You are on page 1of 6

Nama : Nira Stania Alvia Anggraeni

Kelas : X-Desain Grafis


Pelajaran : Bahasa Indonesia

8/15/2014
Jika datang ke Jakarta, kita akan disambut dengan lambaian tangan dua
pasang remaja yang berdiri tegak di tengah-tengah kolam air yang terletak di
jantungnya kota Jakarta. Dua remaja yang berada di tengah-tengah kolam air ini
adalah sebuah tugu selamat datang yang dimiliki kota Jakarta sejak tahun 1962.
Berdirinya Patung Selamat Datang bertepatan dengan berdirinya Hotel
Indonesia, yang dibangun berdasarkan penjiwaan dan daya cipta Presiden
Soekarno presiden Republik Indonesia Pertama, dengan maksud supaya
Indonesia yang masih dalam usia muda kemerdekaannya memiliki sebuah Hotel
bertaraf internasional yang bisa dibanggakan kepada negara-negara lain.
Terutama dalam menyambut tamu olimpade ASEAN GAMES pada saat itu.
Bundaran Hotel Indonesia, yang lebih di kenal dengan sebutan Bundaran HI ini
seringkali dijadikan arena massa dalam menyampaikan pendapatnya kepada
para birokrat dalam aksi demonstrasi dan seringkali di sorot oleh media cetak
dan media elektronik dalam mengambil image kota Jakarta.
Pada pengamatan kali ini penulis memilih Bundaran Hotel Indonesia sebagai
objek karena tempat ini seolah menjadi Brand-nya kota Jakarta karena
seringkali dijadikan tempat strategis bagi massa dan lokasi yang bagus untuk
disorot oleh media. Pada pengamatan kali ini, ingin dilihat apa sebenarnya yang
menjadi latar belakang ketertarikan tempat tersebut bagi masyarakat dan
fenomena apa saja yang terjadi. Penulis mendapatkan data dari hasil wawancara
dari beberapa informan yang berada di sekitar lokasi dan menggunakan data
sekunder dari internet guna mengetahui sejarah tempat tersebut.
Bundaran Hotel Indonesia di Jantung Jakarta
Hotel Indonesia di Jakarta adalah hotel termegah pertama yang dibangun di
kawasan Asia Tenggara. Hotel yang diresmikan 5 Agustus 1962 oleh Presiden
Indonesia Soekarno itu menjadi ikon kota Jakarta dan kebanggaan Indonesia. Di
seberang hotel dibangun Tugu Selamat Datang dan air mancur. Bundaran air
mancur itu dinamakan Bundaran Hotel Indonesia, dan disingkat sebagai
Bundaran HI. Tepat di tengah lingkaran kolam itu terdapat patung sepasang
remaja yang melambaikan tangan dengan maksud menyambut kedatangan
orang ke kota Jakarta. Patung Selamat Datang, terletak tepat ditengah piring
raksasa dengan bahan patung yang dibuat dari tembaga dengan warna kemerah-
merahan dengan simbol lingga-yoni, yang merupakan simbol favorit bung karno
dalam mengkreasi suatu bangunan.

Bundaran HI berada tepat pada garis Utara–Selatan mengikat kawasan


pelabuhan Tanjung Priok disebelah Utara dan kawasan Kebayoran disebelah
selatan, serta mempunyai simbol-simbol tertentu dengan dua pilar beton dengan
tinggi 30 meter dengan tinggi patung sekitar 7 meter terletak pada poros
lingkaran piring raksasa dengan garis tengah selebar 100 meter dengan landasan
dikelilingi oleh air kolam yang merefleksikan bentuk patung itu dalam
bayangannya seakan memberikan kesan kedalaman arti dan makna dari
keberadaan monumen selamat datang, sungguh megah monumen terlihat
seakan-akan melambai mega raya dilangit.

Sangat mudah jika ingin ke lokasi Bundaran HI ini, bisa menggunakan


kendaraan pribadi, angkutan umum seperti; kopaja, busway, PPD, taxi,
metromini. Lokasi yang terletak di jantung kota ini akan menarik siapapun
untuk mengunjungi atau bahkan hanya sekedar melewati Bundaran HI tersebut,
karena tempatnya yang dekat dengan dua pusat perbelanjaan termegah dan
terbesar di Jakarta. Yaitu, Grand Indonesia dan Plaza Indonesia. Selain itu juga
dekat dengan tempat wisata Taman Monumen Nasional, wilayah perumahan
elit, perhotelan seperti; Kempinski, dan kantor-kantor pemerintahan bahkan
perusahaan-perusahaan nasional dan internasional, seperti; Badan Pengawas
Pemilu, Bank Indonesa, Deutche Bank.

Jika pada siang hari kita berjalan kaki di sekitar Bundaran HI maka kita akan
merasakan bulir-bulir air yang menyentuh tubuh kita. Bulir-bulir air ini berasal
dari air yang dihembus oleh angin siang hari, sehingga kita akan merasakan
kesegaran. Dan jangan heran, jika kita lewat daerah tersebut pada siang hari
maka akan ada keinginan untuk menceburkan diri kedalam kolam air
mancurnya, karena kesegaran yang ditawarkan oleh kolam air tersebut sangat
kontras dengan udara yang menyelimuti kota Jakarta.

Lain lagi jika anda ingin menikmati Bundaran HI pada malam hari.
Bundaran HI yang merupakan kolam air mancur ini dihiasi oleh lampu-lampu
yang mampu mempertontonkan keindahan Bundaran tersebut akan menambah
keindahan kota Jakarta pada malam hari, belum lagi ditambah mobil-mobil
yang hilir mudik dengan lampu yang menyala, seolah membiarkan patung
selamat datang tersebut dikelilingi oleh lampu-lampu yang menyorotinya.

Jika kita berada di bundaran tersebut jangan berharap akan menemukan


jalanan bebas dari kendaraan, terutama kendaraan roda empat, kecuali pada hari
bebas kendaraan yang di tetapkan oleh pemerintah. Kendaraan yang lewat pun
terbilang kendaraan mewah. Hal ini disebabkan karena banyak terdapat gedung
perkantoran mewah disekitarnya. Oleh karena itu, walaupun sudah ada trafigt
light yang mengatur lalu lintas, tetap dihadirkan polisi lalu lintas untuk menjaga
keamaan dan kelancaran lalu lintas seputaran jalan tersebut. Apalagi setelah
dibangun Pos Polisi modern yang terletak di sebelah timur Hotel Indonesia.

Sungguh bermaknanya Monumen bundaran HI sebagai ciri atau identitas


dari Kota Jakarta hingga dapat mengalahkan keberadaan pamor Monumen
Nasional yang sebenarnya adalah landmark dari Kota Jakarta, atau mungkin
karena kawasan MONAS yang telah dibatasi dengan pagar pembatas yang
tinggi seakan-akan memisahkan rasa kepemilikan masyarakat sehingga
masyarakat Jakarta lebih memilih dan menyukai Monumen Bundaran HI.
Seperti yang telah disebutkan di awal, kawasan sekitar Bundaran HI
dikelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit sebagai pertumbuhan ekonomi.
Selain terdapat Hotel berbintang dan perusahaan-perusahaan nasional maupun
internasional, juga terdapat dua buah pusat perbelanjaan yaitu Grand Indonesia
dan Plaza Indonesia. Inilah mengapa kawasan tersebut kemudian menjadi
jantungnya kota Jakarta. Di sekitar Bundaran HI ini juga praktek kapitalisme
menjamur dan terlihat jelas. Seperti apa yang dikatakan oleh Marx; komoditas
yang memiliki suatu bentuk dimana komoditas itu memasuki konsumsi
individual dari kelas kapitalis dan pekerja. Menurut Marx konsumsi terbagi
menjadi dua yaitu subsistem dan konsumsi mewah. Di satu sisi adalah “alat-alat
konsumsi yang diperlukan yang memasuki konsumsi kelas pekerja” dan “alat-
alat konsumsi mewah yang memasuki kelas kapitalis” (George Ritzer-Douglas J
Goodman, Teori Sosiologi Klasik, 2007. hal 568)

Keberadaan Bundaran HI sendiri sudah bergeser dari patung selamat datang


yang dibuat untuk menyambut para peserta olimpiade yang tadinya berada di
daerah pinggiran menjadi berada di daerah jantung Kota Jakarta. Bahkan
Bundaran HI sendiri dapat mengalahkan pamor Monumen Nasional yang
letaknya tidak terlalu jauh dari Bundaran HI sendiri sebagai Landmark atau ciri
dari kota Jakarta. Bundaran HI dikatakan sebagai jantung kota karena di
kawasan inilah terdapat pusat perekonomian dan modernisasi. Yang ditandai
dengan banyaknya gedung-gedung pencakar langit, hotel berbintang dan pusat
perbelanjaan mewah yang hanya sanggup di konsumsi oleh kalangan atas.
Inilah mengapa Bundaran HI menjadi pusat perhatian dan menarik publik.

You might also like