You are on page 1of 48

Tachimetri dan Kontur

Metode Tachimetri
Pada Prinsipnya Cara Ini Sama Dengan Cara Argumen Azimuth Magnetik Dan Jarak, Tetapi
Yang Berbeda Hanya Terletak Pada Pengambilan Orientasinya Yaitu Tidak Perlu Memakai
Arah Utara Sebab Yang Digunakan Sebagai Argumen Bukan Azimuth Melainkan Sudut. Jadi
Orientasinya Titik Basis Yang Lain.
Metode Tachimetri
Metode Tachimetri
Dokumentasi

Clear documentation of surveys is required at all times. This includes station


descriptions, field books or records of data loggers used and any changes to
original objectives.

The whole data set should be clearly cross-referenced and kept in a clear form.

This documentation may be the only evidence that the work was properly
carried out and may have to be submitted to a court of law as evidence.
Metode Tachimetri
Station marking

There is much wisdom in marking stations, even though it may not be part of
the specification to do so. Certainly, while the task is in progress, marks should
be located if only with wooden pegs.

It is also wise to reference any station marks by witness marks. This will enable
the station point to be recovered should it be damaged or removed, as
happens frequently on engineering sites as construction work progresses.

It has become common practice to place reference marks on walls rather than
on the ground since they are far less likely to be disturbed. Although two marks
are sufficient to re-establish a point, a third acts as a check.
Metode Tachimetri
Survey Detail
Map detail is classified under the following headings:
1. Soft detail: has an outline incapable of exact definition, or is likely to
change, such as vegetation and crops.
2. Hard detail: is clearly defined, such as a building line where the building
enters the ground. A useful rule is that anything that would obstruct the
normal passage of a bicycle is shown as a full line, while that would not,
such as a road kerb, is shown by a pecked line.
3. Overhead detail: constitutes no obstruction at ground level, such as power
lines, or tree canopies shown by conventional signs.
4. Interior detail: is surveyed if it is of special interest, such as a party
boundary delimiting ownership. Building interiors have separate plans for
each floor linked together by vertical correlation.
Metode Tachimetri
Survey Detail
The manner of depicting features varies a great deal according to map scale
and purpose, for example from topographic maps, building interiors and
archaeological maps to thematic plans of a rail network.

In surveying detail point positions we need to record sufficient information to


enable a map to be plotted from them.

Points need to be classified as well as positioned, so that their common identity


can be used to delineate special features such as house corners. It is
important to know how the map is to be plotted, before embarking on the
capture of field data.
Metode Tachimetri
Survey Detail
If the plotting is to be manual,
the collection of data can be
flexible and inconsistent. If the
data collection serves a
computer software system, a
rigorously ordered approach is
essential.

The plotting process must be


kept in mind, so that points
can be plotted from a minimum
of two position lines. The most
common method of data
capture is by radiation.
Metode Tachimetri
Survey Detail
Not all details need be picked
up by radiation. Some detail
such as lamp posts, which can
be tied in by taking rectangular
off-sets to a straight line, such
as the kerb.

This line and off-set method


uses a local x, y coordinate
system based on the kerb.
Metode Tachimetri
Survey Detail

In addition to the radiation and line and off-set methods of fixing details, other
geometrical principles can be used to advantage, particularly as check
measurements. These methods include:
1. Theodolite intersection of inaccessible points such as trees, and corners of
buildings.
2. Sighting tangents to irregular or rounded shapes such as tanks, ponds and
clumps of trees.
3. Off-sets from radiation to the left or to the right, or plus on-line
measurements to reach inaccessible points such as hedge centres.
4. Intersecting rays to already established lines such as building frontages,
useful when mapping building elevations.
5. Direct taped measurements of key dimensions such as buildings, spaces
between buildings and gates.
Metode Tachimetri
Field completion

It is important that a map should be given a final field check, mounted either on
a plane table or small board such as that used for map revision.

The checker works systematically round the horizon at selected key stations,
noting all plotted features and looking for those that are omitted. Graphic
methods usually suffice to make corrections.

Plots compiled from aerial photographs show the roofline instead of the
building line. A tedious but necessary process of measuring the roof overhangs
has to be carried out to complete the map by off-setting from the plot.

Parts of ground not visible from the air, such as forest paths, also have to be
added by ground methods.
Metode Tachimetri
Field completion
Metode
Z Tachimetri
Um

zPa Di a ditegakkan rambu dan dicatat


APa
bacaan ketiga benang diafragma alat
detail
ta
a

P
Alat pada titik kerangka dasar

Titik Kerangka Dasar

Pada alat selain dicatat asimut ke titik detail juga dicatat bacaan sudut tegaknya serta
tinggi alat .
Metode Tachimetri
Z
Um

zTa ATa
zTP
detail
ATP
a
T
Alat di luar titik kerangka dasar

P
Di a ditegakkan rambu dan dicatat bacaan ketiga benang diafragma alat .
Selain itu hal yang sama juga dilakukan ke titik kerangka dasar .
Titik Kerangka Dasar
Pada alat selain dicatat asimut ke titik detail dan titik kerangka dasar ,
juga dicatat bacaan sudut tegaknya serta tinggi alat .
Metode Tachimetri

A, B : Nama titik/patok Dm : Jarak Miring


D : Jarak Datar Δh : Jarak Vertikal/Beda Tinggi
H : Sudut Miring Z : Sudut Zenit
Ti : Tinggi Alat P : Jarak Vertikal / Garis
Mendatar Terhadap Bacaan Tengah Benang
Metode Tachimetri
Dari kondisi diatas maka dapat ditentukan jarak mendatar (D) secara optis dan beda tinggi
antara titik A dan titik B.
Persamaan yang diperoleh dalam hal ini adalah sebagai berikut :
Jarak Miring:
Dm = (Ba- Bb) x 100. sin Z Jarak miring dengan sudut Zenit
Dm = (Ba – Bb) x 100. cos h Jarak miring dengan sudut helling

JarakDatar
D = Dm x sinZ Jarak datar dengan sudut
D =Dm x cos h Zenit Jarak datar dengan sudut helling

Dengan demikian persamaan menjadi :


D = (Ba – Bb) x 100. sin2 Z
D = (Ba – Bb) x 100. cos2 h
Sedangkan untuk menentukan jarak vertikal (beda tinggi) antara titik A dan titik B dapat
digunakan sebagai berikut :
Δh = (P + h) – Bt
P = D x Ctg Z = D x 1 / tan Z
Metode Tachimetri
Metode Tachimetri
Pengukuran Detail

Untuk Melakukan Pengukuran Titik-titik Detail Dilakukan


Tahapan Sebagai Berikut :
1) Letakkan Alat Theodolit Kompas Dititik-titik Kerangka/Ikat/ Referensi.
2) Atur Alat Theodolit Kompas Sesuai Dengan Ketentuan Yang Berlaku Pada Theodolit
Pada Umumnya.
3) Ukur Tinggi Alat
Tinggi Alat Adalah Jarak Antara Pusat Sumbu Mendatar Dan Permukaan Paku
Pada Patok/ Pilar
4) Buka Skrup Pengunci Jarum Magnet Dan Tunggu Sampai Diam.
5) Sementara Menunggu Keseimbangan Jarum Magnet
Tunggulah Dengan Membidik Rambu Yang Diletakkan Pada Titik Yang Akan Dibidik.
Metode Tachimetri
Pengukuran Detail

6) Baca :
• Benang Tengah (BT)
• Benang Atas (BA)
• Benang Bawah (BB)
• Sudut Miring
• Azimuth/ Sudut Horizontal

7) Ukur Tinggi Patok Yang Ada.


Metode Tachimetri
Pengukuran Detail

8) Detail Yang Perlu Dibidik Adalah :


• Bangunan ( Pojok-pojok Bangunan)
• Jalan ( Tepi-tepi Jalan )
• Sungai ( Tepi-tepi Sungai )
• Tanaman/ Sawh/ Tegalan ( Batas-batasnya )
• Pagar ( Batas-batasnya )
• Saluran / Gorong-gorong Jembatan
• Pilar Beton/ Titik-titik Referensi
• Titik-titik Di Atas Permukaan Tanah Yang Mempunyai Relief Yang Berbeda ( Sesuai
Kan Dengan Skala Yang Digunakan ).
Metode Tachimetri
Pengukuran Detail

9. Pengukuran Titik-titik Detail Dilakukan Searah Jarum Jam Dan Dibuat Sket Pengukuran
Yaitu Meliputi Nomor Titik, Tanda, Perkiraan Garis Kontur Dan Sebagainya.
10. Harus Ditulis Pada Buku Ukur : Nama Pengukur, Nama Penulis/ Pencatat,
Daerah/Seksi/Bagian, Nama/Nomor Alat, Tanggal Pengukuran Dan Cuaca.
11. Berikan/ Cari Koreksi Boussole.
12. Koreksi Boussole = (Azimuth Geografi – Azimuth Magnetis).
13. Setelah Data-data Dari Titik Satu Selesai Pindahkan Alat Ke Titik Yang Lain, Demikian
Seterusnya.
Metode Tachimetri
Pengolahan Data

Pengolahan Data Ini Meliputi Pekerjaan Perhitungan-perhitungan


A. Kerangka Vertikal/Tinggi
B. Detail
C. Perhitungan Kerangka Horizontal (Dengan Cara Poligon).

A.Perhitungan Kerangka Vertikal.


Untuk mencari beda tinggi titik-titik kerangka tinggi dihitung dengan cara tachimetri dan
perhitungan kerangkanya digunakan metode sipat datar.

B.Perhitungan Detail.
Untuk jarak mendatar dan beda tinggi dihitung dengan rumus tachimetri, yaitu dengan data-data :
Sudut miring, Tinggi alat dan Tinggi patok. Sedangkan data azimuth dan jarak mendatar digunakan
untuk penggambaran.
Ttk Ttk Tinggi Bacaan Benang Bacaan Sudut

Tempat

Alat di atas

Horisontal
Alat

Magnit )
( meter )

( meter )

( meter )

( meter )

( Asimut

Vertikal
( Zenit )
Bidikan

Tengah

Bawah
Atas
titik
B A 1,51 1,735 2,347 1,123 25000’ 9000’
C 1,500 1,840 1,160 9121’ 8901’

D C 1,56 1,600 1,900 1,300 25010’ 9429’


E 0,900 1,258 0,744 8634’ 9818’

1 1,600 1,810 1,393 11744’ 9355’

2 1,000 1,340 0,662 14553’ 9517’

3 1,500 1,745 1,255 17046 9443’

F E 1,55 1,624 2,020 1,228 29551’ 9000’


Metode Tachimetri
Penyajian Data
1. Buat sistem grid
2. Tariklah garis tepi kira-kira 1½ cm.
- Garis tepi tegak sebagai sumbu Y (Utara)
- Garis tepi mendatar sebagai sumbu X.
1. Tentukan skala penggambaran.
2. Tentukan letak koordinat awal, letaknya diatur sedemikian rupa.
3. Lakukan ploting kerangka dasar.
4. Lakukan ploting titik-titik detail dari titik kerangka (dengan azimuth dan jarak mendatar)
5. Cantumkan tinggi titik-titik pada kerangka dan detail.
6. Tarik garis kontur dengan Interval (1/2000 X Skala ).
7. Cantumkan Pada Kertas Informasi Tepi Yaitu Meliputi :
• Skala Peta
• Arah Utara
• Legenda
• Indeks
• Dan Informasi Lainnya.
Metode Tachimetri
Penyajian Data
Plotting koordinat titik-titik Ikat (Kerangka)
1. Gambarkan/ Plot titik-titik ikat dan kerangka pada sebuah peta ada yang tidak
menghubungkan garis-garis antara titik ikat, tetapi ada pula yang menghubungkan
dalam penggambaran.
2. Sebaiknya garis penghubung antara titik-titik utama tersebut dibuat /digambar. Hal ini
untuk mengetahui jaring-jaring titik utama yang dibuat.

Plotting titik-titik bantu dari kerangka


1. Koordinat dari titik-titik bantu sering tidak diperhatikan dalam peta. Juga garis hubung
antara titik-titik tersebut.
2. Untuk lengkapnya, maka titik-titik tersebut dan penghubungnya diplot/ digambar.
Metode Tachimetri
Penyajian Data
Plotting titik-titik detail
1. Titik detail disini dapat berupa titik detail tinggi di lapangan, Pojok-pojok rumah, jalan,
sungai dsb.
2. Dengan diplotnya titik-titik tersebut, maka akan terlihatlah obyek yang kita ukur. Jika
perlu mana yang kurang dapat ditambahkan.
Kontur
• Kontur adalah garis di peta yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai nilai tinggi
yang sama, terhadap permukaan air laut rata-rata.

• Beda tinggi antara dua kontur yang berdekatan disebut selang kontur atau interval kontur,
yang berbanding terbalik dengan skala petanya.

• Selang kontur dinyatakan dengan besaran tertentu dalam satuan meter. Salah satu
formula untuk menentukan selang kontur adalah setengah dari angka skala petanya
dibagi seribu.
• Contoh : untuk peta skala 1:1000 maka selang konturnya adalah 0,5 m

• Kontur (garis tinggi), biasa juga disebut dengan transis (tranches)

• Kontur dapat dibayangkan sebagai proyeksi perpotongan bidang mendatar dengan


permukaan tanah

• Untuk dapat menggambarkan kontur, diperlukan posisi sejumlah titik dengan kerapatan
tertentu sesuai dengan skala petanya, serta tinggi titik-titik tersebut.
Ciri / Pola Kontur
1. Kontur saling melingkupi

Proyeksi ini yang diperkecil


digambar di peta
Ciri / Pola Kontur
2. Di daerah yang curam, kontur lebih rapat dan sebaliknya

curam

landai
Ciri / Pola Kontur
3. Di daerah yang sangat curam (terjal), kontur seakan segaris (saling berimpit)
Ciri / Pola Kontur
4. Kontur pada jalan yang tidak datar, cembung ke arah menurunnya jalan ; sedangkan
kontur pada aliran air, cembung ke arah datangnya air

sungai

jalan

aliran air

menurun
Ciri / Pola Kontur
5. Kontur selalu menutup kecuali pada tepi peta; dengan demikian maka :
- kontur tidak mungkin saling berpotongan
- kontur tidak mungkin bercabang atau sebaliknya

6. Kontur pada bukit dan lembah, bentuknya hampir sama dan yang membedakannya
adalah tinggi konturnya; pada bukit, yang di dalam lebih tinggi dan sebaliknya pada
lembah
Ciri / Pola Kontur
Kontur gradien (β) adalah sudut antara permukaan tanah dengan garis mendatar

Kegunaan kontur (antara lain) :


1. menentukan profil memanjang antara tempat tertentu
2. menghitung luas dan volume suatu daerah
3. mendesain rencana suatu rute jalan atau saluran yang mempunyai kemiringan
(gradien) tertentu
4. untuk mengetahui apakah antara tempat tertentu dapat saling terlihat

Pengukuran untuk penarikan kontur dapat dilakukan dengan :


1. Cara profil
2. Cara radial
3. Cara kisi
Interpolasi Kontur
Interpolasi kontur dapat dilakukan dengan beberapa cara

D = 604,8
Pertama : dengan cara menaksir A = 603,2 m

B = 598,4 m C = 601,6 m

600,0

Cara menaksir ini, sebenarnya didasari dari cara numeris


Interpolasi Kontur
Kedua : dengan cara numeris
A = 603,2 m D = 604,8

P Q

B = 598,4 m C = 601,6 m

600,0

Letak titik P, Q dan R ditentukan berdasarkan perbandingan dalam segitiga


Interpolasi Kontur
Contoh :

ΔhBA
BP : BA = ΔhBP : ΔhBA
ΔhBP

B P A
BP = (ΔhBP : ΔhBA) x BA

= {(600,0 - 598,4) : (603,2 – 598,4)} x BA

= (1,6 : 4,8) x BA

= (1/3) x BA

Dengan mengukur jarak BA maka jarak BP dapat ditentukan

Letak titik Q dan R ditentukan dengan cara yang sama


Interpolasi dari raster / Grid
Titik hasil pengukuran (x,y,z)

Titiki- titik perpotongan grid (i,j,w)


Interpolasi dari raster / Grid
Data Primer

Parameter Grid
 Lebar Grid
 Smoothing/filtering
 Identifikasi data tambahan terkait geomorfologi

Area Grid
 Tinggi titik grid hasil interpolasi
 Adanya penguatan terhadap data
 Cek lapangan

Penyimpanan
 Data grid
 Garis

Kontur, Profil, dll


Interpolasi dari raster / Grid
Data Primer

Obyek dengan karaktaristik titik (x,y,z) :


• Puncak
• Spot Height
• Lubang
• Perpotingan Jalan
Garis Struktur (Polyline 3D) :
• Break lines
• Form lines
Interpolasi dari raster / Grid
Data Sekunder

• Tambahan data grid


• Data geomorfologi
• Lebar data sekunder = 1/3 lebar data primer

Metode interpolasi :
• Krigging
• IDW
• Running Average
• Finite Elemet
Interpolasi dari raster / Grid
Kesimpulan Interpolasi automatis dengan raster / grid

• High Algorithmic demand for smoothing and filtering in surface approximation.


• Principally, only secondary grid data are stored, thus originally acquired
primary data might get lost.
• The grid order of the data often cause redundancy.
• Due to the filtering/smoothing capabilities, the scatter of the original
measurement can be modelled, i.e. Possible blunder can be detected and
eliminated.
• Geomorphologic information within the grid meshes can correctly be stored as
additional data.
• Grid’s width directly determine
o DTM accuracy
o Storage capacity
Interpolasi dari raster / Grid
Kesimpulan Interpolasi automatis dengan raster / grid

• Especially, smooth areas to be modelled very easy. Structure areas need


varying grid widths causing more redundancy and complexity.
• Simple and fast DTM data access, due to matrix structure of node.
• Simnple computation.
• Well applicable for wide area (state, nation).
Interpolasi dari TIN
Triangulation Irregular Network
Data Primer
• Data hasil pengamatan = Titik
pada segitiga TIN
P4
• Titik – titik hasil pengamatan P1,
P5 P2 dan P3 digunakan untuk
P1
P10 interpolasi Pj.
• Pj merupakan data sekunder
P6
Pj
P3

P9
P2
P7

P8
Interpolasi dari TIN
Triangulation Irregular Network

TIN is a data structure for modelling a continuous surface, such as


the surface of the earth. In the most common form,TIN is a set of
irregularly spaced points connected into a network of edges that form
space filling, non overlapping triangles (Kumler 1994).
Interpolasi dari TIN
Karakteristik TIN

• Menyimpan data primer


secara langsung.
• Permukaan tanah didekati
dengan jaringan segitiga
yang secara langsung
dibentuk dari titik-titik data
primer.
Interpolasi dari TIN
Karakteristik TIN

• Ketelitian TIN dipangaruhi oleh deviasi antara daerah segitiga yang diwakili
dengan permukaan tanah sebenarnya.
• Karena sudut pada segitiga dibentuk oleh titik pengamatan, ketelitian TIN
dapat ditentukan langsung dari pengamatan dan dipengaruhi oleh proses
pengukuran.
Interpolasi dari TIN
Karakteristik TIN

Beberapa hal yang harus diperhatikan bila menginterpolasi kontur dari TIN :
• Hindari segitiga yang datar
• Hindari perpotongan antar segitiga
• Mnimalkan panjangnya
• Alasan menggunakan metode TIN adalah kemampuannya dalam menangani
variasi resolusi.
Hybrid DTM Untuk mengkombinasikan Grid dan TIN

You might also like