DAMPAK PERTAMBANGAN BATUBARA TERHADAP ASPEK SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN SEI PINANG KABUPATEN BANJAR
(CoalMining Impact to Social and Economical aspect to The Public in District of Sungai Pinang in Banjar Regency)
M. Ilmi Hidayat Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan Banjarmasin
ABSTRACT This study aims to understand the impacts of coal mining industry to social and economical aspects of the people at Sungai Pinang district in Banjar Regency which consist of income and employment changes, social behaviour, community security and order group (Kamtibmas), and health. This study used survey method. The sample taking used purposive sampling to gain the respondents which are from five villages consist of 15 respondents each village plus village authorities and community leaders. The study shows that the existence of coal mining in this area contributes to business opportunities to the society. However, only few people can be hired in the coal mining industry because most people are unskilled workers and have low education level. Even though 75 % respondents still want to work in the industry, 94% respondents get benefits from coal mining, and 65% obtain family economic improvement. Although coal mining has been suspected as the cause of aquatic pollution (58%), 87% respondents state that they improve their prosperity. On the other hand 90% respondents state no-security disturbance except gradual disturbance from vibration and sound blasting explossion (68%), as well as 26% health problems. It was expected that the coal mining company intensively pay attention more on community economy and environmental control.
Key words: coal mining, income, social interaction, environment impact
PENDAHULUAN Pertambangan batubara merupakan salah satu usaha yang paling banyak menimbulkan polemik di tengah-tengah masyarakat Kalimantan Selatan dewasa ini, hal ini dipicu karena aturan pertambangan yang dilakukan tidak semestinya. Ciri khas operasional pertambangan batubara di wilayah Kalimantan Selatan adalah dengan jalan kupasan sehingga akan mengakibatkan rusaknya vegetasi yang tidak jarang berasal dari alih fungsi hutan produktif dan perkebunan milik masyarakat menjadi lahan tambang, serta masih memanfaatkan jalan umum dalam operasional pengangkutan hasil tambangnya, juga dihawatirkan berdampak secara sistemik terhadap kehidupan bermasyarakat. Alih fungsi lahan masayarakat, dalam jangka pendek dan menengah berdampak pada peningkatan pendapatan yang drastic yang dapat berakibat pada perubahan perilaku konsumtif. Terjadinya perubahan pola konsumsi yang lebih cepat dibandingkan kemampuan antisifasi terhadap perubahan lingkungan dan pekerjaan, maka kehilangan lahan garapan dapat berakibat buruk dalam jangka panjang. Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan yang terdapat kegiatan aktivitas pertambangan batubara, salah satu diantaranya di Kecamatan Sungai Pinang . Sebagian besar dari perusahaan batubara di wilayah ini bernaung di bawah bendera PT. Baramarta, Perusahaan Daerah, milik Kabupaten Banjar melalui system konsesi pertambangan. 81 ZIRAAAH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468
Pada kenyataannya, pertambangan batubara terbukti mampu mensejahterakan para pengusaha dan orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan operasionalnya. Namun tidak sedikit dampak buruk yang potensial terjadi seiring aktivitas pertambangan tersebut, seperti maraknya kerusakan lingkungan, berkurangnya kawasan hutan produktif, penyusutan areal perkebunan dan perladangan rakyat, perubahan aktivitas sosial ekonomi masyatakat, bahkan juga bisa berdampak pada gangguan kamtibmas dan kesehatan masyarakat . Lebih-lebih jika areal pertambangan sangat dekat dengan areal perkampungan dan pemukiman penduduk. Mengacu pada permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui dampak aktivitas pertambangan yang berada di dekat pemukiman dan perkampungan terhadap aktifitas sosial ekonomi masyarakat yang meliputi peluang dan perubahan lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan, pola tingkah laku, gangguan kamtibmas dan kesehatan masyarakat.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di lima desa yang termasuk dalam ring 1 dan ring 2 areal pertambangan, yakni Desa Rantau Nangka, Rantau Bakula, Pakutik, Sungai Pinang, dan Belimbing Baru yang berada dalam wilayah Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Banjar, yang dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2008, dengan menggunakan metode survey. Pengambilan contoh responden secara teknis dilakukan secara bertahap (multistage). Dari Kecamatan Sungai Pinang diambil 5 (lima) buah desa secara sengaja (purposive) yang berada pada ring 1 dan 2 dari areal pertambangan. Sampel responden juga dilakukan secara sengaja (purposive), meliputi kepala desa dan aparat desa, Tokoh masyarakat, dan masyarakat biasa. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara (interview) dengan panduan daftar pertanyaan (questionaire) yang bersifat terbuka dan tertutup (Krisnamurthi, Y Bayu, 1994; Arikunto, S., 2002). Sampel masing- masing desa terdiri dati 15 responden di luar kepala desa dan aparatnya. Sedangkan data pendukung kualitas air dilakukan dengan metode grab sampling. Untuk sampel yang mudah berubah kadarnya diukur langsung di lapangan (in situ). Data dianalisis menggunakan tabulasi data dan kemudian dideskripsikan, yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistemik, faktual dan akutrat mengenai fenomena atau hubungan antar fenomena yang diselidiki, kemudian ditarik kesimpulan (Wagiono, Yayah, K, 1994).
HASIL DAN PEMBAHASAN Kependudukan dan Tenaga Kerja Hasil pemantauan operasional perusahaan penambangan batubara di Kecamatan Sungai Pinang tahun 2008, menunjukkan bahwa serapan tenaga kerja dari ke lima desa tidak merata. Desa yang berada di ring 1 seperti Desa Rantau Nangka dan Rantau Bakula relatif lebih banyak tenaga yang terserap pada proyek, sedangkan tiga desa yang berada pada ring 2 sangat sedikit bahkan ada yang sama sekali tidak terserap meskipun aspirasi masyarakat untuk bekerja di perusahaan batu bara cukup tinggi, yakni sekitar 75%, sedangkan yang menyatakan tidak ingin bekerja di perusahaan ada 23% dengan alasan mereka sudah punya pekerjaan tetap, dan sebanyak 3% responden menyatakan tidak mungkin bisa diterima karena alasan usia. Hasil pengamatan diketahui, bahwa asal tenaga kerja masih didominasi oleh para pendatang. Tenaga kerja pendatang adalah tenaga kerja yang bukan berasal dari kecamatan setempat, tetapi berasal dari kabupaten sekitar seperti dari Kota Banjarmasin, Banjarbaru, TapinRantau, dan Martapura, maupuin tenaga kerja yang berasal dari luar daerah. Adapun tenaga kerja lokal merupakan tenaga kerja dari warga 82 ZIRAAAH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468
sekitar desa tersebut. Tenaga kerja pendatang umumnya merupakan tenaga kerja yang mempunyai keterampilan/keahlian tertentu (spesifik). Sedangkan Tenaga kerja lokal umumnya berpendidikan rendah dan tidak memiliki keterampilan/keahlian secara khusus. Aparat desa sangat sulit menunjukkan bahwa seseorang dikategorikan sebagai tenaga kerja lokal atau tenaga kerja pendatang. Hal ini karena sebagian tenaga kerja pendatang tidak melaporkan diri ke aparat desa setempat, sehingga data arus migrasi tidak terekam dengan baik. Meskipun demikian, hasil wawancara dan kuesioner yang diarahkan untuk mengetahui jumlah penduduk asli dari 5 desa yang bekerja di PT Pamapersada Nusantara, diperoleh data jumlah tenaga kerja asli lokal yang berasal dari desa yang ada di ring 1 yakni Desa Rantau Nangka sebanyak 35 orang, Rantau Bakula 54 orang, Sementara dari ring 2 yakni Desa Pakutik 0 (tidak ada), Sei Pinang 46 orang, dan Belimbing Baru sebanyak 3 orang. Minimnya jumlah tenaga kerja yang berasal dari 5 desa ini dikarenakan tidak terpenuhinya ketentuan yang disyaratkan perusahaan pada saat tes masuk seperti kualifikasi pendidikan dan skill yang sangat rendah. Sebagian besar tenaga kerja lokal dipekerjakan sebagai buruh kasar, sebagian mekanik, sopir, dan beberapa sebagai tenaga administrasi Kemampuan daya serap Perusahaan barubara Kecamatan Sei Pinang terhadap tenaga kerja lokal terkendala oleh tingkat pendidikan dan ketrampilan masyarakat yang relatif rendah (unskilled labor). Sementara perusahaan mensyaratkan tingkat pendidikan yang relatif tinggi serta mempunyai keahlian khusus. Kondisi tingkat pendidikan masyarakat lokal yang menghuni sekitar lokasi proyek menunjukkan bahwa 34,27 % penduduk masih belum/tidak pernah sekolah, 32,00 % tidak tamat SD, 23,31 % berpendidikan SD/sederajat.sampai tamat, dan hanya 8,25 % tamat SLTP, serta 0,84 % tamat SLTA, sisanya masing-masing 0,02 % berpendidikan Diploma dan S-1. Jika dicermati lebih dalam, gambaran dan sebaran tingkat pendidikan masyarakat di lima desa ini sangatlah bisa dimaklumi, bahwa meskipun di sekitar wilayah desa banyak terdapat perusahaan tambang batubara yang beroperasi seperti PT. Pamapersada Nusantara, PT. Madhani, PT. Rakhmat Mulya, maupun PT. Gunung Sambung, tetapi kondisi ini tidak serta merta mampu memberikan peluang kerja secara langsung mengingat masing-masing perusahaan selalu mengutamakan pendidikan sebagai salah satu syarat.selain adanya keterampilan dan keahlian.
Perubahan Struktur Pendapatan Masyarakat Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa mata pencaharian pokok masyarakat di lima desa rata-rata sekitar 85 % bermata pencaharian pokok sebagai petani (sawah, ladang, dan kebun karet), selebihnya menggeluti usaha berdagang, jasa, tukang, pendulang intan, karyawan perusahaan dan PNS. Mata pencaharian yang digeluti sangat berpengaaruh terhadap perdapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Pendapatan diperoleh dari hasil kerja yang dilakukan, baik dari sektor jasa maupun kegiatan produksi suatu jenis barang (Salvatore, D., dan Diulio, E.A., 2004). Perubahan pendapatan biasanya terjadi seiring dengan perubahan sikap dan perilaku dalam bekerja atau karena terjadi perubahan struktur pekerjaan. Peningkatan pendapatan umumnya dirasakan langsung oleh mereka yang karena keterampilan atau pendidikannya diperlukan dalam suatu struktur pekerjaan (Raharjo, 2004), seperti halnya yang dialami oleh responden yang bekerja di perusahaan tambang batubara. Sangat disayangkan, warga Kecamatan Sei Pinang pada umumnya berpendidikan sangat rendah dan tidak memiliki ketrampilan khusus, keberadaan perusahaan tidak secara langsung 83 ZIRAAAH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468
meningkatkan pendapatan. Kecuali bagi segelintir orang yang mampu memanfaatkan peluang seperti membuka warung makan dan kebutuhan rumah tangga karena banyaknya perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah ini secara tidak langsung memberikan dampak positif bagi perkembangan desa dan masyarakat. Berdasarkan hasil kuesioner dengan pertanyaan tentang kompensasi lingkungan yang diberikan perusahaan berupa dana Community Development (CD), walaupun 71 % responden mengetahui adanya bantuan berupa CD kepada desa, namun hanya 23 % dari responden yang pernah menerima bantuan secara langsung. Meskipun demikian, 94 % dari responden menyatakan bahwa perusahaan memberikan manfaat bagi keluarga dan pembangunan desa berupa bantuan rutin kepada tempat-tempat ibadah, beasiswa dan fasilitas penunjang pendidikan, anak yatim piatu dan kaum duafa, serta bantuan berupa hewan qurban setiap hari raya Idul Adha. Bantuan ini, meskipun tidak banyak membantu perekonomian keluarga, tapi cukup besar pengaruhnya sebagai jalinan kasih dan mempererat ikatan emosional masyarakat terhadap operasional tambang. Terlebih bagi desa yang memperoleh bagian berupa fee hasil tambang lahan desa yang dikelola oleh PT Pamapersada Nusantara, seperti di Desa Rantau Nangka dan Rantau Bakula. Perubahan struktur pendapatan yang terjadi menunjukkan bahwa keberadaan perusahaan batubara tidak terindikasi memberikan dampak negatif terhadap pendapatan masyarakat, bahkan sebagian besar justru memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian masyarakat, Hasil wawancara terhadap responden petani yang berusahatani di sekitar tambang menyatakan bahwa tanaman hortikultura berupa pisang dan sayuran mengalami kerusakan yang dicurigai akibat debu halus yang menutupi permukaan daun dan ladang menjadi kurang subur, namun para petani telah menerima kompensasi kerugian berupa uang debu. Jika kondisi ini berlangsung lama, dapat berakibat pada menurunnya semangat berusaha, yang dapat berakibat pada kelangkaan sumber pangan maupun pendapatan (Firdaus, M., 2008).
Kecemburuan dan Ketegangan Sosial Hasil pemantauan yang melibatkan 47 orang responden dari lima desa, tidak satupun dari responden menyatakan adanya kecemburuan terhadap pendatang khususnya yang bekerja pada perusahaan tambang bara di Kecamatan Sei Pinang . Kondisi ini dipengaruhi sikap dan tingkah laku para karyawan perusahaan dalam pergaulan sehari- hari, terutama terhadap warga Desa Rantau Nangka dan Desa Rantau Bakula yang berada pada ring satu (paling dekat dengan tambang). Seluruh responden yang ditanya, hanya 9 % menyatakan karyawan perusahaan sombong, 55 % menyatakan bisa bergaul dengan ramah, sementara 42 % menyatakan jarang bergaul. Jarang bergaulnya karyawan dengan masyarakat sekitar cukup dimengerti oleh warga karena sebagai karyawan sangat sibuk dan waktunya sebagian besar tersita untuk pekerjaan di tambang batubara. Sementara kesenjangan pendapatan antara karyawan dengan masyarakat setempat cukup bisa dimaklumi. Oleh karena itu sebesar 74 % responden sangat ingin keluarganya bisa diterima bekerja di perusahaan. Potensi kerawanan dan ketegangan sosial adalah kondisi jalan desa yang sering digunakan mobil perusahaan melintas sehari- hari. Kerusakan jalan dan debu merupakan isu yang mulai berkembang dan menuntut perhatian lebih, disamping itu yang paling banyak dikeluhkan masyarakat adalah getaran (68 %) pada saat blasting (ledakan) yang tidak hanya mengagetkan, tapi kadang- kadang mengakibatkan keretakan pada bangunan beton mesjid dan rumah warga serta tercemarnya air sungai (58 %) akibat aktivitas pertambangan. Adanya fasilitas milik perusahaan terutama alat-alat berat yang bisa digunakan untuk kegiatan social merupakan salah satu 84 ZIRAAAH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468
yang mendapat rasa simpati (52 %) dan mampu mengangkat harga diri masyarakat karena merasa dipercaya dan dihargai.
Gangguan Kamtibmas Selama operasional penambangan batubara di wilayah ini, 90 % responden menyatakan tidak pernah terjadi tindak kriminalitas yang terkait dengan operasional penambangan, khususnya yang barkaitan dengan kasus konflik etnis dan agama, maupun yang berkaitan dengan keberadaan tenaga kerja pendatang di lingkungan pertambangan. Sedangkan 10 % menyatakan pernah terjadi satu kali kasus pencurian. Kondisi kamtibmas di wilayah desa studi selama tahun 2007-2008 relatif aman dan terkendali sehingga tidak menimbulkan dampak pada keresahan masyarakat. Kondisi yang kondusif ini tertunya sebagai akibat masih harmonisnya hubungan antar masyarakat dan antara masyarakat desa dengan perusahaan. Semakin sering masyarakat diperkenalkan dengan situasi dalam lingkungan tambang, akan semakin memberikan pengertian serta toleransi dari masyarakat terhadap kemungkinan dampak negatif yang akan terjadi. Lebih-lebih jika pihak perusahaan lebih proaktif dalam mengantisifasi dan menanggulangi keluhan masyarakat atas ketidak nyamanan yang mereka rasakan. Terkait dengan kegiatan penambangan yang dilakukan, 6 % responden merasa terganggu, 68 % menyatakan kadang-kadang terganggu terutama pada saat blasting, dan sisanya sebesar 26 % merasa tidak terganggu
Gangguan Kesehatan Kasus gangguan kesehatan serius yang dialami masyarakat sebagai akibat operasional penambangan sejauh ini belum terjadi. Hasil kuesioner menyebutkan bahwa 26 % masyarakat mengemukakan belum pernah terjadi gangguan terhadap kesehatan, meskipun ada diantaranya yang menyatakan bahwa sewaktu-waktu terutama pada malam hari sering terganggu dengan suara bising dari operasional alat-alat berat, namun lama-kelamaan semua dianggap biasa dan tidak lagi menimbulkan gangguan yang berarti. Sedangkan 48 % responden mengemukakan pernah sakit, terutama gangguan pada pernafasan (sesak nafas/ashma) dan batuk. Hal ini mungkin akibat debu-debu halus batubara yang mencapai ke wilayah pemukiman. Selanjutnya 26 % responden menyatakan penyakit yang diderita masyarakat tidak terkait langsung dengan adanya kegiatan penambangan batubara, karena umumnya merupakan penyakit biasa yang muncul seiring dengan perubahan iklim seperti plu, pilek, demam, dan masuk angina. Hasil pemantauan terhadap aktivitas penambangan yang potensi menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang adalah banyaknya keluhan masyarakat terhadap pencemaran pada lingkungan perairan (58 %) akibat air pembuangan atau limbah dari tambang yang masuk ke badan aliran sungai. Kondisi ini menurut sebagian besar responden (86 %) menyebabkan air sungai sangat keruh dan tidak bisa dikonsumsi terutama pada awal musim penghujan.
Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat merupakan pendapat dan respon dari masyarakat yang secara umum merupakan gambaran dari keseluruhan masyarakat. Komponen ini dianggap penting untuk mendeteksi gejala- gejala yang mungkin berdampak negatif akibat keberadaan suatu proyek. Disamping itu, komponen ini juga dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan suatu proyek dalam mengakomodir kepentingan masyarakat (khususnya masyarakat setempat), sehingga pihak manajemen dapat dengan bijak dalam pengambilan keputusan untuk tahap-tahap selanjutnya. Hasil pemantauan yang berkaitan dengan dana CD, semua kepala desa menyatakan hanya pernah satu kali menerima dana CD secara tunai yakni pada tahun 2003, dan semenjak CD ditangani oleh BLHI, 85 ZIRAAAH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468
aparat desa dan tokoh masyarakat menyatakan adanya ketidak jelasan menyangkut community development (CD) tersebut, baik program maupun kegiatannya sudah bukan aspirasi dan keinginan masyarakat desa. Sehingga aspirasi yang berkembang, mengusulkan agar CD bisa dikembalikan seperti tahun 2003. Dana rutin yang diterima masing- masing desa untuk operasional desa dari perusahaan terdekat sebesar Rp 500.000,- per bulan dan operasional Kepala Desa sebesar Rp 250.000,- per bulan. Kemudian bantuan untuk tempat ibadah Rp 500.000,- per bulan dan Madrasah sebesar Rp 1,5 Juta. Bantuan lain untuk sarana dan prasarana pendidikan seperti sumbangan meja-kursi, perpustakaan, dan computer, bantuan berupa peminjaman alat-alat berat untuk pembuatan dan perbaikan jalan desa, genset untuk RT I Desa Belimbing Baru, perbaikan mesjid dan jembatan. Hampir semua responden (94 %) menyatakan memperoleh manfaat atas keberadaan perusahaan tambang batubara baik secara langsung maupun tidak langsung dengan alasan bervariasi, mulai dari kemudahan akses jalan, perbaikan ekonomi, adanya bantuan pendidikan, penerangan listrik, dan sebagainya Jajak pendapat yang dilakukan terhadap aparat desa dan tokoh masyarakat desa dan masyarakat yang dijadikan responden dari ke lima desa studi diperoleh gambaran umum persepsi masyarakat sebagai berikut: 1. Peran perusahaan bara dalam menunjang pembangunan desa, 71 % menyatakan menunjang, sementara 26 % menyatakan kurang menunjang , dan 3 % menyatakan tidak. 2. Dampak aktivitas perusahaan dalam mendorong dan meningkatkan perekonomian keluarga; 65 % menyatakan perekonomian keluarga meningkat; 32 % menyatakan tetap, dan 3 % menyatakan terjadi kemunduran. 3. Dampak aktivitas perusahaan terhadap kemajuan kehidupan masyarakat; 87 % menyatakan kehidupan rerata masyarakat tambah baik/maju, sedangkan 13 % menyatakan tetap. 4. Peran perusahaan bara terhadap keruskan lingkungan yang berimbas pada pencemaran air sungai: 58 % menyatakan merusak, 13 % menyatakan tidak, dan 29 % menyatakan masih terkendali. 5. Kepedulian perusahaan pertambangan terhadap lingkungan dan sosial ekonomi masyarakat desa sekitar dibandingkan perusahaan tambang lainnya di wilayah ini; 87 % menyatakan PT Pama lebih baik, 10 % menyatakan sama saja, dan 3 % menyatakan pama lebih buruk. 6. Dampak negatif yang muncul sejak adanya aktivitas perusahaan tambang bara: Air sungai menjadi keruh terutama pada musim penghujan, mengakibatkan aktivitas masyarakat yang memanfaatkan air sungai sehari- hari terganggu. Sewaktu-waktu suara dan getaran akibat blasting menimbulkan kekagetan dan beberapa fasilitas umum seperti mesjid ada yang retak, demikian pula rumah penduduk yang terbuat dari beton. Debu tambah banyak, terutama jika mobil-mobil perusahaan melalui jalan desa. Jalan desa jadi cepat rusak dan banyak berlobang. Beberapa kebun warga yang dekat areal tambang rusak karena tertutup debu batubara. 7. Keuntungan yang diperoleh desa : Bantuan operasional desa Peluang kerja dan berusaha bagi warga masyarakat Peningkatan ekonomi keluarga Bantuan perbaikan sarana dan prasarana peribadatan dan pendidikan Akses jalan lebih terbuka dan lancar 8. Harapan masyarakat bagi perusahaan tambang: 86 ZIRAAAH, Volume 27 Nomor 1, Pebruari 2010 Halaman 80-88 ISSN 1412-1468
Ikut memperbaiki jalan desa yang sering dilewati mobil-mobil karyawan perusahaan. Melakukan reklamasi terhadap areal tambang dan melakukan revegetasi dengan tanaman yang produktif seperti karet dan buah-buahan Membantu pembangunan desa Perbaikan fasilitas sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih terutama menjelang musin hujan Penanganan dan pengendalian Lumpur/limbah tambang dan aktivitas pencucian alat berat agar tidak langsung masuk ke badan sungai yang menyebabkan air keruh. Memasang /membuat tanggul penahan Lumpur dan menanam pohon pada lereng tebing sungai untuk mencegah erosi. 9. Harapan kedepan masyarakat pasca operasional perusahaan bara Mengembalikan lingkungan tambang seperti semula, minimal tidak membiarkan ruang terbuka lebar Menjaga lingkungan dan lebih memperhatikan serta mengutamakan kepentingan masyarakat sekitar tambang. Bisa meninggalkan kenangan yang baik dan berguna yang bisa dimanfaatkan masyarakat desa sekitar untuk terus mendukung perekonomian desa. Agar bangunan-bangunan serta fasilitas permanent yang dibangun tidak dibongkar dan bisa dihibahkan kepada desa terdekat untuk dipergunakan sebagai fasilitas umum Membantu pemberdayaan masyarakat lapisan bawah (petani) berupa bantuan program bimbingan teknis serta bibit melalui kelompok tani Pengendalian lingkungan dengan tanaman yang bermanfaat dan produktif sehingga bermanfaat bagi masa depan desa.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Operasional Tambang batubara di wilayah Kecamatan Sungai Pinang berdasarkan hasil penelitian ini tidak secara langsung memberikan peluang kerja di perusahaan bagi warga lokal karena terkendala pada skill dan pendidikan. 2. Ditinjau dari aspek pendapatan masyarakat, 94% responden menyatakan memperoleh manfaat dati adanya pertambangan batubara, 65% responden mengaku ekonomi keluarga meningkat, dan 87% menyatakan meningkatkan kemajuan desa dan kesejahteraan. 3. Aktivitas terhadap lingkungan, 58% menyatakan aktivitas tambang batubara mencemari lingkungan perairan, juga menimbulkan polusi berupa debu. 4. 90% responden menyatakan tidak terjadi gangguan kamtibmas, meskipun sebanyak 68% secara berkala terganggu oleg getaran dan suara ledakan (blasting) 5. Terhadap Kesehatan masyarakat; 26% menyatakan pernah sakit.
Saran 1. Ikut memperbaiki jalan desa yang sering dilewati mobil-mobil karyawan perusahaan. 2. Melakukan reklamasi terhadap areal tambang dan melakukan revegetasi dengan tanaman yang produktif seperti karet dan buah-buahan 3. Membantu pembangunan desa 4. Perbaikan fasilitas sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih terutama menjelang musin hujan 5. Penanganan dan pengendalian Lumpur/limbah tambang dan aktivitas pencucian alat berat agar tidak langsung masuk ke badan sungai yang menyebabkan air keruh.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008. Monografi Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Banjar.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. (Edisi Revisi V). Rineka Cipta, Jakarta.
Firdaus, M., 2008. Manajemen Agribisnis. Bumi Aksara, Jakarta.
Krisnamurthi, Y. Bayu, 1994. Metode Pengumpulan Data Dalam Penelitian Sosial Ekonomi. (Himpunan Makalah Metode Penelitian Sosial Ekonomi). Dirgutiswa, Dirjen-Dikti, Jakarta.
Raharjo, 2004. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta .
Salvatore, Dominick dan Eugene A. Diulio, 2004. Prinsip-Prinsip Ekonomi (Belajar Super Cepat). Erelangga, Jakarta.
Wagiono, Yayah K., 1994. Berbagai Metode Penelitian Sosial Ekonomi (Himpunan Makalah Metode Penelitian Sosial Ekonomi). Dirgutiswa, Dirjen-Dikti, Jakarta .
Lampiran :
Lampiran 1. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di wilayah studi Maret Tahun 2008
No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Rantau Nangka Rantau Bakula Pakutik Sei Pinang Belimbing Baru