Professional Documents
Culture Documents
BAB 8
L I P A TA N
8.1. TUJUAN
a. Mengetahui definisi lipatan dan mekanisme gaya yang membentuk lipatan.
b . Mengetahui unsur – unsur lipatan, jenis dan klasifikasi lipatan
c. Mampu menganalisa dan merekonstruksi lipatan.
8.2. DEFINISI
Lipatan merupakan hasil perubahan bentuk dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur
garis atau bidang di dalam bahan tersebut. Pada umumnya di dalam lipatan
akan terdapat bidang perlipatan, foliasi, dan liniasi.
Mekanisme gaya yang menyebabkannya ada dua macam :
1. Bending (pelengkungan), disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak lurus
permukaan lempeng (Gambar 8.1.a)
2. Buckling (melipat) disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan
permukaan lempeng (Gambar 8.1.b
Gambar 8.2
Unsur-unsur Lipatan
Gambar 8.3
a. Antiklin dan Sinklin (penampang melintang). b. Antiform dan Sinform (penampang
melintang). c. Antiklin dan Sinklin dengan penunjaman ganda (kenampakan peta).
d. Dome dan basin (kenampakan peta). e. Antiformal sinklin dan Sinformal Antiklin
(dalam penampang melintang), C,O dan S menunjukan batuan berumur Kambrium,
Ordovisium, dan Silur (Moore, 1992,hal 224)
Tabel 8.2.
Klasifikasi lipatan berdasarkan dip dari sumbu lipatan dan
plunge dari hinge line (Fleuty, 1964)
Angle Term Dip of H. Surface Plunge of H. Line
00 Horizontal Recumbent Fold Horizontal Fold
10-100 Subhorizontal Recumbent Fold Horizontal Fold
100-300 Gentle Gentle Inclined Fold Gentle Plunging Fold
300-600 Moderate Moderately Inclined Fold Moderately Plunging Fold
600-800 Steep Steeply Inclined Fold Steeply Plunging Fold
800-890 Subvertical Upright Fold Vertical Fold
900 Vertical Upright Fold Vertical Fold
2. Rickard, 1971
Dalam klasifikasi ini digunakan diagram segitiga seperti Gambar 8.5.
Klasifikasi ini berdasarkan pada nilai besarnya kemiringan hinge surface,
penunjaman hinge line dan pitch/rake hinge surface.
Cara
penggunaannya:
Misal, didapatkan dip dari hinge surface 70° dan plunge dari hinge line 45°.
Plotkan kedua nilai tersebut pada diagram segitiga 1 (Gambar 8.4.a). Sehingga
didapat nilai perpotongannya. Letakkan di atas diagram segitiga ke-2,
(Gambar 8.4.b) maka titik tadi akan menunjukkan jenis lipatannya yaitu
Inclined fold (Gambar 8.4.c)
Gambar 8.4
Klasifikasi Lipatan berdasarkan dip, sumbu lipatan, rake dan plunge dari hinge line
(Rickard, 1971)
δ1
δ2
Gambar 8.5
Analisis lipatan pada Wulf Net dengan hasil:
Sayap Lipatan 1 : N 174 °E / 35° σ1 : 12° , N 285°E
Sayap Lipatan 2 : N 030 °E / 15° σ2 : 08°, N 182°E
Hinge Surface : N 016 °E / 82° σ3 : 64°, N 057°E
Hinge Line : 9°,N 182°
Upright Horizontal fold (Fluety, 1964)
Upright Horizontal fold (Rickard, 1971)
Gambar 8.6
Rekonstruksi lipatan Arc Method
1. Tarik garis tegak lurus dan sama panjang dari A (A-OA) dan B (B-D)
sehingga berpotongan di titik C.
2. Hubungkabn titik D dan Oa serta buatlah bisektor D-Oa sehingga
memotong garis BD di Ob .
3. Tarik garis Oa-Ob sampai melewati batas busur yang akan di buat
(garis ini merupakan batas busur lingkaran).
4. Buatlah busur dari titik A dengan pusat di Oa sampai memotong garis
Oa-Ob di titik F.
5. Buatlah busur dari titik B dengan pusat di Ob dan memotong garis
Oa-Ob di titik F (busur dari titik A dan titik B bertemu di garis Oa-Ob).
Gambar 8.7
Rekonstruksi lipatan metode Interpolasi Higgins (1962)
M
O1 L O
N O3
W A B A C D
E
35
J
25
H
I
R
O2
S
P
Gambar 8.8
Rekonstruksi Lipatan Metode Interpolasi Busk (1929)
4. Kombinasi Metode Busur Lingkaran (Arc Method) dan Free Hand Method
Kombinasi ini digunakan untuk lipatan yang melibatkan batuan
incompetent, dimana terjadi penipisan dan penebalan yang tak teratur. Free
Hand Method khusus pada interpolasi yang tidak dapat dilakukan dengan Arc
Method (Gambar 8.9)
Gambar 8.9
Rekonstruksi lipatan dengan metode gabungan
Arc Method dan Free Hand Method
5. Metode King
Metode king merupakan metode rekontrusi penampang dengan menggunakan
”dip domain” sebagai batas dimana suatu kemiringan lapisan berubah. Lipatan yang
terbentuk pada jalur anjakan lipatan umumnya tidak membentuk suatu kurva halus
namun justru membentuk beberapa”dip domain” sesuai dengan perubahan dip yang ada
(Usdansky & Groshong, 1984; Fail, 1969 op cit Marshak & Woodward, 1988).
Penggunaan metode kink dalam restorasi penampang seimbang sangat berperan penting
karena memudahkan dalam perhitungan panjang lapisan dan luas area lapisan.
Langkah pertama dalam rekonstruksi penampang dengan menggunakan metode
kink yaitu dengan penyajian data kedudukan lapisan dan data batas satuan stratigrafi
sebagai data dasar. (Gambar8.10).
Gambar 8.10
Penyajian data kedudukan pada penampang
(Wotjal,1988 dalam Marshak dan Mitra, 1988).
Kemudian penentuan domain dip dilakukan dengan cara membuat garis bagi sudut
antara dua kemiringan lapisan yang berbeda. (Gambar 8.11).
Gambar 8.11
Penentuan domain dip diantara dua kedudukan
(Wotjal,1988 dalam Marshak dan Mitra, 1988)
Setelah semua domain dip dibuat berdasar kan setiap adanya perubahan kemiringan
lapisan, kemudian tiap-tiap batas stratigrafi ditarik berdasarkan domain kemiringan lapisan
tersebut sehingga terbentuk profil penampang akhir yang lengkap. (Gambar 8.12).
Gambar 8.12
Profil lengkap dari struktur lipatan
(Wotjal,1988 dalam Marshak dan Mitra, 1988).