Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The emergence of a new virus called Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) at the end of December
2019 had an extraordinary impact on all aspects of life, especially in the world of health. Health
workers such as midwives in Independent Midwife Practices (PMB) must adapt delivery services to the
conditions of the COVID-19 pandemic and often encounter barriers in their implementation. This study
aimed to explore in depth the barriers by midwives in providing delivery services at PMB during the
COVID-19 pandemic. This study uses a qualitative descriptive study through a phenomenological
approach, involving ten informants. Data collection was carried out using one-on-one in-depth online
interviews with a semi-structured interview guide. Data analysis was done manually using thematic
analysis. The results of the data analysis show that midwives encountered barriers while providing
delivery services at PMB during the COVID-19 pandemic, including; difficulties in obtaining Personal
Protective Equipment (PPE) at the beginning of the pandemic, patient non-compliance in implementing
health protocols, midwives infected with COVID-19, and a referral system that did not work well.
Keywords: Barriers, Midwives, Delivery Services, Pandemic COVID-19
Abstrak
Munculnya virus baru yang disebut Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pada akhir Desember 2019
lalu, memberikan dampak yang luar biasa dalam segala aspek bidang kehidupan, terutama dalam dunia
kesehatan. Tenaga kesehatan seperti bidan di Praktik Mandiri Bidan (PMB) harus menyesuaikan
pelayanan persalinan dengan kondisi pandemi COVID-19 dan seringkali menemui hambatan dalam
pelaksanaannya. Tujuan penelitian ini untuk menggali secara mendalam hambatan yang ditemui bidan
dalam memberikan pelayanan persalinan di PMB pada masa pandemi COVID-19. Penelitian ini
menggunakan studi deskriptif kualitatif melalui pendekatan fenomenologi, dengan melibatkan sepuluh
orang informan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara one on one indepth interview online dengan
panduan wawancara semi terstruktur. Analisa data dilakukan secara manual menggunakan analisis
tematik. Hasil analisis data menunjukkan hambatan yang ditemui bidan selama memberikan pelayanan
persalinan di PMB pada masa pandemi COVID-19 antara lain; kesulitan memenuhi Alat Pelindung Diri
(APD) diawal pandemi, ketidakpatuhan pasien menerapkan protokol kesehatan, bidan terinfeksi
COVID-19, dan sistem rujukan yang tidak berjalan dengan baik.
Keywords: Hambatan, Bidan, Pelayanan Persalinan, Pandemi COVID-19
PMB bidan delima di Kabupaten Sleman. Banyak hambatan yang dialami, salah
Penelitian ini melibatkan 10 informan satunya adalah kesulitan memenuhi
dengan rincian; satu orang ketua PC IBI kebutuhan APD.
Kabupaten Sleman sebagai informan kunci Hasil analisis data menunjukkan
dan tiga orang pemilik PMB sebagai [PMB1, PMB2] pernah tidak memiliki
informan utama, tiga orang bidan stok masker bedah di fasilitas pelayanan
pelaksana sebagai informan utama, dan kesehatan mereka pada awal pandemi
tiga orang pasien bersalin sebagai informan COVID-19. Begitu juga dengan APD
pendukung yang memenuhi kriteria lainnya seperti handscoon, apron,
inklusi. Penentuan jumlah informan dalam coverall, dan handsanitizer sulit dicari
penelitian ini berdasarkan pada kecukupan karena ketersediaan APD di pasaran
data dan prinsip saturasi data dengan menjadi langka. Kondisi ini semakin
menggunakan teknik purposive sampling buruk ketika harga jual APD menjadi
dan convenience sampling untuk mahal semenjak kebutuhan APD selama
prosedur pengambilan informan. pandemi COVID-19 meningkat tajam
Pengumpulan data primer sementara ketersediaan APD sangat
dilakukan dengan cara one-on-one in- langka.
depth interview online menggunakan “Waktu di awal pandemi memang
teknik synchronous interview melalui kami kesusahan, yang jelas apron ya,
aplikasi Zoom Cloud Meetings dan voice APD itu kan memang sangat terbatas ya,
note pada aplikasi Whatsapp. Wawancara handscoon menjadi langka, masker ya
dilakukan berdasarkan panduan menjadi langka. Waktu itu memang
wawancara semi terstruktur yang telah hazmatnya sangat terbatas ya” [Pm.1].
melewati uji konstruk dengan bantuan “Dulu pada awal pandemi, kita
expert judgement, serta telah dilakukan memang sempat sebentar menggunakan
piloting interview kepada dua orang masker kain dikarenakan harga jual
informan. Pengumpulan data sekunder yang tinggi dan stok di penjual tidak
dilakukan dengan menggunakan logbook ada, sulit mencari, sementara kita di
kegiatan penelitian, catatan field note, [PMB1] sudah tidak memiliki masker
lembar checklist observasi, dan bukti bedah” [Bd.1].
dokumentasi (gambar). Analisis data “Kami sempat sulit, cari sarung
dilakukan secara manual menggunakan tangan aja susah. Masker dulu juga
analisis tematik. Penelitian ini dilakukan susah untuk dicari, sempat kehabisan itu
setelah mendapat surat kelayakan etik paling cuma masker bedah, terus kita
penelitian dari Komite Etik Penelitian pakai masker kain. Tapi itu hanya di
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah awal-awal pandemi itu kita pakai
Yogyakarta dengan No.1834/KEP- masker kain” [Pm.2].
UNISA/VII/2021. Hal ini sejalan dengan beberapa
penelitian sebelumnya yang
HASIL DAN PEMBAHASAN menyebutkan salah satu hambatan bidan
Hasil temuan penelitian, dijabarkan di US saat menolong persalinan pada
dalam empat sub tema bahasan yaitu Alat masa pandemi COVID-19 adalah tidak
Pelindung Diri (APD), kepatuhan pasien, adanya preferensi APD serta pasokan
terinfeksi COVID-19 dan sistem rujukan. normal APD tidak tersedia di pasaran
Penjelasan lebih rinci dari empat sub tema (Davis-Floyd et al., 2020). Tidak jauh
tersebut sebagai berikut: berbeda dengan kondisi di Indonesia,
1. Alat Pelindung Diri (APD). kebutuhan APD di fasilitas pelayanan
Memberikan pelayanan persalinan kesehatan juga tidak dapat terpenuhi
selama pandemi COVID-19 merupakan karena sedikitnya ketersediaan APD di
tantangan tersendiri bagi bidan di PMB. lapangan. Sementara harga jual APD
(Kominfo RI) tentang 299 hoaks vaksin tracing berakhir baik [PMB2] maupun
COVID-19 yang dirilis tanggal 23 [PMB3] membuka pelayanan seperti
Agustus 2021 pukul 06.00 WIB semula.
menyebutkan, ahli patologi klinis dari Berbeda dengan PMB lain, proses
Universitas Sebelas Maret (UNS) tracing dari Puskesmas di [PMB1] tidak
menjelaskan virus yang ada dalam berjalan. Tidak ada tindak lanjut dari
vaksin adalah virus non aktif. Virus ini Puskesmas setelah bidan melaporkan
tidak akan menyebabkan hasil rapid test adanya kasus bidan (pimpinan PMB)
antigen maupun PCR menjadi reaktif yang terkonfirmasi COVID-19. Hal ini
atau positif. Jika seseorang melakukan terjadi karena pada akhir tahun 2020
pemeriksaan tes COVID-19 dan sampai dengan Maret 2021 kebijakan
hasilnya menunjukkan reaktif atau tracing sedang dihentikan karena
positif setelah melakukan vaksinasi, itu adanya ledakan kasus COVID-19 yang
dikarenakan ia telah terpapar virus menyebabkan RS dan shelter COVID-
COVID-19 sebelumnya tanpa ia sadari 19 tidak mampu laksana. Baru setelah
(Kominfo, 2021). bulan April 2021 proses tracing berjalan
Bentuk tindak lanjut bidan di PMB kembali.
setelah mengetahui terdapat kasus ibu Langkah yang diambil bidan di
bersalin yang terkonfirmasi COVID-19 [PMB1] untuk mengatasi hal tersebut
[PMB2, PMB3] dan bidan yang dengan melakukan tracing mandiri
terkonfirmasi COVID-19 [PMB1] berupa pemeriksaan rapid test antibody
adalah dengan melaporkan kejadian kepada semua orang yang kontak erat
tersebut ke Puskesmas wilayah dengan bidan (pimpinan PMB) yang
setempat. Setelah mendapat laporan terkonfirmasi COVID-19. Pemeriksaan
tersebut, pihak Puskesmas di bawah rapid test antibody dilakukan di [PMB1]
instruksi DPJP menyarankan PMB sehari setelah menerima informasi
untuk tutup pelayanan sementara selama tersebut. Kemudian melanjutkan
1 minggu. Selanjutnya SATGAS pemeriksaan dengan rapid test antigen
COVID-19 dari Puskesmas melakukan tiga hari setelah pemeriksaan rapid test
tracing untuk mencegah penyebaran antibody. Hasil tracing mandiri
virus COVID-19 di PMB. Tepat tiga hari menunjukaan tidak ada bidan yang
setelah mendapat laporan dari PMB reaktif selain pimpinan PMB yang
SATGAS COVID-19 melakukan rapid terkonfirmasi COVID-19. Selanjutnya
test antibody kepada semua orang yang bidan yang terkonfirmasi melakukan
kontak erat dengan penderita COVID-19 isolasi di shelter COVID-19 dan
dan melanjutkan pemeriksaan PCR jika mendapatkan perawatan intensif di RS
didapatkan hasil pemeriksaan rapid test selama 17 hari. Sementara pelayanan di
antibody menunjukkan reaktif. [PMB1] tetap berjalan seperti semula
Hasil tracing SATGAS COVID-19 dan pengelolaan PMB dilakukan secara
menemukan hanya satu bidan yang bersama-sama oleh bidan pelaksana di
terkonfirmasi COVID-19 di [PMB2, PMB tersebut.
PMB3]. Bidan yang terkonfirmasi Tingginya kasus konfirmasi
COVID-19 selanjutkan melakukan COVID-19 di masyarakat menyebabkan
isolasi mandiri di bawah pemantauan kekhawatiran tersendiri bagi semua
Dinkes Kabupaten Sleman dan bidan di PMB, terlebih bagi bidan yang
organisasi PC IBI Kabupaten Sleman. memiliki riwayat penyakit dan
Sementara bidan yang tidak komorbid yang mereka miliki. Hasil
terkonfirmasi COVID-19 tetap dapat wawancara dengan informan
memberikan pelayanan kesehatan menyebutkan selama pandemi COVID-
kepada masyarakat. Setelah proses 19 bidan membatasi pelayanan yang
mereka berikan kepada pasien. Salah penelitian yang dilakukan oleh Heath et
satu contohnya ketika mereka al., (2020) menyebutkan salah satu
melakukan pemeriksaan atau konseling strategi yang dilakukan untuk mengelola
waktu yang mereka sediakan hanya 5 tekanan psikologis antar petugas
menit, sehingga terkesan terburu-buru. kesehatan selama pandemi COVID-19
Hal ini dilakukan sebagai bentuk dengan memfasilitasi kelompok diskusi.
penerapan prokes dan anggapan mereka Kegiatan kelompok diskusi membahas
bahwa semua orang adalah OTG. pengalaman masing-masing tenaga
Contoh lain di [PMB3] bidan kesehatan, saling memberikan
menerapkan aturan bagi ibu bersalin perhatian, melakukan refleksi diri dan
yang memiliki riwayat pemeriksaan kegiatan belajar bersama. Hasil
rapid test antibody maupun rapid test penelitian menunjukkan pengurangan
antigen reaktif, maka akan dilakukan burnout yang signifikan, terutama dalam
rujukan ke RS meskipun saat domain depersonalisasi.
pemeriksaan PCR hasil menunjukkan Hasil wawancara dengan ketua PC
non-reaktif. IBI Kabupaten Sleman menyebutkan
Hasil penelitian yang dilakukan salah satu program pemerintah untuk
oleh Semaan et al., (2020) menyebutkan mencegah infeksi COVID-19 pada
mayoritas petugas kesehatan mengalami tenaga kesehatan dengan melakukan
tingkat stres yang jauh lebih tinggi dari vaksinasi ketiga atau vaksinasi booster.
sebelumnya selama pandemi COVID- Kegiatan ini diawali dengan pendataan
19. Penyebabnya antara lain karena sulit jumlah tenaga kesehatan. Program lain
mencapai tempat kerja akibat lockdown, yang serupa yaitu program vaksinasi
pembatasan transportasi, beban kerja COVID-19 untuk ibu hamil dan anak
meningkat, jadwal kerja tidak menentu, prasekolah. Pelaksanaan program ini
kekurangan tenaga kesehatan dan isolasi akan dilaksanakan di PMB-PMB di
mandiri setelah potensi terpapar bawah koordinasi BKKBN pusat.
COVID-19. Hal ini sejalan dengan 4. Rujukan.
penelitian yang dilakukan oleh Wen-rui Memberikan pelayanan persalinan
Zhang, et al (2020) menyebutkan selama di PMB tentu tidak bisa lepas dari sistem
wabah COVID-19, petugas kesehatan rujukan, terutama pada masa pandemi
medis lebih banyak memiliki masalah COVID-19. Tidak hanya ibu bersalin
psikososial dibandingkan dengan dengan kegawatdaruratan obstetrik,
petugas kesehatan non-medis. Masalah melainkan ibu bersalin dengan status
psikososial yang dialami petugas COVID-19 juga menjadi pertimbangan
kesehatan medis yaitu insomnia, perlunya melakukan rujukan pada
kecemasan, depresi, somatisasi, gejala situasi pandemi saat ini. Berdasarkan
obsesif-kompulsif. hasil analisis data, proses rujukan
Meskipun semua bidan di PMB dilakukan dengan cara menghubungi
memiliki kekhawatiran terinfeksi virus tempat rujukan (RS PONEK atau RS
COVID-19, akan tetapi semua bidan rujukan COVID-19) terlebih dahulu. Hal
dapat mengatasi kekhawatiran mereka ini dilakukan bertujuan untuk
masing-masing tanpa perlu melakukan melaporkan kasus terkait kondisi pasien
konsultasi dengan Psikolog. Salah satu dan perawatan yang telah diberikan serta
cara yang mereka lakukan adalah memastikan bahwa tempat rujukan
sharing bersama bidan-bidan di PMB dapat menerima pasien yang akan
lain dan berbagi pengalaman dirujuk. Selanjutnya bidan menunggu
memberikan pelayanan persalinan konfirmasi dari RS, jika RS dapat
selama pandemi COVID-19 melalui menerima pasien rujukan maka kita
grup Whatsapp. Sejalan dengan lakukan rujukan dengan cara mengantar