You are on page 1of 14

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

UJI MUTU FISIK BENIH, KEMURNIAN, DAN KADAR AIR BENIH

Disusun oleh:

Kelompok 3

Tharisa Quilla Azizah (215040200111213)


Badrul Munir (215040200111214)
Desty Novia Wulandari (215040200111215)
Shafa’ Nur Faizallah (215040200111216)
Djagad Fajar Utomo (215040200111217)
Adellia Jasmita Albab (215040200111218)
Ainun Damayanti (215040200111220)
Evi Avriliyanti Pratiwi (215040200111222)
Ahmad Ainul Yaqin (215040200111223)
Luluk Syuroyyah (215040200111224)

Kelas F

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benih merupakan salah satu sarana produksi yang tidak dapat digantikan
dan sangat menentukan dalam sistem produksi pertanian, termasuk tanaman
hortikultura. Kualitas benih menjadi hal penting dan perlu diperhatikan oleh
semua pihak. Kualitas benih yang baik akan memberikan hasil yang optimal,
sedangkan benih dengan kualitas kurang baik dapat memperlambat pertumbuhan
hingga menyebabkan gagal panen. Pada setiap benih tentunya memiliki sifat atau
karakteristik yang berbeda untuk setiap spesies. Begitu pun untuk benih bermutu,
benih yang bermutu baik memiliki ciri-ciri seperti kemurnian genetik dan fisik
yang tinggi, benih sehat dan bebas penyakit, kadar air aman, serta tidak boleh
dicampur dengan benih tanaman lain (Wahyuni et al., 2021). Benih yang akan
ditanam juga harus telah melalui proses perkecambahan yang menjadikan benih
tersebut ketika tumbuh akan menjadi tanaman yang dapat dimanfaatkan. Untuk
menentukan mutu benih perlu dilakukan pengujian benih. Pengujian benih
ditujukan untuk mengetahui mutu atau kualitas dari suatu jenis atau kelompok
benih.
Uji mutu fisik benih merupakan pengujian dengan menentukan ciri-ciri fisik
benih agar dapat menentukan kualitas benih. Uji mutu fisik benih dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode pengujian, seperti pengukuran ukuran dan
berat benih, pengamatan bentuk, warna, dan tekstur benih, serta pengujian
kemampuan benih untuk berkecambah dan tumbuh. Hasil uji mutu fisik benih
digunakan untuk menentukan kelayakan benih untuk diproduksi dan dijual.
Tujuan dari uji mutu fisik benih adalah untuk memastikan bahwa benih yang
diproduksi memiliki ciri-ciri fisik yang sesuai dengan standar kualitas yang
ditetapkan. Uji kadar air benih merupakan pengukuran jumlah kandungan air
dalam benih yang bertujuan untuk menentukan kadar air yang tepat pada benih,
sehingga benih dapat disimpan dalam kondisi baik untuk digunakan dalam
penanaman. Uji kadar air benih juga dapat membantu menentukan umur simpan
benih dan masa kadaluarsa, serta dapat membantu menilai kualitas benih secara
keseluruhan. Dari sedikit penjelasan tersebut, maka diperlukan pengujian suatu
kelompok benih untuk mengetahui mutu fisik dan kadar air benih sehingga
diperoleh benih yang berkualitas dan bermutu tinggi yang memiliki kemampuan
berkecambah yang baik.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar praktikan dapat
mengetahui dan memahami materi yang dibahas yakni uji mutu fisik dan kadar air
sekaligus bertujuan untuk mengetahui teknik, metode serta hasil yang diperoleh
dari pengujian benih berdasarkan uji mutu fisik dan kadar air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kemurnian Benih


Kemurnian benih merupakan kondisi benih yang hanya mengandung satu
jenis benih atau varietas, tidak tercampur atau terkontaminasi dengan varietas atau
spesies benih lain. selain itu, benih juga tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan
asing, patogen, atau penyakit yang merusak kualitas benih (Sutanto et al., 2020).
Selaras dengan pendapat sebelumnya menurut Rahmi (2016) kemurnian benih
adalah kemampuan benih untuk mempertahankan spesies atau varietas aslinya dan
tidak terkontaminasi dengan bahan asing dari spesies lain yang dapat merusak
kualitas benih.
Seed purity is a condition in which seeds consist of only one type of seed or
the same variety and are not mixed with seeds of other types or varieties, foreign
materials, pathogens, or diseases that can damage seed quality and crop yields
(Kumar et al., 2019). Artinya, kemurnian benih adalah kondisi di mana benih
hanya terdiri dari satu jenis benih atau varietas yang sama dan tidak tercampur
dengan benih dari jenis atau varietas lain, bahan-bahan asing, patogen, atau
penyakit yang dapat merusak kualitas benih dan hasil panen (Kumar et al., 2019).
Pendapat lain disampaikan Pandey dan Singh (2016) seed purity is a condition in
which the seed consists of the same type of seed or variety and is not
contaminated by other seeds, foreign materials, pathogens or diseases. Artinya,
kemurnian benih adalah kondisi di mana benih tersebut terdiri dari satu jenis
benih atau varietas yang sama dan tidak terkontaminasi oleh benih lain, bahan-
bahan asing, patogen, atau penyakit (Pandey dan Singh, 2016).

2.2 Definisi Kadar Air


Kadar air merupakan sejumlah air yang terkandung di dalam benda, seperti
tanah (kelembaban tanah), bebatuan, dan bahan pertanian. Kadar air digunakan
secara luas dalam bidang ilmiah dan teknik (Prasetyo et al., 2019). Selaras dengan
pendapat sebelumnya, menurut Aventi (2015) kadar air adalah banyaknya air yang
terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak.
Seed moisture content is the loss of water weight of the seed when it is dried
and is expressed as a percentage of the initial weight of the seed sample which
determines the storage time of the seed (Chung et al., 2011). Artinya kadar air
benih adalah hilangnya berat air benih ketika dikeringkan dan dinyatakan sebagai
persentase dari berat awal contoh benih yang menentukan lama penyimpanan
benih (Chung et al., 2011). Terdapat pendapat lain yang disampaikan
Hasanuzzaman (2019) the seed moisture content is the most vital parameter which
influence the seed quality and storage life of the seed. Viability decrease more
rapidly at high moisture content because of mould growth, heating damage,
ageing and increased
insect image. Seed moisture content is also closely associated with several aspect
of physiological seed quality. Artinya, kadar air benih merupakan parameter
paling vital yang mempengaruhi kualitas dan penyimpanan benih kehidupan
benih. Viabilitas menurun lebih cepat pada kadar air tinggi karena pertumbuhan
jamur, kerusakan akibat pemanasan, penuaan dan peningkatan citra serangga.
Kadar air biji juga rapat berhubungan dengan beberapa aspek mutu fisiologis
benih (Hasanuzzaman, 2019).

2.3 Kategori Benih dalam Kemurnian


Uji kemurnian benih dilakukan dengan menghitung perbandingan
komponen yang menjadi acuan kemurnian benih. Menurut Nurjanah (2019)
terdapat tiga komponen kemurnian benih yaitu benih murni, benih tanaman lain,
dan kotoran benih. Dari ketiga komponen tersebut dijelaskan lebih lanjut oleh
Ningsih et al., (2015) sebagai berikut:
a. Benih Murni
Benih murni adalah seluruh jenis benih/biji-bijian yang termasuk ke dalam
jenis, varietas atau spesies yang sedang diuji. Benih tersebut masuk ke dalam
kategori.
 Benih masak dan utuh
 Benih yang mengkerut, berukuran kecil dan tidak masak
 Benih yang telah berkecambah sebelum diuji
Pecahan/potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang
sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke
dalam spesies yang dimaksud benih yang terserang penyakit tapi bentuknya masih
dapat dikenali.
b. Benih Tanaman Lain
Benih tanaman lain adalah benih yang berasal dari tanaman lain, di mana
benih ini merupakan benih yang tidak termasuk ke dalam kriteria benih yang akan
di uji kemurniannya. Dalam pengujian ini, benih dari jenis lain yang dimaksud
adalah seluruh benih dari varietas tanaman yang tidak termasuk pada varietas
yang sedang di uji. Atau maksudnya, seluruh benih tanaman pertanian yang tidak
masuk dalam label kemasan yang sedang diuji.
c. Kotoran Benih
Kotoran benih adalah benih dan bagian dari benih serta bagian dari benih
yang ikut terbawa dalam contoh. Dalam hal ini termasuk benih tanpa kulit benih,
biji hampa tanpa lembaga, benih yang terlihat bukan benih sejati, pecahan benih
kurang lebih ½ ukuran normal, cangkang benih, partikel tanah, kulit benih, sekam,
ranting, pasir, jerami, daun, tangkai dan kotoran lain yang ikut terbawa.

2.4 Metode Penentuan Bobot 1000 Butir


Uji bobot 1000 butir merupakan pengujian mutu benih yang dilakukan
untuk mengetahui kualitas benih. Benih dengan bobot 1000 butir yang
tinggi
menunjukkan semakin besar ukuran benih setiap butirnya. Selain itu, benih yang
dengan bobot 1000 butir yang tinggi memiliki daya perkecambahan yang lebih
baik karena mempunyai cadangan makanan yang lebih banyak. Sehingga bobot
1000 benih dapat dijadikan penentu mutu benih secara fisik (Wiguna dan Uun,
2012). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bobot 1000 butir adalah faktor
genetik atau varietas dan faktor lingkungan seperti manajemen nutrisi tanaman,
pupuk yang diberikan, air, cara penyerbukan, jarak tanam, metode tanaman, dan
populasi per luasan (Kurniawan dan Chotimatul, 2021). Setiap varietas memiliki
kemampuan beradaptasi yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap jumlah
benih yang diproduksi.
Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk menentukan bobot 1000
butir, yakni dengan menghitung seluruh contoh kerja dan menghitung dalam
ulangan. Pada metode menghitung seluruh contoh dilakukan dengan menimbang
berat 1000 butir benih kemudian berat tersebut dibagi dengan jumlah benih murni
yang didapatkan dari analisis kemurnian dan dikalikan dengan 1000. Berikut ini
merupakan rumus yang digunakan pada metode menghitung berdasarkan seluruh
contoh.
𝑌
𝑍 = 1000 ×
𝑋
Di mana:
Z = Berat 1000 butir
Y = Berat setelah ditimbang
X = Jumlah benih murni dari analisis kemurnian
Metode yang kedua adalah dengan menghitung dalam ulangan. Pada metode
ini dilakukan pengambilan 100 butir benih secara acak kemudian ditimbang dan
diulangi sebanyak 4 kali. Kemudian hasil penimbangan tersebut dihitung dengan
rumus sebagai berikut.
𝑍 = (𝑈1 + 𝑈2 + 𝑈3 + 𝑈4) × 2,5
Di mana:
Z = Berat 1000 butir
U = Ulangan

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Air


Kualitas atau mutu benih dapat diketahui secara kualitatif maupun
kuantitatif. Secara kuantitatif, kualitas benih dapat diketahui melalui perhitungan
kadar air dan bobot 1000 benih. Kadar air pada benih dapat dipengaruhi oleh
faktor genetik, faktor lingkungan, dan perlakuan terhadap benih. Perlakuan pada
benih seperti metode prosesing, lama pengeringan, dan suhu pengeringan turut
mempengaruhi kadar air pada benih (Kurniawan dan Chotimatul, 2021).
Proses pengeringan pada benih dapat mengurangi kandungan air yang ada
pada benih. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju penurunan kadar air
pada benih adalah suhu udara pengering, aliran udara, serta lamanya waktu
pengeringan. Suhu pengeringan yang tinggi dapat meningkatkan laju penguapan
air pada benih sehingga laju penurunan kadar air benih juga meningkat.
Sedangkan aliran udara berfungsi sebagai pembawa udara panas yang dapat
menguapkan kadar air benih dan mengeluarkan uap air benih. Semakin besar
volume udara yang mengalir maka semakin besar kapasitasnya dalam membawa
dan menampung uap air. Semakin lama berjalannya pengeringan maka kadar air
yang tersisa pada biji juga semakin sedikit (Warianti dan Darmanto, 2019).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Kemurnian Benih
Luqman sedang melakukan pengujian kemurnian benih. Luqman
memperoleh berat benih murni sebesar 730 gr, berat benih lain 85 gr dan berat
kotoran benih 15 gr. Hitunglah:
1. Persentase benih murni
2. Persentase benih tanaman lain
3. Persentase kotoran benih
4. Faktor kehilangan
benih Jawaban dari soal di
atas:
1. Presentasi Benih Murni :
𝐵𝑀
● Presentase Benih Murni =
𝐵𝑀 + 𝐵𝑇𝐿 + 𝐾𝐵 𝑥 100%
730 𝑔𝑟
● Presentase Benih Murni = 𝑥 100%
730 𝑔𝑟 + 85 𝑔𝑟 + 15 𝑔𝑟
● Presentase Benih Murni = 10,24 gr
2. Presentase Benih Tanaman Lain :
𝐵𝑇𝐿
● Presentase Benih Tanaman Lain = 𝑥 100%
𝐵𝑀 + 𝐵𝑇𝐿 + 𝐾𝐵
● Presentase Benih Tanaman Lain = 85𝑔𝑟
𝑥 100%
730 𝑔𝑟 + 85 𝑔𝑟 + 15 𝑔𝑟
● Presentase Benih Tanaman Lain = 10,24%
3. Presentase Kotoran Benih
𝐾𝐵
● Presentase Kotoran Benih =
𝐵 + 𝐵𝑇𝐿 + 𝐾𝐵 𝑥 100%
15 𝑔𝑟
● Presentase Kotoran Benih = 𝑥 100%
730 𝑔𝑟 + 85 𝑔𝑟 + 15 𝑔𝑟
● Presentase Kotoran Benih = 1,80%
4. Faktor Kehilangan Benih
● 𝐶𝐾 − (𝐵𝑀 + 𝐵𝑇𝐿 + 𝐾𝐵)
FK = 𝐶𝐾 𝑥 100%
● 900 − (730 + 85 + 15)
FK = 900 𝑥 100%
● FK = 7,77%
Tabel 1. Hasil Kemurnian Benih
Berat Presentase Faktor Kehilangan
Komponen
(gr) (%) (%)
Benih Murni (BM) 730 87,95 -
Benih Tanaman Lain (BTL) 85 10,24 7,78
Kotoran Benih (KB) 15 1,8 -
Contoh Kerja (CK) 900 - -
3.1.2 Bobot 1000 Butir
Qo’id ingin mengetahui kebutuhan benih dalam setiap hektarnya dan Qo’id
ingin mengukur kondisi benih kacang hijau yang Qo’id punya. Apa yang harus
dilakukan Qo’id? Jika ulangan 1, 2, 3, 4 berturut-turut sebagai berikut 35 gr, 25
gr, 20 gr, 40 gr dengan metode mana yang harus digunakan dan berapa hasilnya?
Jawaban:
Perhitungan menggunakan metode B atau menghitung dalam ulangan.
Z = (U1 + U2 + U3 + U4) x 2,5
Z = (35 + 35 + 20 + 40) x 2,5
Z = 120 x 2,5
Z = 300 gr
3.1.3 Kadar Air Metode Oven
Pengujian kadar air benih dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu secara
langsung dan secara tidak langsung. Pengujian kadar air pada benih kacang hijau
secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan metode oven selama
kurang lebih satu jam dengan suhu 130oC. Sehingga didapatkan hasil sebagai
berikut.
Tabel 2. Data Hasil Pengujian Kadar Air Metode Oven
Data Bobot (gr)
M1 33,54
M2 38,6
M3 37,97
Keterangan:
M1 : Berat dari cawan dan tutupnya
M2 : Berat dari cawan, tutup, dan isinya sebelum pengeringan
M3 : Berat dari cawan, tutup, dan isinya setelah pengeringan
Rumus perhitungan kadar air:
KA = (𝑀2−𝑀3) 𝑥 100%
(𝑀2−𝑀1)
(38,6−37.97)
KA = (38,6−33,54) 𝑥 100%
KA = 0,63 𝑥 100%
5,06
KA = 12,45%
Berdasarkan perhitungan terhadap persentase kadar air dengan
menggunakan metode oven yang diketahui bobot wadah, bobot basah, dan bobot
kering benih, didapatkan hasil bahwa persentase kadar air benih kacang hijau
yaitu sebesar 12,45%.
3.1.4 Kadar Air Metode Grain Moisture Meter
Uji kadar air benih secara tidak langsung dapat dilakukan menggunakan alat
Grain Moisture Meter (GMM). Pada metode ini, nilai kadar air akan langsung
ditampilkan pada alat tersebut dalam satuan persen. Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan dengan menggunakan benih kacang hijau didapatkan hasil sebagai
berikut dengan tiga kali ulangan.
Tabel 3. Data Hasil Pengujian Kadar Air Metode GMM
Ulangan Kadar Air (%) Dokumentasi
Ulangan ke-1 13,4

Ulangan ke-2 13,4


Ulangan ke-3 13,4

Berdasarkan hasil dari pengujian kadar air dengan metode GMM didapatkan
bahwa pada ulangan pertama, kedua, dan ketiga diperoleh hasil yang sama yaitu
sebesar 13,4%, sehingga diperoleh rata-rata dari ketiga ulangan tersebut yaitu
sebesar 13,4%.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Kemurnian Benih
Kemurnian benih dapat diketahui melakukan pengujian kemurnian benih
yang dilakukan dengan prinsip memisahkan benih ke dalam tiga komponen yaitu
benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih. Benih yang sudah dipisahkan
akan dihitung persentasenya dari ketiga komponen tersebut (Ningsih et al., 2015).
Berdasarkan data hasil praktikum, dapat diketahui jika berat benih murni sebesar
730 gr dengan persentase 87,95%. Sedangkan berat benih tanaman lain sebesar 85
gr dengan persentase 10,24% dan berat kotoran benih sebesar 15 gr dengan
persentase 1,8% tingkat kehilangan benih pada percobaan tersebut. Menurut
Suryandari dan Ratnasari (2019), semakin baik mutu fisik benih, akan
berpengaruh pada semakin baik mutu genetis dan fisiologis. Semakin tinggi nilai
kemurnian benih, maka daya kecambah dan campuran dari benih lain juga sedikit,
sehingga karakter benih terjaga dan tumbuh di lapangan dengan optimal.
Besar kecilnya persentase kemurnian benih dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya karena banyak benih yang terserang hama seperti ulat. Ulat
pada benih dianggap sebagai kotoran benih. Sedangkan, penggolongan benih
murni adalah semua benih yang hidup maupun mati, serta benih rusak. Oleh
karena itu, kemurnian benih tidak menggambarkan viabilitas benih (Ningsih et al.,
2015).
3.2.2 Bobot 1000 Butir
Pengujian bobot 1000 butir merupakan salah satu pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui benih yang berkualitas dan bermutu tinggi, lebih tepatnya
pengujian bobot 1000 butir dilakukan untuk mengetahui mutu fisik benih
Berdasarkan hasil pengujian, bobot yang diperoleh adalah 300 gram. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Kurniawan dan Azmi (2021), bahwa dengan uji bobot
1000 butir maka kualitas benih dapat terlihat serta mampu memprediksi
kebutuhan benih per luasan tanam. Semakin tinggi bobot 1000 butir, semakin
besar ukuran tiap butir benihnya. Informasi mengenai bobot 1000 butir tersebut
bermanfaat bagi petani sebab para petani dapat menyiapkan benih sedekat
mungkin dengan kebutuhan sehingga biaya produksi lebih efisien. Berdasarkan
pengujian yang dilakukan, didapati bobot yang berbeda di tiap ulangannya, hal ini
diasumsikan akibat adanya faktor lingkungan dan faktor perlakuan. Menurut
Imansyah dan Andreyuni (2020), perbedaan bobot 1000 butir benih dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perlakuan.
3.2.3 Kadar Air
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan kadar air yang telah
dilakukan pada benih kacang hijau, diketahui bahwa terdapat tiga sampel yang
diamati menggunakan GMT. Pengukuran menggunakan GMT diperoleh nilai
kadar air yang sama pada setiap ulangan yaitu sebesar 13,4%. Kemudian
perhitungan kadar air juga dilakukan dengan metode oven dengan hasil
pengamatan pengujian menggunakan oven diperoleh nilai kadar air benih kacang
hijau sebesar 12,45%.
Mengetahui kadar air yang dimiliki setiap sampel dapat menentukan
besarnya kebutuhan benih yang akan ditanam dan perawatan yang tepat untuk
setiap benihnya. Selain itu, pengukuran kadar air penting dilakukan untuk
mengetahui daya simpan benih tersebut karena kualitas benih dipengaruhi oleh
jumlah kadar air yang dimiliki, semakin tinggi kandungan air benih maka semakin
benih tidak tahan untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Dewi (2015), bahwa semakin rendah kadar air benih maka
akan semakin lama daya simpan atau hidup benih tersebut. Kadar air benih juga
akan mempengaruhi viabilitas dan vigor benih. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kolo dan Tefa (2016), yang menyatakan bahwa kadar air benih selama
penyimpanan merupakan faktor yang mempengaruhi viabilitas dan vigor benih.
Semakin tinggi kadar air kerusakan benih makin tinggi yang ditandai dengan
viabilitas benih yang semakin cepat menurun. Lalu menurut Susanti (2014),
kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih yang dapat
menimbulkan perubahan menyeluruh didalam benih, baik fisik, fisiologis maupun
kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan dapat diambil
kesimpulan bahwa kualitas benih juga dipengaruhi oleh kadar air. Semakin tinggi
kandungan air benih maka semakin benih tidak tahan untuk disimpan dalam
jangka waktu yang lama, sehingga kadar air penting untuk diketahui guna
mengetahui kualitas benih.

4.2 Saran
Pada praktikum sebaiknya dilakukan secara individu pada masing-masing
kelompok mulai dari awal hingga akhir. Selain itu, juga perlu dilakukan
pemahaman lagi terkait pentingnya mengetahui kadar air untuk benih, sehingga
praktikum menjadi lebih lancar lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Aventi. 2015. Penelitian Pengukuran Kadar Air Buah. Seminar Nasional


Cendekiawan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman.
Dewi, T. K. 2015. Pengaruh Kombinasi Kadar Air Benih dan Lama Penyimpanan
terhadap Viabilitas dan Sifat Fisik Benih Padi Sawah Kultivar Ciherang.
Jurnal Agrorektan, 2(1): 53-61.
Hasanuzzaman, M. 2019. Study on the Moisture Determination of Seed.
Department of Agronomy Sher-e-Bangla Agricultural University.
Imansyah, A. A. dan F. D. A. Andreyuni. 2020. Identifikasi Morfologi Benih Padi
Sawah Varietas Pandanwangi di Lima Lokas Kecamatan. Jurnal Pro-Stek,
2(1).
Kolo, E. dan A. Tefa. 2016. Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Viabilitas dan
Vigor Benih Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Savana Cendana,
1(3): 112-115.
Kumar, A., S. K. Jain, and S. K. Bhardwaj. 2019. Seed Quality: Basic Principles
and Methodologies. New Delhi, India: CRC Press.
Kurniawan, H. dan A. Chotimatul. 2021. Bobot 1000 Butir dan Kualitas Benih
Tujuh Lot Varietas Cabai Open Pollinated (OP). Prosiding: Peningkatan
Produktivitas Pertanian Era Society 5.0 Pasca Pandemi. Agropross National
Conference Proceedings of Agriculture, 217-226.
Ningsih, M. K., M. P. Biantary, dan J. Jumani. 2015. Uji Mutu Fisik dan
Fisiologis Benih Pohon Penghasil Gaharu (Aquilaria Microcarpa Baill.)
Berdasarkan Fenotipe Pohon Induk di Khdtk Samboja Kabupaten Kutai
Kartanegara. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan, 14(2): 221-
238.
Nurjanah, S. 2019. Komponen-Komponen pada Uji Kemurnian Benih.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/80365/Komponen---Komponen-
pada-Uji-Kemurnian-Benih/. Diakses pada tanggal 17 April 2023.
Pandey, S. and A. Singh. 2016. Seed Quality: Basic Concepts, Methodologies for
Analysis and Evaluation. New Delhi, India: New India Publishing Agency.
Prasetyo, T. F., A. F. Isdiana, dan H. Sujadi. 2019. Implementasi Alat Pendeteksi
Kadar Air pada Buah Pangan Berbasis Internet of Things. Smartics Journal,
5(2): 81-96.
Rahmi, S. 2016. Teknologi Benih. Bandung, Indonesia: CV. Alfabeta.
Suryandari, L. dan E. Ratnasari. 2019. Studi Analisis Pengujian Standar pada
Komoditi Padi (Oryza sativa L.) di UPT. PSBTPH Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Jawa Timur. Seminar Nasional Biologi "Inovasi Penelitian
dan Pendidikan Biologi III: 269-275.
Susanti, E. 2014. Pengaruh Osmoconditioning dengan PEG (Polyethylene glycol)
6000 terhadap Viabilitas Benih Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Sutanto, A., P. Suryatmana, dan H. Novarianto. 2020. Teknologi Benih. Jakarta,
Indonesia: Rajawali Pers.
Wahyuni, A., M. M. Simarmata, P. L. Isrianto, J. Junairiah, T. Koryati, A. Zakia,
dan J. Herawati. 2021. Teknologi dan Produksi Benih. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Warianti dan Darmanto. 2019. Analisis Laju Penurunan Kadar Air pada
Pengeringan Benih di Dalam Dryer Box. Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem, 7(2): 203-211.
Wiguna, G. dan S. Uun. 2012. Daya Hasil dan Kualitas Benih Enam Kultivar
Tomat. Jurnal Pembangunan Pedesaan, 12(2): 80-85.

You might also like