Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PENGAMPU:
Ns. Rina Mariani, M.Kes
DISUSUN OLEH:
Kelompok 6
Muhamadh ikhsanudin 2214471060
Reski juli yana 2214471093
Jea ananda fransiska 2214471052
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadiran Allah Ta ’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Anak dengan DHF
dan anak dengan Nefrotik Syndrom” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang
pentingnya makalah ini dalam keperawatan. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan
kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun
melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini.
Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen
pengampu mata kuliah Keperawatan Anak “Ns. Rina mariani, M.Kes” dan juga kepada
teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami,
informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna,
karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami
selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover ………………………………………………………………………………….... i
BAB I
B. Tujuan ……………………………………………………………..…………… 1
BAB II
A. Pengertian …………………………………………………………………….... 2
B. Etiologi ………………………………………………………………………… 3
D. Patofisiologi …………………………………………………………………… 6
E. Komplikasi ……………………………………………………………………. 8
Pengkajian …………………………………………………………….. 12
Diagnosa ………………………………………………………………. 17
Intervensi ……………………………………………………………… 18
Implementasi …………………………………………………………. 19
Evaluasi ……………………………………………………………….. 19
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………….. 20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak dengan DHF
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemis
diIndonesia dan sampai saat ini masih merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat.Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang
akut dan ditandaidengan panas mendadak selama 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas
disertai denganmanifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang disertai
muntah darah, berak darah, kesadaran menurun, dan syock (Soegijanto, 2006).
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah
penyakityang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
AedesAegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di
seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan air laut. Merebaknya kasus DBD ini menimbulkan reaksi
dari berbagaikalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya
kesadaran akankebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena
pemerintah lambat dalammengantisipasi dan merespon kasus ini.
2.2 Etiologi
I. Pada anak dengan DHF
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropod-borne viruses) Artinya virus yang
di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda
akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selainmenjadi vektor virus dia juga
menjadi hospes reservoir virus tersebut yang paling bertindak menjadi vector adalah berturut-
turut nyamuk
Virus dengue, termasuk genus Falvivirus, keluarga falviridae. Terdapat 4
serotipevirus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesiadengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan
antibody terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindunganyang memadai terhadap serotype lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah
endemisdengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotype
virusdengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru, dkk 2009)
2.5 Komplikasi
I. Pada anak dengan DHF
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:
Perdarahan Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit
dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang danpendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum, hiponatremia,
hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan berkurangnya alran balik
vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi 13
disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan hemeostasis
yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi
jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
Hepatomegali Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih
banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
Efusi Pleura Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga
pleura dan adanya dipsnea.
2.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan medis
I. Pada anak dengan DHF
o Pemberian antipiretik
o Pemasangan infus NaCL 0,9% atau RL pada pasien
o Pemberian obat IV
B. Penatalaksanaan keperawatan
I. Pada anak dengan DHF
o Pemberian kompres hangat
o Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak istirahat
o Memantau hidrasi pasien selama fase demam
o Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yang
normal
2. Keluhan Utama
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa
bagian tubuh anak seperti pada wajah, mata, tungkai serta bagian
genitalia. Orang tua anak biasanya juga mengeluhkan anaknya
mudah demam dan daya tahan tubuh anaknya terbilang rendah.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk
menilai adanya peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat
keluarga dengan sindroma nefrotik seperti adakah
saudarasaudaranya yang memiliki riwayat penyakit ginjal dan
riwayat tumbuh kembang anak yang terganggu, apakah anak
pernah mengalami diare atau sesak napas sebelumnya, serta adanya
penurunan volume haluaran urine.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan adakah
menderita penyakit lupus eritematosus sistemik atau kencing
manis, konsumsi obat-obatan maupun jamu tradisional yang
diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol selama
hamil.
Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena keletihan akibat lambung yang mengalami tekanan oleh
cairan intrastisial dan memberikan persepsi kenyang pada anak.
Riwayat Psikososial dan Perkembangan
Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan
perfusi darah ke otak. Hal ini dapat berdampak pada
ketidakseimbangan perfusi jaringan cerebral pada anak. Sehingga
anak perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang dengan baik.
3. Pemeriksaan Fisik
a. TTV
Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah sistole normal
80 sampai 100 mmHg dan nilai diastole normal 60 mmHg. Anak
dengan hipovolemik akan mengalami hipotensi, maka akan
ditemukan tekanan darah kurang dari nilai normal atau dapat
ditemukan anak dengan hipertensi apabila kolesterol anak
meningkat.
Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun 105x/
menit, frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi
nadi anak usia 10-14 tahun 85x/menit dan frekuensi nadi anak usia
14-18 tahun 82x/menit.
Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21- 30x/menit,
anak 6 sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak usia 10-14 tahun
18-22x/menit
b. Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur dalam
tahun) + 8. Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak sebelum sakit
untuk menentukan adanya peningkatan BB pada anak dengan sindroma
nefrotik. Edema pada anak juga dapat ditandai dengan peningkatan
Berat Badan >30%.
c. Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya Jugularis
Vein Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulussternalis pada posisi
450 , pada anak dengan hipovolemik akan ditemukan JVD datar pada
posisi supinasi, namun pada anak dengan hipervolemik akan ditemukan
JVD melebar sampai ke angulus mandibularis pada posisi anak 450
d. Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema
pada periorbital yang akan muncul pada pagi hari setelah bangun tidur
atau konjunctiva terlihat kering pada anak dengan hipovolemik.
e. Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun
anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas
yang tidak teratur sehingga akan ditemukan pernapasan cuping hidung.
f. Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat penurunan
saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula bibir kering serta
pecah-pecah pada anak dengan hipovolemik.
g. Kardiovaskuler
Inspeksi
biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola napas yang
tidak teratur
Palpasi
biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut jantung
Perkusi
biasanya tidak ditemukan masalah
Auskultasi
biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta penurunan bunyi
napas pada lobus bagian bawah Bila dilakukan EKG, maka
akan ditemukan aritmia, pendataran gelombang T, penurunan
segmen ST, pelebaran QRS, serta peningkatan interval PR.
h. Paru-paru
Inspeksi
biasanya tidak ditemukan kelainan
Palpasi
biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris
bila anak mengalami dispnea
Perkusi
biasanya ditemukan sonor
Auskultasi
biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan. Namun,
frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen
kerongga dada.
i. Abdomen
Inspeksi
biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila anak
asites
Palpasi
biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur
lingkar perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
Perkusi
biasanya tidak ada kelainan
Auskultasi
pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
j. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan
tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit anak tegang
akibat edema dan berdampak pada risiko kerusakan integritas kulit.
k. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema
anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja. Selain itu dapat
ditemukan CRT> 3 detik akibat dehidrasi.
l. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada skrotum dan
pada anak perempuan akan mengalami edema pada labia mayora
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Urine
1) Urinalisasi
Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam urine
lebih dari 2 gr/m2 /hari.
Ditemukan bentuk hialin dan granular.
Terkadang pasien mengalami hematuri.
2) Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan darah.
3) Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya proteinuria
(normalnya 50-1.400 mOsm).
4) Osmolaritas urine akan meningkat
b. Uji Darah
1) Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang dari 2
gr/dl (normalnya 3,5-5,5 gr/dl).
2) Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai 450-1000
mg/dl (normalnya<200mg/dl).
3) Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami
hemokonsentrasi ( normalnya Ht pada laki-laki 44-52% dan pada
Perempuan 39-47% ).
4) Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000- 1.000.000/ µl
(normalnya 150.000-400.000/µl).
5) Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan (normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+ 135-145 mEq/L,
Kalsium 4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106 mEq/L )
c. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan status
glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan
medis dan melihat proses perjalanan penyakit.
(Betz & Sowden, 2009)
B. Diagnosa
I. Pada anak dengan DHF
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi DHF
tergantung pada data yang ditemukan, diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada napsu makan.
Anjurkan posisi
duduk
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan
D. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien
secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual,
kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis
keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan
komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan
lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman
dan keselamatan klien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian
dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Latarbelakang dhf (Soegijanto, 2006).sindrom nefrotik (Suradi & Yuliani, 2010),(Betz &
Sowden, 2009), (Konsensus IDAI, 2012 dalam Arif Y. Prabowo, 2014).
Penegrtian dhf asa (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2013),(dinkes,2015), sindrom
nefrotik (Ngastiyah, 2014).
Etiologi dhf oleh (Sudoyo Aru, dkk 2009),sindrom nefrotik oleh Ngastiyah, (2014)
Tanda dan gejala dhf oleh WHO (2015), Sindrom nifrotik (Betz & Sowden, 2009)
Patofisiologi dhf menurut (Herdman , 2012), sindrom nefrotik oleh (Suriadi & Yuliani,
2010).
Komplikasi dhf oleh (Hadinegoro, 2008),sindrom nefrotik oleh (Smeltzer, SC, Bare BG,
2002: 1442).
Penatalaksanaan menurut Ngastiyah, (2014)