You are on page 1of 25

ANALISIS KEMANTAPAN LERENG PADA JENJANG III, V, VII DAN X DI PT.

LOTUS SG LESTARI, DESA CIPINANG, KECAMATAN RUMPIN,


KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

Oleh:
FILOMENO DE DEUS GOMES
11.15.106

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINERAL INDONESIA
BANDUNG
2018
Dalam merancang suatu tambang terbuka perlu dilakukan suatu analisis terhadap
kestabilan lereng yang terjadi karena proses penimbunan maupun penggalian
sehingga dapat memberikan kontribusi rancangan keselamatan kerja dan keamanan
peralatan serta kelancaran produksi.

Kestabilan lereng pada batuan lebih ditentukan oleh adanya bidang-bidang lemah
yang disebut dengan bidang diskontinuitas, tidak demikian halnya dengan lereng-
lereng pada batuan. Adanya kegiatan penambangan, seperti penggalian pada suatu
lereng akan menyebabkan terjadinya perubahan besarnya gaya-gaya pada lereng
tersebut yang mengakibatkan terganggunya kestabilan lereng dan pada akhirnya
dapat menyebabkan lereng tersebut longsor.
• Bagaimana mengetahui jenis longsoran di lokasi penelitian?
• Bagaimana menentukan faktor keamanan jenjang di kuari tempat penelitian?
Rumusan • Bagaimana mencegah terjadinya longsoran pada jenjang di lokasi penelitian?
Masalah

• Untuk mengetahui jenis longsoran yang terjadi pada jenjang di lokasi


penelitian mengunakan stereonet (jarring Schmidt)
• Untuk mengetahui faktor keamanan pada jenjang dengan metode Hoek and
Tujuan Bray
Penelitian • Untuk mengetahui cara pencegah longsoran pada jenjang di lokasi penelitian.

• Data yang dipakai menganalisis diperoleh dari hasil pengukurang dilapangan


dan hasil pengujian contoh di laboratorium.
• Metode analisis kemantapan lereng untuk menganilisis kemantapan lereng di
simulasi metode kesetimbangan batas khusus metode Hoek and Bray.
Batasan
• Kondisi air pada leren di asumsikan.
Masalah • Tidak dilakukan analisa pengaruh gempa bumi atau getaran akibat peledakan
pada analisis kemantapan lereng.
• Bagaimana mengetahui jenis longsoran di lokasi penelitian?
Rumusan
• Bagaimana menentukan faktor keamanan jenjang di kuari tempat penelitian?
• Bagaimana mencegah terjadinya longsoran pada jenjang di lokasi penelitian?
Masalah

• Untuk mengetahui jenis longsoran yang terjadi pada jenjang di lokasi penelitian
mengunakan stereonet (jarring Schmidt)
Tujuan • Untuk mengetahui faktor keamanan pada jenjang dengan metode Hoek and Bray
Penelitian • Untuk mengetahui cara pencegah longsoran pada jenjang di lokasi penelitian.

• Data yang dipakai menganalisis diperoleh dari hasil pengukurang


dilapangan dan hasil pengujian contoh di laboratorium.
• Metode analisis kemantapan lereng untuk menganilisis kemantapan lereng
di simulasi metode kesetimbangan batas khusus metode Hoek and Bray.
Batasan
• Kondisi air pada leren di asumsikan.
masalah
• Tidak dilakukan analisa pengaruh gempa bumi atau getaran akibat
peledakan pada analisis kemantapan lereng.
Penyelidikan Lapangan

Pengukuran Orientasi
rekahan
Pengambilan data di
lapangan
Pengambilan Data
Geometri Lereng

Pengambilan Contoh
Batuan
Uji kuat tekan

Uji Kuat tarik

Sifat mekanik
Uji Cepat Rambat
Gelombang
Pengujian Contoh Ultrasonik
Batuan di Laboratorium
Uji kuat geser

Sifat fisik
Hasil pengukuran dan analisis jurus dan kemiringan di lokasi penelitian
jenjang III, VII dan X yang masing-masing berjumlah 39, 21 dan 21 titik.
Distribusi sebaran titik kutub jurus dan kemiringan dari ketiga jenjang tersebut
memperlihatkan dua konsentrasi kutub yang mengambarkan kemungkinan
terbentuknya longsoran baji.
 Pada jenjang III kordinat kutub A terletak pada N175E/590 dan kutub B
pada N208E/650

 Pada jenjang VII kordinat kutub A terletak pada N164E/530 dan kutub B
pada N217E/730
 Pada jenjang X kordinat kutub A terletak pada N0180E/780 dan kutub B
pada N265E/610
 Pada jenjang III konrdinat arah longsor terdapat pada N261E/600
 Pada jenjang VII konrdinat arah longsor terdapat pada N241E/510
 Pada jenjang X konrdinat arah longsor terdapat pada N3361E/600
c ɸ γ γw ψf H
Jenjang FK Kondisi
Kg/cm2 0 Kg/cm3 Kg/cm3 0 m

43,0
III 0,29 2,76 0,22 70 12 0,46 longsor
5
27,2
VII 0,42 2,57 1,000 77 12 0,61 longsor
5
12,4
X 3,73 2,50 1,000 78 24 1,581 aman
6
Pengukuran jurus dan kemiringan retakan di jenjang V berjumlah 32 titik.
Kontur distribusi sebaran titik kutub jurus dan kemiringan untuk jenjang V di
lokasi penambangan memperlihatkan hanya ada satu konsentrasi kutub. Karena
hanya dapat satu titik kontribusi kutub terdapat. Maka bentuk longsoran yang
akan terjadi adalah longsoran bidang yang arah dan kemiringan N086E/480 di
jenjang V. Arah dan dan kemiringan luncuran batu andesit bila terjadi longsor
akan menuju ke N266E/480.
zw/z C/X C c Ψf Ψp γ γw ɸ FK

0 0 1,15 66 48 2,53 1,000 29,96 0,85


0
0,5 2,75 1,15 66 48 2,53 1,000 29,96
0,64

0 0 1,15 66 48 2,53 1,000 29,96 0,82


0,25
0,5 2,75 1,15 66 48 2,53 1,000 29,96
0,63

0 0 1,15 66 48 2,53 1,000 29,96 0,78


0,5
0,5 2,75 1,15 66 48 2,53 1,000 29,96
0,61

0 0 1,15 66 48 2,53 1,000 29,96 0,73


1
0,5 2,75 1,15 66 48 2,53 1,000 29,96
0,59
c ɸ γ γw ψf H
Jenjang FK Kondisi
Kg/cm2 0 Kg/cm3 Kg/cm3 0 m

III 0,29 43,05 2,76 0,22 70 3 1,073 kritis

VII 0,42 77
27,25 2,57 1,000 6 1,021 kritis
 Dari data pengukuran jurus dan kemiringan pada jenjang III, VII dan X yang
memplot mengunakan stereonet (jarring Schmidt) menunjukan bawha jernis
longsoran yang kemungkinan akan terjadi adalah longsoran baji, sedangkan di
jenjang V menunjukan bawha longsoran yang kemungkinan akan terjadi
longsoran adalah longsoran bidang.

 Hasil analisis kemantapan lereng asli longsoran baji pada jenjang III dan VII
ketinggian yang sama 12 m dengan kemiringan yang berbeda 700 dan 770
menunjukan nilai FK yang longsor atau tidak aman adalah 0,46 dan 0,61 <
1,3, sedangkan hasil analisis pada jenjang X ketinggian 24 m dengan
kemiringan 780 menunjukan nilai FK yang aman adalah 1,581 > 1,3.
 Untuk jenjang V dengan kondisi lereng di yang di asumsikan lihat pada
Gambar 5.9 dan Tabel 5.3
◦ Bila zw/z = 1 dan C/X = 0, maka diperoleh FK = 0,73
◦ Bila zw/z = 1 dan C/X = 2,75 maka diperoleh FK = 0,59

 Dari hasil analisis kemantapan lereng longsoran baji pada jenjang III dan VII
yang menunjukan nilai FK yang longsor atau tidak aman, maka saya
memberikan suatu alternatif usulan untuk penggunaan geometri pada jenjang
III ketinggian 3 m dengan kemiringan 700 maka nilai FK adalah 1,10 dan
jenjang VII ketingian 6 m dengan kemiringan 770 maka nilai FK adalah 1.02.

 Untuk mencegah terjadinya longsoran pada jenjang III tersebut maka tinggi
jenjang 12 m harus dikurangi menjadi 3 m dan jenjang VII tersebut maka
tinggi jenjang 12 meter harus dikurangi menjadi 6 m sehingga jenjang kedua
tersebur stabil.
Setelah saya memberikan usulan mengenai penggunaan geometri
jenjang, saya menyarankan bagi perusahaan untuk
mempertimbangkannya dan saya berharap usulan yang saya
berikan bisa mencegah terjadinya longsoran sehingga aktivitas
pada jenjang tersebut lebih aman.
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH
Komponen-komponen sudut dalam analisis kemantapan Sudut,o Sudut,o Sudut,o
No lereng baji jenjang III jenjang VII jenjang X

1 Sudut kemeringan lereng ψf 70 77 78


2 Kemiringan bidang A, ψa 59 53 78
3 Kemiringan bidang B, ψb 65 73 61
4 Perpotongan kemiringan bidang A-B, ψ5 60 51 60
5 Sudut antara kutub A-B, θna.nb 30 50 80
6 Sudut antara perpotongan bidang B dengan bidang lereng dan
bidang permukanan atas , θ24 82 50 39

7 Sudut antara perpotongan bidang B dengan bidang


permukaan atas dan bidang A, θ45 51 13 24

8 Sudut antara perpotongan bidang B dengan bidang lereng dan


kutub A, θ2.na 74 61 75
9 Susut antara perpotongan bidang A dengan bidang lereng dan
bidang permukaan atas θ13 72 70 55

10 Susut antara perpotongan bidang A dengan bidang lereng dan


bidang permukaan atas dan bidang B, θ35 74 32 27

11 Susut antara perpotongan bidang A dengan bidang lereng dan


kutub B, θ1.nb 72 60 64

You might also like