You are on page 1of 14

Uji Seliwanoff adalah adalah sebuah uji kimia yang digunakan untuk membedakan gula aldosadan

ketosa. Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa akan lebih cepat terdehidrasi
dari pada aldosa. Lima sampel yang diujikan dalam pengujian ini adalah adalah aquades,glukosa,
fruktosa, sukrosa, dan pati. Jika dipanaskan, karbohidrat yang mengandung gugu keton akan
menghasilkan warna merah pada larutannya. Hasil pengamatan percobaan menunjukan bahwa
fruktosa dan sukrosa bereaksi positif dengan pereaksi Seliwanoffmenghasilkan larutan berwarna
merah. Sedangkan aquades, glukosa, dan patibereaksi negatif dengan pereaksi Seliwanoff. Fruktosa
dan sukrosa yang menghasilkan larutan warna merah mengidentifikasi adanaya kandungan ketosa
dalam karbohidrat jenis monosakarida itu. HCL yang terkandung dalam pereaksi seliwanoff
mendehidrasi fruktosa menghasilkan hidroksifurfuralsehingga furfural mengalami kondensasi
membentuk larutan berwarna merah. Warna merah larutan sukrosa disebabkan oleh sukrosa yang
terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini sesuai dengan pendapat Michael (2006) yang
menyatakan bahwa ketosa dapat didehidrasi lebih cepat dari pada aldosa sehingga diperoleh
turunan furfural yang selanjutnya berkondensasi dengan resorsinol membentuk kompleks merah. Uji
seliwanoff bereaksi negatif terhadap glukosa dan pati karena pati merupakan polisakarida dan
glukosa merupakan aldosa dan ketosa.

Pereaksi barfoed terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan digunakan untuk
membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat
daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida dari pada oleh disakarida,
dengan anggapan bahwa konsentrasi monosakarida dan disakarida dalam larutan tidak berbeda
banyak (Poedjiadi, hal: 41, 2005).
Apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan teroksidasi. Gugus aldehida
pada karbohidrat akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat dan terbentuklah asam
monokarboksilat. Sebagai contoh galaktosa akan teroksidasi menjadi asam galaktonat, sedangkan
glukosa akan menjadi asam glukonat (Poedjiadi, hal: 41, 2005).
Larutan barfoed (campuran kupri asetat dan asam asetat) akan bereaksi dengan gula reduksi
(monosakarida) sehingga dihasilkan endapan merah bata kuprooksida. Dalam suasana asam ini gula
reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat lambat dengan
larutan barfoed sehingga tidak memberikan endapan merah kecuali pada waktu percobaan yang
diperlama (Sudarmadji, hal: 78 2007).
Mekanisme terdeteksinya bahan pangan atau makanan mengandung gula monosakarida
pereduksi dilihat dari kandungan larutan barfoed dan proses pemanasan yang diberikan menjadikan
terbentuknya endapan merah bata, adapun fungsi dari larutan yang terdapat pada larutan barfoed
seperti cupriasetat dan asam asetat adalah memberikan suasana asam sehingga reaksi dapat
berjalan dengan cepat dan ditambahkan proses pemanasan hal ini juga merupakan upaya untuk
mempercepat reaksi yang terjadi, pada uji barfoed ini pemanasan dilakukan selama 15 menit
dikarenakan waktu selama itu merupakan waktu yang optimal dalam mengidentifikasi adanya gula
monosakarida pereduksi, catatan penting dalam pemanasan untuk mengidentifikasi gula pereduksi
disakarida hanyalah rentan waktu 5- 10 menit saja. Maka dari itu pada uji gula pereduksi
membutuhkan waktu lebih sedikit berkisar 5 menit.
Gula pereduksi adalah gula yang mempunyai gugus hidroksil bebas yang terdiri dari keton atau
aldehida saja yang dapat mereduksi ion-ion logam, yang termasuk kedalam gula pereduksi adalah
golongan monosakarida dan beberapa dari golongan disakarida, yang merupakan golongan
disakarida yang termasuk kedalam kelompok gula pereduksi adalah maltosa dan laktosa sedangkan
sukrosa sendiri tidak termasuk kedalam kelompok gula pereduksi. Syarat dapat dikatakan gula
pereduksi adalah harus mempunyai salah satu gugus keton atau aldehida saja, artinya tidak terdapat
keduanya walaupun yang membangun gula tersebut merupakan dari golongan monosakarida semua.
Pada percobaan ini terjadi perbedaan antara hasil percobaan yang dilakukan oleh praktikan
dengan hasil dari laboratorium biokimia pangan 2013, ada beberapa faktor-faktor kesalahan yang
mungkin dilakukan tidak sengaja oleh praktikan, adapun faktor-faktor kesalahan yang mempengaruhi
seperti kurang bersihnya peralatan, kelebihan atau kekurangan dalam pemipetan baik untuk sampel
atau larutan lain pendukung terbentuknya endapan merah bata, kurang teliti dalam melihat endapan
yang terjadi , warna dari suatu sempel yang menyerupai identifikasi endapan sehingga menyulitkan
dalam pembedaannya bagi praktikan.
V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.


5.1. Kesimpulan
Berdasarkah hasil percobaan pada uji barfoed didapatkan bahwa sampel Yogurt, Buncis, Gula
pasir, dan Pocari Sweat negatif tidak mengandung gula monosakarida pereduksi, sedangkan sampel
kecap positif mengandung gula monosakarida pereduksi. Hal ini diketahui dengan terbentuknya
endapan merah bata.
5.2. Saran
Saran yang diberikan pada praktikan adalah harus lebih siap materi yang akan di uji dan teliti,
serta bekerja sama dengan baik, dengan rekan satu meja agar percobaan dapat terlaksana dengan
baik dan hasilnya pun akan lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, (2011), Karbohidrat, http://puspitanegara.blogspot.com/2011/07/karbohidrat-i.html, di akses


19/03/2013.
deMan, John M. (1997). Kimia Makanan. Penerbit ITB; Bandung.
Poedjiadi, Anna. (2005). Dasar – Dasar Biokimia. UI-Press,Jakarta.
Rika, (2012), Gula Pereduksi, http://chiquchaqu.blogspot.com/2012/09/gula-pereduksi.html, di akses
19/03/2013.

Sudarmadji, Slamet. Dkk. (2007). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty;
Yogyakarta.

Berdasarkan hasil pengamatan pada uji barfoed didapatkan sampel (H, B, A, E ) yaitu roma
malkist, leunca, saus sambal, dan bubur SUN tidak mengandung gula monosakarida pereduksi,
seharusnya roma malkist mengandung gula monosakarida pereduksi, sedangkan pada sampel (K)
yaitu selai kacang morita mengandung gula monosakarida pereduksi. Kesalahan terjadi karena
praktikan kurang hati-hati dalam melakukan percobaan serta pengamatan yang kurang teliti.
Uji barfoed merupakan salah satu cara analisa karbohidrat secara kualitatif. Uji barfoed adalah
uji kimia yang digunakan untuk mendeteksi adanya monosakarida dalam suatu sampel. Prinsip uji
barfoed ini didasarkan pada pengurangan tembaga (II) asetat (kupri asetat) menjadi tembaga (I)
oksida (Cu2O/Kuprioksida), seingga terbentuk endapan merah bata. Rumus reaksinya adalah seperti
dibawah ini :
RCHO + 2Cu2+ + 2H2O → RCOOH + Cu2O↓ + 4H+
Uji Barfoed ditemukan oleh kimiawan Denmark, Christien Thomsen Barfoed. Sehingga untuk
mengenang jasanya, uji karbohidrat ini diberi nama uji barfoed. (Anonim,2013)
Mekanisme uji barfoed yaitu larutan Barfoed akan bereaksi dengan gula reduksi
(monosakarida) sehingga dihasilkan endapan merah kuprioksida. Dalam duasana asam ini gula
reduksi yang termasuk dalam golongan disakarida memberikan reaksi yang sangat lambat dengan
larutan Barfoed sehingga tidak memberikan endapan merah kecuali pada waktu percobaan yang
diperlama. Uji ini untuk penunjukkan gula pereduksi monosakarida.(Sudarmadji, 1989).
Komposisi larutan barfoed adalah 13,3 g Cu-asetat dalam 200 ml air + 1,9 ml asam asetat
glacial. (Tim Dosen, 2014)
Pereaksi ini terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan digunakan untuk
membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat
daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada oleh disakarida,
dengan anggapan bahwa konsentrasi monosakarida dan disakarida dalam larutan tidak berbeda
banyak, Tauber dan Kleiner membuat modifikasi atas pereaksi ini, yaitu dengan jalan mengganti
asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu2+ yang dihasilkan direaksikan dengan pereaksi warna
fosfomolibdat hingga menghasilkan warna biru yang menunjukkan adanya monosakarida. Disakarida
dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif. Perbedaan antara pereaksi Barfoed
dengan pereaksi Fehling atau Benedict ialah bahwa pada pereaksi Barfoed digunakan suasana
asam. (Poedjiadi, 2005, Hal : 41)
Pemanasan dilakukan agar apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat akan
teroksidasi. Gugus aldehida pada karbohidrat akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat dan
terbentuklah asam monokarboksilat. Sebagai contoh galaktosa akan teroksidasi menjadi asam
galaktosa akan teroksidasi menjadi asam galaktosa akan menjadi asam glukonat (Poedjiadi, 1994,
Hal : 55).
Apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan teroksidasi. Gugus
aldehida pada karbohidrat akan teroksidasi menjadi gugus karboksilat dan terbentuklah asam
monokarboksilat. Sedangkan contoh galaktosa akan teroksidasi menjadi asam galaktonat, sedangkan
glukosa akan menjadi asam glukonat. (Poedjiadi, 2005, Hal : 41).
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-
senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi
adalah ujung yang mengandung gugus aldehid dan keton bebas. Semua monosakarida (glukosa,
fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa, maltosa) kecuali sukrosa dan pati (polisakarida),
termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat
dengan aktivitas enzim, yaitu semakin tinggi aktivitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi
yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi diukur dengan menggunakan
pereaksi asam dinitro salisilat/dinitrosalycilic acid (DNS) pada panjang gelombang 540 nm. Semakin
tinggi nilai absorbansi yang dihasilkan, semakin banyak pula gula pereduksi yang
terkandung.(Wikipedia, 2014)
IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, dan (2) Saran.

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel (H, B, A, E ) yaitu roma
malkist, leunca, saus sambal, dan bubur SUN tidak mengandung gula monosakarida pereduksi, pada
sampel (K) yaitu selai kacang morita mengandung gula monosakarida pereduksi.

4.2 Saran
Dalam melakukan percobaan hendaknya praktikan lebih berhati-hati dalam melakukannya,
sehingga sesuai prosedur dan tidak merusak sampel yang akan diuji. Diperlakukan pemahaman
materi agar praktikan memahami maksud dan tujuan percobaan yang dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, Uji Barfoed, http://pengolahanpangan.blogspot.com/2013/12/uji-barfoed.html , Akses : 19 Maret


2014
Poedjadi, Anna, 2005, Dasar-dasar Biokimia, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Poedjiadji, 1994 . Dasar-Dasar Biokimia, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Sudarmadji, Slamet, 1989, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Edisi Kedua, Yogyakarta : Penerbit Liberty
Tim Dosen, 2014, Penuntun Praktikum Biokimia Pangan, Bandung : Universitas Pasundan
Wikipedia, 2014, Gula Pereduksi, http://id.wikipedia.org/wiki/Gula_pereduksi, Akses : 19 Maret 2014
Uji Seliwanoff
Uji seliwanoff bertujuan untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang
mengandung gugus keton). Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah
ketosa. Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Uji ini
didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa lebih cepat terdehidrasi
daripada aldosa. Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas
menjadi asam levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan karbohidrat
yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada
larutannya.Pada tabung 1 yang berisi larutan HCl 5 N ,2 ml fruktosa 0,01 M, dan 0,5
ml risolsinol 0,5 % terdapat reaksi perubahan warna yaitu dari putih bening menjadi
merah cerah atau merah muda, hal tersebut dapat terjadi karena fruktosa memiliki
gugus keton maka ketika bereaksi dengan resorsinol akan memberikan warna merah
cerah. Hal ini menunjukkan bahwa fruktosa mengandung karbohidrat yang
mengandung gugus keton, meskipun larutan yang terbentuk bukan merah orange
karena mungkin di karenakan konsentrasinya yang terlalu kecil atau cara
homogenisasi yang kurang lama. Atau bisa saja disebabkan oleh katalis ( HCl ) yang
bereaksi kurang sempurna. Sedangkan tabung 2 yang berisi 2 ml larutan glukosa
0,01 M yang di homogenisasi dengan larutan 2 ml HCl 5 N dan 0,5 ml risolsinol
0,5% menunjukkan hasil reaksi yang negatif. Hal tersebut di karenakan Glukosa
tidak memiliki gugus keton malainkan gugus aldehid, sehingga tidak bereaksi
dengan resorsinol.

Ø Uji Bial
Berdasarkan tabel hasil pengamatan pada praktikum uji bial ini di dapat bahwa
tabung 1 yang berisi larutan pentosa A (Xilose) dengan reagen larutan Bial
menunjukkan reaksi berupa perubahan warna dari biru menjadi biru pekat.
Sedangkan pada tabung 2 yang berisi larutan pentosa B(arabinosa) dengan reagen
larutan Bial menunjukkan hasil reaksi yang positif yaitu dari warna biru menjadi
biru kehijauan.
Uji bial adalah suatu uji untuk mengetahui adanya gula pentosa.Pemanasan
pentose dengan pereaksi Bial akan menghasilkan furfural yang berkondensasi
dengan orcinol dan ion feri.Hasil pemanasan akan menghasilkan warna biru hijau
ketika bereaksi dengan reagen bial yang menunjukkan adanya gula pentosa.
Hidroksimefuktural yang terbentuk dari heksosa akan bereaksi dengan orcinol
membentuk warna kuning kecoklatan .Pada uji bial, dasar dari percobaannya adalah
dehidrasi pentosa oleh pereaksi bial menghasilkan furfural dengan penambahan
orsinol(3.5-dihidroksi toluena) akan berkondesasi membentuk senyawa kompleks
berwarna biru

UJI BARFOED
Uji Barfoed bertujuan membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Dasar
dari pengujian ini adalah ion Cu2+ dari pereaksi Barfoed dalam suasana asam akan direduksi
lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida daripada disakarida dan menghasilkan endapan
Cu2O berwarna merah bata.

Pereaksi Barfoed dibuat dengan melarutkan 13,3 gram kristal tembaga asetat
dalam 200 mL air, saring bila perlu. Kemudian tambahkan 1,9 mL asam asetat glasial.
Pereaksi dibuat baru setiap kali digunakan.

Prosedur Kerja
1. Masukan ke dalam tabung reaksi 10 tetes larutan uji dan 10 tetes pereaksi barfoed
2. Campurlah dengan baik dan panaskan di atas api kecil sampai mendidih selama 1 menit
atau masukkan dalam penangas air mendidih selama 3 menit
3. Perhatikan warna yang terbentuk
(Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan Cu2O berwarna merah bata)

E. UJI BIAL
Uji Bial bertujuan membuktikan adanya pentosa. Dasar teori dari uji bial adalah
dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dan dengan penambahan orsinol
(3,5-dihidroksi toluena) akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna biru.

Pereaksi Bial dibuat dengan melarutkan 5,0 gram orsinol dalam alkohol 95% sampai
volume 100 mL

Prosedur Kerja
1. Masukan ke dalam tabung reaksi 5 tetes larutan uji dan 10 tetes pereaksi bial
2. tambahkan HCl pekat campurlah dengan baik
3. Panaskan dalam api kecil sampai timbul gelembung-gelembung gas ke permukaan larutan
4. Perhatikan warna atau endapan yang terbentuk
(terbentuknya warna biru menunjukkan adanya pentosa)

F. UJI SELIWANOFF
Uji seliwanoff bertujuan membuktikan adanya ketosa (fruktosa). Dasar teorinya
adalah dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural dan dengan
penambahan resorcinol akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna
merah oranye.

Pereaksi Seliwanoff dibuat dengan mencampurkan 3,5 mL resorcinol 0,5%


dengan 12 mL HCl pekat, lalu encerkan dengan akuades sampai 35 mL

Prosedur Kerja
1. Masukkan 5 tetes larutan uji dan 15 tetes pereaksi seliwanoff ke dalam tabung reaksi
2. Didihkan dalam api kecil selama 30 detik atau dalam penangas air mendidih selama 1
menit
3. Hasil positif dengan ditandainya terbentuk warna merah oranye
Estien Yazid, Lisda Nursanti, Penuntun Praktikum
Biokimia, CV. Andi Offset, Yogyakarta, 2006

Gula monosakarida pereduksi adalah gula


monosakarida yang mempunyai kemampuan untuk
mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau
keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau
bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II).
Contoh gula monosakarida yang termasuk adalah glukosa,
manosa, fruktosa. (Fanny, 2012)
Gugus karbonil bebas merupakan gugus karbonil
yang terdiri atas karbon dan oksigen yang tidak berikatan
dengan senyawa lain atau rantai alkil lainnya. (Anonim, 2015)
Sifat mereduksi disebabkan oleh adanya gugus
aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini
tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam, misalnya ion Cu
2+
dan. ion logam Ag
+
yang terdapat pada pereaksi tertentu
seperti pereaksi Fehling, Benedict, dan Barfoed. Pereaksi
Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B.
Larutan Fehling A adalah larutan CuSO
4
dalam air, sedangkan
Larutan Fehling B adalah larutan garam dari NaOH dalam air
(Poedjiadi, 2005).
Larutan Barfoed (campuran kupri asetat dan asam
asetat) akan bereaksi dengan gula reduksi (monosakarida)
sehingga dihasilkan endapan merah bata kupro oksida. Dalam
suasana asam ini gula reduksi yang termasuk dalam golongan
disakarida memberikan reaksi yang sangat lambat dengan
larutan barfoed sehingga tidak memberikan endapan merah
kecuali pada waktu percobaan yang diperlama
(Sudarmaji,dkk. 2010).
Hasil warna merah bata menunjukkan monosakarida,
sedangkan biru kehijauan menunjukkan disakarida. Barfoed
merupakan pereaksi bersifat asam lemah dan hanya direduksi
oleh monosakarida. Disakarida akan dapat dihidrolisis
sehingga bereaksi positif dengan pemanasan yang lama.
Dengan kata lain untuk membedakan monosakarida,
Laboratorium Biokimia Pangan Karbohidrat I (Uji Barfoed)
disakarida, polisakarida tergantung berapa lama pemanasan
sampai terbentuk endapan tembaga oksidasi berwarna merah
bata. (Rifka, 2010).
Uji barfoed ini harus dilakukan dalam suasana asam
karena larutan barfoed terdiri dari kupri asetat dan asam
asetat. Pemanasan yang dilakukan lebih lama daripada uji
benedict dikarenakan proses hidrolisis gula monosakarida
pereduksi membutuhkan waktu yang lebih lama. Pada uji
barfoed ini hampir sama dengan uji benedict hanya saja
suasana reaksi yang membedakan. (anonim, 2015)
Sudarmadji, Slamet. 2010. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty Yogyakarta.

UJI BARFOED
a. Teori
Uji barfoed bertujuan untuk memisahkan antara monosakarida dan disakarida. Pereaksi
barfoed bersifat asam lemah dan hanya diredusi oleh monosakarida. Pemanasan yang lama
menghidrolisis disakarida sehingga bereaksi positif. Percobaan barfoed menghasilkan
endapan berwarna lebih pekat (Ana, 2014).
Larutan karbohidrat yang paling cepat bereaksi adalah larutan fruktosa. Sementara untuk
larutan karbohidrat jenis glukosa, dan sukrosa, tidak bereaksi atau menunjukkan hasil negatif.
Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya. Namun bentuk ini berada dalam
kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehid atau keton rantai terbuka,sehingga gugus
aldehid atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor. Oleh karena itu,
karbohidrat yang menunjukkan hasil reaksi positif (endapan biru lebih pekat) dinamakan gula
pereduksi (Ana, 2014).
Pereaksi barfoed merupakan pereaksi yang bersifat asam lemah dan hanya dapat
direduksi oleh monosakarida dan disakarida meskipun terdapat perbedaan kecepatan
mereduksi diantara keduannya (Ana, 2014).
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Pipet tetes
b) Tabung reaksi
c) Gelas ukur
d) Pemanas air
2) Bahan
a) Larutan sukrosa
b) Larutan glukosa
c) Larutan maltose
d) Larutan fruktosa
e) Larutan dextrin
f) Larutan amilum
g) Larutan glikogen
c. Cara Kerja
1) Larutan reagent Barfoed sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam 7 tabung reaksi yang berbeda.
2) Larutan karbohidrat yang akan diuji dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi
yang telah berisi larutan reagent Barfoed sebanyak 1 ml.
3) Setiap larutan yang sudah dicampurkan kemudian di panaskan dalam pemanas air kurang
lebih selama 2-5 menit, tidak boleh lebih dari 5 menit.
4) Kemudian diamati adanya endapan.
d. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
No Karbohidrat Endapan
1. Sukrosa -
2. Glukosa +
3. Maltosa -
4. Fruktosa +
5. Dextrin -
6. Amilum -
7. Glikogen -
Keterangan :
+ = terdapat endapan merah bata (reaksi positif)
e. Kesimpulan
Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa glukosa dan fruktosa merupakan
monosakarida karena dapat mereduksi asam lemah (barfoed) menghasilkan endapan tembaga
oksida yang indikator warnanya merah bata.
4. UJI BIAL
a. Teori
Uji bial merupakan uji yang disadari oleh konversi pada gula pentose seperti ribose
didalam keadaan asam dan 0,3 % larutan orsinol dan FeCl3 didalam HCl pekat. HCl yang
terdapat pada reagen akan mendehidrasi gula menjadi furfural. Jika dalam sampel terdapat
gula pentose larutan akan berwarna hijau dalam kurun waktu sepuluh menit. Seperti misalnya
pada RNA yang memiliki ribosa yang adalah gula pentose sehingga akan bereaksi dengan
orsinol dalam kondisi mendidih akan berwarna hijau dan membentuk struktur yang kompleks
dengan absorbansi maksimum 665 mm. sedangkan golongan heksosa ditandai keberadaannya
jika hasil uji larutan berwarna colat sampai keabu abuan. Pada umumnya uji Bial di pakai
untuk membedakan adanya pentose atau heksosa dalam suatu sampel larutan (Maulidah,
2013).
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Tabung reaksi
b) Pipet tetes
c) Pemanas air
d) Gelas ukur
2) Bahan
a) Larutan sukrosa
b) Larutan glukosa
c) Larutan maltose
d) Larutan fruktosa
e) Larutan glikogen
f) Larutan dextrin
g) Larutan α – alanin
h) Larutan amilum
i) Larutan xylosa
j) Larutan reagen bial
k) Larutan amil alcohol
c. Cara Kerja
1) Larutan bial sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam 8 tabung reaksi yang berbeda.
2) Larutan karbohidrat yang akan diuji dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi
yang telah berisi larutan bialsebanyak 1 ml.
3) Setiap larutan yang sudah dicampurkan kemudian di panaskan dalam pemanas air selama 5
menit.
4) Setelah dipanaskan kemudian tabung reaksi berisi larutan asam amino tersebut didinginkan.
5) Setelah di dinginkan kemudian masing-masing tabung reaksi diberi 1 ml larutan amil
alkohol. Kemudian diamati perubahan warnanya.
d. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Praktikum
No Karbohidrat Indikator
Warna
1. Sukrosa -
2. Glukosa -
3. Maltosa -
4. Fruktosa -
5. Glikogen -
6. Dextrin -
7. Amilum -
8. Xylosa +
Keterangan :
+ = menunjukan warna biru-hijau (reaksi positif)
e. Kesimpulan
Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa xylosa termasuk dalam karbohidrat
golongan pentosa. Karena pada saat dipanaskan dengan campuran bial, terbentuk furfural
yang berkondensasi dengan orcinol dan ion ferri menghasilkan indikator warna biru-hijau.
5. UJI SELLIWANOF
a. Teori
Karbohidrat adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen. Terdiri dari unsur C, H, O, dengan perbandingan 1: 2 : 1. Karbohidrat banyak
terdapat pada tumbuhan dan binatang yang berperan struktural dan metabolik, sedangkan
pada tumbuhan untuk sintesis CO2 + H2O yang akan menghasilkan amilum dan selulosa,
melalui proses fotosintesis, sedangkan binatang tidak dapat menghasilkan karbohidrat
sehingga tergantung pada tumbuhan (Suhara, 2008).
Karbohidrat terdiri dari dua golongan yaitu aldosa merupakan karbohidrat yang memiliki
gugus aldehid, dan ketosa yaitu karbohidrat yang memiliki gugus keton. Ketosa didehidrasi
lebih cepat daripada aldosa memberikan turunan (furfural), yang selanjutnya berkondensasi
dengan recorcinol (1,3-dihidroksi benzena) memberikan warna merah kompleks
(Adisendjaja, 2014).
Karbohidrat diklasifikasikan menjadi :
1. Monosakarida
Terdiri dari 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis oleh larutan asam dalam air
menjadi karbohidrat yang sederhana.
2. Disakarida
Senyawa yang terdiri dari 2 molekul monosakarida yang sejenis atau tidak.
3. Oligosakarida
Senyawa yang terdiri dari gabungan beberapa monosakarida
4. Polisakarida
Senyawa yang terdiri dari gabungan molekul monosakarida yang sangat banyak jumlahnya.
Iodium memberikan warna kompleks dengan polisakarida. Tepung memberikan warna
biru pada iodium, glikogen dan tepung yang sudah dihidrolisis sebagian (eritrodekstrin)
memberikan warna merah sampai coklat pada iodium (Adisendjaja, 2014).
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Tabung reaksi
b) Pipet tetes
c) Gelas ukur
d) Rak tabung
e) Penangas air
2) Bahan
a) Karbohidrat (amilum, sukrosa, fruktosa, dextrin, maltosa glukosa, xylosa, glikogen).
b) Reagen seliwanof.
c. Cara Kerja
1) 8 tabung disiapkan dan disimpan dalam tabung reaksi.
2) Masing –masing tabung tersebut diberi 2 ml reagen seliwanof.
3) Pada setiap tabung diatas ditetesi larutan karbohidrat yang akan diuji masing-masing tiga
tetes.
4) Tabung-tabung tersebut dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit.
5) Tabung-tabung tersebut diamati perubahan warnanya setiap dua menit sekali.
Adisendjaja, Y dkk. (2014). Penuntun Kegiatan Laboratorium Biokimia. Bandung. Universitas
Pendidikan Indonesia
Glory. (2013). Uji Benedict. [Online]. Tersedia di:
http://glorimerkristivita.blogspot.com/2013/07/laporan-praktikum-percobaan-benedict.html
[29 Oktober 2014]
Ana, Eka Fitri. (2014). Uji Barfoed. [Online]. Tersedia di:
http://phiephie3nurse.blogspot.com/2014/03/laporan-karbohidrat-uji-barfoed.html [30
Oktober 2014]
Suhara. (2008). Dasar – Dasar Biokimia. Cetakan Pertama. Bandung. Prisma Press

1. Tuliskan semua hasil pengamatan yang saudara dapatkan!


Jawab: Hasil pengamatan sudah tercantum diatas.

2. Tuliskan bahan manakah yang cepat bereaksi pada uji Benedict!


Jawab: Bahan yang cepat bereaksi pada uji Benedict : Fruktosa, xylosa, glukosa, maltose,
galaktosa, laktosa.

3. Mengapa terjadi reaksi warna yang tidak bersamaan pada uji Benedict?
Jawab: karena kecepatan reaksi tergantung pada kereaktifan gula pereduksi yang terdapat
pada masing-masing larutan. Pada umumnya monosakarida yang merupakan gula pereduksi
lebih cepat bereaksi daripada disakarida yang bukan merupakan gula pereduksi.

4. Setelah pemanasan 5 menit dalam air mendidih, adakah bahan yang tidak bereaksi pada
uji Benedict. Mengapa?
Jawab: Setelah pemanasan selama 5 menit, terdapat beberapa bahan yang tidak bereaksi
dengan Benedict, antara lain sukrosa dan kanji. Hal ini disebabkan karena kedua larutan
tersebut bukan gula pereduksi yang dapat mereduksi ion Cu+ kemudian mengendap menjadi
Cu2O yang berwarna merah.

5. Samakah warna yang terbentuk untuk masing-masing larutan yang diuji pada uji
Benedict? bila tidak sama, mengapa?
Jawab: Warna pada masing-masing larutan yang diuji pada uji Benedict berbeda-beda,
karena perbedaan warna ini menunjukkan kuat tidaknya gula pereduksi. Jika larutan semakin
merah bata, maka semakin kuat gula pereduksi tersebut.

6. Bandingkan hasil pengamatan dari uji Benedict dengan Barfoed!


Jawab: Endapan tembaga oksida pada uji Barfoed warnanya lebih merah bata dibandingkan
dengan warna endapan yang terdapat pada uji Benedict.

7. Setelah pemanasan 5 menit dalam air mendidih, adakah bahan yang tidak bereaksi pada
uji Barfoed. Mengapa?
Jawab: Setelah pemanasan selama 5 menit, terdapat bahan yang tidak bereaksi pada uji
Barfoed antara lain sukrosa, maltosa, laktosa, dan kanji, karena pada uji Barfoed melibatkan
pemanasan yang berfungsi memecah rantai ikatan gula. Semakin kompleks ikatan gula, maka
semakin lama waktu pemanasan yang diperlukan untuk memecah rantai ikatan gula. Pada uji
Barfoed ini, pemanasan dilakukan dalam waktu yang sama untuk setiap larutan karbohidrat,
maka larutan karbohidrat yang memiliki ikatan gula yang lebih kompleks (polisakarida dan
oligosakarida) tidak akan berubah dalam rentang waktu tersebut (5 menit).

8. Apa fungsi dari amil alcohol pada uji bial?


Jawab: Amil alkohol pada uji Bial berfungsi untuk menstabilkan warna larutan dan
memisahkan fase air dan lemak.

9. Jika dilakukan pemanasan yang lebih lama, apakah uji bial menunjukkan hasil yang
positif pada beberapa larutan yang diuji?
Jawab: Jika dilakukan pemanasan yang lebih lama pada uji Bial, tidak akan menunjukkan
hasil yang positif pada beberapa larutan yang diuji.

10. Pada uji selliwanof, mana diantara larutan yang cepat memberikan reaksi positif?
Mengapa?
Jawab: Fruktosa, karena fruktosa mengandung gugus keton yang akan bereaksi cepat
terhadap Selliwanof.
11. Mengapa pada uji iodium, dihasilkan warna yang berbeda?
Jawab: Karena terdapat perbedaan banyaknya monosakarida yang terkandung dalam setiap
karbohidrat (polisakarida) yang diuji.

12. Apa fungsi asam nitrat pekat pada uji asam mukat?
Jawab: Untuk mempercepat proses oksidasi.
POEDJIADI, ANA. 1994. DASAR-DASAR BIOKIMIA. JAKARTA: UNIVERSITAS
INDONESIA PRESS

THENAWIJAYA, MAGGY. 1982. DASAR-DASAR BIOKIMIA JILID 1. JAKARTA:


ERLANGGA

CAMPBELL, NEIL A, AT ALL. 2002. BIOLOGI JILID 1 EDISI KELIMA. JAKARTA:


ERLANGGA

You might also like