You are on page 1of 13

ARTIIKEL PENGEMBANGAN PROFESI KONSELING

“PERKEMBANGAN PROFESI KONSELING”

DOSEN PENGAMPU :
Tanti Ardianti M.Pd. Kons

OLEH :
1. Risky Christiand (202301500376)
2. Yulita Gardis Barut (202301500546)
3. Olvin Pattiasina (202301500457)
4. Nodi Krisdayanti Waruwu (202301500454)
5. Lidya Feronika Simatupang (202301500555)
6. Akhdan Jauharul Ula (202301500560)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
ABSTRACT

The general purpose of guidance and counseling is to help individuals develop themselves
optimally according to their developmental stage and predisposition (such as basic abilities
and talents), various existing backgrounds (such as family background, education,
socioeconomic status), and in accordance with the positive demands of the environment.
According to G. Caplan (in Shertzer in Marsudi, 2003: 123) formulates, '... a process of
interaction between two professional persons the consultant and the consultee who involves
the consultant's help in regard to a current problem with which he is having some difficulty ...
'(Consultation is a process of interaction between two professional individuals: a professional
consultant and a consul who requests consultant assistance, from the area of specialization
and who is in charge of the current problem. It is further explained that the person facing the
problem can be an individual or an organization called a client. It was also disclosed that
consultation is a service that helps consuls and or other parties in gaining insight,
understanding, and methods that need to be implemented in dealing with conditions and or
problems of students.

ABSTRAK
Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan
predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar
belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta
sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Menurut G. Caplan (dalam Shertzer dalam
Marsudi, 2003: 123) merumuskan, a process of interaction between two professional
persons the consultant and the consultee who involves the consultant’s help in regard to a
current problem with which he is having some difficulty (konsultasi sebagai proses interaksi
antara dua pribadi profesional: konsultan yang profesional dan konsulti yang minta bantuan
konsultan, dari daerah spesialisasi dan yang berwenang terhadap masalah yang dihadapi
sekarang. Dijelaskan selanjutnya bahwa yang menghadapi masalah dapat bersifat
perorangan maupun organisasi yang disebut klien. Lebih jelasnya diungkapkan juga bahwa
konsultasi yaitu layanan yang membantu konsulti dan atau pihak lain dalam memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan
atau masalah peserta didik.
A. PENDAHULUAN
Salah satu perkembangan menarik dalam Profesi Konseling di Indonesia adalah bahwa
profesi ini masih terbuka untuk memahami perkembangan dan pembaharuan dalam upaya
mengokohkan, mempromosikan, dan menegaskan identitas profesi konseling. Profesi
konseling senantiasa terbuka untuk berkembang selaras dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, serta tuntutan lingkungan akademis dan profesional,
sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia pendidikan dan
kehidupan manusia pada umumnya. Profesi konseling merupakan profesi yang menarik,
unik, mulia, dan altruistik yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang memiliki
keberagaman dalam mewujudkan sumber daya manusia menjadi genersi emas Indonesia
1945. Konseling merupakan profesi yang dinamis, selalu berkembang, dan menyenangkan,
bekerja dengan banyak orang dan hubungan yang mungkin bersifat pencegahan,
pengembangan, eksplorasi, pemberdayaan, perubahan dan dukungan terhadap krisis, dan
remediasi di dunia yang semakin kompleks. Komseling adalah sebuah aktivitas interdisiplin,
yang mencakup berbagai tradisi dan mazhab pemikiran, serta membuka dirinya bagi wacana
teori, riset, dan praktik. Banyak literatur tentang konseling yang dapat digunakan oleh para
konselor, calon konselor, dan pendidik konselor untuk mendalami tentang profesi konseling.
Profesi konseling mempunyai efek yang dinamis dan positif terhadap individu-individu
sasaran layanan yang sedang dalam proses menuju perkembangan optimal, kemandirian,
kebahagiaan dalam kehidupannya.

1. Sejarah Perkembangan Profesi Konseling di Amerika dan Indonesia


Awal mula lahirnya bimbingan konseling ini adalah di Amerika pada tahun 1908 yang
ditandai dengan berdirinya Vocational Bureau oleh Frank Parsons. Frank Parsons atau yang
dikenal father of the guedance movement in America education menekankan bahwa
pentingnya bagi setiap individu untuk diberikan pertolongan dari orang lain guna dapat lebih
memahami kekurangan dan kelemahan diri sehingga dalam proses pengembangan diri
dapat digunakan dalam menentukan pekerjaan yang cocok untuk dirinya. Lahirnya
bimbingan konseling ini tidak lahir secara utuh dalam bentuk bimbingan konseling seperti
saat ini, namun bimbingan konseling ini lahir dalam bentuk bertahap. Adapun tahapan
terciptanya bimbingan konseling di Amerika yakni :
a) Era Perintisan (1908-1913)
Pada era perintisan yakni saat didirikannya lembaga kecil yang bernama Bostom
Vocational Bureau pada Tahun 1908 dengan Frank Parsons sebagai pendirinya. Kegiatan
dalam lembaga kecil ini berupa kegiatan wawancara atau saling tanya-menanya secara
langsung dari mata ke mata guna membicarakan masalah pekerjaan atau juga memberi
nasihat kepada siswa (khusus dalam lingkup pendidikan) dan remaja di masyarakt.
Tujuan bimbingan pada era ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seorang siswa
atau remaja dalam mencari pekerjaan usai lulus sekolah sehingga nanti tidak menjadi
pengangguran.
b) Era Perang Dunia I (1949-1934)
Mulanya pada era ini bimbingan tidak langsung dikembangkan dalam dunia pendidikan,
melainkan dikenalkan dalam dunia militer. Ini terjadi saat Amerika Serikat memasuki
Perang Dunia I dimana pihak militer mencari peranti yang mampu mengukur dan
mengklarifikasikan para wajib militer. Proses pemilihan tim wajib militer ini dilakukan
melalui sebuah tes. Tes ini memiliki nama "Army Apha Test" yang diciptakan oleh Alfred
Binet dan Theodere dan dikenalkan oleh Lewis M, dan memang dari tes ini terbukti
bagus dari hasilnya. Barulah setelah itu tes kecerdasan ini dipercobakan pada sekolah-
sekolah mulai jenjang SD sampai SMA. Sehingga seiring berjalannya zaman, kegiatan
bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing di pendidikan selalu berusaha dalam
meningkatkan potensi kecerdasan siswa.
c) Era Globalisasi (1980-Sekarang)
Pada era ini terbentuklah devisi pengakreditasian ACA yang bernama CACREP (Counsil
for Accredition of Counseling an Related Education Program) yang dibentuk untuk
mengembangkan secara khusus pengimpletasikan dan penegakan standar bagi
penyiapan tingkat kelulusan program pendidikan konseling professional tepat pada
tahun 1981.
Dan pada tahun 1982, dibentuklah NBCC (National Board for Certified Counselor Ink)
yang berfungsi untuk menetapkan sisttem sertifikasi nasional, memonitoring para
prefesional konseler yang memperoleh sertifikasi. Hingga kini para konselor banyak yang
telah mendirikan bimbingan konseling dan telah adanya pengakreditasian untuk para
konselor yang telah prefesional.

Berkembangnya bimbingan konseling di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan


bimbingan konseling di negeri paman sam. Hal ini berawal dari banyaknya para pakar
pendidik yang kembali ke Indonesia seusai menamatkan pendidikannya di Amerika Serikat
dengan membawa konsep-konsep bimbingan konseling yang baru pada sekitar tahun 60-an.
Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia ini cenderung berorientasi kepada
layanan pendidikan dan dan pencegahan. Berikut ini merupakan perkembangan usaha
bimbingan dalam pendidikan di Indoensia.
a) Sebelum Kemerdekaan
Masa sebelum kemerdekaan ini merupakan masa penjajahan oleh Belanda dan Jepang.
Masa yang dimana kehidupan rakyat Indonesia dibawa kendali penjajah, termasuk
penyelenggaraan pendidikan dan bimbingan yang hanya ditujukan untuk kepentingan
penjajah. Namun dikarenakan tingginya rasa nasionalisme rakyat Indonesia, membuat
rencana penjajah tersebut terhambat dan rakyat Indonesia berusaha untuk
memperjuangkan kemandirian bangsa Indonesia melalui pendidikan. Hal ini
terwujudkan dengan berdirinya Taman Siswa yang dipelopori oleh Ki Hajar Dewantara
dan menjadi dasar adanya pelaksanaan bimbingan.
b) Dekade 40-an (Perjuangan)
Pada dekade ini, masalah dan tantangan terbesar dalam dunia pendidikan Indonesia
adalah masalah kebodohan dan keterbelakangan. Namun yang menjadi focus lebih
penting lagi pada masa ini adalah mendidik bangsa Indonesia supaya dapat memahami
dirinya sebagai bangsa yang merdeka sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
c) Dekade 50-an (Perjuangan)
Pada dekade ini, kegiatan bimbingan lebih terfokuskan pada upaya guru dalam
membantu siswa mencapai prestasi lebih banyak baik didalam kelas ataupun luar kelas.
Namun hakikatnya bimbingan ini memang tersirat dalam pendidikan dan tantangannya
kali ini adalah dapat membantu siswa berprestasi baik dalam keadaan situasi darurat.
d) Dekade 60-an (Perintisan)
Pada dekade ini situasi politik Indonesia kurang begitu menguntungkan karena adanya
pemberontakan G 30 S/PKI (1965). Namun pada tahun 1966 lahirlah Orde Baru yang
menegakkan terwujudnya sistem pendidikan nasional dan menjadikan layanan
bimbingan dan konseling sebagai salahsatu kelengkapan system sehingga menjadikan
tantangan untuk merintis pelaksanaan bimbingan dan konseling yang terprogram dan
terorganisir.
e) Dekade 70-an (Penataan)
Dekade ini merupakan masa penataan bimbingan baik dalam aspek konseptual ataupun
operasional setelah adanya orde baru yang membuay bangsa Indonesia sadar akan
kelemahannya di masa lampau. Dan penataan bimbingan dalam aspek konseptual dan
operasional ini merupakan tantangan bimbingan dalam masa ini.
f) Dekade 80-an (Pemantapan)
Pada dekade ini merupakan masa pemantapan setelah masa penataan sebelumnya.
Pemantapan ini mengusahakan untuk terwujudnya bimbingan yang professional. Hal ini
dibuktikan dengan diakuinya profesi konseler atau guru bimbingan konseling oleh sistem
pendidikan nasional yang telah tertulis dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 74 tahun 2008 tentang guru pada pasal 15 yang menyatakan bahwa guru
bimbingan dan konseling atau konseler adalah guru pemegang sertifikat pendidikan.

1. Perkembangan Konsep Umum Konseling


Bimbingan dan konseling perkembangan merupakan suatu pendekatan di dalam
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Myrick (Muro & Kottman, 1995: 49)
menyatakan bahwa bimbingan dan konseling perkembangan didasarkan pada premis bahwa
individu berkembang secara berurutan dan positif terhadap peningkatan diri. Individu
memiliki kekuatan tersendiri untuk percaya bahwa setiap individu itu unik. Oleh karena itu,
bimbingan dan konseling perkembangan memberikan bantuan yang dirancang dengan
memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan
perkembangan anak dan merupakan bagian terpenting dan integral dari keseluruhan
program pendidikan. Bimbingan dan konseling perkembangan diperlukan karena manusia
dari waktu ke waktu terus berkembang, begitu pula dalam bimbingan dan konseling, harus
terus berkembang baik dalam programnya maupun dalam layanannya. Adapaun perbedaan
karakteristik bimbingan dan konseling tradisional dengan bimbingan dan konseling
perkembangan ialah sebagai berikut :

a) Tradisional
1. Bersifat reaktif
2. Pendekatan krisis (remediatif)
3. Hanya melakukan konseling individual
4. Hanya melayani siswa yang bermasalah
5. Menekankan pada layanan informasi
6. Programnya tidak terstruktur
7. Hanya dilakukan oleh konselor sendiri
b) Modern (berkembang)
1. Terprogram
2. Pendekatannya preventif dan remediatif
3. Melaksanakan bimbingan dan konseling
4. Melayani semua siswa (for all)
5.Menekankan kepada program pengembangan
6. Programnya terstruktur
7. Dilakukan oleh konselor bersama personal lainnya secara team work

Muro & Kottman, (1995:50-53) menyatakan bahwa bimbingan dan konseling perkembangan
adalah program bimbingan yang di dalamnya mengandung prinsip sebagai berikut:
1. Guidance and counseling are needed by all children.
Penyelenggraan program bimbingan diupayakan menyentuh semua siswa, program
bimbingan tidak hanya difokuskan kepada siswa yang memiliki masalah.
2. Developmental guidance and counseling a focus an children’s learning.
Suasana program bimbingan atau guru pembimbing berupaya menciptakn suasana
pembelajaran yang dimaksudkan sebagai upaya dalam menumbuhkan sikap tanggung
jawab pribadi anak dalam memahami masalah yang sedang dihadapi.
3. Counselors and teacher are cofunctionaries in developmental guidance programs.
Implementasi program bimbingan melibatkan segenap personil sekolah. Diantaranya
personil sekolah yang dilibatkan konselor yang memegang peranan sentral, baik dalam
proses penyusunan program bimbingan maupun dalam pendistribusian kerja kepada
masing-masing personil.
4. An orgnized and planned curriculum is a vital of part of developmental guidance.
Layanan bimbingan dan konseling perkembangan didasarkan pada program bimbingan
yang telah disusun secara terencana yang dituangkan dalam kurikulum bimbingan.
5. Develop guidance and counseingr is concerned with self-acceptance, self-understanding
and self enhancement.
Subtansi program bimbingan salah satunya diarahkan kepada upaya siswa untuk
memahami dirinya secara proposional, baik yang menyangkut potensi maupun
kekurangannya.
6. Develop guidance and counseling focus on the encouragement process.
Program bimbingan diarahkan pada (1) menempatkan nilai pada diri anak sebagaimana
dirinya sendiri, (2) percaya pada diri sendiri, (3) percaya akan kemampuan diri anak, (4)
pengakuan untuk bekerja dan berusaha dengan sungguh-sungguh, (5) memamfaatkan
kelompok untuk mempermudah dan meingkatkan perkembangan anak, dsb.
7. Develop guidance acknowledges directional developmental rather than definitif ends.
Konselor mengakui perkembangan anak merupakan proses ke arah kematangan yang
bisa diukur kuantitas dan kualitasnya, oleh karena itu program bimbingan harus mampu
mengukur perkembangan diri siswa baik aspek fisik maupun psikologisnya.
8. Developmental guidance while team oriented, requires the serveces of a trained
profesional.
Program bimbingan perkembangan akan lebih efektif apabila didukung oleh tim yang
memiliki standar memadai dalam melakukan program bimbingan seperti konseling
individual, konseling kelompok, pengukuran dan menganalisa perkembangan anak.
9. Developmental guidance is concerned with early identification of special needs.
Program bimbingan dilaksanakan melalui kerja sama dengan guru untuk
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dasar yang belum tercapai oleh anak.
10. Develop guidance is concerned with the psychology of use.
Konselor tidak hanya sekedar peduli pada assesment kemampuan anak untuk belajar
melainkan pada bagaimana anak menggunakan kemampuannya.
11. Develop guidance has foundation in child psychology, child developmental and learning
theory.
Penerapan program bimbingan perkembangan memperhatikan penggunaan prinsip-
prinsip psikologi anak, psikologi perkembangan dan teori-teori belajar.
12. Develop guidance is both squential and flexible.
Subtansi program bimbingan perkembangan memperlihatkan karakteristik setiap siswa
dan dirancang secara sistematis dengan memperlihatkan fase-fase perkembangan
anak.

Prinsip-prinsip yang dikemukakan diatas merupakan prinsip pelayanan bimbingan


konseling, yang dapat menjadi pegangan konselor. Prinsip-prinsip pelayanan bimbingan
konseling diatas sudah mencakup aspek-aspek operasional yang bisa digunakan sebagai
acuan dalam praktek di lapangan. Karena itu, bimbingan dan konseling perkembangan
disebut juga bimbingan dan konseling komperhensif karena menggarap semua aspek
kehidupan peserta didik (Suherman, 2007: 26).

Layanan bimbingan dan konseling perkembangan tidak hanya berurusan dengan


perilaku maladaptif dan menyimpang, serta mencegah penyimpangan tersebut, tetapi
layanan bimbingan dan konseling juga lebih berurusan dengan pengembangan perilaku
individu yang efektif. Sejalan dengan pendapat Blocher, 1987:79) bahwa model
bimbingan dan konseling perkembangan memungkinkan konselor untuk memfokuskan
tidak sekedar terhadap gangguan emosional konseli, melainkan lebih mengupayakan
pencapaian tujuan dalam kaitan penguasaan tugas perkembangan, menjembatani tugas-
tugas yang muncul pada saat tertentu, dan meningkatkan sumber daya dan kompetensi
dalam memberikan bantuan terhadap pola perkembangan yang optimal dari konseli
(Blocher, 1987:79). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan
konseling perkembangan bukan hanya terbatas pemberian bantuan dan bimbingan
kepada siswa dalam seting pendidikan saja, tetapi juga layanan bimbingan dan konseling
perkembangan diarahkan kepada seluruh individu dalam ragam organisasi dan budaya.

Program bimbingan konseling di sekolah akan efektif apabila didasarkan pada kebutuhan
nyata dan kondisi objektif perkembangan peserta didik. Program tersebut harus mampu
memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak peserta didik dalam menjalani alur
perkembangannya. Pelayanan bimbingan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk
menunjang kematangan dalam perkembangan peserta didik. Karakteristik program
bimbingan dan konseling komperhensif yang pipaparkan Gysbers & Henderson (1988:
27) yaitu (a) proses pencapaian kompetensi siswa yang dilakukan oleh konselor
professional, (b) kegiatan bimbingan dilakukan secara terencana dan teratur dalam
pencapaian kompetensi siswa tertentu. Program bimbingan dan konseling komperhensif
terdiri dari layanan informasi, perencanaan individual, referal, pentapan, dan tindak
lanjut. (c) Program bimbingan dan konseling komperhensif melibatkan setiap personel
sekolah. Artinya, setiap personel sekolah memiliki tugas masing-masing dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling perkembangan untuk mencapai tujuan
sekolah. Fenomena di lapangan, tidak semua personel sekolah terlibat dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling di
sekolah telah menggunakan konsep bimbingan dan konseling perkembangan, akan
tetapi dalam pelaksanaannya belum berdasarkan bimbingan dan konseling
perkembangan. Guru bimbingan dan konseling di sekolah dijadikan tumpuan dalam
setiap penyelesaian permasalahan di sekolah. Sehingga tidak jarang permasalahan yang
dihadapi siswa hanya ditangani oleh guru bimbingan dan konseling tanpa campur tangan
dari wali kelas, guru mata pelajaran, atau wakasek kesiswaan. Karena itu, bimbingan dan
konseling masih dianggap hanya untuk siswa yang bermasalah, bukan untuk keseluruhan
siswa di sekolah.

Perspektif bimbingan dan konseling perkembangan, ialah memfasilitasi seluruh konseli


agar berkembang optimal dengan fasilitator tidak hanya guru bimbingan dan konseling,
tapi seluruh personel sekolah. Jika dilihat dari fenomena yang yang telah dipaparkan,
efektifitas pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling perkembangan di sekolah,
masih perlu pembenahan baik dalam pemahaman kepada personel sekolah mengenai
bimbingan dan konseling perkembangan, pembuatan program layanan bimbingan dan
perkembangan, serta eveluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling perkembangan.

2. Landasan Yuridis BK di Indonesia


1. Kurikulum 1975 membagi 3 jenis layanan dalam jalur pendidikan formal, yaitu (1)
layanan manajemen dan supervisi, (2) layanan pembelajaran, dan (3) layanan
bimbingan dan penyuluhan.

2. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 28 dan 29 1990, bimbingan adalah bantuan


kepada peserta didik untuk memahami diri, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan (bab X 25: 1) dan selanjutnya bimbingan dilaksanakan
ileh guru pembimbing (bab X 25: 2).

3. Kep. Men. Pan nomor 84 tahun 1993 tentang jabatan fungsional guru dan
angka menegaskan tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program
bimbingan, melaksanakan program bimbingan, mengevaluasi pelaksanaan program
bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut pelaksanaan
program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggungjawabnya.

4. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional


pendidikan, pasal 5 sampai dengan pasal 18 tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah.
5. Peraturan Kemdiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah yang memuat, “ Pengembangan diri peserta didik
dalam struktur KTSP difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
ketenaga pendidikan”.

6. Keputusan Dirjen PMPTK tahun 2007 tentang rambu-rambu penyelenggaraan


bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal, yang berisi panduan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di jalur pendidikan formal.

7. Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru (bab 3: 15) yang
menyatakan bahwa salah satu persyaratan bagi pendidik yang telah menyandang
sertifikat pendidik untuk memperoleh tunjangan profesi adalah apabila pendidik
yang bersangkutan “….melaksanakan tugas sebagai guru bimbingan dan konseling
atau konselor sesuai tugas beban guru bimbingan dan konseling atau konselor”.

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 27 tahun 2008, tentang “standar


kualifikasi akademik dan kompetensi konselor” yang menyatakan bahwa “untuk
dapat diangkat sebagai konselor, seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi
akademik dan kompetensi konselor yang berlaku secara nasional” (pasal 1 ayat 1).

9. SKB Mendikbud dan kepala BAKN nomor 0433/P/1993 dan nomor 25 tahun 1993
pasal 10, menyatakan bahwa penyusunan program bimbingan dan konseling adalah
membuat rencana pelayanan bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan
pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier.

10. SK Mendikbud nomor 025/O/1995 pasal 1, menyatakan bahwa bimbingan dan


konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam
bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan
karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-
norma yang berlaku.

11. SK Mendikbud nomor 025/O/1995 pasal 5 tentang tugas guru pembimbing,


diantaranya:
a) Setiap guru pembimbing diberi tugas bimbingan dan konseling sekurang-
kurangnya terhadap 150 siswa.
b) Bagi sekolah yang tidak memiliki guru pembingbing yang berlatang belakang
bimbingan dan konseling, maka guru yang telah mengikuti penataran bimbingan dan
konseling sekurang-kurangnya 180 jam dapat diberi tugas sebagai guru pembimbing.
Penugasan ini bersifat sementara sampai guru yang ditugasi itu mencapai taraf
kemampuan bimbingan dan konseling sekurang-kurangnya D3 atau di sekolah
tersebut telah ada guru pembimbing yang berlatar belakang minimal D3 bidang
bimbingan dan konseling.
c) Pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan di dalam atau di
luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan bimbingan dan konseling di luar sekolah
sebanyak-banyaknya 50% dari keseluruhan kegiatan bimbingan untuk seluruh sisiwa
di sekolah itu, atas persetujuan kepala sekolah.
d) Guru pembimbing yang tidak memenuhi syarat siswa yang diberi pelayanan
bimbingan dan konseling, diberi tugas sebagai berikut:
- Memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah lain baik negeri
maupun swasta. Penugasan dilakukan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang,
sekurang-kurangnya kepala kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
kabupaten atau kotamadya, atau
- Melakukan kegiatan lain dengan ketentuan bahwa setiap 2 jam efektif disamakan
dengan membimbing 8 orang siswa. Kegiatan lain tersebut misalnya menjadi
pengelola perpustakaan dan tugas sejenis yang ditetapkan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah. Penugasan tersebut dapat diberikan sebanyak-
banyaknya 12 jam efektif. Kegiatan tersebut tidak dinilai lagi pada unsur penunjang,
karena telah digunakan untuk memenuhi jumlah kewajiban siswa yang harus
dibimbing.
e) Bagi guru pembimbing yang jumlah siswa yang dibimbing kurang dari 150
siswa, diberi angka kredit proporsional.
f) Bagi guru pembimbing yang jumlah siswa yang dibimbing lebih dari 150 siswa,
diberi bonus angka kredit. Bonus angka kredit bimbingan diberikan dari butir
kegiatan melaksanakan program bimbingan. Pemberian bonus angka kredit
kelebihan siswa yang dibimbing sebanyak-banyaknya 75 siswa.

12. SK Mendikbud nomor 025/O/1995 pasal 7 tentang pelaksanaan bimbingan dan


konseling:
a) Setiap kegiatan menyusun program, melaksanakan program, mengevaluasi.
Menganalisis, dan melaksanakan kegiatan tindak lanjut, kegiatannya
meliputi:
1. Layanan orientasi
2. Layanan informasi
3. Layanan penempatan dan penyaluran
4. Layanan pembelajaran
5. Layanan konseling perorangan
6. Layanan bimbingan kelompok
7. Instrumentasi bimbingan dan konseling
8. Himpunan data
9. Konferensi kasus
10. Kunjungan rumah
11. Alih tangan kasus
b) Kegiatan bimbingan dan konseling secara keseluruhan harus mencakup:
1. Bimbingan pribadi
2. Bimbingan social
3. Bimbingan belajar
4. Bimbingan karier
c) Layanan orientasi wajib dilaksanakan pada awal catur wulan pertama
terhadap sisiwa baru.
d) Satu kali kegiatan bimbingan dan konseling memakan waktu rata-rata 2 jam
tatap muka.

B. METODE PENULISAN

1. Sumber dan Jenis Data


Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan artikel ini berasal
dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan judul
artikel ini. Beberapa jenis referensi yang digunakan adalah dari buku
pelajaran, jurnal, dan artikel yang bersumber dari internet. Jenis
data yang diperoleh bersifat kualitatif.

2. Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi pustaka (library research) yaitu
metode pengumpulan data dengan cara memahami dan
mempelajari teori-teori dari berbagai literatur yang berhubungan
dengan penelitian ini. Informasi didapat dari berbagai literatur dan
disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh.

3. Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi sesuai dengan topik kajian. Kemudian
dilakukan penyusunan penulisan artikel berdasarkan data yang telah
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Teknik analisis data bersifat
deskriptif argumentatif.

C. SIMPULAN
Dalam artikel mengenai pengembangan profesi konseling ini, simpulan yang dapat diambil
adalah :
1. Pengembangan profesi konseling merupakan hal yang
penting untuk meningkatkan kualitas layanan konseling.
2. Metode kualitatif dapat digunakan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan dan
tantangan dalam profesi konseling.
3. Sumber data yang beragam seperti dokumen resmi, jurnal,
dan literatur, dapat memberikan informasi yang berharga
untuk pengembangan profesi konseling.
4. Dengan menerapkan pendekatan yang komprehensif dalam
mengumpulkan dan menganalisis data, dapat dihasilkan
rekomendasi yang relefan dan efektif untuk meningkatkan
profesi konseling secara keseluruhan.
D. UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu, dan juga kepada teman-teman
sekelompok atas kerjasama, masukan, bantuan, dan waktu yang telah diluangakan sehingga
penulisan artikel ini dapat terselesaikan sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah
“Pengembangan Profesi Konseling”.
Daftar Pustaka

Syafriana Nasution, Henni dan Abdillah. 2019. Bimbingan Konseling: Konsep, Teori dan Aplikasinya.
(Medan: LPPPI)

Satriah, Lilis. 2020. Bimbingan Konseling Pendidikan. (Bandung: CV. Mimbar Pustaka)

Muro, J J dan Kottman, T. (1995). Guidance dan Counseling in The Elementary and

Middle Schools. Madison : Brown & Benhmark.

Suherman, Uman As. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Madani Production.

Blocher, Donal H. (1987). Development Counseling. Second Edition. New York: John Wiley & Sons

Gysbers, Norman C & Henderson, Patricia. (1988). Developing and Managing Your School Guidance
Program. Alexandria, Virginia: American Association for Counseling and Development

3. https://www.scribd.com/document/372100427/Landasan-Yuridis-Bk

You might also like