You are on page 1of 6

Bersorak Kembali

Tatkala fajar kembali

Semua berebut untuk mengantri

Dengan angin soba menyertai

Lantunan do’a terdengar kembali

Semua menghadap ilahi

Dan terdengar sorak qur’ani

Menggema dalam hati

Ya, itulah pagi hari

Yang selalu dilakukan para santri.

Kafa
Semua itu butuh proses

Diam tak berkomentar

Akan jadi kiatan tuk turut andil

Dalam panggung sandiwara tak berujung ini

Berpura-pura bodoh tuk menjadi pintar

Menjadi siasat licik yang tepat,

Tuk main dalam monopoli abstrak ini

Kukira, ini belum waktunya

Karena untuk menjadi yang terjitu ,

Tunggulah moment yang tepat tuk menjadi yang nomer Satu

Meski butuh banyak pengorbanan

Setidaknya komitmen tuk merealisasikan

Dengan semangat yang berkobar itu masih ada

Ya, semua ada masanya

Dimana kita harus mempertaruhkan asa,

Demi seonggok kemenangan yang gemilang.

Mengorbankan harga diri bukan cara sehat

Harus dengan akal dan keyakinan kuat

Tuk mencapai tujuan hebat

Maka dari itu, bersabar haruslah jadi kunci

karena asil akhir yang gemilang

tak sekedar diraih dengan hanya berpangku tangan

ia juga butuh proses

tuk membuktikan ia bahwa ia layak sukses.

Angkasa 15
In Memorizing

Lantunan melodi indah

Yang datang dipenghujung senja itu,

Kembali mengingatkan ku pada bayang hitam

Yang menari dibawah purnama bersamaku

Sosoknya yang tak lekang oleh waktu

Semakin jelas menjadi hamparan fatamorgana

Keberadaan yang sulit terdeteksi

Serta kabarnya yang samar terdengarpun,

Menyakinkanku bahwa kini, ia tengah menapaki

Sebuah negri antah barantah yang mustahil kuraih

Dia yang masih menjadi harapan

Kini telah tergeser oleh arus zaman

Nyatanya, bayangnya tak lebih dari sebuah angan

Pondasi kokoh yang sempat dibangunpun,

Kini menyisakan puing yang tak berguna yang kan menghilang

Seiring berjalannya waktu

Ya, semua berubah dan dan tak lagi sama

Meski ia sangat menyukai melodi lama itu,

Kutahu, ia tak kan datang dipenghujung senja ini

Ini bukan masalah membenci

Tapi hanya karena,

Ia memiliki komitmen yang tak seharusnya tak dikhianati

Angkasa 15
Sekedar

Di bilik peraduan waktu,

Gembira datang berjua

Manik hitammu membentuk sabit

Menyiratkan rona kebahagiaan yang tak tertara

Didalam satir kau bersembunyi

Namun indah sinar yang bersahaja

Membawamu kembali kemuka

Mempertemukan kita dalam keheningan waktu

Membekukan masa yang tengah melaju

Angkasa 15
Pujangga

Dalam satu kalimat ini,

Ku berkomitmen

Hanya satu, sejak dulu

Terpatri dalam sanubari

Tanpa terungkap dari bilik lisan

Nan tetap terjaga hingga nanti

Kau,

Adalah punjangga

Terpuja dalam diam

Yang terselubung dibalik bingkai hitam

Sejak dini ku disini

Angkasa 15
Di balik Bingkai Hitam

Boleh tahu ?

Tanggal dua belas,

Bulan tujuh

Tahun tujuh belas,

Siapa sosok dibalik bingkai hitam itu ?

Ya, dialah engkau

Sang sutradara dibalik layar

Pemilik andil besar

Dalam panggung tak berujung ini

Kau tak perlu tahu,

Biar aku yang menyimpan itu,

Dalam keheningan waktu

Karena tepat sejak saat itu

Ku mulai dedikasikan diri

Tuk jadi pengagum dalam diamku

Angkasa 15

You might also like