. 22 Tahun • Pembagian daerah • Desa sebagai
1948 tentang otonomi biasa dan wilayah otonom
Pokok- pokok daerah otonomi terbawah, dalam
Pemerintahan istimewa. naungan NKRI.
Daerah • Pembagian daerah • Desa berada dalam
dalam tiga wilayah Kabupaten/
tingkatan yaitu Kota.
Propinsi,
Kabupaten/kota
besar, Desa/kota
kecil.
4. Demokras UU No. 44 Tahun Daerah otonom Desa sebagai bagian
i Liberal 1950 tentang tersusun atas wilayah daerah,
(1950- pemerintahan tersusun atas dua daerah bahagian, dan
1959) daerah Indonesia atau tiga tingkatan daerah anak bahagian
Timur. yaitu (1) Daerah; (2) dalam RIS.
Daerah bahagian dan
(3) daerah anak
bahagian.
UU No. 1 Tahun • Jumlah tingkatan • Desapraja sebagai
1957 tentang daerah sebanyak- daerah Tingkat III
Pokok- pokok banyaknya 3 dalam lingkup RIS.
Pemerintahan tingkatan, • Diakui tentang
10 Jurnal Dialektika, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

Daerah • Kedudukan kepala keragaman desa,


daerah dan tentang tidak dibuat dalam
pengawasan yang saru model.
dilakukan oleh
Pemerintah Pusat.
• Daerah Otonom
terdiri dari dua
jenis, yaitu otonom
biasa dan daerah
swapraja.
5. Demokras Perpres No. 6 Pemusatan Desa sebagai bagian
i Tahun 1959 tentang kekuasaan ke dalam struktur pemerintahan
Terpimpin Pemerintah Daerah satu garis birokrasi yang sentralistis.
(1959- yang bersifat
1966) sentralistis atas
daerah.
UU No. 18 Tahun Pembagian daerah Desa sebagai bagian
1965 tentang dalam daerah besar dari daerah Tk II, tak
Pokok- pokok dan daerah kecil. terpisahkan dari
Pemerintahan NKRI.
Daerah
UU No. 19 Tahun • Penyeragaman Desapraja menjadi
1965 tentang nama desa dalam bagian utuh dari NKRI
Desapraja Desapraja. dalam system
• Desapraja memiliki demokrasi terpimpin.
batas-batas daerah,
berhak mengurus
rumah tangganya
sendiri, memilih
penguasanya, dan
mempunyai harta
bendanya sendiri.
6. Orde Baru UU No. 5 Tahun Orientasinya Desa sebagai
(1967- 1974 tentang pembentukan perpanjangan tangan
1997) Pokok- pokok pemerintahan pusat pemerintah pusat.
Pemerintahan yang bekerja di
Daerah. daerah (the local
state government),
sentralistis.
UU No. 5 Tahun • Struktur dan nama • Desa sebagai
1979 tentang Desa dibuat perpanjangan tangan
Pemerintahan Desa. seragam di pemerintah pusat.
Indonesia. • Desa berada
• Desa tidak lagi dibawah camat.
otonom.
7. Era UU No. 22 Tahun • Pengakuan • Pemerintah memberi
Reformasi 1999 tentang terhadap kewenangan lebih
(1998- Pemerintahan keragaman dan luas kepada desa.
Sekarang) Daerah. keunikan desa • Desa tidak lagi di
sebagai self- bawah camat.
governing
community.
Abdul Fatah Fanani, Wahyu Astutik, Dodik Wahyono, Suprapto 11
Analisis Undang-undang Desa

UU No. 32 Tahun • Hak, wewenang, • Desa berada


2004 tentang dan kewajiban diwilayah
Pemerintahan daerah otonom Kabupaten/Kota.
Daerah. untuk mengatur
dan mengurus
sendiri urusan
pemerintahan dan
kepentingan
masyarakat
setempat.
PP No. 72 Tahun Hak, wewenang, dan Desa menjadi bagian
2005 tentang Desa kewajiban desa. dari struktur
pemerintah di atasnya.
UU No. 6 Tahun Hak rekognisi, Otonomi desa berdasar
2014 tentang Desa subsidoaritas dan hak rekogisi &
kewenangan lainnya. subsidiaritas dalam
wadah NKRI.
Sumber: Data diolah dari beberapa sumber

dalam peraturan perundang-undangan


Analisis Undang-Undang Desa sebelumnya.
Reformasi kebijakan tentang Namun sebelum mengulas
desa akan terlihat dengan jelas apabila perbedaan substansi peraturan
kita sudah memahami konten dari UU perundangan tentang desa tersebut bisa
Nomor 6 tahun 2014 tersebut, dan akan dicermati lebih dalam mengenai
tampak lebih jelas lagi apabila kita perbedaan konsep desa yang lama
bandingkan dengan peraturan tentang menurut UU Nomor 32 tahun 2004 dan
desa sebelumnya. Aspek perubahan PP Nomor 72/2005 dengan konsep desa
fundamental (reform) dalam UU baru menurut UU Nomor 6 tahun 2014
Nommor 6 tahun 2014 tersebut akan menurut Eko (2015: 17-18) seperti
jelas bila dibandingkan dengan terlihat pada tabel berikut ini:
kebijakan tentang desa yang termuat

Tabel 2: Perbedaan Desa Lama dan Baru dalam Perspektif UU Desa


Desa Lama Desa Baru
Payung UU No. 32/2004 dan PP No. UU No. 6/2014
Hukum 72/2005
Azas Utama Desentralisasi-residualitas Rekognisi-subsidiaritas
Kedudukan Sebagai organisasi pemerintahan Sebagai pemerintahan masyarakat,
yang berada dalam system hybrid antara self governing
pemerintahan kabupaten/kota community dan local self
(Local State Government) government
Posisi dan Kabupaten/kota mempunyai ke Kabupaten/kota mempunyai
Peran wenangan yang besar dan luas kewenangan yang terbatas dan
Kabupaten/ dalam mengatur dan mengurus strategis dalam mengatur dan
Kota desa. mengurus desa; termasuk mengatur
dan mengurus bidang urusan desa
yang tidak perlu ditangani
langsung oleh pusat.
Delivery Target Mandat
Kewenangan
12 Jurnal Dialektika, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

dan Program
Politik tempat Lokasi: Desa sebagai lokasi proyek Arena: Desa sebagai arena bagi
dari atas orang desa untuk
menyelenggarakan pemerintahan
pembangunan, pemberdayaan, dan
kemasyarakatan
Posisi dalam Obyek Subyek
Pembangunan
Model Government driven development Village driven development
pembangunan atau community driven
development
Pendekatan Imposisi dan mutilasi sectoral Fasilitasi, emansipasi dan
dan Tindakan konsolidasi
Sumber: Eko, Sutoro “Regulasi Baru, Desa Baru” (2015:7-18)

Pada periode sebelum reformasi, tradisi sesuai dengan hak asal-usulnya


sebenarnya perbedaan mencolok berubah menjadi unit pemerintahan yang
mengenai kebijakan tentang desa merupakan perpanjangan tangan bagi
tampak pada UU Nomor 5 tahun 1979, kepentingan rezim yang berkuasa.
yaitu ada upaya orde baru untuk UU Nomor 6 tahun 2014 lebih
menyeragamkan nama, bentuk, susunan mengedepankan peran desa secara
dan kedudukan pemerintahan desa. otonom dengan keunikan hak-hak asal-
Undang-undang ini mengatur desa dari usulnya (recognisi). Sedangkan dalam
segi pemerintahannya yang berbeda UU Nomor 32 tahun 2004 menunjukkan
dengan pemerintahan desa/marga pada bahwa nuansa peran pemerintah masih
awal masa kolonial yang mengatur dominan, meskipun telah
pemerintahan menurut adat-istiadat yang diimplementasikan konsep desentralisasi
sudah ada. Dalam UU Nomor 5 tahun sesuai nafas otonomi daerah. Dalam UU
1979 pengakuan terhadap hak ulayat dan Nomor 32 tahun 2004 desa hanya
hak recognisi tereduksi. Sebagai berperan sebagai perpanjangan tangan
akibatnya hilangnya nilai-nilai pemerintah pusat maupun provinsi dan
keberagaman tentang desa di nusantara kabupaten/kota, dengan otonomi yang
berdasarkan asal-usulnya. lebih luas. Sehingga desa hanya sebagai
Harus diakui bahwa lokasi dimana program-program
tereduksinya otonomi desa terjadi sejak pemerintah diimplementasikan,
diimplementasikannya UU Nomor 5 sedangkan peran masyarakat desa
tahun 1979. Kebijakan penyeragaman sendiri kurang diperhatikan. Namun
(uniformitas) baik mengenai nama, dalam UU Nomor 6 tahun 2014 tersebut,
bentuk, susunan dan kedudukan peran desa sebagai wilayah otonom
Pemerintahan Desa, mengakibatkan dijamin, sehingga desa dapat
hancurnya sistem sosial masyarakat desa menjalankan perannya sesuai denga
yang menjadi penunjang bagi upaya asal-usul desa (recognisi) dan adat
penyelesaian masalah sosial di desa. istiadat yang sudah berjalan dari nenek
Kebijakan yang bersifat asimetris rezim moyang, penetapan kewenangan
orde baru telah merombak secara drastis berskala lokal dan pengambilan
desa dan semua perangkatnya menjadi keputusan secara lokal untuk
mesin birokrasi yang efektif dalam kepentingan masyarakat desa
menjalankan semua kebijakan secara top (subsidiaritas), keberagaman,
down. Desa mengalami pergeseran peran kebersamaan, kegotong-royongan,
dan kedudukan, dari entitas sosial yang kekeluargaan, musyawarah, demokrasi,
bertumpu pada nilai-nilai budaya dan kemandirian, partisipasi, kesetaraan,
Abdul Fatah Fanani, Wahyu Astutik, Dodik Wahyono, Suprapto 13
Analisis Undang-undang Desa

pemberdayaan dan keberlanjutan. kemandirian, partisipasi, kesetaraan,


Dalam implementasi UU Nomor 32 pemberdayaan dan keberlanjutan.
tahun 2004 maka ditetapkanlah Dengan substansi yang terkandung
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun dalam batang tubuh UU Nomor 6 tahun
2005 tentang desa. 2014 tersebut maka ditegaskan kembali
Pengaturan tentang desa pasca otonomi asli desa yang sejak awal telah
reformasi 1998 mengalami degradasi dikoreksi oleh UU Nomor 22/1999 dan
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 72 UU Nomor 32/2004. Dengan
tahun 2005 ini. Kemudian melalui kembalinya otonomi asli desa tersebut
Nomor 22 tahun 1999 tentang diharapkan dapat tercapai salah satu
Pemerintahan Daerah, harapan besar tujuan kemandirian desa yaitu
mengenai otonomi desa tumbuh terciptanya Self Governing Community
kembali, dan dibayangkan akan tumbuh (Kemandirian Masyarakat Desa).
seperti masa sebelum 1979. Namun Berdasarkan hak asal usul yang diakui
sayang, otonomi desa justru tereduksi dan dihormati oleh negara berdasarkan
akibat dari meluasnya ekspansi otonomi amanah konstitusi pasal 18B ayat (2)
daerah. Semakin luas ekspansi otonomi UUD 1945, desa dan atau nama lain
daerah, bersamaan dengan itu menyusut berhak mengatur dan mengurus
pula makna otonomi desa. Desa menjadi urusannya masing-masing. Bahkan lebih
powerless, kehilangan kewenangan, dari itu, sangat dimungkinkan untuk
meskipun secara ekpslisit jelas memiliki tumbuhnya desa adat diluar desa
otonomi asli. Otonomi asli desa yang administratif.
termuat dalam UU Nomor 22 tahun Selanjutnya, pemerintah desa
1999, dengan meluasnya otonomi daerah diharapkan mampu mengembangkan
seketika itu pula berubah menjadi kabur. otonomi aslinya untuk membatasi
Dalam perkembangannya PP pengaruh kekuasaan otonomi daerah
Nomor 72 tahun 2005 tersebut naik yang mengancam seluruh sendi
kelas menjadi UU Nomor 6 tahun 2014. kehidupan pemerintah dan masyarakat
Dengan berlakunya UU Nomor 6 tahun desa. Dengan diakuinya otonomi asli
2014, desa memperoleh eksistensinya desa, diharapkan pemerintah desa juga
kembali dan memiliki kedudukan yang bisa lebih otonom dan mandiri tidak
signifikan dalam entitas pemerintahan menjadi alat birokrasi rejim pemerintah
daerah. Dengan ditetapkannya Undang- yang berkuasa saja. Local Self
Undang Nomor 6 tahun 2014, desa Government (Kemandirian Pemerintah
seakan bangun kembali setelah Desa) yang menjadi salahsatu pilar
mengalami tidur panjang (1979-1999) kemandirian desa yang hendak dicapai
dan setalah mengalami pelucutan melalui UU Nomor 6 tahun 2014
sebagian besar otonomi aslinya pasca diharapkan dapat terwujud. Peluang itu
reformasi (1999-2013). Undang-Undang akan semakin besar dengan
Nomor 6 tahun 2014 tentang desa diberlakukannya UU Nomor 6 tahun
setidaknya akan menjawab 2014 yang secara substansial
permasalahan-permasalahan di atas. megendung aspek reformasi mengenai
Substansi yang terkandung pengurusan tentang desa.
dalam batang tubuh UU Nomor 6 tahun
2014 memuat tentang pengaturan desa KESIMPULAN
yang didasarkan pada pengakuan Melalui UU Nomor 6 tahun
terhadap hak asal-usul (recognisi), 2016 tersebut, dengan terwujudnya local
penetapan kewenangan berskala lokal self government dan self governing
dan pengambilan keputusan secara lokal community diharapkan pengaruh
untuk kepentingan masyarakat desa otonomi daerah yang terlalu luas
(subsidiaritas), keberagaman, tersebut akan dibatasi. Dan pada
kebersamaan, kegotong-royongan, akhirnya kembali kepada implementor
kekeluargaan, musyawarah, demokrasi, kebijakan dan keberhasilan dalam
14 Jurnal Dialektika, Volume 4, Nomor 1, Februari 2019

pemberdayaan masyarakat desa itu Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004


sendiri yang akan menjawab, apakah tentang Pemerintah Daerah.
UU Nomor 6 tahun 2014 tersebut dapat Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979
terimplementasikan dengan baik atau tentang Pemerintahan Desa.
justru akan menjadi bumerang bagi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
terwujudnya kemandirian desa itu tentang desa.
sendiri. Widjaja, HAW, 2012. “Otonomi Desa
Meskipun UU Nomor 6 tahun Merupakan Otonomi yang Asli,
2014 secara substansial sudah Bulat, dan Utuh”, PT.
mengakomodir bagi tercapainya kembali RajaGrafinda Persada, Jakarta.
kedaulatan desa, namun dalam Yansen, TP, 2013. “Gerakan Desa
implementasinya masih belum mampu Membangun, Sebuah Ide Inovatif
mewujudkan kedaulatan desa dengan tentang Pembangunan Desa”, PT.
baik. Mungkin terlalu dini untuk Danar Wijaya, Cetakan Pertama.
berasumsi mengenai hal tersebut,
mengingat UU Nomor 6 tahun 2014
tersebut baru diimplementasikan tahun
2015, namun sudah hamper tiga tahun
diimplementasikan tanda-tanda yang
mengarah kepada kembalinya
kedaulatan desa masih belum nampak.
Justru Tarik-menarik kepentingan antar
aktor dalam implementasi undang-
undang desa tersebut yang tampak
nyata.

DAFTAR PUSTAKA

Eko, Sutoro, 2015. “Regulasi Baru, Desa


Baru: Ide, Misi, dan Semangat
UU Baru”, Kementrian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Republik
Indonesia, Jakarta.
Muttalib, M.A, Khan, Mohd. Akbar
Ali,2013. “Theory of Local
Government (Teori Pemerintahan
Daerah), Sterling Publishers PVT
LTD L-10, Green Park Extension,
New Delhi-110016 5th Main
Road, Ghandi Nagar, Banglore-
560009695, Model Town,
Jalandhar City-144003.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun
2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Pelaksanaan UU No.
32/2004.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah.

You might also like