You are on page 1of 13

KAJIAN KITAB DIRA SA T FI AL-HADI TH WA AL-TARI KH: AH A DITH UMMUL MU'MINI

N ‘A ISYAH KARYA MURTAD A AL-‘ASKARI

Kholila Mukaromah*

Abstract
‘Aisyah wa one of the wives of the Prophet Pbuh. who atrracted much attention. Among the Sunni, he received
much praises –for one thing- because of the breadth and depth of his knowledge, as well as the narration and
mastery of his hadith which were considered to be prominent among of the other wives of the Prophet Pbuh.
On the contrary, there was a group of people from Shia who instead denounced and cursed ‘Aisha. Starting
from this, the author was interested to explore one of the hadith books that tells how the figure of ‘Aisha based
on the narration of hadiths compiled by a Shia scholar , Murtad a al-‘Askari. The writing of al-‘Askari can be
counterweight to the “bad image” that has been given by the Shia to ‘Aisha. One interesting view was also
conveyed by al-‘Askari is that the history of Islam ( from sending of the Prophet Pbuh. to the pledge of Yazid bin
Mu’awiyah) can only be truly understood after examining the hadith narration of ummul mu’mini n, ‘Aisha.
This research is a literatur review. The discussion of which uses descriptive-analytical method. This paper
generally tries to introduce the hadith book titled Dira>sa>t fi al-Hadi th wa al-Tari kh : Aha dith Ummul Mu’mini
n ‘Aisha by looking at some general aspects of the composition of the book, including writing background,
content, systematic, method, examples of discussion, and also describes the advantages and disadvantages
analyzed from several section of the book. Based on the results of the discussion, the author considers that al-
‘Askari tried to put a description of the figure ‘Aisha objectively based on the historical hadiths that originated
from ‘Aisha and also the the other companins (sahabah) about ‘Aisha and the event surrounding herself. In
discussing the death of the Prophet Pbuh., al-‘Askari included a variety of narration that seems contradictory
about the Prophet’s death moments,”whether in the lap of ‘Aisha or ‘Ali?!”. Based on the tarji h method, al-
‘Askari more favored the narration of hadith which said that the Prophet Pbuh had died in the lap of ‘Ali because
more were narrated ( four companions /sahabah). Interestingly, the source of the narration referred to by
al-‘Askari is almost entirely derived from a number of well-known Sunni scholars. This was done to show how
scientific research must be carried out without looking at affiliations of certain religious sects.
Keywords : The Narration Hadith of ‘Aisha; Murtad a al-‘Askari;The Hadith Book of Shia; the Hadith of the Death of
the Prophet Pbuh; The Islamic History.

Abstrak
‘Aisyah merupakan salah satu istri Nabi Saw yang banyak menarik perhatian. Di kalangan Sunni, Ia
banyak mendapat pujian –salah satunya- karena keluasan dan kedalaman ilmu yang dimilikinya,
serta periwayatan dan penguasaan hadisnya yang dinilai menonjol diantara istri-istri Nabi Saw yang
lain. Sebaliknya, ada sekelompok orang dari aliran Syi’ah yang malah mencela dan melaknat ‘Aisyah.
Bertolak dari sinilah, penulis merasa tertarik untuk menggali salah satu kitab yang menceritakan
bagaimana sosok ‘Aisyah berdasarkan riwayat-riwayat hadis yang ada, yang disusun oleh ulama
kenamaan Syi’ah, Murtad a al-‘Askari . Tulisan al-‘Askari ini bisa menjadi penyeimbang atas “image”
buruk yang selama ini diberikan kubu Syi’ah terhadap diri ‘Aisyah. Salah satu pandangan yang menarik
juga disampaikan Al-‘Askari, bahwa sejarah Islam (sejak diutusnya Nabi Saw hingga dibaiatnya Yazid
ibn Mu’awiyah) hanya bisa benar-benar dipahami setelah mengkaji hadis-hadis dari periwayatan
Ummul Mukmini n, ‘Aisyah. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan yang pembahasannya
menggunakan metode deskriptif-analitis. Tulisan ini secara umum berusaha memperkenalkan kitab
Dira sa t fi al-Hadi th wa al-Tari kh : Ah}a>di>s}| Ummul Mukmini n ‘A isyah dengan melihat pada beberapa aspek
umum penyusunan kitab, diantaranya: latar belakang penulisan, isi, sistematika, metode, contoh
pembahasan, dan juga memaparkan kelebihan dan kekurangan yang dianalisis dari beberapa bagian
kitab. Berdasarkan hasil pembahasan, penulis memandang bahwa al-‘Askari berusaha mendudukkan
gambaran tentang sosok ‘Aisyah secara objektif berdasarkan riwayat historis yang berasal dari
* IAIN Kediri. Email: lila.kholila29@gmail.com

Kholila Mukaromah, Kajian Kitab Dira>sa>t fi> al-Hadi>th wa al-Tarikh 151


‘Aisyah maupun riwayat dari Sahabat lain tentang diri ‘Aisyah dan peristiwa yang melingkupinya.
Dalam pembahasan mengenai wafatnya Nabi Saw, al-‘Askari mencantumkan berbagai riwayat
yang nampak bertentangan tentang detik-detik meninggalnya Nabi, “apakah berada di pangkuan
‘Aisyah ataukah ‘Ali”?!. Berdasarkan metode tarji h, al-‘Askari lebih mengunggulkan riwayat yang
mengatakan bahwa Nabi Saw meninggal di pangkuan ‘Ali karena lebih banyak yang meriwayatkan
( empat sahabat). Menariknya, sumber riwayat yang dirujuk oleh al-‘Askari hampir keseluruhannya
berasal dari sejumlah ulama kenamaan Sunni. Hal ini dilakukannya untuk menunjukkan bagaimana
penelitian ilmiah harus dilakukan tanpa melihat afiliasi aliran keagamaan tertentu.
Kata Kunci : Periwayatan Hadis ‘Aisyah; Murtad a al-‘Askari; Kitab Hadis Syiah; Hadis Wafatnya Nabi Saw;
Sejarah Islam.

Pendahuluan kiranya memunculkan antipati yang besar dari


Salah satu isu penting yang memantik kubu Sunni terhadap eksistensi Syi’ah.
sensifitas Sunni-Syi’ah adalah terkait sikap Jika diamati, dikotomi antara Sunni-Syi’ah
masing-masing kubu ini terhadap sosok ‘Aisyah barulah terjadi sepeninggal pemerintahan al-
sebagai salah satu istri Nabi, Ummul Mukminin. Khulafa’ al-Rasyidun. Pemahaman yang muncul
Menurut pandangan secara umum, kubu dari masing-masing kubu –salah satunya-
Syi’ah menyalahkan ‘Aisyah atas perpecahan merupakan hasil refleksi dan pemahaman
yang terjadi dalam intern kaum Muslim awal. mereka terhadap laporan dari riwayat-riwayat
Hal ini dimulai dari adanya anggapan bahwa hadis. Mengutip apa yang disampaikan Fatima
‘Aisyah sepeninggal Nabi tidak menyampaikan Mernissi, kemunculan hadis-hadis Nabi Saw
amanah Nabi atas wasiat hak kepemimpinan harus melihat situasi sosiohistoris pasca
kepada ‘Ali. Dan semakin memanas ketika kematian Rasulullah Saw hingga dibaiatnya
merujuk pada peristiwa perang Jamal yang Yazid ibn Mu’awiyah. Ia melihat betapa
mempertemukan ‘Aisyah dan ‘Ali dalam besarnya faktor politik yang kemudian
pertempuran. ‘Aisyah terjebak pada tuduhan merembet pada penggunaan hadis-hadis
kubu Syi’ah bahwa ia telah memberontak sebagai alat legitimasinya.4 Pun jika peneliti
pada pemimpin yang sah saat itu, yaitu ‘Ali.2 mengamati, bahwa munculnya dua pikiran
Berdasarkan beberapa persoalan inilah – yang berbeda atas diri ‘Aisyah –sebenarnya-
disamping persoalan lainnya- kemudian kubu berasal dari riwayat-riwayat hadis yang sama.5
Syi’ah melaknat ‘Aisyah.3 Persoalan inilah yang Setelah sekian abad, perlu kiranya
2
M. Qurasih Shihab, Sunnah-Syiah Bergandengan
menelusuri ulang dokumen-dokumen yang
Tangan! Mungkinkah! : Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran memuat pemaparan mengenai sosok ummul
(Tangerang: Lentera Hati, 2007, cet ke-4 [edisi revisi]), 149-150. Mukminin tersebut. Dalam hal ini, peneliti
3
Penulis sempat membaca sebuah buku panduan yang tertarik pada uraian al-Sayyid Murtad|a al-
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia yang terkesan
provokatif. Buku ini memuat pandangan-pandangan Syi’ah
‘Askari dalam karyanya yang berjudul Ah a
yang dinilai menyimpang dan sesat. Beberapa pandangan
yang dimakasud seperti kutipan dari kitab al-Thaharah karya kontroversional. Ada sejumlah ulasan video yang diunggah
al-Khumaini, bahwa ‘Aisyah, Thalhah, Zubair, dan Mu’awiyah di Youtube terkait pembahasan riwayat tentang diracunnya
dinilai lebih buruk dan menjijikkan daripada anjing dan babi. Nabi. Namun, video lain diunggah yang berusaha mengkritik
Dikutip dari buku karya Emilia Renita yang dieditori oleh bahwa riwayat yang dimaksud sebenarnya lemah, sehingga
Jalaludin Rahmat bahwa Aisyah, Thalhah, Zubair, dan Sahabat- tidak bisa diterima kehujjahannya.
sahabat yang satu aliran dengan emreka memerangi Imam Ali, 4
Kholila Mukaromah, “Hermeneutika Hadis Fatima
sebelumnya mereka berkomplot untuk membunuh Usman. Mernissi”, Jurnal Universum: Jurnal Keislaman dan
Dikutip juga dari kitab tafsir al-‘Iyashi dan al-Majlisi dalam Kebudayaan 12, no.1 ( 2018), 51.52. DOI: 10.30762/universum.
Bihar al-Anwar, bahwa meninggalnya Rasulullah Saw karena vl2il.1060.
telah diracun oleh Aisyah dan Hafshah. Baca selanjutnya, im 5
Para ulama Syi’ah yang mengabaikan Aisyah seringkali
Penulis MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan merujuk pada hadis-hadis Sunni, baik yang termuat dalam
Syi’ah di Indonesia (Yogyakarta: Maktabah al-Hanif, 2013), Tabaqat ibn Sa’d, Ta rikh karya al-Tabari, bahkan merujuk pada
hlm. 52-55. Persoalan terakhir ini menurut penulis cukup kutub al-tis’ah.

P-ISSN: 1978-6948
152 e-ISSN: 2502-8650 Vol. 13 No. 2 Juli 2019 | 151-163
di s| Ummul Mukmini n ‘A isyah. Sebagai salah Selanjutnya, penelitian ini termasuk dalam
seorang pemuka Syi’ah, ia tidak segan-segan kajian kepustakaan dengan objek materialnya
melakukan penelitian secara ilmiah terhadap yaitu kitab Dira sa t al-Hadi th wa al-Tari kh: Ah a
hadis-hadis yang diriwayatkan ‘Aisyah atau di s| Ummul Mu’mini n ‘A isyah karya al-‘Askari.
hadis-hadis yang diriwayatkan mengenai Pembahasan akan disajikan secara deskriptif-
pribadi ‘Aisyah. Penelitiannya ini selanjutnya analitis dalam menjelaskan seluk beluk isi
bisa menjadi penyeimbang atas image buruk kitab, untuk kemudian dianalisis kelebihan dan
yang selama ini diberikan oleh kubu Syi’ah kekurangan dari kitab. Dengan begitu, tulisan
kepada ‘Aisyah. ini diharapkan bisa menambah khazanah dalam
Tulisan ini secara umum berusaha periwayatan hadis, khususnya pengkajian atas
memperkenalkan kitab Dira sa t fi al-Hadi th wa sejumlah hadis yang diriwayatkan ‘Aisyah dari
al-Tari kh: Ah a di s| Ummul Mukmini n ‘A isyah perspektif Ulama Syi’ah. Selain itu, dengan
dengan melihat pada beberapa aspek umum mengkaji kitab ini, kita bisa mengetahui bahwa
penyusunan kitab, diantaranya: latar belakang selama ini ulama Syi’ah begitu mengapresiasi
penulisan, isi, sistematika, metode, contoh hasil kodifikasi hadis-hadis di kalangan Sunni.
pembahasan, dan juga memaparkan kelebihan
dan kekurangan yang dianalisis dari beberapa Mengenal Sosok Murtad a al-‘Askari
bagian kitab. Dalam contoh pembahasan, ‘Allamah Sayyid Murtad a al-‘Askari
penulis akan mengambil contoh periwayatan [selanjutnya disebut al-‘Askari] dikenal
hadis terkait detik-detik menjelang wafatnya sebagai ahli sejarah, sastrawan, muhaddis, dan
Nabi Saw. Dalam karya al-‘Askari ini, ia merupakan salah seorang ulama kenamaan
menampilkan sejumlah riwayat yang beragam, di hauzah8 ilmiah Qom. Ia lahir pada tanggal
sehingga memunculkan pertanyaan: di 18 Jumadil S|a ni tahun 1332 H/ 1901 M di di
pangkuan siapa sebenarnya Nabi Saw wafat? Samarrah. Ia kemudian menutup usia pada usia
Apakah di pangkuan ‘Aisyah ummul mu’mini n 106 tahun yang bertepatan pada hari Senin 17
( istri Nabi Saw) ataukah dipangkuan ‘Ali ra ( September 2007/ 7 Ramadan tahun 1428 di
menantu Nabi Saw). Teheran.9
Sejauh pengamatan penulis, penelitian Setelah menyelesaikan pendidikan seko­
terhadap sosok ‘Aisyah dalam kajian Hadis lah dasar, ia melanjutkan studinya di hauzah
telah dilakukan, diantaranya: Aisyah Tidjani ilmiah di kota yang sama. Pada usia 28
dengan artikel berjudul “’A isyah binti Abu tahun, ia memutuskan untuk melanjutkan
Bakr Ra Wanita Istimewa yang Melampaui pendidikannya di kota Qom untuk mempelajari
Zamannya”6; juga Umniyatul Istiqlaliyah
dengan artikel berjudul “Peran dan Pengaruh 8
Hauzah bukanlah istilah asing bagi sejumlah negara
‘Aishah dalam Bidang Hadis”7. Begitu pula kitab di Timur Tengah, khususnya di Irak dan Iran. Sejarah hauzah
maupun buku yang mengulas sosok ‘Aisyah bermula dari kota Najaf yang juga pernah menjadi pusat
pemerintahan Imam Ali as. Hauzah kemudian dikenal sebagai
juga telah ada. Tetapi kajian tentang riwayat pusat pendidikan tradisional yang banyak menelurkan para
‘Aisyah yang berdasarkan kitab yang disusun pemikir dan ulama. Meski disebut sebagai pusat pendidikan
oleh ulama yang berafiliasi kepada aliran Syiah tradisional, namun banyak ulama dan pemikir kontemporer
nampaknya masih minim dilakukan. Disinilah dan progresif muncul dari tempat ini. diantara para
alumnusnya: pendiri Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini;
letak kebaruan dari fokus bahasan dalam pemikir kontemporer, Murtad a Muthahhari; penulis tafsir
tulisan ini. Mizan, Allamah Thabathaba’i, penulis Falsafatuna dan
Iqtisaduna , Ayatollah Mohammad Baqir al-Shadr dan lain-lain.
6
Aisyah Tidjani,” “’A isyah binti Abu Bakr Ra Wanita Bahkan peta perlawanan anti-imperialis dan arogansi Timur
Istimewa yang Melampaui Zamannya”, Dirosat: Journal of Tengah kini dikendalikaan penuh oleh para tokoh yang berasal
Islamic Studies 1, no.1(2016), 27-39. dari hauzah. Dikutip dari syiahali.wordpress.com diakses
7
Umniyatul Istiqlaliyah,” Peran dan Pengaruh ‘Aishah tanggal 28 Oktober 2014.
dalam Bidang Hadis”, Dirosat: Journal of Islamic Studie 1, no.1 9
“Allamah Sayyid Murtad a ‘Askari” dalam www.al-
(2016), 41-51. shia.com.

Kholila Mukaromah, Kajian Kitab Dira>sa>t fi> al-Hadi>th wa al-Tarikh 153


ilmu fiqh, dan ushul fiqih jenjang sut uh 1363 H, kedua tokoh ini bersepakat untuk
kepada Ayatollah al-Uz ma Marsyi Najafi dan mendirikan sebuah sekolah yang mengajarkan
Ayatollah Syaikh Muhammad Hussein Syarit Islam kepada murid-muridnya sejak dini. Di
Madari Sauji. Di sanalah ia juga berguru kepada antara mereka yang pernah belajar di sekolah
Ayatollah al-Uz ma Imam Khomeini, Ayatollah ini adalah Ayatollah Al-’Uz ma Syahid Sayid
Mirza Khalil Kuhkamrei dan Ayatollah Syaikh Muhammad Baqir Shadr.
Mahdi Syahid [yang dikenal dengan Poin Melihat bahwa proyek tahap awalnya
Syahri] dalam keilmuan kalam dan teologi, berhasil dengan baik, beliau bertekad untuk
tafsir, dan juga etika. melanjutkan proyek ini dengan memasuki
Pada masa kepemimpinan spiritual tahap keduanya dan beliau berhasil
Ayatollah al-Uz ma Syaikh Abdul Karim mendapatkan izin untuk mendirikan lembaga
Ha’iri, ia kembali ke kota Samirra untuk pengajaran ilmu-ilmu agama Islam. Lembaga
melanjutkan pendidikannya di sana. Dengan inilah yang menjadi batu pertama berdirinya
bekal pendidikannya tersebut serta berbagai fakultas Ushuluddin.
dokumen yang ditulis oleh Ayatollah Mirza Sekembalinya ke tanah kelahiran, beliau
Syirazi tentang revolusi Tembakau, al-‘Askari belajar ilmu Fiqih argumentatif selama hampir
mengenal bagaimana makar dan perang dua tahun. Pada masa itulah, ‘Allamah al-
budaya yang digencarkan oleh imperialis Barat ’Askari menyadari kemampuannya dalam
terhadap dunia Islam.10 menulis. Untuk memanfaatkan potensinya
Al-‘Askari juga dikenal sebagai pemikir ini, beliau memulai aktifitas menulisnya.
muslim pertama yang berhasil membongkar Kajian pertama yang beliau lakukan adalah
kedok sistem pendidikan yang telah dirancang menelaah sejarah Islam dan membaginya ke
oleh Barat untuk diterapkan di dunia Timur. dalam beberapa kategori, seperti: kelahiran
Melalui penelitian yang digelutinya inilah, Islam; terbentuknya masyarakat Islam; dan
tersingkaplah salah satu faktor keterbela­ seterusnya sampai zaman kekuasaan dinasti
kangan negara-negara Timur. Ia kemudian Abbasiyah.
tertantang untuk merubah keadaan ini. Dalam kajiannya ini, -menurutnya-
Beberapa upaya kemudian dicetuskannya, tersingkaplah satu hal penting yang tidak ada
antara lain: pertama, menyusun serangkaian bandingannya, yaitu bahwa beliau dengan
mata pelajaran, serta mendirikan sekolah dalil-dalil dan argumentasi yang sangat
dengan metode pengajaran baru. Hal ini kuat menyingkap kebohongan besar yang
menjadi langkah pertama yang mengawali dilakukan oleh Saif bin Umar At-Tamimi dalam
perubahan besar-besaran di masa mendatang. sejarah Islam dan hal-hal lainnya. Semua yang
Kedua, mendidik tenaga ahli ilmu-ilmu ke- dilakukan al-‘Askari telah membuahkan dua
Islam-an yang layak dengan harapan mereka kitab yang sangat sangat berharga tentang
mampu menyampaikan ilmu-ilmu tersebut Abdullah bin Saba` dan 150 sahabat palsu.
kepada masyarakat luas. Selain itu, ia juga Penemuannya yang tiba-tiba ini
berupaya menerbitkan berbagai media massa mengakibatkan kepercayaan yang telah
guna memperluas wawasan para pengajar. diyakini selama berabad-abad itu, kini
Al-‘Askari juga kerap melakukan terselimuti oleh keragu-raguan. Al-‘Askari
perjalanan ke berbagai belahan dunia untuk berhasil membuktikan bahwa peristiwa-
mendapatkan lahan penyebaran budaya Islam peristiwa penting yang pernah ditulis oleh para
yang lebih luas. Dalam perjalanannya tersebut, sejarawan tidak pernah terjadi. Kitab pertama,
ia sempat bertemu dengan Dr. Ahmad Amin, yaitu kitab Abdullah bin Saba`, diterbitkan
penulis kitab al-Taka mul fi al-Isla m. Pada tahun pada tahun 1375 H. Pada tahun yang sama,
terbit pula kitab beliau yang lain, Duktur Al-
10
“Allamah Sayyid Murtad a ‘Askari” dalam www.al- Wardi.
shia.com

P-ISSN: 1978-6948
154 e-ISSN: 2502-8650 Vol. 13 No. 2 Juli 2019 | 151-163
Sejak saat itu hingga kembali ke Iran untuk 1. Penamaan dan Latar Belakang Penulisan
yang kedua kalinya, ‘Allamah Sayyid Murtadha Penamaan kitab ini kepada ‘Aisyah –
‘Askari melakukan banyak aktifitas di berbagai menurut- nya mengikuti tren penulisan
bidang, khususnya yang menyangkut masalah kumpulan hadis kepada sahabat-sahabat
sosial kemasyarakatan. Ia kemudian dikenal tertentu selaku periwayat pertama.
telah mendirikan banyak sekolah dan klinik Sebagaimana hadis-hadis lain yang juga
kesehatan. disandarkan kepada sahabat-sahabat seperti
Anas, Abu Hurairah, ibn ‘Umar dan lain-lain.
Sekilas mengenai Kitab Aha di s| Ummul Pengumpulan hadis-hadis yang diriwayatkan
Mu’mini n ‘A isyah mereka biasanya juga meliputi kajian terhadap
Kitab ini disusun oleh Sayyid Murtad a al- kehidupan rawi, keadaan atau lingkungan
‘Askari (1901-2007), sehingga termasuk kitab tempat tinggal rawi tersebut.14 Al-‘Askari
yang disusun pada era kontemporer. Saat kemudian menyusun pembahasan dalam
ini kitab Ah a di s| Ummul Mukmini n ‘A isyah karyanya dengan menggunakan perspektif
ini mudah diakses, baik melalui himpunan historis. Hal ini juga nampak ketika ia
kitab Syi’ah dalam software al-maktabah al-syi menuliskan bab-bab pembahasan tentang
’ah maupun dengan cara download melalui kehidupan ‘Aisyah dalam konteks runtutan
alamat-alamat website Syi’ah seperti: www. sejarah Islam.
al-shia.com, www.shiabooks.net11, dan www. Mengenai latar belakang penulisan,
imamali.net12. Dalam al-Maktabah al-Syi’ah, peneliti melihat ada dua aspek yang terdiri dari
kitab ini dikelompokkan ke dalam sumber- aspek eksternal dan internal. Secara eksternal,
sumber hadis Syi’ah dalam kategori umum disebutkan bahwa motivasi disusunnya kitab
[mas a dir al-hadi s al-Syi ’ah : qism al-‘a mm]. ini untuk menjawab tuduhan para orientalis
Kitab yang dijadikan objek material dalam dan sebagainya tentang sejumlah perdebatan
penelitian ini merupakan cetakan ketujuh terkait pribadi Rasulullah Saw, terutama
dari penerbit Fakultas Ushuluddin di Teheran. terkait dengan pernikahan poligami Nabi
Karena keterbatasan peneliti, kajian ini Saw. Secara internal, Al-‘Askari berpendapat
bertolak pada kitab tercetak dari situs www. bahwa sejarah Islam (sejak diutusnya Nabi Saw
shiabooks.net. Pada bagian muqaddimah kitab hingga dibaiatnya Yazid ibn Mu’awiyah) hanya
cetakan ke lima disebutkan bahwa kitab ini bisa benar-benar dipahami setelah mengkaji
pertama kali dicetak sekitar 30 tahun yang lalu hadis-hadis dari periwayatan Ummul Mukmini
dan didalamnya ditemukan banyak kesalahan, n, ‘Aisyah.15
bahkan hingga cetakan selanjutnya. Barulah Ia menambahkan bahwa hadis-hadis
pada cetakan kelima ini, putra dari al-‘Askari, ‘Aisyah patut untuk menjadi sumber yang
Ka z im al-‘Askari merevisi (men-tashih) kitab penting dalam sejarah ke-Islam-an. Selain
ini serta menambahkan pembahasan mengenai itu, ia juga berpendapat bahwa pemahaman
hikmah poligami yang dilakukan Nabi Saw sejumlah ayat al-Qur’an dan Fiqh banyak
sebagai jawaban atas apa yang disampaikan yang disandarkan pada penjelasan-penjelasan
para Orientalis dan pihak yang memusuhi ‘Aisyah yang ada dalam hadis-hadis yang
Islam karena persoalan ini.13 diriwayatkannya. Sehingga seseorang yang
hendak meneliti sejarah Islam pada masa awal
11
http://shiabooks.net/library.php?id=9682 diakses 10 diharuskan untuk terlebih dahulu mengkaji
November 2019. sejarah Islam dalam perspektif hadis-hadis
12
https://www.imamali.net/aqaed/vb/
aqaedbooks/17/17.pdf diakses 10 November 2019.
13
Al-‘Alla mah al-Sayyid Murtad| a al-‘Askari , Dira sa 14
al-‘Askari , Ah a di s| Ummul Mukmini n.., hlm. 17-18.
t al-Hadi th wa al-Tari kh: Ah a di s| Ummul Mukmini n ‘A isyah 15
‫إن التاريخ االسالمي منذ بعثة الرسول حتى بيعة يزيد بن معاوية ال يفهم [فهام] صحيحا‬
(Teheran: Kulliyat Ushuluddin, 1997/1417), hlm. 7. Pdf. http:// ‫إال بعد دراسة أحاديث أم املؤمنني‬. Baca selanjutnya al-‘Askari , Ah a di s|
shiabooks.net/library.php?id=9682 diakses 10 November 2019. Ummul Mukmini n.., hlm. 18.

Kholila Mukaromah, Kajian Kitab Dira>sa>t fi> al-Hadi>th wa al-Tarikh 155


dari riwayat ‘Aisyah dibandingkan dengan 5 ‫مع معاوية‬ 12
sumber lainnya. 16 6 ‫بيعة يزيد‬ 15

Jilid Dua
2. Isi, Sistematika, dan Metode Penulisan Jumlah
Kitab Subbab
1 Pendahuluan (‫ موجز بحوث‬,‫ موجز بحوث املجلد األول‬,‫املقدمــة‬
Kitab ini termasuk kumpulan hadis yang ‫املجلد الثاين‬
dikelompokkan dalam sumber hadis Syi’ah 2 ‫بحوث متهيدية‬ 3
dalam kategori umum. Penyusunannya pun 3 ‫ما روي عن أم املؤمنني عائشة خاصة‬
tentunya sudah jauh berbeda dengan pola yang ‫يف سرية النبي (ص) معها‬ 8
nampak dalam kitab hadis induk Syi’ah yang ‫روايات التحريم والتخيري‬ 4
empat. Secara sepintas, meski termasuk kitab ‫ما روي عن الخليفة عمر يف قصتي التحريم والتخيري‬ 20
yang disusun pada era kontemporer, judul kitab ‫ما ورد عن أم املؤمنني عائشة يف خرب وفاة الرسول‬ 3
‫مقارنة ما روي عن أم املؤمنني عائشة بروايات غريها‬ 3
sepertinya masih menunjukkan kemiripan
4 ‫ا روي عن أم املؤمنني عائشة وغريها من الصحابة يف سرية النبي‬ 17
pola dengan penyusunan kitab Musnad
5 ‫)مشاركات أم املؤمنني عائشة يف متحيص سنة الرسول (ص‬ 5
yang disandarkan pada sahabat tertentu,
6 ‫أقوال املسترشقني واستفادتهم من الروايات املاضية‬ 8
yakni hanya merupakan kumpulan hadis
dari sahabat tertentu. Namun berdasarkan Berdasarkan gambaran bab di atas,
penelusuran lebih lanjut, kitab ini tidak hanya peneliti melihat bahwa jilid satu dari kitab
sekedar kumpulan hadis. al-‘Askari turut ini tidak langsung menyajikan hadis-hadis
melengkapinya dengan teks-teks lain [baik al- riwayat ‘Aisyah maupun yang berkaitan
Qur’an, hadis lain, maupun riwayat lain] yang dengan ‘Aisyah. Al-‘Askari menyediakan
mampu mendukung terciptanya imajinasi satu bab pendahuluan untuk mengutarakan
sosio-historis atas suatu persoalan tertentu, prinsip-prinsip penting dalam penelitian ini. Ia
baik terkait diri ‘Aisyah, Nabi Saw, maupun kemudian memulai pembahasan kitab dengan
istri-istri Nabi yang lain. memaparkan ayat-ayat al-Qur’an, yakni Q.S.
Kitab ini terdiri dari dua jilid dengan al-Ahza b : 28-33, beserta penafsirannya yang
rincian : jilid satu dengan jumlah sekitar 408 meliputi tafsir perkata; mengaitkan dengan
halaman dan sejumlah sekitar 3000 nuskhah. hadis-hadis dan ayat-ayat lain yang terkait,
Sedangkan jilid dua sejumlah 383 halaman dan serta mendeskrispsikan asbab al-wurud khusus
memuat sekitar 4000 nuskhah. Secara umum maupun yang umum.
jilid satu terdiri dari 6 bab dengan 52 subbab, Ia juga tidak lupa menjelaskan pribadi-
dan jilid kedua terdiri dari 6 bab dengan jumlah pribadi istri-istri Nabi Saw yang lain serta
subbab sebanyak 71. perempuan-perempuan dari kalangan Sahabat
Berikut ini merupakan deskripsi umum yang menawarkan dirinya untuk bisa dinikahi
dari bab-bab yang ada dalam kitab ini: oleh Rasulullah Saw. Pada akhir pembahasan
bab pertama, al-Askari memberikan
Jilid Satu
kesimpulan penelitiannya terkait konteks
Bab Nama Bab Jumlah
Subbab yang ada di semenanjung Arab, pernikahan
1 Pendahuluan ( muqaddimah cetakan kelima, Nabi Saw dengan para janda, pernikahan dini
kata Pengantar dari Mahmud Abu Rayyah, ‘Aisyah, dan hikmah pernikahan poligami yang
muqaddimah penulis, biografi singkat sosok
‘Aisyah, ‫ زوجات رسول الله‬, ‫حكمة تعدد زوجات الرسولحكمة تعدد‬
dilakukan oleh Nabi Saw. 17
‫ نتيجة البحث‬,‫ الواهبات أنفسهن‬,
2 ‫أم املؤمنني عائشة يف السطور‬ 6
3 ‫عىل عهد الخليفتني‬ 6 17
Salah satu hikmah pernikahan poligami Nabi Saw
4 ‫عىل عهد الصهرين‬ 18 –menurut al-‘Askari- bahwa pernikahan ini hanya hanya
dikhususkan untuk Nabi, dan bukan untuk kaum Mukminin.
Pernikahan Nabi Saw juga bukan merupakan bentuk dari
Al-Sayyid Murtad|a al-‘Askari , Ah a di s| Ummul
16
pemuasan hawa nafsu, melainkan lebih mengarah pada tujuan
Mukmini n, hlm. 18. politik dan kesejahteraan sosial.

P-ISSN: 1978-6948
156 e-ISSN: 2502-8650 Vol. 13 No. 2 Juli 2019 | 151-163
Barulah pada bab selanjutnya, al-‘Askari Thabari, al-Isti’ab, Usdul Ga bah, Ishabah fi Ma’rifah
terfokus menyajikan riwayat-riwayat ‘Aisyah, al-Shahabat, Siyar A’lam al-Nubala’, dan lain-lain.
dan juga mengimbanginya dengan periwayatan Sedangkan dalam penafsiran, ia mengutip dari
dari Sahabat lain, baik terkait pribadi ‘Aisyah karya-karya seperti: tafsir al-Tabari, tafsir al-
atau topik persoalan yang diriwayatkannya. Suyuthi. Kitab ini juga telah dilengkapi dengan
Kajian riwayat-riwayat yang terangkum pada takhrij hadis dari masing-masing riwayat yang
jilid satu lebih mencakup bagaimana pribadi disebutkan dalam pembahasan.
‘Aisyah menurut periodesasi kepemimpinan Contoh Bahasan tentang Sejumlah
saat itu, yakni ketika pada masa Abu Bakar Riwayat Mengenai Wafatnya Nabi Saw
hingga Yazid ibn Mu’awiyah. Berikut ini penulis berusaha menampilkan
Pembahasan jilid dua dari kitab ini beberapa contoh hadis riwayat ‘Aisyah
kemudian diawali dengan kajian mengenai mengenai peristiwa wafatnya Nabi Saw. Sub
problem terkait perintah periwayatan hadis, bab bahasan diberi judul ma ruwiya ‘an ummu
pertimbangan mengenai keadilan sahabat al-mu’mini n ‘Aisyah fi khabar wafa t al-Rasu l Saw.
serta kesahihan periwayatan mereka, dan juga Setelah itu ia menampilkan kronologi menje­
pembahasan mengenai hadis-hadis riwayat lang wafatnya Nabi Saw dengan memaparkan
‘Aisyah beserta peranannya. Pembahasan kutipan-kutipan Hadis dari periwayatannya
kemudian dilanjutkan dalam empat bab terkait ‘Aisyah. Pada sub bab in, aa merujuk pada
tema-tema tertentu, seperti: mengenai sirah beberapa kitab hadis seperti: Shahi h al-Bukha
Nabi; peristiwa tahrim; takhyir; wafatnya Nabi ri ; Shahi h Muslim; Musnad Ahmad; Musnad
Saw, perbandingan hadis riwayat lain tentang Abu ‘Awwa nah; al-Mustadrak; al-Muntakhabah;
wafatnya Nabi Saw; serta peran ‘Aisyah dalam Thabaqah ibn Sa’d; Sunan al-Nasa i; Kanzul ‘Umma
memberikan konfirmasi atas suatu hadis yang l. Ia membahasnya dalam lima halaman.18
nampaknya bertentangan. Pembahasan diawali dengan kutipan
Jika melihat dengan seksama, meskipun hadis riwayat ‘Aisyah dalam Shahi h al-Bukha ri
mengkhususkan pada penghimpunan berikut: 19
riwayat-riwayat hadis, namun al-‘Askari
‫أخرج البخاري يف صحيحه عن عائشة ان رسول الله ( ص ) كان‬
nampaknya tidak terlalu mementingkan
penggunaan sanad secara lengkap. Ia hanya ‫ « أين أنا غدا ؟ أين أنا غدا ؟‬: ‫يسأل يف مرضه الذي مات فيه‬
cukup menyebutkan rawi pertamanya saja, . ‫« حرصا عىل بيت عائشة‬
yaitu Sahabat. berdasarkan pernyataannya Potongan hadis ini menceritakan bahwa
terkait latar belakang penyusunan kitab, kala Nabi dalam keadaan sakit menjelang
peneliti melihat bahwa al-‘Askari berusaha kematiannya, ia masih sering bertanya :
menampilkan kajian penggunaan riwayat “Dirumah siapa aku besok? Dirumah siapa aku
hadis sebagai dokumen kesejarahan yang besok?20... terdapat redaksi yang semakna yang
memuat uraian tentang kepribadian tokoh, mengisyaratkan bahwa Nabi kala itu tidak
yaitu ‘Aisyah. Selain itu, penyajian sejarah sabar menanti giliran berkunjung ke rumah
kehidupan ‘Aisyah disampaikan secara tematik ‘Aisyah. Pada riwayat yang lain disebutkan
sehingga alur yang nampak layaknya cerita bahwa sakit Nabi Saw mulai kambuh ketika
yang disampaikan dalam kitab-kitab sejarah. beliau berada di rumah Maimunah.
Sebagai salah satu pemuka agama Syi’ah,
ia terlihat lebih banyak mengambil riwayat- ‫ أول ما اشتىك رسول الله ( ص ) يف‬: ‫ويف حديث آخر قالت‬
riwayat dari literatur-literatur Sunni. Diantara ‫بيت ميمونة‬
yang banyak ia rujuk antara lain: 1) dalam
kajian riwayat hadis : Shahihal-Bukhari, 18
al-‘Askari ,Dira sa t al-Hadi th wa al-Tari kh..,jilid 2, hlm.
Shahih Muslim, Sunan al-Nasa’i, Musnad Ahmad, 187-192.
Mustadrak al-Ha kim, Thabaqat ibn Sa’ad, Tarikh 19
al-‘Askari ,Dira sa t al-Hadi th wa al-Tari kh.., hlm. 188 .
20

Kholila Mukaromah, Kajian Kitab Dira>sa>t fi> al-Hadi>th wa al-Tarikh 157


pada riwayat yang lain disebutkan pula telah disebutkan di atas), al-‘Askari juga
bagaimana kondisi Nabi ketika sakitnya menyebutkan riwayat dari al-Bukhari, Muslim,
semakin berat. ibn Sa’d, al-Nasa ’i, dan Ahmad dari al-Aswad
dari ‘Aisyah berikut,
) ‫ ملا ثقل رسول الله ( ص‬: ‫ويف صحيح البخاري عنها قالت‬
‫ فخرج وهو بني‬، ‫واشتد به وجعه استأذن أزواجه فاذن له‬ ‫ من قاله‬:‫م أوىص إىل عيل فقالت‬.‫ذكر عند عائشة أن النبي ص‬
‫الرجلني تخط رجاله يف األرض عباس ابن عبد املطلب وبني‬ ‫ متى أوىص إليه ؟ لقد رأيت النبي ( ص ) وأنا‬: ‫؟ و يف رواية‬
، ‫ وهو يخط رجليه يف األرض‬: ‫ ويف حديث آخر‬. ‫رجل آخر‬ ‫ حجري « فدعا بالطسمت‬: ‫ أو قالت‬، ‫مسندته إىل صدري‬
: ‫ فحدثت به ابن عباس فقال‬: - ‫ وهو الراوي‬- ‫قال عبيد الله‬ ‫ فكيف أوىص إىل عيل‬، ‫ليبول فيها فانخنث فات فام شعرت به‬
‫أتدرون من الرجل اآلخر الذي مل تسم عائشة ؟ هو عيل ولكن‬ 5 ( ‫؟ أو فمتى أوىص إىل عيل ؟ وما مات إال بني سحري ونحري‬
21
.‫عائشة ال تطيب له نفسا‬
23
. ‫) تويف وليس أحد عنده غريي‬
Ketika sakit Rasulullah Saw kian bertambah berat, Telah disebutkan menurut ‘Aisyah bahwa Nabi Saw
beliau keluar (ke masjid) menyeret kedua kakinya, telah berwasiat kepada ‘Ali. Lantas ia berkata:”
diantara dua orang yang memapahnya, yaitu Siapa yang mengatakannya?”. Dalam riwayat lain
‘Abbas ibn Abdil Muthallib dan (rajulun akhar) disebutkan :”Kapan Nabi Saw berwasiat kepadanya
seorang lagi, dalam riwayat lain, : beliau menyeret (Ali)? Saya telah benar-benar melihat Rasulullah
kedua kakinya di tanah, telah berkata Ubaidillah Saw bersandar di dadaku”, atau (dalam redaksi
[ia adalah seorang rawi], lalu ia mengatakan lain) ia berkata “di rumahku”, lalu beliau meminta
hal ini kepada ibn ‘Abbas, lantas ibn ‘Abbas baskom untuk buang air kecil , beliau melemas
berkata:”Tahukah kamu siapa orang yang tidak dan aku tidak sadar bahwa beliau sudah wafat,
disebut namanya –rajulun akhar- oleh ‘Aisyah? lalu bagaimana beliau berwasiat kepada ‘Ali??
Ia adalah ‘Ali, melainkan ‘Aisyah tidak pernah atau (dalam redaksi lain) “Kapan beliau berwasiat
merasa senang dengan segala sesuatu terkait ‘Ali. kepada Ali?”, dan tidaklah Nabi meninggal kecuali
beliau bersandar di dadaku dan tidak ada orang
Hadis ini oleh kubu Syi’ah –yang memiliki lain yang bersamanya selainku (‘Aisyah).
sentimen kepada ‘Aisyah- dijadikan argumen
Al-Askari kemudian membuat sub bab
atas ketidaksenangan ‘Aisyah terhadap ‘Ali.
khusus yakni “dira sah al-riwa ya t” yang
‫ من نعم الله‬: ‫ويف صحيح البخاري ان عائشة كانت تقول‬ berusaha untuk mengkritisi hadis-hadis
‫عيل ان رسول الله ( ص ) تويف يف بيتي ويف يومي وبني سحري‬ tentang detik-detik wafatnya Nabi yang
22
‫ونحري وأن الله جمع بني ريقي‬ berasal dari jalur ‘Aisyah. Ia menyatakan
bahwa riwayat-riwayat yang telah dipaparkan
Riwayat di atas mengutarakan tentang sebelumnya nampak saling bertentangan.
keistimewaan ‘Aisyah pada akhir masa hidup Pada riwayat yang pertama disebutkan bahwa
Rasululllah Saw. Kutipan hadis ini berasal dari wafatnya Nabi Saw bertepatan dengan hari
Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, al-Mustadrak, giliran ‘Aisyah dan ketika Nabi berada di
Muntakhabah, dan Musnad Ahmad bahwa rumahnya dan hari gilirannya.24 Dan begitu
‘Aisyah berkata: “termasuk dari nikmat Allah juga yang disampaikan oleh Urwah dari
atasku bahwa Rasulullah Saw wafat di rumahku ‘Aisyah, tuwuffiya rasulullah Saw bayna sah ri wa
dan pada hari giliranku serta dengan bersandar di nah ri wa fi daulati lam az lim fi hi ah adan”25.
dadaku. Allah telah membuat ludahku dan ludah Sesungguhnya maksud dari perkataan “lam az
beliau bercampur menjadi satu ketika beliau wafat.
Setelah menampilkan empat belas
23
al-‘Askari ,Dira sa t al-Hadi th wa al-Tari kh.., hlm. 191.
24
‫ « إن من نعمة الله عيل أن نبي الله مات بني‬: ‫رواية عباد عن أم املؤمنني عائشة انها قالت‬
penggalan riwayat hadis mengenai ‫ ويف بيتي ويف دولتي مل اظلم فيه أحدا « يدل عىل ان وفاة الرسول كانت قد صادفت يوم‬، ‫سحري ونحري‬
momen terakhir Nabi Saw yang berada di ‫عائشة وعندما كان النبي ( ص ) يف بيتها ونوبتها‬
pangkuan ‘Aisyah (dari sumber-sumber yang al-‘Askari ,Dira sa t al-Hadi th wa al-Tari kh.., hlm. 192.
25
‫ « تويف رسول الله بني سحري ونحري ويف دولتي مل‬: ‫وكذلك ما روى عروة عنها انها قالت‬
21
al-‘Askari ,Dira sa t al-Hadi th wa al-Tari kh.., hlm.189. ‫أظلم فيه أحدا‬
22
al-‘Askari ,Dira sa t al-Hadi th wa al-Tari kh.., hlm. 189. al-‘Askari ,Dira sa t al-Hadi th wa al-Tari kh.., hlm. 192.

P-ISSN: 1978-6948
158 e-ISSN: 2502-8650 Vol. 13 No. 2 Juli 2019 | 151-163
lam fi hi ahadan” tersebut tidaklah bermaksud paru-paruku (bersandar di dadaku [‘Aisyah]), maka
menyatakan ‘Aisyah telah mengambil hari ibnu ‘Abbas berkata:” apakah kamu bisa berpikir?”,
giliran (lam az lim) para ‘ummhat al-mu’mini n. demi Allah Rasulullah Saw sungguh telah wafat dan
Karena sebenarnya, para istri Nabi Saw yang lain sesungguhnya ia benar-benar bersandar pada dada
mengizinkan beliau untuk dirawat dimanapun ‘Ali, dan dia lah yang memandikan jenazah Nabi
Saw, bersama saudara saya , al-Fad l ibn ‘Abbas,
beliau suka. Kemudian beliau memilih dirawat
dan bapak saya menghadiri (pemakamannya). Ia
di rumah ‘Aisyah hingga beliau wafat di sana.
berkata: sesungguhnya Rasulullah Saw menyuruh
Hal ini diperkuat dengan riwayat dari Abi Mali
kami untuk menutupinya, sementara ia (‘Ali)
kah dari ‘Aisyah bahwa ia berkata: tuwuffiya al- berada disekitar penutup (satir ) tersebut.
nabi fi bayti wa fi laylati (Nabi Saw wafat di
rumahku dan pada malamku (jatah giliranku). Sementara itu, terdapat riwayat lain yang
Pada bagian yang lain, al-‘Askari berusaha juga disampaikan oleh al-‘Askari yang juga
membandingkan antara riwayat dari Aisyah berasal dari T abaqah ibn Sa’ad dan juga kitab
dengan riwayat dari sahabat lain. Terdapat Kanzul ‘Umma l, sebagai berikut:
riwayat yang berbeda yang memaparkan ‫ والذي‬: ‫ يف مسند احمد واملستدرك عن أم سلمة قالت‬- ‫ب‬
bahwa Nabi Saw wafat bersandar di pangkuan
‫ ان كان عيل بن أيب طالب ألقرب الناس عهدا برسول‬، ‫أحلف به‬
Ali. jika riwayat dari ‘Aisyah dominan
berasal dari kutub tis’ah, namun riwayat yang ‫ ( جاء عيل‬: ‫الله ( ص ) عدنا رسول الله ( ص ) غداة وهو يقول‬
dikomparasikan oleh al-‘Askari ini terbilang : ‫ كأنك بعثته يف حاجة قالت‬: ‫ جاء عيل « مرارا فقالت فاطمة‬،
riwayat yang kurang masyhur dikalangan ‫ فخرجنا‬، ‫ فظننت ان له إليه حاجة‬: ‫ قالت أم سلمة‬، ‫فجاء بعد‬
Sunni karena riwayat ini terdapat dalam kitab
، ‫من البيت فقعدنا عند الباب وكنت من أدناهم إىل الباب‬
T abaqah Ibn Sa’ad serta Kanzul ‘Umma l.
Berikut ini merupakan riwayat mengenai ‫ ثم قبض‬، ‫فأكب عليه رسول الله ( ص ) وجعل يساره ويناجيه‬
wafatnya Nabi Saw yang menyatakan bahwa ‫رسول الله ( ص ) من يومه ذلك فكان عيل أقرب الناس عهدا‬
Nabi Saw wafat di pangkuan ‘Ali dan kemudian
disertai adanya wasiat yang disampaikan Nabi )‫يف طبقات ابن سعد يف « ذكر من قال تويف رسول الله (ص‬
Saw untuk ‘Ali. ‫يف حجر عيل بن ايب طالب « بسنده عن جابر بن عبد الله‬
‫ سألت ابن‬: ‫ ويف طبقات ابن سعد بسنده عن ايب غطفان قال‬- ‫األنصاري ان كعب األحبار قام زمن عمر فقال ونحن جلوس‬
‫ أرأيت رسول الله ( ص ) تويف ورأسه يف حجر أحد ؟‬: ‫عباس‬ ‫ ما كان آخر ما تكلم به رسول الله‬: ‫عند عمر أمري املؤمنني‬
‫ فان عروة حدثني‬: ‫ قلت‬، ‫ تويف وهو مستند إىل صدر عيل‬: ‫قال‬ ، ‫ هو هنا‬: ‫ أين هو ؟ قال‬: ‫ قال‬، ‫ سل عليا‬: ‫(ص) ؟ فقال عمر‬
‫ تويف رسول الله ( ص ) بني سحري‬: ‫عن عائشة انها قالت‬ ‫ اسندته إىل صدري فوضع رأسه عىل منكبي‬: ‫فسأله فقال عيل‬
‫ اتعقل ؟ والله لتويف رسول الله ( ص‬: ‫ فقال ابن عباس‬، ‫ونحري‬ ‫ كذلك آخر عهد األنبياء‬: ‫ الصالة الصالة ! فقال كعب‬: ‫فقال‬
‫ وهو الذي غسله وأخي الفضل‬، ‫) وانه ملستند إىل صدر عيل‬ ‫ فمن غسله يا أمري املؤمنني ؟‬: ‫ قال‬، ‫وبه أمروا وعليه يبعثون‬
‫ ان رسول الله ( ص ) كان‬: ‫ابن عباس وأىب أيب ان يحرض وقال‬ ‫ كنت أنا أغسله وكان عباس‬: ‫ فسأله فقال‬: ‫ قال‬، ‫ سل عليا‬: ‫قال‬
26
‫يأمرنا ان نسترت فكان عند السرت‬ ‫ ويف كنز‬. ‫ وكان أسامة وشقران يختلفان إيل باملاء‬، ‫جالسا‬
Dalam Tabaqah ibn S’ad dengan sanad dari Abi Ghat ‫ دخلت عىل نبي الله ( ص ) وهو مريض‬: ‫العامل عن عيل قال‬
fa n ia berkata: saya bertanya kapada Ibn ‘Abbas: ( ‫فإذا رأسه يف حجر رجل أحسن ما رأيت من الخلق والنبي‬
apakah engkau mengetahui Rasulullah Saw ketika
wafat sementara kepala beliau berada di pangkuan ‫ ادن‬: ‫ أدنو ؟ فقال الرجل‬: ‫ فلام دخلت عليه قلت‬، ‫ص ) نائم‬
siapa? , ia berkata: “beliau wafat sementara kepala ،‫إىل ابن عمك فأنت أحق مني‬
beliau bersandar pada dada ‘Ali, saya berkata:”
Berdasarkan telaah komparatif antara
maka sesungguhnya ‘Urwah menceritakan
kedua riwayat di atas, ia membandingkan
kepadaku dari ‘Aisyah bahwa sesungguhnya ia
berkata:” Rasulullah Saw wafat diantara dada dan
riwayat yang berasal dari ‘Aisyah dan
riwayat dari selain ‘Aisyah terkait dengan
26
al-‘Askari ,Dira sa t al-Hadi th wa al-Tari kh.., hlm. 204. peristiwa sakitnya Nabi Saw hingga wafatnya.

Kholila Mukaromah, Kajian Kitab Dira>sa>t fi> al-Hadi>th wa al-Tarikh 159


Berdasarkan penelaahan tersebut, ia menyim­ adalah kemandegan atas kesungguhan kaum
pulkan bahwa riwayat yang berasal dari ‘Aisyah pendamai Muslim tersebut. Hal tersebut
dan rawi yang mengikutinya menunjukkan tentunya ditentang oleh al-‘Askari , karena ia
adanya pengingkaran ‘Aisyah terhadap wasiat berusaha meletakkan kajiannya pada bingkai
Rasulullah Saw kepada ‘Ali. ilmu pengetahun yang ilmiah dan murni
[mukhlis ]. Islam sendiri –menurutnya- tidaklah
Analisis atas Kelebihan dan Kekurangan dibangun dengan kepentingan politik, tetapi
Penyusunan Kitab dengan iman dan keyakinan [‘aqi dah ].
Terlepas dari afiliasi keagamaannya, al- Al-‘Askari juga menampilkan bagaimana
‘Askari menyadari adanya kendala yang sering komentar dari Mahmu d Abu Rayyah terkait
dihadapi oleh para peneliti Muslim Timur perlunya meneliti ulang hadis-hadis, bahkan
dalam mengkaji kepribadian tokoh Islam abad yang sudah termaktub dalam kitab-kitab
pertama [Sahabat Nabi Saw]. Berikut beberapa shahih.
kendala yang disampaikannya: Pertama, adanya ‫يحسب العامة وأشباه العامة من الذين يزعمون أنهم عىل شئ‬
keyakinan-keyakinan yang telah tumbuh atas
tokoh tersebut, serta keyakinan-keyakinan
‫من العلم أن التاريخ االسالمي (وبخاصة يف دوره االول) قد‬
dalam masyarakat dimana seseorang [peneliti] ،‫ وأن رجاله جميعا ثقات ال يكذبون‬،‫جاء صحيحا ال ريب فيه‬
tersebut hidup. Terlebih jika seseorang ،‫ يصدقون كل خرب جاء عن هذه الفرتة‬- ‫ من أجل ذلك‬- ‫وهم‬
[peneliti] tersebut melihat keistimewaan ‫ويشدون أيديهم عىل تلك االحاديث التي شحنت بها الكتب‬
kepribadian tertentu yang hanya dimiliki
oleh tokoh tersebut dan tidak dimiliki oleh ‫ والغث‬،‫ تلك التي حملت الطم والرم‬،‫املشهورة يف الحديث‬
tokoh lain. Atau meyakini masa itu sebagai ‫ وقد بلغ من‬.‫ واملوضوع الكثري‬،‫ والصحيح القليل‬،‫والسمني‬
rentang waktu yang tidak seperti masa-masa ‫ أن من يشك يف حديث منها‬،‫ثقتهم بأحاديث هذه الكتب‬
selanjutnya dan/ atau selainnya. Dalam kondisi
‫يعد يف رأيهم فاسقا! وإذا كان الله قد آتاهم عقوال ليفهموا‬
inilah, al-‘Askari mencoba untuk tidak tunduk
pada keyakinan yang melingkupinya tersebut. ‫ فإنهم يعطلون هذه املواهب استمساكا‬،‫ وفهوما يزنون بها‬،‫بها‬
Hal ini bertujuan untuk menunjukkan simpati, ! ‫ والتعبد ملن سلف‬،‫بالتقليد االعمى‬
dan memuliakannya (‘Aisyah Ra) sebagai Orang awam dan yang serupa, yakni orang-
istri Rasulullah Saw. Dengan pernyataannya orang yang mengira bahwa mereka mengetahui,
tersebut, ia kemudian tidak lantas mengklaim menyangka bahwa sejarah keislaman (dan
bahwa dirinya telah berhasil dalam usaha spesifiknya dalam kurun awal) telah sungguh-
tersebut. Keprofesionalitasannya terlihat sungguh muncul dengan benar yang mana tidak
dalam usahanya yang sungguh-sungguh dalam ada keraguan didalamnya. Dan bahwa perawi-
menyajikan hasil penelitiannya. perawinya [Sahabat] secara keseluruhan s|iqa t
Kedua, kendala yang timbul dari kelanjutan , yakni tidak mungkin berbohong. Mereka –oleh
kendala yang pertama, yakni kekhawatiran karena itu- membenarkan semua informasi yang
atas pengaruh meluasnya kajian ini akan datang dari periode ini. Mereka [juga] menguatkan
berdampak buruk terhadap kesatuan opini hadis-hadis tersebut yang mana termuat pada
kitab-kitab masyhurah dalam bidang hadis, yang
kaum Muslim yang telah terbangun selama
mengandung harta yang banyak, kata-kata yang
ini. Terlebih jika kajian ini menyelisihi hasil
keji dan tersusun rapi, sesuatu yang benar (sahih)
upaya yang sungguh-sungguh dari para dalam jumlah yang sedikit dan sesuatu yang palsu
pendamai [mus lih ] Muslim. Maka kajian (maud|u ’) dalam jumlah yang besar. Ke-s|iqat-
seperti ini sudah pasti akan mendatangkan an mereka telah benar-benar sampai melalui
kritik dan penolakan, menyulut kemarahan, hadis-hadis dalam kitab-kitab ini. Sesungguhnya
atau bahkan melahirkan kelompok-kelompok seseorang yang mencurigai hadis dari kitab-kitab
tertentu. Menurut al-‘Askari, jika penelitian ini itu akan dianggap fasiq! Dan jika Allah telah benar-
kemudian tidak diizinkan, maka yang terjadi benar memberikan akal kepada mereka untuk

P-ISSN: 1978-6948
160 e-ISSN: 2502-8650 Vol. 13 No. 2 Juli 2019 | 151-163
memahami melalui perantara kitab-kitab tersebut, wafatnya Nabi Saw dari jalur ‘Aisyah begitu
dan kemudian ia menyangka dengan kitab-kitab juga mengkomparasikannya dengan riwayat
tersebut, maka sesungguhnya mereka mengabaikan yang berbicara persoalan yang sama dari
pemberian ini karena berpegang teguh pada taqlid sahabat lain.
buta, dan menyembah orang-orang terdahulu! Kelebihan al-‘Askari juga terlihat dari sikap
Pemikiran Abu Rayyah yang diikuti fleksibelnya untuk mengutip hadis-hadis dari
oleh al-‘Askari tersebut sebenarnya menjadi sumber Sunni. Hal ini sebenarnya bukanlah
kecenderungan sebagian ulama Syi’ah terhadap menjadi sesuatu yang langka, telah banyak
konsep keadilan Sahabat. Quraish Shihab ulama Syi’ah yang berusaha menjatuhkan
menjelaskan bahwa selama ini salah satu hal ‘Aisyah dengan menggunakan sumber-
yang kerapkali menimbulkan pertentangan di sumber yang tertulis dalam literatur Sunni.
antara Sunni dan Syiah adalah sikap masing- Pada mulanya, al-‘Askari sepertinya menjaga
masing kelompok ini terhadap sahabat-sahabat jarak dengan obyek kajiannya, dia hanya
Nabi Saw. Di satu sisi, Syiah menganggap menampikan hadis-hadis yang diriwayatkan
bahwa Sunni terlalu mengagungkan para ‘Aisyah, tanpa turut campur memberikan
sahabat Nabi Saw. Hal ini tercermin dalam keterangan tambahan. Hal ini tentunya
konsep ‘adalah yang diberikan kepada semua sangat berbeda dengan apa yang dilakukan
sahabat Nabi Saw. Sebaliknya, Sunni menilai pemuka Syi’ah yang lain, yakni menambahkan
bahwa kelompok Syi’ah terlalu meremehkan keterangan tambahan yang terkadang terlihat
sahabat-sahabat Nabi Saw, mengutuk, dan provokatif.28
mencaci maki, bahkan membuat-buat riwayat Namun, melihat sikap al-‘Askari ketika
yang penuh kebohongan.27 mempertemukan dua hadis [antara yang
Sampai di sini, penulis memunculkan menyatakan Nabi wafat di pangkuan ‘Aisyah
dua pertanyaan: apakah al-‘Askari hendak ataukah ‘Ali], ia kemudian kembali menetapkan
menelaah ulang riwayat-riwayat tentang sosok posisinya terkait dengan afiliasi keagamaannya.
‘Aisyah dengan merujuk pada sumber hadis Ia mengunggulkan riwayat yang menyatakan
ulama Sunni dengan tujuan meneliti secara bahwa Nabi Saw di akhir hayatnya meninggal
kritis tentang kepribadian, bahkan lebih lanjut di pangkuan Ali, yang mana dalam riwayat yang
bisa dikaitkan dengan keadilan ‘Aisyah??. ditampilkan menunjukkan keunggulan dari
Ataukah apa yang dilakukan oleh al-‘Askari, riwayat ‘Aisyah, karena riwayat ‘Ali nyatanya
yakni dengan menghimpun riwayat-riwayat di dukung oleh sahabat seperti ibn ‘Abbas,
dari ‘Aisyah yang notabene termasuk salah satu ‘Abdullah ibn ‘Umar, Ummu Salamah dan
istri yang diagungkan oleh kelompok Sunni sedangkan riwayat ‘Aisyah hanya didukung
sebenarnya hendak menetralisir tuduhan oleh ‘Urwah.
buruk yang diberikan kepada Syiah karena Jika ditelaah kembali, secara penamaan
tuduhan melaknat, mencaci, dan mencela kitab ini mendasarkan kajiannya pada hadis
‘Aisyah?. dan sejarah. Secara pengutipan Hadis, al-
Terlepas dari itu semua, kitab karyanya ‘Askari sepertinya tidak terlalu memperhatikan
ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan kualitas hadis yang ia kutip. Semua hadis
karya lain yang sama-sama membahas tentang yang menyangkut periwayatan ‘Aisyah ia
sosok ‘Aisyah. Ia berusaha meletakkan kajian ambil. Meskipun sejumlah besar periwayatan-
atas sosok ‘Aisyah dalam bingkai ilmu dengan dalam contoh bahasan di atas- lebih banyak
mendasarkannya pada riwayat-riwayat diambil dari kitab hadis primer Sunni yang
historis tentang diri Aisyah. Sebagai salah dianggap dapat dipercaya. Namun al-‘Askari
satu buktinya, ia paparkan semua riwayat mengkomparasikan riwayat ‘Aisyah tersebut
yang berbicara mengenai hadis-hadis tentang
28
Seperti halnya dalam buku dialog Sunni-Syi’ah
27
Shihab, Sunnah-Syiah Bergandengan..,145. terbitan Mizan.

Kholila Mukaromah, Kajian Kitab Dira>sa>t fi> al-Hadi>th wa al-Tarikh 161


dengan riwayat ibnu ‘Abbas yang berasal dari riwayat hadis, namun al-‘Askari nampaknya
kitab T abaqah ibn Sa’d. Kitab ini sebenarnya tidak terlalu mementingkan penggunaan sanad
lebih dikategorikan sebagai kitab sejarah, dan secara lengkap. Ia hanya cukup menyebutkan
juga banyak membahas rijal hadith. Ibn Sa’d rawi pertamanya saja, yaitu Sahabat. Selain
sendiri dikenal sebagai seorang sejarawan itu, penyajian sejarah kehidupan ‘Aisyah
daripada seorang muhaddi th. disampaikan secara tematik sehingga alur yang
Pun riwayat yang dikutip, sebenarnya nampak layaknya cerita yang disampaikan
memang riwayat yang dijumpai dalam literatur- dalam kitab-kitab sejarah. Dari segi metode
literatur ulama Sunni. Namun, meskipun pengambilan sumber rujukan, ia terlihat lebih
kesimpulan akhir tetap menuntutnya untuk banyak merujuk pada literatur-literatur Sunni,
menetapkan posisi diantara dua diskursus, seperti: Shahihal-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan
maka sebenarnya hal itu bukanlah tujuan al-Nasa’i, Musnad Ahmad, Mustadrak al-Ha kim,
utamanya. Karena pada dasarnya, tujuan Thabaqat ibn Sa’ad, Tarikh Thabari, al-Isti’ab,
utamanya adalah untuk menampilkan riwayat Usdul Ga bah, Ishabah fi Ma’rifah al-Shahabat,
tersebut sebagaimana mestinya secara objektif. Siyar A’lam al-Nubala’, Tafsir al-Tabari, tafsir al-
Meskipun penulis sendiri memandang, bahwa Suyuthi. Kitab ini juga telah dilengkapi dengan
al-‘Askari nampaknya belum bisa sepenuhnya takhrij hadis dari masing-masing riwayat yang
melepaskan pandangan afiliasi keagamaannya disebutkan dalam pembahasan.
terkait persoalan menjelang wafatnya Nabi di Pada contoh pembahasan tentang
atas. wafatnya Nabi Saw, al-‘Askari menghimpun
berbagai riwayat yang menginformasikan
Kesimpulan tentang wafatnya Nabi Saw. Mula-mulanya
Kitab Dira sa t al-Hadi th wa al-Tari kh : Ahadi ia menampilkan semua riwayat dari ‘Aisyah
th Ummul Mu’mini n ‘Aisyah termasuk kitab yang terlebih dahulu yang kebanyakn bersumber
disusun pada era kontemporer oleh ‘Allamah dari kitab hadis primer Sunni. Ia juga melakukan
al-Sayyid Murtad a al-‘Askari (1901-2007). kajian kritis terhadap sejumlah riwayat ini
Penamaan kitab ini kepada ‘Aisyah –menurut- guna menyelesaikan adanya pertentangan
nya mengikuti tren penulisan kumpulan yang muncul dalam matan hadis yang sama-
hadis kepada sahabat-sahabat tertentu selaku sama berasal dari periwayatan ‘Aisyah.
periwayat pertama. Al-‘Askari kemudian Selanjutnya kajian komparatif dilakukan
menyusun pembahasan dalam karyanya dengan membandingkannya dengan riwayat-
dengan menggunakan perspektif historis. Hal riwayat dari sahabat lain terkait persoalan yang
ini juga nampak ketika ia menuliskan bab-bab sama. Meski di awal ia menyatakan berusaha
pembahasan tentang kehidupan ‘Aisyah dalam untuk bersikap objektif dalam kerangka
konteks runtutan sejarah Islam. Latar belakang keilmuan, bukan hanya sekedar taqlid, namun
penulisan kitab ini setidaknya disebabkan kesimpulan akhir yang disampaikannya
dua hal: pertama, menjawab tuduhan para terlihat masih dipengaruhi oleh pandangan
orientalis dan sebagainya tentang sejumlah afiliasi keagamaannya. Padahal sumber riwayat
perdebatan terkait pribadi Rasulullah Saw, yang dibandingkan dengan riwayat ‘Aisyah –
terutama terkait dengan pernikahan poligami menurut hemat penulis- kurang proporsional
Nabi Saw. Kedua, perlunya mengkaji hadis- karena berasal dari kitab tarikh al-ruwah, bukan
hadis dari periwayatan ‘Aisyah dalam mengkaji dari kitab hadis yang semestinya.
sejarah Islam masa awal, karena ‘Aisyah lah
yang dinilai lebih netral di tengah kemunculan
konflik perpecahan kelompok dalam Islam.
Jika melihat dengan seksama, meskipun
mengkhususkan pada penghimpunan riwayat-

P-ISSN: 1978-6948
162 e-ISSN: 2502-8650 Vol. 13 No. 2 Juli 2019 | 151-163
DAFTAR PUSTAKA

‘Askari, Al-‘Alla mah al-Sayyid Murtad| a


al-. Dira sa t al-Hadi th wa al-Tari kh: Ah a
di s| Ummul Mukmini n ‘A isyah . Teheran:
Kulliyat Ushuluddin. 1997/1417.Pdf. http://
shiabooks.net/library.php?id=9682 .
Istiqlaliyah, Umniyatul.” Peran dan Pengaruh
‘Aishah dalam Bidang Hadis”, Dirosat:
Journal of Islamic Studies 1, no.1, 2016. 41-51.
Mukaromah, Kholila. “Hermeneutika Hadis
Fatima Mernissi”. Jurnal Universum: Jurnal
Keislaman dan Kebudayaan 12, no.1. 2018.
47-61. DOI: 10.30762/universum.vl2il.1060.
Nadwi, Sulaiman al-. ‘Aisyah the True Beauty
terj . Ghozi M. Jakarta: Pena Pundi Aksara,
2007.
Penulis MUI Pusat, Mengenal dan Mewaspadai
Penyimpangan Syi’ah di Indonesia
(Yogyakarta: Maktabah al-Hanif, 2013)
Shihab, M. Qurasih. Sunnah-Syiah Bergandengan
Tangan! Mungkinkah! : Kajian atas Konsep
Ajaran dan Pemikiran. Tangerang: Lentera
Hati, 2007, cet ke-4 (edisi revisi).
Tidjani, Aisyah. “’A isyah binti Abu Bakr
Ra Wanita Istimewa yang Melampaui
Zamannya”. Dirosat: Journal of Islamic Studies
1, no.1, 2016. 27-39.
Sumber Internet
Syiahali.wordpress.com diakses tanggal 28
Oktober 2014.
“Allamah Sayyid Murtad a ‘Askari” dalam
www.al-shia.com

Kholila Mukaromah, Kajian Kitab Dira>sa>t fi> al-Hadi>th wa al-Tarikh 163

You might also like