You are on page 1of 14

‫‪KHUTBAH JUMAT‬‬

‫)‪DMDI (DEWAN MASJID DIGITAL INDONESIA‬‬


‫‪https://seruanmasjid.com‬‬
‫‪Versi Bahasa Indonesia‬‬

‫‪KEKUASAAN HARUSNYA UNTUK‬‬


‫‪ISLAM‬‬

‫‪KHUTBAH PERTAMA‬‬

‫َّ ساْ تْ سَُت ع ِّع‪ َ ,‬ستْ تَُهُه‪ ,‬تََت سَْ ت عِيُهُه‪,‬‬ ‫ِ‬
‫َِ َ ت سَُه عُْتا‪,‬‬‫ُ هُ ع‬ ‫اّع عِ سْ ه‬ ‫تََت سَْ ت سْ عُ هُُه‪ ,‬تََتِهوُه عِ ِ‬
‫ض ِّ ْتُه‪,‬‬ ‫له فتات هِ ع‬ ‫ِ َ ت سْ تَا عُْتا تِ سْ َت سْ عُ عُ ِ‬‫َ عيَّتا ع‬
‫تَ ت‬
‫َ ْتُه‪ َ,‬ت سُ تُْه َ ت سّ ات اعْتُت‬ ‫ض عِ سّ فتات تَا عِ ت‬ ‫تَ تِ سْ َه س‬
‫ُ تْاِتَ ت تِ سْ هَ تو‬ ‫اعاِ له تَ سُْتُه تاُ عتَُ تسَ ْتُه‪ ،‬ت‬
‫تَي رسُ َِِتا مِا تََ ت سْ ت‬
‫ْ هْ َت عَُيا‪.‬‬
‫َ سوْهُه‬‫ْ سُْهُه تَ تِ ه‬‫َ عيُّتَتا ِ تْ َُِما ت‬ ‫تََ ت سُ تُْه َ ت ِّ ت‬
‫ص عْييا‪.‬‬
‫اِا تَ ت‬ ‫اِ عِ عِْت م‬ ‫ُ عِ ساْ تَ تَ ع‬ ‫ِ ه‬‫ساْ هََ ِ ع‬
‫اّ‬‫َ عيّ عَُتا هِ تْ َِ دُ تِ ت‬ ‫ِْتى ت‬ ‫َ عِّ سْ ت‬
‫ِ عّّ تَ ت‬ ‫اتِِْ هْ ِْ فت ت‬
‫ِْتى‬ ‫َ سوام َت عْييا‪ ،‬تَ ت‬ ‫اّ تِ ه‬ ‫صاِعَت ساْ تو سْ عُ تَ تِ ت‬ ‫ت‬
‫ص سْ عْ عُ اِْ عَِ تسْ َه سْ عُْه سو تّ عَ سَات تِ هْ سْ تَْت سْ‬ ‫آ عْ عُ تَ ت‬
‫ُ سيَما فت عَُيا‪ َ ،‬ت ِِا ِت سُِه‪ ،‬فتيتا َتَي تْا‬ ‫َت سُِتِه سوا ت‬
‫ص سيُع سْ َت سُ عْ سْ‬ ‫اِ هُ سَ تّ تِ عْ تَ هَ هْ له‪ ،‬ا ه سَ ع‬ ‫ساْ تْ ع‬
‫‪ َ.‬عََِا هِ سْ عَِ ت سَ توى لع‪ ،‬فتَت سُ فتاَت ساْ هَََِه سو تّ‬ ‫ت‬
‫َتا تَ له َتِتاْتى ‪:‬‬
‫َ َِا ت سَ عُ سُْع سْ‬ ‫ص سُ د‬‫ِ ا ت سِ عَ سُِع سْ هِ سُ تَ تّ ع‬ ‫تََه سّ ِِ ّ ع‬
‫َ سِ طُٰما‬‫اِْت سّ عّْ سْ عِ سْ ُِْه سَ تَ ه‬ ‫َ َِ س‬ ‫ص سُ د‬ ‫هِ سْ تُ تَ ع‬
‫ِي مسُا‬‫َِ ع‬
‫‪Katakanlah (Nabi Muhammad), “Ya Tuhanku, masukkan aku (ke‬‬
‫‪tempat dan keadaan apa saja) dengan cara yang benar,‬‬
‫‪keluarkan (pula) aku dengan cara yang benar, dan berikanlah‬‬
‫‪kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(-ku).‬‬
‫‪(QS Al-Isra’ [17]: 80).‬‬
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Islam adalah agama sempurna, mengatur seluruh kehidupan
manuasia, tanpa terkecuali, mari kita tengok yang terjadi hari ini,
dan kita tampakkan bagaimana islam memandang persoalan
yang saat ini kita hadapi, Hari-hari ini kita menyaksikan para
calon presiden berlomba tebar pesona untuk memikat hati
rakyat. Semuanya ingin menang dan berambisi menjadi
penguasa. Kadang-kadang kita menyaksikan caranya tidak
terpuji, alias tercela, baik itu Calonnya, ataupun Timses dan
buzzer pendukungnya.

Padahal, jauh-jauh hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam


telah mengingatkan umatnya agar berhati-hati terhadap ambisi
berkuasa ini. Beliau bersabda:

‫يُ َتُتا تًِم‬


‫ِ ه‬‫ََ ت ع‬
‫اِ عَ تَ ت‬ ‫صوّت تِْتى ع‬
‫اإ تِ ت‬ ‫ََ ت سْ عُ ه‬ ‫عََِ هَ سْ ت‬
ًِ‫تَ تْ سْ تَُ م َت سو تِ ساْ عَيتا ت‬
Sungguh kalian akan berambisi terhadap kekuasaan, sementara
kekuasaan itu berpotensi menjadi penyesalan dan kerugian pada
Hari Kiamat (HR al-Bukhari).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan kaum


Muslim akan bahaya hubb ar-ri’aasah (cinta kekuasaan). Apalagi
jika kekuasaan itu ternyata diraih dengan jalan manipulasi dan
rekayasa. Di antara bahaya tersebut adalah bisa mendatangkan
kerusakan pada agama para pelakunya. Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:

ِ ‫اّ َ ه سِ عَ تا فعْ تَُ دتْ عَِ ت سف ت‬


‫ُْت ْت تْا عِ سْ عْ سُ ع‬ ‫تِا عُِسْت ع‬
‫اّ تْاِعِت ع‬
‫ع‬ ُ‫ِ عْ عَُُع‬ ِ ْ‫اْ تَ سُ عِ تِْتى اْ تَا عَ تَا‬
‫ّ تُ ع‬
Dua ekor serigala yang dilepas kepada seekor domba tidak lebih
berbahaya bagi domba itu dibandingkan dengan ketamakan
seseorang terhadap harta dan kedudukan dalam merusak
agamanya (HR at-Tirmidzi).

Olehnya tampak, kita saksikan berulang setiap pemilu, demi


jabatan dan kekuasaan, tak sedikit orang menghalalkan segala
cara. Aturan direkayasa, politik uang (money politic), menipu
rakyat dengan pencitraan, dan sebagainya.

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,


Kekuasaan hakikatnya adalah amanah. Amanah kekuasaan ini
bisa menjadi beban pemangkunya di dunia sekaligus bisa
mendatangkan siksa bagi dirinya di akhirat. Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:

‫ تََتا عُْ ه تْا تِْت ر‬،‫ تََتا عَي تْا َتُتا تًِر‬،‫اِ عَ تِا تًِر‬
‫اِ عِْت‬ ‫َ ت َِ هَ ع‬
‫اإ تِ ت‬
‫ عَا تِ سْ تِ عْ تْ تَ تُْتَ ت‬،ً‫ِلع َت سو تِ ساْ عَيتا تِ ع‬
Kepemimpinan itu awalnya bisa mendatangkan cacian, kedua
bisa berubah menjadi penyesalan dan ketiga bisa mengundang
azab dari Allah pada Hari Kiamat; kecuali orang yang
memimpin dengan kasih sayang dan adil (HR ath-Thabarani).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan dalam


hadis tersebut bahwa hanya para pemimpin yang punya sifat
kasih sayang dan adil yang akan selamat di hadapan Pengadilan
Allah di akhirat kelak.

Sikap kasih sayang pemimpin ditunjukkan dengan upayanya


untuk selalu memudahkan urusan rakyat, menggembirakan
mereka dan tidak menakut-nakuti mereka dengan kekuatan
aparat dan hukum.

Adapun sikap adil pemimpin ditunjukkan dengan


kesungguhannya menegakkan syariah Islam. Sebab, tidak ada
keadilan tanpa penerapan dan penegakan syariah Islam. Karena
itulah siapapun yang bakal menjadi penguasa, lalu saat berkuasa
tidak menjalankan pemerintahannya berdasarkan syariah Islam,
maka dia berpotensi menjadi penguasa yang zalim dan fasik.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ِ‫ه ط‬
‫ت‬ ‫ظ‬ ‫تَ تِ سْ ِْ سْ َت سْ هَ سْ عِ تَا ا ا ت سََت تَ ظ‬
ّ‫له فتاَْ ىٕ تَ هَ هْ اّْ عِ هَ سو‬
Siapa saja yang tidak memerintah dengan apa yang telah Allah
turunkan (yakni al-Quran) maka mereka itulah kaum yang zalim
(TQS al-Maidah [5]: 45).

ِ‫ه ط‬
‫ت‬ ‫ه‬ ‫ط‬ ‫س‬ ‫تَ تِ سْ ِْ سْ َت سْ هَ سْ عِ تَا ا ا ت سََت تَ ظ‬
ّ‫له فتاَْ ىٕ تَ هَ هْ اُْ عَْ سو‬
Siapa saja yang tidak memerintah dengan apa yang telah Allah
turunkan (yakni al-Quran) maka mereka itulah kaum yang fasik
(TQS al-Maidah [5]: 47).

Karena itulah, kaum Muslim diperintahkan oleh Allah


subhanahu wa ta’ala agar memberikan amanah—terutama
amanah kekuasaan—kepada orang yang benar-benar layak.

Tentu layak berdasarkan kategori-kategori syariah. Di antara


bukti kelayakannya adalah memiliki sifat adil, yakni mau
menegakkan syariah Islam atas dirinya dan rakyatnya). Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:

ْ‫ِ اع ط اْى ا ت سَ عِ تْ اا تَاعُتا تْ تَ سََ ه س‬


‫لت َتَ س هِ هُ هِ سْ ا ت سّ َ ه تؤِيَا ساات طِ طُ ع‬
‫اع ِّ ظ‬
‫ِتيسْت اُِْ عاِ ات سّ َت سْ هَ هَ سوا عِ ساِْت سَُ ع‬
Sungguh Allah menyuruh kalian memberikan amanah kepada
orang yang berhak menerima amanah tersebut, juga (menyuruh
kalian) jika menetapkan hukum di antara manusia agar kalian
berlaku adil (TQS an-Nisa’ [4]: 58).

Berkaitan dengan ayat di atas, Imam ath-Thabari, dalam Tafsîr


ath-Thabarî, menukil perkataan Ali bin Abi Thalib ra.,
“Kewajiban pemimpin/penguasa adalah berhukum dengan
hukum yang telah Allah turunkan dan menunaikan amanah. Jika
ia telah melaksanakan hal itu maka orang-orang wajib
mendengarkan dan mentaati dia, juga memenuhi seruannya jika
mereka diseru…”

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,


Ketahuilah, kekuasaan itu tidaklah haram. Bahkan dalam Islam
kekuasaan amatlah penting. Kekuasaan itu amat dibutuhkan
demi kemaslahatan agama dan umat.

Begitu pentingnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun


berharap dapat meraih kekuasaan. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman:

‫ِي مسُا‬
‫ع‬ ِ َ ‫ا‬‫م‬ ُٰ‫ط‬ ِ‫َ س‬
‫اِْت سّ عّْ سْ عِ سْ ُِْه سَ تَ ه‬
‫َِ س‬
Berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong
(TQS al-Isra’ [17]: 80).
Berkaitan dengan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir, mengutip
Qatadah, menyatakan: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam amat
menyadari bahwa beliau tidak memiliki daya untuk menegakkan
agama ini kecuali dengan kekuasaan. Karena itulah beliau
meminta kekuasaan agar bisa menolong Kitabullah, menegakkan
hudud Allah, menjalankan berbagai kefardhuan-Nya dan
menegakkan agama-Nya (Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-Azhîm,
hlm. 1134).

Kekuasaan juga harus dibangun di atas pondasi agama, yakni


Islam, dan ditujukan untuk menjaga Islam dan syariahnya serta
memelihara urusan umat. Imam al-Ghazali menyatakan, “Agama
adalah pondasi, sedangkan kekuasaan adalah penjaganya. Apa
saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur dan apa saja yang
tidak memiliki penjaga akan lenyap.” (Al-Ghazali, Al-Iqtishaad fii
al-I’tiqaad, hlm. 199).

Imam al-Mawardi juga mengatakan, “Berdasarkan dua hal ini


(menjaga urusan dunia dan urusan agama) wajib mengangkat
Imam/Khalifah agar menjadi penguasa saat ini, pemimpin umat,
bertujuan agar agama terpelihara dengan kekuasannya, dan
kekuasaan berjalan di atas ajaran-ajaran agama dan hukum-
hukumnya.” (Al-Mawardi, Adab ad-Dunyâ’ wa ad-Dîn, hlm.
220).
Dengan demikian kekuasaan harus diorientasikan untuk
melayani Islam dan kaum Muslim. Bukan yang lain. Yang ingin
berpedoman kepada ALquran dan Sunnah, bukan kepada
mereka yang berpedoman kekuasaan ala barat.

Kedepannya, kaum muslimin akan mendapati zaman yang benar


benar tidak berpihak kepada kaum muslimin. Dalam hadits fase
kehidupan ummat, Kita sedang berada di fase mulkan
jabariyyatan (kediktatoran), “Akan datang kepada manusia tahun-
tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan
sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya
sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat.”..
untuk masa-masa seperti ini, Nabi telah sampaikan kepada kita, dalam
H.R. At Thabrani, diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal r.a.

Saya mendengar Rasululah SAW bersabda:


“Sesungguhnya roda pengilingan Islam terus berputar, maka hendaklah
kalian berputar bersama kitab Allah kemanapun ia berputar. Ketahuilah,
sesungguhnya al-Qur’an akan berpisah dengan kekuasaan, maka
janganlah kalian memisahkan diri dari Al-Qur’an.Ketahuilah,
sesungguhnya akan datang kepada kalian para penguasa yang
memutuskan perkara untuk kepentingan diri mereka sendiri dan tidak
memutuskannya untuk kepentingan kalian. Jika kalian tidak menaati
mereka, niscaya mereka akan membunuh kalian. Namun jika kalian
menaati mereka, niscaya mereka akan menyesatkan kalian.”
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang harus kami
lakukan?”

Beliau SAW menjawab, “Lakukanlah sebagaimana hal yang dilakukan


oleh para pengikut setia nabi Isa bin Maryam. Mereka digergaji dengan
gergaji besir dan disalib di atas sebatang kayu. Mati di atas ketaatan
kepada Allah lebih baik daripada hidup dalam kemaksiatan kepada
Allah.”

Walhasil, bagi umat islam, kekuasaan adalah untuk mengurusi ummat,


dengan adil dan berdasarkan syariat islam, dan itu hanya bisa terwujud,
jika aturan dan sistem islam diterapkan. Kelak Pemimpin seperti inilah
yang layak dipilih oleh umat islam.

[]

،ْ‫آّ اسِْت عّي عس‬


‫اِ تَ ل عْْ تَْت هَ سْ فعى اسَْه سُ ع‬ ‫ِت ت‬
ُ‫ِ تَاْ عِّ سِ ع‬ ‫تََتُتِت عُْ تَ عََِا هِ سْ عِ تَا عف سي عُ عِ تْ ساَْتا ع‬
‫ساْ تْ عَ عيْ تََتَتِْ تّ له عُِِا تَ عِ سُ هَ سْ َعات تََتُه تَ عََُِه‬
‫ تََتَه سو هَ َت سو عْْ تَِتا‬،ْ‫ْ عَ سي هُ اِْت عِ سي ه‬
ِ ْ‫هَ تو ا‬
ِ ِ‫فتَ سََ ت سْ عُ هُ لت اِْت عّي تسْ عََُِه هَ تو اْْتُه سو ه‬
ْ‫اُْ عْيس‬
‫‪KHUTBAH II‬‬

‫ِى‬
‫ت‬ ‫ْ‬
‫ت‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ت‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫ه‬ ‫س‬
‫َ‬ ‫ي‬
‫ّ‬ ‫اْ‬ ‫َ‬‫ت‬ ‫ُ‬
‫ع‬ ‫َ‬
‫ع‬ ‫ا‬ ‫ْ‬
‫ت‬ ‫ْ‬ ‫س‬ ‫َ‬
‫ع‬ ‫ِى‬
‫ت‬ ‫ْ‬
‫ت‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ُ‬‫َ‬ ‫س‬ ‫ْ‬‫ت‬ ‫س‬
‫ْ‬ ‫ات‬
‫َ ت سو عف سي عَ عُ تَاع سِ عَُتا عَ عُ‪ .‬تََ ت سُ تُْه َ ت سّ ات اعْتُت عَاِ له‬
‫َ عيُّتَتا‬ ‫َّ ت‬ ‫تَله تَ سُْتُه ات ُ عتَُ تسَ ْتُه تََ ت سُ تُْه ِ‬
‫َْى‬
‫ت‬ ‫ى‬ ‫ْ‬
‫ع‬ ‫ا‬‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫اْ‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ه‬ ‫ْ سُْهُه تَ تِ ه‬
‫َ سوْ‬ ‫هِ تْ َُِما ت‬
‫َ عيّ عَُتا هِ تْ َِ دُ‬ ‫ِْتى ت‬ ‫ص عّّ ت‬ ‫ِ تواَع عُ‪ .‬اِْ هْ ِْ ت‬ ‫عِ س‬
‫َ عِّ سْ َ ت سْ عِ سي مَا عُِي مسُا‬ ‫ص تْا عِ عُ تَ ت‬ ‫ِْتى ا ت عْ عُ تََ ت س‬ ‫عَ ت‬
‫اِ اعََِهولت عف سي تَا َ ت تِ تُ‬ ‫َ ت ِِا ِت سُِه فتيا ت اتَي تْا اُِْ ه‬
‫ْ َِا َت تْى تَا سِْت هَ سوا َ ت ِّ لت َ ت تِ تُ هِ سْ‬ ‫تَا سََ ت هْ سوا ت‬
‫عَِ ت سِ دُ ِتُتَ ت عف سي عُ عُِت سُ عْ عُ تََتـُتى عِ تَل عِ تَ عَ عُ‬
‫ْ عّْ تْ عً عَِه سُ عَ عُ تََتا تَ َتِاتْتى عَ ِّ لت‬ ‫ساْ هَ ت‬
‫ِى اُِْ عْى َآ اتَي تْا اِْ عَِ تسْ‬ ‫ت‬ ‫ْ‬
‫ت‬ ‫ّ‬
‫ت‬ ‫و‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ِِ‬ ‫تَ تِل عِ تََتُه َه ت‬
‫َ عِّ هَ سوا َ ت سْ عِ سي مَا‪ .‬اِْ هْ ِْ‬ ‫ِْت سي عُ تَ ت‬ ‫صِي سوا ت‬ ‫آ تُِه سوا ت‬
‫صِِى له ت‬
‫ِْت سي عُ‬ ‫َ عيّ عَُتا هِ تْ َِ دُ ت‬ ‫ِْتى ت‬ ‫ص عّّ ت‬ ‫ت‬
‫ِْتى ا ت سَ عْيآِع تَ‬ ‫َ عيّ عَُا ت هِ تْ َِ دُ تَ ت‬‫ِْتى آ عَ ت‬ ‫َ عِّ سْ تَ ت‬‫تَ ت‬
‫َ اِّْ هْ ِْ‬ ‫اِ ت‬ ‫َ عِ تَ تَ تِل عِ تَ عً اسْ هََت ُِ عِي تسْ تَ س‬ ‫تَ هِ ه‬
‫ْ تَُ‬ ‫اُْا عُ عَُ تسْ َ ت عِى ِت سَ دُ تَ ه‬ ‫اِ ِ‬ ‫ْ عْ اسْ هِْتُت ع‬ ‫ت‬
‫ِ تْاِت عً‬ ‫ْ سْ ِت عَيِ عً اْ ِ‬ ‫ِْْ تَ ت‬ ‫ُْس تَاّ تَ ت‬ ‫تَ ه‬
‫اّ‬
‫ْ د‬ ‫تَاَِْا عِ عِي تسْ تََتا عِ عِْ اَِْا عِ عِي تسْ ْت هْ سْ عِا سعْ ت‬
‫ُِْا تِِت هْ سْ عِ تُ سْ تََع تَ‬ ‫َ ت‬ ‫اِ ت‬ ‫اعْتى َت سو عِ اْ عَُّ عسْ تَ س‬
‫اْ عَي تسْ‬ ‫َتا َ ت سِ تْ تْ ِ‬
‫اُْ ع‬

‫اتِْ هْ ِْ ا سَ عُ سُ عْ سِ هَؤس عُِعي تسْ تَاسْ هَؤس عُِتا ع‬


‫ِ‬
‫ِ اتات سْيآِ عِ سُ هْ سْ‬ ‫تَاسْ هَ سْ عِ عَي تسْ تَاسْ هَ سْ عِ تَا ع‬
‫ِ اِْ هْ ِْ َ ت عْ َِ اس عإ سَات تِ تَاسْ هَ سْ عِ عَي تسْ‬ ‫تَاسات سِ توا ع‬
‫ِ سُ عْْتاِت تَ‬ ‫ّ سُ تَ تَاسْ هَ سّ عُ عِي تسْ تَا سَ ه‬ ‫تََ ت عُ َِ اْ ع ّ‬
‫اَِه سَ‬ ‫ِ تُ اْ عَُّ تسْ تَ س‬ ‫ِ سُ تِ سْ َت ت‬ ‫اسْ هَ تو ع ّْ عَُ تسْ تَا سَ ه‬
‫تِ سْ تَِت تَ اسْ هَ سْ عِ عَي تسْ تَ ِت ع ِّ سُ َ ت سُْتا تِ اْ عَُّ عسْ‬
‫تَا سْ عّ تِ عِ تَا عَ تَ عَْتى َت سو عِ اْ عَُّ عسْ‪ .‬اِْ هْ ِْ ا سِفت سُ‬
‫اَْات عَ تَ تَاس عَْ تْ تْ‬ ‫ُِْا اسْْتات تِ تَاس تْوِتا تِ تَ ِ‬ ‫ت‬
‫َ تْ تُ عِ سُ تْا تَ تِا‬ ‫َ سو تِ اسْ عَُسُت عً تَاس عَْ تْ تْ تِا ت‬ ‫تَ ه‬
‫َاِع عُ‬ ‫صًم تَ ت‬ ‫ْ سْ ِتِت عَُتا اع سَُهََع سي عْيِا َآ ِ‬ ‫ٰ تْ ت‬ ‫ِت ت‬
‫ِ اسِْتاْت عَي تسْ‪.‬‬ ‫اّ اسْ هَ سْ عِ عَي تسْ ْآ ًِِم َتا تِ ِ‬ ‫اسْْه ع‬
‫ت‬ ‫ُ‬ ‫س‬
‫ِ‬
‫ُْتًم تَفعى اس ع‬
‫َْ تَُع‬ ‫تُِِِتا آَعُا ت فعى اُْي سَيتا تْ ت‬
‫ُْتا‬‫َِت سَُتا ا ت سَُه ت‬‫اِ‪ .‬تُِِِتا ت‬ ‫ِْت ت‬
‫اِ اُِْ ع‬ ‫ُْتًم تَ عَُتا ت‬ ‫تْ ت‬
‫اَّ ْت سْ َ ت سْ عُ سُ ْتُتا تََ ت سُ تْ سَُتا ْتُت هَ سوَ ِتْ عِ تْ‬
‫تَ س‬
‫اسْْتا عَ عَُ تسْ‪.‬‬
‫اّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬‫س‬ ‫إ‬ ‫س‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬‫ْ‬‫س‬
‫عْْتاِتلع ! عَ ِّ لت َتَ ه ه ع ت ع ت ع ت ع‬
‫س‬ ‫ا‬ ‫ِ‬ ‫ُ‬ ‫ِ‬ ‫س‬
‫ْ عْ اسُْت سْ ع‬
‫ّآِ‬ ‫ِى تََت سُ تْى ت‬ ‫ت‬ ‫ُ‬ ‫س‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫ْ‬‫س‬ ‫سَآِ عَُ ا‬
‫تَ عََ ع‬
‫ّ هَ سْ ْتِتِِ هَ سْ َتِت ِِ هُ سَ تّ‬‫تَاسْ هَ سُ تَ عُ تَاسْْت سْْ َت عِ ه‬
‫تَا سُ هِ هَُا لت اسِْت عّي تسْ َت سِ هِ سُ هِ سْ تَا سُ هَ هُ سَُه‬
‫ِى َعِت عَ عُ َت عَ سِ هِ سْ تَْت عِ سِ هُ لع َ ت سِْت سُ‬
‫ْ ت‬ ‫ت‬

You might also like