You are on page 1of 10

JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA : KAJIAN HASIL PENELITIAN KIMIA

VOLUME 5, NOMOR 2, 2018

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES


TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PALEMBANG

Nika Rosa Agustina, Fuad Abd. Rachman, dan Effendi


Universitas Sriwijaya
E-mail: nika_nra@yahoo.co.id

Abstract : This research aims to improve the learning process in order to improve
student learning outcomes in chemistry subject by applying learning model Teams
Games Tournament (TGT) in class X MIA 2 SMA Negeri 10 Palembang. The
methods that used in this observation is classroom action research that is carried
out in three cycles, each cycle consisting of two meetings. Techniques of data
collecting use the observation sheet and final testing cycle. Observation sheet was
used to determine the activity of students and the test to determine student
learning outcomes. Based on research, gained mastery learning outcomes of
students increased from 45% before treatment (T0) to 55% in the first cycle (T1),
72.5% in the second cycle (T2) and 87.5% in the third cycle. Average student
activity within the group at the first cycle of 53.43%, 57.18% for the second cycle
and the third cycle of 64.47%. Average student learning outcomes at the first
cycle of 70,55 , 72,125 for the second cycle and the third cycle of 74,6. Results of
research by applying the learning model Teams Games Tournament (TGT) can
improve student learning outcomes in chemistry subject shown on the
T3>T2>T1>T0. Based on these results, the researchers suggest to teachers who
have the same problem in learning can apply learning model Teams Games
Tournament (TGT).

Keywords: Models Of Learning, TGT, Learning Result.

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran agar


dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia dengan
menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) di kelas X
MIA 2 SMA Negeri 10 Palembang. Penelitian ini menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus
terdiri dari dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar
observasi dan tes akhir siklus. Lembar observation digunakan untuk mengetahui
keaktifan siswa dan tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Berdasarkan penelitian, diperoleh ketuntasan hasil belajar siswa yang meningkat
dari 45% sebelum tindakan (T0) menjadi 55% pada siklus I (T1), 72,5% pada
siklus II (T2) dan 87,5% pada siklus III. Rata-rata keaktifan siswa dalam
kelompok pada siklus I sebesar 53,43%, siklus II sebesar 57,18% dan pada siklus
III sebesar 64,47%. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 70,55 ,
siklus II sebesar 72,125 dan pada siklus III sebesar 74,6. Hasil penelitian dengan
menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia ditunjukkan dari
T3>T2>T1>T0. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan kepada
guru yang mempunyai masalah yang sama dalam pembelajaran dapat menerapkan
model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT).

Kata kunci: Model Pembelajaran, TGT, Hasil belajar

137
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA : KAJIAN HASIL PENELITIAN KIMIA
VOLUME 5, NOMOR 2, 2018

PENDAHULUAN bahan-bahan pembelajaran, dan


Pendidikan adalah salah satu yang membimbing pembelajaran di kelas.
sangat penting bagi kehidupan yang dapat Kegiatan pelaksanaan pembelajaran
meningkatkan kualitas sumber daya merupakan upaya guru dalam membantu
manusia. Untuk meningkatkan kualitas siswa memperoleh pengetahuan yang
pendidikan dapat dilakukan dengan bermanfaat. Keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang baik, belajar dapat diamati dari hasil prestasi
siswa tersebut. Dalam hal ini guru
meningkatkan kualitas pendidik,
memiliki peran dan tanggung jawab
pengadaan sumber belajar serta hal-hal
dalam mengorganisasikan kelas. Dalam
lain yang dapat meningkatkan kualitas
mengorganisasikan kelas guru harus
pendidikan. Meningkatkan kualitas hasil mempersiapkan beberapa persiapan agar
pembelajaran juga dapat dilakukan dalam mengorganisaskan kelas dapat
dengan cara penerapan model menghasilkan kelas yang lebih bermutu
pembelajaran yang efektif dan lebih (Rusman, 2014:131)
membuat hasil pembelajaran meningkat. Berdasarkan observasi dalam proses
Guru merupakan salah satu unsur pembelajaran ditemukan permasalahan
yang dapat meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran yaitu banyak
pendidikan yang harus memiliki sikap siswa kurang aktif pada saat
profesional. Guru yang profesional harus pembelajaran dan cenderung menjadi
memiliki kompetensi dalam bidangnya. pasif serta model pembelajaran yang
Berdasarkan standar kompetensi yang digunakan guru belum bervariasi
harus dimiliki oleh guru menurut sehingga membuat siswa merasa jenuh.
peraturan Menteri Pendidikan Nasional Pembelajaran yang kurang baik dapat
yang menyebutkan guru harus memiliki 4 mempengaruhi proses belajar siswa dan
kompetensi guru profesional yaitu dampaknya akan kurang baik pula
pertama guru harus memiliki kompetensi terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan
pedagogik dimana kemampuan seorang observasi menunjukkan di kelas SMA
guru dalam memahami karakteristik Negeri 10 Palembang diperoleh kriteria
siswa. Kedua kompetensi kepribadian ketuntasan minimal (KKM) untuk
merupakan kemampuan personal yang pelajaran kimia adalah 72. Berdasarkan
harus mencerminkan sikap baik, hasil observasi bahwa hasil belajar siswa
berwibawa serta akhlak mulia untuk rata-rata masih rendah yaitu 45%. Hal ini
menjadi contoh yang baik. Ketiga dapat dilihat dari hasil nilai ulangan
kompetensi profesional dimana guru harian siswa. Sedangkan standar
dituntut untuk menguasai materi ketuntasan belajar perorangan adalah
pembelajaran secara luas dan mendalam. siswa mendapatkan nilai ≥72 dan secara
Keempat kompetensi sosial merupakan klasikal pembelajaran dikatakan tuntas
kompetensi dalam bersosialisasi atau jika 85% siswa mendapat nilai diatas st
berkomunikasi yang baik terhadap siswa, andar. Selain nilai ulangan harian yang
rekan kerja, wali serta masyarakat. rendah, siswa juga kadang-kadang tidak
Joyce dan Weil mengemukakan memperhatikan materi yang dijelaskan
bahwa model pembelajaran adalah suatu oleh guru. Hal ini disebabkan karena
rencana atau pola yang dapat digunakan proses pembelajaran yang terasa monoton
untuk membentuk kurikulum, merancang dan menimbulkan kejenuhan bagi siswa.
138
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA : KAJIAN HASIL PENELITIAN KIMIA
VOLUME 5, NOMOR 2, 2018

Agar hasil belajar siswa dapat mempunyai keberanian untuk


mencapai keberhasilan maka guru dapat menyampaikan ide pengetahuannya,
mengatasi permasalahan tersebut dengan belajar memecahkan masalah, dan
melakukan perubahan terhadap model mendiskusikan masalah pelajaran. Selain
mengajar, dimana model yang digunakan itu waktu kegiatan belajar mengajar lebih
selama ini adalah ceramah yang berpusat singkat dan keaktifan siswa lebih optimal
pada guru. Untuk itulah maka diperlukan karena didalam TGT proses
sebuah model yang dapat mengatasi pembelajarannya bervariasi yaitu ada
permasalahan tersebut yakni model yang tahap pesentasi, diskusi dan permainan
mudah dipahami, menyenangkan, dan yang mudah divariasikan dengan
menarik perhatian siswa untuk menggali berbagai media pembelajaran seperti
sumber belajar lebih jauh yaitu dengan komik, VCD, teka–teki silang, roda
model pembelajaran kooperatif. Menurut impian, kartu bridge, dan lain-lain
Ria (2009) model pembelajaran (Zuliyani, 2010).
kooperatif merupakan salah satu model Berdasarkan hasil penelitian yang
pembelajaran yang diaharapkan dapat pernah dilakukan, penerapan model
memotivasi siswa dalam meningkatkan pembelajaran kooperatif tipe TGT ini
keaktifan dan hasil belajar. Model telah berhasil diterapkan oleh mahasiswa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu Program Studi Pendidikan Kimia dengan
model pengajaran dimana siswa belajar judul penelitian “ Peningkatan Keaktifan
dalam kelompok-kelompok kecil yang dan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui
memiliki tingkat kemampuan berbeda. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Dalam menyelesaikan tugas kelompok, TGT (Teams Games Tournament) di
setiap anggota kelompok saling bekerja Kelas XI SMA Negeri 1 Palembang”.
sama dan membantu dalam memahami Ternyata hasil yang didapat dari
suatu bahan pembelajaran. Belajar dalam penelitian ini adalah keaktifan dan hasil
kelompok lebih baik dilakukan daripada belajar siswa meningkat dengan
belajar sendiri-sendiri karena dalam diterapkannya model pembelajaran
kelompok siswa dapat saling membantu tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik
dalam memahami apa yang mereka memilih model pembelajaran kooperatif
pelajari. Dalam kelompok, siswa yang tipe TGT untuk meningkatkan keaktifan
sudah paham akan membantu temannya dan hasil belajar kimia siswa.
yang belum paham, sehingga pada model Berdasarkan uraian di atas maka
pembelajaran kooperatif ini interaksi peneliti melakukan penelitian dengan
yang terjadi tidak hanya antara guru judul “Penerapan Model Pembelajaran
dengan siswa saja tetapi juga antara siswa Kooperatif Tipe Teams Games
dengan siswa yang lainnya. Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan
Pada penelitian ini model Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA
pembelajaran yang digunakan adalah tipe Negeri 10 Palembang”.
Teams Games Tournament (TGT). Model
pembelajaran TGT adalah salah satu METODE PENELITIAN
model dalam pembelajaran kooperatif. Penelitian ini adalah Penelitian
Model pembelajaran TGT mendorong Tindakan Kelas (PTK) dengan
siswa untuk aktif mengkonstruksi menggunakan model pembelajaran
pengetahuannya, menerapkan dan kooperatif tipe TGT. Dalam penelitian ini
139
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA : KAJIAN HASIL PENELITIAN KIMIA
VOLUME 5, NOMOR 2, 2018

terdiri dari 3 siklus, setiap siklus terdiri Guru menerapkan sintak model
dari 4 tahap kegiatan yaitu perencanaan, pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam
tindakan, observasi, refleksi. Siklus I dan proses pembelajaran sebagai berikut:
siklus II membahas materi tentang ikatan
kimia dan siklus III membahas materi Kegiatan Awal
tentang bentuk molekul. Tahap-tahap Penyajian kelas
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.  Guru membuka pelajaran dengan
Siklus I salam
Perencanaan  Guru menginformasikan tujuan,
Pada tahap ini langkah-langkah yang metode, dan penilaian yang
dilakukan adalah: diterapkan pada kegiatan
a. Menentukan pokok bahasan pembelajaran materi
yang akan dibahas pada setiap  Guru menyampaikan apersepsi
pertemuan untuk penelitian  Guru menjelaskan materi
b. Menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Kegiatan Inti
(RPP) tentang materi yang Belajar dalam kelompok
akan dipelajari yaitu materi  Guru membagi siswa dalam
kimia dengan menggunakan kelompok masing-masing
model pembelajaran kelompok terdiri dari 5 orang
kooperatif tipe TGT. siswa
c. Membuat lembar observasi  Guru memberikan LKPD sebagai
aktivitas siswa untuk melihat bahan diskusi
bagaimana keadaan siswa  Guru meminta peserta didik untuk
pada saat berlangsungnya diskusi
proses belajar mengajar  Guru membimbing diskusi
d. Menyiapkan Lembar Kerja  Guru meminta salah satu anggota
Peserta Didik (LKPD) yang kelompok untuk
disesuaikan dengan pokok mempresentasikan hasil diskusi
bahasan/ sub pokok bahasan  Guru memberikan kesempatan
yang akan disampaikan kepada kelompok lain untuk
e. Menyiapkan media menanggapi presentasi kelompok
pembelajaran berupa kartu-  Guru mengoreksi presentasi siswa
kartu soal dan kartu-kartu Games Tournament
penilaian untuk pelaksanaan  Guru mengelompokkan siswa
turnamen yang mewakili kelompoknya ke
f. Membuat soal-soal yang akan masing-masing meja turnamen
diturnamenkan  Guru menjelaskan aturan
g. Membuat soal-soal tes untuk permainan
menilai hasil belajar siswa.  Guru mengawasi jalannya
permainan
Pelaksanaan  Setiap anggota kelompok masing-
Kegiatan dalam tahapan ini adalah masing ke meja turnamen yang
melaksanakan proses belajar mengajar sudah ditentukan
yang telah diterapkan sesuai rencana.  Dalam satu meja turnamen, setiap
140
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA : KAJIAN HASIL PENELITIAN KIMIA
VOLUME 5, NOMOR 2, 2018

pemain menentukan dulu yang diperoleh kelompok


pembaca soal dan pemain pertama  Guru memberikan penghargaan
dengan cara undian kepada kelompok berdasarkan
 Pemain pertama mengocok pencapaian skor rata-rata dalam
tumpukkan kartu lalu mengambil satu kelompok
satu kartu soal dan diberikan pada
pembaca soal Kegiatan Akhir
 Pembaca soal membacakan soal  Guru membimbing siswa untuk
sesuai yang diambil oleh pemain menyimpulkan materi yang telah
 Soal dikerjakan secara mandiri dipelajari
oleh pemain dalam waktu 1 menit  Guru memberitahukan materi
 Setelah waktu yang ditentukan yang akan dibahas pada
selesai, pemain menjawab soal. pertemuan selanjutnya
Jika tidak memberikan jawaban  Menutup pembelajaran dengan
maka dilemparkan ke penantang salam
yang berada disebelahnya
 Pembaca soal membuka kunci Observasi
jawaban dan skor diberikan Pada tahap ini dilaksanakan proses
kepada pemain yang menjawab observasi terhadap pelaksanaan tindakan
benar atau penantang memberikan yaitu dengan menggunakan lembar
jawaban benar observasi yang telah dibuat. Observasi
 Jika pemain dan penantang dilakukan secara terus menerus selama
menjawab salah maka kartu penelitian untuk melihat hasil aktivitas
dibiarkan saja/ dikembalikan lagi siswa terhadap tindakan yang dilakukan.
 Posisi pemain diputar searah
jarum jam agar setiap pemain Refleksi
dalam satu meja dapat berperan Setelah melakukan observasi terhadap
sebagai pembaca soal, pemain dan tindakan dan evaluasi dari hasil belajar
penantang dilakukan tahap refleksi. Tahap ini
 Pembaca soal hanya bertugas merupakan kegiatan menganalisa hasil
membaca soal dan membuka pengamatan selama proses pembelajaran
kunci jawaban, tidak boleh ikut pada tiap siklus berlangsung. Tahap ini
menjawab atau memberikan bertujuan untuk mengetahui kelemahan-
jawaban pada peserta lain kelemahan dari tindakan yang telah
 Setelah kartu selesai dijawab, dilakukan. Hasil dari refleksi ini untuk
setiap pemain dalam satu meja mengetahui apakah tindakan yang
menghitung jumlah kartu yang diberikan sudah mencapai hasil yang
diperoleh dan menghitung poin diharapkan atau belum. Hasil analisa
yang diperoleh pada siklus I menjadi refleksi untuk
 Setiap pemain kembali dalam memperbaiki perencanaan pada siklus
kelompok masing-masing untuk berikutnya.
menjumlahkan poin yang
diperoleh kelompok
Penghargaan Kelompok
 Guru membantu menghitung skor
141
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA : KAJIAN HASIL PENELITIAN KIMIA
VOLUME 5, NOMOR 2, 2018

HASIL DAN PEMBAHASAN peningkatan walaupun masih sangat jauh


untuk mencapai ketuntasan belajar yaitu
Tabel 1 Hasil Belajar Siswa 85%.
Sebelum Tindakan (T0) Tabel 3 Hasil Belajar Siswa
Persen Rata Setelah Tindakan (T2)
Jumlah Ketun Persen- Rata-
Nilai -tase -rata
siswa -tasan Jumlah Ketun-
(%) Nilai Nilai tase rata
Tunta siswa tasan
≥ 72 18 45% (%) Nilai
s
67,9
Tidak ≥ 72 29 72,5% Tuntas
5
< 72 22 55% Tunta
s Tidak 72,12
< 72 11 27,5%
Jumlah 40 100% Tuntas

Pada tabel menunjukkan bahwa Jumlah 40 100%


ketuntasan belajar hasil belajar kimia
siswa masih rendah yaitu dari 40 siswa
Dari Tabel 3 dapat dilihat jumlah
hanya 18 orang yang mendapat nilai ≥ 72
siswa yang mendapat nilai ≥ 72 ada 29
atau 45% siswa dinyatakan tuntas. Hal ini
orang siswa yang telah mencapai
belum mencapai ketuntasan belajar secara
ketuntasan belajar artinya terjadi
klasikal yaitu 85%. Oleh sebab itu,
penambahan 7 orang siswa yang
dilakukan perbaikan agar hasil belajar
mencapai ketuntasan belajar, dan secara
siswa meningkat.
klasikal ketuntasan belajar siswa pada
Tabel 2 Hasil Belajar Siswa
siklus II adalah 72,5%. Dapat dilihat
Setelah Tindakan (T1)
terjadi peningkatan persentase ketuntasan
Persen- Rata-
Jumlah Ketun- belajar sebesar 17,5% dari siklus I.
Nilai tase rata Sehingga diperoleh hasil bahwa T2> T1.
siswa tasan
(%) Nilai Namun demikian hasil tes belajar siklus
II sebesar 72,5% belum mencapai
≥ 72 22 55% Tuntas ketuntasan klasikal sebesar 85%.
Tidak 70,55 Tabel 4 Hasil Belajar Siswa
< 72 18 45% Setelah Tindakan (T3)
Tuntas
Persen- Rata-
Jumlah 40 100% Jumlah Ketun-
Nilai tase rata
siswa tasan
(%) Nilai
Dari data hasil belajar pada Tabel 2
≥ 72 35 87,5% Tuntas
dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat
nilai ≥72 sebanyak 22 orang dengan Tidak 74,60
< 72 5 12,5%
persentase ketuntasan 55%. Hal ini Tuntas
berarti tingkat ketuntasan belajar kimia
siswa masih rendah. Tetapi bila Jumlah 40 100%
dibandingkan dengan data sebelum
tindakan dimana hanya 18 orang siswa Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa
yang mendapat nilai ≥72 berarti ada hasil belajar siswa mengalami
142
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA : KAJIAN HASIL PENELITIAN KIMIA
VOLUME 5, NOMOR 2, 2018

peningkatan dari siklus II dengan bertanya. Kemudian guru


persentase siswa yang tuntas belajar mengkondisikan siswa dalam kelompok-
sebesar 87,5% atau sebanyak 35 orang kelompok kecil untuk berdiskusi,
siswa yang dinyatakan tuntas belajar pada kemudian guru meminta siswa
siklus III. Secara klasikal, kelas ini telah mempersentasikan hasil pekerjaannya.
dinyatakan tuntas belajar, karena telah Persentase keaktifan siswa yang
memenuhi syarat. diperoleh dari analisis lembar observasi
Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan, pada siklus I adalah 53,43%. Berdasarkan
sebelum dilaksanakan siklus I, peneliti tes akhir siklus diperoleh peningkatan
mendapat nilai ulangan harian dan telah terhadap ketuntasan T0 yaitu 45%
melakukan observasi pada kelas yang menjadi 55% dan juga terjadi
akan diberi tindakan. Nilai ulangan harian peningkatan rata-rata hasil belajar dari
siswa menunjukkan skor rata-rata sebesar 67,95menjadi 70,55. Peningkatan ini
67,95 dengan persentase ketuntasan disebabkan karena keterlibatan siswa
belajar mencapai 45%. Data ini secara langsung dalam proses
menujukkan jauh dari ketuntasan hasil pembelajaran.
belajar yang seharusnya 85 %, sehingga Pada siklus I ini terjadi penurunan
akan dilakukan penelitian tindakan kelas persentase keaktifan pada kelompok I
dengan menerapkan model pembelajaran dari 60% ke 56,66%. Hal ini disebabkan
kooperatif tipe Teams Games karena salah satu anggota kelompok
Tournament (TGT). mereka yaitu Rio Aditya terlihat pasif
Pembelajaran dengan model TGT pada hari itu.
ini dilakukan dengan terlegib dahulu guru Dari hasil tes, nilai ketuntasan
menjelaskan materi ang akan dipelajari siswa pada siklus I ini masih jauh dari
pada hari itu kemudian membagi siswa ketuntasan klasikal yaitu 85%. Hal ini
dikelas dalam 8 kelompok beranggotakan disebabkan karena adanya kelemahan-
5orang siswa. Setelah pembentukan kelemahan pada proses pembelajaran.
kelompok siswa dibagikan lembar kerja Siswa belum terbiasa dengan model
peserta didik agar siswa dapat membaca pembelajaran kooperatif tipe Teams
sekaligus memahami materi pada lembar Games Tournament (TGT). Proses
kerja peserta didik, kemudian siswa diskusi belum berjalan dengan baik,
berdiskusi. Hasil dari diskusi kemudian diskusi hanya didominasi oleh beberapa
dipersentasikan untuk melihat keaktifan siswa saja, siswa yang belum mengerti
siswa serta keberanian siswa dalam hanya diam dan mengobrol. Oleh karena
mengemukakan pendapat dan ditanggapi itu perlu adanya perbaikan dalam proses
oleh anggota kelompok yang lain. Setelah pembelajaran selanjutnya.
itu siswa membentuk anggota turnamen Pada siklus II ini merupakan
ke meja-meja turnamen. Ada 5 meja perbaikan dari siklus I. Persentase
turnamen pada setiap meja terdapat 8 keaktifan kelompok pada siklus II ini
orang yang merupakan perwakilan dari mengalami peningkatan pada siklus I
masing-masing kelompok. yaitu 53,43% menjadi 57,18%. Pada
Pada siklus I, guru membimbing siklus II ini tidak semua kelompok
siswa dan menjelaskan materi pelajaran, mengalami peningkatan keaktifan.
guru memberikan kesempatan kepada Kelompok II mengalami penurunan
siswa untuk menjawab pertanyaan dan persentase keaktifan dari 55% ke 50%
143
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA : KAJIAN HASIL PENELITIAN KIMIA
VOLUME 5, NOMOR 2, 2018

dan kelompok VI juga mengalami hanya didominasi oleh siswa-siswa


penurunan persentase keaktifan dari 60% tertentu. Oleh karena itu masih perlunya
ke 51,66%. Hal tersebut dikarenakan perbaikan tindakan untuk siklus
anggota kelompok I Putri terlihat bosan selanjutnya, yaitu guru harus lebih
dan sering melamun begitu juga dengan memotivasi siswa agar terlihat lebih aktif
anggota kelompok VI Annisa yang dalam proses pembelajaran.
kurang sehat. Faktor tersebut berdampak Siklus III dilakukan dengan
juga terhadap hasil belajar siswa, hal ini perbaikan berdasarkan kelemahan pada
ditunjukkan data hasil tes siklus siswa siklus II. Saat diskusi siswa saling
yang menunjukkan penurunan nilai yang memberi tanggapan dan memberi
diperoleh Putri yaitu pada siklus I penjelasan kepada teman yang belum
mendapat nilai 48 menjadi 35 pada siklus mengerti. Saat persentasi berlangsung,
II sedangkan nilai Annisa pada siklus I banyak siswa yang sudah fokus
yaitu 71 menurun menjadi 50 pada siklus memperhatikan teman saat persentasi.
II. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Setelah diskusi selesai, siswa membentuk
yang dikemukakan oleh Uno dan kelompok turnamen. Pada saat turnamen
Muhammad (2011:198) bahwa kondisi siswa sudah berani dan semangat
kesehatan tubuh secara umum menjawab kartu-kartu soal. Berdasarkan
mempengaruhi semangat dan konsentrasi hasil analisa data persentase keaktifan
belajar siswa dalam mengikuti pelajaran. pada siklus III yaitu sebesar 64,47%.
Tubuh yang lemah dapat menurunkan Persentase keaktifan tersebut meningkat
kualitas kognitif siswa, sehingga materi dari siklus I dan siklus II. Rata-rata hasil
yang dipelajari sulit dicerna. belajar siswa sebesar 74,60. Ketuntasan
Ketuntasan hasil belajar siswa hasil belajar siswa pada siklus III yaitu
meningkat dari siklus I yaitu 55% sampai 87,5%. Ketuntasan hasil belajar pada
72,5%. Rata-rata hasil belajar juga siklus III ini sudah mencapai ketuntasan
meningkat dari 70,55 menjadi 72,12. klasikal yaitu 85 % maka penelitian
Peningkatan hasil belajar tersebut dihentikan pada siklus III. Peningkatan
disebabkan karena siswa sudah mulai ketuntasan belajar, rata-rata hasil belajar
terbiasa belajar dengan menggunakan dan keaktifan siswa pada siklus I, siklus
model pembelajaran kooperatif tipe II dan siklus III dapat dilihat pada gambar
Teams Games Tournament (TGT) berikut
sehingga siswa lebih aktif daripada 100
pertemuan sebelumnya. Pada siklus II ini, 80
guru lebih membimbing siswa dalam
60
berdiskusi, guru mendatangi kesetiap
40
kelompok, memberi pengarahan agar
siswa lebih aktif dalam berdiskusi. 20
Interaksi antar siswa dalam diskusi sudah 0
lebih baik dibandingan pada siklus I, Siklus I Siklus II Siklus III
namun masih ada siswa yang belum
Ketuntasan Hasil Belajar
terlibat aktif dalam diskusi. Siswa sudah
terlihat berani mempersentasikan hasil Rata-rata Hasil Belajar
pekerjaannya, namun siswa yang berani Keaktifan Siswa
mempersentasikan pekerjaannya tersebut
144
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA : KAJIAN HASIL PENELITIAN KIMIA
VOLUME 5, NOMOR 2, 2018

Gambar 1 Diagram Batang 57,18% dan pada siklus III persentase


Peningkatan Ketuntasan Belajar, Hasil keaktifan siswa 64,47%. Persentase
Belajar dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal
sebelum diberi tindakan (T0) sebesar
Keaktifan Siswa pada Siklus I (T1), 45%, sedangkan setelah diberikan
Siklus II (T2), dan Siklus III (T3) tindakan pada siklus I (T1) sebesar 55%,
pada siklus II (T2) diperoleh nilai
Penelitian yang telah dilakukan
persentase sebesar 72,5% dan pada siklus
menunjukkan bahwa model pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran III (T3) sebesar 87,5% sehingga
kooperatif tipe Teams Games menunjukkan T3>T2>T1>T0.
Tournament (TGT) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Berdasarkan
DAFTAR PUSTAKA
penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Winarto dan Sukarmin (2012) dalam Anggraeni, Nina., 2012. Penerapan
jurnalnya, menyatakan bahwa penerapan Model Pembelajaran Teams Games
media zuma chemistry game dengan Tournament (TGT) untuk
model kooperatif tipe TGT dapat Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
meningkatkan motivasi dan hasil belajar Belajar
pada materi kimia. Pada penelitian
Purnomosari, Sukardjo dan Martini Anggraini, Ria., 2009. Peningkatan
(2014), menyatakan bahwa penerapan Keaktifan dan Hasil Belajar Kimia
model pembelajaran kooperatif tipe TGT Siswa Melalui Model Pembelajaran
dilengkapi kartu destinasi pada materi Model Pembelajaran Kooperatif
sistem koloid dapat meningkatkan Tipe
kreativitas dan hasil belajar siswa. Dan Arikunto, S., Suhardjono., dan Supardi.,
pada hasil penelitian penerapan model 2014. Penelitian Tindakan
pembelajaran TGT dengan kartu destinasi Kelas.Jakarta: Bumi Aksara
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada materi sistem periodik Aqib, Zainal. 2014. Penelitian Tindakan
unsur (Ghalia, Masykuri dan Nurhayati, Kelas Untuk Guru SMP, SMA,
2015). Dari beberapa penelitian diatas SMK, Bandung : Yrama Widya
menunjukkan bahwa dengan
Dimyati dan Mudjiono., 2013. Belajar
menggunakan model pembelajaran tipe
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
TGT dapat meningkatkan hasil belajar.
Cipta.
SIMPULAN Fathurrohman, M., 2015. Model-Model
Model pembelajaran kooperatif tipe Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta:
Teams Games Tournament (TGT) dalam Ar-Ruzz Media
proses pembelajaran dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar kimia siswa Ghalia, F., Masykuri, M., Nurhayati, N.,
pada pokok bahasan ikatan kimia dan 2015. Penerapan Model
bentuk molekul. Hasil ini dapat diketahui Pembelajaran Teams Games
dariPersentase keaktifan siswa pada Tournament (TGT) dengan Kartu
siklus I sebesar 53,43% pada siklus II Destinasi Untuk Meningkatkan
persentase keaktifan siswa sebesar Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
145
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN KIMIA : KAJIAN HASIL PENELITIAN KIMIA
VOLUME 5, NOMOR 2, 2018

Pada Materi Sistem Periodik Unsur Rusman., 2014.Model-Model


Kelas X MIA 3 di SMA Batik 1 Pembelajaran. Jakarta: Rajawali
Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Pers.
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 4
Ryantin, Erin., Sahnam., dan Wildan.,
(2): 117.
2014. Pengaruh Model
Kusumawati, Elly., 2008. Pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe
Kooperatif Tipe Team Game Teams Games Tournament (TGT)
Tournament (TGT) untuk Terhadap Prestasi Belajar Kimia
Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Ditinjau dari Motivasi Berprestasi
Pokok Bahasan Ikatan Kimia Siswa Siswa Kelas XI Sekolah Menengah
Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Atas (SMA) Negeri 2 Pujut
Temanggung Tahun Ajaran Lombok Tengah. Jurnal Ilmu
2008/2009. Skripsi, Semarang: Pendidikan, 21 (2): 158.
FMIPA UNNES.
Sukarmin., Winarto, R., 2012. Penerapan
Martini, K., Purnomosari, D., Sukardjo, Zuma Chemistry Game dengan
J., 2014. Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT (Teams
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Games Tournament) Pada Materi
(Teams Games Tournament) Unsur, Senyawa, Campuran di
Dilengkapi Kartu Destinasi Untuk MTsN Surabaya II. Unesa Journal
Meningkatkan Kreativitas dan Hasil of Chemical Education, 1 (1): 187.
Belajar Siswa Pada Materi Pokok
Uno, Hamzah., dan Muhammad, N.,
Koloid Kelas XI SMA Negeri 2
2011. Belajar dengan Pendekatan.
Sukoharjo Pada Semester Genap
Jakarta: Bumi Aksara
Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal
Pendidikan Kimia (JPK), 3 (2): 62. Zuliyani, Dwi., 2010. Penerapan Metode
Pembelajaran TGT (Teams Games
Mulyani, S., Rosyana, W., Saputro, S., Tournaments) Menggunakan Model
2014. Pembelajaran Model TGT Permainan Monopoli Untuk
(Teams Games Tournament) Meningkatkan Komunikasi Dua
Menggunakan Media Permainan Arah Dalam Pembelajaran Biologi
Monopoli dan Permainan Ular Siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 1
Tangga Pada Materi Pokok Sistem Sawit Tahun Ajaran 2008/2009.
Koloid Ditinjau dari Kemampuan Skripsi, Surakarta: FKIP
Memori Kelas XI SMA Negeri 1 UNSEMAR.
Sragen Tahun Ajaran 2012/2013.
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 3
(2): 75-76.

146

You might also like