Professional Documents
Culture Documents
Tujuan bab
Melihat beberapa masalah yang ditimbulkan oleh penerapan tegangan tinggi.
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu
memahami:
Penomena korona
petir
Induksi medan listrik pada manusia
Pengertian
Penerapan tegangan tinggi pada transmisi yang mampu mengurangi rugi-rugi yang
signifikan. Dilain pihak adanya tegangan tinggi di transmisi akan menimbulkan
berbagai persoalan, seperti korona, petir dan induksi pada manusia. Corona timbul
karena terlepaskan muatan dari konduktor sehingga menimbulkan rugi-rugi. Kawat
transmisi harus digelar di atas permukaan tanah akan rawan disambar petir, sehingga
sambaran petir ini akan merusah peralatan-peralatan jaringan. Disisi lain tegangan
tinggi menimbulkan medan listrik sehingga objek-objek dibawah transmisi tegangan
tinggi sudah pasti terkena medan listrik, tidak terkecuali manusia.
4.1. Koronan
Korona adalah terlepasnya muatan litrik dari permukaan konduktor. Modus terlepasnya
muatan itu dalam skala besar dapat terlihat dengan mata telanjang, sedangkan dalam
skala kecil tidak dapat terlihat oleh mata telanjang. Adanya korona ini akan membuat
rugi-rugi di penghantar bertambah besar, sehingga dalam tenaga listrik korona harus
diminimalkan sedapat mungkin.
Bila kuat medan yang terjadi di permukaan kawat tegangan tinggi melebihi kuat medan,
break down, maka akan terjadi pelepasan muatan listrik ke udara. Kondisi ini dapat
terjadi pada medan yang seragam di antara dua elektroda yang paralel di udara.
Pelepasan muatan ini dipengaruhi oleh beberapa kondisi yaitu: tekanan udara, bahan
elektroda, adanya uap air di udara, photo-ionisasi dan type tegangan tinggi yang di
terapkan.
Setelah sebuah elektron bertabrakan dengan sebuah atom maka sebuah elektron pada
atom dibebaskan. Dan beberapa elektron berkemungkinan dapat juga membebaskan dua
atau lebih elektron. Selanjutnya rantai reaksi yang menyebabkan bertambahnya
kuantitas elektron secara cepat. Eksperimen pelepasan muatan dalam gas telah
dilakukan oleh Townsend, yang memberikan suatu koefisien dari jumlah elektron yang
dihasilkan oleh sebuah elektron yang bergerak sepanjang 1 cm dalam medan yang
seragam, koefisien ini disebut dengan koefisien ionisasi pertama Townsend. Arus listrik
yang terjadi oleh pelepasan elektron ini adalah
I I oed ......................................................................................................4-1
Dimana : I adalah arus pelepasan
Io adalah arus awal
α koefisien Townsend
d adalah jarak
koefisen α dipengaruhi oleh kuat medan, tekanan gas, dan kondisi lain yang
mempengaruhi pembebasan elektron.
Sedangkan untuk keadaan medan yang seragam, tetapi tidak melebihi break down gas
maka arus pelepasan pada celah yang berjarak ‘d’ adalah :
ed
I Io ...............................................................................4-2
1 (ed 1)
2
α adalah koefisien Townsend ionisasi pertama
d adalah jarak celah
Untuk keadaan break down arus akan menjadi tidak terbatas sehingga didapat :
(e ad 1) 1
.............................................................................................4-3
Analisa untuk keadaan break down jarang dilakukan karena permasalahannya menjadi
rumit sekali.
4.1.2. DC Korona
Gambar 4-2 adalah mekanisasi dari korona pada elektroda positif dan negatif.
Karakteristik korona tergantung pada tegangan, bentuk permukaan elektroda, dan
kondisi permukaan.
Proses korona negatif, pertama muatan positif dan negatif terkumpul berdekatan
(gambar 4-2). Pada proses berikutnya terlihat muatan negatif menjauhi elektroda dan
kemudian meninggalkan elektroda. Dan akhirnya terbentuk muatan-muatan positif di
permukaan elektroda. Sedangkan pada prose korona positif, pertama muatan negatif
(elektron) dari udara menuju permukaaan elektroda dan ion-ion positif yang terbentuk
pada permukaan elektroda akan menjauhi elektroda itu. Hal ini terluhat pada proses
berikutnya.
4.1.3. AC Korona
Pada tegangan tinggi dan ekstra tegangan tinggi, korona terjadi pada ½ perioda
gelombang tegangan positif dan negatif. Kejadian ini terlihat pada sifat korona DC
untuk elektroda positif dan negatif. Dari konsep ini terlihat korona pada ½ gelombang
negatif akan memberikan arus korona yang besar dibandingkan dengan ½ gelombang
positifnya, hal ini disebabkan oleh mobilitas muatan negatif lebih tinggi yaitu :
mobilitas muatan negatif 1,99 [(cm/dt)/(V/cm)] dan muatan positif 1, 40 [(cm/dt)/
(v/cm)]. Gambar 4-3 berikut adalah model korona yang terrjadi pada tegangan ac.
Untuk kutub positif, model yang terjadi disebut permuaan kucuran (steamer onset),
permulaan sinar (glow onset) dan permulaan breakdown kucuran (breakdown streamer
onset). Sedangkan untuk kutub negatif adaah permulaan pulsa aliran kecil (trichel pulse
3
negative), permulaan sinar negatif (negative glow onset) dan permulaan kucuran negatif
(negative streamer onset).
Metoda pengukuran medan pada muatan yang mengalir di ruangan/udara adalah suatu
masalah yang tersukar untuk dilakukan. Penyelidikan tentang adanya rugi-rugi arus oleh
adanya korona adalah dibutuhkan untuk menentukan medan listrik yang terjadi pada
keadaan korona itu. Suatu masalah yang sederhana diturunkan dari konfigurasi silinder
yang dianalisa melalui medan poisson dengan muatan bebas. Dengan menerapkan
hukum Peek (persamaan 4-4) untuk jari-jari 0,9 cm, kerapatan udara relatif adalah 1,
kekasaran permukaan 0,5 dan dilingkungi oleh sangkar dengan jari-jari 26 cm terdapat
besar medan maksimum terjadinya korona adalah 19,7 kV/cm.
0,3
E c 30 m (1 ) .................................................................4-4
( r) 0,5
dimana: Ec adalah medan maksimum tidak terjadinya korona [kV/cm]
adalah kerapatan udara relatif
m adalah kekasaran permukaan
r adalah jari-jari konduktor
Bila besar medan kecil dari Ec maka tidak terjadi korona dan sebaliknya akan terjadi
korona. Berikut ini dapat dilihat beberapa perhitungan tegangan kritis untuk beberapa
konfigurasi.
4
1. Silinder cosentris.
Bila diameter dalam dan luar silinder adalah d1 dan d2 dalam satuan cm, tegangan pada
silinder dalam adalah V dalam satuan kV dan silinder luar ditanahkan (0 kV) akan
terdapat kuat medan sebesar E dan kapasitor adalah:
V
E .........................................................................................4-5
d1 ln (d 2 / d1 )
C 55,6 10-12
................................................................................................4-6
l ln (d 2 / d1 )
Vc E c (d1 / 2) ln (d 2 / d1 ) ................................................................................4
-8
5
Sama halnya dengan dua konduktor, kuat medan dan kapasitansi yang terjadi terhadap
tanah dengan ketinggian h adalah:
2V
E ..................................................................................4-13
d ln (4h / d)
55,6 10 -12
C .......................................................................................4-14
ln (4h / d)
Sedangakan kuat medan kritis korona sama dengan konduktor paralel, sehingga
tegangan korona kritis adalah:
Vc E c (d / 2) ln(4h / d) .......................................................................4-15
Kemudian dalam tahun 1911, Peek menyatakan rugi-rugi korona untuk konduktor
kering dalam keadaan frekuensi daya yang mantap adalah:
P k (V - Vc ) 2 , Vc V ..................................................................4-16a
dimana: P adalah rugi-rugi korona [KW]
k adalah konstanta
Vc adalah tegangan kritis korona [KV]
V adalah tegangan sistem [KV]
Secara praktis harga k dinyatakan dalam persamaan 4-16b untuk satu phasa kawat.
243,5 r
k (f - 25) 10 -5 [kW / (kV2 Km Phasa)] ....................4-16b
d
Dengan batasan:
1) f = 25 – 120 Hz
2) r > 0,25 cm
3) V / Vc > 0,8
4) Kelembapan udara () tidak jelas sekali
Kemudian dalam tahun 1924, Ryan dan Heline menganjurkan rugi-rugi korona yang
cocok adalah:
P 4 f C V (V - Vc ) ...............................................................................4-17
Dimana : P adalah rugi-rugi korona [kW]
f adalah frekuensi sistem [Hz]
C adalah kapasitansi kawat-tanah [farad]
V adalah tegangan sistem [kV]
Vc adalah tegangan kritis korona [kV]
Selanjutnya pada tahun 1933 dalam AIEE, Petersen telah mendiskusikan rugi-rugi
korona yang cocok untuk kawat tanah adalah
0,0000337
P fV 2 F ..............................................................................4-18a
[log (2h / d)] 2
Untuk satu phasa kawat dengan V/Vc <1,8 persamaan Peterson adalah:
21 10 -6
P fV 2 F ........................................................................................4
log (d / r) 2
-18b
Harga F dapat dilihat pada tabel dibawah ini untuk beberapa tegangan.
Latihan: Kawat 500 kV sepanjang 300 km dengan diameter 1cm terletak 15 m dari
tanah. Hitung rugi-rugi korona dalam keadaan udara bersih (E c=15 kV/cm). Apa usaha
anda untuk mencegah terjadinya korona. Apa usaha yang harus dilakukan agar korona
tidak terjadi.
4.2. Petir
Masalah kegagalan isolator yang disebabkan oleh sambaran petir yang membuat suatu
hal yang sangat komplek dari kejadian elektromagnetik. Teknik komputer Monte Carlo
telah meramalkan probalitas dari flashover pada kawat transmisi. Dilain pihak sangat
perlu sekali perhitungan yang tepat untuk menentukan kejadian-kejadian alam ini.
n!
Pk p k q n -k .................................................................................4-
k ! (n - k) !
19
Dimana : Pk adalah probalitas keberhasilan sebanyak k kali dan kegagalan n – k
kali.
7
n adalah jumlah kejadian
k adalah jumlah keberhasilan
n – k adalah jumlah kegagalan
p adalah peluang keberhasilan
q adalah peluang kegagalan
Jadi hubungan dari kedua peluang kejadian ini adalah sesuai dengan persamaan 4-20.
q 1- p ..........................................................................................................4-20
Berikut ini dapat diilustrasikan suatu contoh perhitungan untuk 100 Km panjang kawat
transmisi dengan rata-rata flashover satu kali pertahun. Kawat transmisi digelar pada
daerah yang mempunyai sambaran petir rata-rata dalam satu tahun adalah 100 kali. Jadi
didapat probalitas q adalah 0,01 selanjutnya hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4-
2.
N 0, 12T .....................................................................................................4-12
Dimana: N adalah jumlah sambaran petir kepada bumi dalam satu kilometer
persegi pertahun.
T adalah jumlah rata-rata petir tiap hari pertahun.
8
Kawat tanah disangga pada menara-menara, sehingga kawat ini akan melendut di
tengah-tengah antara dua menara. Tinggi rata-rata kawat tanah yang didekati dengan
fungsi kuadratis adalah
h h g - (2 / 3) (h g - h t ) ......................................................................4-22
Dimana : h adalah tinggi rata-rata kawat tanah.
hg adalah tinggi kawat tanah pada menara.
ht adalah tinggi kawat tanah ditengah-tengah dua menara.
Gambar 4-5 menunjukan daerah lindung yang diakibatkan oleh dua kawat tanah dengan
ketinggian yang sama. Dari gambar itu terdapat daerah lindung sambaran petir adalah :
W b 4h ............................................................................................4-23
Dimana : W adalah lebar daerah lindung dengan asumsi sudut lindung θ = 63,5°.
b adalah jarak antara kawat tanah, bila terdapat satu kawat tanah maka
harga b menjadi 0
h adalah tinggi rata-rata kawat tanah.
Berdasarkan pengamatan daerah lindung petir terjadi lebih lebar lagi. Dengan demikian
disarankan pendekatan dengan persamaan berikut :
W b 4h 1, 09 .........................................................................................4-24
Dengan diketahui lebar daerah perlindungan, maka jumlah sambaran petir pada kawat
tanah dapat dihitung berdasarkan sambaran petir pada bumi, yaitu :
Latihan:
9
Hitung jumlah sambaran petir suatu kawasan dengan rata-rata sambaran petir adalah 20
kali pertahun, bila terdapat dua kawat di udara setinggi 25 m dan jarak antar kawat 2 m,
asumsikan sudut lindung adalah 63,50.
Analisa dari kegagalan perlindungan yang sering digunakan oleh industri adalah
menggunakan berbagai teori dari elektromagnetik. Dalam tahun 1963, Young, Claiton
dan Hileman menyatakan dasar dari teori tersebut. Gambar 4-6 adalah suatu ilustrasi
dari mekanisasi perlindungan petir. Pada gambar ini terdapat tiga sambaran petir yang
terdekat pada kawat transmisi. Kemdian didefinisikan jarak sambaran petir adalah S,
yaitu jarak antara kawat lindung dengan mulainya kanal arus petir.
Pada gambar 4-6, sambaran petir A akan berakhir pada kawat lindung, karena jarak
busur o-p melebihi S bila ke kawat phasa. Sambaran C akan berakhir di bumi dengan
jarak βS dari permukaan tanah, karena garis q-r berjarak jauh dari transmisi. Harga β
tergantung pada jenis tegangan yang diterapkan, untuk EHV berharga 0,8 dan untuk
UHV berharga 0,67. Sedangakan sembaran B mencapai busur p-q, kemudian meloncat
ke kawat phasa, karena jarak kawat lindung dan tanah lebih jauh.
Busur p-q tersebut merupakan peluang tersambarnya kawat phasa yang didefinisikan
dengan daerah terbuka atau derah rawan petir. Derah terbuka ini biasanya dinyatakan
dengan jarak horizontal (Xs). Harga Xs itu tergantung pada keadaan lingkungan seperti
cuaca, pepohonan dan lendutan kawat antara menara.
10
Sedangkan jarak sambaran tersebut adalah suatu fungsi dari muatan dalam kanal yang
sangat dipngaruhi oleh kondisi cuaca. Menentukan jarah sambaran itu berdasarkan
teoritis adalah suatu hal yang sangat sulit sekali. Secara praktis, Love mengusulkan
perhitungan jarak sambaran petir sebagai berikut.
S kI 0, 65 ……………….….………………………………4-26a
Dimana: S adalah jarak sambaran petir [m]
I adalah arus petir [KA]
k adalah konstanta dengan besar 8-10, Love mengusulkan k = 10
Melalui persamaan ini, arus sambaran petir dapat diturunkan. Untuk k = 10, maka I=
0,029 S1,54.
x S 2 ( S hp ) 2 S 2 ( S hg ) 2 .............................................4-27
Pada gambar 4-8 itu didapat harga τ = 90- α dan harga sudut γ = 180 – (ω + τ) atau
90 ( ) . Kemudian harga Xs dapat dihitung dengan menentukan pajang P
dikurang dengan panjang Q, yaitu : Xs = P – Q, dimana P = S Cos θ dan Q = S Sin (ω –
α). Harga Xs ini dituliskan dalam persamaan 4-27.
12
Gambar 4-8: Daerah terbuka sambaran petir
X s S (1 sin { - }) …………………..……………………………4-30
Perencanaan kawat lindung, seandainya sudut lindung tidak efektif sudah tentu akan
mengalami kegagalan perlindungan seperti ditunjukan aleh gambar 4-7. Untuk
menghitung kegagalan angka perlindungan (shieding failure rate computation), pertama
ditentukan arus sambaran petir minimum. Arus ini pada kawat phasa ditentukan oleh
jumlah terjadinya flashover pada isolator kawat, yaitu
2Vc
Imin = ..............................................................................................4-31
Z
Dimana : Imin = arus sambaran petir minimum [kA]
VC = tegangan kritis flashover isolator [kV]
ZΦ = impedansi surja dari kawat phasa.
B Bs AsCs
Smak = As
= YO š
.....................................................4-32
Dimana : Smak = jarak sambaran minimum
13
YO = (Yg +YΦ)/2
AS = m2 - m2 β – β2
BS = β (m2 + 1)
CS = m2 + 1
M = (XΦ – Xg) / (Yg - YΦ) adalah kemiringan garis op pada gambar 4-7
Latihan
Kawat lidung setinggi 15 m melidung objek setinggi 12 m dengan jarak horizontal 1,5
m. Hitung daerah terbuka petir bila jarak sambaran lansung petir adalah 500 m dan
gambarkan geometri kemungkinan sambaran petir berdasarkan teori Yong dkk.
Gambar ekivalen ditunjukan pada gambar 4-8, untuk medan 5,75 KV/m untuk tegangan
10 KV dengan tinggi 1,76 m. orang yang berdiri dimedan listrik tersebut akan
mengalami induksi arus hubung singkat. Secara pendekatan besar arus hubung singkat
adalah proporsional
4.3. Latihan
1. Jelaskan kenapa penerapan tegangan tinggi pada tenaga listrik mempunyai masalah
dan bagaima mengatasinya menurut anda setiap masalah tersebut.
2. Kawat 150 kV sepanjang 300 km dengan diameter 0,86 cm terletak 10 m dari tanah.
Hitung rugi-rugi korona dalam keadaan udara bersih (E c=15 kV/cm). Apa usaha anda
untuk mencegah terjadinya korona. Apa usaha yang harus dilakukan agar korona
tidak terjadi.
3. Kawat lidung setinggi 15 m melidung objek setinggi 12,5 m. Hitung sudut lindung
efektive bila jarak sambaran lansung petir adalah 500 m dan gambarkan geometri
kemungkinan sambaran petir berdasarkan teori Yong dkk.
4. Berapa jarak sambaran petir di suatu kawasan dengan arus petir maksimum adalah
50 kA dan diasumsikan k=10.
5. Jumlah rata-rata sambaran petir pasa saluran transmisi adalah 10 kali per 100 km
pertahun, dimana saluran tersebut adalah dua kawat di udara setinggi 25 m dan jarak
antar kawat 2 m, asumsikan sudut lindung adalah 63,50. Hitung sambaran petir rata-
rata pada kawasan itu.
15