Professional Documents
Culture Documents
Gonore
Diajukan Kepada :
Pembimbing
dr.Hiendarto Sp.KK
Disusun Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
Laporan Kasus “Gonore”. Laporan Kasus ini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti ujian kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa. Laporan
Kasus ini sedikit banyak membahas mengenai penyakit yang menjadi masalah-
masalah di indonesia. Hanya sebagian masalah kecil yang penulis bahas, namun
diharapkan Laporan Kasus ini bisa memberikan sedikit pengetahuan kepada para
pembaca mengenai penyakit ini.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnyakepada dr. Hiendarto Sp.KK selaku dokter pembimbing dan
teman-teman CoAss yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan kasus
ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan kasus ini banyak
terdapat kekurangan dan juga masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga
Laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan semua pihak yang
berkepentingan bagi pengembangan ilmu kedokteran. Amin.
Penulis
2
LEMBAR PENGESAHAN
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
menurut STBP pada tahun 2013 adalah sebesar 32,2 % dan 34,8 % pada tahun
2009. Prevalensi infeksi gonore pada WPS tidak langsung adalah sebesar 17,7 %
pada tahun 2013 dan 17,7 % pada tahun 2009. Prevalensi infeksi gonore pada
WPS di Denpasar menurun dari 60,5 % pada tahun 1997 menjadi 22 % pada
tahun 2010 2.
Dalam penyakit gonore terdapat istilah core group yaitu kelompok dengan
resiko tinggi menularkan penyakit ini, kelompok tersebut didapatkan pada PSK,
pengemudi truk jarak jauh, pelayar. Faktor lain yang berperan dalam penularan
penyakit gonore dalam populasi adalah banyak jumlah individu terinfeksi N.
gonorrheae yang asimptomatis atau gejalanya minor sehingga diabaikan.
Individu-individu tersebut tidak berhenti melakukan aktivitas seksual sehingga
terus melanjutkan transmisi N. Gonorrhoeae.
Risiko terinfeksi N. gonorrheae setelah sekali paparan hubungan seksual
dengan individu yang terinfeksi adalah sekitar 20%, kemudian risiko meningkat
menjadi 60-80% setelah 4 kali paparan atau lebih. Dengan asumsi seorang
individu berganti paling tidak 1 pasangan setelah 1 bulan berhubungan dengan
pasangan pertama, maka perlu untuk melacak berapakah jumlah pasangan seksual
dalam 6 bulan terakhir. Oleh karena pada penderita gonore dapat dijumpai
ketidakmunculan gejala dan interval periode inkubasi yang memanjang, sehingga
perlu untuk dilakukan pelacakan mengenai kontak seksual yang telah dilakukan
oleh pasienya yaitu mengenai riwayat jumlah pasangan seks dari pasien.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
II. 2. Epidemiologi
7
1998, jumlah kasus yang dilaporkan naik sedikit dari 327.000 ke 360.000, di mana
ia tetap hingga tahun 2000. Skrining meningkat dan sensitivitas tes yang ikut
bertanggung jawab atas peningkatan ini, tetapi peningkatan benar dalam populasi
tertentu tampaknya telah terjadi.
Penyakit ini tersebar hampir secara eksklusif oleh aktivitas seksual,
meskipun bayi baru lahir dapat terinfeksi selama proses kelahiran. Meskipun
semua kelompok umur rentan, infeksi lebih menonjol dalam 15 sampai 35 tahun
kelompok usia. Di antara perempuan pada tahun 2000, 15 sampai 19 tahun
memiliki insiden tertinggi (715,6 per 100.000), sementara di kalangan pria, 20
sampai 24 tahun memiliki tingkat tertinggi (589,7 per 100.000). Karena
ketersediaan sulfonamid dan penisilin pada 1940, resistensi antimikroba dalam N.
gonorrhoeae telah berkembang. Munculnya penisilinase yang memproduksi strain
N. gonorrhoeae di Amerika Serikat pada tahun 1975 mempercepat kecenderungan
menuju resistensi antibiotik yang lebih besar. Penisilinase (beta-laktamase)
sintesis pada organisme ini tergantung pada adanya plasmid, paket DNA, yang
dapat ditransfer antara organisme. Sedikitnya lima beta-laktamase plasmid N.
gonorrhoeae telah dilaporkan. Resistensi kromosom terhadap penisilin dan
tetrasiklin juga kadang-kadang pada tingkat yang cukup untuk mengakibatkan
kegagalan pengobatan. Untuk semua tujuan praktis, di sebagian besar wilayah
penisilin tidak lagi menjadi pilihan perawatan untuk gonore.
Pada tahun 1987, Gonococcal Isolate Surveillance Project (GISP)
didirikan oleh Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) untuk secara berkala
memantau tren nasional dalam perlawanan gonorrhoeae N. antibiotik. Dari semua
isolat yang dikoleksi oleh GISP pada tahun 2000, 24,7 persen resisten terhadap
penisilin, tetrasiklin, atau keduanya. Ciprofloxacin resistensi pertama kali
diidentifikasi pada tahun 1991 dan cukup luas di Asia; tingkat resistensi di
Amerika Serikat, bagaimanapun, tetap rendah (0,4 persen dari isolat pada tahun
1999 dan 2000) dan sebagian besar terbatas pada wilayah geografis tertentu. Dari
catatan, resistensi siprofloksasin di Hawaii adalah 14,3 persen dari isolat GISP
pada tahun 2000, dan CDC telah merekomendasikan bahwa fluoroquinolone tidak
digunakan untuk mengobati gonore di negara itu. Proporsi isolat dengan
peningkatan konsentrasi hambat minimum (MIC) untuk azitromisin juga telah
8
meningkat. Pada tahun 1992, 0,9 persen dari isolat memiliki azitromisin MIC>
0,5, dibandingkan dengan 2,4 persen pada tahun 2000. Sebaliknya, tidak ada
resistensi sefalosporin telah diidentifikasi oleh GISP. Pada tahun 2000 semua
isolat sensitif terhadap ceftriaxone dan cefixime3,4
II. 3. Etiologi
9
Secara morfologik Gonokokus ini terdiri atas 4 tipe yaitu tipe 1 dan 2 yang
mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai
pili dan bersifat nonvirulen. Pili tersebut akan melekat pada mukosa epitel dan
akan menimbulkan suatu peradangan. Hanya tipe I dan II yang bersifat patogen
pada manusia. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa
epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada
vagina wanita sebelum pubertas1
II. 4. Patofisiologi
10
perlekatan fagosit. Produksi yang dimediasi plasmid tipe TEM-1 beta laktamase
(penisilinase) juga berperan pada virulensinya.
Fase 2
Bakteri ke microvillus sel epitel kolumnar nonsilia diperlukan untuk kolonisasi
selama infeksi . Bakteri dibantu oleh fimbriae, seperti yang rambut pendek, atau
pili. Fimbriae terutama terdiri dari protein Pilin oligomer yang digunakan untuk
11
melampirkan bakteri ke sel-sel dari permukaan selaput lendir . Protein membran
luar PII kemudian membantu bakteri erat mengikat dan menyerang sel inang
Fase 3
Bakteri masuk ke dalam sel columnar oleh proses yang disebut parasit - direct
endositosis di mana bakteri yang ditelan oleh membran sel kolumnar, membentuk
vakuola.
Fase 4
Vakuola selanjutnya dibawa ke membran basal sel kolumnar hospes, di mana
bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam jaringan subepitel oleh
proses eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri LOS dilepaskan selama infeksi.
Gonococcus dapat memiliki dan mengubah banyak jenis antigen dari Neisserial
LOS. LOS merangsang tumor necrosis factor, atau TNF , yang akan diproduksi
yang mengakibatkan kerusakan sel.
Fase 5
Reaksi inflamasi yang dihasilkan menyebabkan infiltrasi neutrofil . Selaput lendir
hancur mengakibatkan akumulasi Neisseria gonorrhoeae dan neutrofil dalam
jaringan ikat subepitel.
Respon imun host memicu N. gonorrhoeae untuk menghasilkan protease IgA
ekstraseluler yang menyebabkan hilangnya aktivitas antibodi dan
mempromosikan virulensi8
II. 5. Patologi
12
II. 6. Manifestasi Klinis
Gambar 3. Tampak genitalia eksterna pada laki-laki dan wanita yang terinfeksi
Neisseria gonorrhoeae yang disertai duh tubuh yanh mukopurulen.
Pada wanita baik penyakitnya akut ataupun kronik gejala subyektif jarang
ditemukan dan hampir tidak pernah didapati adapun gejala yang didapatkan
adalah berupa keputihan atau duh tubuh yang mukopurulen, disuria, bisa juga
uretritis, servisitis, bartholinitis dan proktitis. Biasanya pada wanita gejala yang
dikeluhkan timbul setelah terjadi komplikasi1
13
II. 7. Diagnosis
1. Sediaan Langsung
Gambar 4. Tampak pus pada uretra pasien pria dan portio uterina pasien
wanita yang dapat digunakan untuk pemeriksaan langsung mengunakan
perwarnaan Gram
14
diplococcus gram negatif berbentuk seperti biji kopi yang terletak intra dan
ekstra seluler.
15
Gambar 6. Tampak pemeriksaan kultur dengan teknik Thayer Martin dan Mc
Leod Chocolate agar.
1. Thayer Martin
Media ini selektif untuk mengisolasi gonokokus. media ini mengandung
vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram,
kolestimeta untuk menekan pertumbuhan gakteri negatif-Gram, dan
nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur.
2. Modifikasi Thayer Martin
Isi media ini adalah media thayer martin ditambah dengan trimethoprim
untuk mencegah pertumbuhan kuman proteus spp.
3. Agar coklat McLeod
Media ini berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Selain kuman
gonokokus bakteri lain juga dapat tumbuh pada media ini.
16
4. Tes Definitif (dari hasil kultur yang positif)
Tes oksidasi
Koloni Gonokokus tersangka + laruan tetrametil-p-fenilendiamin
hiroklorida 1 % hasil positif bila warna koloni berubah dari jernih ke arah
muda atau merah lembayung
Tes fermentasi
Menggunakan glukosa, maltosa dan sukrosa. Kuman Gonokokus hanya
memfermentasi glukosa
Tes beta-laktamase
Menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang mengandung
chromogenic chepalosporin. Bila kuman mengandung beta-laktamase akan
terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah1
II. 9. Penatalaksanaan
17
1. Tes diagnostik +
2. Kultur neisseria Gonorrheae +
3. Tes asam nukleat +
4. Epidemiologi, apabila terdapat konfirmasi patner sexual yang terinfeksi
gonokokus9
18
b. Untuk daerah dengan insiden NGPP rendah
Pemberian Penisilin procain in aqua 4,8 juta unit secara IM dengan
dosis tunggal, atau Ampisilin 3,5 gr secara IM dengan dosis tunggal, atau
Amoksisilin 3 gr secara IM dengan dosis tunggal yang ditambahkan
probenesid 1 gr secara IM. Dan dapat ditambahkan dengan pemberian
Doksisiklin 2x100 mg, selama 7 hari, atau Tetrasiklin 4x500 mg, selama 7
hari, atau Eritromisin 4x500 mg, selama 7 hari secara oral.
c. Untuk bayi/anak yang menderita gonore
sepsis, arthritis, meningitis atau abses kulit kepala pada bayi
ceftiaxone 25-50 mg/kg/hari i.m/i.v 1 kali sehari selama 7 hari
cefotaxime 25 mg/kg i.v/i.m setiap 12 jam selama 7 hari
vulvovaginitis, cervicitis, uretritis, faringitis atau proctitis pada
anak
ceftriaxone125 mg i.m dosis tunggal + pengobatan infeksi chlamydia
untuk anak dengan berat badan > 45 kg obat dan dosis obat sama
seperti orang dewasa bakterimeia atau arthritis pada anak
ceftriaxone 50 mg/kg (maks.1 g untuk BB < 45 kg dan 2 g untuk BB >
45 kg) i.m/i.v 1 kali sehari selama 7 hari atau 10-14 hari untuk BB >45
kg
d. gonore pada wanita hamil
Ceftriaxone 250 mg dosis tunggal
amoxicillin 3 g + probenesid 1 g
cefixime 400 mg dosis tunggal10
19
Bila terdapat komplikasi :
Penilaian follow up
Tes mikrobiologi tidak perlu secara rutin dilakukan ketika infeksi sudah
diobati dengan terapi observasi rekomendasi secara langsung, infeksi sangat
sensitif terhadap pemberian obat anti biotika. Apabila pasien tetap ada
gejala/simptomatik tetap ada meskipun sudah diberikan pengobatan, dapat di
sebabkan terapi suboptimal atau karena bakteri yang resisten terhadapt antibiotik
maka dapat dilakukan uji kultur dan uji resistensi antibiotik. Jika akan dilakukan
tes kultur dapat dilakukan paling sedikit 72 jam, setelah pengobatan selesai.9
20
II.10. Komplikasi
Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum
dan suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuria, spasme otot
21
uretra sehingga dapat terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar dan
obstipasi. Pada pemeriksaan didapatkan pembesaran prostat dengan konsistensi
kenyal, nyeri tekan dan didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Pada
pemeriksaan prostat didapatkan prostat terasa kenyal, berbentuk nodus, dan terasa
nyeri pada penekanan dan biasanya didapatkan fluktuasi jika terdapat abses.
Vesikulitis
Vesikulitis merupakan suatu radang akut yang mengenai bagian vesikula
seminalis dan duktus ejakulatoris, dapat juga timbul menyertai prostatitis akut
atau epididimitis akut. Gejala subyektif yang timbul hampir menyerupai gejala
prostatitis akut berupa demam, polakisuri, hematuria termina, nyeri pada waktu
ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah. Pada pemeriksaan yang
dilakukan melalui rektum dapat teraba vesikula seminalis yang membengkak dan
keras seperti sosis, memanjang diatas prostat.
Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya
disertai oleh deferenitis ( infeksi duktus deferen). Keadaan yang dapat
menimbulkan epididimitis biasanya adalah trauma pada uretra posterior, biasanya
disebabkan oleh kesalahan dalam penanganan atau kelalaian yang dilakukan oleh
penderita sendiri. Faktor yang dapat mempengaruhi keadaan ini antara lain irigasi
yang sering dilakukan, cairan irigator terlalu panas atau pekat, instrumentasi yang
kasar, pengurutan prostat yang terlalu berlebihan. aktivitas seksual dan jasmani
yang terlalu berlebihan. Epididimis teraba panas dan membengkak, juga testis,
menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai
kedua epididirmis dapat mengakibatkan sterilitas.
Trigonitis
Infeksi asenden dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika
urinaria. Trigonitis menimbulkan gejala berupa poli uria, disuria terminal, dan
hematuria
22
meatus, urin berwarna merah di luar. Pada pemeriksaan yang dilakukan
didapatkan orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa, dan terdapat
sekret yang mukopurulen.
Servisitis
Pada infeksi ini dapat berupa asimtomatok biasanya menimbulkan
rasanyeri pada punggung bawah. Kasus ini tidak terdeteksi atau diterima sebagai
veriation normal. Pada pemeriksaan leher rahim bisa terlihat normal, atau
mungkin menunjukkan perubahan inflamasi ditandai dengan erosi serviks dan
nanah memancar dan sekret mukopurulen, duh tubuh terlihat lebih banyak.
Bartholinitis
Pada infeksi ini labia mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah
dan nyeri tekan. Kelenjar bartolini membengkak dan terasa nyeri sekali apabila
penderita berjalan dan selain itu juga penderita sukar untuk duduk. Bartholin yang
bengkak dapat teraba sebagai massa membengkak jauh di setengah bagian
belakang labia majora jika saluran kelenjar tersebut timbul abses dan dapat pecah
melalui mukosa atau kulit. kalo tidak diobati dapat menjadi rekuren dan menjadi
kusta.
Salpingitis
Pada peradangan yang terjadi dapat bersifat akut, subakut, ataupun kronik.
Ada beberapa faktor sebagai predis posisi diantaranya masa puerperium (nifas),
dilatasi setelah kuretase, dan pemakaian AIU, tindakan AKDR. Cara infeksi dapat
langsung melalui tuba falopi sampai pada daerah salping dan ovarium sehingga
dapat menimbulkan penyakit radang panggul. Kurang lebih 10% wanita dengan
mengalami penyakit gonore akan berakhir dengan penyakit radang panggul.
Gejala yang dirasakan berupa nyeri yang dirasakan pada daerah abdomen bawah,
duh tubuh vagina, disuri, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.
23
terbakar pada daerah anus dan pada pemeriksaan yang dilakukan tampak mukosa
eritematosa, edematosa, dan tertutup pus mukopurulen.
2. Orofaringitis
Cara infeksi pada penyakit ini melalui kontak langsung secara orogenital.
Faringitis gonore dan tonsilitis gonore lebih sering daripada gingivitis, stomatis,
atau laringitis. Keluhan yang dirasakan biasanya bersifat asimtomatik. Pada
pemeriksaan yang dilakukan di daerah orofaring tampak eksudat mukopurulen.
3. Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang
menderita servisitis gonore. Gejala pada bayi ditemukan kelainan bilateral dengan
sekret kuning kental, sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning
kental dan purulen. Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat
pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan
tebal. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularang konjungtiva melalui
tangan atau alat-alat. Keluhan yang dirasakan pada penderita berupa fotofobia,
konjungtiva bengkak, konjungtiva merah dan keluar eksudat mukopurulen
24
4. Gonore diseminata
Penyakit gonore akan berkelanjutan menjadi penyakit gonore diseminata
kurang lebih 1% kasus gonore. DGI adalah infeksi sistemik yang mengikuti
penyebaran hematogen dari gonococcus dari situs mukosa yang terinfeksi ke kulit,
tenosynovium, dan sendi. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada penderita
dengan gonore asimtomatik sebelumnya terutama terjadi pada wanita. gejala yang
timbul pada penyakit ini dapat berupa demam, lesi acral petechial atau berjerawat,
arthralgias asimetris, tenosynovitis, atau arthritis septik, Kadang-kadang
menyebabkan miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis.1
25
BAB III
LAPORAN KASUS
III.1 Identitas
Nama : Tn. W
Usia : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : karyawan swasta
No. RM : 102232-2016
III.2 Anamnesis
Tidak ada.
Pasien datang pada hari Senin tanggal 8 Januari 2018 ke poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUD Ambarawa dengan keluhan keluar nanah dari saluran kencing sejak 2
hari yang lalu, nanah yang keluar tersebut keluar bewarna kuning kental. Awalnya
keluar cairan jernih kemudian cairan tersebut berwarna kuning kental. Nanah tidak
disertai darah dan tidak berbau, keluar menetes tanpa disadari pasien. Pasien juga
merasa nyeri saat buang air kecil, ujung kemaluan terasa panas dan gatal, demam (-),
nyeri pinggang (-)
26
III.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Istri pasien mengalamui keluhan keluar keputihan dari lubang vagina sejak 3 hari yang
lalu
Pasien sudah menikah, selain pasien aktif berhubungan seksual dengan istrinya pasien
juga berhubungan seksual dengan pasangan lainnya sejak 3 minggu yang lalu.
Status Dermatologis
27
Lokasi : orifisium uretra eksterna
Status Veneriologis
- Corpus penis : tidak ditemukan kelainan
- Preputium : pasien telah disirkumsisi
- Glans penis : tidak ditemukan kelainan
- OUE : tidak ditemukan kelainan
- Scrotum : tidak ditemukan kelainan
- Epididimis : tidak ada nyeri tekan
- Testis : tidak ada nyeri tekan
- Discharge : purulen, berwarna putih kekuningan
1.Urethritis Gonorrhoe
28
- Clue cell : Negatif
- Jumlah Leukosit : penuh
- Epitel : 0-3/lpb
- Yeast : Negatif
- Trikomonas : Negatif
- Sperma : Negatif
IIII.3.4 Diagnosis
Uretritis Gonore
III.3.5 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
1. Viadoxin 1x 100 mg selama 7 hari
2. Ciprofloxacin 2x 500 mg selama 7 hari
b. Non medikamentosa
III.3.6 Prognosis
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki keluhan keluar nanah dari
saluran kencing, nanah bewarna kuning kental, pasien juga merasa nyeri saat buang air
kecil, ujung kemaluan terasa panas dan gatal, pasien tidak demam dan nyeri pada
pinggang, dari riwayat kehidupan sosial didapatkan pasien sudah menikah, selain pasien
aktif berhubungan seksual dengan istrinya pasien juga berhubungan seksual dengan
pasangan lainnya sejak 3 minggu yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada status dermatologis pada orifisium uretra
eksterna ditemukan adanya purulen, berwarna putih kekuningan, an pada bagian
Epididimis tidak ada nyeri tekan. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diambil
beberapa diagnosis banding, antara lain uretritis gonore, uretritis non gonore dari
gambaran klinis baik uretritis gonore dan nongonore memiliki gambaran yang sama yaitu
BAK keluar nanah dimana pada uretritis gonore sekret yang keluar dari lubang kemaluan
adalah mukopurulen sedangkan pada uretritis non gonore sekret yang keluar bewarna
berawan atau jernih dalam jumlah sedikit atau sedang, terutama pada pagi hari (morning
drops) dan dapat pula berupa bercak di celana dalam, keluhan lainnya berupa rasa gatal,
disuria, polakisuria, kadang-kadang dapat disertai darah dan rasa nyeri pada saat ereksi.
Pada pemeriksaan orifisium uretra eksternum tampak kemerahan, edema, ekstropion dan
pasien merasa panas. dari masa inkubasi didapatkan pada uretritis gonore sekitar 2 hingga
5 hari pada pria. Sedangkan pada wanita, masa tunas sulit ditentukan akibat adanya
kecenderungan untuk bersifat asimptomatis pada wanita, sedangkan pada uretritis non
gonore masa inkubasi 1 – 5 minggu.
30
nonmedikamentosa adalah pasien ini yaitu obat diminum sesuai dosis, tidak melakukan
hubungan seksual dahulu selama masa pengobatan, atau menggunakan kondom bila
berhubungan seksual, serta dilakukan pemeriksaan terhadap pasangan (istri) penderita.
Prognosis dari penyakit ini adalah baik dikarenakan tidak adanya komplikasi yang
menyebabkan kecacatan ataupun yang mengancam jiwa, akan tetapi dapat kambuh
kembali apabila pasien tidak menerapkan pencegahan yang diberikan.
31
BAB V
KESIMPULAN
Gonore adalah salah satu PMS yang sering dilaporkan. 40% penderita akan
mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) jika tidak diobati, dan haltersebut
dapat menyebabkan kemandulan.Gonore adalah infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Gonore mempengaruhi baik laki-laki
maupun perempuan yang ditularkan melalui hubungan seksual vaginal, oral
maupunanal dan dapat masuk ke dalam uretra, anus, tenggorokan, cerviks
(leher rahim) atau rahim. Orang bisa juga mendapatkan infeksi dari mata. Pada
laki-laki gejala yang timbul berupa terjadi uretritis, keluar cairan seperti nanahdari
penis, uretra meradang, perih saat buang air kecil, terjadi epididimitis. Sedangkan
pada perempuan akan timbul gejala berupa terjadi cervicitis,keluar cairan seperti
nanah dari vagina, nyeri saat buang air kecil, susah buang air kecil, menstruasi
pendarahan. Pemeriksaan untuk gonore dilakukandengan mengambil sampel dari
cervix atau penis. Pencegahan untuk penyakit gonore yaitu melakukan seks yang
aman dengan menggunakan kondom. Mengobati gonore dengan menggunakan
antibiotik. Rehabilitasi yang dilakukan dengan sikap kepatuhan penderita
terhadap pengobatan, konsultasi ke klinik kesehatan seksual, serta dukungan dan
simpati dari mitra seksual. Gonore jika didiagnosis dini dan pengobatan tepat dan
segera menghasilkan prognosis baik, tetapi bila telah sampai pada tahap lanjut
memberikan prognosis buruk.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Daili SF. Gonore. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J,
2010.p. 369-379.
Lingkungan. 2011
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0004526/
http://emedicine.medscape.com/article/218059.
http://textbookofbacteriology.net/neisseria_2.html.
McGraw-Hill
Seksual Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/BIKKK.
http://www.aafp.org/afp.
33