You are on page 1of 25

TUGAS ELEKTRONIKA DAYA

KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRONIKA DAYA

Nama : aditia adventa

NIM : 5301415039

Jurusan / prodi : teknik elektro / pendidikan teknik elektro

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017
1. Resistor
Pengertian Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat atau membatasi aliran
listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika. Sebagaimana fungsi resistoryang sesuai
namanya bersifat resistif dan termasuk salah satu komponen elektronika dalam kategori
komponen pasif. Satuan atau nilai resistansi suatu resistor di sebut Ohm dan dilambangkan
dengan simbol Omega (Ω). Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding terbalik dengan
jumlah arus yang mengalir melaluinya. Selain nilai resistansinya (Ohm) resistorjuga memiliki
nilai yang lain seperti nilai toleransi dan kapasitas daya yang mampu dilewatkannya. Semua nilai
yang berkaitan dengan resistor tersebut penting untuk diketahui dalam perancangan suatu
rangkaian elektronika oleh karena itu pabrikan resistor selalu mencantumkan dalam kemasan
resistor tersebut.

Resistor dalam suatu teori dan penulisan formula yang berhubungan dengan resistor disimbolkan
dengan huruf “R”. Kemudian pada desain skema elektronika resistor tetap disimbolkan dengan
huruf “R”, resistor variabel disimbolkan dengan huruf “VR” dan untuk resistorjenis
potensiometer ada yang disimbolkan dengan huruf “VR” dan “POT”.
Kapasitas Daya Resistor
Kapasitas daya pada resistor merupakan nilai daya maksimum yang mampu dilewatkan oleh
resistor tersebut. Nilai kapasitas daya resistor ini dapat dikenali dari ukuran fisik resistor dan
tulisan kapasitas daya dalamsatuan Watt untuk resistor dengan kemasan fisik besar. Menentukan
kapasitas daya resistor ini penting dilakukan untuk menghindari resistor rusak karena terjadi
kelebihan daya yang mengalir sehingga resistor terbakar dan sebagai bentuk efisiensi biaya dan
tempat dalam pembuatan rangkaian elektronika.
Nilai Toleransi Resistor
Toleransi resistor merupakan perubahan nilai resistansi dari nilai yang tercantum pada badan
resistor yang masih diperbolehkan dan dinyatakan resistor dalam kondisi baik. Toleransi resistor
merupakan salah satu perubahan karakteristik resistor yang terjadi akibat operasional resistor
tersebut. Nilai torleransi resistor ini ada beberapa macam yaitu resistor dengan toleransi
kerusakan 1% (resistor 1%), resistor dengan toleransi kesalahan 2% (resistor2%), resistor dengan
toleransi kesalahan 5% (resistor 5%) dan resistor dengan toleransi 10% (resistor 10%).
Nilai toleransi resistor ini selalu dicantumkan di kemasan resistor dengan kode warna maupun
kode huruf. Sebagai contoh resistor dengan toleransi 5% maka dituliskan dengan kode warna
pada cincin ke 4 warna emas atau dengan kode huruf J pada resistor dengan fisik kemasan besar.
Resistor yang banyak dijual dipasaran pada umumnya resistor 5% dan resistor 1%.
Jenis-Jenis Resistor
Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan menjadi resistor
kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal film.
1. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)
Resistor kawat atau wirewound resistor merupakan resistor yang dibuat dengan bahat kawat yang
dililitkan. Sehingga nilai resistansiresistor ditentukan dari panjangnya kawat yang dililitkan.
Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan kapasitas daya yang besar.
2. Resistor Arang (Carbon Resistor)

Resistor arang atau resistor karbon merupakan resistor yang dibuat dengan bahan utama batang
arang atau karbon. Resistor karbon ini merupakan resistor yang banyak digunakan dan banyak
diperjual belikan. Dipasaran resistor jenis ini dapat kita jumpai dengan kapasitas daya 1/16 Watt,
1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1 Watt, 2 Watt dan 3 Watt.
3. Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)
Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan nama resistor metal film merupakan resistor
yang dibuah dengan bahan utama oksida logam yang memiliki karakteristik lebih baik. Resistor
metal film ini dapat ditemui dengan nilai tolerasni 1% dan 2%. Bentuk fisik resistor metal film
ini mirip denganresistor kabon hanya beda warna dan jumlah cicin warna yang digunakan dalam
penilaian resistor tersebut. Sama seperti resistorkarbon, resistor metal film ini juga diproduksi
dalam beberapa kapasitas daya yaitu 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt. Resistor metal film ini banyak
digunakan untuk keperluan pengukuran, perangkat industri dan perangkat militer.
Kemudian berdasarkan nilai resistansinya resistor dibedakan menjadi 2 jenis yaitu resistor tetap
(Fixed Resistor) dan resistor tidak tetap (Variable Resistor)
1. Resistor Tetap(Fixed Resistor)
Resistor tetap merupakan resistor yang nilai resistansinya tidap dapat diubah atau tetap. Resistor
jenis ini biasa digunakan dalam rangkaian elektronika sebagai pembatas arus dalam suatu
rangkaian elektronika. Resistor tetap dapat kita temui dalam beberpa jenis, seperti :
 Metal Film Resistor
 Metal Oxide Resistor
 Carbon Film Resistor
 Ceramic Encased Wirewound
 Economy Wirewound
 Zero Ohm Jumper Wire
 S I P Resistor Network
2. Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)
Resistor tidak tetap atau variable resistor terdiridari 2 tipe yaitu :
 Pontensiometer, tipe variable resistor yang dapat diatur nilai resistansinya secara
langsung karena telah dilengkapi dengan tuas kontrol. Potensiometer terdiri dari 2 jenis
yaitu Potensiometer Linier dan Potensiometer Logaritmis
 Trimer Potensiometer, yaitu tipe variable resistor yang membutuhkan alat bantu
(obeng) dalam mengatur nilai resistansinya. Pada umumnya resistor jenis ini disebut
dengan istilah “Trimer Potensiometer atau VR”
 Thermistor, yaitu tipe resistor variable yangnilairesistansinya akan berubah mengikuti
suhu disekitar resistor. Thermistor terdiri dari 2 jenis yaitu NTC dan PTC. Untuk lebih
detilnya thermistor akan dibahas dalam artikel yang lain.
 LDR (Light Depending Resistor), yaitu tipe resistor variabel yang nilai resistansinya
akan berubah mengikuti cahaya yang diterima oleh LDR tersebut.
Jenis-jenis resistor tetap dan variable diatas akan dibahas lebih detil dalam artikel yang lain.
Menghitung Nilai Resistor

Nilai resistor dapat diketahui dengan kode warna dan kode huruf pada resistor. Resistor dengan
nilai resistansi ditentukan dengan kode warna dapat ditemukan pada resistor tetap dengan
kapasitas daya rendah, sedangkan nilai resistor yang ditentukan dengan kode huruf dapat ditemui
pada resistor tetap daaya besar dan resistor variable.
Kode Warna Resistor

Cicin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 ring 5 dan 6 ring warna. Dari cicin warna
yang terdapat dari suatu resistor tersebut memiliki arti dan nilai dimana nilai resistansi resistor
dengan kode warna yaitu :

1. Resistor Dengan 4 Cincin Kode Warna


Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3 merupakan faktor
pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai toleransi resistor.
2. Resistor Dengan 5 Cincin Kode Warna
Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 4 merupakan
faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi resistor.
3. Resistor Dengan 6 Cincin Warna
Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin warna
dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan coefisien temperatur yaitu
temperatur maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut.
Kode Huruf Resistor
Resistor dengan kode huruf dapat kita baca nilai resistansinya dengan mudah karenanilia
resistansi dituliskan secara langsung. Pad umumnya resistor yang dituliskan dengan kode huruf
memiliki urutan penulisan kapasitas daya, nilai resistansi dan toleransi resistor. Kode huruf
digunakan untuk penulisan nilai resistansi dan toleransi resistor.

Kode Huruf Untuk Nilai Resistansi :


 R, berarti x1 (Ohm)
 K, berarti x1000 (KOhm)
 M, berarti x 1000000 (MOhm)
Kode Huruf Untuk Nilai Toleransi :
 F, untuk toleransi 1%
 G, untuk toleransi 2%
 J, untuk toleransi 5%
 K, untuk toleransi 10%
 M, untuk toleransi 20%
Dalam menentukan suatu resistor dalam suatu rangkaian elektronika yang harus diingat selain
menentukan nilai resistansinya adalah menentukankan kapasitas daya dan toleransinya. Hal ini
berkaitan dengan harga jual resistor dipasaran dan luas area yang dibutuhkan dalam
meletakan resistor pada rangkaian elektronika. Untuk jenis-jenis resistor keperluan khusus dan
resistor dengan karakteristik khusus akan dibahas dalam artikel lain.
Gambar dan Simbol Resistor :

Sumber : http://teknikelektronika.com

2. KAPASITOR

komponen elektronika yang dapat menyimpan energi arus listrik itulah kapasitor. Alessandro
Volta adalah seorang ilmuwan dari negara Italia pernah menyatakan bahwa "semua benda yang
dapat menyimpan energi disebut condensatore". Oleh karena itu kapasitor yang memiliki ukuran
besar dalam mikrofarad (uF), sering disebut kondensator. Kapasitor disebut komponen pasif
karena akan bekerja ketika diberi arus listrik, besar energi yang disimpan oleh sebuah kapasitor
ditentukan oleh besar nilai kapasitor dan waktu pengisian kapasitor.

Konstruksi dasar dari sebuah kapasitor dibuat dari 2 lempengan plat logam yang dipasang sejajar
tetapi tidak saling berhubungan, lempengan tersebut disekat/diisolasi oleh lapisan bahan
dielektrik, Jenis bahan dielektrik inilah yang menentukan spesifikasi dan juga nama dari jenis
kapasitor tersebut, seperti: mika, polyster, keramik, dan gel cair seperti yang digunakan pada
electrolit kapasitor (ELKO). Lempengan plat logam dibentuk sesuai dengan model kapasitor,
sedangkan besar nilai kapasitansi dan rating tegangan kapasitor ditentukan oleh
konstruksi lempengan plat logam dan lapisan isolasi (Dielektrik).
Konstruksi kapasitor

Cara Kerja Kapasitor

Jika muatan positip (+) diberikan pada salah satu plat dan plat yang lain diberi muatan negatip (-)
maka sifat muatan pada kondisi ini akan saling tarik menarik, tetapi karena adanya lapisan isolasi
elektron-elektron itu tertahan dan tidak akan pernah mengalir, sehingga muatan listrik akan
terjebak pada masing-masing plat dan terserap keseluruh kepingan plat, kepingan plat
membutuhkan waktu untuk mengisi muatan (Charge) sehingga mencapai tegangan maksimum
yang diberikan, dan selama tidak ada rangkaian konduksi yang dapat menarik atau
mengeluarkan muatan listrik dari kapasitor, muatan listrik akan terus tersimpan pada kapasitor.

Sifat Kapasitor

Kapasitor bersifat menahan arus DC dan melewatkan arus AC. Jika dialiri arus DC makaarus
akan diserap oleh kapasitor sehingga mencapai tegangan maksimum power supply (Full
Charge), dan karena dihalangi oleh lapisan isolasi yang bersifat non konduktif, arus DC tidak
akan pernah tembus mengalir pada kapasitor.. Dan ketika kapasitor dialiri arus AC maka lapisan
isolasi dapat ditembus oleh perubahan elektron dari sinyal ac dengan resistansi yang sangat
kecil bahkan tidak ada resistansi (tanpa tahanan) dan sering digunakan sebagai kopling pada
rangkaian audio.

Jenis dan Simbol Kapasitor

Non Polar Adalah jenis kapasitor tanpa polaritas, artinya pemasangan dibolak-balik tidak
masalah. Kapasitor jenis ini umumnya memiliki nilai kapasintansi yang kecil antara pikofarad
dan nanofarad. Contoh kapasitor non polar adalah: kapasitor keramik, mika, dan
polyester.Bipolar Adalah jenis kapasitor yang memiliki polaritas positif dan negatif. Hati-hati
saat pemasangan kapasitor jenis ini karena jika dipasang terbalik akan merusak kapasitor bahkan
bisa menimbulkan ledakan. Contoh kapasitor bipolar adalah: Elektrolit kapasitor (ELKO), dan
kapasitor tantalum.Variable kapasitor Kapasitor ini umumnya jenis nonpolar, biasa dipakai untuk
penalaan radio frekuensi pada rangkaian oscilator, contoh kapasitor ini adalah: VARCO
dan kapasitor trimer.
Nilai Kapasitansi
Michael Faraday adalah penemu kapasitor, mungkin oleh karena itu nama beliau diabadikan
sebagai nilai satuan kapasitor yaitu farad sebagai penghargaan terhadap hasil penemuannya.
Namun nilai farad pada kapasitor adalah nilai kapasitansi yang sangat besar sehingga untuk
mendukung kebutuhan komponen kapasitor pada rangkaian elektronik maka dibuatlah nilai yang
lebih kecil sebagai berikut:
0,000000000001F = 1pf (piko farad)
0,000000001F = 1nf (nano farad)
0,000001F = 1mf (mikrofarad)

Rangkaian Seri-Paralel Kapasitor


Rangkaian kapasitor bisa dibuat secara seri atau paralel,sehingga dapat menghasilkan nilai
kapasitansi baru yang tidak ada dipasaran.

Untuk menghitung total kapasitansi rangkaian seri berlaku rumus:

Ctotal (Ct) = 1/C1+1/C2+1/C3

Dan untuk menghitung total kapasitansi rangkaian parallel berlaku rumus:

Ctotal (Ct) = C1+C2+C3


Sumber : http://teknikelektronika.com

3. Thyristor

Thyristor berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘pintu’. Sifat dan cara kerja komponen ini
memang mirip dengan pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk melewatkan arus listrik.
Thyristor merupakan salah satu tipe devais semikonduktor daya yang paling penting dan telah
banyak digunakan secara ekstensif pada rangkaian daya . Thyristor biasanya digunakan sebagai
saklar/bistabil, beroperasi antara keadaan non konduksi ke konduksi. Pada banyak aplikasi,
thyristor dapat diasumsikan sebagai saklar ideal akan tetapi dalam prakteknya thyristor memiliki
batasan karakteristik tertentu. Beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT
(Programmable Uni-junction Transistor), UJT (Uni-Junction Transistor ), GTO (Gate Turn Off
Thyristor), SCR (Silicon Controlled Rectifier), LASCR (Light Activated Silicon Controlled
Rectifier), RCT (Reverse Conduction Thyristor), SITH (Static Induction Thyristor), MOS-
Controlled Thyristor (MCT).
Gambar 1 Thyristor

Struktur Thyristor

Ciri dari sebuah thyristor adalah komponen yang terbuat dari bahan semiconductor silicon.
Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction yang dimilikinya lebih kompleks
dibanding transistor bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih digunakan sebagai saklar
(switch) daripada sebagai penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.

Gambar 2 Struktur Thyristor

Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Sebuah thyristor dapat bekerja dan dapat disimulasikan terdiri dari sebuah resistor R on, Sebuah
induktor Lon, sebuah sumber tegangan DC V yang terhubung seri dengan Switch (SW). SW
dikontrol oleh signal Logic yang yang bergantung pada tegangan Vak, arus Iak dan signal Gate
(G). Simulasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Simulasi Operasi Thyristor

Jika dipilah, struktur ini dapat dilihat sebagai dua buah struktur junction PNP dan NPN yang
tersambung di tengah. Ini tidak lain adalah dua buah transistor PNP dan NPN yang tersambung
pada masing-masing kolektor dan base. Jika divisualisasikan sebagai transistor Q1 dan Q2, maka
struktur thyristor ini dapat diperlihatkan seperti pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4 Visualisasi dengan


transistor

Kolektor transistor Q1 tersambung pada base transistor Q2 dan sebaliknya kolektor transistor Q2
tersambung pada base transistor Q1. Rangkaian transistor yang demikian menunjukkan adanya
loop penguatan arus di bagian tengah. Dimana diketahui bahwa Ic = BIb, yaitu arus kolektor
adalah penguatan dari arus base. Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir pada base
transistor Q2, maka akan ada arus Ic yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini
merupakan arus base Ib pada transistor Q1, sehingga akan muncul penguatan pada pada arus
kolektor transistor Q1. Arus kolektor transistor Q1 tdak lain adalah arus base bagi transistor Q2.
Demikian seterusnya sehingga makin lama sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah
akan mengecil dan hilang. Tertinggal hanyalah lapisan P dan N di bagian luar.

Jika keadaan ini tercapai, maka struktur yang demikian todak lain adalah struktur dioda PN
(anoda-katoda) yang sudah dikenal. Pada saat yang demikian, disebut bahwa thyristor dalam
keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda menuju katoda seperti layaknya sebuah
dioda.
Karakteristik Thyristor

Karakteristik Thyristor dapat dilihat pada Gambar 4. Karaktristik tegangan versus arus ini
diperlihatkan bahwa thyristor mempunyai 3 keadaan atau daerah, yaitu :

1. Keadaan pada saat tegangan balik (daerah I)


2. Keadaan pada saat tegangan maju (daerah II)
3. Keadaan pada saat thyristor konduksi (daerah III)

Gambar 5 Karakterisitik Thyristor

Pada daerah I, thyristor sama seperti diode, dimana pada keadaan ini tidak ada arus yang
mengalir sampai dicapainya batas tegangan tembus (Vr). Pada daerah II terlihat bahwa arus tetap
tidak akan mengalir sampai dicapainya batas tegangan penyalaan (Vbo). Apabila tegangan
mencapai tegangan penyalaan, maka tiba – tiba tegangan akan jatuh menjadi kecil dan ada arus
mengalir. Pada saat ini thyristor mulai konduksi dan ini adalah merupakan daerah III. Arus yang
terjadi pada saat thyristor konduksi, dapat disebut sebagai arus genggam (IH = Holding Current).
Arus IH ini cukup kecil yaitu dalam orde miliampere. Untuk membuat thyristor kembali off,
dapat dilakukan dengan menurunkan arus thyristor tersebut dibawah arus genggamnya (IH) dan
selanjutnya diberikan tegangan penyalaan.

Secara umum, aplikasi Thyristor adalah :

• Mengontrol kecepatan dan frekuensi


• Penyearahan
• Pengubahan daya
• Manipulasi robot
• Kontrol temperatur
• Kontrol cahaya
SCR (Silicon Controlled Rectifier).

SCR mempunyai tiga elektroda, yaitu anoda (A), katoda (K), dan gate (G).
SCR adalah komponen yang bersifat unidirectional. Apabila pada anoda terdapat tegangan DC
positif dan pada gate diberi tegangan kecil (disebut tegangan trigger, VGT) atau dialiri sedikit
arus (disebut arus trigger, IGT), maka SCR akan menghantar (disebut forward-condition atau
On-condition).Tegangan DC pada anoda akan dihantarkan ke katoda dan pada SCR mengalir
arus DC.Jika gate tidak dialiri arus, SCR akan menyumbat/tidak menghantar (disebut forward-
blocking atau Off-condition). Anoda-katoda SCR akan menjadi menghantar hanya jika pada gate
diberi tegangan yang lebih positif terhadap katoda.
Ketika SCR telah berada pada on-condition dan arus yang mengalir antara anoda-katoda telah
mencapai taraf “IL” (arus latching) maka SCR akan “menghantar-terkunci” (latching-on), yaitu
keadaan di mana SCR menghantar terus meskipun aliran arus gate sudah tidak diberikan lagi.
Apabila pada anoda terdapat tegangan AC dan pada gate dialiri sedikit arus, maka SCR akan
menghantarkan tegangan, namun hanya pada bagian denyut-denyut positifnya saja. Atau dengan
kata lain, SCR menyearahkan tegangan AC tersebut.

Triac (Triode for Alternating-Current).

Triac mempunyai tiga elektroda, yaitu MT1 (Main-Terminal 1), MT2 (Main-Terminal 2), dan
gate (G). Tidak seperti SCR, Triac adalah komponen yang bersifat bi-directional.
Triac seolah dua SCR yang diparalel dalam susunan saling terbalik. Apabila pada MT1 terdapat
tegangan AC dan pada gate diberi tegangan ac kecil, Triac akan menghantar. Setiap belahan
tegangan ac pada gate (positif atau negatif) dapat men-trigger Triac agar menghantar.
Tegangan AC pada MT2 akan dihantarkan ke MT1, dan pada Triac pun mengalir arus AC.

AGT (Anode Gate Thyristor).


AGT mirip dengan SCR dan cara kerjanya pun demikian, namun pemberian polaritas tegangan
gate-nya terbalik karena AGT diperuntukkan sebagai penghantar (atau penyearah) tegangan
negatif. Apabila pada katoda terdapat tegangan DC negatif dan pada gate diberi tegangan negatif
kecil atau dialiri sedikit aliran arus negatif, maka AGT akan menghantar (On-condition).
AGT akan menghantar (on-condition) adalah apabila gate-nya diberi tegangan yang lebih negatif
terhadap anoda. Tegangan negatif di katoda akan dihantarkan ke anoda dan pada AGT pun
mengalir arus DC-.

LASCR (Light Activated SCR).

LASCR adalah SCR khusus yang mempunyai tambahan elemen peka cahaya di badannya.
Cara kerja LASCR sama saja dengan SCR, namun dengan adanya tambahan elemen peka cahaya
maka LASCR dapat juga di-trigger agar menghantar melalui intensitas cahaya yang menerpanya,
selain dari tegangan/arus trigger yang diberikan kepada gate-nya.

Quadrac.
Quadrac adalah Triac yang sudah terangkai di dalamnya dioda Diac untuk pen-trigger-an
(penyulutan) gate-nya.

MCT (MOS Controlled Thyristor).

MCT adalah thyristor yang mempunyai gate MOS (Metal-Oxyde Semiconductor), yaitu gate
sebagaimana yang terdapat pada transistor MOSFET dan IGBT. Dengan perlengkapan gate
MOS, MCT dapat dioperasikan untuk on-condition dan off-condition (sebagai switch) dengan
tegangan gate yang lebih fleksibel namun arus yang dibutuhkannya sangat kecil.
MCT ada dua jenis, yaitu tipe N dan tipe P.
GTO (Gate Turn-off Thyristor).

GTO adalah thyristor yang keadaan menghantarnya (on-condition) dipicu oleh impuls tegangan
positif pada gate-nya. Apabila telah menghantar, GTO dapat dipadamkan (off-condition) dengan
memberikan tegangan negatif atau aliran arus negatif ke gate-nya.
Operasional GTO tampak lebih fleksibel dibanding SCR, namun kemampuan menangani
dayanya bisa besar juga. GTO dibuat dalam beberapa varian, di antaranya : MA-GTO (Modified
Anode GTO), DB-GTO (Distributed Buffer GTO).

GCT (Gate Commutated Thyristor).

GCT atau IGCT (Integrated Gate Commutated Thyristor) adalah pengembangan langsung dari
GTO, yaitu thyristor yang cara kerjanya sama saja dengan GTO, namun mempunyai “delay-
time” untuk on-condition dan off-condition yang lebih lebar ketika gate-nya mendapatkan impuls
positif atau impuls negatif. Dalam banyak penerapan, konon GCT lebih meminimalisir kerugian
“switching”. GCT pun tidak satu model, pembuatannya disesuaikan dengan keperluan dalam
penerapannya. Telah ada tiga GCT yang dibuat sesuai keperluan penggunaannya : Symmetrical
GCT, Asymmetrical GCT, dan Reverse Conducting GCT.

ETO (Emitter Turn-off Thyristor).

ETO adalah hasil pengembangan dari GTO juga. ETO dibuat sebagai GTO yang mempunyai
penambahan seri struktur MOSFET di dalamnya, sehingga dapat lebih baik dalam penerapan
tegangan tinggi dan pengemudian gate-nya lebih mudah (dengan gate MOS) karena hanya
membutuhkan arus yang kecil. Selain itu ETO juga dapat menangani frekwensi switching yang
lebih tinggi. Pada kelanjutannya, ETO terus dikembangkan lagi sehingga ada ETO yang
mempunyai dua elektroda gate (di samping elektroda utama, yaitu anoda dan katoda) dan ada
pula ETO yang mempunyai sistem kontrol pada gate yang lebih rumit.
Thyristor memang telah banyak ragamnya dan semakin hari semakin berkembang. Contoh
Thyristor lainnya adalah : RCT (Reverse Conducting Thyristor), SUS (Silicon Unilateral
Switch), SBS (Silicon Bilateral Switch), SCS (Silicon Controlled Switch), SITh (Static Induction
Thyristor), dan lain-lain. Sejak pertamakali dibuat, Thyristor telah menjadi komponen “Power
Semiconductor Devices” penting dalam distribusi, konversi dan penyaluran daya besar. Kini,
pengembangan Thyristor lebih banyak terkait dengan hal-hal tersebut.
Banyak perusahaan semikonduktor terkenal berusaha untuk membuat inovasi dan menawarkan
produk dengan “brand-name” thyristor-nya nya masing-masing, sebagaimana dahulu perusahaan
General Electric memulai menawarkan produk dengan brand-name : SCR.
Kadang, lain perusahaan lain pula brand-name yang diberikan meskipun barangnya sebenarnya
itu-itu juga

Sumber : https://abisabrina.wordpress.com/

4. Dioda

Dioda Dioda adalah dasar komponen aktif yang memiliki


polaritas Positif (Anoda) dan Negatif (Katoda) sehingga Arus yang mengalir pada dioda hanya
bersifat satu arah saja yaitu forward bias jika anoda diberi bias positip dan katoda diberi bias
negatip, tetapi pada kondisi reverse bias yaitu anoda diberi tegangan negatif dan katoda diberi
positif arus tidak akan mengalir atau diblok oleh dioda. Ada dua macam dioda yang kita kenal
yaitu dioda germanium dan dioda silikon, dinamakan demikian karena dioda dibuat dari bahan
germanium dan silikon, bahan tersebut termasuk bahan semikonduktor, sehingga dioda disebut
juga komponen semikonduktor.
Dioda memiliki wilayah "P atau N", silikon atau germanium sebagai bahan dasar dioda diberikan
campuran bahan kotoran sebagai dopping. Wilayah "P" dioda diberikan campuran kotoran
seperti alumunium atau boron dan wilayah "N" diberikan campuran bahan kotoran seperti posfor.
Besar jumlah campuran kotoran ini ditentukan saat pembuatannya, dan akan berpengaruh pada
spesifikasi dari dioda tersebut seperti rating tegangan, arus, temperatur, waktu switching dll.
Pemisahan dua wilayah P dan wilayah N pada dioda disebut "PN Junction", untuk lebih jelas
mengenai ini silahkan baca artikel mengenai bahan semikonduktor.

Cara kerja dioda


Cara kerja dioda dapat digambarkan seperti sebuah saklar/switch, ketika dioda diberi tegangan
positip pada anoda dan tegangan negatip pada katoda (forward bias), maka dioda bekerja seperti
saklar tertutup (ON), arus akan mengalir melewati dioda. Namun jika tegangan negatip diberikan
pada anoda dan tegangan positip diberikan pada katoda (reverse bias), maka ini seperti saklar
terbuka(OFF) dan arus tidak bisa melewati dioda. Kondisi seperti itu adalah kondisi kerja ideal
sebuah dioda secara teori, namun kenyataan secara praktek berbeda. Hal tersebut dapat
digambarkan seperti grafik dibawah ini:
Karakteristik Dioda

Dioda akan bekerja seperti saklar ketika diberikan tegangan DC seperti yang dijelaskan diatas,
pemberian tegangan DC pada kaki-kaki dioda ini disebut Bias. Ketika dioda dipasang forward
bias dioda memiliki tegangan drop sebesar 0,7V untuk dioda silikon dan 0,3V untuk dioda
germanium. Sehingga arus yang mengalir pada dioda akan terpotong sebesar drop tegangan
dioda. Dan pada kondisi reverse bias dioda memiliki batas tegangan breakdown dimana jika
tegangan yang diberikan pada dioda melebihi batas maksimum tegangan breakdown, akan terjadi
kebocoran arus bahkan bisa merusak dioda tersebut. Contoh tegangan breakdown dioda 4001=
50V, 4002=100V, 4003=200V, 4004=400V, 4005=600V, 4006=800V dan 4007=1000V.
Sumber : http://teknikelektronika.com

5. TRANSISTOR

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan
penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya.
Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau
tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit
sumber listriknya.

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektor (C).
Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan
tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus
output Kolektor.

Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam
rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Rangkaian analog melingkupi
pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-
rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor
juga dapat dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi
rangkaian-rangkaian lainnya.

Bahan dasar pembuatan transistor itu sendiri atara lain Germanium, Silikon, Galium Arsenide.
Sedangkan kemasan dari transistor itu sendiri biasanya terbuat dari Plastik, Metal, Surface
Mount, dan ada juga beberapa transistor yang dikemas dalam satu wadah yang disebut IC
(Intregeted Circuit).

Fungsi Transistor

Fungsi Transistor sangat berpengaruh besar di dalam kinerja rangkaian elektronika. Karena di
dalam sirkuit elektronik, komponen transistor berfungsi sebagai jangkar rangkaian. Transistor
adalah komponen semi konduktor yang memiliki 3 kaki elektroda, yaitu Basis (B), Colector (C)
dan Emitor (E). Dengan adanya 3 kaki elektroda tersebut, tegangan atau arus yang mengalir pada
satu kaki akan mengatur arus yang lebih besar untuk melalui 2 terminal lainnya.

Fungsi Transistor Lainnya :

Sebagai penguat amplifier. Sebagai pemutus dan penyambung (switching). Sebagai


pengatur stabilitas tegangan. Sebagai peratas arus. Dapat menahan sebagian arus yang
mengalir. Menguatkan arus dalam rangkaian. Sebagai pembangkit frekuensi rendah ataupun
tinggi.

Jika kita lihat dari susuan semi konduktor, Transistor dibedakan lagi menjadi 2 bagian, yaitu
Transistor PNP dan Transistor NPN. Untuk dapat membedakan kedua jenis tersebut, dapat kita
lihat dari bentuk arah panah yang terdapat pada kaki emitornya. Pada transistor PNP arah panah
akan mengarah ke dalam, sedangkan pada transistor NPN arah panahnya akan mengarah ke luar.
Saat ini transistor telah mengalami banyak perkembangan, karena sekarang ini transistor sudah
dapat kita gunakan sebagai memory dan dapat memproses sebuah getaran listrik dalam dunia
prosesor komputer.

Dengan berkembangnya fungsi transistor, bentuk dari transistor juga telah banyak mengalami
perubahan. Salah satunya telah berhasil diciptakan transistor dengan ukuran super kecil yang
hanya dalam ukuran nano mikron (transistor yang sudah dikemas di dalam prosesor komputer).
Karena bentuk jelajah tegangan kerja dan frekuensi yang sangat besar dan lebar, tidak heran
komponen ini banyak digunakan didalam rangkaian elektornika. Contohnya adalah transistor
pada rangkaian analog yang digunakan sebagai amplifier, switch, stabilitas tegangan dan lain
sebagainya. Tidak hanya di rangkaian analog, pada rangkaian digital juga terdapat transistor
yang berfungsi sebagai saklar karena memiliki kecepatan tinggi dan dapat memproses data
dengan sangat akurat.

Jenis-jenis Transistor

Jenis-Jenis Transistor ada beberapa macam dan bagi orang-orang yang berkecimpung dalam
dunia elektronika mungkin tidak asing lagi ketika mendengar kata transistor. Tapi bagi orang-
orang non-elektro mungkin akan terasa asing dengan istilah transistor. Transistor dalam
pengertian yang sangat sederhana adalah seperti kran air. Transistor ini adalah sebuah alat
semikonduktor yang bisa digunakan sebagai penguat, sebagai sirkuit penyambung maupun
pemutus, menstabilkan tegangan dan lain sebagainya. Jenis transistor pada umumnya terbagi
hanya menjadi dua jenis saja yaitu jenis transistor bipolar atau dua kutub dan transistor efek
medan atau juga dikenal sebagai Field Effect Transistor (FET). Tiap-tiap dari jenis transistor ini
dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil sebagaimana yang akan dijelaskan pada paragraf
berikutnya.

Transistor yang pertama adalah transistor bipolar atau dwi kutub. Transistor bipolar termasuk
salah satu dari jenis-jenis transistor yang paling banyak digunakan dalam suatu rangkaian
elektronika. Sedangkan pengertian dari transistor bipolar itu sendiri adalah transistor yang
memiliki dua buah persambungan kutub. Sedangkan jenis transistor bipolar dibagi lagi menjadi
tiga bagian lapisan material semikonduktor yang kemudian membedakan transistor bipolar
kedalam dua jenis yaitu transistor P-N-P (Positif-Negatif-Positif) dan transistor N-P-N (Negatif-
Positif-Negatif). Masing-masing kaki dari jenis transistor ini mempunyai nama seperti B yang
berarti Basis, K yang berarti Kolektor serta E yang berarti Emiter. Sedangkan untuk fungsi
transistor bipolar adalah sebagai regulator arus listrik.

Transistor kedua yang paling banyak digunakan dari berbagai jenis-jenis transistor yang ada
adalah transistor efek medan (FET). Transistor jenis ini sama seperti transistor bipolar yang
memiliki tiga kaki. Tiga kaki terminal yang dimiliki oleh transistor efek medan adalah Drain (D),
Source (S), dan Gate (G). Transistor efek medan ini atau dikenal pula dengan istilah transistor
unipolar memiliki hanya satu buah kutub saja. Sedangkan cara kerja dari transistor efek medan
ini adalah mengatur dan mengendalikan aliran elektron dari Source ke Drain melalui tegangan
yang diberikan pada Gate. Hal inilah yang membedakan antara fungsi transistor efek medan
dengan fungsi transistor bipolar pada penjelasan diatas.
Dari sajian kali ini dapat disimpulkan bahwa antara transistor bipolar dengan transistor efek
medan mempunyai perbedaan yang cukup signifikan dalam cara kerja dan fungsinya. Transistor
bipolar yang sebagai regulator arus listrik mengatur besar kecilnya arus listrik yang melalui
Emiter yang kemudian berlanjut kepada Basis untuk menentukan seberapa besar arus yang
diberikan kepadanya. Sedangkan transistor efek medan mengendalikan elektron dari Source ke
Drain melalui tegangan yang diberikan pada Gate. Lalu adakah cara termudah untuk mengetahui
dan menentukan jenis-jenis transistor? Cara termudahnya adalah dengan menggunakan alat
ohmmeter jika anda ingin menentukan suatu jenis transistor. Cukup letakkan kaki negatif dari
ohmmeter ke katoda dan kaki positif ke anoda.

Karakteristik Transistor

Kurva karakteristik kolektor merelasikan IC dan VCE dengan IB sebagai parameter. Parameter-
parameter transistor tidaklah konstan, meskipun tipe sama namun parameter dapat berbeda.
Kurva kolektor terbagi menjadi tiga daerah yaitu jenuh, aktif dan cut- off.
Daerah jenuh (saturasi) adalah daerah dengan VCE kurang dari tegangan lutut (knee) VK.
Daerah jenuh terjadi bila sambungan emiter dan sambungan basis berprasikap maju. Pada daerah
jenuh arus kolektor tidak bergantung pada nilai IB. Tegangan jenuh kolektor � emiter, VCE(sat)
untuk transistor silikon adalah 0,2 volt sedangkan untuk transistor germanium adalah 0,1 volt.

Daerah aktif adalah antara tegangan lutut VK dan tegangan dadal (break down) VBR serta di
atas IBICO. Daerah aktif terjadi bila sambungan emiter diberi prasikap maju dan sambungan
kolektor diberi prasikap balik. Pada daerah aktif arus kolektor sebanding dengan arus balik.
Penguatan sinyal masukan menjadi sinyal keluaran terjadi pada saat aktif.

Daerah cut-off (putus) terletak dibawah IB = ICO. Sambungan emiter dan sambungan kolektor
berprasikap balik. Pada daerah ini IE = 0 ; IC = ICO = IB.

Cara Kerja Transistor

Prinsip dasar dari kerja transistor adalah tidak akan ada arus antara colektor dan emitor apabila
pada basis tidak diberi tegangan muka atau bias. Bias pada basis ini biasanya diikuti dengan
sinyal-sinyal atau pulsa listrik yang nantinya hendak dikuatkan, sehingga pada kolektor, sinyal
yang di inputkan pada kaki basis telah dikuatkan. Kedua jenis transistor baik NPN ataupun PNP
memiliki prinsip kerja yang sama.

Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar transistor, bipolar
junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect transistor (FET), yang masing-
masing bekerja secara berbeda.

Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua
polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus
listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone, dan
ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran
arus utama tersebut.

FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis pembawa muatan
(elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus listrik utama mengalir dalam
satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan
transistor bipolar dimana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari
daerah perbatasan ini dapat diubah dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah
ketebalan kanal konduksi tersebut.

Cara Mengukur Transistor memang cukup awam dan tidak diketahui oleh banyak orang. Akan
tetapi mengetahui cara mengukur sebuah transistor sangatlah penting untuk dilakukan secara
rutin. Hal ini bisa digunakan sebagai sebuah indikasi apakah transistor tersebut masih dalam
keadaan yang baik dan layak untuk digunakan maupun tidak. Dalam mengukur sebuah transistor
kita bisa menggunakan dua macam alat bantu yaitu multimeter analog dan multimeter digital.
Cara mengukur transistor dengan menggunakan bantuan alat ini tergolong gampang dan mudah
untuk dilakukan. Hasil yang didapatkan pun sangatlah akurat dalam menentukan kelayakan
sebuah transistor. Oleh karena itu kedua alat ini menjadi primadona bagi orang-orang yang
berkecimpung dalam dunia elektro. Berikut akan dijelaskan bagaimana cara untuk mengukur
transistor dengan menggunakan kedua alat tersebut.

Cara mengukur transistor yang pertama adalah dengan menggunakan multimeter analog. Di
dalam pengukurang transistor yang menggunakan multimeter analog pun dibedakan menjadi dua
macam tipe yaitu Positif-Negatif-Positif (PNP) dan Negatif-Positif-Negatif (NPN). Untuk tipe
PNP, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah atur posisi saklar pada posisi Ohm x1k atau
10k. Kemudian sambungkan probe merah pada terminal Basis dan probe hitam pada terminal
Emitor. Jika jarum bergerak ke kanan maka transmitor dalam keadaan yang layak pakai.
Langkah yang terakhir pindahkan probe hitam ke terminal Colector dan jika jarum masih tetap
bergerak ke kanan berarti transmitor dalam keadaan baik. Lakukan langkah yang sama untuk tipe
NPN. Cukup pindahkan probe hitam ke terminal Basis dan probe merah ke terminal Emitor serta
memasukkan probe merah pada terminal Colector.

Sedangkan dalam cara mengukur transistor menggunakan multimeter digital kurang lebih sama
dengan multimeter analog. Untuk multimeter digital cara pengukurannya dilakukan secara
terbalik dari multimeter analog. Mungkin langkah yang berbeda hanyalah pada langkah awalnya.
Jika langkah awal pada transistor analog adalah memposisikan saklar pada posisi Ohm x1k atau
10k, maka multimeter digital adalah mengatur posisi saklar pada posisi dioda (Ohm x1k atau
x100k). Pada prinsipnya multimeter digital ini memiliki fungsi untuk mengukur dioda dan
resistensi dalam saklar yang sama. Untuk menentukan apakah transistor tersebut masih baik atau
tidak, maka tampilan pada multimeter digital harus menunjukan nilai Voltage tertentu. Secara
garis besar baik multimeter analog maupun multimeter digital tidak mempunyai perbedaan yang
signifikan.

Sumber : http://teknikelektronika.com
SUMBER PUSTAKA

http://zonaelektro.net/resistor-karakteristik-nilai-dan-fungsinya/.html

http://www.afdhalilahi.com/2016/10/karakteristik-dan-cara-kerja-transistor.html

http://elektrocode.blogspot.co.id/2015/03/resistor-arti-fungsi-dan-cara-kerjanya.html

http://wahanaelektronika.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-dan-cara-kerja-dioda.html

http://bagi-ilmu-elektronika.blogspot.co.id/2015/02/teori-kapasitor-jenis-rumus-dan-cara-
kerja.html

http://www.elektronikaspot.com/2016/09/mengenal-thyristor.html

https://andihasad.com/2011/11/15/thyristor/

You might also like