Professional Documents
Culture Documents
62 123 1 SM
62 123 1 SM
(the Utilization of Coffee Pulp and Coffee Husk Compost Block as Growing Media)
ABSTRACT
Coffee pulp and coffee husk has nutrients content that can be utilized for plant growth. One of their
utilization is as growing media called compost block. The purposes of this study were to know the macro
nutrients content in the coffee solid waste compost and the influence of compost block utilization to the
crop growth rate of cayenne pepper. The experimental design was a Completely Randomized Design
(CRD) with four treatments and three replications. The treatments were soil as control (K), coffee pulp
compost block (KOB), coffee husk compost block (KOK), and mixed compost block (KOC). The
parameters measured in this study were plant height, number of leaves, leaf area, and the diameter of
stem. Data analysis used Standard Error of Mean and presented in error bar. The results showed that
mixed compost has the highest macro nutrients content. The content of macro nutrients in coffee pulp
compost were 1,86% of Nitrogen (N), 0,16% of Phospor (P), and 1,39% of Potassium (K); coffee husk
compost were 1,68% of N, 0,11% of P, and 1,70% of K; and also mixed compost were 3,22% of N, 1,09%
of P, and 1,39% of K. The mixed compost block treatment gives the best result to vegetative growth rate
of cayenne pepper. The growth rate of plant height was 7,88 cm/week; number of leaves was 2
leaves/week; leaf area was 7,20 cm2/week; and the diameter of stem was 0,03 cm/week.
maupun olah kering memiliki kandungan media tanam untuk cabai rawit. Salah satu
unsur hara yang dapat dimanfaatkan untuk bentuk pemanfaatan kulit kopi sebagai
kebutuhan tanaman. Menurut Dzung et al. media tanam cabai rawit adalah berupa
(2013), kulit tanduk buah kopi memiliki kompos blok. Kompos blok merupakan
kandungan nitrogen (N) sebesar 1,27%, produk inovasi yang dapat menggantikan
fosfor (P) 0,06% dan kalium (K) 2,46%. kompos biasa, yang terkadang dalam
Menurut Bressani (1979:21), limbah kulit pembuatan dan penggunaannya masih
luar (pulp) memiliki kandungan N 1,94%, sangat terbatas dan kurang efektif.
P 0,28%, dan K 3,61%. Berdasarkan Pemanfaatan limbah kulit kopi menjadi
kandungan unsur hara pada limbah kulit kompos blok pertama kali diperkenalkan
kopi tersebut, terdapat beberapa penelitian oleh Asmak Afriliana pada tahun 2010
terdahulu yang menggunakan kulit kopi (Maruli, 2010). Kompos blok tersebut
untuk dimanfaatkan sebagai bahan memiliki kegunaan sebagai pupuk dan
pembuatan kompos. dapat dimanfaatkan sebagai tempat
Menurut penelitian Berlian et al. pembenihan bibit tanaman, serta membuat
(2015), penambahan kompos kulit kopi tanaman lebih baik pertumbuhannya
dengan berat 90 gram pada media tanam karena jumlah daun yang muncul lebih
dapat berpengaruh sangat nyata terhadap banyak dan perakaran yang lebih kuat.
parameter pertumbuhan cabai keriting. Namun, kompos blok yang pernah dibuat
Penambahan kompos kulit kopi juga hanya berasal dari limbah kulit kopi hasil
memberikan pertumbuhan dan olah kering saja.
perkembangan yang maksimum pada Berdasarkan uraian di atas,
cabai keriting. Sedangkan penelitian pemanfaatan limbah kulit kopi sebagai
Sahputra et al., (2013) menjelaskan bahwa kompos blok masih belum banyak
pemberian kompos kulit kopi juga mampu dilakukan. Kompos blok tersebut belum
meningkatkan jumlah daun hingga pernah diteliti lebih lanjut secara ilmiah
24,96% dan diameter umbi sebesar mengenai unsur hara yang terkandung di
25,59% pada pertumbuhan bawang merah. dalamnya. Oleh karena itu, tujuan
Limbah kulit kopi tidak hanya penelitian ini yaitu mengetahui
dimanfaatkan sebagai pupuk kompos, kandungan-kandungan unsur hara pada
tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai kompos blok dan pengaruh
Konservasi Lingkungan, Jurusan Teknik dahulu direndam dalam air hangat. Hal
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, ini bertujuan agar calon tunas lebih
Pada Tabel 1. dapat diketahui bahwa dalam larutan tanah ber-pH 6 – 7,5. Pada
tanah yang digunakan sebagai media pH lebih rendah atau lebih tinggi
tanam kontrol memiliki kandungan unsur ketersediaan unsur hara tersebut menurun.
hara yang tergolong sangat rendah hingga Menurut persyaratan teknis minimal
rendah menurut Balai Penelitian Tanah pupuk organik padat berdasarkan
(2005). Rendahnya kandungan unsur hara Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70
pada tanah dapat dipengaruhi oleh nilai Tahun 2011, kompos yang baik memiliki
pH tanah tersebut. Menurut Novizan kandungan C-organik minimal 15%, C/N
(2002), unsur-unsur makro seperti N, P, rasio 15 – 25, dan total unsur hara makro
K, Mg, Ca, dan S lebih banyak tersedia di minimal 4%. Berdasarkan Tabel 1., nilai
C-organik pada ketiga jenis kompos kulit memenuhi standar karena nilainya kurang
kopi telah memenuhi standar tersebut. dari 4%. Kompos kulit kopi olah basah
Untuk nilai C/N rasio, hanya kompos kulit memiliki kandungan unsur hara makro
kopi olah basah dan kompos kulit kopi total sebesar 3,41%. Proses pengomposan
olah kering saja yang memenuhi standar, yang dilakukan menambah kandungan
sedangkan kompos kulit kopi campuran hara dalam jumlah yang sedikit,
tidak memenuhi. Hal ini dikarenakan dikarenakan kulit kopi yang digunakan
tingginya kandungan C-organik dan pada penelitian ini merupakan hasil proses
nitrogen pada kompos kulit kopi pengolahan yang sudah cukup lama.
campuran, sehingga menyebabkan nilai Kondisi lingkungan yang tidak terkontrol
C/N rasio kecil. menyebabkan kulit kopi olah basah
Kandungan unsur hara makro total memiliki kelembaban yang cukup tinggi
yang memenuhi standar hanya kompos akibat bercampur dengan air hujan.
kulit kopi campuran, yaitu sebesar 6,07%. Menurut Indriani (2010), kelembaban
Tingginya kandungan unsur hara makro yang tinggi menyebabkan
tersebut dikarenakan kulit kopi hasil olah mikroorganisme tidak berkembang atau
basah dan olah kering pada dasarnya bahkan mati, sehingga proses dekomposisi
memiliki kandungan unsur hara berbeda. yang terjadi secara alami tidak berjalan
Ketika limbah kulit kopi dari kedua proses dengan baik.
tersebut dicampur, akan menghasilkan Kompos kulit kopi olah kering
kandungan unsur hara yang lebih tinggi. memiliki kandungan unsur hara makro
Penambahan EM-4 juga berpengaruh total sebesar 3,49%. Hasil penelitian
terhadap kandungan hara pada kompos. Dzung et al. (2013) menunjukkan bahwa
Hal ini dikarenakan EM-4 mengandung kulit kopi merupakan limbah pertanian
banyak mikroorganisme, terutama asam yang kaya akan kalium, sehingga baik
laktat, bakteri, serta ragi yang dapat digunakan untuk proses pengomposan.
meningkatkan ketersediaan unsur hara Namun, kulit kopi olah kering memiliki
sehingga mudah diserap tanaman. kandungan lignin cukup tinggi yang dapat
Kandungan unsur hara makro total menghambat proses dekomposisi. Oleh
pada kompos kulit kopi olah basah dan karena itu, pada proses pengomposan kulit
kompos kulit kopi olah kering tidak kopi ditambahkan larutan EM-4 karena
Gambar 1. Grafik Hubungan Perlakuan terhadap Laju Pertumbuhan Tinggi Tanaman Cabai Rawit
Laju pertumbuhan tinggi tanaman dan KOC. Sedangkan perlakuan KOK dan
terendah terdapat pada perlakuan kompos KOC tidak terjadi tumpang tindih,
blok kulit kopi olah basah (KOB). Hal ini sehingga kedua perlakuan berbeda secara
dikarenakan kulit kopi yang digunakan signifikan.
pada penelitian ini merupakan hasil proses
pengolahan yang sudah cukup lama. Jumlah Daun
Proses pengomposan yang dilakukan Grafik hubungan perlakuan terhadap
hanya menambah kandungan hara dalam laju pertumbuhan jumlah daun tanaman
jumlah yang sedikit, dan mengakibatkan cabai rawit yang disajikan pada Gambar 2.
penggunaannya sebagai media tanam Laju pertambahan jumlah daun terbanyak
tidak memberikan pertumbuhan yang terdapat pada perlakuan KOC yaitu 2
maksimal. Gambar 1 juga dapat dilihat helai/minggu. Hal ini dapat dikarenakan
bahwa laju pertumbuhan tinggi tanaman perlakuan KOC memiliki kandungan N
pada perlakuan kontrol lebih tinggi lebih tinggi dari pada ketiga perlakuan
dibandingkan KOB. Hal ini dikarenakan lainnya yaitu sebesar 3,22%. Pertambahan
kompos kulit kopi olah basah belum daun pada setiap minggu dapat
terdekomposisi dengan sempurna, dipengaruhi oleh kandungan unsur N yang
sehingga mikroorganisme pengurai yang mampu diserap dengan baik oleh tanaman.
terdapat pada kompos akan bersaing Pada fase vegetatif, tanaman
dengan tanaman dalam memperoleh unsur berkonsentrasi untuk menumbuhkan akar,
hara. Kondisi ini menyebabkan batang, dan daun, sehingga diperlukan
pertumbuhan tanaman pada KOB lebih unsur nitrogen yang cukup. Hal ini sesuai
lambat dibandingkan dengan kontrol. dengan pernyataan Lingga (1992), bahwa
Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa nitrogen berperan dalam merangsang
perlakuan kontrol tidak berbeda secara pertumbuhan tanaman secara keseluruhan,
signifikan dengan perlakuan KOB. Hal ini khususnya batang, cabang, dan daun.
dilihat dari error bar yang sedikit Nitrogen juga berperan dalam
tumpang tindih. Namun, keduanya pembentukan zat hijau daun yang berguna
berbeda secara signifikan terhadap KOK dalam proses fotosintesis.
Gambar 2. Grafik Hubungan Perlakuan terhadap Laju Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Cabai Rawit
Perlakuan kontrol, KOB, dan KOK tanaman cabai rawit mendapatkan suplai
memiliki laju pertumbuhan jumlah daun unsur hara yang cukup, utamanya unsur
yang sama yaitu 1 helai/minggu. Hal ini nitrogen (N). Menurut Wijaya (2008),
dikarenakan ketiga perlakuan tersebut peran unsur N dalam tanaman yaitu
memiliki kandungan unsur hara yang mendorong pertumbuhan organ-organ
hampir sama. Namun, kandungan unsur yang berkaitan dengan fotosintesis yaitu
hara tersebut belum memenuhi standar, daun. Tanaman yang cukup mendapat
sehingga perlu penambahan nutrisi untuk suplai N akan membentuk daun dengan
membantu pertumbuhan daun tanaman. helaian lebih luas dengan kandungan
Berdasarkan error bar pada Gambar 2, klorofil tinggi, sehingga tanaman
diketahui bahwa perlakuan kontrol, KOB, menghasilkan karbohidrat dalam jumlah
dan KOK tidak berbeda secara signifikan. yang cukup untuk menopang pertumbuhan
Namun, perlakuan kontrol dan KOB vegetatif. Laju pertumbuhan luas daun
berbeda secara signifikan terhadap KOC. paling kecil terdapat pada perlakuan
Sedangkan perlakuan KOK dan KOC kontrol. Hal ini dikarenakan kandungan
tidak berbeda secara signifikan. unsur hara pada media tanam kontrol
paling rendah diantara ketiga perlakuan
Luas Daun lainnya. Tanaman yang tidak mendapat
Berdasarkan grafik pada Gambar 3, suplai N dan P yang cukup akan
laju pertumbuhan luas daun paling tinggi menghambat pertumbuhan luas daunnya
terdapat pada perlakuan KOC sebesar 7,20 dan mengakibatkan daun tumbuh
cm2/minggu. Hal ini dapat dikarenakan berukuran kecil. Berdasarkan error bar
Gambar3.Grafik Hubungan Perlakuan terhadap Laju Pertumbuhan Luas Daun Tanaman Cabai Rawit
Gambar 4. Grafik Hubungan Perlakuan Terhadap Nilai Laju Pertumbuhan Diameter Batang Tanaman
Cabai Rawit