You are on page 1of 43

BAB IPENDAHULUAN1.

1 Latar Belakang
P r a k t e k K e r j a La p a n ga n ( P K L) , m e r u p a k a n s u a t u k e gi a t a n b a gi mahasiswa
untuk mendapatkan pengalaman dan bagaimana gambaran dari k e a d a a n d u n i a
k e r j a ya n g s e b e n a r n ya . M e l a l u i k e g i a t a n i n i m a h a s i s w a diharapkan mampu
untuk menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah. Praktek kerja
lapangan bukan saja hanya tempat untuk m a g a n g , t e t a p i m e r u p a k a n s u a t u s a r a n a
ya n g p a d a a k h i r n ya m e m b e r i k a n tantangan tersendiri bagi mahasiswa. Karena
mahasiswa bukan saja dituntuthanya untuk mengaplikasikan teori yang diperoleh
dibangku kuliah, tetapi juga bagaimana mengatasi permasalahan pada dunia kerja, yang
sering kalitidak sebidang dengan disiplin ilmu yang digeluti.D a l a m h a l i n i
Program Studi g r i b i s n i s ! a k u l t a s P e r t a n i a n "ni#ersitas "dayana
memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk melaksanakan praktik kerja
lapangan di perusahaan produksi kosmetika, yang bergerak di bidang agribisnis. P$. %ali
$angi adalah perusahaan di dirikan dit a h u n & ' ' ' , o l e h % a p a k a ya n S u k h a n a
yang berpengalaman di bidang armasi beserta istri ter*inta yang semasa muda
berpro esi perawat dan bidan+bu Made uliani, didasari ketulusan, keinginan
keras dan ketekunan, #isim e r e k a a d a l a h u n t u k m e w u j u d k a n m a s ya r a k a t ya n g
h i d u p s e h a t s e l a r a s dengan alam.Seiring berjalannya waktu, perkembangan P$. %ali
$angi yang begitu pesat memerlukan suatu manajemen untuk dapat menjalankan segala
akti#itasya n g b e r a d a d i p e r u s a h a a n , d a l a m m a n a j e m e n m o d e r n u n gs i
m a n a j e m e n lebih ditekankan pada ungsi peren*anaan dan pengendalian.
Peren*anaanmerupakan penetapan mengenai apa yang akan dikerjakan dimasa yang
akand a t a n g s e l a m a p e r i o d e t e r t e n t u , s e d a n g k a n p e n g e n d a l i a n
m e r u p a k a n pengawasan penilaian serta koreksi atas penyimpanan-penyimpanan
yangt e r j a d i d e n g a n m a k s u d u n t u k m e n g a d a k a n p e r b a i k a n a g a r
apa yang
1

dikerjakan sesuai dengan yang telah ditetapkan, semua dapat di*apai dengans e b a i k -
b a i k n ya . % e r d a s a r k a n u r a i a n d i a t a s , m a k a l a p o r a n p r a k t e k
kerjal a p a n g a n d i b u a t d e n g a n j u d u l M / 01M1/
P 1 / 2 1 / D L + / P13S1D+ / % 4 / % K" P$. % L+ $ /2+5
1.2 Rumusan Masalah
%erdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
p e r m a s a l a h a n antara lain sebagai berikut 6
1.
%agaimana manajemen pengendalian persediaan bahan baku yang diterapkan P$. %ali
$angi7
1.3 Tujuan Praktek erja La!angan
dapun tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk mengetahui sejauh
manamanajemen pengendalian persediaan bahan baku pada bagian gudang P$. %ali
$angi.
1." Man#aat Praktek erja La!angan
8) %agi Mahasiswaa) Membentuk sikap yang disiplin dan bertangung jawab terhadap
pekerjaan. b) Memperoleh pengalaman kerja sekaligus menambah pengetahuandan
keterampilan khususnya di bidang usaha agribisnis.*) %elajar bersosialisasi dan
berkomunikasi dengan banyak orang untuk men*iptakan hubungan kerja yang harmonis.d)
Memperoleh kesempatan untuk mempraktekkan teori-teori yang diperoleh selama dibangku
perkuliahan ke dalam industri.&) %agi Perusahaan atau +nstansia) Menjalin kerja sama yang
baik dengan lembaga pendidikan untuk menghasilkan tenaga yang pro essional b)
Mendapatkan tenaga kerja yang dapat membantu kelan*aran dalam proses pekerjaan, supaya
nantinya dapat menge isiensikan tenaga,

Lulur Bali Antarkan Sukhana ke


Mancanegara
Minggu, 14 Februari 2016 14:16 WIB

Wayan Sukhana dan Ni Made Yuliani mendirikan Bali Tangi yang berawal dari
keterpaksaan. (ANTARA FOTO/Tri Vivi Suryani/wdy/16)

"Lulur yang merupakan salah satu tradisi masyarakat Bali, sengaja diangkat menjadi produk spa
yang berstandar tinggi. Sungguh tak terduga, dari produk tradisional lulur ini, justru bisa
mengantarkan saya ke berbagai negara untuk berpameran," kata Wayan Sukhana, pelaku usaha
produk spa ternama di Denpasar, Bali.

Namun, proses memulai usaha lulur, bukan waktu yang sebentar bagi Sukhana. Ada perjalanan
panjang, sebelum jejak langkah lelaki asal Jembrana ini terhenti pada usaha pembuatan lulur
tradisional dengan bahan organik yang dikemas dan berstandar internasional.

Perjalanan panjang itu bermula, ketika Sukhana yang baru tamat kuliah di Fakultas Ekonomi -
Universitas Udayana, menapaki pekerjaan sebagai staf di kantor pemborong. Sesekali dia
berupaya melamar kerja di tempat lain yang lebih sesuai dengan bidang yang dipelajarinya
selama kuliah.

"Setelah bekerja di pemborong, saya kemudian mengembangkan karir di Sanur Beach sejak tahun
1974- 1984 sebagai 'accounting' sampai jenuh di sini. Saya menjajal tantangan baru sebagai
medical representative di perusahaan farmasi Kresna Karya," ujar suami dari Made Yuliani ini.

Bermula dari Medical Representative, karir Sukhana kemudian meningkat menjadi supervisor,
asisten product manager hingga menduduki jabatan sebagai direktur di wilayah Lombok sampai
tahun 1996.

Kresna Karya kemudian diakuisisi dan menjadi Parta Karya. Sukhana pun ditarik ke Jakarta dan
menjabat sebagai asisten sales manager sampai tahun 1998. Saat itu, perusahaan tidak bisa
bertahan ketika terjadi krisis moneter melanda Indonesia.

Dalam keadaan gamang, Sukhana pulang bersama istri dan ketiga anaknya ke Denpasar, dengan
beban ketiadaan pekerjaan untuk menjamin kehidupan keluarganya. Lelaki ini sempat dihinggapi
stres, karena tidak tahu harus berbuat apa untuk menghidupi keluarga.
"Saya tidak bisa melamar pekerjaan lagi karena usia sudah 53 tahun. Saya kemudian bilang sama
istri, sudah saatnya berdikari karena selama ini terus menjadi buruh," ujarnya.

Bersama istri, Sukhana kemudian merancang berbagai aksesoris mutiara dipadu emas, yang
ditawarkan ke berbagai mall di Denpasar. Usaha ini berjalan dengan serangkaian kendala, antara
lain pembayaran sering macet karena diberlakukan sistem konsinyasi dan pebisnis di bidang
aksesoris makin bertambah banyak.

Wangi, Sejuk dan Hangat

"Istri kemudian membuat berbagai kerajinan dari bahan sampah. Seperti buah mahoni, cemara,
pelepah pisang, dan lainnya untuk dibikin garland. Istri dulu perawat di RS Panti Rapih di
Yogyakarta dan sering membantu suster-suster untuk membuat rangkaian bunga untuk Natal.
Pengalaman ini membuat istri terampil membuat kerajinan rangkaian bunga," kata dia.

Bahan baku rangkaian bunga, menggunakan berbagai limbah. Kebetulan salah seorang teman
Sukhana menekuni usaha kerajinan bunga kering. Limbah usaha kerajinan ini diminta Sukhana
untuk membuat kreasi rangkaian aksesoris bunga dari bahan alam.

Kiat lainnya adalah bahan baku dicari di daerah seputaran Bedugul. Sukhana dan keluarga
sengaja mencarinya ketika hari Minggu dan ketiga anaknya libur sekolah. Bersama-sama mereka
berlima sengaja berburu bahan untuk membuat kerajinan, agar tidak mengeluarkan uang untuk
membelinya.

Hasil dari perburuan di Bedugul, kemudian dibuat berbagai macam kerajinan dari bahan baku
yang bagi sebagian orang dianggap sebagai sampah, dengan kisaran harga Rp5 ribu sampai
Rp300 ribu. Sukhana lantas membuka toko kecil di kawasan Jalan Nusa Kambangan untuk
memajang karyanya.

Ternyata produk dari sampah ini, kemudian dilirik pengusaha yang memiliki beberapa stand di
'airport' dan mengajak Sukhana bekerja sama sebagai pemasok. Usaha pun mulai melaju.

"Di tengah usaha kerajinan usaha aksesoris yang sudah mulai melaju, tiba-tiba saya bertemu salah
seorang pemilik spa yang menanyakan apa saya sanggup membikin lulur. Selama ini, orang itu
memakai lulur Jawa, tapi kurang sreg karena bahannya kunyit sehingga warna kuningnya
menempel lama di kulit dan baju," ucap ayah tiga putra ini.

Pertanyaan pemilik spa, seketika membuat Sukhana melihatnya sebagai tantangan untuk
mengembangkan usaha. Sukhana menyanggupi dan teringat pada tradisi masyarakat Bali yang
sudah sering menggunakan boreh dalam keseharian.

Sukhana meminta waktu seminggu dan langsung bereksperimen membuat boreh dengan bahan-
bahan alami menggunakan bahan dasar beras merah, beras putih dan kacang hijau. Kalau ingin
beraroma wangi, maka diberi campuran bunga-bunga semacam kamboja, melati, mawar dan
lainnya.

"Boreh atau lulur yang hangat diramu dengan cengkeh atau jahe. Kalau boreh sejuk dicampur
bahan stroberi, alpukat atau bengkuang. Tapi variasi lulur ini dibikin, setelah tercapai 'deal' kerja
sama dengan pemilik spa untuk memasok boreh khas Bali dan mengusung nama Bali Tangi,"
ucap lelaki kelahiran 22 April 1948.
Bali Tangi artinya Bali yang mengalami kebangkitan. Spirit inilah yang dibawakan Sukhana
dalam membangun bisnisnya dan kemudian mengembangkan menjadi beberapa produk seperti
massage oil, masker, sabun, body milk dan lainnya.

"Melalui pameran demi pameran baik di dalam maupun luar negeri, produk Bali Tangi mulai
dikenal publik. Kami punya distributor di kota-kota besar di Indonesia dan Singapura. Kalau
konsumen, 90 persen masih masyarakat dalam negeri," kata dia.

Meski demikian, respon masyarakat luar negeri pun belakangan mulai mengeliat. Tak kurang ada
negara Australia, Jepang, Amerika Serikat, Uzbekistan dan sejumlah negara lain, yang berulang
kali memesan produk Bali Tangi untuk dipasarkan ke negara masing-masing.

Jauh-jauh hari, Sukhana sudah mempersiapkan agar produk Bali Tangi mencapai standar nasional
yang mengacu cara produksi kosmetik yang baik (CPKB) dan International Organization for
Standardization (ISO). Berbekal standar yang telah dimiliki, maka Sukhana tidak gentar ketika
era MEA dimulai.

"Banyak sekali persyaratan yang dilalui untuk mencapai standar itu. Tapi paling tidak, kami jadi
siap bersaing di era MEA. Sementara, terkait banyaknya pemain produk spa di Bali, sebagian
besar masih belum mengantongi standar itu, sehingga bermain-main di pasar dalam negeri saja,"
katanya.

Memiliki produk yang sudah dikenal di dalam dan luar negeri, Sukhana mensyukuri. Padahal,
berulang kali dia menyatakan, apa yang direngkuhnya sekarang berawal dari kondisi terpaksa,
dipaksa dan memaksakan diri.

Berawal dari keterpaksaan ini, malah mengantar Bali Tangi berkali-kali meraih penghargaan. Dan
penghargaan terbaru, didapatkan pada November 2015. Penghargaan Paramakarya diterima Bali
Tangi dan diberikan langsung Presiden Joko Widodo, untuk kategori perusahaan kelas menengah
yang menerapkan konsep kualitas dan produktivitas yang baik. (WDY)
Pewarta : Pewarta: Tri Vivi Suryani
Editor: I Gusti Bagus Widyantara
COPYRIGHT © ANTARA 2016
ALI TANGI AROMATHERAPI TRADITIONAL SPA PRODUCT

Spa Produk Tradisional asli Bali dengan menggunakan bahan-bahan pilihan alami organik yang ada di
bali.

BAgi yg mau mencoba perawatan tubuh dgn produk Balitangi silahkan coba produknya dan beli
disini....

*/ NATURAL SCRUB
fungsinya :Berguna untuk menghilangkan bau badan, memperbaiki sirkulasi O2 dan peredaran darah tepi. Memutihkan
kulit, menjaga kelembaban kulit, mencegah kulit keriput, mengembalikan fungsi otot dan mengangkat sel kulit mati

aroma:

- scrub garam

- scrub kayu manis


- scrub asam jawa

- scrub cengkeh

- scrub nanas (pineapple)

- scrub sereh ( lemon grass)

- scrub kayu cendana

- scrub kemisi (candle nut)

- scrub lidah buaya

- scrub kelapa

- scrub jahe

- scrub kopi

- scrub lulur

- scrub tea

- scrub green tea

Catatan :
Penyikatan pada kulit dapat dilakukan seminggu sekali atau bila badan dirasa kotor dan berdebu. Untuk informasi tambahan,
kulit kita berganti setiap 25 - 27 hari.

Warna dan konsistensi produk Bali Tangi bisa berubah dikarenakan penggunaan bahan-bahan alami. Sirkulasi produk kami
berkisar 21 bulan sebelum dibuka. Simpan produk Bali Tangi di tempat kering.

Bali Tangi tidak bertanggung jawab terhadap penggantian produk yang tidak disimpan dengan baik dan layak.
*/ MASKER ALAMI

fungsi : Mengandung zat antioksidan. Memberi protein pada kulit, melemaskan kulit yang kaku, memutihkan kulit, memberi
kesegaran, dan mempertahankan kelembaban kulit

aroma:

- masker rumput laut

- masker coklat

- masker gardenia

- masker ganggang

- masker lumpur

- masker payudara

- masker timun

- masker boreh

- masker wortel

- masker pepaya

- masker alpukat

Untuk Catatan :
Masker dapat dilakukan seminggu sekali atau kapanpun ketika merasa badan kotor. Gunakan selalu
produk masker dari Bali Tangi yang mengandung bahan alami dan diproses secara tradisional. Tidak
seperti produk perawatan tubuh lainnya yang mengandung bahan kimia, produk kecantikan alami
akan menjaga kulit Anda tetap sehat dan cantik tanpa menyebabkan efek samping.

Harga utk scrub dan masker :


100gram : 40.000 ( US $ 5.00)

500gram / 1/2kg : 150.000 (US $ 19)

1000gram / 1kg : 250.000 (US $ 30.00)

Hand body lotion herbal ingredient dengan ekstrak alami yang melembabkan serta membuat kulit
lebih bercahaya.

small size 40.000

Large size 100.000


Massage oil treatment aromatherapi plus vitamin e

size 35ml Rp 40.000

Size 100ml wijen Rp 70.000

Size 200ml brem Rp 100.000

Perlu Anda Ketahui :


Aromaterapi adalah penyembuhan yang melibatkan pemakaian minyak asiri murni yang disuling dari
berbagai tumbuhan, bunga, daun, akar-akarn dan kayu-kayaun yang banyak terdapat di Indonesia.

Cara pengobatan dengan aromaterapi dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah :

 Menghirup (Penguapan Minyak Asiri)


menghirup dapat dilakukan dengan :
o menguapkan air yang telah ditetesi oleh minyak asiri dengan menggunakan tungku
pemanas (burner) atau langsung menggunakan air panas dalam wadah
o meneteskan minyak asiri pada sapu tangan, bantal atau pakaian

 Pemijatan
pemijatan dapat dilakukan dengan menggunakan message oil

 Rendaman/Kompres
dapat dilakukan dengan menggunakan bath oil, yaitu minyak asiri yang dilarutkan dalam air
mandi, atau garam yang telah beraroma asiri.
Soap for body Rp 45.000
( order 10pcs Rp 35.000)

EXOTIC GIFT cocok utk oleh oleh khas dari bali

harga 150rb
we give discount for balitangi reseller.

scrub and masker 100gram

minimal order 25pcs price 30.000 ( US $ 4.00) u can mix it.

scrub and masker 500 gram and 1000 gram

minimal order 10 pcs price 125.000 (US$ 15.00) for 500gram, and 225.000 (US $ 30) for 1000
gram

hand body lotion min order 10 pcs

small size 30.000 (US$4.00)

large size 85.000 (US$ 10.00)

Massage oil treatment plus vitamin e min order 10 pcs

size 35ml Rp 30.000 (US$ 4.00)

Size 100ml wijen Rp 60.000 (US $ 7.50)

Size 200ml brem Rp 85.000 (US$ 10.00)

exotic gift min 10 pcs 120.000 (US $ 15.00

Dibuai Aroma Rempah Wangi Bali


Kompas.com - 06/05/2013, 11:07 WIB

KOMPAS.com - Unik, segar, membangkitkan semangat. Itulah wangi rempah-rempah yang


diramu menjadi satu. Campuran vanili, akar wangi, teh hijau, beras putih, jahe, dan kencur
menciptakan bau khas yang kesegarannya melebihi aroma parfum.
Bukan hanya segar, rempah-rempah wangi ini juga memiliki khasiat bagi tubuh. Tidak heran,
nenek moyang kita pada zaman dahulu memanfaatkan rempah-rempah herbal untuk obat-
obatan dan terapi.

Hal inilah yang menginspirasi Made Yuliani (63) dan suaminya, Wayan Sukhana (65), pada
2000 membuat produk dari bahan rempah-rempah asli Indonesia dengan payung Bali Tangi,
produsen produk spa.

Diberi nama Bali Tangi karena menggambarkan bahwa suami istri pemiliknya, meski saat itu
sudah berusia 50-an tahun, tetap bisa bangkit berusaha (apalagi mereka adalah orang Bali
yang harus kembali ke Bali karena perusahaan tempat bekerja di Jakarta bangkrut seusai
kerusuhan 1998). Tangi pun dalam bahasa Bali berarti warna ungu—merek Bali Tangi
dicirikan dengan warna ungu.

Awalnya, Yuliani hanya menjadikan bahan-bahan alam, seperti buah camplung, biji kenari,
daun, batang, dan akar tanaman, untuk membuat hiasan berupa rakitan ukiran alam. Produk
ini laris manis dibeli turis mancanegara.

Pada 2001, datang pemilik spa dan menanyakan kemungkinan Bali Tangi bisa membuat
lulur, masker, dan massage oil (minyak urut). Tanpa banyak pikir, Yuliani menyanggupinya.
Ini karena pada 1977, ibu tiga anak ini adalah bidan desa di Kalasan, Yogyakarta, yang
terbiasa memberikan resep herbal kepada orang sekitar.

Yuliani kemudian meracik contoh pesanan. Dua kali pengajuan contoh produk ditolak. Pada
pengajuan ketiga, produk lulur, masker, dan massage oil buatannya diterima. Sejak saat itu,
Bali Tangi mulai membuat produk sejenis yang disukai pasar.

Saat ini, sudah ada 200-an produk herbal spa Bali Tangi dan sebagian besar sudah
mengantongi izin. Produk Bali Tangi, seperti scrub, masker, massage oil, rempah mandi,
kompres, essential oil, sabun, minuman herbal, dan beberapa produk lain.

Pasarnya adalah seluruh wilayah di Indonesia, Singapura, Dubai, Hongkong, dan Thailand.
Bali Tangi memiliki pembeli tetap (semacam agen) di Singapura.

Produksi scrub dan masker Bali Tangi hingga mencapai 800 kilogram (kg) per bulan. Ini
belum ditambah berbagai produk lain, seperti sabun dan minyak.

Kebutuhan bahan baku rempah-rempah mencapai ratusan kg hingga berton-ton per bulan.
Kayu manis, misalnya, butuh 200 kg per bulan, kelabat butuh 50 kg per minggu, serta butuh
berkarung-karung jahe setiap minggu.

”Selain berasal dari lahan sendiri, kami juga membeli dari sejumlah petani di pelosok
negeri,” ujar Yuliani. Luas lahan rempah-rempah milik Yuliani saat ini hampir 1 hektar.

Yuliani menuturkan, produk-produknya asli dari bahan rempah. Untuk membuat sabun sirih,
Yuliani memasak 1 keranjang (lebih kurang 3 kg) daun sirih ditambah 5 liter air. Dari ramuan
ini akan didapat 1 liter air sabun.

Dari semula hanya dikerjakan sendiri dengan dibantu tiga karyawan pada 2000, kini Bali
Tangi sudah memiliki 28 karyawan untuk bagian produksi serta 18 orang sebagai terapis spa.
Per 2008, penjualan produk sudah mencapai Rp 850 juta per tahun. Itu belum ditambah
dengan hasil dari rumah spa Bali Tangi.

Aromaterapi
Tidak berbeda dengan Bali Tangi, produsen spa dan aromaterapi asal Bali lain adalah Denara.
Denara berasal dari kata Denpasar dan Negara, dua kota asal Made Diksa, pemilik Denara.

Pada 1999, Made awalnya adalah pembuat aromaterapi, terutama dupa sembahyang. Ia
adalah pionir pembuat dupa sembahyang di Bali.

Pada 2008, Denara mulai membuat produk lulur spa karena saat itu produk lulur spa di Bali
semakin ramai peminat. Lulur dan body butter (pelembab tubuh) inilah yang menjadi
unggulan dari Denara. Keduanya dibuat dari ekstrak cokelat dan bukan shea butter sehingga
tidak terlalu berminyak.

”Lulur kami tanpa bahan pewarna jadi benar-benar alami dari tanaman herbal. Selain itu,
lulur dan body butter kami juga tidak berminyak. Dan hampir semua produk sudah terdaftar
sehingga aman untuk konsumen,” tutur Viece A Halifardini, pemasar Denara.

Hingga kini, produk Denara sudah beraneka ragam, mulai dari lulur Bali (avokad, teh hijau,
cendana, kiwi, frangipani, dan seterusnya), body mist atau parfum badan (cempaka gardenia,
teh hijau, jasmine, dan raspberry), body butter (stroberi, susu, jasmine, dan lainnya), garam
mandi, hingga aneka sabun.

Mari melakukan relaksasi alami bersama rempah bal

Mengenal Bali Tangi, Brand Produk Spa


legendaris bermakna “Kebangkitan”
Medinas News 17:58:00 Bali, Mangupura
Mangupura, MEDINAS NEWS - Untuk kalangan pengusaha spa dan produk kecantikan
yang ada di Denpasar,Bali, nama dari Bali Tangi mungkin sudah tidak asing lagi. Produk spa
yang satu ini sudah malang melintang sejak awal dekade 2000an. Berbagai produk spa dan
kecantikan yang dihasilkan, tidak hanya bertujuan untuk kecantikan atau perawatan tubuh
saja, melainkan juga diyakini sebagai metode pengobatan terutama pada kulit. Melihat
kesuksesan Bali Tangi sampai sekarang, hal ini tentu tidak lepas dari perjuangan Wayan
Sukhana dalam merintis usahanya dari nol.

Awal Kebangkitan

Pada bulan Maret 1998, terjadi kerusuhan besar – besaran serangkaian aksi mahasiswa
menuntut diberhentikannya Presiden Soeharto dari jabatan. Peristiwa bersejarah ini pada
akhirnya berhasil menjadikan perekonomian di Indonesia collapse untuk sementara. Di
tengah kondisi ketidak-pastian tersebut, berbagai perusahaan beramai-ramai mem-PHK para
karyawannya. Tak terkecuali perusahaan dimana Wayan Sukhana bekerja. Hal tersebut
menjadi ujian yang cukup berat baginya, mengingat di usia yang sudah 53 tahun saat itu,
masa produktifnya dalam bekerja segera berakhir, sementara ada kebutuhan dapur yang tetap
harus dipenuhi. Tanpa punya pilihan lain, diapun memutuskan untuk mulai mendirikan usaha
baru bermodal uang pesangon sebesar 6 juta. Adapun usaha yang ia dirikan pertama kalinya
yakni berjualan aksesoris dan perhiasan wanita seperti kalung, cincin, giwang, dan
sebagainya. Usaha ini dia jalankan dengan serius dan dipasarkan ke berbagai tempat seperti
hotel dan mall – mall. Namun, hingga 6 bulan berjalan, dia melihat usaha tersebut mulai
bermunculan pesaing – pesaing baru. Dia pun memutuskan untuk beralih ke bisnis lainnya,
yakni berjualan souvernir dari bunga – bunga kering. Berbagai souvenir yang dibuat secara
manual oleh istrinya tersebut, tidak disangka cukup laris di pasaran.

Akhirnya dengan tingkat penjualan yang cukup signifikan, usaha souvenir miliknya inipun
berkesempatan untuk mengikuti pameran PKB pada tahun 2002 silam

“Sebelum mulai mengikuti pameran, saya diminta mendaftarkan nama brand dari produk
yang akan dipamerkan. Ada banyak nama yang terbesit di benak saya. Mulai dari Bali Maju,
Bali Berani, dan banyak lagi. Akhirnya saya memilih nama Bali Tangi. Nama inipun
menyimpan makna yang personal dari pengalaman hidup saya. Di usia yang 53 tahun ini,
saya tidak boleh terkena Post-power Syndrome yang kerap dihadapi seorang pensiunan.
Maka saya pilih kata Tangi yang artinya Bangkit. Secara filosofis bermakna kembali bangkit.
Bagi saya tidak ada kata terlambat dalam berwirausaha,” ujar lulusan sarjana muda ekonomi
tahun 1972, Universitas Udayana ini

Pada saat pameran berlangsung, dirinya pun juga berkesempatan untuk bertemu banyak
konsumen tak terkecuali distributor dari produk – produk kecantikan hingga pemilik usaha
Spa. Sukhana mengungkapkan saat itu ada seorang client yang menanyakan apakah dirinya
menjual dan memasarkan produk – produk spa. Sukhana pun mengakui saat itu dirinya masih
awam mengenai produk kecantikan dan tidak terlalu paham seluk – beluk dunia spa.
Meskipun demikian, ia menyanggupi permintaan yang diberikan client. Diapun mulai
mencari bahan baku, rempah – rempah, dan mengkreasikannya sendiri. Dengan berbekal
kreatifitas, tidak disangka produk spa yakni boreh yang ia hasilkan disambut baik oleh
konsumen. Bahkan, cukup laris di pasaran. Peluang itupun tidak disia – siakannya untuk terus
berekspansi.

“Seiring berjalannya waktu, jasa spa di hotel – hotel mulai bermunculan . Di luar industri
pariwisata, kami juga memasarkan lulur – lulur ini pada sejumlah salon. Spa waktu itu belum
begitu populer, dan pemain – pemain usahanya juga masih sedikit. Beruntungnya permintaan
terus mengalir, sehingga produk saya berhasil menguasai pasar produk spa dan salon – salon
sepanjang tahun 2002 – 2006. Meskipun saat itu terjadi peristiwa besar yakni Bom Bali I dan
II yang cukup mengguncang perekonomian Bali pada saat itu, tapi kami tetap optimis. Kami
tetap semangat berjualan hingga keuntungan yang diperoleh dari penjulan produk spa ini bisa
kami gunakan untuk menyewa sebuah lahan seluas 4 are untuk membangun toko baru,”
ungkapnya

Membawa Visi

Dengan reputasi yang kian terangkat, Pria kelahiran Jembarana, 22 April 1948 ini semakin
mantap untuk memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Dari Tahun 2005 – 2008,
berbagai ajang pameran di Singapore dan Thailand pun dijajalnya untuk mememperoleh
pangsa pasar yang lebih luas. Menariknya, kesuksesannya di luar negerilah yang justru
meningkatkan minat sebagian pengusaha untuk terjun ke bisnis spa. Alhasil, sejak
kepulangannya dari luar negeri, berbagai jasa spa pun mulai banyak yang bermunculan di
Bali. Bahkan yang di luar kawasan pariwisata sekalipun. Meskipun mulai banyak pesaing
yang bermunculan, nama Bali Tangi tetap menjadi brand yang disegani. Adapun kurang lebih
88 izin edar telah dikantonginya.

Selama menjalankan usahanya, Sukhana sadar jika berbisnis tidak hanya mengejar
keuntungan semata. Melihat beredarnya isu miring terkait produk kosmetik illegal dengan
bahan kimia berbahaya, dia pun terus berupaya menekan paradigma tersebut melalui berbagai
produknya yang menggunakan bahan – bahan alami. Lewat produk Spa ini dia juga
membawa misi untuk mengenalkan kekayaan hasil bumi Indonesia dalam hal pertanian.

“Maka dari itulah saya gencar ekspor produk di sejumlah Negara. Termasuk Australia,
Jepang, China, Uzbekistan. Melalui visi ini juga, saya aktif menyuarakan kendala yang
tengah dihadapi wirausaha pada instansi pemerintahan melalui forum diskusi. Sebenarnya
banyak pengusaha yang masih belum tahu tuntas terkait ekspor – impor terutama Pusat
Logistik Berikat (PLB). Bagaimana supaya bisa mengimpor bahan baku untuk produksi atau
bagaimana cara mengekspor produk sesuai prosedur yang diterapkan bea cukai. Untuk
merealisasikan visi ini, sebagai pengusaha kita memang harus bersinergi dengan
pemerintah” , ujar peraih piagam penghargaan pioneer produk Spa

Kini, sebagai komisaris dari perusahaan yang ia dirikan belasan tahun silam, diapun terus
memotivasi generasi muda untuk tidak hentinya belajar dari pengalaman serta berdedikasi
dalam berwirausaha. Hal inilah yang ia tanamkan kepada tiga anaknya yang kini memegang
beberapa jabatan direksi di perusahaan. (tom’s)

Mengenal Bali Tangi, Brand Produk Spa


legendaris bermakna “Kebangkitan”
Medinas News 17:58:00 Bali, Mangupura
Mangupura, MEDINAS NEWS - Untuk kalangan pengusaha spa dan produk kecantikan
yang ada di Denpasar,Bali, nama dari Bali Tangi mungkin sudah tidak asing lagi. Produk spa
yang satu ini sudah malang melintang sejak awal dekade 2000an. Berbagai produk spa dan
kecantikan yang dihasilkan, tidak hanya bertujuan untuk kecantikan atau perawatan tubuh
saja, melainkan juga diyakini sebagai metode pengobatan terutama pada kulit. Melihat
kesuksesan Bali Tangi sampai sekarang, hal ini tentu tidak lepas dari perjuangan Wayan
Sukhana dalam merintis usahanya dari nol.

Awal Kebangkitan

Pada bulan Maret 1998, terjadi kerusuhan besar – besaran serangkaian aksi mahasiswa
menuntut diberhentikannya Presiden Soeharto dari jabatan. Peristiwa bersejarah ini pada
akhirnya berhasil menjadikan perekonomian di Indonesia collapse untuk sementara. Di
tengah kondisi ketidak-pastian tersebut, berbagai perusahaan beramai-ramai mem-PHK para
karyawannya. Tak terkecuali perusahaan dimana Wayan Sukhana bekerja. Hal tersebut
menjadi ujian yang cukup berat baginya, mengingat di usia yang sudah 53 tahun saat itu,
masa produktifnya dalam bekerja segera berakhir, sementara ada kebutuhan dapur yang tetap
harus dipenuhi. Tanpa punya pilihan lain, diapun memutuskan untuk mulai mendirikan usaha
baru bermodal uang pesangon sebesar 6 juta. Adapun usaha yang ia dirikan pertama kalinya
yakni berjualan aksesoris dan perhiasan wanita seperti kalung, cincin, giwang, dan
sebagainya. Usaha ini dia jalankan dengan serius dan dipasarkan ke berbagai tempat seperti
hotel dan mall – mall. Namun, hingga 6 bulan berjalan, dia melihat usaha tersebut mulai
bermunculan pesaing – pesaing baru. Dia pun memutuskan untuk beralih ke bisnis lainnya,
yakni berjualan souvernir dari bunga – bunga kering. Berbagai souvenir yang dibuat secara
manual oleh istrinya tersebut, tidak disangka cukup laris di pasaran.

Akhirnya dengan tingkat penjualan yang cukup signifikan, usaha souvenir miliknya inipun
berkesempatan untuk mengikuti pameran PKB pada tahun 2002 silam

“Sebelum mulai mengikuti pameran, saya diminta mendaftarkan nama brand dari produk
yang akan dipamerkan. Ada banyak nama yang terbesit di benak saya. Mulai dari Bali Maju,
Bali Berani, dan banyak lagi. Akhirnya saya memilih nama Bali Tangi. Nama inipun
menyimpan makna yang personal dari pengalaman hidup saya. Di usia yang 53 tahun ini,
saya tidak boleh terkena Post-power Syndrome yang kerap dihadapi seorang pensiunan.
Maka saya pilih kata Tangi yang artinya Bangkit. Secara filosofis bermakna kembali bangkit.
Bagi saya tidak ada kata terlambat dalam berwirausaha,” ujar lulusan sarjana muda ekonomi
tahun 1972, Universitas Udayana ini

Pada saat pameran berlangsung, dirinya pun juga berkesempatan untuk bertemu banyak
konsumen tak terkecuali distributor dari produk – produk kecantikan hingga pemilik usaha
Spa. Sukhana mengungkapkan saat itu ada seorang client yang menanyakan apakah dirinya
menjual dan memasarkan produk – produk spa. Sukhana pun mengakui saat itu dirinya masih
awam mengenai produk kecantikan dan tidak terlalu paham seluk – beluk dunia spa.
Meskipun demikian, ia menyanggupi permintaan yang diberikan client. Diapun mulai
mencari bahan baku, rempah – rempah, dan mengkreasikannya sendiri. Dengan berbekal
kreatifitas, tidak disangka produk spa yakni boreh yang ia hasilkan disambut baik oleh
konsumen. Bahkan, cukup laris di pasaran. Peluang itupun tidak disia – siakannya untuk terus
berekspansi.

“Seiring berjalannya waktu, jasa spa di hotel – hotel mulai bermunculan . Di luar industri
pariwisata, kami juga memasarkan lulur – lulur ini pada sejumlah salon. Spa waktu itu belum
begitu populer, dan pemain – pemain usahanya juga masih sedikit. Beruntungnya permintaan
terus mengalir, sehingga produk saya berhasil menguasai pasar produk spa dan salon – salon
sepanjang tahun 2002 – 2006. Meskipun saat itu terjadi peristiwa besar yakni Bom Bali I dan
II yang cukup mengguncang perekonomian Bali pada saat itu, tapi kami tetap optimis. Kami
tetap semangat berjualan hingga keuntungan yang diperoleh dari penjulan produk spa ini bisa
kami gunakan untuk menyewa sebuah lahan seluas 4 are untuk membangun toko baru,”
ungkapnya

Membawa Visi

Dengan reputasi yang kian terangkat, Pria kelahiran Jembarana, 22 April 1948 ini semakin
mantap untuk memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Dari Tahun 2005 – 2008,
berbagai ajang pameran di Singapore dan Thailand pun dijajalnya untuk mememperoleh
pangsa pasar yang lebih luas. Menariknya, kesuksesannya di luar negerilah yang justru
meningkatkan minat sebagian pengusaha untuk terjun ke bisnis spa. Alhasil, sejak
kepulangannya dari luar negeri, berbagai jasa spa pun mulai banyak yang bermunculan di
Bali. Bahkan yang di luar kawasan pariwisata sekalipun. Meskipun mulai banyak pesaing
yang bermunculan, nama Bali Tangi tetap menjadi brand yang disegani. Adapun kurang lebih
88 izin edar telah dikantonginya.

Selama menjalankan usahanya, Sukhana sadar jika berbisnis tidak hanya mengejar
keuntungan semata. Melihat beredarnya isu miring terkait produk kosmetik illegal dengan
bahan kimia berbahaya, dia pun terus berupaya menekan paradigma tersebut melalui berbagai
produknya yang menggunakan bahan – bahan alami. Lewat produk Spa ini dia juga
membawa misi untuk mengenalkan kekayaan hasil bumi Indonesia dalam hal pertanian.

“Maka dari itulah saya gencar ekspor produk di sejumlah Negara. Termasuk Australia,
Jepang, China, Uzbekistan. Melalui visi ini juga, saya aktif menyuarakan kendala yang
tengah dihadapi wirausaha pada instansi pemerintahan melalui forum diskusi. Sebenarnya
banyak pengusaha yang masih belum tahu tuntas terkait ekspor – impor terutama Pusat
Logistik Berikat (PLB). Bagaimana supaya bisa mengimpor bahan baku untuk produksi atau
bagaimana cara mengekspor produk sesuai prosedur yang diterapkan bea cukai. Untuk
merealisasikan visi ini, sebagai pengusaha kita memang harus bersinergi dengan
pemerintah” , ujar peraih piagam penghargaan pioneer produk Spa

Kini, sebagai komisaris dari perusahaan yang ia dirikan belasan tahun silam, diapun terus
memotivasi generasi muda untuk tidak hentinya belajar dari pengalaman serta berdedikasi
dalam berwirausaha. Hal inilah yang ia tanamkan kepada tiga anaknya yang kini memegang
beberapa jabatan direksi di perusahaan. (tom’s)

Lewat Bali Tangi, Yuliani Mampu Menarik Pembeli Asal Korea Hingga
Kanada
Sosok Inspiratif
Foto: Pemilik Bali Tangi,Yuliani Djajanegara/Dok: indotrading.com

By Wiji Nurhayat September 1, 2016 // 4:37 pm

0 Comments

“Mengajak masyarakat untuk kembali ke alam, memanfaatkan alam secara bijaksana


harmonis, sehingga alam menjadi lestari, bisa kita wariskan kepada anak cucu
kemudian,” tulis pemilik Bali Tangi, Yuliani Djajanegara.

Tak ada kata terlambat bagi Anda untuk membangun sebuah bisnis. Asalkan ada niat dan
kerja keras, bisnis itu bisa dibangun hingga tumbuh dan berkembang menjadi besar.

Baca juga: Butuh Uang Jajan Tambahan Saat Kuliah Jadi Alasan Anggun Berbisnis 13th
Shoes

Itulah yang dialami oleh Yuliani Djajanegara (66). Yuliani membuktikan kepiawaiannya
dalam berwirausaha mampu menjadi salah satu pengusaha sukses dan terkenal di bisnis spa
dan kecantikan herbal di Indonesia lewat bendera Bali Tangi.
Foto: Pemilik Bali Tangi,Yuliani Djajanegara (kiri)/Dok: indotrading.com

Bersama sang suami I Wayan Sukhana, Yuliani mulai berani menapaki bisnis ini sejak tahun
2000. Sebelum menjalani bisnis ini, Sukhana-Yuliani hanyalah penjual cenderamata khas
Bali. Namun usaha tersebut akhirnya berkamuflase menjadi bisnis kecantikan herbal setelah
bom mengguncang Bali di tahun 2000.

Tidak disangka, keberanian Sukhana-Yuliani menekuni bisnis kecantikan herbal justru


berbuah manis. Bahkan di tahun 2007, Bali Tangi sukses membuka sebuah spa untuk
menjawab kian banyaknya permintaan para pelanggan. Di sini teknik massage Bali kuno
diambil sebagai akar pengembangan teknik tradisional Jepun Tantra Massage, yang
mengkombinasikan pijat titik cakra dan pelemasan yoga, sambil tetap terus mengedepankan
penggunaan produk natural yang telah mengharumkan nama Bali Tangi.

Baca juga: Pernah Bangkrut, Yuliana Lim Raup Untung Dari Tas Rotan Sintetis

Sekarang Bali Tangi benar-benar menjadi salah satu pemain besar di bisnis spa dan
kecantikan herbal di Indonesia, terutama di Bali.

“Namanya Bali Tangi, ini adalah traditional natural holistic atau dari bahan herbal, rempah-
rempah dan tanaman-tanaman. Sebetulnya Bali Tangi ini pengembangan boreh. Nah di Bali
itu kan ada ciri khas yang dimiliki yaitu boreh atau biasa kita kenal dengan lulur,” ungkap
Yuliani kepada indotrading.com, Kamis (1/9/2016).
Foto: Produk-produk Bali Tangi/Dok: indotrading.com

Menurut Yuliani, menjalani bisnis spa dan kecantikan herbal dinilai sangat menguntungkan,
apalagi bisnis ini di Indonesia tengah berkembang. Sedangkan pelaku usaha yang menekuni
bisnis ini terbilang masih sedikit.

“Sudah sekitar 16 tahunan saya menjalankan bisnis ini,” katanya.

Berbagai jenis produk herbal telah berhasil ia ciptakan. Total ada 71 jenis produk Bali Tangi
seperti scrub, masker, sabun, massage oil, aromaterapi, body milk. Dari bisnis ini, Yuliani
mampu memiliki 2 unit show room yang berada di kawasan Kuta dan Denpasar. Tidak hanya
itu, ia juga telah memiliki 1 unit factory yang berada di Denpasar, Bali.

Baca juga: Hadiah Bunga Sang Pacar Jadi Inspirasi Bisnis Florist Ala ‘Si Cantik’ Novia
Bersaudara

“Dari awal bisnis ini didirikan kita ingin melakukan bisnis yang legal, ingin jujur,”
ungkapnya.

Banting Setir Dari Jualan Cenderamata ke Bisnis Kecantikan Herbal

Yuliani memang kini sukses menekuni bisnis di bidang spa dan kecantikan herbal. Namun
siapa sangka, sebelum sukses di bisnis ini, Yuliani dan sang suami I Wayan Sukhana awalnya
hanyalah penjual cenderamata.

Menekuni profesi sebagai penjual cenderamata disebabkan karena peluang pasar yang cukup
besar di Bali. Cenderamata yang dijualnya unik yaitu berbahan dasar tumbuh-tumbuhan
kering, bernuansa natural, tanpa tambahan pewarna sama sekali.
Foto: Produk-produk Bali Tangi/Dok: indotrading.com

Ia bercerita semua bahan baku tersebut dicari sendiri oleh ia dan sang suami, Sukhana.
Mereka berdua biasanya mengambil bunga, daun dan ranting pohon kering yang ditemui di
sepanjang jalan. Hasil perburuan itu lalu diaplikasikan pada barang-barang kerajinan yang
dibeli langsung dari para pengrajin. Selanjutnya produk souvenir buatan mereka dipasarkan
lewat kios kecil yang mereka sewa.

“Awalnya saya mungut-mungut bahan bahan alam atau bahan baku limbah terus dirangkai,”
kenangnya.

Di toko kecil tersebut, Sukhana-lah yang aktif bertugas memasarkan. Ia rajin menawari
produk kerajinan buatannya kepada wisatawan dan teman-temannya yang bekerja di bidang
pariwisata.

Singkat cerita, ketika mereka berdua asyik meraup keuntungan dari jualan cenderamata, tiba-
tiba bom mengguncang Bali di tahun 2000. Dalam waktu singkat usaha yang ditekuni sejak
tahun 1998 itu babak belur.

Mneurut Yuliani, akibat bom tersebut perekonomian Bali lesu. Hal ini disebabkan banyak
negara yang mengeluarkan aturan travel warning ke Bali.
Foto: Produk-produk Bali Tangi/Dok: indotrading.com

“Selain itu perjuangan saya dalam mendirikan bisnis ini cukup berat saat bom bali pada tahun
2000, itu berimbas besar kepada perusahaan-prusahaan besar dan kecil termsauk perusahaan
saya,” ujar mantan direktur salah satu rumah sakit swasta di Bali ini.

Setelah bencana bom tersebut, ia lantas tak gampang putus asa. Ia kemudian memulai
kembali usaha berjualan cenderamata.

Baca juga: Dari Bambu, Harry Raup Omzet Ratusan Juta dan Bikin Orang Jepang Kaget

Pada kesempatan yang sama Yuliani ditawari bisnis lain. Ia diminta membuat ramuan lulur
untuk kebutuhan spa yang baru dibuka oleh seorang temannya. Tidak berpikir panjang, ia
kemudian langsung mengiyakan.

“Tapi saya terus bangkit lagi, kita memang shok pada waktu itu. Tapi kita ingin tetap
berlangsung hidup dan tidak mau terpuruk dalam kesusahan,” katanya.

Tidak sulit bagi Yuliani memenuhi permintaan temannya itu. Kebetulan, saat masih remaja ia
sudah terbiasa memakai boreh (atau lulur dalam bahasa Bali). Yuliani juga memiliki resep
bagaimana membuat ramuan lulur tradisional.
Foto: Bahan baku herbal produk Bali Tangi/Dok: indotrading.com

“Sebetulnya Bali Tangi ini pengembangan boreh. Nah di Bali itu kan ada ciri khas yang
dimiliki yaitu boreh atau biasa kita kenal dengan lulur. Ada macam-macam boreh, seperti
boreh wangi, boreh hangat dan boreh dingin,” sebutnya.

Bisa ditebak, hasil lulur buatan Yuliani cukup memuaskan pengunjung spa milik temannya
itu. Setelah mendapat kepercayaan membuat lulur, semangat Yuliani untuk mempelajari
bisnis dunia herbal kian terbuka.

Ia melihat pasar lulur, scrub dan aromaterapi lebih menjanjikan karena dipakai secara rutin.
Itulah sebabnya, Sukhana-Yuliani sepakat untuk memproduksi lulur dan produk spa lainnya
di sela-sela bisnis souvenir dari tanaman kering.

“Banyak ya macam-macamnya. Yang sudah dinotifikasi itu ada 71 macam. Diantaranya ada
scrub, masker, sabun-sabun dengan pemasakan yang berulang sehingga aman untuk kulit,
massage oil, aromaterapi, body milk. Selain untuk kebutuhan spa juga kita menjual produk
aksesoris spa,” jelasnya.

Rela Jual Rumah Demi Kembangkan Bisnis

Sukhana-Yuliani sepakat memberikan brand Bali Tangi. Nama tersebut sesuai dengan nama
usaha yaitu UD Bali Tangi yang mereka sudah buat di tahun 1998 saat memulai bisnis jualan
cenderamata.

Kedua pasangan tersebut juga mulai aktif mengikuti pameran produk kecantikan untuk
mempromosikan produk buatannya. Pameran perdana yang diikuti adalah Pesta Kesenian
Bali 2001 yang rutin digelar Pemda Bali selama sebulan penuh di Art Centre Denpasar.
Foto: Produk-produk Bali Tangi/Dok: indotrading.com

“Tapi itu dari awal kita ini bingung juga. Karena pemerintah terus terang belum siap
menerima produk-produk herbal, produk-produk yang hasilnya dari bumi kita,” keluhnya.

Di pameran tersebut, customer mulai tertarik membeli dan memesan produk Bali Tangi.
Jumlahnya cukup banyak di luar prediksi Sukhana-Yuliani.

Karena order yang terus meningkat, Sukhana-Yuliani merasa perlu adanya ruangan toko
yang ukurannya lebih besar. Sayangnya pada saat itu, kedua pasangan tersebut tidak memiliki
cukup modal. Alhasil cara singkat yang bisa dilakukan adalah menjual rumah satu-satunya di
Lombok.

Baca juga: Rajin Ikut Pameran, Pengusaha Perhiasan Ini Bisa Hasilkan Omzet Rp 150 Juta

Hasil penjualan rumah tersebut dipakai sebagai modal untuk mengontrak rumah seluas 300
meter persegi dan membeli bahan baku. Rumah kontrakan ini difungsikan sebagai tempat
kerja merangkap toko, sedangkan mesin pengolah seperti oven dan mesin giling baru dibeli
tahun 2003.

Tidak hanya itu, meski sudah dibantu seorang kerabatnya, Sukhana-Yuliani masih saja
kesulitan memenuhi pesanan yang mulai menumpuk. Sukhana akhirnya turun tangan. Ia tidak
hanya bertugas memasarkan produk tetapi juga ikut mengolah bahan pembuatan lulur,
menjadi sopir saat belanja bahan baku, mencari tanaman liar, mengemas, hingga
mengirimkan ke konsumen. Bahkan tak jarang saat ada tamu yang ingin diperagakan cara
pemakaian produk, ia rela mempraktikkan.
Foto: Produk-produk Bali Tangi/Dok: indotrading.com

“Tetapi sekarang ini toko kita memiliki dua store plus spa dan tempat makan sehat itu
dioperasikan di Denpasar. Karyawan yang membantu di Bali Tangi juga saat ini ada
sebanyak 54 orang,” tukasnya.

Tawarkan Produk Kecantikan Berbahan Dasar Herbal

Tidak mudah bagi Bali Tangi mendapatkan tempat khusus di hati masyarakat. Sang pemilik,
Yuliani Djajanegara mengungkapkan produk kecantikan yang dijual dibuat dari bahan-bahan
alami. Ia menjamin tidak ada unsur bahan kimia pada produk kecantikan yang dijual oleh
Bali Tangi.

“Dari berbagai macam, ada dari akar-akaran, tumbuh-tubuhan, buah-buahan, ada juga green
tea. Ada minyak biji matahari, minyak kelapa pokoknya dari hal apapun bisa kita buat yang
pasti bahan alami. Kalau untuk aksesoris kita bikin dari bahan limbah alam,” ungkapnya.

Karena berbahan dasar herbal dan tidak mengandung bahan kimia, harga jual produk Bali
Tangi dibanderol cukup mahal yaitu berkisar antara Rp 5-125 ribu. Harga ini diklaim
Yuliani lebih mahal dari produk sejenis buatan perusahaan lain.
Foto: Produk-produk Bali Tangi/Dok: indotrading.com

“Macam-macam (harganya), kalau untuk aksesoris kan karena terbuat dari limbah contohnya
aromaterapi harganya lumayan murah. Paling Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu. Kalau untuk
scrub per seratus gram harganya Rp 35 ribu itu bisa tiga kali pakai. Kalau per kilogram lebih
murah lagi,” sebutnya.

Menurut Yuliani, mahalnya harga produk Bali Tangi diimbangi dengan kualitas produk yang
baik. Konsumen juga tidak perlu khawatir karena produk Bali Tangi telah mendapatkan
sertifikasi layak konsumsi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Foto: Bahan baku herbal produk Bali Tangi/Dok: indotrading.com

“Saya natural tidak mengandung bahan kimia sedikitpun. Packing brand kita juga natural
karena terbuat dari limbah dari kulit pisang contohnya. Dalam bentuk packing-an semua
manual bukan pabrikan,” tekannya.

Setiap bulan, Yuliani mampu meraup omzet hingga ratusan juta rupiah. Omzet tersebut
diyakini bakal terus mengalami peningkatan karena besarnya permintaan pasar di dalam dan
luar negeri.

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Anne Avantie: Pengusaha Sukses yang Hanya Lulusan
SMP

“Kalau untuk fixed (total) semua produk, omzet yang didapat sekitar ratusan juta ke atas sih,”
ujarnya.

Dipakai Spa Lokal dan Diminati Hingga ke Mancanegara

Bisnis Bali Tangi kian moncer dan terus berkembang. Dengan mengusung konsep back to
nature dan penggunaan bahan-bahan alami, produk Bali Tangi kian diminati hingga
mancanegara.

“Disebut eksportir sih belum ya. Cuma memang customer kita banyak dari luar negeri.
Awalnya mereka liburan ke Bali setelah tahu produk Bali Tangi mereka tertarik. Setelah
mereka pulang (kembali ke negara asal) mereka pesan lagi ke kita. Mereka datang dari
Jepang, Korea, Maladewa, Australia, Rusia dan Kanada,” sebutnya.
Foto: Produk-produk Bali Tangi/Dok: indotrading.com

Tidak hanya itu, banyak spa di berbagai kota besar di Indonesia menggunakan produk Bali
Tangi. Selain spa lokal, banyak spa di luar negeri yang ikut-ikutan juga memesan produk
kecantikan herbal Bali Tangi.

“Kita suplay hampir ke seluruh spa di Indonesia. Bahkan kita juga suplay ke spa di Australia
dan Maladewa,” tambahnya.

Selain scrub, masker, sabun, massage oil, aromaterapi, body milk, produk Bali Tangi yang
banyak dipesan adalah esential oil gaharu, lemon fresh dan minyak nilam. Ketiga produk
tersebut dijual cukup mahal, masing-masing seharga Rp 2 juta per kilogram.
Foto: Bahan baku herbal produk Bali Tangi/Dok: indotrading.com

Sementara itu, untuk menggenjot penjualan dan melebarkan sayap penjualannya baik di
dalam maupun luar negeri, Yuliani kini mulai aktif berjualan di media sosial. Cara ini ampuh
untuk menemukan calon pembeli potensial produk Bali Tangi.

“Mengikuti perkembangan zaman yaitu dengan memanfaatkan media sosial dan bekerjasama
dengan online shop. Selain itu kita juga buka toko-toko,” tutupnya.

menyuarakan kepentingan petani untuk memajukan pembangunan pertanian, pedesaan, dan


usaha kecil menengah melalui pendekatan politik.
Farmasi UIN Jakarta di PT. Karya Pak Oles Tokcer
PT. Karya Pak Oles Tokcer merupakan perusahaan kedua dan terakhir yang
dikunjungi di Bali. Kami mengunjungi PT. Karya Pak Oles Tokcer setelah selesai melakukan
Ibadah Sholat Jumat. Mekanisme kunjungan di PT. Karya Pak Oles Tokcer adalah presentasi
profil perusahaan dan produk, dan melihat seluruh kegiatan PT. Karya Pak Oles Tokcer
termasuk kegiatan penelitian, pengembangan, dan produksi obat.
Presentasi profil perusahaan dan produk dilakukan oleh Bli I Made Adi Suyasa,
S.Farm., Apt.. Beliau adalah salah satu freshmen staf PT. Karya Pak Oles Tokcer. Pria
lulusan Farmasi Universitas Airlangga tersebut menyelesaikan studinya pada tahun 2009. Bli
Adi, begitu sapaannya, menjelaskan mengenai sejarah pabrik obat PT. Karya Pak Oles
Tokcer. Dijelaskan pula bahwa produk minyak oles bokashi merupakan produk unggulan PT.
Karya Pak Oles Tokcer dan memberikan 70 – 75% onset, serta menjadi first line atau
komoditi utama PT. Karya Pak Oles Tokcer.
Selain itu, Bli Adi juga menjelaskan mengenai perbedaan antara Obat Kimia dan Obat
Tradisional. Perbedaan tersebut terletak pada cure function, dimana pada Obat Tradisional
tidak memiliki cure function (menurut WHO). Bli Adi pun menjelaskan mengenai
perkembangan Obat Tradisional saat ini dan bagaimana cara membedakan jamu asli dan
palsu. Cara membedakan jamu asli dan palsu adalah dengan melihat beberapa parameter,
yaitu:
 Cek logo (jamu palsu biasanya tak berlogo)
 Cek Nomor Izin Edar (input NIE ke BPOM, lihat apakah terdaftar atau tidak)
 Cek Indikasi (jamu asli tidak bertuliskan “dapat mengobati…..”)
Disamping itu, Bli Adi juga menjelaskan mengenai produk ramuan PT. Karya Pak
Oles Tokcer yang terdiri dari 3 bahan utama, yaitu: madu, minyak kelapa, dan beeswax.
Adapun bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan produk PT. Karya Pak Oles
Tokcer berasal dari simplisia tanaman yang diperoleh dari petani sekitar. Hal ini
membuktikan bahwa PT. Karya Pak Oles Tokcer peduli terhadap kekayaan alam Indonesia
dan peduli terhadap pekerjaan masyarakat sekitar. Kami pun dijelaskan mengenai basis
formula produk PT. Karya Pak Oles Tokcer.
Setelah selesai mendengarkan presentasi, Bli Adi membagi kami menjadi 2 kelompok
besar. Kelompok pertama melihat bahan dasar (madu) dan proses packing terlebih dahulu,
dan kelompok kedua melihat produk non Farmasi dari PT. Karya Pak Oles Tokcer seperti
gelang, dll. Kami diajarkan cara membedakan madu asli dan palsu, dimana madu asli akan
membentuk sarang ketika direaksikan dengan air dan di-shake. Kami pun banyak
mendapatkan hal setelah melihat proses packaging produk PT. Karya Pak Oles Tokcer.
Dokumentasi Kunjungan Industri PT. Karya Pak Oles Tokcer

You might also like