You are on page 1of 9

Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Group to Group Exchange (GGE) dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Hidrokarbon Kelas X SMA Negeri 10
Pekanbaru

Edi Kurniawan1, Rahmizadewi2


1
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Kuantan Singingi
Edi.kurniawan@grad.unri.ac.id
2
SMP IT Al-Hafidz
rahmizadewi@gmail.com

Abstract
This research aims to find out the increase student learning outcomes on the subject of
hidrocarbon with the application of active learning type of Group to Group Exchange (GGE) of
grade X at Senior High School 10 Pekanbaru. This type of research is experimental research with
data retrieval time from the date of 18 May to 1 June 2013. The samples in this research are students
of class X2 as experimental class and class X1 as control class selected after conducting test of
homogeneity. Techniques of data collection in this research was to test the homogeneity as initial data
on the material previously, documentation, observations, pretest and posttest as final data. Final data
analysis in this research using test "t". From the calculations, t count = 4.59 at significant level of 5%
obtained t table = 1.66, showing that t count≥ t table so that Ho is rejected and Ha accepted. The
magnitude of the average normalized gain <N-GAIN> student learning outcomes experimental class
was 0.75 which includes high category, and for the control class is 0.70 which included a middle
category. Based on the results of these data analysis, it is concluded that an increase in learning
outcomes on the subject of hidrocarbon with the application of active learning type of Group to
Group Exchange (GGE) of grade X at Senior High School 10 Pekanbaru.

Keywords : Active Learning Model, Group to Group Exchange (GGE), Learning Outcomes,
Hidrocarbon

1. PENDAHULUAN pembelajaran merupakan hal yang sangat


Pendidikan adalah suatu proses dalam menentukan mutu pendidikan.
rangka mempengaruhi siswa agar dapat Dalam proses pembelajaran guru
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap diharapkan untuk lebih kreatif dalam memilih
lingkungannya dan demikian akan dan menyesuaikan strategi pembelajaran yang
menimbulkan perubahan dalam dirinya yang tepat. Strategi yang dimaksud adalah strategi
memungkinkannya untuk berfungsi secara pembelajaran yang dapat meningkatkan
edukatif dalam kehidupan masyarakat aktivitas siswa dan mengembangkan
(Hamalik,2001:79). kemampuan nalar dengan cara meningkatkan
Pendidikan memegang peranan kreatifitas dan berfikir kritis sesuai dengan
penting dalam mencerdaskan kehidupan perkembangan kognitif, efektif, dan
bangsa. Dengan demikian, pendidikan psikomotor siswa.
merupakan suatu tindakan yang
memungkinkan terjadinya belajar. Dengan Kimia merupakan salah satu bagian
belajar terjadilah perkembangan jasmani dan dari ilmu pengetahuan alam. Mata pelajaran
mental siswa. (Mudjiono, 2006:7) Oleh karena kimia di SMA mempelajari segala sesuatu zat
itu, perlu usaha untuk meningkatkan mutu yang meliputi komposisi, struktur, sifat,
pendidikan. Mutu pendidikan dapat dilihat dari perubahan, dan dinamika zat yang melibatkan
keberhasilan pada pendidikan formal, berupa keterampilan dan penalaran. Materi pelajaran
hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sangat kimia di kelas X semester II terdiri dari
ditentukan oleh keberhasilaan suatu proses beberapa pokok bahasan, salah satunya adalah
pembelajaran. Hal ini berarti proses hidrokarbon. Hidrokarbon merupakan materi
pelajaran kimia yang bersifat hafalan yang
memerlukan pemahaman siswa. Materi yang

JEDCHEM (Journal Education and Chemistry) Vol. 1 No. 1 Januari 2019 Page 1
JEDCHEM (Journal Education and Chemistry)
Vol. 1 No. 1 Januari 2019

bersifat hafalan menyebabkan siswa menjadi Menurut Silberman, metode belajar


kurang aktif. Mereka pada umumnya hanya aktif dapat mengakomodir segala kebutuhan
menghafal materi tersebut tanpa siswa (visual, auditori, dan kinestik), karena
memahaminya sehingga materi itu akan cepat siswa terlibat langsung dalam proses
hilang dari ingatan siswa tersebut. pembelajaran. (Silberman,2006:26). Silberman
Berdasarkan informasi dari salah mengemukakan dalam bukunya ada 101 tipe
seorang guru kimia di SMAN 10 Pekanbaru belajar aktif, salah satunya adalah tipe Group
mengatakan bahwa siswa kelas X kurang aktif, to Group Exchange (GGE)/ pertukaran
mengganggap pelajaran kimia merupakan kelompok dengan kelompok. Pembelajaran
pelajaran yang sulit, dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode belajar aktif tipe
masih rendah. Hasil belajar siswa yang rendah GGE ini membuat siswa bisa berdialog dan
dapat dilihat dari persentase siswa yang berinteraksi dengan sesama siswa secara
mendapat nilai di atas KKM ± 40 %. terbuka dan interaktif dibawah bimbingan guru
sebagai fasilitator dan mediator sehingga siswa
Menurut Fathurrohman dan Sutikno, terpacu untuk menguasai bahan ajar. Metode
keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar aktif tipe GGE membuat siswa lebih
belajar mengajar merupakan sebuah ukuran berkonsentrasi dalam pembelajaran dan akan
atas proses pembelajaran. Untuk mengukur berusaha semaksimal mungkin untuk
tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan menguasai bahan ajar karena setelah kegiatan
melalui tes prestasi belajar (Faturrahman, diskusi kelompok berakhir, siswa akan
2007: 113-114). Selanjutnya Slameto, juga mempresentsikan hasil diskusinya didepan
mengatakan bahwa proses pembelajaran yang kelas. Selain itu metode belajar aktif tipe GGE
efektif dapat dicapai bila guru menggunakan juga dapat meningkatkan komunikasi dan
strategi pembelajaran yang baik interaksi sesama siswa, karena siswa
(Slameto,2003:92). berkesempatan untuk membagi pengetahuan
yang diperolehnya. Dengan demikian materi
Mengingat pentingnya penguasaan pelajaran akan lebih lama melekat dalam
kimia oleh siswa maka guru perlu berupaya ingatan mereka ketimbang mereka hanya
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mendengarkan saja, sehingga dengan demikian
melakukan usaha perbaikan dalam proses dapat meningkatkan hasil belajarnya.
pembelajaran. Penggunaan strategi yang tepat
akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi Penerapkan strategi pembelajaran aktif
pembelajaran. Pembelajaran berpusat pada Group to Group Exchange ini sebelumnya
siswa dan metode yang bervariasi akan sangat telah dilakukan oleh Atma Murni di MAN 2
membantu siswa dalam mencapai tujuan Model Pekanbaru dalam pembelajaran
pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah Matematika yang memberikan hasil yang
harus fleksibel dan tidak kaku, serta perlu positif. Hal ini ditandai dengan adanya
menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, peningkatan hasil belajar siswa kelas X IPS 1
bimbingan dan pengarahan (Mulyasa, MAN Model Pekanbaru pada siklus I
2009:23). persentase nilai yang diperoleh adalah 60,6%
dan pada siklus II diperoleh persentase 75,8%.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan
adalah dengan menerapkan strategi Berdasarkan latar belakang
pembelajaran aktif tipe Group to Group permasalahan tersebut maka penulis tertarik
Exchange (GGE). Pembelajaran aktif untuk mengadakan penelitian dengan judul
merupakan suatu pembelajaran yang mengajak “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif
peserta didik untuk belajar aktif Group to Group Exchange Untuk
(Zaini,2010:16). Pembelajaran aktif Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
dimaksudkan untuk mengoptimalkan Pokok Bahasaan Hidrokarbon di Kelas X
penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh SMA Negeri 10 Pekanbaru”.
peserta didik, dengan melibatkan mereka
secara aktif dalam proses pembelajaran
sehinggga mereka dapat mencapai hasil belajar 2. METODE PENELITIAN
yang memuaskan sesuai dengan karakteristik Penelitian ini adalah penelitian
pribadi yang mereka miliki. eksprimen dengan menggunakan rancangan

Edi Kurniawan, Rahmizadewi Page 2


JEDCHEM (Journal Education and Chemistry)
Vol. 1 No. 1 Januari 2019

berdasarkan hasil pretest dan postest yang yang digunakan untuk mengumpulkan data
dilakukan terhadap dua kelas, yaitu kelas dalam penelitian ini adalah dokumentasi, tes,
eksprimen dan kelas kontrol. Kelas wawancara, obsevasi, Dokumentasi adalah
eksperimen akan mendapatkan perlakuan teknik pengumpulan data yang ditujukan untuk
penerapan model pembelajaran aktif tipe memperoleh data langsung dari tempat
Group to Group Exchange (GGE) sedangkan penelitian, meliputi buku-buku yang relevan,
pada kelas kontrol tidak mendapat perlakuan peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-
penerapan model pembelajaran aktif tipe foto, film dokumenter, data yang relevan
Group to Group Exchange (GGE). Kedua penelitian. Tes adalah serangkaian pertanyaan
kelas terlebih dahulu diberikan pretes, setelah atau latihan yang digunakan untuk mengukur
diberikan perlakuan selanjutnya diberi postes. pengetahuan, kemampuan atau bakat,
Soal yang digunakan pada pretest dan postest keterampilan yang dimiliki individu atau
adalah sama hanya waktu pemberian yang kelompok(Hartono, 2010:102). Wawancara
berbeda. Selisih nilai pretes dan postes antara adalah sebuah proses memperoleh keterangan
kelas eksprimen dan kelas kontrol merupakan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
data yang digunakan untuk melihat jawab sambil bertatap muka antara
peningkatan hasil belajar siswa setelah pewawancara dan responden atau orang yang
diadakan perlakuan. diwawancarai (Ananto, 2011:163). Observasi
atau pengamatan adalah metode pengumuplan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X data yang digunakan untuk menghimpun data
SMA Negeri 10 Pekanbaru di Jalan Bukit penelitian melalui pengamatan pancaindra
Barisan, Kelurahan Tangkerang Timur, peneliti.
Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru
pada Tahun Ajaran 2012/2013 (semester Analisis butir soal adalah suatu tehnik
genap) pada bulan Mei-Juni 2013. yang digunakan dengan tujuan untuk
memperoleh soal-soal tes yang baik sebagai
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas alat pengumpul data pada penelitian ini,
X SMA Negeri 10 Pekanbaru di Jalan Bukit biasanya analisis data akan diujicobakan
Barisan, Kelurahan Tangkerang Timur, terhadap siswa lain yang tidak terlibat dalam
Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru sampel penelitian ini. Soal-soal yang
pada Tahun Ajaran 2012/2013. Subjek ini diujicobakan tersebut kemudian dianalisis
diambil karena hasil belajar kimia siswa pada untuk mengetahui validitas, reabilitas, tingkat
kelas ini masih tergolong rendah. Sedangkan kesukaran (TK) dan daya pembeda (DP) soal.
objek penelitian ini adalah model
pembelajaran aktif tipe Group to Group Validitas adalah keabsahan atau akurasi
Exchange (GGE) untuk meningkatkan hasil suatu alat ukur (Elvinaro, 2010:187). Validitas
belajar kimia siswa. juga dapat diartikan sejauhmana suatu alat
ukur itu mengukur sesuatu. Validitas tes yang
Populasi dalam penelitian ini adalah digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
siswa kelas X SMA Negeri 10 Pekanbaru di isi (content validity). Yang dimaksud dengan
Jalan Bukit Barisan, Kelurahan Tangkerang validitas isi ialah derajat dimana sebuah tes
Timur, Kecamatan Tenayan Raya, Kota mengukur cakupan substansi yang ingin
Pekanbaru pada semester genap terdiri dari 3 diukur. Valid isi mencakup khususnya, hal-hal
kelas yaitu kelas X1, X2, dan X3. Sampel dalam yang berkaitan dengan apakah item-item itu
penelitian ini adalah dua kelas yang menggambarkan pengukuran dalam cakupan
mempunyai kemampuan homogen yang telah yang ingin diukur (Sukardi, 2010:32). Oleh
diambil setelah dilakukan uji homogenitas, karena itu, untuk memperoleh hasil tes yang
maka ditentukan satu kelas eksprimen yang valid, maka tes yang penulis gunakan
diterapkan model pembelajaran aktif tipe dikonsultasikan dengan guru bidang studi
Group to Group Exchange (GGE) yaitu kelas kimia yang mengajar kelas X SMA N 10
X2 dan satu lagi sebagai kelas kontol yaitu Pekanbaru.
kelas X1.
Teknik pengumpulan data ialah teknik Reliabilitas menunjuk pada satu
atau cara-cara yang dapat digunakan oleh pengertian bahwa suatu instrument cukup
peneliti untuk mengumpulkan data.[8] Teknik dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

Edi Kurniawan, Rahmizadewi Page 3


JEDCHEM (Journal Education and Chemistry)
Vol. 1 No. 1 Januari 2019

pengumpul data karena instrument tersebut Perbandingan antara soal mudah-


sudah baik (Suharsimi, 2009:221). Reliabilitas sedang-sukar biasa dibuat 3-4-3 artinya, 30%
juga dapat diartikan sebagai indeks yang soal kategori mudah, 40% soal kategori
menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur sedang, dan 30% lagi soal kategori sukar.
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam Misalnya dari 60 pertanyaan pilihan ganda
penelitian ini, teknik uji reliabilitas soal terdapat 18 soal kategori mudah, 24 soal
menggunakan program Ana-tes, yaitu kategori sedang, dan 18 soal kategori sukar.
penentuan tes realibilitas dilakukan dengan Perbandingan lain yang termasuk sejenis
jalan melakukan pengukuran terhadap satu dengan proposi di atas adalah 3-5-2 artinya,
kelompok subjek, dimana pengukuran itu 30% soal kategori mudah, 50% soal kategori
dilakukan dengan hanya menggunakan satu sedang dan 20% soal kategori sukar.
jenis alat pengukur, dan pelaksanaan
pengukuran itu hanya dilakukan sebanyak satu Daya pembeda soal merupakan suatu
kali saja, yang digunakan untuk menganalisis ukuran apakah butir soal mampu membedakan
soal yang akan digunakan sebagai instrumen murid pandai (kelompok upper) dngan murid
dalam penelitian. Suatu tes dapat dikatakan tidak pandai (kelompok lower). Bagi soal yang
mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun
tes tersebut dapat memberikan hasil yang siswa tidak pandai, maka soal itu tidak baik
tetap. Realibilitas berhubungan dengan karena tidak mempunyi daya pembeda.
masalah ketetapan hasil. Ana-tes Demikian pula jika semua siswa baik pandai
menggunakan metode belah dua, dalam maupun tidak pandai tidak dapat menjawab
metode ini peneliti hanya menggunakan dengan benar, soal tersebut juga tidak baik
sebuah tes dan dicobakan satu kali. Oleh karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal
karena itu, disebut juga single test single trial yang baik adalah soal yang dapat dijawab
method. Pada waktu membelah dua dan benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.
mengkorelasikan dua belahan, baru diketahui
reliabilitas separo tes. Dalam metode belah Cara yang biasa dilakukan dalam
dua ini, digunakan rumus Spearman analisis daya pembeda selain menggunakan
Brown sebagai berikut: program Ana-tes adalah dengan menggunakan
tabel atau kriteria dari Rose dan Stanley,
rumusnya adalah:
SR - ST

Dimana SR adalah jumlah siswa yang


Ada dua cara membelah butir soal ini, menjawab salah kelompok rendah dan ST
yaitu : Membelah atas item-item genap dan adalah jumlah siswa yang menjawab salah
ganjil yang selanjutnya disebut belahan ganjil
kelompok tinggi. Kriteria pengujian daya
genap. Membelah atas item-item awal dan
pembeda ditentukan bila SR – ST sama atau
akhir yaitu separo jumlah pada nomor awal
lebih besar dari nilai tabel, artinya butir soal
dan separo pada nomor akhir yang selanjutnya
itu mempunyai daya pembeda.
disebut belahan awal akhir.
Analisa data dimulai dengan analisis
Soal yang baik adalah soal yang tidak data awal yaitu uji homogenitas, uji
terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Soal yang normalitas, analisis data akhir (uji hipotesis),
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk serta penentuan kategori peningkatan hasil
mempertinggi usaha untuk memecahkan soal belajar siswa yang terjadi sebelum dan sesudah
tersebut. Sebaliknya soal yang terlalu sukar pembelajaran dihitung dengan menggunakan
akan menyebabkan siswa menjadi putus asa rumus g faktor (N-GAIN). Analisis data awal
dan tidak mempunyai semangat untuk yaitu uji homogenitas varians menggunakan
mencoba lagi karena diluar jangkauannya. uji F. Uji F digunakan untuk menentukan
Rumus indeks kesukaran : apakah ada perbedaan signifikan antara
kelompok-kelompok yang telah diukur, baik
P= pada skala interval maupun skala rasio. Uji F
dirumuskan dengan :

Edi Kurniawan, Rahmizadewi Page 4


JEDCHEM (Journal Education and Chemistry)
Vol. 1 No. 1 Januari 2019

F= n1 + n2 – 2 dengan peluang t - ( )
maka sampel dikatakan homogen.
Sedangkan untuk menghitung varians Untuk mencari standar devisi gabungan
dari masing-masing kelompok digunakan dari kedua kelas menggunakan rumus:
rumus:
, dan

Penentuan kategori peningkatan hasil


belajar siswa yang terjadi sebelum dan sesudah
Jika pada perhitungan awal didapat proses pembelajaran dihitung dengan
Fhitung < F table, maka sampel dikatakan menggunakan rumus g faktor (N-GAIN)
mempunyai varians yang sama atau homogen. dengan menggunakan rumus Hake :
Dan apabila keseluruhan sampel yang diambil
dalam keadaan homogen maka, penentuan
N-GAIN =
sampel yang diperlukan untuk penelitian dapat
ditentukan dengan cara random sampling atau
penunjukan sampel secara acak.

Sebelum menganalisis data dengan tes 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


“t”, maka dilakukan terlebih dahulu uji Bentuk penelitian ini adalah penelitian
normalitas, uji ini bertujuan untuk menguji eksperimen, dalam penelitian eksperimen
apakah sampel dalam penelitian ini berasal dibutuhkan dua sampel yaitu kelas eksperimen
dari populasi yang normal atau tidak. Metode dan kelas kontrol yang memiliki kemampuan
yang digunakan adalah Chi-kuadrat (X2). homogen. Oleh karena itu perlu dilakukan uji
homogenitas dengan memberikan soal pokok
bahasan sebelum materi penelitian kepada
kelas X yang terdiri dari 3 kelas kemudian
Jika pada perhitungan diperoleh X2hitung dilakukan analisis untuk mengetahui kesamaan
> X2tabel maka dinyatakan bahwa data dua varians dan kehomogenan antara kelas X1,
berdistribusi normal. Dan sebaliknya, jika X2, dan X3.
X2hitung < X2tabel maka dinyatakan bahwa data
tidak berdistribusi normal. Dari uji F antara kelas X1 dan X2 didapat
nilai Fhitung = 1,64 dan nilai Ftabel = 1,68 dan
Rumus t-test juga digunakan untuk didapat bahwa Fhitung < Ftabel. Hal ini berarti
melihat perbandingan antara kelas kontrol dan kedua kelas mempunyai varians yang sama
kelas eksprimen yang digunakan digunakan (homogen). Sedangkan uji F antara kelas X1
adalah t-test satu pihak (1- α), dengan rumus: dan X3 didapat nilai Fhitung = 1,21 dan nilai
Ftabel = 1,68 dan didapat bahwa Fhitung < Ftabel.
̅ ̅ Hal ini berarti kedua kelas juga mempunyai
varians yang sama (homogen). Sementara
untuk uji F dari kelas X2 dan X3 didapat Fhitung
√ ( ) > Ftabel. Hal ini berarti kedua kelas tidak
mempunyai varians yang sama (tidak
homogen).
Jika varians tidak sama atau tidak
homogen (Fhitung > Ftabel) maka uji t yang
Karena ada dua kelompok sampel yang
digunakan adalah:
homogen maka, dalam pengambilan sampel
t= dapat menggunakan teknik simple random
√ sampling dan didapat kelas X1 sebagai kelas
kontrol dan X2 sebagai kelas eksperimen.
Dengan kriteria pengujian t hitung terletak Kelas eksperimen diberi perlakuan
antara t table (-t tabel < t hitung < t table), dimana dengan penerapan model pembelajaran aktif
table didapat dari daftar distrubusi t dengan dk =

Edi Kurniawan, Rahmizadewi Page 5


JEDCHEM (Journal Education and Chemistry)
Vol. 1 No. 1 Januari 2019

tipe Group to Group Exchange (GGE) dan


3,33 Tingkat kesukaran soal
kelas kontrol dengan metode ceramah. Karena
kemampuan dasar kedua sampel sama dan Sangat sukar
metode yang digunakan berbeda, maka apabila
terjadi perbedaan peningkatan hasil belajar 20 20
antara kedua sampel tersebut bukan karena Sukar
kemampuan dasar yang berbeda, tetapi karena 33.33
23.33
penggunaan metode yang berbeda. Sedang

Soal yang digunakan untuk pretes


maupun postes harus di ujikan terlebih dahulu Gambar 1. Diagram tingkat kesukaran soal
dan kemudian dilakukan analisis butir soal.
Hal ini untuk melihat kriteria validitas, Soal dengan kriteria sangat sukar yaitu
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya soal nomor 8, 9, 16, 22, 24, 29 dan soal
pembeda soal yang diinginkan sehingga layak dengan kriteria sangat mudah yaitu soal nomor
digunakan sebagai instrumen dalam penelitian 3 di buang karena menurut Suharsimi Arikunto
ini. Jumlah soal yang diujikan adalah sebanyak soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
30 soal dalam bentuk soal objektif dan sukar dan tidak terlalu mudah. Sehingga hanya
pengujian dilakukan di kelas XI IPA3 dengan 23 soal yang memenuhi kriteria tingkat
jumlah siswa 35 orang. kesukaran.

Pada pengujian validitas, peneliti Pengujian daya pembeda soal juga


menggunakan validitas isi. Inti dari validitas dilakukan untuk mengetahui kesanggupan soal
isi adalah soal dikatakan valid apabila dalam membedakan siswa yang tergolong
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar memilki kemampuan akademik tinggi dengan
dengan materi atau isi pelajaran yang kemampuan akademik rendah. Berdasarkan
diberikan. Pengujian validitas dianalisis oleh hasil analisis uji daya pembeda soal pada
guru mata pelajaran kimia. Berdasarkan hasil pokok bahasan Kelarutan dan Hasil Kali
analisis, didapatkan bahwa 30 soal yang Kelarutan diketahui soal dengan kriteria daya
diujikan telah memenuhi atau sesuai dengan pembeda sangat jelek sebesar 3,33%, dengan
indikator, sehingga seluruh soal tersebut kriteria jelek sebesar 20%, dengan kriteria
dinyatakan valid. daya pembeda cukup sebesar 33,33%, dengan
kriteria daya pembeda baik sebesar 40%,
Untuk reliabilitas, tingkat kesukaran, dengan kriteria daya pembeda sangat baik
dan daya pembeda di analisis dengan Anates sebesar 3,33%. Daya pembeda analisis soal
versi 4.0.9 yang dikembangkan oleh Drs. terangkum dalam diagram berikut:
Karno to, M. Pd dan Yudi wibisono.
Berdasarkan hasil analisis reliabilitas soal Daya pembeda
dengan menggunakan Ana-Tes, diperoleh 3.33 3.33
reliabilitas tes sebesar 0,54 dengan kriteria sangat jelek
sangat tinggi. 20 jelek
40 cukup
Hasil analisis uji coba tingkat kesukaran
33,33
soal pada pokok bahasan Hidrokarbon, baik
diketahui soal dengan kriteria sangat sukar
sangat baik
persentasenya 20%, kriteria sukar
persentasenya 23,33%, dengan kriteria sedang Gambar 2. Diagram daya pembeda soal
persentasenya 33,33%, kriteria mudah
persentasenya 20%, dan dengan kriteria sangat Terdapat 1 soal yang mempunyai daya
mudah persentasenya 3,33% yang disajikan pembeda -11,11 yaitu soal nomor 20 dan harus
dalam diagram berikut: dibuang, serta terdapat 6 soal yang mempunyai
daya pembeda 0,00 dan 11,11 yang juga harus
dibuang yakni soal nomor 3, 9, 15, 16, 23, dan
24 karena tidak memiliki daya pembeda atau

Edi Kurniawan, Rahmizadewi Page 6


JEDCHEM (Journal Education and Chemistry)
Vol. 1 No. 1 Januari 2019

dengan daya pembeda kategori jelek karena dipakai sebagai instrumen tes. Oleh karena itu
menurut Nana Sudjana tes yang tidak memiliki peneliti hanya mengambil 20 soal, dimana soal
daya pembeda tidak akan menghasilkan yang 20 ini memiliki validitas, tingkat
gambaran hasil yang sesuai dengan kesukaran, dan daya pembeda yang dapat
kemampuan siswa yang sebenarnya. dipakai sebagai instrumen dalam penelitian.

Untuk memperoleh kualitas soal yang Setelah dilakukannya uji homogenitas


baik, disamping harus memenuhi validitas dan dan analisis butir soal, dilanjutkan dengan uji
reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pretes untuk mengetahui kemampuan awal
pembeda adalah adanya keseimbangan siswa dari kedua kelas penelitian sebelum
proporsi dari tingkat kesukaran soal. Maka pembelajaran dilaksanakan. Namun rata-rata
dari itu, 20 soal yang telah memenuhi kriteria nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal masih tergolong rendah, dimana rata-rata nilai
dan daya pembeda soal dibuat proporsi jumlah pretes kelas eksperimen sebesar 21,90 dan
tingkat kesukaran soal. Pertimbangan dalam rata-rata nilai pretes kelas kontrol sebesar 29,1.
menentukan proporsi jumlah tingkat kesukaran Perbandingan nilai pretes kelas eksperimen
soal menurut Nana Sudjana adalah 3-5-2. dan nilai pretes kelas kontrol ditunjukkan oleh
Artinya 30% soal kategori mudah, 50% soal diagram batang berikut ini :
kategori sedang, dan 20% soal kategori sukar.
40
Dari anlisis tingkat kesukaran soal dapat
dilihat soal pretes dan postes memenuhi 29.1
30
pertimbangan 3-5-2, yaitu 30% soal kategori 21.9 Kelas
mudah yakni soal nomor 1, 2, 3, 6, 7, dan 8, 20 eksperimen
50% soal kategori sedang yakni soal nomor 4, Kelas kontrol
5, 9, 10, 12, 13, 15, 18, 19, dan 20, dan 20% 10
soal kategori sukar adalah soal nomor 11, 14,
16, dan 17. Dan terangkum dalam diagram 0
berikut: Perbandingan nilai pretes
Gambar 4. Diagram batang perbandingan nilai
pretes kelas eksperimen dan nilai
Tingkat kesukaran soal pretes kelas kontrol

Kemudian dilakukan proses


Sedang pembelajaran dimana kelas eksperimen diberi
20%
perlakuan pembelajaran dengan penerapan
50% Mudah model pembelajaran aktif tipe Group to Group
30% Exchange (GGE) dan di kelas kontrol dengan
Sukar
metode ceramah, setelah proses pembelajaran
di lakukan postes dengan tujuan untuk
Gambar 3. Diagram perbandingan tingkat mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi
kesukaran soal pretes dan postes yang telah diajarkan.

Berdasarkan hasil analisis dari seluruh Dari proses pembelajaran diperoleh rata-
soal yang diuji cobakan di atas, maka rata postes kelas eksperimen adalah 80,95 dan
diperoleh soal yang memenuhi kriteria kelas kontrol adalah 79,25. Hasil tes akhir
sebanyak 20 soal. Hal ini dikarenakan 10 dari postes menunjukkan bahwa terjadi
30 soal yang diuji cobakan tidak layak peningkatan hasil belajar siswa setelah
digunakan sebagai instrumen tes, meskipun perlakuan baik kelompok eksperimen maupun
seluruh soal memenuhi kriteria validitas, dari kontrol.
10 soal tersebut terdapat 1 soal dengan kriteria Perbandingan nilai postes kelas
sangat mudah dan 9 soal dengan kriteria eksperimen dan nilai postes kelas kontrol
sangat sukar dan daya pembeda sangat jelek ditunjukkan pada diagram batang berikut ini :
yakni soal nomor 3, 8, 9, 15, 16, 20, 22, 23,
24, 29. Sehingga 10 soal tersebut tidak dapat

Edi Kurniawan, Rahmizadewi Page 7


JEDCHEM (Journal Education and Chemistry)
Vol. 1 No. 1 Januari 2019

81.5 80.95 untuk mengetahui apakah data kedua sampel


81 berdistribusi normal atau tidak dengan
80.5 menggunakan Chi-kuadrat. Pada kelas
Kelas eksperimen didapat atau 3,01
80 eksperimen
79.5 79.25 < 16,75, maka data kelas eksperimen
79 Kelas kontrol berdistribusi normal, sedangkan pada kelas
78.5 kontrol didapat nilai atau 9,8
78 < 16,75, maka data kelas kontrol juga
Perbandingan nilai postes berdistribusi normal.
Gambar 5. Diagram batang perbandingan nilai Setelah itu dilakukan homogenitas
postes kelas eksperimen dan nilai dengan menggunakan uji F didapatkan nilai
postes kelas kontrol Fhitung 1,01 dan harga Ftabel dengan dk
Desain eksperimen yang menggunakan pembilang 42 dan dk penyebut 40 untuk
kelompok kontrol pre-test dan post-test, kesalahan 5% adalah 1,68. Ternyata harga
Fhitung lebih kecil dari pada Ftabel (1,01 < 1,68).
setelah dilaksanakan eksperimen maka hasil
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
kedua kelompok diolah dan dilakukan uji
normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol
kedua varian ke dua kelompok data dengan kategori tinggi dan pada kelas kontrol
tersebut homogen. Karena n1 dan n2 tidak 0,70 dengan kategori sedang. Hal ini
sama, tetapi varian homogen, maka pengujian disebabkan penerapan metode yang berbeda.
hipotesis dengan menggunakan t-test dan Dimana dengan penerapan model
diperoleh nilai thitung = 4,59 berarti thitung lebih pembelajaran aktif tipe Group to Group
besar dari ttabel pada taraf signifikan 5% Exchange (GGE) dapat meningkatkan hasil
maupun taraf signifikan 1% dengan degrees of belajar siswa dengan kategori tinggi.
freedom (df) = Nx + Ny – 2 = 42 + 40 – 2 = 80. penerapan model pembelajaran aktif tipe
Dengan df 80 diperoleh dari ttabel pada taraf Group to Group Exchange (GGE)
signifikan 5% = 1.66. Ini berarti thitung > ttabel, menunjukkan peran yang berarti dalam
maka diputuskan bahwa H0 ditolak dan Ha meningkatkan hasil belajar kimia siswa. Hal
diterima. ini dapat dipahami karena penerapan model
pembelajaran aktif tipe Group to Group
Hal ini menunjukan bahwa adanya Exchange (GGE) dapat mendorong siswa
perbedaaan antara hasil belajar siswa dengan untuk berfikir, berkomunikasi dengan baik,
penerapan model pembelajaran aktif tipe siap mengemukakan pendapatnya, aktif
Group to Group Exchange (GGE) dengan bertanya, aktif menjawab pertanyaan,
hasil belajar siswa yang tidak menggunakan berdiskusi, terlibat dalam suasana
penerapan model pembelajaran aktif tipe pembelajaran, dan melatih siswa untuk
Group to Group Exchange (GGE). Uraian di menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk
atas menggambarkan bahwa penerapan model tulisan secara sistematis.
pembelajaran aktif tipe Group to Group
Exchange (GGE) dapat meningkatkan hasil 4. KESIMPULAN
belajar siswa. Dari uji F antara kelas X1 dan X2
didapat nilai Fhitung = 1,64 dan nilai Ftabel =
Jika dilihat berdasarkan peningkatan 1,68 dan didapat bahwa Fhitung < Ftabel. Hal ini
yang terjadi setelah pemberian perlakuan, pada berarti kedua kelas mempunyai varians yang
kelompok eksperimen mengalami peningkatan sama
hasil belajar dengan gain ternormalisasi 0,75
(homogen), maka kelas X1 dan X2 dimana kelas X1 sebagai kelas kontrol dan
ditunjuk sebagai sampel dalam penelitian kelas X2 sebagai kelas eksperimen.

Dari data akhir diperoleh nilai thitung = pada taraf signifikan 5% adalah 1.66. Ini
4,59 berarti thitung lebih besar dari ttabel dengan berarti thitung > ttabel, maka diputuskan bahwa H0
degrees of freedom (df) = Nx + Ny – 2 = 42 + ditolak dan Ha diterima, maka hipotesis
40 – 2 = 80. Dengan df 80 diperoleh dari ttabel “Penerapan model pembelajaran aktif tipe

Edi Kurniawan, Rahmizadewi Page 8


JEDCHEM (Journal Education and Chemistry)
Vol. 1 No. 1 Januari 2019

Group to Group Exchange (GGE) Dalam Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Pelajaran Kimia Pokok Bahasan Hidrokarbon Aksara. h. 189.
Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 10 Martinis Yamin dan Bansu I Antasari. 2012.
Pekanbaru” dapat diterima dengan Taktik Pengembangan Kemampuan
peningkatan hasil belajar menggunakan rumus Individual Siswa. Jakarta: Gaung
gain ternormalisasi 0,75 pada kategori tinggi. Persada Press. h. 13.
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2012.
Konsep Strategi Pembelajaran,
REFERENSI Bandung: PT. Refika Aditama. h. 5.
Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-
Ardianto, Elvinaro. 2010. Metode Penelitian variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Untuk Public Relations Kuantitatif dan h. 51
Kualitatif. Bandung: Simbiosa Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Rekatama Media. h. 187. Bumi Aksara. h. 32
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor
evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rinaka
Aksara. h. 221.Muhibbin Syah. 2009. Cipta. h. 65.
Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Trianto. 2010. Mendesain Model
Grafindo Persada. h. 10. Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Elizabeth Goenawan Ananto. 2011. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Metodologi Penelitian untuk Public h. 26.
Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Zaitun. 2009. Sosiologi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya. h. 163. Pekanbaru: Mahkota riau. h. 55.
Hartono. 2010. Statistik Untuk Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 102.

Edi Kurniawan, Rahmizadewi Page 9

You might also like