You are on page 1of 15

TA’LIM : Jurnal Studi Pendidikan Islam Vol.4 No.

2 Juli 2021

LUPA DALAM BELAJAR PADA KURIKULUM MERDEKA


DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI PENDIDIKAN

FORGETTING IN LEARNING IN THE INDEPENDENT CURRICULUM


FROM AN EDUCATIONAL PSYCHOLOGY PERSPECTIVE
1
Musyafa Abdillah, 2Muhammad Thuvail, 3Sitti Chadijah
Universitas Muhammadiyah Bandung
1
musyafajah187@gmail.com, 2thuvailmuhammad@gmail.com, 3sittihadijah2019@gmail.com

Abstract

The aim of this research is to determine the phenomenon of forgetting in learning in the
implementation of the independent curriculum from an educational psychology perspective.
This research is a type of qualitative descriptive research in the form of library research, data
collection techniques are carried out by collecting data sources in the form of national
scientific journals and relevant books, analytical techniques are carried out by data reduction,
triangulation and drawing conclusions. The research results explain that easy forgetting is a
phenomenon most often experienced by the majority of students. From the perspective of
learning psychology and education, the learning phenomena experienced by students are more
emphasized on memory because we cannot recall the information we obtain. Not only does the
implementation of changes to the independent curriculum have a positive impact, it also has a
negative impact in the form of causing confusion, difficulties, boredom, laziness and even
forgetting because the learning time and process takes longer, the pressure is greater and
students are required to be active. The phenomenon of forgetting in the implementation of
learning with an independent curriculum is caused by other activities, these activities will mix
or interfere with or hinder the recall of information that has been stored. And it is included in
the interference theory where the process of forgetting in learning is mainly caused by
remembering other things or doing other activities which can interfere with the remembering
process because there are many different and varied independent curriculum learning
activities.

Keyword: Educational Psychology ; Forgotten ; Independent Curriculum

Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena lupa dalam belajar pada pelaksanaan
kurikulum merdeka dalam perspektif psikologi pendidikan. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif berupa penelitian kepustakaan, teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber data berupa jurnal ilmiah nasional dan buku
yang relevan, teknik analisis dilakukan dengan reduksi data, triangulasi dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa Mudah lupa adalah fenomena yang paling
banyak dialami oleh sebagian besar siswa. Dalam perspektif psikologi belajar dan Pendidikan
fenomena dalam belajar yang dialami oleh siswa lebih ditekankan pada memori karena
informasi yang kita peroleh tidak dapat kita ingat kembali. tidak hanya berdampak positif
dilaksanakannya perubahan kurikulum merdeka juga berdampak negatif berupa menyebabkan
kebingungan, kesulitan, jenuh, malas bahkan lupa karena waktu dan proses belajar yang lebih
lama, tekanan lebih besar dan siswa dituntut aktif. Fenomena lupa yang dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan kurikulum merdeka disebabkan karena adanya kegiatan lain, kegiatan
tersebut akan mencampur atau mengganggu atau menghambat pengingatan informasi yang
telah tersimpan. Dan termasuk dalam teori interferensi dimana proses lupa dalam belajar
disebabkan yang paling utama adalah karena mengingat hal-hal lain atau melakukan kegiatan
lain dapat mengganggu proses mengingat karena banyaknya aktivitas pembelajaran kurikulum
merdeka yang berbeda – beda dan beragam.

Kata Kunci: Kurikulum Merdeka ; Lupa ; Psikologi Pendidikan

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sebuah kunci serta tujuan hidup suatu bangsa termasuk Indonesia
Suatu bangsa yang maju dilihat dari bagaimana pendidikan dalam menghasilkan sumber
daya manusia yang terdidik. Pendidikan juga merupakan instrumen utama dalam
menciptakan perubahan strata sosial individu masyarakatnya. Pendidikan juga menjadi
salah satu upaya dalam mencerdaskan bangsa sesuai amanat pembukaan UUD 1945
alinea IV (Juita & Yusmaridi, 2021). pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha
memanusiakan manusia menjadi manusiawi. Manusia sebagai insan kamil, artinya
manusia ideal. Manusiawi sebagai kemampuan-kemampuan positif, misalnya
kemampuan untuk menjadi rasional, bermoral, mencari pencerahan atau penerangan akal
budi. Melalui pendidikan, potensi manusia tumbuh dan berkembang sebagai insan yang
tertata pola pikir, dan termanifestasikan pada sikap dan tingkah lakunya. Pendidikan
mengarahkan manusia dari sebelumnya tidak mengetahui banyak hal menjadi tahu
banyak, sebelumnya berperilaku kurang baik menjadi baik. Pendidikan memfasilitasi
manusia menjadi dewasa, bertanggungjawab, jujur beradab, dan berkarakter. Pendidikan
pada hakekatnya merupakan sebuah usaha dan proses belajar baik proses mempelajari
materi pelajaran sebagai bekal ilmu pengetahuan maupun proses belajar peserta didik
untuk memahami jiwa dan potensi dirinya yang sedang tumbuh berkembang (Fattah et
al., 2021).

Belajar merupakan suatu proses yang mana dalam kegiatan yang terjadi pada semua
orang yang berlangsung seumur hidup. Dari proses belajar akan ada hasil yang
ditimbulkan yaitu berupa perubahan tingkah laku pada diri individu, perubahan tingkah
laku tersebut menyangkut perubahan dalam aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotor) dan sikap (afektif). Belajar merupakan komponen paling vital dalam setiap
usaha. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa proses belajar
sesungguhnya tidak akan pernah ada pendidikan. Berhasil atau gagalnya tujuan
pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan mengajar yang dialami siswa dan
pendidik baik ketika para siswa itu di sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri
(Istiqamah & Ichsan, 2021). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Setiap aspek kehidupan selalu berkaitan erat
dengan masalah belajar. Belajar tidak sekedar menguasai sekumpulan kemampuan baru
atau hal - hal yang berkaitan dengan akademik saja, namun lebih dari itu, belajar juga
melibatkan perkembangan emosional, interaksi sosial, dan bahkan perkembangan
kepribadian (Astaman, 2020).

Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal
tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan ranah
psikomotorik. Belajar pada hakikatnya merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan
dalam rangka perubahan perilaku peserta didik secara konstruktif. Belajar adalah suatu
rangkaian proses kegiatan respons yang terjadi dalam proses belajar mengajar, yang
menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan pengetahuan
yang diperoleh. Dalam perspektif psikologi, belajar adalah merupakan proses dasar dari
perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan
kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi
hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman,
belajar berlangsung (Istiqamah & Ichsan, 2021); (Nisdawati, 2015).

Seringkali seorang siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar sebagai salah
satu aspek vital dalam Pendidikan. Kesulitan belajar adalah kondisi dimana siswa
menghadapi kendala tertentu dalam mengikuti proses pembelajaran dan memperoleh hasil
belajar yang terbaik. berhasil atau gagalnya tujuan pendidikan amat tergantung pada
proses belajar. Salah satu kesulitan dan permasalahan yang tidak asing dihadapi oleh
siswa selama proses belajar adalah permasalahan lupa (Fatah et al., 2021);(Istiqamah &
Ichsan, 2021). Lupa secara umum adalah tidak ada kemampuan untuk mengingat ilmu-
ilmu atau pengalaman- pengalaman masa lalu yang ingin dimunculkan kembali, lupa
dalam proses belajar disini adalah lupa secara alami, (forgetting) bukan lupa akibat
penyakit (amnesia). Dalam proses belajar seorang siswa diharuskan untuk mampu
mengingat informasi yang didapat selama proses belajar, namun dalam perjalanan
prosesnya juga dapat lupa apa yang telah didapatkan selama proses belajar tadi (Arma,
2015).

Menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem
akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam
subsistem akal permanen kita. Akan tetapi kenyataan yang kita alami terasa bertolak
belakang dengan teori itu. Apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat
kembali dan mudah terlupakan sebaliknya tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang
kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan (Anam et al., 2020). Daya ingat
memberikan kemampuan manusia untuk dapat mengingat suatu hal. Hal tersebut juga
menunjukan bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menampilkan kembali
informasi-informasi yang telah pernah dialaminya. Hal yang pernah dialaminya tersebut
tidak sepenuhnya hilang, tetapi tetap tersimpan dalam pikirannya dan pada suatu waktu
tertentu jika dibutuhkan dapat diingat (dipanggil) kembali. Tetapi bukan berarti semua
yang telah pernah dialaminya itu akan tetap tersimpan seutuhnya dalam ingatan kita dan
dapat ditimbulkan kembali saat dibutuhkan (Nofindra, 2019).

Kapasitas manusia dalam menyimpan suatu informasi di dalam memorinya memiliki


keterbatasan. Kekurangan tersebut membuat informasi yang sudah disimpan atau dialami
terkesan “hilang” karena sudah lama tidak diulang atau ada informasi lain yang
menutupinya. Fenomena ini disebut dengan lupa.Lupa dalam belajar dijelaskan sebagai
bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal seseorang, namun
lupa dijelaskan sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah
dipelajari atau dialami melainkan sebuah fenomena Dimana seseorang gagal untuk
memanggil kembali informasi yang tersimpan yang adakalanya di waktu lain ingatan itu
dapat dimunculkan lagi, lupa dalam proses belajar merupakan fenomena keluarnya
informasi dari ingatan dan ruang penyimpanan ingatan karena adanya desakan desakan
informasi lain dikarenakan banyaknya informasi baru yang masuk dalam memori selama
proses belajar berlangsung (Mudjiran, 2021).
Otak (pikiran) sebagai modalitas utama dalam proses berpikir dan berperilaku, di
samping hati sebagai pusat kendali dari perasaan manusia. Otak merupakan pusat kendali
perilaku manusia, artinya setiap hal yang dilakukan manusia melibatkan kerja otak. Otak
merupakan tempat menerima, menyimpan, kemudian mengenali informasi yang ada,
artinya otak adalah pusat ingatan manusia Tapi sayangnya, manusia tidak mampu
mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak tidak memungkinkan semua
jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan berangsur-angsur akan
menghilang dan mengalami fenomena kelupaan (Sandi & Neviyarni, 2021). Lupa
menjadi hal wajar yang dialami oleh manusia, fenomena ini menjadi fitrah manusia dalam
kehidupannya. Namun, dalam suatu proses pembelajaran yang menuntut peserta didik
untuk memahami, mengingat dan menguasai suatu materi, maka lupa menjadi bentuk
masalah atau kesulitan belajar (Saputri, 2023).

Konsep-konsep dasar ingatan, lupa dan transfer dalam belajar sangat penting untuk
dibahas dan merupakan pokok bahasan dalam ilmu psikologi Pendidikan. Untuk dapat
memahami hakekat akan proses belajar dan fenomena lupa dalam belajar seseorang harus
memahami terlebih dahulu konsep dari psikologi Pendidikan. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi
eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan
untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan
kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran. Agar hasil belajar siswa dapat dicapai secara optimal, diperlukan
penguasaan oleh siswa terhadap pendekatan pemrosesan informasi terutama tentang
ingatan dalam proses pembelajaran untuk mencegah terjadinya pengalaman kesulitan
belajar dalam bentuk (Purwanto & Aminah, 2020).

Dalam perspektif psikologi Pendidikan fenomena lupa dalam belajar sangat terkenal
dipelajari oleh teori Decay Theory dan Interference Theory yang secara mendalam dan
menyeluruh membahas fenomena terjadinya lupa dalam proses belajar siswa. Dalam
perspektif psikologi Pendidikan dijelaskan bahwa ingatan memudar seiring berjalannya
waktu. Oleh karena itu, informasi kurang tersedia untuk diambil nanti seiring berjalannya
waktu berlalu dan ingatan, serta kekuatan ingatan akan hilang. ketika sesuatu yang baru
dipelajari jejak memori neurokimia dan fisik akan terbentuk dalam otak, namun seiring
berjalannya waktu seseorang akan mengalami pemudaran jejak tersebut, dalam otak
seseorang termasuk siswa apapun yang dipelajari dan disimpan dalam otak dan ingatan
akan memudar seiring berjalannya waktu yang akhirnya membuat siswa menjadi lupa
akan apa yang telah dipelajari dalam proses belajar, dalam teori intervensi dijelaskan
bahwa pembelajaran yang baru yang dipelajari siswa dalam proses belajar akan
menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam mempertahankan materi sebelumnya
yang menyebabkan timbulnya fenomena lupa pada siswa (Zhou Ye, 2016). Dalam
psikologi belajar, lupa lebih ditekankan pada memori karena informasi yang kita peroleh
tidak dapat kita ingat kembali. Lupa dalam sudut pandang psikologi Pendidikan dilihat
sebagai sebuah fenomena Dimana lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau
mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi dalam ilmu psikologi Jadi,
lupa merupakan kegagalan untuk mereproduksi kembali hal-hal yang oleh karena adanya
pembelajaran yang baru atau karena kurangnya penggalian kembali apa yang telah
dipelajari siswa sehingga menyebabkan apa yang telah dipelajari menghilang seiring
berjalannya waktu (Nofindra, 2019);(Sandi & Neviyarni, 2021).
Pendidikan yang baik tentu sangat dipengaruhi oleh sistem yang dibangun bersama
yang terdiri dari komponen-komponen utama pula. Komponen tersebut dapat berupa
bagaimana pemilihan metode yang tepat, guru dan peserta didik, serta sarana dan
prasarana yang menunjang terlaksananya Pendidikan. Indonesia sangat memperhatikan
keberlangsungan pendidikan. Hal ini terbukti dengan adanya kebijakan pemerintah untuk
menggunakan 20% APBN untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Setiap adanya
pergantian kabinet dalam pemerintahan, akan selalu diiringi dengan perubahan sistem
pendidikan sebagai bentuk upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di
tanah air ini. Pengangkatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dijabat oleh Bapak
Nadiem Makarim dengan masa jabatan 2019-2024 memberikan dampak besar bagi
pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia diarahkan pada pendidikan
merdeka yang dikenal dengan “Merdeka Belajar”(Juita & Yusmaridi, 2021).

Konsep merdeka belajar memiliki relevansi mempertimbangkan aspek


keseimbangan kreasi, rasa, dan karakter serta siswa diharapkan dapat
mengimplementasikan nilai - nilai karakter pada bangsa Indonesia dalam kehidupan
sehari – hari. Merdeka belajar merupakan bentuk penyesuaian kebijakan untuk
mengembalikan esensi penilaian yang semakin terlupakan. Merdeka belajar bertujuan
untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skill maupun hard skill, agar
lebih siap dan juga relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai
pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan memiliki kepribadian untuk
meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skill maupun hard skill, agar lebih
siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, mempersiapkan lulusan sebagai
pemimpin masa depan bangsa yang unggul (Bahri, 2023). tujuan merdeka belajar
adalah untuk memperoleh suasana yang menyenangkan bagi para guru, peserta didik, dan
orang tua. Proses pendidikan harus menciptakan suasana-suasana yang membahagiakan.
Merdeka belajar dapat diartikan sebagai adanya upaya mengaplikasikan kurikulum dalam
proses pembelajaran menjadi menyenangkan serta diiringi dengan perkembangan pikiran
inovatif. Kemerdekaan dalam proses pembelajaran dapat dicapai melalui merdeka belajar.
Konsep merdeka belajar ini berarti menggali potensi peserta didik dalam berinovasi serta
meningkatkan kualitas proses belajar secara mandiri. Mandiri yang dimaksud adalah
benar-benar melakukan inovasi dalam proses belajar yang dilakukan (Juita & Yusmaridi,
2021).

Kurikulum merdeka muncul sebagai antisipasi perkembangan teknologi yang semakin


berkembang. Kurikulum merdeka memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar
lebih aktif dan menantang dengan mengkolaborasikan berbagai media teknologi dan
kecakapan di abad 21. Kurikulum merdeka memberikan peluang bagi siswa untuk
mengoptimalkan potensi yang ada, sehingga yang dibutuhkan adalah fasilitas
penunjangnya. Hal tersebut ditujukkan untuk mempertajam daya kreativitas dan berpikir
kritis dari siswa. Namun dibalik berbagai manfaat dari kurikulum Merdeka, kurikulum
Merdeka juga tidak terlepas dari beberapa problem yang dapat mempengaruhi proses
belajar siswa. Kurikulum sendiri mendapatkan posisi yang sangat krusial sebagai panduan
utama dalam semua proses pembelajaran. Baik atau tidaknya suatu kurikulum pendidikan
memberikan pengaruh yang besar terhadap keberlanjutan dari pendidikan juga.
Perubahan kurikulum yang terjadi setiap waktu tentu saja memberikan dampak yang
beragam terhadap keberlanjutan pembelajaran di sekolah (Warsihna et al., 2023).

Bagi siswa pelaksanaan kurikulum Merdeka tidak hanya menghasilkan dampak


positif namun juga menjadi tantangan tersendiri bagi siswa penerapan kurikulum
merdeka ini juga memunculkan dampak negatif hadirnya kebingungan bagi siswa dalam
melaksanakan proses belajarnya, karena siswa harus mencari sumber lain, siswa
belum terbiasa mandiri dan masih bergantung pada materi yang sudah ada di buku.
Selain itu, kurikulum merdeka memiliki corak pembelajaran yang dilakukan dengan
banyak nya aktivitas pembelajaran di kelas sehingga siswa harus menyerap banyak
bentuk pembelajaran, banyak nya aktivitas yang beragam dalam proses pembelajaran dan
harus mencari sumber sendiri tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan siswa
justru merasa kesulitan, jenuh, malas bahkan lupa akan apa yang dipelajari selama proses
belajar (Mawati & Arifudin, 2023)

Kondisi banyaknya aktivitas pembelajaran yang dilakukan secara mandiri dan


berganti – ganti serta kebingungan karena belum terbiasa dengan konsep kurikulum
Merdeka justru dapat berpotensi menyebabkan seorang siswa menjadi lupa akan apa yang
dipelajari selama proses berlangsung, sebagaimana teori psikologi Pendidikan
menjelaskan bahwa fenomena lupa dalam proses belajar siswa dapat terjadi karena
adanya hal baru yang dipelajari yang mendorong ingatan akan hal lama yang dipelajari
cenderung hilang atau keluar dari ingatan dan menjadi lupa, aktivitas beragam dalam
proses kurikulum Merdeka yang berganti – ganti serta tuntutan siswa untuk terus
berinovasi dan mandiri mencari bahan pembelajaran sendiri dapat memungkinkan
hadirnya dampak negative Dimana siswa tidak benar – benar paham akan apa yang
mereka pelajari dan jenis kegiatan pembelajaran yang beragam justru dapat mendesak
informasi yang tersimpan dalam ingatan siswa dan memperbesar terjadinya potensi lupa
pada siswa.

TINJAUAN PUSTAKA (Jika Ada)


Tinjauan pustaka yang relevan dan pengembangan hipotesis (jika ada) dimasukkan
dalam bagian ini. [Times New Roman, 12, normal, spasi 1,5].

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, karena


penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara sistematis terkait
dengan fenomena lupa dalam belajar pada pelaksanaan kurikulum Merdeka dalam
perspektif psikologi Pendidikan. Penelitian yang dilakukan dalam Menyusun penelitian
ini adalah jenis penelitian kepustakaan Menurut Kaelan bahwa dalam penelitian
kepustakaan juga kadang deskriptif dan memiliki ciri historis (Anam et al., 2020).

Sebagai penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan Teknik


pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan buku, jurnal
secara bertahap untuk memudahkan dalam penelitian dengan menggunakan data-data
dari berbagai referensi baik primer maupun sekunder, data-data tersebut dikumpulkan
dengan teknik dokumentasi, yaitu dengan jalan membaca (textreading), mengkaji,
mempelajari, dan mencatat literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas
dalam tulisan ini. Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan teknik reduksi
data, triangulasi dan penarikan kesimpulan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lupa Belajar Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, setiap orang
yang ada di Indonesia berhak mendapatkan pelayanan pendidikan. Pendidikan menjadi
jalan mengubah nasib bangsa yang tertinggal menjadi bangsa yang maju. potensi setiap
manusia dapat berkembang melalui kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau pihak swasta. pendidikan dikatakan sebuah proses kehidupan untuk
mengembangkan segenap potensi individu untuk dapat hidup dan mampu
melangsungkan kehidupan secara utuh sehingga menjadi manusia yang terdidik, baik
secara kognitif, afektif, maupun psikomotor, Pendidikan memiliki andil besar dalam
mempersiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan
mampu bersaing dalam tataran global. Dalam Pendidikan terdapat proses pembelajaran
atau proses belajar yang berlangsung yang dilakukan oleh siswa serta pendidik untuk
melakukan kegiatan pembelajaran transfer ilmu dari tenaga didik kepada siswa. Proses
belajar pertama dilaksanakan di lingkungan keluarga, kemudian di lingkungan sekolah,
dan terakhir di lingkungan masyarakat. Proses pembelajaran di lingkungan keluarga
merupakan pendidikan pertama dan utama dalam pendidikan seorang anak. Selanjutnya,
sekolah menjadi tempat kedua bagi anak untuk melaksanakan aktivitas belajar. Seorang
anak berinteraksi dengan guru dalam pembelajaran (Mawati & Arifudin, 2023).

Proses belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses
internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan
ranah psikomotorik. Dalam perspektif psikologi pendidikan, belajar adalah merupakan
proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dalam perspektif psikologi belajar
merupakan proses dasar dari perkembangan hidup anak didik dalam rangka melakukan
perubahan-perubahan kualitatif dengan tujuan agar tingkah lakunya berkembang. Semua
aktivitas dan prestasi hidup anak didik lain adalah hasil dari belajar. Belajar bukan hanya
sekedar pengalaman, belajar adalah suatu proses, bukan suatu hasil. Belajar adalah suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar
adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman. belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia
atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut. Jadi, dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh
pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
Belajar dalam sudut pandang psikologi Pendidikan dapat dipahami sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Nisdawati, 2015).

Proses belajar yang dilakukan oleh manusia tidak bisa dilepaskan dari pembahasan
mengenai memori. Memori sendiri menjadi tempat menyimpan dan pemeliharaan segala
hal yang telah dipelajari oleh manusia sepanjang masa. Dengan memori manusia. juga
dapat melanjutkan progresivitas dalam memperoleh informasi-informasi baru dan dapat
menyikap hakikat-hakikat baru. Memori dapat memberikan manusia kemampuan untuk
dapat mengingat dan menyimpan suatu hal atau suatu informasi, selain itu manusia juga
bisa mengungkapkan kembali informasi tersebut. Dalam psikologi Pendidikan, memori
menjadi bentuk kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan dan memproduksikan kesan-
kesan. Berbicara terkait proses belajar maka tidak dapat lepas dari memori yang bertugas
mengatur semua informasi yang diperoleh melalui proses belajar, maka dalam hal ini
sangat erat dengan ilmu psikologi kognitif dan Pendidikan, Dimana dalam sudut pandang
psikologi Pendidikan dan kognitif proses pengolahan manusia akan suatu informasi yang
diperoleh melalui proses belajar secara singkat akan diterima, diolah dan disimpan dalam
memori dan melewati 3 tahapan proses utama yakni Perekaman, penyimpanan dan
pemanggilan (Saputri, 2023).

Menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem
akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam
subsistem akal permanen kita. akan tetapi kenyataan yang kita alami terasa bertolak
belakang dengan teori itu. Apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar diingat
kembali dan mudah terlupakan. Teori pemrosesan informasi ini merupakan teori kognitif
tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali
pengetahuan dari otak menjelaskan betapapun kuatnya ingatan seseorang pada suatu
waktu kemudian ingatan itu akan mengalami suatu proses lupa. manusia tidak mampu
mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga otak tidak memungkinkan
semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan berangsur-angsur
akan menghilang (Sandi & Neviyarni, 2021).

Mudah lupa adalah fenomena yang paling banyak dialami oleh sebagian besar siswa.
Keadaan lupa merupakan keadaan pikiran yang tidak lagi dapat mengingat sesuatu yang
sebelumnya telah diketahui. Lupa merupakan bagian dari proses kerja memori manusia
dalam kehidupan. Berbagai rekaman pengalaman hidup yang disimpan dengan benar di
memori terkadang tidak dapat dipulihkan dengan benar ke dalam rekaman sebelumnya
yang disebabkan oleh banyak faktor (Fatah et al., 2021). Dalam perspektif psikologi
belajar dan Pendidikan fenomena dalam belajar yang dialami oleh siswa lebih ditekankan
pada memori karena informasi yang kita peroleh tidak dapat kita ingat kembali (Arlotas
& Mustika, 2019). Dalam pandangan psikologi Pendidikan lupa dalam belajar yang
dialami siswa setelah memperoleh informasi melalui proses pembelajaran lebih
menekankan pada ketidakmampuan siswa mengenal atau mengingat apa yang telah
dipelajari atau dialami setelah proses belajar berlangsung, lupa dalam proses belajar
dalam sudut pandang psikologi bukan berarti seorang siswa berada pada kondisi
kehilangan item informasi yang telah dipelajari selama proses belajar atau kehilangan
pengetahuan atas apa yang dipelajari, namun lebih pada ketidakmampuan memori otak
untuk mengungkapkan atau memanggil keluar ingatan akan suatu hal yang telah siswa
pelajari dalam kurun waktu tertentu.

Lupa dalam proses belajar dalam sudut pandang psikologi Pendidikan dapat memiliki
dua wujud atau jenis lupa yang berbeda yakni lupa hilang, sebuah kondisi Dimana
sebuah fenomena hilangnya informasi yang diperoleh siswa dari proses belajar dari
ingatan jangka pendek yang dapat terjadi karena adanya gangguan atau karena waktu.
Sebuah kondisi hilangnya informasi dari hasil yang diperoleh selama belajar yang
disebabkan karena melemahnya informasi yang didapat yang ada pada otak karena
usangnya waktu hingga menyebabkan informasi yang ada pada penyimpanan jangka
pendek benar – benar hilang tidak berbekas dan lenyap. Yang kedua adalah lupa ingat,
lupa-lupa ingat adalah kondisi tidak lupa, tidak ingat benar; (masa samar, tetapi kurang
pasti) ; agak lupa. Dalam sudut pandang psikologi Pendidikan fenomena lupa dalam
siswa dalam belajar merupakan fenomena yang terjadi karena adanya faktor yang
mempengaruhi seperti faktor adanya konflik antara item informasi atau materi pelajaran
yang ada di sistem memori siswa, konflik item informasi yang tersimpan dalam memori
otak siswa ini dapat terjadi dan menyebabkan seorang siswa lupa apabila terjadi
gangguan proaktif Dimana siswa mengalami kondisi mempelajari suatu pelajaran atau
ilmu yang mirip denga napa yang telah dipelajari sebelumnya hingga menyebabkan
kebingungan, sehingga kondisi ini menyebabkan ilmu atau Pelajaran baru yang dipelajari
akan mudah hilang dari ingatan atau menjadi lupa. Kedua adalah konflik dapat terjadi
dan menyebabkan lupa jika terjadi gangguan retroactive interference gangguan
ketidakmampuan pemanggilan ilmu yang sudah lama dipelajari karena kehadiran adanya
ilmu baru yang dipelajari, selanjutnya kondisi lupa dalam belajar dapat dilatarbelakangi
oleh waktu antara waktu mengingat kembali materi dan waktu mempelajari. Terakhir pa
dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau
dihafalkan siswa dan karena adanya perubahan syaraf otak (Anam et al., 2020).

Dalam teori psikologi Pendidikan fenomena lupa pada seseorang dilandasi oleh
beberapa hal yang melatarbelakangi, dalam teori psikologi Pendidikan, yakni teori decay
seseorang termasuk siswa dapat menjadi lupa akan apa yang mereka pelajari karena apa
yang mereka pelajari terlalu lama mereka simpan dalam otak dan memori dan tidak
digunakan lagi dalam waktu yang lama. Kondisi lupa pada siswa juga dapat terjadi
menurut teori interferensi teori karena kondisi Dimana seseorang atau siswa memperoleh
Pelajaran atau pengetahuan baru yang mirip atau serupa dengan apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya, sehingga informasi yang mereka dapat dalam proses belajar yang
telah tersimpan lama akan terganggu oleh informasi baru yang diperoleh. Teori lain yang
menjelaskan kemungkinan fenomena lupa pada proses belajar pada siswa juga dapat
terjadi oleh kondisi informasi yang distorted, Dimana seorang siswa dapat mengalami
kesulitan dalam mengingat bukan lupa karena informasi atau ingatan muncul dalam
bentuk distorted. Namun dalam ilmu psikologi Pendidikan fenomena lupa dalam proses
belajar pada siswa juga dapat terjadi karena informasi yang didapat selama proses
belajar menjadi hilang karena memang sengaja dilupakan, karena menimbulkan dampak
negatif ketika mengingatnya (Arlotas & Mustika, 2019).

Belajar adalah aktivitas yang melibatkan berbagai unsur psikologis siswa yang sangat
kompleks, segala aktivitas belajar yang dilakukan seorang siswa selalu melibatkan
ingatan jika seorang siswa tidak dapat mengingat apapun mengenai pengalamannya
maka dia tidak dapat belajar sebagai kegiatan yang melibatkan unsur psikologis dan
mengandalkan ingatan maka proses dan aktivitas belajar tidak dapat dipisahkan dari
fenomena lupa, Lupa lebih bermakna psikologis, apapun dimana terjadinya pada saat
sederhana lupa dapat diartikan sebagai keadaan dimana terjadinya proses penghapusan
informasi yang mengakibatkan jejak-jejak ingatan hilang atau menjadi kabur (info jarang
digunakan lagi) dalam sudut pandang psikologi Pendidikan lupa pada seorang siswa
adalah ketidakmampuan siswa untuk menggali atau memanggil kembali informasi yang
didapat selama proses belajar namun informasi itu tidak hilang yang mana fenomena
tersebut dapat dilatarbelakangi oleh terlalu lamanya informasi tersimpan dan tidak
digunakan atau terjadinya benturan antara informasi lama dengan baru yang mirip yang
menyebabkan informasi lama terdesak keluar tergantikan oleh informasi baru karena
adanya kesamaan sehingga menjadi lupa, hingga tidak didapatnya rangsangan oleh siswa
untuk memunculkan lagi apa yang telah mereka pelajari hingga karena adanya kerusakan
otak yang menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis memori (Restian, 2020).
Lupa Dalam Belajar Pada Kurikulum Merdeka Menurut Perspektif Psikologi
pendidikan

Pendidikan tidak dapat dilaksanakan tanpa kurikulum. kurikulum menjadi bagian


integral dari proses pendidikan. Sederhananya, kurikulum menjadi pedoman dalam
pelaksanaan pendidikan. Dikatakan demikian, karena kurikulum menjadi dasar
pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Sudah barang tentu, tidak ada proses
pembelajaran tanpa kurikulum. Kurikulum merupakan alat yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan sehingga bisa dikatakan bahwa kurikulum merupakan
rujukan bagi proses pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut,
kurikulum tentu tidak dapat dipandang sebelah mata yang hanya bentuk dokumen semata
melainkan sebagai alat dan acuan tempat para pelaksana pendidikan untuk melaksanakan
proses pembelajaran dan mencapai tujuan pendidikan nasional (Mawati & Arifudin,
2023). Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka merupakan bentuk reformasi
yang dilakukan dalam pembelajaran di Indonesia mulai dari jenjang pendidikan
prasekolah hingga pendidikan tinggi. Kurikulum merdeka belajar merupakan sebuah
kebijakan yang dibuat oleh menteri pendidikan nadiem makarim dalam rangka
menyambut perubahan dan kemajuan bangsa sehingga mampu menghasilkan generasi
yang dapat bersaing dengan perubahan zaman. Indonesia dalam mewujudkan sistem
pendidikan dan strategi pendidikan yang bersaing dan mampu menghasilkan generasi
yang dapat beradaptasi dengan perubahan zaman telah mengalami beberapa penyesuaian
dan perubahan.

Merdeka belajar bertujuan untuk mening-katkan kompetensi lulusan, baik soft skill
maupun hard skill, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan
lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan memiliki kepribadian
untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skill maupun hard skill, agar lebih
siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, mempersiapkan lulusan sebagai pemimpin
masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian, namun dibalik banyaknya
keunggulan yang ditawarkan pelaksanaan pergantian kurikulum lama ke kurikulum
merdeka belajar tidak luput dari permasalahan, pada siswa perubahan kurikulum lama ke
kurikulum merdeka menuntut siswa untuk secara aktif dan mandiri dalam proses belajar
sehingga siswa dalam melakukan proses belajar seringkali membutuhkan waktu yang
lebih lama serta usaha yang lebih banyak, hal ini tentu dapat menjadi permasalahan jika
siswa yang melakukan pembelajaran dengan kurikulum merdeka mengalami
keterbatasan seperti kesulitan belajar termasuk didalamnya kesulitan mengingat, lupa
dan jenuh serta disabilitas. Kurikulum merdeka memiliki beban pembelajaran yang
tinggi dengan corak pembelajaran yang aktif dan berubah – ubah dengan berbagai cara,
hal ini memngkinkan seorang siswa dapat mengalami lupa atau tidak mampu memanggil
kembali informasi yang didapat karena tingginya beban belajar dan cepat serta
beragamnya bentuk pembelajaran di kurikulum merdeka (Bahri, 2023).

Perubahan kurikulum yang terjadi setiap waktu tentu saja memberikan dampak yang
beragam terhadap keberlanjutan pembelajaran di sekolah. Bagi siswa pelaksanaan
kurikulum Merdeka tidak hanya menghasilkan dampak positif namun juga menjadi
tantangan tersendiri bagi siswa penerapan kurikulum merdeka ini juga memunculkan
dampak negatif hadirnya kebingungan bagi siswa dalam melaksanakan proses
belajarnya, karena siswa harus mencari sumber lain, siswa belum terbiasa mandiri
dan masih bergantung pada materi yang sudah ada di buku. Selain itu, kurikulum
merdeka memiliki corak pembelajaran yang dilakukan dengan banyak nya aktivitas
pembelajaran di kelas sehingga siswa harus menyerap banyak bentuk pembelajaran,
banyak nya aktivitas yang beragam dalam proses pembelajaran dan harus mencari
sumber sendiri tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan siswa justru merasa
kesulitan, jenuh, malas bahkan lupa akan apa yang dipelajari selama proses belajar
(Mawati & Arifudin, 2023).

Melihat pola belajar kurikulum merdeka yang memiliki corak dimana siswa
dihadapkan pada beban belajar yang tinggi dan dituntut untuk selalu aktif dan
membutuhkan waktu yang lama dan usaha yang banyak yang dilakukan dengan corak
aktivitas yang banyak dalam proses pelaksanaan pembelajarannya, hal ini dapat
menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar berupa lupa atau tidak mampu
menyampaikan kembali atau mengingat apa yang mereka pelajari, karena pola
pembelajaran yang banyak dan beragam dimana dalam sudut pandang psikologi
pendidikan, fenomena lupa pada siswa dalam pelaksanaan kurikulum merdeka ini dapat
dijelaskan melalui teori Interferensi. Kegiatan atau aktivitas yang berubah – ubah dan
sangat beragam dalam proses pembelajaran dapat menyebabkan lupa sebagaimana
dijelaskan dalam teori Interferensi kegiatan lain yang sangat beragam yang dilakukan
seorang siswa dalam proses belajarnya akan menyebabkan informasi yang telah
tersimpan dapat dilupakan. Kegiatan Baru yang dilakukan oleh siswa tersebut dapat
mengganggu /mencampuri (interference), tau menghambat (inhibition) pengingatan
informasi yang telah tersimpan. ada dua sumber interferensi, yaitu interferensi retroaktif
(retroactive interference) dan interferensiproaktif (proactive interference). Interferensi
retroaktif menunjukkan bahwa memori tentang informasi yang telah dipelajari
terdahulu akan diganggu oleh informasi yang baru saja dipelajari. Sedangkan
interferensi proaktif menunjukkan bahwa informasi yang telah dipelajari terdahulu
akan mengganggu memori tentang informasi yang baru saja dipelajari (Pudjono,
2015).

Aktivitas pembelajaran pertama dengan kurikulum merdeka dapat terganggu dengan


aktivitas pembelajaran lain, mengingat pembelajaran kurikulum merdeka memiliki
aktivitas pembelajaran yang beragam dalam pelaksanaannya, misalnya aktivitas belajar
mata pelajaran berhitung dalam kurikulum merdeka dapat hilang dan diganggu oleh
aktivitas pelajaran seni yang dilakukan dalam pelaksanaan kurikulum merdeka,
beragamnya aktivitas dan jenis pembelajaran dalam kurikulum merdeka akan
memperlebar potensi suatu informasi yang telah disimpan dan diserap dalam proses
pembelajaran sebelumnya menjadi hilang digantikan oleh mata pelajaran baru atau
aktivitas belajar baru. Dalam kurikulum merdeka corak pembelajaran yang menuntut
siswa untuk dapat lebih aktif membuat proses belajar kurikulum merdeka menjadi lebih
lama dan membutuhkan lebih banyak waktu, dalam psikologi pendidikan lamanya waktu
yang diperlukan dalam proses pembelajaran kurikulum merdeka dapat menyebabkan
siswa mengalami lupa dalam sudut pandang teori pemudaran.

Teori pemudaran menyatakan bahwa informasi yang disimpan akan semakin


melemah sehingga informasi itu akan sulit diambil kembali dari
tempat penyimpanan dan bahkan akan hilang seiring dengan waktu yang berjalan
jika informasi tersebut tidak digunakan (Pudjono, 2015).

Lupa didefinisikan sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang


pernah dipelajari atau dialami. Dalam hal lupa, item informasi dan pengetahuan yang
tersimpan di dalam ingatan tidak hilang (masih ada) tetapi hanya disebabkan lemahnya
item tersebut untuk ditimbulkan kembali (Nofindra, 2019). Lupa merupakan bagian dari
proses kerja memori manusia dalam kehidupan. Berbagai rekaman pengalaman hidup
yang disimpan dengan benar di memori terkadang tidak dapat dipulihkan dengan benar
ke dalam rekaman sebelumnya yang disebabkan oleh banyak faktor (Fattah et al., 2021).

Fenomena lupa dalam proses pembelajaran kurikulum merdeka pada siswa dalam
sudut pandang psikologi pendidikan terjadi lebih pada informasi yang tersimpan yang
didapat pada proses pembelajaran sebelumnya terganggu oleh informasi lainnya,
misalnya karena informasi tersebut mirip dengan informasi yang akan diingat (Arlotas &
Mustika, 2019). Hal ini karena kurikulum merdeka menekankan kebebasan dalam proses
pembelajaran dimana siswa ditntut aktif, melakukan eksplorasi dalam banyak hal dan
melakukan banyak jenis aktivitas pembelajaran yang berubah – ubah kondisi ini
memungkinkan siswa yang belajar dengan sistem kurikulum merdeka dapat mengalami
gangguan informasi oleh adanya informasi baru yang didapat.

Teori Interferensi berpendapat bahwa sebagian materi-materi pengetahuan


kemungkinan dapat menghambat pengingatan atas materi-materi pengetahuan lainnya.
Informasi yang sudah disimpan seseorang dalam memorinya akan terganggu dengan
informasi yang baru saja diperoleh. Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran dapat
dimaknai bahwa, materi-materi yang sudah dipelajari atau diperoleh siswa terdahulu
akan terganggu dengan adanya materi-materi baru yang dipelajarinya atau diperolehnya
atau sebaliknya informasi yang baru saja di pelajari akan mengganggu memori informasi
yang sudah dipelajari terdahulu. Dalam teori Interferensi ingatan atau informasi baru
didapatkan akan menjadi penyebab hilangnya atau terhapusnya ingatan sebelumnya,
artinya informasi baru dapat menjadi pengganggu pada pemanggilan kembali informasi
lama yang sudah tersimpan. Hilang atau memudarnya ingatan seseorang karena ada
variabel yang melatarbelakangi

Selain itu, terjadinya lupa dalam teori interferensi ini disebabkan karena adanya
kegiatan lain, kegiatan tersebut akan mencampur atau mengganggu atau menghambat
pengingatan informasi yang telah tersimpan. dalam teori Interferensi ini menyatakan
bahwa penyebab lupa yang paling utama adalah mengingat hal - hal lain atau melakukan
kegiatan lain dapat mengganggu proses mengingat. Hal ini menjelaskan bahwa kegiatan
pembelajaran dalam kurikulum merdeka yang beragam dapat menjadi pemicu terjadinya
fenomena lupa dalam belajar pada siswa sebagaimana teori menjelaskan kegiatan lain
yang beragam akan bercampur atau mengganggu atau menghambat pengingatan
informasi yang telah tersimpan.

Otak memiliki kemampuan menangani logaritma rumit secara bersamaan dalam


jumlah tak terbatas, jauh melebihi kemampuan teknologi canggih sekalipun. Tapi
sayangnya, manusia tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut,
sehingga otak tidak memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan
sempurna, melainkan berangsur-angsur akan menghilang. Fenomena lupa karena adanya
aktivitas baru dalam pembelajaran atau corak dan pengetahuan baru dalam pembelajaran
sebagaimana kurikulum merdeka yang memiliki corak pembelajaran secara flexibel
dengan aktivitas beragam sebagaimana dijelaskan dalam teori interferensi Retroaktif dan
Proaktif Inhibition lupa dapat terjadi karena Faktor faktor tertentu seperti detik yang
mempengaruhi ingatan yang dalam paradigma retroaktif inhibition adalah derajat, tingkat
pembelajaran yang asli yaitu sedang belajar pada tugas awal. Faktor terkait yakni derajat
tingkat pembelajaran dari tugas interpolasi, Persamaan antara kedua tugas, hingga Faktor
kontekstual.

Lupa menjadi hal wajar yang dialami oleh manusia, fenomena ini menjadi fitrah
manusia dalam kehidupannya. Namun, dalam suatu proses pembelajaran yang menuntut
peserta didik untuk memahami, mengingat dan menguasai suatu materi, maka lupa
menjadi bentuk masalah atau kesulitan belajar yang tentunya harus dituntaskan,
walaupun sebenarnya fenomena lupa ini menjadi hal yang tidak asing lagi dalam belajar
(Istiqamah, 2021). Mempelajari mengenai faktor penyebab lupa ini penting dilakukan
dalam rangka menentukan strategi atau upaya untuk meminimalisirnya. Begitu pun
dalam proses pembelajaran, Upaya untuk meminimalisir kelupaan ini penting dilakukan
untuk mendukung keberhasilan pembelajaran (Saputri, 2023).

KESIMPULAN
Proses belajar yang dilakukan oleh manusia tidak bisa dilepaskan dari pembahasan
mengenai memori. Dalam psikologi Pendidikan, memori menjadi bentuk kekuatan jiwa
untuk menerima, menyimpan dan memproduksikan kesan-kesan. Berbicara terkait
proses belajar maka tidak dapat lepas dari memori yang bertugas mengatur semua
informasi yang diperoleh melalui proses belajar. Mudah lupa adalah fenomena yang
paling banyak dialami oleh sebagian besar siswa. Dalam perspektif psikologi belajar
dan Pendidikan fenomena dalam belajar yang dialami oleh siswa lebih ditekankan pada
memori karena informasi yang kita peroleh tidak dapat kita ingat kembali Perubahan
kurikulum yang terjadi setiap waktu tentu saja memberikan dampak yang beragam
terhadap keberlanjutan pembelajaran tidak hanya berdampak positif dilaksanakannya
perubahan kurikulum merdeka juga berdampak negatif berupa menyebabkan
kebingungan bagi siswa dalam melaksanakan proses belajarnya, Selain itu, kurikulum
merdeka memiliki corak pembelajaran yang dilakukan dengan banyak nya aktivitas
pembelajaran di kelas sehingga siswa harus menyerap banyak bentuk pembelajaran,
banyak nya aktivitas yang beragam dalam proses pembelajaran dan harus mencari
sumber sendiri tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan siswa justru merasa
kesulitan, jenuh, malas bahkan lupa.
Fenomena lupa yang dalam pelaksanaan pembelajaran dengan kurikulum merdeka
yang memiliki jenis aktivitas yang berubah – ubah dan beragam dalam psikologi
pendidikan tergolong dalam fenomena lupa karena adanya kegiatan lain, kegiatan
tersebut akan mencampur atau mengganggu atau menghambat pengingatan informasi
yang telah tersimpan. Dan termasuk dalam teori interferensi dimana proses lupa dalam
belajar disebabkan yang paling utama adalah karena mengingat hal-hal lain atau
melakukan kegiatan lain dapat mengganggu proses mengingat. Siswa yang melakukan
proses belajar dengan kurikulum merdeka dapat mengalami lupa karena kegiatan lain
yang sangat beragam yang dilakukan seorang siswa dalam proses belajar dengan
kurikulum merdeka menyebabkan informasi yang telah tersimpan dapat dilupakan.
Kegiatan Baru yang dilakukan oleh siswa tersebut dapat mengganggu /mencampuri
(interference), atau menghambat (inhibition) pengingatan informasi yang telah
tersimpan.

DAFTAR PUSTAKA
Anam, S., Fitriyani, N., & Yunisah, M. F. H. (2020). Lupa, Jenuh, Dan Kesulitan Dalam
Belajar. At-Turots: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1).
Arlotas, R. K., & Mustika, R. (2019). Lupa, Dalam Perspektif Psikologi Belajar Dan Islam.
Psyche: Jurnal Psikologi.
Arma. (2015). Ingat Dan Lupa Menurut Al-Qur’an. Jurnal Al-Fath, 9(2).
Astaman. (2020). Hakikat Belajar Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan. Iais Sambas,
Vi(1).
Bahri, Moh. S. (2023). Problematika Evaluasi Pembelajaran Dalam Mencapai Tujuan
Pendidikan Di Masa Merdeka Belajar. Jiip - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 6(4),
2871–2880. Https://Doi.Org/10.54371/Jiip.V6i4.1954
Fatah, Moh., Suud, F. M., & Chaer, Moh. T. (2021). Jenis-Jenis Kesulitan Belajar Dan
Faktor Penyebabnya Sebuah Kajian Komperehensif Pada Siswa Smk
Muhammadiyah Tegal. Psycho Idea, 19(1).
Istiqamah, & Ichsan. (2021). Masalah Lupa, Kejenuhan Dan Kesulitan Siswa Serta
Mengatasinya Dalam Pembelajaran Di Mi/Sd. Limas Pgmi : Jurnal Pendidikan
Dasar Islam, 1(2).
Juita, D., & Yusmaridi, M. (2021). The Concept Of “Merdeka Belajar” In The Perspective
Of Humanistic Learning Theory. Spektrum Jurnal Pendidikan Luar Sekolah (Pls),
9(1).
Mawati, A. T., & Arifudin, O. (2023). Dampak Pergantian Kurikulum Pendidikan Terhadap
Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Primary Edu (Jpe), 1(1).
Mawati, A. T., & Arifudin, O. (2023). Dampak Pergantian Kurikulum Pendidikan Terhadap
Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Primary Edu (Jpe), 1(1).
Mudjiran. (2021). Psikologi Pendidikan. Prenada Media.
Nidawati. (2015). Belajar Dalam Perspektif Psikologi Dan Agama. Jurnal Pionir, 1(1).
Nofindra, R. (2019). Ingatan, Lupa, Dan Transfer Dalam Belajar Dan Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Rokania, Iv(I).
Pudjono, M. (2015). Teori‐Teori Kelupaan. Buletin Psikologi, 16(2).
Restian, A. (2020). Psikologi Pendidikan Teori Dan Aplikasi. Umm Press.
Sandi, A., & Neviyarni, N. (2021). Ingatan Ii: Pengorganisasian,Lupa Dan Model-Model
Ingatan. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 115–123.
Https://Doi.Org/10.31004/Edukatif.V3i1.191
Saputri, S. N. (2023). Fenomena Lupa Dalam Hafalan Kitab Santriwati (Berdasarkan
Tinjauanteori Decay Dan Teori Interferensi). 11(1).
Warsihna, J., Ramdani, Z., Amri, A., Kembara, M. D., Steviano, I., Anas, Z., & Anggraena,
Y. (2023). Tantangan Dan Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka Pada
Jenjang Sd: Sebuah Temuan Multi-Perspektif. Kwangsan: Jurnal Teknologi
Pendidikan, 11(1), 296. Https://Doi.Org/10.31800/Jtp.Kw.V11n1.P296--311
Zhou Ye. (2016). On Forgetting Phenomenon In English Vocabulary Memorizing Of
Vocational College Students In Leshan City, Sichuan, China. Us-China Foreign
Language, 14(11). Https://Doi.Org/10.17265/1539-8080/2016.11.00

You might also like