You are on page 1of 19

Bab 8

Edwin Ray Guthrie

Konsep Teoretis Utama


Satu Hukum Belajar
Belajar Satu Percobaan
Prinsip Kebaruan
Stimuli yang DihasIkan oleh Gerakan
Mengapa Praktik Latihan Meningkatkan Performa?
Sifat Penguatan
Eksperimen Guthrie-Horton
Lupa
Ringkasan Teori Guthrie
Cara Memutus Kebiasaan
Membelokkan Kebiasaan
Hukuma n
Ringkasan Pendapat Guthrie tentang Hukuman
Dorongan
Niat
Transfer Training
Formalisasi Teori Guthrie oleh Voeks
Penda pat Guthrie tentang Pendidikan
Evaluasi Teori Gut hrie
Kontribusi
Kritik

Guthrie lahir pada 1886 dan meninggal pada 1959. Dia adalah profesor psikologi di University of
Washington dari 1914 sampai pensiun pada 1956. Karya dasarnya adalah The Psycholoy of Learning,
yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952. Gaya tulisannya mudah diikuti, penuh humor,
dan menggunakan banyak kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau
persarnaan matematika, dan dia sangat yakin bahwa teorinya—atau teori iLmiah apa saja—harus
dikemukakan dengan cara yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru. Dia sangat menekankan pada
aplikasi praktis dan gagasannya dan dalam hal ini dia mirip dengan Thorndike dan Skinner. Dia
sebenarnya bukan eksperimentalis meskipun dia jelas punya pandangan dan orientasi eksperimental.
Bersama dengan Horton, dia hanya melakukan satu percobaan yang terkait dengan teori belajarnya
dan kita akan mendiskusikan percobaan ini. Tetapi dia jelas seorang behavioris. Dia bahkan
menganggap teoretisi seperti Thorndike, Skinner, Hull, Pavlov, dan Watson masih sangat subjektif
dan dengan menerapkan hukurn parsimoni secara hati-hati akan dimungkinkan untuk menjelaskan
semua fenomena belajar dengan menggunakan satu prinsip. Seperti yang akan kita diskusikan di
bawah, satu prinsip ini adalah hukum asosiasi Aristoteles. Karena alasan inilah kami menempatkan
teori behavioristik Guthrie dalam paradigma asosiasionistik.
KONSEP TEORETIS UTAMA
Satu hukum Belajar
Sebagian besar teori belajar dapat dianggap sebagai usaha untuk menentukan kaidah yang
mengatur terjadinya asosiasi antara stimuli dan respons. Guthrie (1952) berpendapat bahwa kaidah
yang dikemukakan oleh para teoretisi seperti Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet dan tak perlu,
dan sebagai penggantinya dia mengusulkan satu hukum belajar, law of contigiuty hukum kontiguitas).
yang dinyatakannya sebagai berikut: Kombinasi stimuli yang mengiringi suatu gerakan akan
cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadiannya berulang. Perhatikan bahwa di sini tidak
dikatakan tentang “gelombang konfirmasi” atau penguatan atau efek menyenangkan” (h. 23). Cara
lain menyatakan hukum kontiguitas adalah jika Anda melakukan sesuatu dalam situasi tertentu, pada
waktu lain saat Anda dalam situasi itu Anda cenderung akan melakukan hal yang sama.
(iurhrie 1952) menjelaskan. kendari hukuni konriguitas mungkin benar naintin prediksi perilakunva
scialu hersifar kemungkinan (probabilistik):
Walaupun prinsip yang baru kami kmukakan cukup ringkas dn sederhana, namun prinsip itu
tidak akan jelas tanpa diberi penjelasan yang cukup. Kata “cenderung” dipaka) di sini karena perilaku
subjek selalu bervariasi menurut kondisi. ‘Tendensi-tendensi” yang saling bertentangan atau
“tendensi-tendensi” yang tidak kompatibel selalu ada. Akibat dan satu stimulus atau pola stimulus
tidak dapat diprediksi dengan pasti karena ada stimulus lain dalarn situasi keseluruhan, namun dengan
pernyataan ni kami tidak membanggakan din bahwa kami memberi alasan yang lebih balk atas
kegagalan dalam prediksi. Tak seorang pun yang pernah mcncatat dan tidak akan ada yang akan
mencatat setiap situasi stimulus secara keseluruhan, itau mengamati setiap situasi keseluruhan,
sehingga menyebutnya sebagai “sebab-sebab” perilaku adalah suatu kekeliruan. (hal. 23)
dalam publikasi terakhirnva sebelum dia meninggal. Guthrie I 1959) merevisi hukum ki im
IgtnI.Isnva nwnjadi, “Apa—apa yang dilihar akan nienjadi sinval unruk apa-apa yang diI akiIL,ul” (h.
I S6). ml adalah cara (iuthrie mengakui hegitu banvaknva jumlah stimuli ang bi iIwlipi ulganisine
pada satu waktu tertentu dan organisme ridak mungkin membenruk lIIhI%I iteliptail semna stimuli
itu. Organisine akan merespons secara selektit pada sebagian I diii %tlinuhi yang dihadapinva, dan
proporsi inilab yang akan diasosiasikan dengan
respon Di sini kita dapat melihat ada kemiripan antara pemikiran Guthrie dengan konsep
Thorndike tentang “prapotensi elemen”, yang juga menyatakan bahwa organisme merespons
secata selektif terhadap aspek-aspek lingkungan yang berbeda beda. Tidak ada yang baru dalam
hukum kontiguitas sebagai prinsip belajar. Seperti telah kami kemLlkan di Bab 3, hukum kontiguitas
berakar dan hukum asosiasi Aristoteles. Namun Guthrie menjadikan hukum kontiguitas sebagai dasar
dan teori belajarnya yang unik.
Belajar Satu Percobaan
Unsur lain dan hukum asosiasi Aristoteles adalah hukum frekuensi, yang menyatakan bahwa
kekuatan asosiasi akan tergantung pada frekuensi kejadiannya. Jika hukum frekuensi dimodifikasi
untuk merujuk pada asosinsi antara respons yang menimbulkan “keadaan yang memuaskan” dengan
kondisi pemicu yang mendahului respons, Thorndike, Skinner, dan Hull akan menerimanya. Semakin
sering suatu respons dikuatkan dalam situasi tertentu akan semakin besar kemungkinan respons itu
akan dilakukan saat situasi itu terjadi lagi. Jika asosiasinya adalah antara CS dan US, Pavlov akan
menerima hukum frekuensi. Sernakin banyak jumlah penyandingan antara CS dan US, semakin besar
respons yang dikondisikan yang diakibarkan oleh CS. Namun prinsip one-trial learning (belajar satu
percobaan) dan Guthrie (1942) menol ak hukum frekuensi sebagai prinsip belajar: “Suatu pola
stimulus mendapatkan kekuatan asosiatif penuh pada saat pertama kali dipasangkan dengan suatu
respons” (h. 30). Jadi, menurut Guthrie. helaar adalah hasil dan kontiguitas anrara satu pola stimulasi
dengan satu respons, dan beta jar akan lengkap (asosasi penuh) hanya setelah penvandingan antara
stimuli dan respons.
Prinsip Kebaruan
Prinsip kontiguitas dan belajar satu percobaan membutuhkan recency principle (prinsip
kebaruan), yang menyatakan bahwa respons yang dilakukan terakhir kali di hadapan seperangkat
stimuli adalah respons yang akan dilakukan ketika kombinasi stimulus itu terjadi lagi di waktu lain.
Dengan kara lain, apa pun yang kita lakukan terakhir kali dalam situasi tertentu akan cenderung kita
lakukan lagi jika situasi itu kita jumpai lagi.
Stimuli yang DihasiLkan oleh Gerakan
Meskipun Guthrie menegaskan keyakiriannya pada hukum kontiguitas di sepanjang
kariernya, dia menganggap akan keliru jika kita menganggap asosiasi yang dipelajari sebagai hanya
asosiasi antara stimuli lingkungan dengan perilaku nyata. Misalnya, kejadian di lingkungan dan
responsnya terkadang dipisahkan oleh satu interval waktu, dan karenanya sulit untuk menganggap
keduanya sebagai terjadi bersamaan. Guthrie memecahkan problem ini dengan mengemukakan
adanya movement-produced stimuli (stimuli yang dihasilkan oleh gerakan), yakni disebabkan oleh
gerakan tubuh. Jika kita mendengar suara dan menengok ke arah suara itu, misalnya, maka otot,
tendon dan sendi bergabung membentuk Stimuli yang berheda dan stimuli eksternal yang
menyebabkan kita menoleh. Fakta penting tentang stimuli yang disebabkan oleh gerakan ini adalah
bahwa respons dapat dikondisikan ke stimuli semacam itu. Yakni, setelah satu respons dipicu oleb
stimuli eksternal, tuhuh itu sendiri menghasilkan stimulus untuk respons selanjutnya dan respons itu
melengkapi stimulus untuk respons selanjutnya, dan seterusnya. Jadi, interval antara kejadian suatu
stimulus eksternal dengan respons akhirnya diisi oleh stimuli yang dihasilkan oleh gerakan.
Pengkondisiannya masih antara kejadian-kejadian yang bersarnaan, namun dalairi heherapa kasus
kontiguitas itu adalah antara stimuli yang dihasilkan nleh gerakan dan perilaku, hukan antara stimuli
eksternal dengan perilaku. Gurhrie (1935 memberi contoh bagaimana dia mcmercayai fungsi stimuli
yang dihasilkan oleh gerakan:
Gerakan seperti mendengar atau menatap tidak akan muncul atau usal secepat kilat.
Dibutuhkan waktu untuk itu. Gerakan itu, setelah dimulai, dipertahankan oleh stimuli. Ketika telepon
berdering kita berdiri dan berlalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita sampai ke pesawat
telepon, suara itu sudah tidak lagi bertindak sebagai stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimuli
dan gerakan kita sendiri menulu pesawat telepon. Satu gerakan diikuti gerakan Iainnya, lalu diikutl
gerakan ketiga, keempat, dan seterusnya. Gerakai, kita membentuk sederetan kebiasaan yang sering
sama. Gerakan-gerakan iii dan stimuli yang d!hasitkan gerakan itu memungkinkan perluason asosiasi
atau pengkondisian. (h. 54)

Mengapa Praktik Latihan Meningkatkan Performa?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Guthrie membedakan antara acts (tindakan) dengan movement
(gerakan). Gerakan adalah kontraksi otot; tindakan terdiri dan berbagai macam gerakan. Tindakan
biasanya didefinisikan dalam term apa-apa yang dicapainya, yakni perubahan apa yang mereka
lakukan dalam lingkungan. Sebagai contoh tindakan, Guthrie menyebut misalnya mengetik surat,
makan pagi, melempar bola, membaca buku, atau menjual mobil. Guthrie Jan Horton (1946)
rnenjelaskan perbaikan sebagai hasil dan latihan (practice) tindakan itu sebagai herikut: Kami
berpendapat bahwa tindakan terdiri dari gerakan-gerakan yang dihasilkan dan kontraksi otot, dan
kontraksi otot-otot inilah yang diprediksi secara langsung oleh pninsip asosiasi. Kamimengasumsikan
bahwa gerakan itu dipengaruhi oleh pengkondisian atau belajar asosiatif dan pengkondisian itu sendiri
adalah soal “semuanya atau tidak sama sekali,” dan tingkatannya tidak bergantung pada praktik. Satu
pengalaman sudah cukup menciptakan asosiasi ni. Tetapi belajar tindakan membutuhkan praktik atau
latihan. Kami berasumsi bahwa tindakan dimaksudkan mendapatkan hasil di dalam berbagai situasi
dan melalul gerakan-gerakari yang bervaniasi yang sesuai dengan situasi lingkungan tersebut. Belajar
bertindak, yang berbeda dan gerakan, jelas rnembutuhkan praktik sebab ía mengharuskan gerakan
yang tepat telah diasosisasikan dengan petunjuknya. Bahkan tindakan sederhana seperti memegang
raket membutuhkan beberapa gerakan berbeda sesuai dengan arak dan arah posisi objek itu. Satu
kali pengalaman tindakan yang sukses tidak cukup untuk membuat bayi mer.guasai suatu
tindakan sebab satu gerakan yang dilakukan pada saat tindakan itu terjadi mungkin di lain
waktu gerakan itu tidak akan sukses. (h. 7-8) Sebagaimanari satu tindakan terdiri dan beherapa
gerakan, saw keahlian juga terdiri dan heberapa tindakan. Jadi, helajar keahlian seperti hermain golf
atau menyetir mobil memb utuhkan ribuan asosiasi antara stimuli spesifik dengan gerakan spesifik.
Misalnya, helajar rnemasukkan bola ke cangkir dan jarak 5 meter dan sudtit tertentu dalam kondisi
tertentu (angin datang lani arah berlawanan, suhunva 85 derajat Fahrenheit, dan sebagainva) adalah
salah satu dan respons yang diburuhkan dalarn permainan golf. Hal serupa juga berlaku untuk helajar
nienvetir, bermain gitai, dan SCITILL3 jenis keterampilan lainnya. Guthrie (1942) mengatakan,
“Belajar hiasanva terjadi dalam satu episode asosiatif. Dibutuhkan hanvak latihan dan banyak repetisi
untuk nwndapatkan keterampilan tertentu, sebab keterampilan memhuruhkan hanvak gerakan spesifik
yang harus dikairkan dcngan berbagai situasi stim ulus yang herbeda-beda. Keterampilan atau
keablian bukan keL,iasaan sederhana, tetapi sekumpulan besar kebiasaan yang menghasilkan sesuatu
prestasi rertentu dalarn berbagai macam situasi” (h. 59).
Ringkasnya, suatu keterampilan terdiri Jan banyak tindakan, dan tindakan terdiri dan

banyak gerakan. Hubungan antara satu perangkat stimuli dengan satu gerakan dipelajarj secara
lengkap dalam satu kali percobaan, namun proses belajar mi tidak melahirkan kem ahiran dalam
menjalankan suatu keahlian atau keterampilan. Misalnya, menyetir mobil rnengoperasikan komputer,
atau bermain sepak bola, semuanya itu adalah keahlian Yang rumit yang terdiri dan banyak asosiasi
respons stimulus dan salah satu dan ikatan atau asosiasi mi dipelajari secara menyeluruh dalarn satu
percobaan. Tetapi, dibutuhkan waktu dan latihan agar asosiasi yang dibutuhkan bisa terwujud. Belajar
mengetik huruf A sambjl melihar pada kertas di sebelah Anda mungkin membutuhkan asosiasi
stimulus-respons spesifik (S-R). Melihat pada huruf B dan mengerik huruf B adalah conthh asosiasi
spesifik lainnya, demikian pula dengan melihat dan mengerik huruf C. Asosiasi spesifk mi harus
tcrjadi untuk semua huruf dan kemudian untuk semua angka dan untuk semua huruf hesar dan
akhirnya untuk semua simbol yang ada di keyboard. Kira juga harus bela jar membeni respon di
dalam herhagai situasi, seperti dalarn kondisi cahava dan suhu rertentu, cara memandang materi, dan
jenis kerras yang herlainan. Ketika semua respons mi sudah dipelajari. kita mengatakan orang itu
sudah abli. Jadi, keahlian seperti menjalankan program pngolah kata (atau mengetik) memburuhkan
hanvak knneksi S-R spesifk. masing-masing dipelajari dalani satu kali pcrcobaan.
Nienurut (uthrie, penyehah lhorndike menemukan pcningkatan sistematis melalui percohaan suksesif
adalah karena dia meneliti belajar suatu keahltan, bukan belajar gerakan individual. Guthrie dan
Horton (1946) mengatakan,
Kami percaya bahwa ketika situasi kotak teka teki itu amat bervariasi, seperti dalam kotak Thorndlke
dengan alat putaran tergantung, maka kucing perlu melakukan banyak perulangan gerakan
melepaskan din yang disesuaikan dengan perbedaan spesifik dalam situasi. Dengani kata lain, kucing
membangun keterampilan, bukan kebiasaan stereotip. Tetapi, keahtian itu terdiri dan hanyak
kebiasaan spesifik. Reduksi waktu gradual yang dilaporkari oleh Thorndike idalah konsekuensi dan
variasi situasi yang dihadapi kucing. (h. 41)
Persoalati apakah helajar terjadi setclah saru kali pengalaman, seperti divakini Guthrie, ehIII iiiel.ilui
peniiigkaran secara bertahap. seperri divakini Thnrndikc, adal.ih isu yang masih kn,llro)ver%Ial dati
akaii kira hahas lehib rinci di bab si_’laiijutnva.

Sifat Penguatan

Apa yang menggantikan kekuatan dalam teori Guthrie? Pada poin ni Guthrie ,menggunakan isu yang
dibahas Thorndike yang menjadikan revisi hukum efek sebagai dasar teorinya. menurut Thorndike.
ketika satu respons menimbulkan keadaan yang memuaskan, .I’iliilii.is rcrtilangnva respons akan
nieningkar. Cuthrie inenganggaji bukum efek adalah ii il hliiii iihkaii Nleniirur Guthrie.
rL’inforce;;wnt (jcnguatall) h.invalah aransenien mekunis,
ilhi iig.ipnva dapat dijelaskan dengall hukum belajarnva. \ lenurur Guthrie, pen guatan
•n’# qub,,li k iPliIiSI ang ,nenstnnulasi (tail kare,iain’a nzenCL’,’ah tcrjadinva ,jnI’Juill11g. tliI.iin
Lurak reka teki. hal terakhir yang dilakukan hevan sebelurn menerima

satu penguat adalah menggerakkan satu was atau menarik cincin, yang membuatnya bisa keluar dan
kotak itu. Karenanya, respons yang memungkinkan hewan untuk keluar dan cj,tak—misaInya
menggerakkan tuas—akan mengubah semua pola stimuli yang dialami hewan. Menurut prinsip
kebaruan, ketika hewan diletakkan kembali ke dalam kotak teka teki, ia cenderung akan menggerkkan
tuas Jagi. Dengan kata lain, setelah behas dan kotak dengan rnenggerakkan was si hewan akan
mempertahankan asosiasi antara keadaan berada di kotak dengan menggerakkan tuas. Dalam ken
araannya, respons terakhjr yang dilakukan di kotak teka teki itu akan menjadi respons yang dilakukan
hewan saat ia diletakkan lagi dalam kotak, terlepas dan apa jenis respons itt,. Guthrie dan Horton
(1946) mengatakan, Menurut pendapat kami, dalam situasi kedua ni hewan cenderung mengulang
perilaku yang
dilakukannya di situasi pertama, kecuali selama a berada di kotak itu ia cenderung membentuk
respons baru pada situasi dalam kotak teka teki tersebut. Penyebab dan dipertahankannya
tindakan terakhir yang membuatnya bebas adaiah karena tindakan itu membehaskan kucing dan
situasi dalam kotak dan karenanya tidak memungkinkan ada respons baru yang dihubungkan
dengan situasi dalam kotak teka teki. Tindakan membebaskan din itu menyebabkan tindakan
itu tak lagi penlu dipelajari ulang. (h. 30)
Di kesempatan lain Guthrie (1940) mengarakan,
Pandangan kami adalah bahwa hewan b&a)ar membebaskan din berdasarkan keberhasUannya
dalam membebaskan din untuk pertama kalinya. Hasil belajar mi tidak akan dilupakan
karena pembebasan dir) itu akan melepaskan hewan dan situasi itu dan karenanya ia tak lagi
berkesempaan untuk menciptakan asosiasi baru.
Pertemuannya dengan makanan tak akan mengintensifkan perilakunya tetapi menyebabk
ari perilaku itu tidak dilupakannya. Seluruh situasi dan perilaku hewan diubah oieh makanan
itu sehingga situasi sebelum ada makanan tidak memunculkan asosiasi baru. Asosiasi baru mi
tidak dapat terjadi tanpa adanya situasi di dalam kotak, dan tanpa adanya perilaku yang mend
ahului terbukanya pintu kotak. (h. 144-145)
Eksperimen Guthrie-Horton

Guthrie dan Horton (1946) secara cermat mengamati sekitar delapan ratus kali tindak melepaskan diri
dari kotak teka teki yang dilakukan oleb kucing. Observasi ini dilaporkan dalam buku berjudul cats in
a Puzz1e Box. Kotak yang mereka pakai sama dengan yang dipakai Thorndike dalam melakukan
eksperimennva. Guthrie dan Horton menggunakan banyak kucing sebagai subjek percobaan, tetapi
mereka melihat setiap kucing belajar keluar dan kotak dengan cara sendiri-sendiri yang berbeda-beda.
Respon khusus yang dipelajari oleh hewari tertentu adalah respons yang dilakukan hewan sebelum ia
keluar dan kotak. Karena respons ini cenderung diulang lagi saat kucing diletakkan di kotak di waktu
yang lain, maka ia dinamakan stereotyped behavior (perilaku stereotip). Misalnya, kucing A akan
menekan tuas dengan pantamva, kucing B dengan kepalanya, atau kucing C dengari cakarnya.
Gurhrie rncngatakan bahwa dalam niasing-rnasing kasus, terhukanva pintu kotak merupakan
Catatan gambar serangkaiari respons salah satu kucing Guthrie untuk membebaskan din. Gambar In
diambil secara otomatis ketika kucing menggerakkan tuas. Perhatikan bahwa kucing cenderung
mnggerakkan tuas ke arah yang sama di setiap percobaan. (Dan Cats in a Puzzle Box, h. 53-55, oleh
E. R. Guthrie & G. P. Horton, 1946, New York: Holt, Rinehart & Winston. Dimuat cengan izin.)
1wriibih:iii yang rnndadak dalam kondisi yang menstimulasi. Dengan mengubab kondisi yang
pIIel1%rIIiluIasi, respons menggerakkan was dengan panrat, misainva, tidak akan dilupakan. II.il
tcrakhir yang dilakukan hewan sebeluni pintu terbuka adalah mendorong tuas dengan iiuat, dan
karena ia mendorong dengan pantat itulah kondisi yang menstirnulasi herubah. J,iiti, lwrdasarkan
hukum kebaruan, ketika kita menemparkan hewan itu lagi ke kotak di wakiti yang lan, hewan itu akan
rnerespons dengan mendorong tuas dengan pantarnya, dan iiiil,ili yang dilihat oleh Guthrie dan
Horton dalam percobaannva. Catatan gambar perilaku kik ing mi ditunjukkan di Gambar 8-1.

(,uihrie dan Horton (1946) mengarnati bahwa sering kali hewan, setelah bebas dan l..i.ik, ,ikan
mengabaikan ikan yangdiberikan kepadanva. Meskipun hewan itu mengabaikan iihirk yang disebut
penguatan tersebut, hewan itu tetap bisa keluar dan kotak dengan lancar e’ieka di waktu yang lain ia
dimasukkan lagi ke dalam kotak. Observasi mi, menurut Guthrie, uti niwrktiat pcndapatnya bahwa
penguatan hanvalah aransemen mekanis yang mencegah
teriadu11Ya unlearning. Guthrie menyimpulkan bahwa setiap keadian yang diikuti dengan res: p;
ponS yang diinginkan dan hewan akan mengubah kondisi yang menstimulasi dan karenanya
n1empertahankan respons di dalam kondisi yang menstimulasi sebelumnya. Tetapi, seperti yang akan
kita lihat nanti, ada alternatif untuk interpretasi Guthrie atas observasi mi.

Lupa
Bukan hanya belajar saja yang terjadi dalam satu percobaan tetapi demikian pula halnya dengan
forgetting (lupa). Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam satu
pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan
cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melihatkan proses belajar
baru. ini adalah bentuk retroactive inhibition (hambatan retroaktif) yang ekstrem, yakni fakta bahwa
proses belajar lama diintervensi oleh proses belajar baru. Untuk menunjukkan hambatan retroaktif,
mari kita ambil contoh seseorang yang belajar tugas A dan kernudian belajar tugas B lalu diuji untuk
tugas A. Satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada
tugas A. Secara umum ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang
orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari sesuatu yang baru (tugas B) telah mencampuri retensi
dan apa yang telah dipelajari sebelumnya (tugas A). Guthrie menerima bentuk hambatan rerroaktif
ekstrem mi. Pendapatnya adalah bahwa setiap kali memplajari sesuatu yang baru, maka proses itu
akan “mengharnbat” sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oieh intervensi. Tak ada
interz’ensi, lupa tak terjadi:
Anak yang keluar dan kelas tujuh akan rriasih ingat banyak detail dan tahun kelulusan ni di sep anjang
hayatnya. Anak yang meneruskan pendidikannya akari kehilangan sebagian ingatann ya tentang detail
kelas tujuh karena ia mengalami asosiasi dengan kelas selanjutnya, dan pada waktu dia sudah kuliah
di universitas dia mungkin akan tidak begitu ingat lagi nama-nama teman dan kejadian-kejadian
selama di kelas tujuh itu.
Ketika kita terlindungi dan isyarat (cue) yang sudah ada (established), kita menyadani bahwa isyarat-
isyarat itu mungkin akan mempertahankan koneksinya dengan satu respons secara terus-menerus. Istri
dan seorang anggota suatu fakultas di universitas baru-baru in) mengunjungi Norwegia, kampung
halaman orang tuanya. Dia tidak bicara Norwegia sejak dia berumur lima tahun setelah neneknya
meninggal dan dia yakin diririya sudah lupa pada bahasa itu. Namun selama berada di rdorwegia dia
heran karena dininya bisa bercakap-cakap dengan orang sana. Bahasa dan situasi dan masa kanak-
kanaknya teningat kembali padahal selama di Amerika dia merasa sudah melupakannya. Tetapi
omongannya menimbulkan rasa geli bagi saudaranya karena dia berbicara seperti “bayi yang bisa
bicara” dengan lancar. Jika keluarganya di Amenika terus menggunakan bahasa Norwegia, maka
“bahasa bayi” Norwegia in) akan dilupakan, asosiasinya dengan bahasa bayi itu akan dihancurkan
oleh frasa lain yang lebih kompleks.
Lupa bukan pudarnya asosiasi stimulus-respons secara pasif yang bergantung pada berlalunya
233

Ringkaan Teori Guthrie

Asosiasi antara kondisi yang menstimulasi dengan gerakan terus-menerus dibuat. Asosiasi antara
stimulus dan respons terjadi hanya karena keduanya terjadi bersama-sama. Asosiasi itu dapat berupa
antara stimuli eksternal dengan respon nyata atau antara stimuli yang diproduksi gerakan dengan
respons nyata. Asosiasi ini akan terus berlanjut sampai respons yang sama terjadi ketika ada stimuli
lain atau sampai stimuli yang sama terjadi namun responsnya tidak terjadi karena ada hambatan.
Dalam situasi belajar yang terstruktur seperti dalarn kotak teka teki. lingkungan ditata sedemikian
rupa sehingga terjadi perubahan tiba-tiba dalam stimulasi setelah respons tertentu dilakukan.
misalnya, jika kucing menekan tuas, pintu akan terbuka dan ia bisa keluar. Guthrie mengatakan bahwa
setelah kucing menekan tuas situasi stimulusnya tiba-tiba berubah dan asosiasi apa pun yang ada
sebelum waktu perubahan itu akan tetap dipertahankan. Asosiasi paling akhir (baru) sebelurn
perubahan mendadak itu adalah asosiasi antara stimulasi dalam kotak dengan respons yang
memungkinkan hewan itu keluar. ?.lenurur prinsip kebaruan un, ketika hewaui dimasiikkaui lagi ke
dalam kurak, a cenderuuig akan melakukan respons \ang sania ( ia cenderung menekan ras lagi . dan
kita mengarakan hahwa kucing itu relah mempelajari cara keluar dan korak.
Berheda dengan Thorndike, Skinner. Hull dan Pavlov. Gurhrie bukaiJah reoretusi pen guanan. Tentu
saja liiurndike juga inendiskusikan pergescran asusiatit yang dianggapnva trrjadi secara lepas dan
penguaran. Akan rctapi, karena lokus utama Thorndike adalah paJa penis helajar yang diarur okh
hukuin etek, dia tiniuinnva dianggap tcorenisl j’eiigtiatan.
Dan te;rerisi—tcor’.tisi vatig sudah Lita I ihas sampai saat mi. re r ( ;urhrft idalah teor ang paling
mirip dengan teori Watson. \\atson arau Curhrie bukan reoretisi penguatan. \Varsun percava bahva
semua proses belajar dapar dijelaskan dengan nienggunakan hukurn Luiirigriiras Jan frekuensi.
Perbedaan rirama antara teori \Xirson dengan teonl Guthrie adalab. \‘(.uisun nieiienjina hukum
trekuensi scdangkan ( ;rhi tidaL.

CARA MEMUTUS KEBIASAAN

Kebiasaan adalah respons yang menjadi diasosiasikan dengan sejumlah besar stimulus. Semakin
banyak stimuli yang menimbulkan respons, semakin kuat kebiasaan. Merokok,misalnya, dapat
menjadi kebiasaan yang kuat karena respons merokok terjadi di hadapan banyak sekali pertunjuk
(cue). Seriap pctuT1uk yang niuncul senlap kali seseorang nierokok .ikii euiderung meniiuhulkan
perilakii merokok lagi saar pernuijuk itu ditemuinva lagi. Gurhrie I c2 ) mengindikasikan bahwa
knmpleksiras kebiasaan mi dalani kunipan benukun:
Kesulitan ut-ama dalam rangka menghindari kebiasaan buruk adalah karena petunjuk yang baik
sangat sulit ditemui. dan dalam banvak sistem kebiasaan buruk ada banyak sekali petunjuk
pendukung kebiasaan itu. Setiap pengulangan akan menambah satu atau Iebih petunjuk baru
yang memunculkan perilaku yang buruk. Minum alkohol dan merokok setelab bertahuntahun
E dijalani adalah sistem tindakan yang dapat dipicu oleh ribuan pengingat, dan menjadi imperatif
karena tidak adanya objek kebiasaan, minuman dan rokok, akan menyebabkan tindakan
itu terhalang dan menimbulkan ketegangan dan kegelisahan. Keinginan, yang mencakup
; ketegangan di otot yang terbiasa minum dan merokok, mengganggu tindakan lain. Penulis
yang “ingin merokok” terganggu dalam menulis dan keadaan yang mengganggu mi akan terus
berlanjut sampai keingmnan itu terpenuhi. Munculnya keinginan mungkmn disebabkan oleh
alah satu dan hal-hal yang berkaitan dengan rokok—bau rokok, melihat orang lain merokok,
melihat rokok, duduk di kursi, duduk di meja, selesai makan, keluar dan gedung bioskop, dan
ribuan stimulus lainnya. Sebagian besar perokok, saat sibuk beraktivitas yang tidak terhubung
dengan rokok, mungkin tidak merasakan keinginan merokok dalam periode waktu yang agak
ama. Yang ainnya merasakan munculnya keinginan merokok berhubungan dengan hal-hal
seperti keadaan setelah makan, jika ia sudah lama terbiasa merokok setelah makan. Saya
pernah mengatakan kepada seseorang bah’a apel adalah alat yang bagus untuk menghindari
rokok. Orang itu menyadarkan saya bahwa saat saya memberi penjelasan itu saya sedang
merokok. Kebiasaan menya!akan rokok sangat terkait erat dengan situasi setelah selesai
makan sehingga merokok dapat dilakukan secara otomatis. (h. 116)

Metode Ambang.

Untuk memutus kebiasaan, aturannva selalu sama: Can petunjuk


yang memicu kebiasaan buruk dan lakukan respons lain saar perunjuk itu muncul. Guthrie
mengemukakan tiga cara yang dapat dilakukan organisme untuk memberi respons, bukan
respons yang tidak diinginkan. rerhadap saru pola stimuli. Teknik pertama dinamakan
threshold method (metode ambang). Menurut Guthrie (1938, metode mi:
adalah dengan memperkenalkan stimulus Iemah yang tidak menimbulkan respons dan
kemudian pelan-pelan menaikkan intensitas stimulus itu, tetapi selalu berhati-hati agar ia
tetap berada di bawah “ambang batas” resporis. Pengenalan gradual gerakan kapal yang,
sayangnya, tidak dapat dikontrol oleh manusia tetapi tergantung pada perubahan gradual
dalam cuaca, dapat melahirkan toleransi pada badai. Kebanyakan anak bereaksi terhadap rasa
buah zaitun muda dengan melepehkannya, tetapi jka mereka memulai dengan potongan kecilk
ecil, yang tidak menimbulkan penolakan, maka seluruh buah zaitun hijau itu pada akhirnya
akan habis dimakan. Anggota keluarga belajar menggunakan jenis hambatan asosiatif dalam
menghadapi anggota
lainnva. Proposal untuk memasukkan putri ke sekolah mahal “diusuikan dengan halus” kepada
sang ayah. Keunggulan sekolah itu dikemukakan dengan hati-hati tanpa menyebutkan usulan
itu, dan juga dikemukakan kritik terhadap sekolah lain pertama-tama dengan cara halus hingga
tidak menimbulkan perdebatan, yang menyebabkan si ayah tidak kaget dan membantah saat
usulan diajukan karena memikirkan biayanya yang mahal. Pada saat ni dia sudah mengenal ide
dasarnya dan karenanya tidak muncul reaksi keras. (h. 60-61)
Contoh lain dan metode ambang mi adalah untuk menghenrikan kehiasaan seekor kuda.
J ika Anda menemui seekor kuda yang belum pernah diberi pelana di punggungnya dan
Anda berusaha meletakkan pelana ke punggungnva. kuda itu biasanva akan menendang
235

nendang dan lan. Kuda itu akan melakukan apa saja untuk mencegah Anda memasang pelana di
punggungnva. Jika Anda tidak langsung meletakkan pelana, tetapi kain tipis di punggungnva, maka
kuda itu kemungkinan besar ridak akan hereaksi keras. Jika kuda tetap tenang, Anda pelan-pelan
rnenambah heban dengan menggunakan kain atau selimut yang Iehjh tehal. Kemudian Anda hisa
meugganti selimut iru dengan pelana yang ringan dan kemudj1 pelana yang lazim. Dalam
psikoterapi ada proses yang mirip dengan OSCS mi. Jika abli rerapi mencoba membanru pasien
mengatasi fohia tertentu, dia mungkin akan menggunak merode aproksimasi yang telah
dideskripsikan di atas. Jika pasien sangat takut pada- salah saru keluarganva, misainva ihunva, si ahli
terapi nittngkin pertama-tama herbicara tentang rang pada urnumnva, kernudian hicara tentang
perempuan, dan kemudian perempuan yang punva huhungan dengan si pasien daii, dengan cara mi,
pelan-pelan pemhicaraan dihawa ke soal si ibu . Metode mengarasi fohia mi mirip dengan reknik
desensitisasi sisrematis \Volpe yang didiskusikan di bab sel,elum mi.

Metode Kelelahan.

metode kedua yang diusulkan Guthrie disebur fatigue method (metode kelelalian). Kita ambil contoh
kuda mdi. ?vletode kelelahan adalah dengan cara peniinakan, di mann relana dilempa r ke
mnggunmnva, penungmang mcmi ikmnva, dan berusaha mengendarai kmmd,i itu sanipam kuda iru
menverab. Kuda ditunggangi sampai ia lelah dan menvebabkannva tidak mcIavan lagi. Kemudian,
menurut Guthrie. respons ketenangan akan mengganrikarm mespons perlawanan terhadap pelana dan
penunggangnva. Setelah Anda herhasil membuat ktidn wnnng saar diberi pelana dan ditunggangi,
maka kuda itu akan selarnanva tenang saat ii iht’it pela na dan ditunggangi.
(Inruk menghentikan kehiasaan anjing mnengejar-ngejar ayam, Anda cukup mnengikatnva Lilli
nwmigikat seekor avam di dekarnva retapi dalam jarak yang rak rnungkir. digapai Si anjing, iI,tii
lain memnhiarkan si aniing herusaha mengejar—ngejaruva. Saar anjing kelelahan maka dii utink
akan lagi herusaha mengejar avarn Yang ada di hadapannva. Ayam itu kemudiarm aiirmiidi
perunjuk hagi anjing untuk melakukan sesuatu selain mengejr—ngcjar.
C onmoh 1mm dan Cuthrie unruk nieriTelaskan metode kelelahan adalah gadis kecil memhuat
nrmmm tmm,mmivn kesal karena stika bermain menvalakan korek api. Saran (;urhrie .idal.ih ineinI
’iirk,mmi si gadis atau mungkin miummiaksanva terus menvalakan korek api sampai tirik di mini t
mmitlak.mn menvalakan korek itu ridak lagi rnenvenangkan. Dalam kondisi mi. melihar LiNek apt
,ikan nwnvehahkannva menghindarinva. hukan menyalakannva.

metode respon yang tidak kompatibel

Xlctode keriga unruk menghenrikan kehiasaan diminimak iii inccnupatth!e response method (metode
respons yang tidak komparihel). Dengan on I sic liii, stimuli unruk respons yang rak diimiginkan
disajikan hersama stimuli lain yang ssimii,ismlkan respons yang ridak komparibel dengan respons
yang ridak diinginkan rersehut. t% liiIiis .1, woraimg anak rncndapar hadiab honeka panda, namun
reaksi pertamania adalah
itt liii itirimglmmiidar. Schaiiknva. thu si anak iru memberi nasa kehangatan dan kenamanan ittli Iii si
a mink. l)engan menggunakan metode respnns yang rak komparihel. Anda akan
a

Metode Ambang
1. Pelana reguler —* rnenendang
2. Selimut tipis —* kalem
3. Selimut lcbih berat —* kalern
4. Selimut yang lebih herat lagi — kalem
5. pelana reguler —* kalem MetodeKelelahan
1. Pelana —* menendang
2. Waktu terus berjalan
3. Pelana —* kalem
Metode Respon yang TidaL’ Kompatibel
1. Boneka panda —* rakut
2. Ibu —* relaksasi
.3. Boneka dan ibu —* relaksasi
4. Boneka panda —+ relaksasi

BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE asangkan ibu dan boneka panda diharapkan ibu akan menjadi
stimulus dominan. Jika ibu menjadi stimulus dominan, reaksi anak terhadap kombinasi ibu-boneka itu
akan beruPa relaksasi. Setelah reaksi relaksasi muncul ketika ada boneka panda, maka boneka iw
dapat dihadirkan sendirian, dan akan muncul relaksasi dalam din anak. Dengan metode respons yang
tak kompatibel, dua stimuli dihadirkan kepada si pembelajar: satu stimuli yang menimbulkan respons
yang tak diinginkan dan satu lagi stimulus yang lebih kuat yang znenyebabkan respons yang tak
kompatibel dengan respons yang tak diinginkan tersebut. Si pèmbela)a1 cenderung memberi respons
selain respons yang tak diinginkan terhadap stimuli yang sebelumya menimbulkan respons yang tak
diinginkan. Karena penyandingan mi, stimuli yang sebelumnya menimbulkan respons yang tak
diinginkan kini akan menimbulkan respons yang diasosiasikan dengan stimulus yang lebih kuat.
Ketiga metode untuk menghentikan atau memutus kebiasaan mi adalah etektif karena alasan yang
sama. Guthnie (1938) mengatakan, “Ketiga metode itu sesungguhnya adalah satu metode. Semuanya
menyajikan suatu petunjuk tindakan yang tidak diinginkan dan berusaha memengaruhi agar tindakan
itu tidak dilakukan. Karena selalu ada perilaku lain yang terjadi saat kita terjaga, petunjuk yang kita
hadirkan menjadi stimuli untuk perilaku lain mi dan membuat respons yang buruk menjadi
tersingkirkan” (h. 62).
Tiga contoh cara memutus kebiasaan mu dapat diringkas sebagai berikut:

Dalam pembahasan kita mengenai teori Thorndikc (Bab 4) kita melihat dia percaya bahwa pergeseran
asosiatif adalah jenis belajar kedua, yang didasarkan pada kontiguitas saja dan tidak diatur oleh
hukum efek. Karena Guthrie percaya bahwa belajar bergantung pada konriguitas saja, maka
tampaknya ada kesamaan antara konsep pergeseran asosiatif

Thorndike dengan pendapat Guthrie. Sebenarnya seluruh teori Guthrie dapat dilihat sebagaj usaha
untuk mendeskripsikan bagaimana suatu respons yang diasosiasikan dengan satu stimulus bisa
bergeser dan menjadi diasosiasikan dengan stimulus lain.
Metode respons yang tidak kompatihel untuk memutus kehiasaanflYa tampaknya mer upakan jenis
pergeseran asosisatif. Stimulus 1, si ihu, menimbulkan relaksasi. Stimulus 2, boneka panda,
menimbulkan ketakutan. Ketika stimulus I dipasangkan hersania stimulus 2, respons yang sebelumnya
diasosiasikan dengan stimulus 1 kini akan dimunculkan oleh stimulus 2 karena dua stimuli itu muncul
bersamaan (contiguous). Boneka panda kini menimbulkan responS yang sehelumnya diasosiasikan
dengan ihu.
Metode ambang untuk mernutus kehiasaan sepertinya juga merepresentasikan semacam pcrge%erafl
asosiatif. Metode ambang untuk menghilangkan rasa takur anak terhadap boneka panda adalah dengan
secara bcrtal’ap mengasosiasikan honeka panda dengan si ibu. Perl ama-tama, sesuatu yang tidak
terkait langsung dengan boneka, rnisaln a mainan anak lain, dipasangkan dengan ihu. Kemudian objek
yang dipasangkan dengan ibu itu makin lama makin mirip dengan honeka panda, dan akhirnya honeka
panda tersebut dipasangkan dengan ibu. ‘wLili lagi, hasil akhirnya adalah respons yang sehelumnya
diasosiasikan dengan ihu kini lwi’gcscr” ke boiieka panda.

Membelokkan Kebiasaan

Ada perbedaan antara memutus kebiasaan dengan membelokkan kebiasaan. Membelokkan atau
menyimpangkan kebiasaan dilakukan dengan menghindari petunjuk yang menimbulkan
perilaku yang tidak diinginkan. Jika Anda mengumpulkan sejumlah besar pola perilaku yangtak iIvlIiI
nan mcnvebabkan kecemasan, hal terbaik yang hisa dilakukan adalah meninggalkan %eIiii%, II ii
(iiithrie menyarankan agar Anda pergi 1w suatu lingkungan haru yang memberi \iiia kewgaran baru
karena Anda odak punya banyak asosiasi dengan lingkungan baru itu. l ii 1w liiigkimgan baru akan
membuat Anda lega dan hisa mengemhangkan pola perilaku ing haiLs, ltapi, mi hanyaiah pelarian
parsial karena hanyak stimuii yang menyehabkan pet il1ileti , tug tak diinginkan adalah stimuli
internal Anda, dan Ancla, karenanya. akan
i imimli ,i 1w lingkungan haru. Juga stimuli dalam lingkungan haru yang identik ii an iiumrsp
ilemigan stimuli di lingkungan lama akan cenderung menimbulkan respunS yang ..elee’limmimii ,m
elmkaitkaui dcngannya.

Hukuman

Guthrie mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleb apa penyebah tindakan yang
dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja baik bukan karena adanya rasa sakit
yang dialarni oleh individu terhukum. tetapi karena hukuman mengubah cara individu merespon
stimuli tertentu. Hukuman akan efektif hanva ketika Ia III, imgha%mlkan respuns baru terhadap
stimuli yang sama. Hukuman herhasil niengubah perilaktm i,is tak dniugmnkan karcna hukuman
menimbulkan perilaku yang tak kompatibel dengan
Jill

BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE


perilaku yang dihukum. Hukuman gagal karena perilaku yang disebahkan oleh hukuman
selaras dengan perilaku yang dihukum.
Misalnya, Anda punya anjing yang suka mengejar-ngejar mobil dan Anda ingin mengh entikan
kebiasaannya. Guthrie (1952) menyarankan, Anda kendarai mobil Anda dan
biarkan anjing mengejarnya. Saat anjing berlari di sisi mobil pelankan kendaraan Anda dan
taniparhih moncong si anjing. mi kemungkinan akan efektif. Di lain pihak, menampar pant atnya saat
ia berlari tampaknya tidak akan efektif meskipun diasumsikan bahwa tamparan
Øda’ moncong dan pantat sama-sama menyakitkan buat si anjing. Perbedaannya adalah
tamparan pada moncong cenderung membuat anjing berhenti dan melompat ke belakang, sedangkanl
tamparan di pantat ceriderung membuat anjing tambah kencang lan ke depan. Jadi satu bentuk
hukuman menvebabkan perilaku yang tidak kompatibel dan efektif sedangkan hukuman lainnya tidak
efektif.
Apa yang dipelajari adalah apa-apa yang telah dilakukan—dan apa-apa yang telah dilakukan dengan
penuh semangat biasanya berbeda dengan apa-apa yang sedang dilakukan. Duduk di acas kursi yang
banyak kutunya tidak akan mengurangi keinginan belajar. Ia akan mendorong seseorang belajar
metakukan sesuatu setain duduk di kursi itu. Yang akan menentukan apa-pa yang akan dipelajari
adalah bukan perasaan yang disebabkan oIh hukuman, tetapi tindakan yang disebabkan oleh hukuman
itu. Dalam melatih anjing untuk melompat suatu patang, efektivitas hukuman akan bergantung pada di
mana hukuman itu diaptikasikan, di depan atau belakang. Yang penting adalah hukuman yang
membuat anjing melakukan sesuatu, yang membuat seseorang berbuat sesuatu, bukan hukuman yang
membuat seseorang merasakan sesuatu. Pendapat bahwa perasaanlah yang menetukan belajar adalah
pandangan yang keliru karena dalam kenyataan kita sering tidak merasa peduli pada apa yang
dilakukan sebagal akibat dan hukuman, selama apa yang dilakukan itu memutus atau menghambat
kebiasaan yarg buruk atau tak diinginkan.
Diskusi hukuman dan imbalan ml harus tetap terkait dengan persoalan pubtik. Efektivitas umumnya
sudah tidak diragukan lagi. Anak-anak mungkmn masih nakal dan banoel. Namun kita akan rpemitiki
pandangan yang Iebih balk dalam rnenggunakan hukuman dan imbatan lika kita menganalisisnya
dalam term asosiasi dan menyadari bahwa hukuman adatah efektif hanya melalui asosiasinya.
Hukuman memberikan efeknya bukan dengan melemahkar kekuatan basis koneksi fisiologis ... tetapi
dengan memaksa hewan atau anak untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan karenanya
menciptakan pengkondisian yang menghambat kebiasaan yang tak diinginkan. Hukuman adalah
efektif hanya jika ada petunjuk untuk kebiasaan buruk.
Lebih jauh, ketika efek hukuman itu hanya bersifat emosional, hukuman akan mendorong ster eotip
kebiasaan yang tak diinginkan. Hukuman dan imbalan pada dasarnya adalah term moral, bukan
psikotogis. Keduanya didefinisikan bukan dalam term efeknya terhadap si penerima, tetapi dalam
term tujuan dan mndividu yang mengaturnya. Teori yang dikemukakan dalam term ni jelas ambigu.
(h. 132-133)
Guthrie (1935, h. 21) berbicara tentang gadis herusia 10 tahun yang melemparkan topi
dan jaketnya ke lantai setiap kali dia pulang ke rumah. Setiap kali dia melakukannya, si ibu
akan mengomelinya dan menvuruhnya menggantungkan baju dan jaket ke tempat gantungan.

Tetapi keLakuannya terus berLanut sampai ibu meriduga bahwa anaknya menunggu dahulu
omelannya [yakni omelannya menjadi petunjuk] untuk menggantungkan baju dan jaketnya. Setelah
menyadari mi, setiap kali si anak melempar topi dan jaketnya ke lantai, si ibu menyuruh si anak
mengambilnya lagi dan menyuruhnya keluar rumah. Nab, setelah dia masuk kembali, si ibu
memerintahkannya segera menggantungkan baju dan jaketnya begitu dia masuk rumah. Prosedur mi
diulang beberapa kali, dan tak lama kemudian si anak gadiS itu belajar menggantungkan jaket dan
topinya Setiap kali dia masuk rumah. Respon menggantung topj dan jaket dikaitkan dengan stimuli
yang ada saat dia masuk rumah ketmnibang stimuli berupa omelan ihunva. Dalam kasus irii,
mengliukum anak setelah dia melemparkan topi dan jaketnya di lanrai tidak akan memengaruhi
kebiasaannya, terapi justru memperkuatnya.
(;uthrie dan Powers (1950) juga menvarankan bahwa perintah jangan pernah diberikan jika perintah
itu bisa tak diparuhi (dilangggar): “Pelatih hewan yang berpengalaman tak 1wrnah memberi perintah
yang menurutnya hisa tidak dipatuhi. Dalam hal mi dia seperti Ltrnandan tentara dan guru yang
herpengalaman. Jika guru meminta murid tenang di kelas d.in perintahnya diabaikan, berarti perintah
itu sehenarnya merupakan sinyal untuk munculnya krihutan’ (h: 129).

ringkasan Pendapat Guthrie tentang hukuman

segala sesuatu yang dikatakan Guthrie tentang hukuman adalah sesuai dengan satu hukum
belajarnya—hukurn kontiguitas. Ketika stimuli dan respons dipasangkan, mereka menjadi
diasosiasikan dan tetap diasosiasikan kecuali stimuli yang terjadi di situ memunculkan respon lain. di
mana pada saat itu mereka akan diasosiasikan dengan respons baru tersebut.
%,tat iiwitdiskusikan cara memutus kehiasaan, kita melihat tiga aransemen mekanis yang t.l)’ it
h1takai untuk mengatur asosiasi antara stimuli dan respons. Hukuman adalah bentuk aiaiinicn yang
lain. Hukuman, jika digunakan secara efektif, akan menyehabkan stimuli 1ni elwlumnya
menimbulkan respons yang tak diinginkan menjadi memunculkan respons .iii d.ipat diterirna.
Pendapat Guthrie tentang hukuman dapat diringkas sehagai berikut:
I lii jwnting mengenai hukurnan adalab hukan rasa sakit yang ditimbulkannya tetapi apa .i i ig
iuinhuat organisnltf irti herbuat.
2.,\gar etektif, hukuman harus menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan jwril.ikii yang
dihukurn.
, Aar Lckti1, hukuman harus diaplikasikan bersama dengan stimuli yang menimbulkan 1wrilaku yang
dihukum.
ikii Nyarat 2 dan 3 ridak terpenuhi, hukuman tidak akan cfektif atau justru memperkuat ipons yang
tak diinginkan.
lads, kerika hukuman efekrif. ia akan menyehabkan organisme melakukan sesuatu selain gwiilikti
yang dihukum saat stimuli yang menimbulkan perilaku yang dihukum itu masih ada. lie qe en mi,
tenru saja, menyelabkan terhentuknya asosiasi yang baru, dan ketika stimuli
) 411

Dorongan

berkata,
I

stimuli itu muncul lagi di waktu yang lain, mereka cenderung akan menimbulkan respons yang bisa
diterima.
Adakah bukti selain bukti anekdotal yang diberikan Guthrie untuk mendukung pendapatn ya tentang
hukuman? jawabannya ada. Fowler dan Miller (1963) melatih tikus untuk men yeberangi suatu jalur
guna mendapatkan inakanan. Subjek dalam kelompok kontrol cukup lad begitu saja dan mendapat
makanan. Subjek dalam kelompok eksperimental diberi setrum dugan di cakar depannya saat mereka
menyentuh tempat makanan. Subjek dalam kelompok eksperimtaI kedua menerima setrum di kaki
belakangnya saat mereka menyentuh makanan. ibandingkafl dengan subjek di kelompok kontrol,
subjek yang disetrum cakar depannya saat menye1th makanan akan berlari lebih lambat dalam
percobaan selanjutnya, sedangkan subjek yang disetrum kaki belakangnya berlari lebih cepat. Seperti
diprediksi Guthrie, memberi kejutan pada tikus di kaki belakangnya akan mendorong mereka untuk
berlari cepat, bukannya menghambat Ian rnereka. Karena anggota dan kedua kelompok eksperimental
itu mendapat intensitas setrum yang sama, maka bukan setrum itu yang memfasilitasi atau
menghambat kecepatan lan, tetapi kejutan itulah yang menyebahkan hewan berperilaku seperti itu.
Setrum di cakar depan menyebabkan penilaku tidak kompatibel dengan Ian sedangkan setrum di kaki
belakang menyebabkan Ian lebih cepat.
Tidak semua riset tentang hukuman mendukung teori Guthrie, dan kini disadari bahwa penjelasan
Guthrie tidak lengkap. Untuk ulasan topik hukuman yang kompleks lihat, misalnya, Walters dan
Grusec (1977).

DORONGAN

Drives (dorongan) fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie disebut ,naintainiig stimuli (stimuli
yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya, rasa
lapar menghasilkan stimulasi internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi.Ketika makanan
diperoleh, maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah berubah,
dan karenanya mernpertahankan respons terhadap makanan. Tetapi, perlu ditekankan bahwa dorongan
fisiologis ini hanya salah satu dari sumber stimuli yang mempertahankan. Setip sumber stimulasi yang
terus berlangsUng, entah itu ekstennal atau internal, menghasilkan stimuli yang mempertahankan.
Guthnie (1938)
Untuk men jelaskan mi kita pertama-tama harus memahami apa problemnya. Apa yang membuat
kotak teka teki menjadi problem? Jawabannya adalah problem itu adalah situasi stimulus yang terus
bertahan (persisten) yang menyebabkan hewan gelisah sampal muncul suatu tindakan yang
menghilangkan “maintaining stimuli” dan membuat rasa gelisah itu hilang.
Stimuli yang terus mengganggU itu terkadang dmnamakan “dorongan”. Dalam hewan yang
kelaparan, perut yang senantiasa melilit membuat mereka terganggu dan meughasilkan kegelisahan
Perilaku serupa dapat dihasilkan oleh beberapa stimulasi eksternal artifisial (buatan). Kantung

kertas yang dipakal untuk menutup kotak makanan akan membuat kucing aktif, dan kucing akan terus
merasa gelisah sampai salah satu gerakannya bisa melepas tutup kertas itu. (h.
96)
Dia kemudian merigatakan,
Dan di sini ada poin yang sering dilupakan. Ketika perigganggu itu hadir lagi di waktu yang lain,
kucing cenderung akan melakukan lagi tindakan yang akan menghilangkan gangguan itu. Tindakan
lain yang diasosiasikan dengannya menjadi terdisosiasi atau tidak terkondisikan di setiap tindakan
berikutnya. Tetapi setelah berhasil menghilangkan pengganggu, ia tak lagi diasosiasikan dengan
tindakan baru: Dorongannya tetap terkait dengan tindakan yang bisa menghilangkan pengganggu
sebab tindakan itu adalah asosiasi terakhirnya. Setelah itu, tidak lagi ada asosiasi baru yang dapat
dibentuk karena dorongannya sudah hilang. (h. 98)
Gurhrie menjelaskan bahwa kebiasaan menggunakan alkohol dan narkoba dengan cara crupa.
Misainva, seseorang inerasakan ketegangan atau gelisah. Dalam kasus mi, ketegangan ,itau
kegelisahan itu menjadi maintaining stimuli. jika, dalam situasi mi, orang iru minum satu ,i ta u d ua
gelas, ketegangannya atau kegelisahannya mungkin berkurang. Menurut Guth ne, li.isil mi
rncrnancapkan hubungan anrara kegelisahan dengan minum. Karenanya. ketika di hin w,IkrLI orang
itu merasa gelisah, dia akan ccndcrung minurn lagi. Secara hertahap kegelisahan .ikan nwiiimbulkan
dorongan untuk minum (atau mernakai narkoba) dalarn hanyak situasi, aIIg incnyehabkan orang itu
menladi kecanduan.

Niat

Respon yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions (fiat). Respon itu dinamakan
niat karena maintaining stimulation dan dorongan biasanya berlangsung selama periode waktu
tertentu (sampai dorongan berkurang). jadi sekuensi perilaku yang mendahului respons yang
mengurangi dorongan akan diulang ketika dorongan, dengan stimuli terkaitnya, muncul lagi.
Sekuensi (urutan) perilaku yang diasosiasikan dengan maintaining stimuli tampaknva saling terkait
dan logis dan karenanya, dianggap bersifat intensional. iki rkui lwwan lapar dan dihiarkan makan,
hewan itu akan melakukan perilaku apa ieii ‘. sing iuviivcbahkannva mendapat inakanan srar rerakhir
kali ía lapar: Ia mungkin akin
kc ,irah tertentu di jalur teka reki, atau menekan was, atau menggerakkan galah. ui oiaiig sedang
lapar dan ada ron di kanrornya, dia akan memakananva; retapi jika dii hipi iiieiiih,iwa lwkal makan
siang, dia akan herdiri dan kursi, mengenakan jakernva, masuk ki’ iitol,il, iiicncari restoran, masuk
restoran, memesan makanan, dan seterusnva. Pola reak iieg hiilnda relah dinsosiasikan dengan
maintaining stimuli dan rasa lapar dan stimuli din iiiII%I liiigktingnn. Perilaku yang dipicu oleh
maintaining stimuli muiigkin rampak purpuIt 11111 iiitiiistuiial idiniatkan), namun Guthrie
menganggap iru juga bisa dijelaskan dengali hiiI iiii k aii iguitas.
LJ

Transfer Training

Jelas bahwa Guthrie tak terlalu mengharapkan adanya transfer training. Dia mengatakan bahwa jika
seorang anak belajar 2 tambah 2 di papan tulis, tidak ada jaminan anak itu akan tahu bagaimana cara
menambah 2 dengan 2 saat dia duduk di bangkunya. Kondisi penstimulasi yang memunculkan
asosiasi jauh berbeda dengan kondisi di bangku kelas. Guthrie mengatakan kepada mahasiswa
universitasnya, jika Anda ingin mendapat manfaat terbesar dan studi Anda, Anda harus berlatih dalam
situasi yang persis sama dalam kursi yang sama di mana Anda akan diuji. Tempat terbaik untuk
belajar, menurut Guthrie, adalah di ruang di mana Anda akan dites karena semua stimuli di ruangan
itu akan diasosiasikan dengan informasi yang sedang Anda pelajari. Jika Anda belajar sesuatu di
kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoich di situ akan ditransfer ke kelas. Demikianlah
cara Guthrie menjelaskan mengapa rnahasiswa setelah ujian mungkin mengatakan, “Saya tak tahu apa
yang terjadi dengan din saya; aku sudah mempelajari materi ujian ratusan kali; saya sudah
memahaminya dengan baik, terapi saat ujian tiba pemahaman saya tak muncul.” Guthrie mengatakan
bahwa itu karena tidak ada kesamaan antara kondisi saat mahasiswa belajar dengan kondisi saat
rnahasiswa menempuh ujian.
Saran Gurhrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama yang akan diminta kita lakukan
nanti; selain iru, kita harus melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti
kita akan diuji. Jika kita ingin menggunakan informasi mi di luar situasi ujian, kita harus keluar dan
kelas dan mengasosiasikan stimuli lain dengan perilaku kita yang dipicu oleh huku atau pelajaran dan
dosen. Saran Guthrie kepada mahasiswa yang akan mempersiapkan din mengikuti ujian esai adalah
sama: Dalam mempersiapkan din menlhadapi tes esai, tulislah pertanyaan esai. Perkirakan apa
pertanvaannya dan jawablah. Paksa din Anda merespons pertanyaan itu dalam kondisi waktu yang
kira-kira sama dengan kondisj waktu saat ujian. Guthrie akan membeni nasihat yang sama untuk
mekanik mobil atau listrik. Jika Anda ingin bela jar cara memperbaiki mesin, berlatihlah dengan
mesin, dan berlatihlah dalam kondisi yang sarna dengan kondisi yang ada di dunia nil. Larihan mi
akan rnernaksimalkan transfer.
Di rempar lain Gurhrie (1942) mengarakan, “Adalah penting bagi siswa untuk dibimbing dalam
melakukan apa yang akan dipelajari ... siswa ridak bela jar apa-apa yang ada di dalam buku atau
perkuliahari. Siswa hanya belajar apa-apa yang ada di buku atau kuliah yang menyebabkannya
berhuat sesuatu” (h. 55). Menurut Guthrie, kita belajar apa yang kita lakukan dalam kehadiran
stiniuli spesifik. Prinsip mi berlaku bukan hanya pada transfer belajar di kelas ke perilaku dunia nyata
retapi juga ke semua jenis belajar. Aplikasi terbaru dan prinsip ml tampak dalam perielirian efek
urutan kelahiran. Beberapa periset percaya bahwa urutan kelahiran menghasilkan ciri-ciri bawaan
(trait) dalam perilaku saat di dalam keluarga maupun saat di luar keluarga. Sulloway (1996),
misalnya, berpendapat bahwa anak pertama cenderung konservatif dan mendukung ororitas
sedangkan anak yang lahir kemudian cenderung seorang
243
inovator dan “pemberontak.” Sulloway menunjukkan efek urutan kelahiran mi menentukan karakter
individu di sepanjang hidupnva. Harris (2000), di lain pihak, menyajikan argum yang jelas akan
disetujui oleh Guthrie. Harris menunjukkan bahwa perilaku yang dipelajari seperti konservatisme,
kepatuhan pada otoritas, atau pembangkangan, terhatas pada kofltek keluarga dan tidak rnungkin
dirransfer. Lehih jauh, dia menulis hahwa “anak helajar sendj. sendiri mengenai cara berperilaku di
setiap konteks sosialnva” (h. 176) dan rnenambahkan bahwa “hanva ada sedikit, arau tidak ada sama
sekali, transfer training karena pola perilaku yang diperoich di rurnah kemungkirian tidak sesuai atau
tidak relevan untuk di luar rumab” (h. 177).
Gagasan mengenat wawasan, pernahaman dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada, maknan a hagi
Gurhric. Satu—satunva hukum belajar adalah hukum kontiguitas, yang iienvarakan lahwa ketika du.i
kejadian rcrjadi bersama, keduanva akan dipelajari. Sernua pruses belajar, entah itu pada manusja atau
nonmanusia, ada dalam hukum kontiguitas dan prinsip-prinsip yang rerkair dengannva. Tidak ada
referensi ke kejadian kesadaran dalam Iruri Guthrie, dan juga tidak ada perhatian pada nilai survival
dan perilaku yang dipelajari Mrnurut Gurhrie. respons yang keliru hisa dipelajari sernudah
mempelajari respons yang he:ta,, dan akuisisi keduanva dijeaskan dengan hukuni belajar yang satna.

FORMULISASI TEORI GUTHRIE OLEH VOEKS

%elwItI tclah disehurkan di muka. Guthrie tidak hanvak melakukan riset untuk teorinva sendiri. Telah
ada riga penjelasan rnengenai kurangnva eksperimentasi
tiihrw. Pentama, Bolles 1979) menunjukkan bahwa hal itu dikarenakan reori Guthrie nirnunitualkan
peran motivasi dan penguaran. Dua komponeti yang ada dalani teori belajar Liiiiity.i pad.i I 930-an
dan 1 940—an memicu hanvak riser yang diasoiasikan dcnganiwa. kidiia, ( arison (I 90) menunjukkan
hahwa hal itu disehahkan psikologi, pada waktu
ir iii.tsili di (Jniversitas Washington, hanva diberikan pada ringkat sarjana. dan tesis a diwttii
pascasarjana. yang sering dipakai unruk menguji teori secara eksperirnental,
tiilak tersLtlIa ( iuthrte. Ketiga, seperti disadari sendiri o(eh Gurhrie. prinsip belajarnya 1111% ti
,iL,iti dalaiii term yang terlalu umum sehingga sulit diuji.
Virimna \\‘. Voeks (921- I ‘)89), yang merupakan mahasiswa di Unversitas Washington mit (
imimhrie miiasih Illengajar di sana, berusaha menvatakan kenibali reori Gurhrie dalarn term
tug tiktmp ketat agar bisa diuji secara empiris. Voeks mendapat gelar pada 1943 dan I mersuI.Is
Washumigwn tcmpat ia dipengaruhi oleh Guthrie, dan mendapar gelar Ph.D. dan ,tl’ p,iul,i )47, di
mana dia rampaknva dipengaruhi oleb Hull. Hasil karva Voeks adalah hull .ummg struikturnva I
lullian tetapi isinva Gurhrian. Serelah mendapar gelar dokror. \‘oeks
umuhalu kt I. Ifliversitas \\ashington, tempat ma bekerja sanipai 1949. Pada (949 dia pindah :
I. 5.um Diego State College. sarnpai pensiun pada 1971.
I ).uluitm wrnvatian ulang Voeks aras reori Gurhrie ada empat postulat dasar, delapan
)44

-jjiisi dan delapan teorema. Postulat itu berusaha meringkaskan banyak prinsip belajar
uIfl dan Guthrie, sedang definisinya berusaha menjelaskan beberapa konsep Guthrian
perti stimulus, petunjuk, respons, dan belajar), dan teoremanya adalah deduksi dan postulat
dan definisi yang dapat diuji secara eksperimental. Voeks menguji sejumlah deduksinya dan
menemukan sejumlah bukti yang mendukung teori Guthrie.
Sebagian besar formalisasi Voeks atas teori Guthrie, dan riset yang dihasilkannya, terlalu
kompleks untuk,dipaparkandi sini. Tetapi empat postulat Voeks sudah cukup meringkaskan
dan menjadi éonoh dan formalisasi teori Guthrie yang dilakukannya.
Postulat I: Principle of Association. (a) Setiap pola stimulus yang pernah mengiringi satu
responS, dan/atau muncul lebih awal setengah detik atau kurang, akan meujadi petunjuk
langsung Yang kuat untuk respons itu. (b) mi adalah satu-satunya cara di mana pola stimulus
yang bukan petunjuk unruk respons tertentu menjadi petunjuk langsung untuk respons itu
(VoekS, 1950, h. 342).
Postulat II: Principle of Postrernitv. (a) Suatu stimulus yang mengiringi atau mendahului
dua atau lehih respons yang ridak kompatibel adalah stimulus yang dikondisikan hanva untuk
respons terakhir yang diberikan sat stimulus itu masih ada. (b) mi adalah satu-sarunva cara
di mana stimulus yang merupakan petunjuk untuk respons tertentu kini tidak lagi menjadi
perunjuk bagi respons itu (Voeks, 1950, h. 344).
Postulat 111: Principle of Response Probability. Probabilitas dan kejadian respons tertentu
pada waktu tertentu merupakan ... suatu fungsi ... dan proporsi ... kehadiran stimuli yang
adalah petunjuk bagi respons pada waktu itu ... (Voeks, 1950, h. 348).
Poctulat IV: Principle of Dynamic Situations. Pola stimulus dan suatu situasi tidaklah
statis tetapi dimodijkasj dan waktu ke waktu, karena ada peruhahan dan respons yang
diberika subjek, akumulasi kelelahan, peruhahan reaksi dan proses internal lainnya di dalam
subjek, serta karena hadirnva variasi terkontrol dan tak terkontrol dalarn stimuli yang ada
saat itu (Voeks, 1950, Ii. 350).
Pembaca tidak hoich menyimpulkan bahwa teori helajar Guthrie hanva menarik secara
hisroris. Seperti yang akan kita diskusikan nanti, saat kita membahas William K. Estes, salah
saru tren dalam teori helajar modern adalah mengarah ke penggunaan model matematika
dalam menjelaskan proses helajar. Teori belajar Guthrie adalah teoni yang memberi basis
untuk model matematika untuk teori belajar awal dan masih tetap berada di jantung dan
sehagian besar teori belajar modern.

PENDAPAT GIITHRIE TENTANG PENDIDIKAN

Seperti Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan


tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dihuat untuk suatu stimuli. Dia menyarankan
lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli
yang akan dilekatkan padanya. Motivasi lebih tidak penting bagi Guthrie ketimbang bagi Throndike.
Menurut Guthrie, yang diperlukan adalah siswa mesti merespon dengan tepat dalam kehadiran stimuli
tertentu. Latihan (praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimuli untuk
menghasilkan perilaku yang diinginkan. Karena setiap pengalaman adalah unik, seseorang harus
“belajar ulang” berkali-kali. Guthrie mengatakan bahwa belajar 2 tambah 2 di papan tulis tidak
menjamin siswa hisa helalar 2 tanbah 2 di haiigkunya. Siswa bukan hanya harus belajar bahwa 2 blok
merah plus 2 hlok merah sama dengan 4 blok merah, tetapi mereka juga harus mernbuat asosiasi 2
tambab 2 sama dengan 4 untuk hal lain seperti apel, anjing, buku. dan sebagainYa. Adatah niungkin
hahwa sisva akan helajar melekatkan respons ke stimuli di kelas dan respons lain ke stimuli yang
sama di mar kelas.
Pada dasarnva, Guthrie menerima teori elemen idenrik Thorndike dalam soal transfer training.
Probabilitas munculnya respons yang sama ke dua siruasi yang herhecla ditentukan nich kemiripan
antara dna situasi itu. Seperti Thorndike. Guthrie menolak teori transfer diipliii formal dan
menganggaP hahva pencrimaa0 atas pendapat itu akan menghasilkan pr.ktik kelas yang huruk.
Guthrie dan Powers 1950) mengatakan.
Penerlmaafl atau penolakan guru pada teori dislplin formal dalam transfer, elemefl identik at ail
generalisasi penjeIasafl akan tercermin di sejumiah prakt1k menga jar sehari-hari. Materi yang
diberikan guru jelas rnemberi bukti adanya penerimaafl aktual, atau verbal, terhadap Liokirin dislplin
formal. Maka tujuan dan pendidikafl hariya sekadar menyampaikan si peiajaran i.’i intu; metode
pengaiarafl dan usaha untuk menghUbUflSkal is pelalaran dengarl kebutuhan para pembelalar
menjadi soal sekunder Siswa haruS menyesuaikan din dengarl ketentuafl tiala p.lajarafl dan harus
menjalaru peran pasif.
Maiiøflt.iIlg atau mempertanyakan validitaS doktrin disiplin formal yang selama ni dianut akan
,v,ubuka jalan untuk eksperimetaS pendidikan. Dalam hal mi guru mesti mempertanyakan apa nll&
langsung dan tak langsuflg yang akan diberikan kepada rrurid dalam area kurikulUm irtentu. Guru
mesti bersedia merevisi is) dan metode pengajaran dan penyampaian mater). %Iw4 mast) dIlihot
sebagal organisme yang sedang tumbuh erkembaflg dan terusmeflerus nwitatd dan menata kembali
pengalamanflya menladi pola perilaku. lugaS utama pengalaran iistrukb)) karenaflya adalah
menemukan apa minat sswa dan bagaimafla menggunakal Inselitif yang fektlf dan bijak untuk
memotivaSi siswa aktif belajar. (h. 256)
i lhc,rndikc, (urhrie pcreaya bahwa pendidikan formal ceharusnya menyerUP ii isi keli idtip,iii nyata
sdnhirip mungkin Dingan kaa lain, guru (ithrian akan menhlflt
anv.t inciakukai atau nwmpclaiari hal-hal vatig kelak akan mereka lakukan saat merck diii, seperti
lhurndike. (,urhric mcndukutig program migalig atan mcntorjg LIa i tig jw, lekatan pertukaran pelajar
untuk memperluas pigalarnafi helaiar.

ng enggaflggU, namun mereka menyadari bahwa agar hukuman bisa efektif, hukuman mesti dipakai
saat perilaku disruptif itu sedang terjadi. Lebih jauh, hukuman harus menimbulkan perilakt1 yang
tidak kompatibel dengan perilaku yang mengganggu itu. Hukuman idealnya enghaS perilaku yang
diinginkan, bukan sekadar menghentikan perilaku yang tidak
jjflginkan.

EVALUASI TEORI GUTHRIE

Kontribusi
Guthrie adalah unik dalam penegasannya bahwa belajar berasal dan kontiguitas antara stimuli dan
responS dan dan kontiguitas saja. Bahkan pengulas teori belajar awal (Mueller & Schoeflteld, 1954)
menunjukkan pendekatan kontiguitas Guthrie yang sederhana dapat menjelaska semua fenomena
dasar yang dianalisis oleh Skinner atau Hull. Teori Guthrie amat menarik banyak ilmuwan karena
teorinya dapat menjelaskan proses belajar, pelenyapan, dan generaliSasi dengan analisis sederhana,
sedangkan teori lain menjelaskan hal-hal tersebut dengan cara yang lebih rumit. Selain itu, perluasan
teori ini ke aplikasi praktis bersifat langsung dan dijelaskan oleh Guthrie dengan cara yang
menyenangkan dan penuh contoh, bukan dengan rumusan-rumusan terapi yang kering.
Meskipun teori Guthric tidak memunculkan banyak riset dan kontroversi sebagaimana teori Skinner
dan Hull, namun teorinya menyediakan penjelasan alternatif yang penting mengenai belajar. Selain
itu, teorinya berfungsi sebagai pengingat bahwa suatu teori tidak harus sangat ruwet untuk men
jelaskan perilaku yang kompleks. Seperti kita lihat dalam bab selanjutnya, William K. Estes marnpu
menyusun teori dan riset yang berheda yang herpengaruh hingga I 990-an dengan menggunakan
unsur-unsur dasar pandangan Guthrie.

Kritik

Ada dava tank substansial di dalam pandangan yang dapat menjelaskan belajar penghindaran, belajar
imbalan, pelenyapan dan lupa dengan prinsip yang sarna. Tetapi, kemudahan penjelasan inilah yang
menyehabkan para ilmuwan merasa tidak nyaman terhadap pandanan Guthrie. Berdasarkan pendapat
Popper yang prihatin dengan teori-teori yang tarnpaknva dapat menjelaskan segala sesuatu. kita
mencatat bahwa ada situasi di mana pendapat Guthrie menjadi ambigu dan terlalu menggampangkan
penjelasan terlalu banyak fenomena (Mueller & Schoenfeld, 1954).
Mueller dan Schoenfeld (1954) juga menunjukkan bahwa meskipun Guthrie mengkritik metodologi
ekspenimental yang huruk dan bahasa yang ambigu di dalam teori lain, namun dia tidak menerapkan
standar mi untuk teorinya sendiri. Eksperimen Guthrie dan Horton (1946), yang disajikan sehagai
bukti reori, adalah contoh yang dikritik Mueller dan Schoenfeld. Moore dan Stuttard (1979)
menunjukkan hahwa, seperti kebanyakan keluarga kucing lainnya, termasuk kucing piaraan. kucing
dalam eksperimen Guthrie dan Horton melalukan perilaku
247

RAGlAN KETIGA: TEORI-TEORI ASOSIASIONISTIK DOMINAN


menggosok dan mengendus yang bersifat naluriah dan biasanya dilakukan saat kucing “menyambut”
kucing lain (yang dikenalinya) atau manusia yang dikenalinya. Para perjset mi mengamati bahwa
kucing menunjukkan perilaku stereotip yang konsisten seperti Yang dilaporkan oleh Horton dan
Guthrie (1946) hahkan ketika tindakan menggosok-gosokk badannya ke tuas tidak menghasilkari
penguatan atau peruhahan dalam kondisi stinu apa pun.
PERTANYAAN DISKUSI
1. Apa hukum asosiasi yang menjadi dasar teori Guthrie? Jelaskan hukum mi dan jelaskan pula
prinsip keharuan yang dideduksi dan hukum itu!
2. Berdasarkan pendapat Cuthrie tentang belajar satu percobaan, bagaimana dia menjelaskan
peningkatan performa yang berasal dan latihan? Apa perhedaan anrara gerakan. tindakan
dan kererampilan?
3. Apakah reori Guthnie adalah teori penguatan? Jelaskan!
4. Bagaimana Gurhrie menjelaskan soal lupa?
5. Menurut Guthrie, apa hubungan anrara dorongan dengan “niat”?
6. Jelaskan, menurut Gurhrie, cara membantu transfer keahlian dan tempat keahlian itu dipelajari ke
tempat aplikasi!
7. Apa saran Guthrie unruk menghentikan kebiasaan buruk? Ambil salah satu sarannva dan tunjukkan
hagaimana ia hisa dipakai unruk memurus kehiasaan merokok!
8. Bagaimana (iuthrie akan menjelaskan fenomena regresi, misainva, rendensi untuk her. tindak
seperti saar Anda berusia muda di dalam kondisi tertentu, seperti saat Anda pulang
ke kampung halaman tempar Anda dibsarkan?
9. Bagaimana Guthrie akan menjelaskan tendensi seseorang untuk hertindak sebagai “orang yang
berbeda” dalam heragam kondisi?
10. Bagaimana Anda akan merevisi kehiasaan belajar Anda herdasarkan neon Gurhrie?
ii. Bagaimana (urhrie ak.in menjelaskan munculnya kecanduan ohar?
12. Jelaskan istilah penguaran Irein/orcc’mezt) menurut Guthrie!
13. 1enurut Guthnie. dalarn situasi apa hukuman dapar efektif unruk memoditikasi perilakii1 Apakah
menurur Anda hukurnan di dunia nvata sening dijalankan sesuai dengan yang
dikatakan Guthrie? Jelaskan!
14. Apa rujuan Guthrie memperkenalkan gagasan stimuli yang dihasilkan oleh gerakaii?
15. Desainlah sehuab eksperimen unruk menguji pcndapar Guthrie hahwa segala ssii,tlU yang
mengganggu pola stimulus akan mempertahankan respons terakhir terhadap piil.i
stimulus itu!
16. Jelaskan poin-poin utarna pernvataan \k)eks atas teori Guthnie!
248 1

You might also like