You are on page 1of 5

II.3.

Standar dan Peraturan Rumah Sehat


1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Luar Bangunan (KLB)
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh
lantai dasar bangunan gedung yang dapat dibangun dan luas lahan/ tanah yang dikuasai.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), yaitu angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh
luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah yang dikuasai.
Berdasarkan Perda No. 7 Tahun 1991 Pasal 86, untuk perhitungan KDB dan KLB, luas tapak
yang diperhitungkan adalah yang dibelakang GSJ (Garis Sempadan Jalan). Sedangkan untuk
perhitungan KDB dan KLB ditentukan sebagai berikut:
a. perhitungan luas lantai adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan sampai batas
dinding terluar,
b. luas lantai ruangan beratap yang mempunyai dinding lebih dari 1,20 m di atas lantai
ruangan tersebut, dihitung penuh 100%,
c. luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau mempunyai dinding tidak lebih
dari 1,20 m di atas lantai ruang, dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari luas
denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan;
d. overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka luas mendatar kelebihannya tersebut
dianggap sebagai luas lantai denah;
e. luas lantai ruangan yang mempunyai tinggi dinding lebih dari 1,20 m diatas lantai
ruangan dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dengan KDB yang ditetapkan
sedangkan luas lantai ruangan selebihnya dihitung 100%;
f. teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai
teras, tidak diperhitungkan;
g. dalam perhitungan KLB luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti luas lantai di
atas tanah;
h. luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam
perhitungan KLB asal tidak melebihi 50% dari KLB yang ditetapkan, selebihnya
diperhitungkan 50% terhadap KLB;
i. lantai bangunan parkir diperkenankan mencapai 150% dari KLB yang ditetapkan;
j. ramp dan tangga terbuka dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dari luas lantai dasar
yang diperkenankan.

 Garis Sempadan Bangunan (GSB)


Merupakan garis yang membatasi jarak minimum sisi bangunan terluar yang diizinkan dari
daerah milik jalan sampai dengan sisi dinding bangunan terluar.

 Garis Sempadan Jalan (GSJ)


Merupakan garis batas perkarangan terdepan. Garis tersebut menjadi batasterdepan pagar
halaman yang dapat dibangun. Pada GSJ terdapat jalur instalasi air, listrik, gas serta saluran
pembuangan.

 Garis Jarak Bebas Samping (GJBS)


Berfungsi untuk memenuhi persyaratan kesehatan, kenyamanan, dan keindahan. Dengan
terdapatnya GJBS, maka memungkinkan sirkulasi udara yang baik ke dalam ruangan untuk
mengurangi panas dan lembab. Sinar matahari juga dapat masuk ke dalam rumah untuk
penghawaan dan pencahayaan. GJBS juga dapat melindungi bangunan dari panas matahari dan
hempasan air hujan.

 Garis Jarak Bebas Belakang (GJBB)


Merupakan garis batas bangunan yang boleh didirikan pada bagian belakang terhadap batas
pekarangan bagian belakang. Halaman kosong di belakang rumah minimal mempunyai
lebar sama dengan panjang garis bebas belakang yang ditentukan. GJBB berfungsi untuk
memungkinkan sirkulasi udara dan pencahayaan alami ke dalam ruangan. Jika ditanami dengan
tumbuhan dapat menambah kesejukan dan volume oksigen bagi penghuni rumah. GJBB juga
dapat menghindari bahaya kebakaran karena bangunan tidak saling rapat satu sama lain.

 Gambar tentang GSB, GSJ, GJBS, GJBB


II.4. Bangunan Tahan Gempa untuk Rumah Tinggal
Gempa dapat menyebabkan tanah di bawah bangunan dan sekitarnya tergoncang dan
bergerak secara tidak beraturan. Tanah akan bergerak dalam tiga dimensi sehingga membentuk
frekuensi getaran. Getaran tersebut akan menjadi gaya inersia yang bekerja pada tiap elemen
bangunan dan mengakibatkan bangunan ikut terguncang. Gaya inersia tersebut bergantung
pada massa dan kekakuan bangunan. Semakin besar massa dan kaku suatu bangunan, maka
momen inersia yang bekerja semakin besar. Gempa tersebut akan menyebabkan berbagai
macam kerugian, yaitu:
1. Pecahnya fondasi dan lantai yang mengakibatkan bangunan turun atau miring.
2. Dinding, pintu, dan jendela retak atau pecah.
3. Rangka bangunan, plafon, dan atap mengalami deformasi atau pergeseran ke arah
horizontal dan menjadi labil. Sehingga ikatan antar elemen struktur lepas.
4. Dapat mengakibatkan korsleting listrik.
5. Kerugian total adalah bangunan tersebut rubuh.
Indonesia merupakan negara yang dilalui oleh tiga lempeng, sehingga merupakan kawasan
rawan gempa. Untuk itu, dalam membuat desain dan analisis bangunan harus memperhatikan
pengaruh gempa tersebut. Beberapa cara sederhana untuk mengurangi dampak gempa pada
bangunan tidak bertingkat (Puspantoro, 1996):
1. Denah yang sederhana dan simetris bermanfaat untuk mengurangi efek momen
punter oleh gempa yang terjadi.
2. Perencanaan ruang, dinding penyekat, serta pintu dan jendela sebaiknya simetris
dengan sumbu bangunan.
3. Bahan yang dipilih yang ringan, terutama untuk bagian atap.
4. Dinding dari pasangan bata tanpa struktur beton bertulang tidak boleh digunakan
untuk bangunan bertingkat.
5. Fondasi dan rangka bangunan harus diberi perkuatan.
6. Fondasi batu kali harus dibuat menerus di bawah seluruh pasangan bata dengan
diberi balok sloof di atasnya yang berfungsi untuk meratakan beban dari atas dan
penahan gaya lateral dari gempa.

 Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan
beban ke tanah. Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6—75 cm. Pondasi
harus memlikihubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan
angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter
12 mm dengan panjang 20 -25 cm. Pondasi salah satu hal yang harus di perhatikan pada saat
membangun, karena pondasi termasuk salah satu bagian penting dalam bangunan.

 Beton
Beton adalah bagian umum pada bangunan, beton dapat di buat dengan mencampur
pasir(ageregat halus, kerikil (ageregat kasar) air dan semen.

 Beton Bertulang
Beton bertulang merupakan bagian terpenting dalam membuat rumah menjadi tahan gempa.
Pengerjaan dan kualitas dari beton bertulang harus sangat diperhatikan karena dapat
melindungi besi dari pengaruh luar, misalnya korosi. Para pekerja atau tukang suka
menganggap remeh fungsinya. Penggunaan alat bantu seperti molen atau vibrator
sangatdisarankan untuk menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.

Syarat Minimum Strktur Bangunan Tahan Gempa


1. Bangunan tembokan bata/batako dengan perkuatan kayu
2. Bangunan tembokan bata/batako dengan perkuatan beton bertulang
3. - Bangunan papan kayu dengan perkuatan kayu
- Bangunan papan kayu dengan perkuatan kayu

You might also like