You are on page 1of 16

MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, IAIN Purwokerto


Edisi:
DOI:

PENGAMALAN DZIKIR ‘ATAQOH PADA JAMA’AH


MAJELIS TA’LIM AL-MAKMUR DUSUN LEMBUAYU
SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

Ngafiatul Fauziah
Universitas Islam Negeri Prof. KH. Saifuddin Zuhri Purwokerto
Jl. A. Yani 40-A (+62-281)-635624 Purwokerto 53126
Email: ngafiatulfauziah1@gmail.com

Abstract
This study aims to analyze the views of the congregation of the Al-Makmur Ta'lim
Assembly of LembuAyu Susukan hamlet, Sumbang District, towards the practice of
Dhikr 'Ataqoh, which has become an activity of practicing monotheism towards God
Almighty. This research is a type of phenomenology research, in which it studies the
discussion of dhikr practice activities and their context, which presents views on the
activities of the research subjects, as well as the link between monotheism and
understanding (mind). The results of this study are, first, dhikr has a concept as a
reminder to Allah SWT, by carrying out activities in the form of reciting meaningful
sentences to always remind and draw closer to Allah SWT. Dhikr is an activity of good
communication with God, because this dhikr is included in a manifestation of a direct
relationship with God without any intermediaries. With the practice of Dhikr 'Ataqoh
this at the congregation of the Ta'lim Assembly of Lembuayu Susukan Hamlet,
Sumbang District, we can deliver our prayers and wishes to Allah SWT. In the practice
of Dhikr 'Ataqoh using the pebble method as many as 700 stones, each stone contains
the asthma Laa illaha illallah 100 times, using tasbih containing 100 then the count is
one stone containing the asthma Laa illaha illallah 100 times. This activity can create
togetherness and a sense of caring for others, and increase the sense of socializing
towards society.
Keywords: Practice, Dhikr, 'Ataqoh, Sumbang, Monotheism
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pandangan para jama’ah Majelis Ta’lim
Al- Makmur dusun LembuAyu Susukan Kecamatan Sumbang terhadap pengamalan
Dzikir ‘Ataqoh, yang telah menjadi aktifitas pengamalan tauhid terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian fenomenalogi, yang didalamnya
mempelajari tentang pembahasan kegiatan pengamalan dzikir dan konteksnya, yang
menyajikan pandangan aktifitas subjek penelitian, serta kaitan antara ketauhidan
dengan pemahaman (mind).Hasil penelitian ini, pertama, dzikir memiliki konsep
sebagai pengingat kepada Allah SWT, dengan cara melakukan kegiatan yang berupa
pelafalan kalimat yang memiliki arti untuk selalu mengingatkan dan mendekatkan diri

1
kepada Allah SWT. Dzikir merupakan sebuah aktifitas hubungan komunikasi secara
baik dengan Tuhan, karena dzikir ini termasuk kedalam sebuah manifestasi suatu
hubungan secara langsung dengan Tuhan tanpa adanya perantara. Dengan adanya
kegiatan pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini pada jama’ah Majelis Ta’lim dusun Lembuayu
Susukan Kecamatan Sumbang dapat menghantarkan doa dan hajat kita kepada Allah
SWT. Dalam pengamalan Dzikir ‘Ataqoh menggunakan metode batu kerikil sebanyak
700 batu, setiap satu batu terdapat asma Laa illaha illallah sebanyak 100 kali, dengan
menggunakan tasbih yang berisi 100 maka hitungannya satu batu berisi asma Laa
illaha illallah sebanyak 100 kali. Kegiatan ini dapat mewujudkan kebersamaan dan
rasa peduli terhadap sesama, dan meningkatkan rasa bersosialisasi terhadap
bermasyarakatan.
Kata Kunci: Pengamalan, Dzikir, ‘Ataqoh, Sumbang, Tauhid
A. PENDAHULUAN
alam keutamaan membaca Al-Qur’an bagi umat muslim dapat

D dinilai sebagai ibadah dan kegiatan yang memperoleh pahala dari


Allah SWT. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT melalui
malaikat Jibril untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk
pedoman bagi umat muslim. Di dalam Al-Qur’an terdapat pengetahuan yang
begitu luas dan menjadi sumber kehidupan bagi umat muslim. Ketika manusia
melihat keagungan Al-Qur’an, maka ketika itu pula manusia mengakui
keagungan-Nya dan karunia-Nya. Karena didalam Al-Qur’an terdapat lautan
makna yang tiada batasnya dan mengandung makna yang agung. Oleh karena itu,
siapapun yang dapat berinteraksi dengan Al-Qur’an sepenuh hati dan ikhlas, akan
mendapati dan merasakan getaran keagungan akan karunia-Nya, dan akan
merasakan takjub pada keindahan kalimat dan makna yang terdapat didalam Al-
Qur’an.
Menurut pendapat dari beberapa ulama, dzikir Fida dapat dibagi menjadi
dua yaitu Fida Sugra atau ‘Ataqoh dengan membaca kalimat Laa illaha illallah
sebanyak 70.000 kali, dan Fida Kubro dengan membaca surat Al-Ikhlas sebanyak
100.000 kali (Jun, 2020). Dan didalam beberapa hadits terdapat periwayatan yang
meriwayatkan “bahwa barang siapa yang membaca kalimat tahlil (Laa ilaaha
ilallah) sebanyak 70.000 kali maka dia (orang) dapat menebus siksaan dari Allah
SWT” (Zubaidi, 2022). Sedangkan jika seseorang membaca surat Al-Ikhlas

2
sebanyak 100.000 kali maka akan dibebaskan dari api neraka, dengan syarat tidak
mempunyai tanggungan kepada sesama “haq Adam” (Zubaidi, 2022).
Dalam konsep tauhid pada pembacaan dzikir memiliki makna yang
penting apabila dapat dikaji dengan teliti. Dengan mengamati kajian ini mampu
mengaitkan manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan
meyakini pentingnya tauhid dalam diri menjadi peran yang penting untuk
kehidupan dan bekal di akhirat kelak. Oleh karena itu, hal ini menjadi bagian
konsep penelitian yang penting dalam meneliti kajian “Pengamalan Dzikir
‘Ataqoh pada Majelis Ta’lim Al-Makmur dusun Lembuayu Susukan Kecamatan
Sumbang”.

B. METODE PENELITIAN
Studi ini menggunakan metode pendekatan kualitatif fenomenalogi.
Fenomenalogi ialah studi penelitian yang pendekatannya lebih memfokuskan
terhadap konsep dalam suatu fenomena tertentu dan bentuk dalam studi ini ialah
bertujuan untuk dapat melihat dan memahami sebuah arti dari suatu pengalaman
yang tentunya berkaitan dengan sebuah fenomena tertentu .
Dalam melakukan studi ini, peneliti melakukan penelitian di Majelis Al-
Makmur Dusun Lembuayu Susukan Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.
Dengan mewawancarai pengasuh, jama’ah, masyarakat sekitar Majelis Al-
Makmur Dusun Lembuayu Susukan Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas,
dan beberapa warga sekitar majelis ta’lim tersebut. Yakni untuk memperoleh data
yang objektif, lengkap, dan terbukti kebenarannya, maka peneliti menggunakan
beberapa metode, yaittu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dan observasi
pada studi ini dilakukan pada tanggal 10 Desember 2022, dengan cara menemui
narasumber yang akan wawancarai terkait observasi ini, dan merangkai semua
pertanyaan menggunakan metode pertanyaan 5W+1H, untuk mendapatkan data
informasi yang valid.
Pada pengolahan data dalam studi ini sesuai dengan metode pendekatan
kualitatif fenomenologi yakni mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat
dilakukan untuk dikuantifikasikan yang sifatnya deskriptif. Dengan demikian,
penelitian ini tidak hanya sebagai upaya untuk mendeskripsikan data, tetapi

3
deskripsi penelitian tersebut adalah hasil dari pengumpulan data yang valid
melalui kegiatan wawancara, obeservasi, dan dokumentasi, yang menggunakan
pengumpulan data dengan adanya peneliti sendiri yang langsung terjun
kelapangan (Mathematics, 2016).
Objek penelitian merupakan apa yang akan dikaji, dalam peneliitian ini
adalah tentang pandangan jama’ah Majelis Al-Makmur Dusun Lembuayu
Susukan Kecamatan Sumbang terhadap pengamalan dzikir ‘Ataqoh.
C. PANDANGAN JAMA’AH MAJELIS TA’LIM AL-MAKMUR DUSUN
LEMBUAYU SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG TERHADAP
PENGAMALAN DZIKIR ‘ATAQOH
1. Konsep Dzikir
Dzikir menurut sebagian ulama salaf, di antara salah satunya yaitu Imam
Al-Ghazali berpendapat bahwa dzikir secara bahasa ialah mengingat, dan
sedangkan menurut istilah yakni melakukan ikhtiar dengan sungguh-sungguh
terhadap pandangan kehidupan, pikiran, dan perhatian kepada dunia menuju tuhan
dan akhirat (Ilyas, 2017). Menurut pendapat Imam Al- Ghazali melakukan dzikir
akan mendapatkan banyak fadilah atau keuntungan untuk diri maupun akan
berefek baik kepada orang lain. Dari keutamaan dzikir saat sedang
melaksanakannya kita akan mendapati empat perkara, yaitu pertama, memperoleh
ampunan dari-Nya, kedua dapat menjadikan orang tidak mudah lalai dan lupa,
ketiga memberi dorongan yang kuat untuk semangat dalam menjalani hidupnya,
keempat menenangkan dan menentramkan lahiriyah dan bathiniyah (Ilyas, 2017).
Dzikir memiliki konsep sebagai pengingat kepada Allah SWT, dengan
cara melakukan kegiatan yang berupa pelafalan kalimat yang memiliki arti untuk
selalu mengingatkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dzikir yang baik
yaitu yang dilakukannya dengan hati yang ikhlas, supaya mendapatkan hubungan
komunikasi secara baik dengan Tuhan, karena dzikir ini termasuk kedalam sebuah
manifestasi suatu hubungan secara langsung dengan Tuhan tanpa adanya
perantara. Karena intuisi atau bisikan dari hati ialah termasuk dari sumber
pengetahuan setelah wahyu (Al-Qur’an), hadis, akal dan kasaf atau ituisi (bisikan
hati) itu sendiri.

4
Sebagaimana terdapat pada firman Allah yang menganjurkan kepada umat
muslim agar selalu berseru dan senantiasa berdzikir atas-Nya, di dalam Q.S. Al-
Baqarah (152):

‫فَاذْ ُك ُرْوِنْْٓ اَذْ ُك ْرُك ْم َوا ْش ُك ُرْوا ِ ْل‬

ࣖ‫َوََلتَ ْك ُف ُرْو ِن‬


Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku. (Q.S. Al-Baqarah : 152)
Dan perintah berdzikir pun terdapat didalam hadits Rasulullah SAW,
sebagai berikut :

‫ول ه‬
‫اَّللُ َع هز َو َج هل‬ ِ‫ول ه‬
ُ ‫اَّلل صلى هللا عليه وسلم " يَ ُق‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ ق‬،َ‫َع ْن أَِِب ُه َريْ َرة‬
َ َ‫ال ق‬

‫ني يَ ْذ ُك ُرِن فَِإ ْن ذَ َك َرِن ِِف نَ ْف ِس ِه ذَ َك ْرتُهُ ِِف نَ ْف ِسي َوإِ ْن ذَ َك َرِن‬ ِ ِ ِ
َ ‫أ َََن عْن َد ظَ ِن َعْبدي ِِب َوأ َََن َم َعهُ ح‬

ً ‫َل ِذ َر‬
‫ب إِ َه‬ ِ ً ‫ت ِم ْنهُ ِذر‬ ِ ‫ِِف م ٍإل ذَ َكرتُهُ ِِف م ٍإل َخ ٍْْي ِم ْن هم وإِ ِن اق ََْتب إِ َه‬
‫اعا‬ ََ ‫اعا َوإِن اق‬
َ ‫َْت‬ َ ُ ْ‫َْتب‬
ََ ‫ْبا اق‬
ً ْ ‫َل ش‬ ََ َ ُْ َ ْ َ

ً‫ت إِل َْي ِه ََب ًعا َوإِ ْن أ َََتِن َيَْ ِشي أَتَ ْي تُهُ َه ْرَولَة‬
ُ ْ‫َْتب‬
ََ ‫اق‬
Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, "Allah berfirman,
"Aku memperlakukan hambaku seperti dia berharap aku akan
memperlakukannya. Aku bersamanya setiap kali dia mengingat Aku: jika dia
memikirkan Aku, Aku memikirkannya; jika dia menyebut-Ku di dalam
jiwanya, Aku menyebut dia di diriku, Jika dia menyebut-Ku dalam level tertentu,
Aku akan menyebutnya yang lebih baik. Jika dia mendekat kepada-Ku satu
jengkal tangan, Aku mendekatinya sejauh lengan; dan jika dia mendekat kepada-
Ku sejauh satu lengan, Aku semakin mendekat dengan jarak dua tangan yang
terentang lebih dekat dengannya; dan jika dia mendatangiKu dengan berjalan,
Aku pergi padanya sambil berlari" (Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam kehidupan manusia sehari-hari tidak terlepas dengan adanya Allah
SWT yang selalu mengawasi tindak tanduk perilaku manusia. Dengan adanya

5
manusia melafadzkan kalimat Allah untuk berdzikir mengupayakan agar selalu
mengingat Allah SWT, dan menghindari perilaku yang dilarang oleh-Nya. Dalam
kenyakinan tersebut dapat menguatkan ketakwaan dan keimanan manusia kepada-
Nya.
2. Dzikir di Majelis Ta’lim Al-Makmur
Dzikir yang dilakukan di Majelis Al-Makmur Dusun Lembuayu Susukan
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas, ada berbagai konsep dzikir dalam
pengamalannya diantaranya, Wiridan atau dzikir yang dilaksanakan setelah
melakukan sholat, Manakiban, dzikir Welasan atau dzikir yang dilakukan pada
setiap malam 11 hijriyah (tanggal jawa), Ratib, Mujahadah dan Dzikir ‘Ataqoh
atau Dzikir Fida’ Sughro. Dari beberapa amalan tersebut, ada salah satu amalan
yang sudah jarang sekali dilakukan ialah Dzikir Fida Sughro atau Dzikir ‘Ataqoh,
banyak dari warga sekitar Majelis Ta’lim Al-Makmur ini yang tidak mengetahui
adanya pengamalan dzikir ini, maka dari Kiai Mukti memperkenalkan
pengamalan dzikir ini untuk diamalkan Bersama. Ada beberapa sumber,
menjelaskan definisi Dzikir Fida Sughro atau Dzikir ‘Ataqoh, menurut secara
bahasa berasal dari kata (‫ )الفداء‬yang berarti tebusan, atau sebuah barang penebus
(Iskandar, 2022).
Jama’ah Majelis Al-Makmur Dusun Lembuayu Susukan Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas, berpandangan bahwa dengan adanya kegiatan
pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini sangat berpengaruh positif, baik dari segi religius
bathiniyah maupun rohaniyah. Jama’ah berpandangan bahawa adanya kegiatan
Dzikir ‘Ataqoh ini, tidak hanya tentang pendekatan diri kepada Allah SWT, tetapi
dengan kegiatan pengamalan Dzikir ‘Ataqoh yang dilakukan secara berjama’ah
dapat meningkat rasa kepeduliaan antar sesama, dan membentuk rasa saling
bekerja sama dengan baik akan satu hal hajat yang dipanjatkan dalam satu
keyakinan. Jama’ah berkeyakinan lantaran atau perantara dengan adanya Dzikir
‘Ataqoh ini, mereka dapat membantu menebus dosa para keluarga, saudara,
maupun kerabatnya yang dihajatkan melalui pengamalan ini. Perantara yang
dimaksud yakni ialah suatu keyakinan dari dalam hati bahwa tempat atau bentuk

6
dan semacamnya dekat dengan sisi Allah SWT, yang dapat memudahkan
keinginan kita terkabulkan oleh-Nya (Rosyid, 2018).
Pada penelitian kali ini, peneliti mengobservasi tentang salah satu konsep
dzikir yang terjadi pada Majelis Al-Makmur Dusun Lembuayu Susukan
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas yaitu Dzikir ‘Ataqoh atau Dzikir
Fida’ Sughro, yang dilakukan setiap 1 minggu sekali yang bertepatan pada hari
Sabtu malam Minggu sesuai dengan kesepakatan yang telah dimusyawarahkan
antar pihak pengasuh, pengurus, dan jama’ah. Dalam melakukan pengamalannya
pada dzikir ini ialah melafadzkan, lafadz Laa illaha illallah sebanyak 70.000 kali
dengan tujuan mengharapkan pembebasan api neraka untuk diri kita dan orang
yang telah meninggal sesuai nama yang kita hajatkan (Mukti, 2022).
3. Makna dari ‘Ataqoh di Majelis Ta’lim Al-Makmur
Dzikir ‘Ataqoh (dzikir fida’ sughro) merupakan dzikir untuk penebusan,
ialah menebuskan diri sendiri atau orang lain terhadap siksaan Allah SWT dari
apa yang telah kita perbuat selama hidup didunia yang fana ini. Dengan
melakukan dzikir ini merupakan upaya untuk memohon ampunan kepada Allah
SWT akan dosa-dosa orang yang telah meninggal. Terdapat keterangan hadist
yang menjelaskan adanya dzikir ini, sebagai berikut:

ْ ‫للاه َعلَي ِْه َو َسل َْم َم ْن قاَلَْ الَإِ ْلهَ اِال‬


‫للاه‬ ْ ‫صْلى‬ ِْ ‫للاه َعن َها قَالَتْ قاَ َْل َر هسو هْل‬
َ ‫للا‬
ِ ‫ش ْةَ ر‬
ْ ‫ض َْى‬ ِ
َ َ ‫َع ْن َعائ‬
‫االسرا‬ ِْ ‫َتى بِِْه ِم َْن‬
‫خزينة‬.(ِ‫للا َعزْ َو َجلْ ْوَك َذا فَ َعلَ ْهه لِغَْيْه‬ ِ ْ ِ‫اَح ْد وسبع‬
ََ ‫ي اَل ًفا اش‬
َ َ َ ََ
Diriwayatkan dari Aisyah ra. Ia berkata; Rasulullah bersabda: barang siapa
yang membaca Laa ilaaha illah sebanyak tujuh puluh satu ribu maka berarti ia
menebus (siksaan) dengan bacaan tersebut dari Allah ‘Azza Wajalla dan begitu
juga hal ini bisa dilakukan untuk orang lain (Zubaidi, 2022).
Menurut pendapat dari beberapa ulama Dzikir Fida dapat dibagi menjadi
dua yaitu Fida Sugra atau ‘Ataqoh, sebagaimana terdapat penjelasan dalam kitab
Syarah Al-Futukhat Al-Madaniyah Biha Misyi Nasha’ih al-ibad, hal 24, sebagai
berikut:

7
ْ ْ‫ام َوكاَ َنْ قَدْ ذَ َك َرْ الَاِلهَْ اِال‬
‫للاه‬ ْ ‫لى َمائِ َد ْةِ طَ َع‬
َْ ‫خ اَبَْ الربِي ِْع اَل َمال َِقيْ كاَ َْن َع‬ َ ‫َوهر ِو‬
َْ ‫ىْ اَ ْن الشي‬

َْ ِ‫يْ َم ْد يَ َدهْه ا‬
ْ‫ل الطعاَِم‬ ِ ِْ ‫اب ِم ْن اَه ِلْ ال َكش‬
َ ‫ف فَح‬ ْ ‫لى ال َمائِ َد ْةِ َش‬
َْ ‫فْ َمرْة َوكاَ َنْ َم َع هه ْم َع‬ َْ ِ‫َسبع‬
َ ‫ي اَل‬

َْ‫قَال‬. ‫اض هرو َْن ِْلَ تَبكِى؟ فَقاَ َْل اَ َرى َج َهن َْم َواَ َرى اهِمىْ فِي َها‬ َْ ‫بَ َكى َوامتَ نَ َْع ِم َْن الط َْع ِامْ فَ َق‬
ِ ‫ال ل َْهه اْل‬
َ
ِ
َْ ِ‫ت َسبع‬
‫ي اَلفْاً َوقَ ْد َج َعلته َها‬ َ ‫تْ ِفْ نَف ِسىْ اَلل هه ْم ان‬
ْ‫كْ تَعلَ هْم اَِنْ قَدْ َهلل ه‬ ‫فَ هقل ه‬: ‫خ اَبه ْو الربِي ِْع‬
ْ‫الشي ه‬

ْ ‫ت ِم َْن النا ِْر َوَما اَد ِر‬


‫ى‬ ْ ‫ِل أ ََرى أ ِهمىْ قَ ْد َخ َر َج‬
ِْ ِ ‫اب ِم َْن النا ِْر فَ َقالَْ الشابْ اَْلَم هْد‬
ِْ ‫ِعت َْق اهِْم َه َذا الش‬

ِ ِ ِ ِ َ ‫ج واَ َكلْ معْ اْلم‬ ِ


‫سمى‬
َ ‫ َو َه َذا الت هلي هلْ ِب َذا ال َع َددْ يه‬. ْ‫اعة‬ َ َ َ َ َ َ ْ‫بْ هخ هروج َها َو َج َع َلْ هه َوْ يَب تَ ِه ه‬
‫مْاَ َسبَ ه‬
‫ْبى‬
َ ‫سمى َعاتَ َقةَْ هك‬ ِْ ‫َعتاَْقَْةَ الصغ َرى َك َما اَ ْن هسوَرةَْ الصم ِدي ِْة إِذْاَ قه ِرئَتْ َوبَلَغَتْ ِمائَْةَ اَل‬
َ ‫ف َمرْة ته‬
ِ ِ ْ ِ‫ف ِسن‬
ْ‫اه‬. ‫ط‬
ْ‫َت ه‬ َ ْ ِ ْ‫َولَو‬
ََ ‫ي َعدي َدةْ فَانْ ال هم َواالَْةَ الَتهش‬
Diriwayatkan bahwa Syekh Abu Al-Robi’ Al-Malaqi, telah melakukan
dzikir dengan mengucapkan Laa ilaha illallah sebanyak 70 ribu kali, yang
terdapat makna kandungannya ialah membebaskan diri kita maupun orang lain
terhadap siksaan api neraka. (Zubaidi, 2022). Dan ini yang merupakan dzikir fida’
sughro atau sering disebut ‘ataqoh. Sedangkan jika kita membaca surat Al-Ikhlas
sebanyak 100 ribu kali dapat disebut dengan dzikir fida’ kubro atau ‘ataqoh kubra
dan fadilahnya sama dengan dzikir fida’ sughro yakni membebaskan diri atau
orang lain dari besarnya atau siksaan api neraka dan dimerdekakan oleh Allah
SWT, dan dalam waktu membacanya tidak disyaratkan berturut-turut atau
beberapa tahun (Zubaidi, 2022).
Dan terdapat dzikir fida kubro dan fadilahnya, sebagaimana telah
dijelaskan dalam kitab (Zubaidi, 2022), sebagai berikut:

ِْ ‫اد ِم ْن قِبَ ِْل‬


ْ‫للا تَ َع َال‬ ِْ ‫س ْهه ِم َْن‬
ْ َ‫ َوََن َدى همن‬, ‫للا‬ َ ‫َتى نَف‬
ِ ِْ ‫اَنْ َم ْن قَ َرأ ََها ِمائَْةَ أَل‬: ‫منها‬
ََ ‫ف َمرةْ فَ َق ْد اش‬
ِ ‫اع ْةً فَ ليأ هخذها ِم ْن‬
ْ‫للا‬ ِْ ‫اَ ْالَ إِنْ فهالَ َْنً َعتِي هْق‬: ‫ض ِْه‬
َ ِ‫فَ َم ْن َكا َْن ل َْهه قَب لَ ْهه ب‬, ‫للا‬ ِْ ‫ف ََسََواتِِْه َو‬
ِ ‫ف أَر‬ ِْ
َ َ َ َ‫ض‬

8
ْ‫اَوْ َعلَي ِه‬, ً‫ال‬ ِْ َ‫ط اَنْ ْالَ يَ هكو َنْ َعلَي ِْه هح هقوقْ لِلعِب‬
ْ ‫اد أَص‬ َ ِ‫فَ ِه َْي َعتَاقَةْ ِم َْن النا ِْر لَكِ ْن ب‬, ‫غَزْ َو َج ْل‬
ِْ ‫شر‬

ِ ‫ و هه ْو َع‬.
‫اجزْ َع ْن أ ََدائِ َهْا‬ َ َ
‫اْلزء الراْب ْع‬: ‫تفسْي الصاوى‬

498: ‫ص‬

Yang dijelaskan bahwa surat Al-Ikhlas tersebut akan memerdekan dirinya


dari api neraka, akan tetapi dengan syarat tidak mempunyai tanggungan kepada
sesama (haq adam).
Dzikir ‘Ataqoh ini adalah nama lain dari Dzikir Fida Sughro, namun pada
jama’ah Majelis Ta’lim Al-Makmur dusun Lembuayu ini menyebutnya dengan
Dzikir ‘Ataqoh, dengan konsep pengamalan yang sama dengan Dzikir Fida
Sughro, akan tetapi dalam pengamalan Dzikir ‘Ataqoh di Majelis Ta’lim dusun
Lembuayu menggunakan cara yang unik yaitu menggunakan batu kecil atau batu
kerikil dalam penggunaannya untuk berdzikir dikarenakan untuk mengindari rasa
ragu pada jama’ah dalam menghitumg dzikir yang sudah di lafalkan dan tetap
dibantu dengan tasbih, dikarenakan kebanyakan jama’ah yang ada pada Majelis
Ta’lim Al-Makmur ini cenderung ke usia yang sudah menua, maka dari itu dari
pihak pengasuh menyarankan menggunakan batu kerikil ini, dengan alasan agar
memperkuat hitungan dan daya hitungan. Adanya batu kerikil ini hanya sekedar
membantu menghitung pelafalan pada tasbih, jika tasbih yang berisi 100 biji
sudah berputar satu kali, lalu kita ambil satu batu kerikil tersebut. Untuk pelafalan
Dzikir ‘Ataqoh ini menggunakan lafadz Laa illaha illallah sebanyak 70.000 kali
dengan tujuan mengharapkan pembebasan api neraka untuk diri kita dan orang
yang telah meninggal sesuai nama yang kita hajatkan (Mukti, 2022).
Pengamalan ini sudah dilakukan sejak tahun 2021, para jama’ah
mempercayai dengan adanya kegiatan ini dapat membantu doa para jama’ah akan
hajatnya terkabul, terkhususnya dapat menebus dosa para keluarga, saudara,
maupun keluarga yang dihajatkan, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Sebelum dengan adanya pengalaman Dzikir ‘Ataqoh pada Majelis Ta’lim

9
Al-Makmur ini, para jama’ah hanya melakukan kegaitan dzikir pada umumnya,
seperti wiridan atau dzikir setelah melakukan sholat wajib, tahlil, manakiban , dan
sewelasan. Awal mula kegiatan pengamalan ini Ketika Eyang Dul sebagai
pengasuh Majelis Ta’lim Al-Makmur, mendapati sebuah amanah dan diijazahi
dari sang guru untuk melakukan rutinan atau pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini
kepada para jama’ah Kiai Mukti.
Awal mula kegiatan pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini dilakukan, pada saat
K.H Sangid Abdul Mukti yang biasa dikenal oleh banyak orang dengan sebuatan
“Eyang Dul” (Pengasuh Majelis Ta’lim Al-Makmur) melakukan pengamalan
tersebut untuk salah satu keluarganya bertepatan pada majelis ta’limnya, dan
meminta bantuan kepada jama’ah untuk ikut serta melakukan pengamalan
tersebut akan hajatnya yakni menebus dosa pada salah satu keluarganya yang
beberapa hari lalu meninggal dunia. Kemudian, setelah selesai dalam pengamalan
Dzikir ‘Ataqoh pada saat itu, ada salah satu jama’ah majelis ta’lim yang bertanya
tentang adanya pengamalan Dzikir’Ataqoh ini.
(Jamaah Majelis Ta’lim Al-Makmur: “Ngapunten yang, kulo badhe
tangled saking wontenipun pengamalan Dziki ‘Ataqoh niki, kangge
tujuane nopo, lan hal nopo mawon sing berkaitan kalih wontenipun
Dzikir ‘Ataqoh niki?.”
Kiai Mukti: “Wontenipun kegiatan pengamalan Dzikir ‘Ataqoh niki,
tujuanipun kangge nebus dosa para keluargi, sederek lan, lan kerabat
ipun, lan nami dzikir niki dipundut saking kalimat ‫ عت ْق م ْن النار‬ingkang
artinipun “nebus dosa lan diadohaken saking anane geni neraka”. Lan
dzikir niki berkaitan kangge hal ngresiki diri piyambek saking sedoyo
kekhilafan lan nyuwun pangapunten dhateng Gusti Allah SWT kangge
nebus dosa wonten awake piyambek, dzikir niki nami lintune yoiku Dzikir
Fida’ Sughro, ingkang sing diwaos yoiku kalimat Laa ilaa ha illallah
ping pitung puluh ewu, benten kalih Dzikir Fida’ Kubro ingkang sing
diwaos yoiku Surah Al-Ikhlas ping satus ewu. Lan aku iki diijazhi neng
Kiai Mukhlas Kalitinggar, Purbalingga. Nanging aku namung pengin
neng majelis iki saged diawiti kangge Dzikir Fida’ Sugro utawi nipun
Dzikir ‘ataqoh ingkang sing langkung gampil lan kepenak kangge
pengamalane. Tujuan kalih Dzikir Fida’ Kubro yo sami kaliyan Dzikir
Fida Sughro/’Ataqoh, kangge nebus dosa dhumateng Gusti Allah kangge
awake piyambak, para keluarga, sederek, lan kerabat ingkang sampun
nilar dunya, lantaran amalan niki saged bantu nebus dosa lan bantu
doaaken ben diadohaken anane siksa api neraka”).
Berikut percakapan diatas dalam terjemahan Bahasa Indonesia:

10
(Jamaah Majelis Ta’lim Al-Makmur: “Permisi yang, saya mau
menanyakan tentang adanya pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini, tujuannya
untuk apa, dan hal apa saja yang berkaitan dengan adanya Dzikir
‘Ataqoh ini?”
Kiai Mukti: “Adanya kegiatan pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini, tujuannya
untuk menebus dosa para keluarga, saudara, dan kerabat, dan nama
Dzikir ‘Ataqoh ini diambil dari kalimat yang artinya ‫عت ْق م ْن النار‬
“menebus dosa dan dijauhkan dari api neraka”. Dan dzikir ini
berkaitan untuk hal membersihkan dirikita dari semua kekhilafan dan
memohon maaf kepada Allah SWT untuk menebus dosa yang ada pada
diri kita, dzikir ini dengan nama lainnya yaitu Dzikir Fida’ Sughro,
dengan membaca kalimat Laa ilaa ha illallah tujuh puluh ribu kali,
berbeda dengan Dzikir Fida’ Kubro yang membaca Surat Al-Ikhlas
serratus ribu kali. Dan saya ini mendapatkan ijazah dari Kiai Mukhlas
Kalitinggar, Purbalingga. Dan saya berharap di majelis ini dapat
memulai untuk Dzikir Fida’ Sughro atau Dzikir ’Ataqoh, dikarenakan
lebih mudah dalam pengamalannya. Begitupun dengan Dzikir Fida’
Kubro yang memiliki tujuan yang sama dengan Dzikir Fida’ Sughro/
‘Ataqoh, untuk menebus dosa kepada Allah SWT untuk diri kita, para
keluarga, saudara, dan kerabat yang sudah meninggal dunia, perantara
amalan ini dapat membantu menebus dosa dan membantu mendoakan
supaya dijauhkan dari adanya siksa api neraka”).
Dari pembahasan percakapan diatas menyimpulkan bahwa kata ‘Ataqoh

berawal dari kalimat “‫النار‬ ‫ ”عت ْق م ْن‬yang berarti menebus dosa dan terhindar dari
api neraka, dengan pengamalan membaca kalimat tahlil sebanyak 70.000 kali.
Dan para jamaah berkeyakinan lantaran pengamalan ters ebut dapat mengijabahi
hajatnya yakni dapat mengahapus dosa dan terhindar dari api neraka, baik untuk
dirinya maupun orang yang dihajatinya. Dan mereka melakukan ini karena ikhlas
lillahi ta’ala hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT dengan mendekatkan
diri lantaran adanya pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini. Kemudian, mereka
melakukan ini dengan menggunakan batu kerikil yang asal mulanya dari
banyaknya jumlah dzikir yang mereka lantunkan, agar nantinya tidak terjadi
kesalahan dalam penghitungan jumlah dzikir, maka mereka bersepakat untuk
menggunakan bantuan batu kerikil sebagai alat menghitung lantunan dzikir
mereka, yang dilakukannya juga menggunakan tasbih, dan batu kerikil ini
digunakan untuk membantu menggenapkan atau menjumlahkan perputaran tasbih
yang telah mereka lantunkan dzikir dengan kalimat Laa ilaa ha illallah . Contoh

11
perputaran tasbih yang berisikan 100 biji, maka nanti mereka menaruh 1 batu
kerikil yang berisikan kalimat Laa ilaa ha illallah sebanyak 100 kali, dan itu
diulang-ulang sampai 70.000 kali lantunan kalimat Laa ilaa ha illallah, yang
setiap masing-masing orang mengambil batu kerikil yang tersedia 700 dengan
mengambil jumlah yang bebas, yang terpenting dengan adanya batu kerikil 700
tersebut dapat terselesaikan dengan didalamnya berisikan kalimat Laa ilaa ha
illallah sebanyak 100 kali.
Ijazah yang diberikan oleh Kiai Mukhlas berupa pengamalan Dzikir Fida’
(baik Sughro maupun kubro), kepada Kiai Sangiid Abdul Mukti. Dzikir ‘Ataqoh
ini yang pada umumnya dikenal sebagai Dzikir Fida’ Sughro. Pada saat itu beliau
Kiai Abdul Mukti masih dalam proses mengejnyam pendidikan dipondok
pesantren yang diasuh sendiri oleh Kiai Mukhlas, yang bertepatan di Desa
Kalitinggar, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Kemudian, saat Kiai Sangid
Abdul Mukti telah diberikan ijazah oleh Kiai Mukhlas, maka pada saat itu juga
Kiai Sangid Abdul Mukti memulai pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini dan itu di
ijazahlkan sekitar pada tahun 1960. Beliau Kiai Sangid Abdul Mukti melakukan
ijazah pada jamaahnya karena amanah dari sang guru yang diamanahi untuk
melakukan pengamalan ini bukan hanya untuk dirinya sendiri. Sebelum beliau
mendapatkan ijazah pengamalan Dzikir Fida’ (sughro maupun kubro) oleh Kiai
Mukhlas, beliau sudah melakukannya dirumah lurah Sokaraja yaitu melakukan
Dzikir Fida’ Kubro yang melafadzkan surat Al-Ikhlas sebanyak 100.000 kali,
yang pada saat itu beliau sedang mengenyam pendidikannya dipondok pesantren
Sokaraja, yang dipinpim oleh pengasuhnya sendiri yaitu Kiai Dayat. Pada saat itu
itu beliau sedang menemani atau “dhereaken” kiai nya,atas amanah dari kiainya
sendiri, Kemudian, beliau (Kiai Sangid Abdul Mukti) melanjutkan Pendidikan
religius tersebut dengan Kiai Mukhlas, dan diberikan ijazah Dzikir Fida’ (Sughro
maupun kubro), yang sampai saat ini masih dilakukan dengan para jamaahnya
(Mukti, 2022).
Dalam pengamalan Dzikir ‘Ataqoh pada jama’ah Majelis Ta’lim Al-
Makmur ini dilakukan pada setiap hari Sabtu malam Minggu setelah waktu
Maghrib dipimpin oleh beliau K.H. Sangid Abdul Mukti. Dengan metode bergilir

12
setiap minggunya melalui kocokan nama. Yang nantinya mendapatkan nama
tersebut, menyetorkan nama yang telah meninggal dari bagian keluarganya
maupun yang akan dihajatinya, dan menyiapkan batu kecil atau kerikil, metode
dalam konsep melakukan pengamalan ini tentunya dari hasil musyawarah antar
pengasuh, pengurus, dan jama’ah. Karena dalam metode pengamalan ini
menggunakan batu kecil atau kerikil agar nantinya batu tersebut yang sudah
terdapat doa dari para jama’ah melalui dzikir ‘ataqoh ini dapat diletakkan diatas
makam yang dituju, dengan kenyakinan lantaran batu kerikil yang didalamnya
sudah terdapat asma Allah SWT, maka Allah SWT dapat membebaskan si fulan
(orang yang telah meninggal) dari siksa kubur dan api neraka dan dapat menebus
dosa.
Pada metode peggunaan batu kerikil, setiap satu batu terdapat asma Laa
illaha illallah sebanyak 100 kali, dan batu yang dibutuhkan untuk Dzikir ‘Ataqoh
ini sebanyak 700 batu kerikil, dengan menggunakan tasbih yang berisi 100 maka
hitungannya satu batu berisi asma Laa illaha illallah sebanyak 100 kali. Pada
metode ini setiap jama’ah bebas mengambil berapa banyak jumlah batu untuk
pengamalan Dzikir ‘Ataqoh, yanng terpenting nanti jumlah dzikir harus 70.000
kali (Zainuryati, 2022). Untuk memulai kegiatan pengamalan Dzikir ‘Ataqoh
dilakukan setelah bakda maghrib, dimulai dengan tawasul yang dipimpin oleh
sang kiai, kemudian setelah tawasul selesai jama’ah mengambil batu kerikil yang
telah disediakan dengan jumlah yang bebas, setelah batu kerikil terbagikan telah
habis, lalu para jama’ah memulai berdzikir Laa illaha illallah menggunakan
tasbih dan batu kerikil yang sudah diambil tadi. Setelah semua batu kerikil yang
telah dibacakan asma Laa illaha illallah selesai, maka dikumpulkan kembali
menjadi satu, kemudian dilakukan doa akhir yang dipimpin oleh sang Kyai.
Menurut K.H. Sangid Abdul Mukti dilakukannya pengamalan ini, kita
mendapatkan hal positif yaitu dapat lebih dekat dengan Allah SWT dan selalu
mengingat akan takdir yang telah direncanakan oleh-Nya, sehingga kita selalu
berusaha berbuat baik supaya dapat terhindar dari kemungkaran-Nya. Beliau
melaksanakan dan memperintahkan jama’ah untuk melakukan pengamalan ini,
juga mempunyai landasan dasar yang kuat, melalui pengajaran dari para guru

13
beliau yang menjelaskan akan metode pengamalan ini yang ternyata memiliki
poin yang penting untuk dikehidupan maupun untuk bekal diakhirat.
Menurut pandangan para jama’ah Majelis Ta’lim Al-Makmur dengan
adanya kegiatan pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini, dapat menambah rasa semangat
untuk beribadah kepada Allah SWT, dan dapat merasakan kebahagiaan karena
secara tidak langsung dengan selesainya kegiatan tersebut, kita dapat berziarah ke
makam yang kita tuju dengan menghantarkan doa-doa yang telah dipanjatkan
melalui pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini.
Menurut pandangan dari masyarakat sekitar Majelis Al-Makmur Dusun
Lembuayu Susukan Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas, dengan adanya
pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini, dapat menjadi daya tarik bagi mereka yang belum
mengistiqomahkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Maka dengan
adanya pengamalan ini bagi masyarakat sekitar yang masih awam dengan
kegiatan teersebut, akan merasakan ketertarikan dan rasa penasarannya untuk
mengikuti pengamalan tersebut, dan cenderung semua merespon positif dengan
danya penngamalan Dzikir ‘Ataqoh ini (Fauzan, 2022).
4. Pengalaman Dzikir ‘Ataqoh di Majelis Ta’lim Al-Makmur
Pengalaman oleh para jama’ah setelah melakukan pengamalan Dzikir
‘Ataqoh ini, antara lain :
a. Dengan adanya kegiatan pengamalan ini dapat lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga mendapatkan
jiwa yang tenang dan ikhlas dalam melakukan sesuatu, dan
mendapatkan ketenagan dalam beribadah dan mendapatkan
ridho dari Allah SWT (Zahid, 2022). Didalam hati yang ikhlas
mendapatkan jiwa yang tenang dalam melakukan suatu ibadah.
b. Unsur nilai dalam pengamalan ini termasuk kedalam tradisi yang
dapat di turun temurunkan ke generasi selanjutnya (Fauzan,
2022). Dengan keistiqomahan jamaa’ah dalam melakukan
pengamalan ini, dapat diteruskan oleh generasi selanjutnya, yang
menjadi kegiatan yang perlu dijaga, dan diistiqomahkan.

14
c. Mendapati nilai keistiqomahan dalam melakukan pengamalan
ini, dan bentuk pembelajaran diri agar selalu istiqomah dan sabar
dalam melakukan sesuatu, dan meningkatkan rasa syukur kepada
Allah SWT (Mukti, 2022).
d. Dapat menjadikan tali Ukhuwah Islamiyah yang kuat atau
memperkuat tali persaudaraan sesama umat muslim. Mendapati
nilai saling bergotong–royong dalam menyelesaikan sesuatu
yang bertujuan sama maupun yang berbeda (Mukti, 2022).
e. Dari pemahaman jama’ah Majelis Ta’lim Al-Makmur yang
masih sederhana, seringkali terjadi kesalah pahaman dalam
melakukan metode pengamalan ini. Tumbuhnya pemikiran tidak
mau dirugikan atau terjadinya pemikiran timbal balik dari
jama’ah satu ke jama’ah yang lain (Zainuryati, 2022).
Pada konteks sosial dalam bermasyarakat, setiap orang mengenali orang
lain yaitu dengan melihat perilaku orang tersebut dalam merespon terhadap diri
kita. Perilaku yang ada pada diri manusia dapat dipengaruhi oleh faktor luar dari
dirinya, seperti mentaati peraturan, norma, dan respon dari orang lain terhadap
dirinya (Elly M, Kama A 2013). Maka dengan diadakannya pengamalan ini
diharapakan para jama’ah dapat bersosialisasi dan bermasyarakat dengan baik.
D. SIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan beberapa poin pokok berikut ini :
Dzikir memiliki konsep sebagai pengingat kepada Allah SWT, dengan
cara melakukan kegiatan yang berupa pelafalan kalimat yang memiliki arti untuk
selalu mengingatkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dzikir yang baik
yaitu yang dilakukannya dengan hati yang ikhlas, supaya mendapatkan hubungan
komunikasi secara baik dengan Tuhan, karena dzikir ini termasuk kedalam sebuah
manifestasi suatu hubungan secara langsung dengan Tuhan tanpa adanya
perantara. Dengan adanya kegiatan pengamalan Dzikir ‘Ataqoh ini pada jama’ah
Majelis Ta’lim dusun Lembuayu Susukan Kecamatan Sumbang dapat
menghantarkan doa dan hajat kita kepada Allah SWT, serta dapat mewujudkan

15
kebersamaan dan rasa peduli terhadap sesama, dan meningkatkan rasa
bersosialisasi terhadap bermasyarakatan.
DAFTAR PUSTAKA
(Elly M, Kama A 2013).
https://kepri.nu.or.id/keislaman/ataqoh-shughro-dan-kubro-NitDl.
https://www.amalanislam.com/2020/03/pengertian-dzikir-fida-dan-doa-
dzikir_20.html.
(Ilyas, 2017).
(Iskandar, 2022)
Kajian Kitab Nurul Ahli Yaqin karya Abu Muhammad Nofal Al-Banari, oleh
Kyai Tefur Zahid, di Pondok Pesantren Nur Zahro’ Sumbang, 2022.
(Mathematics, 2016)
(Rosyid, 2018).
Wawancara dengan Bapak Fauzan, masyarakat sekitar Majelis Ta’lim Al-
Makmur, 2022.
Wawancara dengan Ibu Zainuryati, jama’ah Majelis Ta’lim Al-Makmur, 2022.
Wawancara dengan K.H. Sangid Abdul Mukti, selaku Kyai dusun Lembuayu,
2022.

16

You might also like