You are on page 1of 10

Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan

https://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP
Vol. 8, No.7, Mei 2022

Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi Dalam Pengentasan


Kemiskinan Masyarakat
(Studi Deskriptif Di Desa Cipayung Kecamatan Cikarang Timur)

Putri Suciana1 , Usep Dayat2, Gun Gun Gumilar3


1
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Singaperbangsa Karawang
2,3
Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Singaperbangsa Karawang
Email: sucianaputri76@gmail.com , HP. 083815019159

Info Artikel Abstract:


Sejarah Artikel: This study aims to examine and analyze and determine the
Diterima: 4 Mei 2022 implementation of local government policies in Bekasi Regency in
Direvisi: 16 Mei 2022 alleviating community poverty (descriptive study in Cipayung Village,
Dipublikasikan: Mei 2022 East Cikarang District). This research is a descriptive qualitative type
e-ISSN: 2089-5364 with data collection techniques carried out using triangulation which
p-ISSN: 2622-8327 includes interviews, observations and documentation studies, then the
DOI: 10.5281/zenodo.6585594 data is analyzed by reducing, presenting and drawing conclusions. The
theory used is Edwards III's Policy Implementation in Putra (2001:9)
in which there are four dimensions, namely nature, organizational
structure, communication and resources. The results of this study
indicate that the policies made by the Bekasi Regency Government
have not gone well because the communication between the Regional
Government Apparatus and the Cipayung Village Government has not
been coordinated and has not been implemented and has not been
implemented by the regional government in implementing poverty
alleviation policies against the Bekasi Regency Regional Regulations.
Number 10 of 2012 concerning the organizational structure has not
yet created characteristics that are able to encourage Small and
Medium Micro Business actors to develop better.

Keywords:policy implementataion, Bekasi goverment, Poverty

PENDAHULUAN masa kini mereka tidak menikmati fasilitas


Masalah kemiskinan adalah salah pendidikan, pelayanan kesehatan, dan
satu masalah yang telah lama ada. Pada kemudahan-kemudahan lainnya yang
masa lalu umumnya masyarakat menjadi tersedia pada jaman modern.
miskin bukan karena kurang pangan, tetapi Penyebab kemiskinan dapat
miskin dalam bentuk minimnya berbeda di setiap wilayah. Di perkotaan,
aksesibilitas atau materi. Dari pertumbuhan penduduk miskin terjadi
ukuranukuran kehidupan modern pada karena pertumbuhan urbanisasi penduduk

318
dari pedesaan. Kemiskinan di kota 2019 meningkat berjumlah 149.430 dan
diantaranya terjadi karena suplai tenaga pada tahun 2020 kemiskinan semakin
kerja yang sangat melimpah dengan meningkat dengan adanya virus Covid-19
peluang kesempatan kerja yang terbatas, yakni berjumalah 186.300. Kabupaten
serta rendahnya tingkat pendapatan pada Bekasi menurut wilayah administrasi
kegiatan-kegiatan marginal, disamping pemerintahan meliputi 4 kewedaan dengan
faktor sosial, budaya. 13 kecamatan yang terdiri atas 95 desa,
Kaum pinggiran (urban) bukan Desa Cipayung merupakan salah satu desa
satu-satunya the trouble maker. yang berada di lingkungan Kabupaten
Kemiskinan perkotaan yang lebih Bekasi. Keadaan sosial ekonomi penduduk
disebabkan karena persoalan urbanisasi di Desa Cipayung masih kurang baik
harus diselesaikan dengan cara-cara yang karena mata pencaharian masyarakat disana
spesifik. Penyelesaian cara-cara lama mayoritas 60-65% sebagai buruh tani dan
dengan melakukan kerja serabutan yang penghasilan tidak
penggusuran/pengusiran kaum urban menentu sehingga masyarakat di Desa
belum mampu menyelesaikan masalah, Cipayung masih terbilang kurang sejahtera.
bahkan lebih parah lagi akan menimbulkan Penelitian Martin Ravallion dan
masalah baru yang lebih rumit. Monika Huppi (1991) tentang, Measuring
Kabupaten Bekasi memiliki letak Changes in Poverty: A Methodological
yang sangat strategis karena wilayahnya Case Study of Indonesia during an
yang berdekatan dengan DKI Jakarta. Adjustment Period. (Journal: The World
Kabupaten Bekasi hadir sebagai area satelit Bank Economic Review). Analisis pengaruh
dan juga sebagai penyeimbang DKI perubahan kebijakan pada masyarakat
Jakarta. Keberadaan Kabupaten Bekasi miskin sering terhambat oleh kesulitan
sebagai sentra produksi nasional yang yang melekat dalam mengukur kemiskinan
ditunjukkan dengan keberadaan Kawasan dan membandingkan tingkat kemiskinan
Industri yang sangat luas. Saat ini ada tujuh sebelum dan setelah perubahan kebijakan.
kawasan industri besar yang terletak di Pendekatan diilustrasikan menggunakan
Cikarang, Kabupaten Bekasi. Kawasan data survei rumah tangga dari Indonesia
industri tersebut adalah Jababeka, MM sebelum dan sesudah guncangan eksternal
2100, Delta Mas, Lippo Cikarang, Hyundai, dan program penyesuaian structural
EJIP, dan Bekasi Fajar. Kawasan Industri berikutnya di pertengahan 1980-an. Studi
MM2100 merupakan joint venture antara 2 ini menemukan bahwa kondisi awal pola
kawasan industri, yaitu MM2100 dan PT. pertumbuhan kemiskinan memungkinkan
Bekasi Fajar. Indonesia untuk mempertahankan
Sejak dua tahun terakhir, jumlah momentum untuk pengentasan kemiskinan
penduduk Kabupaten Bekasi mengalami selama periode tersebut.
peningkatan secara signifikan. Penelitian diatas lebih condong
Meningkatnya kelahiran dan jumlah membahas program kebijakan
pendatang yang menyerbu Kabupaten penanggulangan kemiskinan di Indonesia
Bekasi menjadi salah satu faktor pada era tahun 1980-an. Penelitian diatas
penyebabnya. Berdasarkan sensus belum secara fokus membahas proses
penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di implementasi kebijakan oleh pemerintah
Kabupaten Bekasi 2.332.363 jiwa, namun daerah dalam penanggulangan kemiskinan
pada awal tahun 2021, jumlah penduduk di wilayah-wilayah yang ada di Indonesia.
Kabupaten Bekasi mencapai sekitar Adanya Peraturan daerah Nomor 10
3.805.200 juta jiwa. Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Berdasarkan data BPS Kabupaten Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bekasi
Bekasi, angka kemiskinan meningkat dari menjadi pendukung ditengah upaya
tahun 2018 dengan jumlah 157.210, tahun pemerintah Kabupaten Bekasi dalam

319
melaksanakan salah satu (Struktur birokrasi). Berdasarkan pendapat
tanggungjawabnya untuk mengentaskan di atas, agar implementasi kebijakan publik
kemiskinan masyarakat, dikarenakan perda dapat berjalan maka diperlukan kriteria-
tersebut membantu Pemerintah Kabupaten kriteria yang dalam penerapannya dapat
Bekasi dalam memetakan masyarakat berjalan secara simultan, saling
miskin sesuai dengan kebutuhan berinteraksi, dan saling mempengaruhi,
penduduknya. Namun, realita nya peraturan demikian pula hasil penelitian dan
tersebut tidak ter implementasikan di Desa pembahasan tentang Implementasi
Cipayung. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di
Desa Cipayung Kecamatan Cikarang Timur
METODOLOGI PENELITIAN Kabupaten Bekasi, adalah sebagai berikut:
Metode dalam penelitian ini Bagaimana hubungan komunikasi dari
menggunakan jenis deskriptif kualitatif pihak Pemerintah Daerah Kepada
yang menurut Sugiyono (2017) yakni Pemerintah Desa perihal Kebijakan
sebuah sebuah metode yang digunakan oleh Pengentasan Kemiskinan
peneliti untuk penelitian yang dilakukan Dalam kerangka penyampaian
dalam kondisi alamiah dan didasari oleh informasi kepada para pelaksana kebijakan
filsafat postpositivisme. Dalam penelitian tentang apa menjadi standar dan tujuan
model ini peneliti adalah kunci yang akan harus konsisten dan seragam (consistency
menjabarkan hasil penelitian kedalam and uniformity) dari berbagai sumber
narasi atau gambar-gambar informasi. Faktor komunikasi sangat
Teknik pengambilan data dilalui berpengaruh terhadap penerimaan
melalui model tringulasi yang merupakan kebijakan oleh kelompok sasaran, sehingga
gabungan dari wawancara, observasi dan kualitas komunikasi akan mempengaruhi
studi dokumentasi. Adapun wawancara dalam mencapai efektivitas implementasi
yang digunakan adalah tidak berstruktur kebijakan publik. Dengan demikian,
sehingga tidak berpaku pada pedoman penyebaran isi kebijakan melalui proses
wawancara yang ditujukan kepada elemen- komunikasi yang baik akan mempengaruhi
elemen terkait, observasi dilakukan di terhadap implementasi kebijakan. Dalam
wilayah kabupaten Karawang dengan hal ini, media komunikasi yang digunakan
model Non-Participant. Sementara studi untuk menyebarluaskan isi kebijakan
dokumentasi diproleh melalui dua cara kepada kelompok sasaran akan sangat
yakni teknik offline seperti buku dan online berperan.
seperti website. Berdasarkan hasil penelitian di atas,
Setelah dilakukan pengambilan komunikasi merupakan salah-satu variabel
data, kemudian peneliti melakukan analisis penting yang mempengaruhi implementasi
terhadap data yang didapatkan sesuai kebijakan publik, komunikasi sangat
dengan Miles dan Huberman dalam menentukan keberhasilan pencapaian
(Sugiyono, 2017) yang diproses melalui tujuan dari implementasi kebijakan publik.
tiga tahapan yakni reduksi data, penyajian Berdasarkan hasil teori di atas, maka suatu
data dan penarikan kesimpulan kebijakan semakin sering di-
komunikasikan, kebijakan penanganan
HASIL DAN PEMBAHASAN kemiskinan di Kabupaten Bekasi akan
Menurut Edwards III dalam Putra semakin mudah untuk diimplementasikan
(2001:9) menyebutkan bahwa, Terdapat dengan catatan bahwa kebijakan-kebijakan
empat kriteria yang menentukan suksesnya tersebut sesuai dengan norma dan kehendak
implementasi kebijakan publik, yaitu: dari berbagai lapisan masyarakat.
Communication (Komunikasi), Resources Selain itu Komunikasi yang
(Sumber daya), Dispotions or attitudes dilakukan pemerintah kepada publik, pada
(Sikap) dan Bureaucratic structure intinya adalah penyampaian ide, gagasan,

320
program dan kebijakan dari pemerintah dilakukan oleh pemerintah kabupaten
kepada publik dalam rangka mencapai Bekasi kepada pemerintah desa tersebut.
tujuan nasional. Di era digital saat ini, Bagaimana sumber daya yang di miliki
komunikasi pemerintah sangat penting pemerintah daerah dalam
dilakukan. dimana masyarakat tidak lagi mengimplementasikan kebijakan di
dengan mudah menerima kebijakan atau Desa Cipayung
regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah Edwards III (1980:11)
tanpa mereka memperoleh informasi mengkategorikan sumber daya organisasi
mengenai manfaat yang dapat menjadi terdiri dari : “Staff, information, authority,
akselerator bagi kegiatan yang facilities; building, equipment, land and
dilakukannya. Komunikasi yang dilakukan supplies”. Edward III (1980:1)
pemerintah penting dilakukan agar mengemukakan bahwa sumberdaya
masyarakat mengetahui bahwa kebijakan tersebut dapat diukur dari aspek
yang dibuat oleh pemerintah hanya akan kecukupannya yang didalamnya tersirat
berhasil apabila mendapat dukungan dan kesesuaian dan kejelasan; “Insufficient
partisipasi sepenuhnya dari masyarakat. resources will mean that laws will not be
Dari semua hasil wawancara yang enforced, services will not be provided and
dilakukan peneliti dengan Staff Keuangan reasonable regulation will not be
beserta Staff Pegawai yang lain developed“.
menunjukkan bahwa semua responden “Sumber daya diposisikan sebagai
yang diwawancara sepakat menyatakan input dalam organisasi sebagai suatu sistem
bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten yang mempunyai implikasi yang bersifat
Bekasi belum melakukan komunikasi ekonomis dan teknologis. Secara ekonomis,
perihal Penanganan kemiskinan di Desa sumber daya bertalian dengan biaya atau
Cipayung Kecamatan Cikarang Timur pengorbanan langsung yang dikeluarkan
Kabupaten Bekasi dan ternyata pada oleh organisasi yang merefleksikan nilai
realitanya kebijakan tentang pengentasan atau kegunaan potensial dalam
kemiskinan hanya sebatas pembuatan transformasinya ke dalam output. Sedang
kebijakan nya saja, tetapi tidak dibarengi secara teknologis, sumberdaya bertalian
dengan penerapan di Desa tersebut. dengan kemampuan transformasi dari
Padahal dasar utama terlaksananya organisasi” (Tachjan, 2006:135).
kebijakan pemerintah yang baik khususnya Menurut Edward III dalam
pada kebijakan tentang penanganan Agustino (2006:158-159), sumberdaya
kemiskinan di desa cipayung kecamatan merupakan hal penting dalam implementasi
cikarang timur kabupaten Bekasi ini pada kebijakan yang baik. Indikator-indikator
dasarnya terletak pada komunikasi yang yang digunakan untuk melihat sejauhmana
baik antara pemerintah daerah dengan sumberdaya mempengaruhi implementasi
pemerintah desa cipayung tersebut. Artinya kebijakan terdiri dari:
suatu program penanganan kemiskinan, 1. Staf: Sumber daya utama dalam
komunikasi sangat diperlukan terhadap implementasi kebijakan adalah staf
target grouf sangat berperan sebagai upaya atau pegawai (street-level
untuk memperkenalkan suatu program bureaucrats). Kegagalan yang sering
kebijakan penanganan kemiskinan melalui terjadi dalam implementasi
sosialasi kepada masyarakat miskin kebijakan, salah-satunya disebabkan
sehingga program dapat berjalan secara oleh staf/pegawai yang tidak cukup
baik dan tepat sasaran. Tetapi pada memadai, mencukupi, ataupun tidak
kenyataannya tidak adanya pelaksanaan kompeten dalam bidangnya.
komunikasi atau sosialisasi program Penambahan jumlah staf dan
kebijakan penanganan kemiskinan yang implementor saja tidak cukup
menyelesaikan persoalan

321
implementasi kebijakan, tetapi pelaksanaan kebijakan. Ada dua
diperlukan sebuah kecukupan staf bentuk informasi yaitu informasi
dengan keahlian dan kemampuan mengenahi bagaimana cara
yang diperlukan (kompeten dan menyelesaikan kebijakan/program
kapabel) dalam serta bagi pelaksana harus
mengimplementasikan kebijakan. mengetahui tindakan apa yang
2. Informasi: Dalam implementasi harus dilakukan dan informasi
kebijakan, informasi mempunyai dua tentang data pendukung kepatuhan
bentuk yaitu: pertama, informasi kepada peraturan pemerintah dan
yang berhubungan dengan cara undang-undang. Kekurangan
melaksanakan kebijakan. Kedua, informasi/pengetahuan bagaimana
informasi mengenai data kepatuhan melaksanakan kebijakan memiliki
dari para pelaksana terhadap konsekuensi langsung seperti
peraturan dan regulasi pemerintah pelaksana tidak bertanggungjawab,
yang telah ditetapkan. atau pelaksana tidak ada di tempat
3. Wewenang. Pada umumnya kerja sehingga menimbulkan
kewenangan harus bersifat formal inefisien. Implementasi kebijakan
agar perintah dapat dilaksanakan membutuhkan kepatuhan organisasi
secara efektif. Kewenangan dan individu terhadap peraturan
merupakan otoritas atau legitimasi pemerintah yang ada. Sumber daya
bagi para pelaksana dalam dalam implementasi kebijakan
melaksanakan kebijakan yang menduduki posisi yang penting.
ditetapkan secara politik. Ketika Ketiadaan sumber daya atau kurang
wewenang tidak ada, maka kekuatan optimalnya potensi sumber daya
para implementor di mata publik akan berakibat ketidakefektifan
tidak dilegitimasi, sehingga dapat penerapan kebijakan. Sumber
menggagalkan implementasi sumber yang penting meliputi
kebijakan publik. Tetapi dalam sumber daya manusia yang
konteks yang lain, ketika wewenang memadai serta keahlian-keahlian
formal tersedia, maka sering terjadi yang yang baik untuk melaksanakan
kesalahan dalam melihat efektivitas tugas- tugas mereka, wewenang
kewenangan. Di satu pihak, serta fasilitas- fasilitas yang
efektivitas kewenangan diperlukan diperlukan. Sumber daya manusia
dalam implementasi kebijakan; tetapi pelaksana dipenuhi oleh berbagai
di sisi lain, efektivitas akan menyurut unsur yang mencerminkan struktur
manakala wewenang diselewengkan kewenangan dimulai dari struktur
oleh para pelaksana demi tertinggi hingga kelompok jabatan
kepentingannya sendiri atau fungsional yang bertugas
kelompoknya. melaksanakan tugas pokok dan
4. Fasilitas. Fasilitas fisik merupakan fungsi sesuai kewenangan yang
faktor penting dalam implementasi dimilikinya.
kebijakan. Implementor mungkin Hasil penelitian dalam
mempunyai staf yang mencukupi, dimensi sumberdaya menunjukkan
kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya perbandingan antara
adanya fasilitas pendukung (sarana dengan instrumen penelitian yang
dan prasarana) maka implementasi berkaitan dengan Sumberdaya
kebijakan tersebut tidak akan menunjukkan bahwa dukungan
berhasil. kombinasi sumberdaya yang cukup
Sumberdaya merupakan dalam setiap tahapan implementasi
salah satu informasi penting bagi kebijakan akan menentukan

322
berhasil atau sukses tidaknya terhadap implementasi kebijakan maka
implementasi kebijakan tersebut, terdapat kemungkinan yang besar
sedangkan hasil penelitian implementasi kebijakan akan terlaksana
menunjukkan bahwa sumberdaya sesuai dengan keputusan awal. Demikian
termasuk jumlah personel sebaliknya, jika para pelaksana bersikap
pelaksana implementasi kebijakan, negatif atau menolak terhadap
rendahnya kualitas sumberdaya implementasi kebijakan karena konflik
merupakan salah satu hambatan kepentingan maka implementasi kebijakan
bagi pelaksanaan kebijakan yang akan menghadapi kendala yang serius.
berimplikasi pada kinerja yang Bentuk penolakan dapat bermacam-
dihasilkan. Rekruitmen sumber macam seperti yang dikemukakan Edward
daya manusia, kurangnya latihan III tentang ”zona ketidakacuhan” dimana
atau training, masa jabatan yang para pelaksana kebijakan melalui
relatif singkat serta kesulitan untuk keleluasaanya (diskresi) dengan cara yang
mempertahankan personil yang halus menghambat implementasi kebijakan
kompeten merupakan indikator lain dengan cara mengacuhkan, menunda dan
yang memperkuat kurang tindakan penghambatan lainnya.
terpenuhinya aspek sumber daya Salah satu faktor yang
manusia dalam implementasi mempengaruhi efektifitas implementasi
kebijakan. Masalah keuangan, kebijakan adalah sikap implementor. Jika
sebagaimana diindikasikan oleh implemetor setuju dengan bagian-bagian isi
kebanyakan institusi pemerintahan dari kebijakan maka mereka akan
selalu dihadapkan pada kondisi melaksanakan dengan senang hati tetapi
yang kurang memadai. jika pandangan mereka berbeda dengan
Keterbatasan fasilitas untuk pembuat kebijakan maka proses
mengimplementasikan kebijakan implementasi akan mengalami banyak
merupakan indikator lain dari masalah.
sumber daya yang belum terpenuhi Faktor-faktor yang menjadi
secara optimal. Fasilitas pendukung perhatian Edward III dalam Agustinus
dan kewenangan pelaksana (2006:159-160) mengenai disposisi dalam
kegiatan terutama berkaitan dengan implementasi kebijakan terdiri dari:
penanganan kemiskinan di Desa 1) Pengangkatan birokrasi. Disposisi
Cipayung belum memadai dan tidak atau sikap pelaksana akan
terlaksana implementasi kebijakan menimbulkan hambatan-hambatan
tersebut. Maka dapat di tarik yang nyata terhadap implementasi
kesimpulan bahwa sumberdaya kebijakan bila personel yang ada
manusia maupun sumber daya tidak melaksanakan kebijakan yang
lainnya belum tersedia. diinginkan oleh pejabat-pejabat yang
Bagaimana sikap Implementor dalam lebih atas. Karena itu, pengangkatan
mendukung Kebijakan Pemerintah dan pemilihan personel pelaksana
Daerah tentang Pengentasan kebijakan haruslah orang-orang yang
Kemiskinan memiliki dedikasi pada kebijakan
Menurut Edward III dalam yang telah ditetapkan, lebih khusus
Wianrno, (2005:142-143) mengemukakan lagi pada kepentingan warga
”kecenderungan-kecenderungan atau masyarakat.
disposisi merupakan salah-satu faktor yang 2) Insentif merupakan salah-satu teknik
mempunyai konsekuensi penting bagi yang disarankan untuk mengatasi
implementasi kebijakan yang efektif”. Jika masalah sikap para pelaksana
para pelaksana mempunyai kecenderungan kebijakan dengan memanipulasi
atau sikap positif atau adanya dukungan insentif. Pada dasarnya orang

323
bergerak berdasarkan kepentingan kemiskian dengan keterbatasan dana untuk
dirinya sendiri, maka memanipulasi melaksanakan penggulangan kemiskinan.
insentif oleh para pembuat kebijakan Apakah struktur birokrasi yang di
mempengaruhi tindakan para jalankan oleh pemerintah daerah sudah
pelaksana kebijakan. Dengan cara berjalan dengan baik
menambah keuntungan atau biaya Membahas badan pelaksana suatu
tertentu mungkin akan menjadi faktor kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari
pendorong yang membuat para struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah
pelaksana menjalankan perintah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola
dengan baik. Hal ini dilakukan hubungan yang terjadi berulang-ulang
sebagai upaya memenuhi dalam badan-badan eksekutif yang
kepentingan pribadi atau organisasi. mempunyai hubungan baik potensial
Sikap dapat dilihat dari tanggung maupun nyata dengan apa yang mereka
jawab/komitmen aparat dalam miliki dalam menjalankan kebijakan.
melaksanakan tugasnya. Hal tersebut Birokrasi merupakan salah-satu institusi
menunjukkan bahwa petugas memiliki yang paling sering bahkan secara
komitmen yang baik dalam melaksanakan keseluruhan menjadi pelaksana kegiatan.
kewajibannya meskipun masih diperlukan Keberadaan birokrasi tidak hanya dalam
perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan struktur pemerintah, tetapi juga ada dalam
tugas dan fungsi institusi sebagai tindak organisasi-organisasi swasta, institusi
lanjut komitmen. Untuk memperoleh pendidikan dan sebagainya. Bahkan dalam
dukungan yang maksimal dari kasus-kasus tertentu birokrasi diciptakan
kecenderungan sikap pelaksana, pemberian hanya untuk menjalankan suatu kebijakan
insentif dalam berbagai bentuk, baik yang tertentu.
bersifat positif berupa pemenuhan Ripley dan Franklin dalam Winarno
kepentingan pribadi (self interest) hingga (2005:149-160) mengidentifikasi enam
pengenaan sanksi- sanksi yang dipandang karakteristik birokrasi sebagai hasil
dapat memperbaiki dan menimbulkan pengamatan terhadap birokrasi di Amerika
dukungan sikap positif para pelaksana Serikat, yaitu:
kebijakan. 1) Birokrasi diciptakan sebagai
Hasil penelitian bahwa pada instrumen dalam menangani
umumnya sikap para pelaksana kebijakan keperluan-keperluan publik (public
di desa cipayung jika memang kebijakan affair).
tersebut di dilaksakan maka mereka sangat 2) Birokrasi merupakan institusi yang
berbahagia karna dapat mendorong dominan dalam implementasi
kemiskinan yang ada di desa cipayung kebijakan publik yang mempunyai
tetapi kenyataannya kebijakan tersebut kepentingan yang berbeda-beda
tidak di implementasikan oleh pemerintah dalam setiap hierarkinya.
daerah terhadap pemerintah desa. Sikap 3) Birokrasi mempunyai sejumlah
pemerintah daerah ini tidak menunjukan tujuan yang berbeda.
bahwa dirinya pemerintah yang baik dan 4) Fungsi birokrasi berada dalam
konsisten karna tidak bisa menerapkan lingkungan yang kompleks dan luas.
program kebijakan mengenai penanganan 5) Birokrasi mempunyai naluri bertahan
kemiskinan di daerah kabupaten bekasi. hidup yang tinggi dengan begitu
Sikap pemerintah desa dalam upaya jarang ditemukan birokrasi yang
menangani kemiskinan di desa cipayung mati.
sudah dilakukan dengan berbagai cara 6) Birokrasi bukan kekuatan yang netral
namun pada akhirnya pemerintahan desa dan tidak dalam kendali penuh dari
pun masih ada kesulitan dalam menangani pihak luar.

324
Implementasi kebijakan yang bersifat perencanaan yang luwes dan kontrol yang
kompleks menuntut adanya kerjasama besar atas program yang bersifat fleksibel
banyak pihak. Ketika strukur birokrasi mungkin lebih dapat menyesuaikan
tidak kondusif terhadap implementasi suatu tanggung jawab yang baru daripada
kebijakan, maka hal ini akan menyebabkan birokrasi-birokrasi tanpa mempunyai ciri-
ketidakefektifan dan menghambat jalanya ciri seperti ini”.
pelaksanaan kebijakan. Berdasakan Sifat kedua dari struktur birokrasi
penjelasan di atas, maka memahami yang berpengaruh dalam pelaksanaan
struktur birokrasi merupakan faktor yang kebijakan adalah fragmentasi. Edward III
fundamental untuk mengkaji implementasi dalam Winarno (2005:155) menjelaskan
kebijakan publik. Menurut Edwards III bahwa ”fragmentasi merupakan
dalam Winarno (2005:150) terdapat dua penyebaran tanggung jawab suatu
karakteristik utama dari birokrasi yakni: kebijakan kepada beberapa badan yang
”Standard Operational Procedure (SOP) berbeda sehingga memerlukan koordinasi”.
dan fragmentasi”. Pada umumnya, semakin besar koordinasi
”Standard operational procedure yang diperlukan untuk melaksanakan
(SOP) merupakan perkembangan dari kebijakan, semakin berkurang
tuntutan internal akan kepastian waktu, kemungkinan keberhasilan program atau
sumber daya serta kebutuhan kebijakan.
penyeragaman dalam organisasi kerja yang Salah satu variabel yang dianggap
kompleks dan luas”. (Winarno,2005:150). penting dalam proses diagnosis organisasi
Ukuran dasar SOP atau prosedur kerja ini bagi pengembangannya adalah
biasa digunakan untuk menanggulangi mendiagnosis kotak struktur. Inefesiensi
keadaan-keadaan umum diberbagai sektor dapat timbul karena faktor kelembagaan
publik dan swasta. Dengan menggunakan seperti prosedural, kurangnya keahlian dan
SOP, para pelaksana dapat keterampilan, karena perilaku negatif para
mengoptimalkan waktu yang tersedia dan pelaksana. Faktor kelembagaan dapat
dapat berfungsi untuk menyeragamkan menjadi penyebab inefesiensi terutama jika
tindakan-tindakan pejabat dalam organisasi tipe dan struktur organisasi digunakan tidak
yang kompleks dan tersebar luas, sehingga tepat.
dapat menimbulkan fleksibilitas yang besar Untuk mencapai tujuan dan sasaran
dan kesamaan yang besar dalam penerapan organisasi sangat dibutuhkan kerjasama
peraturan. antar unit dalam suatu organisasi sehingga
Berdasakan hasil penelitian Edward efektifitas merupakan suatu konsep yang
III yang dirangkum oleh Winarno sangat penting dalam teori perilaku
(2005:152) menjelaskan bahwa: ”SOP organisasi, karena mampu memberikan
sangat mungkin dapat menjadi kendala bagi gambaran mengenai keberhasilan
implementasi kebijakan baru yang organisasi dalam mencapai sasarannya,
membutuhkan cara-cara kerja baru atau tetapi pengukuran efektivitas bukanlah
tipe-tipe personil baru untuk melaksanakan suatu hal yang sederhana sehingga penulis
kebijakan-kebijakan. Dengan begitu, cenderung dalam melihat indikator
semakin besar kebijakan membutuhkan efektifitas lebih diarahkan pada pendekatan
perubahan dalam cara-cara yang lazim sasaran yang menitik beratkan pada output
dalam suatu organisasi, semakin besar pula dengan mengukur keberhasilan organisasi
probabilitas SOP menghambat dalam mencapai tingkat output yang
implementasi”. direncanakan. Berdasarkan aspek yang
”Namun demikian, di samping diteliti pada kategori struktur birokrasi yang
menghambat implementasi kebijakan SOP dilaksanakan pada program
juga mempunyai manfaat. Organisasi- penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
organisasi dengan prosedur-prosedur Bekasi belum berjalan secara baik karena

325
banyak hal yang mengakibatkan tidak kebijakan pengetasan kemiskinan terhadap
berjalan secara baik seperti tidak ada Perda No.10 Tahun 2012
koordinasi sehingga menimbulkan kurang
efesien, tingkat kepercayaan masyarakat DAFTAR PUSTAKA
para pelaksana kebijakan program Moekijat. 1995. Analisis Kebijakan Publik.
penanggulangan kemiskinan yang rendah, Bandung: Mandar Maju
serta program atau kebijakan yang dibuat Nugroho, R.G. 2006. Kebijakan Publik
tidak ada pelaksanaannya di lapangagan. Untuk 6 Negara-Negara
Jadi pada penelitian yang peneliti dapat Berkembang, Model Model
koordinasi antara pemerintah daerah Perumusan, Implementasi dan
dengan pemerintah desa tidak berjalan baik, Evaluasi. Jakarta: PT. Gramedia
karena pada realita nya pemerintah daerah Pustaka Utama.
tidak memberi sebuah strategi untuk Moleong, Lexy. 2010. Metodologi
pengentasan di Desa Cipayung dan hanya Penelitian Kualitatif. Badung :
sebatas sebuah kebijakan saja. PT.Remaja Rosdakarya.
Arsenio M. Balisacan , Ernesto Pernia dan
KESIMPULAN Abuzar Asra.2003. Revisiting
Berdasarkan hasil penelitian yang growth and poverty reduction in
telah peneliti lakukan dan telah kami Indonesia: what do subnational
kemukakan pada bab sebelumnya, dapat data show? (Journal Bulletin of
kami simpulkan bahwa kebijakan yang di Indonesian Economic Studies:
buat Pemerintah Kabupaten Bekasi belum Volume 39, - Issue 3, 329-351).
berjalan dengan baik karena Komunikasi Subarsono, 2013. Analisis Kebijakan
antara Aparatur Pemerintah Daerah dengan Publik: Konsep, Teori Dan Aplikasi.
Pemerintah Desa Cipayung belum ter Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR
koordinasi. Sehingga tidak ada upaya apa Bappenas, 2003, Sistim Data dan
pun dari pemerintah daerah dalam Penentuan Sasaran (Targeting)
menangani kemiskinan yang ada di dalam Penanggulangan
kabupaten bekasi, namun Pemerintah Desa Kemiskinan, Jakarta.
Cipayung berperan dalam mengatasi Winarno Budi, 2014. Kebijakan Publik
pengentasan kemiskinan yang ada di Desa (Teori, Proses, dan Studi Kasus).
Cipayung dengan mendorong dan Ravallion Martin, Monika Huppi.1991.
memberikan modal kepada para UMKM Measuring Changes in Poverty: A
yang serta mebudidaya ikan patin yang Methodological Case Study of
dijadikan ciri khas desa tersebut, dari yang Indonesia during an Adjustment
sudah di jelaskan maka itu lah upaya yang Period. ( Journal: The World Bank
diberikan Pemerintah Desa agar ekonomi Economic Review, Vol. 5 Issue 1,
masyarakat tetap stabil. Selanjutnya January: 57-82).
keberhasilan suatu implementasi kebijakan Handoyo Eko. 2012. Kebijakan Publik.
publik tidak terlepas dari empat kriteria Semarang: CV. Widya Karya.
yaitu faktor komunikasi, sumber daya, Hill Michael and Peter Hupe. 2002. Journal
sikap dan struktur birokrasi sebagai of Social Policy: Implementing
pendekatan ke pemerintah daerah Public Policy, Vol.33:Issue-1.
kabupaten bekasi maupun pemerintah desa Nguyen Chuong, Vu Linh dan Thang
cipayung dalam pengetasan kemiskinan Nguyen 2013, Urban Poverty in
dikabupaten bekasi. Berdasarkan penelitian Vietnam: Determinants and Policy
yang peneliti lakukan di desa Cipayung Implications (Journal of
bahwa teori Edward ternyata belum Development Issues, Vol.12 Iss:2,
terlaksana dan belum di terapkan Oleh pp110-139).
pemerintah daerah dalam implemtasian

326
Rufus B. Akindola.2009.Towards a
Definition of Poverty Poor:
People’s Perspectives and
Implications for Poverty Reduction
(Journal of Developing Societies:
The University of Melbourne,
Australia, Volume 25, Nomor 2,
121–150).
CAPS (Center Of Academic Publishing
Service). Yogyakarta.
Meter Donald S. Van dan Carl E. Van
Horn.1975. “The Policy
Implementation Process :A
Conceptual Framework” (Jorrnal :
Department of Political Science
Ohio State University Vo.6, No.4).

327

You might also like