Professional Documents
Culture Documents
Bab 8
Bab 8
Bab 8
U 225
BAGIAN KETIGA: TEORI-TEORI ASOSIASIONISTIK DOMINAN
dengan Horton, dia hanya melakukan satu percobaan yang terkait dengan teori belajarnya dan kita akan mendiskusikan percobaan mi.
Tetapi dia jelas seorang behavioris. Dia bahkan menganggap teoretisi seperti Thorndike, Skinner, Hull, Pavlov, dan Watson masih sangat
subjektif dan dengan menerapkan hukurn parsimoni secara hati-hati akan dimungkinkan untuk menjelaskan semua fenomena belajar dengan
menggunakan satu prinsip. Seperti yang akan kita diskusikan di bawah, satu prinsip mi adalah hukum asosiasi Aristoteles. Karena alasan
inilah karni menernpatkan teori behavioristik Guthrie dala m paradigma asosiasionistik.
KONSEP TEORETIS UTAMA
Satu 1-iukum Betajar
Sebagian besar teori helajar dapat dianggap sehagai usaha untuk menentukan kaidah yang mengarur terjadinya asosiasi antara stimuli dan
respons. Guthrie (1952) herpendapat hahwa kaid-ah yang dikemukakan oleh para teoretisi seperti Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet
dan tak perlu, dan sehagai pcnggantinya dia mengusulkan saru hukum bela jar, law of contigiuty hukum kontiguitas). yang dinyatakannya
sehagai herikut: Kombinasi stimuli yang mengiringi suaru gerakan akin cenderung diikuri okh gerakan 1w jika keiadiannva berulang.
Perharikan hahwa di sini tidak dikatakan renrang “ge!ombang kontirmasi” arau pcilguatan atau efek menvenangkan” (h. 23). Cara lain
menvarakan hukum kontiguiras adalah jika Anda melakukan sesuaru dalam situasi tertenru, pada vaktu lain saar Anda dalam situasi iru
Anda cenderung akan melakukan hal yang sarna.
(iurhrie 1952) menjelaskan. kendari hukuni konriguitas mungkin benar naintin prediksi perilakunva scialu hersifar kemungkinan
(probabilistik):
Walaupun prinsip yang baru kami kmukakan cukup ringkas dn sederhana, namun prinsip itu tidak akan jelas tanpa diberi penjelasan yang
cukup. Kata “cenderung” dipaka) di sini karena perilaku subjek selalu bervariasi menurut kondisi. ‘Tendensi-tendensi” yang saling
bertentangan atau “tendensi-tendensi” yang tidak kompatibel selalu ada. Akibat dan satu stimulus atau pola stimulus tidak dapat diprediksi
dengan pasti karena ada stimulus lain dalarn situasi keseluruhan, namun dengan pernyataan ni kami tidak membanggakan din bahwa kami
memberi alasan yang lebih balk atas kegagalan dalam prediksi. Tak seorang pun yang pernah mcncatat dan tidak akan ada yang akan
mencatat setiap situasi stimulus secara keseluruhan, itau mengamati setiap situasi keseluruhan, sehingga menyebutnya sebagai “sebab-
sebab” iwrlku adalah suatu kekeliruan. (I-i. 23)
I )alaiu publikasi rerakhirnva sebelum dia meninggal. Guthrie I 1959) merevisi hukum ki im IgtnI.Isnva nwnjadi, “Apa—apa yang dilihar
akan nienjadi sinval unruk apa-apa yang diI akiIL,ul” (h. I S6). ml adalah cara (iuthrie mengakui hegitu banvaknva jumlah stimuli ang bi
iIwlipi ulganisine pada satu waktu tertentu dan organisme ridak mungkin membenruk lIIhI%I iteliptail semna stimuli itu. Organisine akan
merespons secara selektit pada sebagian I diii %tlinuhi yang dihadapinva, dan proporsi inilab yang akan diasosiasikan dengan
BAB8 : EDWIN RAY GUTHRIE
resp0n Di sini kita dapat melihat
ada kemiripan antara pemikiran Guthrie dengan konsep Thorndike tentang “prapotensi
elemen”, yang juga menyatakan bahwa organisme merespons
secata selektif terhadap aspek-aspek lingkungan yang berbeda-beda.
Tidak ada yang baru dalam hukum kontiguitas sebagai prinsip belajar. Seperti telah kami kemLlkan di Bab 3, hukum
kontiguitas berakar dan hukum asosiasi Aristoteles. Namun Guthrie menjadikan hukum kontiguitas sebagai dasar dan teori
belajarnya yang unik.
elajar Satu Percobaan
Unsur lain dan hukum asosiasi Aristoteles adalah hukum frekuensi, yang menyatakan bahwa kekuatan asosiasi akan
tergantung pada frekuensi kejadiannya. Jika hukum frekuensi dimodifikasi untuk merujuk pada asosinsi antara respons yang
menimbulkan “keadaan yang memuaskan” dengan kondisi pemicu yang mendahului respons, Thorndike, Skinner, dan Hull
akan menerimanya. Semakin sering suatu respons dikuatkan dalam situasi tertentu akan semakin besar kemungkinan respons
itu akan dilakukan saat situasi itu terjadi lagi. Jika asosiasinya adalah antara CS dan US, Pavlov akan menerima hukum
frekuensi. Sernakin banyak jumlah penyandingan antara CS dan US, semakin besar respons yang dikondisikan yang
diakibarkan oleh CS.
Namun prinsip one-trial learning (belajar satu percobaan) dan Guthrie (1942) menol ak hukum frekuensi sebagai prinsip
belajar: “Suatu pola stimulus mendapatkan kekuatan asosiatif penuh pada saat pertama kali dipasangkan dengan suatu
respons” (h. 30). Jadi, menurut Guthrie. helaar adalah hasil dan kontiguitas anrara satu pola stimulasi dengan satu respons,
dan beta jar akan lengkap (asosasi penuh) hanya setelah penvandingan antara stimuli dan respons.
Prinsip Kebaruan
Prinsip kontiguitas dan belajar satu percobaan membutuhkan recency principle (prinsip kebaruan), yang menyatakan hahwa
respons yang dilakukan terakhir kali di hadapan seperangkat stimuli adalah respons yang akan dilakukan ketika kombinasi
stimulus itu terjadi lagi di waktu lain. Dengan kara lain, apa pun yang kim lakukan terakhir kali dalam situasi tertentu akan
cendcrung kita lakukan lagi jika situasi itu kita jumpai lagi.
Stimuli yang DihasiLkan oleh Gerakan
Meskipun Guthrie menegaskan keyakiriannya pada hukum kontiguiras di sepanjang kar iernya, dia menganggap akan keliru
jika kita menganggap asosiasi yang dipelajari sehagai hanya asosiasi antara stimuli lingkungan dengan perilaku nvata.
Misalnya, kejadian di lingk ungan dan responsnva terkadang dipisahkan oleh satu interval waktu, dan karenanya sulit untuk
menganggap keduanva sebagai terjadi bersamaan. Guthrie memecahkan problem mi dengan mengemukakan adanva
movement-produced stimuli (stimuli yang dihasilkan oleh
I 227
BAGIAN KETIGA: TEORI-TEORI ASOSIASIONISTIK DOMINAN
gerakan), yakni disebabkan oleh gerakan tubuh. Jika kita mendengar suara dan menengok ke arah suara itu, misaLnya, maka otot, tendon
dan sendi bergabung membentuk Stinu1j yang berheda dan stimuli eksternal yang rnenyebabkan kita menoich. Fakta penting tentang stimuli
yang disebabkan oleh gerakan mi adalah hahwa respons dapat dikondisikan ke stimuli semacam itu. Yakni, setelah satu respons dipicu
oleb stimuli eksternal, tuhuh itu sendiri menghasilkan stimulus untuk respons selanjutnya dan respons itu melengkapi stimulus untuk
respons selanjutnya, dan seterusnya. Jadi, interval antara kejadian suatu stimulus eksternal dengan respons akhirnya diisi oleh stimuli yang
dihasilkan oleh gerakan. Pengkondisiannya masih antara kejadian-kejadian yang bersarnaan, namun dalairi heherapa kasus kontiguitas itu
adalah antara stimuli yang dihasilkan nleh gerakan dan perilaku, hukan antara stimuli eksternal dengan perilaku. Gurhrie (1935 memberi
contoh bagaimana dia mcmercayai fungsi stimuli yang dihasilkan oleh gerakan:
Gerakan seperti mendengar atau menatap tidak akan muncul atau usal secepat kilat. Dibutuhkan waktu untuk itu. Gerakan itu, setelah
dimulai, dipertahankan oleh stimuli. Ketika telepon berdering kita berdiri dan berlalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita
sampai ke pesawat telepon, suara itu sudah tidak lagi bertindak sebagai stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimuli dan gerakan kita
sendiri menulu pesawat telepon. Satu gerakan diikuti gerakan Iainnya, lalu diikutl gerakan ketiga, keempat, dan seterusnya. Gerakai, kita
membentuk sederetan kebiasaan yang sering sama. Gerakan-gerakan iii dan stimuli yang d!hasitkan gerakan itu memungkinkan perluason
asosiasi atau pengkondisian. (h. 54)
Versi sederhana dan siruasi mi dideskripsikan dalam contnh (,uthrie yang dapat diganih ,iikan dalam diagram herikut:
ckstcinal —- Respons nvata —4 Stimuli yang dihasilkan nich gerakan —4
I iehptni berdering) (nilsalrva herpaling
ke arab relepon
Re%poIl% ilvita —4 %timuli yang dihasilkan gerakan -4 rcspons nyata —4
imi tnt hangkit misalnya. bcrjalaii
din leinpat duduk) ke arab tlepon I
tiiittili vatig lihasilkan gerakan — respons nVata
i niisalnya. niengangkai telepon
I.nd.iat ( ;tthrie hahwa respons bisa mcnghadirkan stimuli untuk respons selanjutnya itliltIttli sangat populer di kalangan teoretisi belajar dan
masih dipakai dalam pen jelasan liii Ilt’I).it t)s bcrantai. Seperti telah kami kemukakan di Iib 5. penjelasan proses berantai e’(eh %L timer
umenekankan pada stitinili eksternal dan properti penguat sekundern a. Dalini b,ilt liii liia nelihat bahwa penjelasan peraiitaian oleh
Gurhrie lebih menekankan pada
•iu,ih ‘k%ten,ial. Penjelasan cbaining (perantaiafl. proses berantail oleb Hull dan Spence
itt hhili.is h lib dapar dilihat sebagai konibinasi dart pandangan Skinner Jan Gurhnie
/
I
BAGIAN KETIGA: TEORI-TEORI ASOSIASIONISTIK DOMNAN
banyak gerakan. Hubungan antara satu perangkat stimuli dengan satu gerakan dipelajarj secara lengkap dalam satu kali percobaan, namun
proses belajar mi tidak melahirkan kem ahiran dalam menjalankan suatu keahlian atau keterampilan. Misalnya, menyetir mobil
rnengoperasikan komputer, atau bermain sepak bola, semuanya itu adalah keahlian Yang rumit yang terdiri dan banyak asosiasi respons
stimulus dan salah satu dan ikatan atau asosiasi mi dipelajari secara menyeluruh dalarn satu percobaan. Tetapi, dibutuhkan waktu dan
latihan agar asosiasi yang dibutuhkan bisa terwujud. Belajar mengetik huruf A sambjl melihar pada kertas di sebelah Anda mungkin
membutuhkan asosiasi stimulus-respons spesifik (S-R). Melihat pada huruf B dan mengerik huruf B adalah conthh asosiasi spesifik lainnya,
demikian pula dengan melihat dan mengerik huruf C. Asosiasi spesifk mi harus tcrjadi untuk semua huruf dan kemudian untuk semua
angka dan untuk semua huruf hesar dan akhirnya untuk semua simbol yang ada di keyboard. Kira juga harus bela jar membeni respon di
dalam herhagai situasi, seperti dalarn kondisi cahava dan suhu rertentu, cara memandang materi, dan jenis kerras yang herlainan. Ketika
semua respons mi sudah dipelajari. kita mengatakan orang itu sudah abli. Jadi, keahlian seperti menjalankan program pngolah kata (atau
mengetik) memburuhkan hanvak knneksi S-R spesifk. masing-masing dipelajari dalani satu kali pcrcobaan.
Nienurut (uthrie, penyehah lhorndike menemukan pcningkatan sistematis melalui percohaan suksesif adalah karena dia meneliti belajar
suatu keahltan, bukan belajar gerakan individual. Guthrie dan Horton (1946) mengatakan,
Kami percaya bahwa ketika situasi kotak teka teki itu amat bervariasi, seperti dalam kotak Thorndlke dengan alat putaran tergantung,
maka kucing perlu melakukan banyak perulangan gerakan melepaskan din yang disesuaikan dengan perbedaan spesifik dalam situasi.
Dengani kata lain, kucing membangun keterampilan, bukan kebiasaan stereotip. Tetapi, keahtian itu terdiri dan hanyak kebiasaan spesifik.
Reduksi waktu gradual yang dilaporkari oleh Thorndike idalah konsekuensi dan variasi situasi yang dihadapi kucing. (h. 41)
Persoalati apakah helajar terjadi setclah saru kali pengalaman, seperti divakini Guthrie, ehIII iiiel.ilui peniiigkaran secara bertahap. seperri
divakini Thnrndikc, adal.ih isu yang masih kn,llro)ver%Ial dati akaii kira hahas lehib rinci di bab si_’laiijutnva.
Sift Pnguatan
Aiia vaiig iiiengganrikan kekuatan dalam teori Gurhrie? Pada poin ni Guthnie ,liIlgLIII.iL.iI1 isu yang dihahas Thorndike yang menjadikan revisi
hukum efek sebagai dasar Ie n I!I% a. leiiiirut Thorndike. ketika saru respons menimbulkan kcadaan ang meinuaskan,
.I’iliilii.is rcrtilangnva respons akan nieningkar. Cuthrie inenganggaji bukum efek adalah ii il hliiii iihkaii Nleniirur Guthrie.
rL’inforce;;wnt (jcnguatall) h.invalah aransenien mekunis,
ilhi iig.ipnva dapat dijelaskan dengall hukum belajarnva. \ lenurur Guthrie, pen guatan
•n’# qub,,li k iPliIiSI ang ,nenstnnulasi (tail kare,iain’a nzenCL’,’ah tcrjadinva ,jnI’Juill11g. tliI.iin Lurak reka teki. hal terakhir yang
dilakukan hevan sebelurn menerima
a
-
I_ __
K-li) K-Il K-12 K-14 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20 K-21 K-22 K-23 K-24 K-25 K-26 K-27 K-28 K-9
K-30 K-33 K-34 K-35 K-36 K-37 K-38 K-39 K-40 K-41 K-42 K-43 K-44 K-45 K-46 K-47 K-48 K-49 K-50 K-51
Gambar 8-1.
Catatan gambar serangkaiari respons salah satu kucing Guthrie untuk membebaskan din. Gambar In diambil secara otomatis ketika kucing
menggerakkan tuas. Perhatikan bahwa kucing cenderung
mnggerakkan tuas ke arah yang sama di setiap percobaan. (Dan Cats in a Puzzle Box, h. 53-55, oleh E. R. Guthrie & G. P. Horton, 1946,
New York: Holt, Rinehart & Winston. Dimuat cengan izin.)
1wriibih:iii yang rnndadak dalam kondisi yang menstimulasi. Dengan mengubab kondisi yang pIIel1%rIIiluIasi, respons menggerakkan was
dengan panrat, misainva, tidak akan dilupakan. II.il tcrakhir yang dilakukan hewan sebeluni pintu terbuka adalah mendorong tuas dengan
iiuat, dan karena ia mendorong dengan pantat itulah kondisi yang menstirnulasi herubah. J,iiti, lwrdasarkan hukum kebaruan, ketika kita
menemparkan hewan itu lagi ke kotak di wakiti yang lan, hewan itu akan rnerespons dengan mendorong tuas dengan pantarnya, dan iiiil,ili
yang dilihat oleh Guthrie dan Horton dalam percobaannva. Catatan gambar perilaku kik ing mi ditunjukkan di Gambar 8-1.
(,uihrie dan Horton (1946) mengarnati bahwa sering kali hewan, setelah bebas dan l..i.ik, ,ikan mengabaikan ikan yangdiberikan kepadanva.
Meskipun hewan itu mengabaikan iihirk yang disebut penguatan tersebut, hewan itu tetap bisa keluar dan kotak dengan lancar e’ieka di
waktu yang lain ia dimasukkan lagi ke dalam kotak. Observasi mi, menurut Guthrie, uti niwrktiat pcndapatnya bahwa penguatan
hanvalah aransemen mekanis yang mencegah
a
FI
BAB8 EDWINRAYGIJTHRIE
teriadu11Ya unlearning. Guthrie menyimpulkan bahwa setiap keadian yang diikuti dengan res: p; ponS yang diinginkan dan
hewan akan mengubah kondisi yang menstimulasi dan karenanya
n1empertahankan respons di dalam kondisi yang menstimulasi sebelumnya. Tetapi, seperti yang akan kita lihat nanti, ada
alternatif untuk interpretasi Guthrie atas observasi mi.
Lupa
Bukan hanya belajar saja yang terjadi dalam satu percobaan tetapi demikian pula halnya dengan forgetting (lupa). Menurut
Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons altërnatif dalam satu pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan
respons alternatif, pola stimulus jtu kemudian akan cenderung menghasilkan respons haru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti
melihatkan proses bela jar baru. mi adalah bentuk retroactive inhibition (hambatan retroaktif) yang ekstrem, yakni fakta
bahwa proses helajar lama diintervensi oleh proses belajar baru. Untuk menunjukkan hambatan retroaktif, man kita ambil
contoh seseorang yang belajar tugas A dan kernudian belajar tugas B lalu diuji untuk rugas A. Satu orang lainnya belajar
tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. Secara umum ditemukan bahwa orang pertama
mengingat tugas A lehih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa tmmpe1ajari sesuatu yang baru (tugas B) telah
mencampuri retensi dan apa yang telah dipelajari sebelumnya (tugas A).
Guthrie menerima bentuk hambatan rerroaktif ekstrem mi. Pendapatnya adalah bahwa setiap kali memplajari sesuatu yang
baru, maka proses itu akan “mengharnbat” sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oieh intervensi. Tak ada
interz’ensi, lupa tak terjadi:
Anak yang keluar dan kelas tujuh akan rriasih ingat banyak detail dan tahun kelulusan ni di sep anjang hayatnya. Anak yang
meneruskan pendidikannya akari kehilangan sebagian ingatann ya tentang detail kelas tujuh karena ia mengalami asosiasi
dengan kelas selanjutnya, dan pada waktu dia sudah kuliah di universitas dia mungkin akan tidak begitu ingat lagi nama-
nama teman dan kejadian-kejadian selama di kelas tujuh itu.
Ketika kita terlindungi dan isyarat (cue) yang sudah ada (established), kita menyadani bahwa isyarat-isyarat itu mungkin
akan mempertahankan koneksinya dengan satu respons secara terus-menerus. Istri dan seorang anggota suatu fakultas di
universitas baru-baru in) mengunjungi Norwegia, kampung halaman orang tuanya. Dia tidak bicara Norwegia sejak dia
berumur lima tahun setelah neneknya meninggal dan dia yakin diririya sudah lupa pada bahasa itu. Namun selama berada di
rdorwegia dia heran karena dininya bisa bercakap-cakap dengan orang sana. Bahasa dan situasi dan masa kanak-kanaknya
teningat kembali padahal selama di Amerika dia merasa sudah melupakannya. Tetapi omongannya menimbulkan rasa geli
bagi saudaranya karena dia berbicara seperti “bayi yang bisa bicara” dengan lancar. Jika keluarganya di Amenika terus
menggunakan bahasa Norwegia, maka “bahasa bayi” Norwegia in) akan dilupakan, asosiasinya dengan bahasa bayi itu akan
dihancurkan oleh frasa lain yang lebih kompleks.
Lupa bukan pudarnya asosiasi stimulus-respons secara pasif yang bergantung pada berlalunya
233
-_____ ________
I
BAGIAN KETIGA: TEORI-TEORI ASO5IASIONISTIK DOMINAN
nendang dan lan. Kuda itu akan melakukan apa saja untuk mencegah Anda memasang pelana di punggungnva. Jika Anda
tidak langsung meletakkan pelana, tetapi kain tipis di punggungnva, maka kuda itu kemungkinan besar ridak akan hereaksi
keras. Jika kuda tetap tenang, Anda pelan-pelan rnenambah heban dengan menggunakan kain atau selimut yang Iehjh tehal.
Kemudian Anda hisa meugganti selimut iru dengan pelana yang ringan dan kemudj1 pelana yang lazim. Dalam psikoterapi
ada proses yang mirip dengan OSCS mi. Jika abli rerapi mencoba membanru pasien mengatasi fohia tertentu, dia mungkin
akan menggunak merode aproksimasi yang telah dideskripsikan di atas. Jika pasien sangat takut pada- salah saru
keluarganva, misainva ihunva, si ahli terapi nittngkin pertama-tama herbicara tentang rang pada urnumnva, kernudian hicara
tentang perempuan, dan kemudian perempuan yang punva huhungan dengan si pasien daii, dengan cara mi, pelan-pelan
pemhicaraan dihawa ke soal si ibu . Metode mengarasi fohia mi mirip dengan reknik desensitisasi sisrematis \Volpe yang
didiskusikan di bab sel,elum mi.
1etode Kelelahan. Nietode kedua yang diusulkan Guthrie disebur fatigue method (metode kelelalian). Kita ambil contoh
kuda mdi. ?vletode kelelahan adalah dengan cara peniinakan, di mann relana dilempa r ke mnggunmnva, penungmang mcmi
ikmnva, dan berusaha mengendarai kmmd,i itu sanipam kuda iru menverab. Kuda ditunggangi sampai ia lelah dan
menvebabkannva tidak mcIavan lagi. Kemudian, menurut Guthrie. respons ketenangan akan mengganrikarm mespons
perlawanan terhadap pelana dan penunggangnva. Setelah Anda herhasil membuat ktidn wnnng saar diberi pelana dan
ditunggangi, maka kuda itu akan selarnanva tenang saat ii iht’it pela na dan ditunggangi.
(Inruk menghentikan kehiasaan anjing mnengejar-ngejar ayam, Anda cukup mnengikatnva Lilli nwmigikat seekor avam di
dekarnva retapi dalam jarak yang rak rnungkir. digapai Si anjing, iI,tii lain memnhiarkan si aniing herusaha mengejar—
ngejaruva. Saar anjing kelelahan maka dii utink akan lagi herusaha mengejar avarn Yang ada di hadapannva. Ayam itu
kemudiarm aiirmiidi perunjuk hagi anjing untuk melakukan sesuatu selain mengejr—ngcjar.
C onmoh 1mm dan Cuthrie unruk nieriTelaskan metode kelelahan adalah gadis kecil memhuat nrmmm tmm,mmivn kesal
karena stika bermain menvalakan korek api. Saran (;urhrie .idal.ih ineinI ’iirk,mmi si gadis atau mungkin miummiaksanva
terus menvalakan korek api sampai tirik di mini t mmitlak.mn menvalakan korek itu ridak lagi rnenvenangkan. Dalam
kondisi mi. melihar LiNek apt ,ikan nwnvehahkannva menghindarinva. hukan menyalakannva.
.hf.uIe Resfnns yang Tidak Konipatibe!. Xlctode keriga unruk menghenrikan kehiasaan diminimak iii inccnupatth!e response
method (metode respons yang tidak komparihel). Dengan on I sic liii, stimuli unruk respons yang rak diimiginkan disajikan
hersama stimuli lain yang ssimii,ismlkan respons yang ridak komparibel dengan respons yang ridak diinginkan rersehut. t%
liiIiis .1, woraimg anak rncndapar hadiab honeka panda, namun reaksi pertamania adalah
itt liii itirimglmmiidar. Schaiiknva. thu si anak iru memberi nasa kehangatan dan kenamanan ittli Iii si a mink. l)engan
menggunakan metode respnns yang rak komparihel. Anda akan
a
Metode Ambang
1. Pelana reguler —* rnenendang
2. Selimut tipis —* kalem
3. Selimut lcbih berat —* kalern
4. Selimut yang lebih herat lagi — kalem
5. pelana reguler —* kalem MetodeKelelahan
1. Pelana —* menendang
2. Waktu terus berjalan
3. Pelana —* kalem
Metode Respon yang TidaL’ Kompatibel
1. Boneka panda —* rakut
2. Ibu —* relaksasi
.3. Boneka dan ibu —* relaksasi
4. Boneka panda —+ relaksasi
BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE asangkan ibu dan boneka panda diharapkan ibu akan menjadi stimulus dominan. Jika ibu menjadi
stimulus dominan, reaksi anak terhadap kombinasi ibu-boneka itu akan beruPa relaksasi. Setelah reaksi relaksasi muncul
ketika ada boneka panda, maka boneka iw dapat dihadirkan sendirian, dan akan muncul relaksasi dalam din anak. Dengan
metode respons yang tak kompatibel, dua stimuli dihadirkan kepada si pembelajar: satu stimuli yang menimbulkan respons
yang tak diinginkan dan satu lagi stimulus yang lebih kuat yang znenyebabkan respons yang tak kompatibel dengan respons
yang tak diinginkan tersebut. Si pèmbela)a1 cenderung memberi respons selain respons yang tak diinginkan terhadap stimuli
yang sebelumya menimbulkan respons yang tak diinginkan. Karena penyandingan mi, stimuli yang sebelumnya
menimbulkan respons yang tak diinginkan kini akan menimbulkan respons yang diasosiasikan dengan stimulus yang lebih
kuat.
Ketiga metode untuk menghentikan atau memutus kebiasaan mi adalah etektif karena alasan yang sama. Guthnie (1938)
mengatakan, “Ketiga metode itu sesungguhnya adalah satu metode. Semuanya menyajikan suatu petunjuk tindakan yang
tidak diinginkan dan berusaha memengaruhi agar tindakan itu tidak dilakukan. Karena selalu ada perilaku lain yang terjadi
saat kita terjaga, petunjuk yang kita hadirkan menjadi stimuli untuk perilaku lain mi dan membuat respons yang buruk
menjadi tersingkirkan” (h. 62).
Tiga contoh cara memutus kebiasaan mu dapat diringkas sebagai berikut:
Dalam pembahasan kita mengenai teori Thorndikc (Bab 4) kita melihat dia percaya bahwa pergeseran asosiatif adalah jenis
belajar kedua, yang didasarkan pada kontiguitas saja dan tidak diatur oleh hukum efek. Karena Guthrie percaya bahwa
belajar bergantung pada konriguitas saja, maka tampaknya ada kesamaan antara konsep pergeseran asosiatif
ii
237
I
BAGIAN KETIGA: TEORI.TEORI ASOSIASIONISTIK DOMINAN
Thorndike dengan pendapat Guthrie. Sebenarnya seluruh teori Guthrie dapat dilihat sebagaj usaha untuk mendeskripsikan bagaimana suatu
respons yang diasosiasikan dengan satu stimulus bisa bergeser dan menjadi diasosiasikan dengan stimulus lain.
Metode respons yang tidak kompatihel untuk memutus kehiasaanflYa tampaknya mer upakan jenis pergeseran asosisatif. Stimulus 1, si ihu,
menimbulkan relaksasi. Stimulus 2, boneka panda, menimbulkan ketakutan. Ketika stimulus I dipasangkan hersania stimulus 2, respons
yang sebelumnya diasosiasikan dengan stimulus 1 kini akan dimunculkan oleh stimulus 2 karena dua stimuli itu muncul bersamaan
(contiguous). Boneka panda kini menimbulkan responS yang sehelumnya diasosiasikan dengan ihu.
Metode ambang untuk mernutus kehiasaan sepertinya juga merepresentasikan semacam pcrge%erafl asosiatif. Metode ambang untuk
menghilangkan rasa takur anak terhadap boneka panda adalah dengan secara bcrtal’ap mengasosiasikan honeka panda dengan si ibu. Perl
ama-tama, sesuatu yang tidak terkait langsung dengan boneka, rnisaln a mainan anak lain, dipasangkan dengan ihu. Kemudian objek yang
dipasangkan dengan ibu itu makin lama makin mirip dengan honeka panda, dan akhirnya honeka panda tersebut dipasangkan dengan ibu.
‘wLili lagi, hasil akhirnya adalah respons yang sehelumnya diasosiasikan dengan ihu kini lwi’gcscr” ke boiieka panda.
Mumb1ol<k8fl Kebiasaan
Ada pcrbedaan antara memutus kehiasaan dengan meinhelokkan kebiasaan. Memhelokkan tint incnvimpangkan kehiasaan dilakukan dengan
menghindari perunjuk yang menirnbulkan
ilakii yang rak Jiinginkan. Jika Anda mengumpulkan sejumlah besar pola perilaku yangtak iIvlIiI nan mcnvebabkan kecemasan, hal terbaik
yang hisa dilakukan adalah meninggalkan %eIiii%, II ii (iiithrie menyarankan agar Anda pergi 1w suatu lingkungan haru yang
memberi \iiia kewgaran baru karena Anda odak punya banyak asosiasi dengan lingkungan baru itu. l ii 1w liiigkimgan baru akan
membuat Anda lega dan hisa mengemhangkan pola perilaku ing haiLs, ltapi, mi hanyaiah pelarian parsial karena hanyak stimuii yang
menyehabkan pet il1ileti , tug tak diinginkan adalah stimuli internal Anda, dan Ancla, karenanya. akan
i imimli ,i 1w lingkungan haru. Juga stimuli dalam lingkungan haru yang identik ii an iiumrsp ilemigan stimuli di lingkungan lama akan
cenderung menimbulkan respunS yang ..elee’limmimii ,m elmkaitkaui dcngannya.
u n,rn
me mncmig.takan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleb apa penyebah jul ml. iii tug dilakukan uleb organiSflie yang
dihukum itu. 1—lukuman bekerja haik bukan it’ iii mdi muya rasa sakir yang dialarni oleh individu rerhukum. terapi karena hukuman sit.
ssiil’.ili eara mndividu merespOtiS stimuli terrentu. Hukuman akan efektif hanva ketika Ia III, imgha%mlkan respuns baru terhadap stimuli
yang sama. Hukuman herhasil niengubah perilaktm i,is tak dniugmnkan karcna hukuman menimbulkan perilaku yang tak kompatibel dengan
Jill
ikii Nyarat 2 dan 3 ridak terpenuhi, hukuman tidak akan cfektif atau justru memperkuat ipons yang tak diinginkan.
lads, kerika hukuman efekrif. ia akan menyehabkan organisme melakukan sesuatu selain gwiilikti yang dihukum saat stimuli yang
menimbulkan perilaku yang dihukum itu masih ada. lie qe en mi, tenru saja, menyelabkan terhentuknya asosiasi yang baru, dan ketika
stimuli
) 411
Dorongan
berkata,
I
BAB 8: EDWIN Y GUThRIE
241
stimuli itu muncul lagi di waktu yang lain, mereka cenderung akan menimbulkan respons yang bisa diterima.
Adakah bukti selain bukti anekdotal yang diberikan Guthrie untuk mendukung pendapatn ya tentang hukuman? jawabannya
ada. Fowler dan Miller (1963) melatih tikus untuk men yeberangi suatu jalur guna mendapatkan inakanan. Subjek dalam
kelompok kontrol cukup lad begitu saja dan mendapat makanan. Subjek dalam kelompok eksperimental diberi setrum dugan
di cakar depannya saat mereka menyentuh tempat makanan. Subjek dalam kelompok eksperimtaI kedua menerima setrum di
kaki belakangnya saat mereka menyentuh makanan. ibandingkafl dengan subjek di kelompok kontrol, subjek yang disetrum
cakar depannya saat menye1th makanan akan berlari lebih lambat dalam percobaan selanjutnya, sedangkan subjek yang
disetrum kaki belakangnya berlari lebih cepat. Seperti diprediksi Guthrie, memberi kejutan pada tikus di kaki belakangnya
akan mendorong mereka untuk berlari cepat, bukannya menghambat Ian rnereka. Karena anggota dan kedua kelompok
eksperimental itu mendapat intensitas setrum yang sama, maka bukan setrum itu yang memfasilitasi atau menghambat
kecepatan lan, tetapi kejutan itulah yang menyebahkan hewan berperilaku seperti itu. Setrum di cakar depan menyebabkan
penilaku tidak kompatibel dengan Ian sedangkan setrum di kaki belakang menyebabkan Ian lebih cepat.
Tidak semua riset tentang hukuman mendukung teori Guthrie, dan kini disadari bahwa penjelasan Guthrie tidak lengkap.
Untuk ulasan topik hukuman yang kompleks lihat, misalnya, Walters dan Grusec (1977).
Drives (dorongan) fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie disebut ,naintainiig stimuli (stimuli yang mempertahankan)
yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan vercapai. Misalnva, rasa lapar menghasilkan stimulasi internal yang terus
ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makanan diperoleh, maintaining stimuli akan bilatig, dan karenanya kondisi yang
menstimillasi telah berubah, dan karenanya mernpertahankan respons terhadap makanan. Tetapi, perlu ditekankan bahwa
dorongan fisiologis mi hanya salah satu dan sum- her stimuli yang mempertahankan. Setip sumber stimulasi yang terus
berlangsUng, entah itu ekstennal atau internal, menghasilkan stimuli yang mempertahankan. Guthnie (1938)
Untuk men jelaskan mi kita pertama-tama harus memahami apa problemnya. Apa yang membuat kotak teka teki menjadi
problem? Jawabannya adalah problem itu adalah situasi stimulus yang terus bertahan (persisten) yang menyebabkan hewan
gelisah sampal muncul suatu tindakan yang menghilangkan “maintaining stimuli” dan membuat rasa gelisah itu hilang.
Stimuli yang terus mengganggU itu terkadang dmnamakan “dorongan”. Dalam hewan yang kelaparan, perut yang senantiasa
melilit membuat mereka terganggu dan meughasilkan kegelisahan
Perilaku serupa dapat dihasilkan oleh beberapa stimulasi eksternal artifisial (buatan). Kantung
LJ
BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE
Transfer Training
Jelas bahwa Guthrie tak terlalu mengharapkan adanya transfer training. Dia mengatakan bahwa jika seorang anak belajar 2
tambah 2 di papan tulis, tidak ada jaminan anak itu akan iahu bagaimana cara menambah 2 dengan 2 saat di duduk di
bangkunya. Kondisi penstimulasi yang memunculkan asosiasi jauh berbeda dengan kondisi di bangku kelas.
Guthrie mengatakan kepada mahasiswa universitasnya, jika Anda ingin mendapat manfaat terbesar dan studi Anda, Anda
harus berlatih dalam situasi yang persis sama—dalam kursi yank sama—di mana Anda akan diuji. Tempat rerbaik untuk
belajar, menurut Guthrie, adalah di ruang di mana Anda akan dites karena semua stimuli di ruangan itu akan diasosiasikan
dengan informasi yang sedang Anda pelajari. Jika Anda belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang
diperoich di situ akan ditransfer ke kelas. Demikianlah cara Guthrie menjelaskan mengapa rnahasiswa setelah ujian mungkin
mengatakan, “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan din saya; aku sudah mempelajari materi ujian ratusan kali; saya sudah
memahaminya dengan baik, terapi saat ujian tiba pemahaman saya tak muncul.” Guthrie mengatakan bahwa itu karena tidak
ada kesamaan antara kondisi saat mahasiswa belajar dengan kondisi saat rnahasiswa menempuh ujian.
Saran Gurhrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti; selain iru, kita
harus melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita akan diuji. Jika kita ingin menggunakan
informasi mi di luar situasi ujian, kita harus keluar dan kelas dan mengasosiasikan stimuli lain dengan perilaku kita yang
dipicu oleh huku atau pelajaran dan dosen. Saran Guthrie kepada mahasiswa yang akan mempersiapkan din mengikuti ujian
esai adalah sama: Dalam mempersiapkan din menlhadapi tes esai, tulislah pertanyaan esai. Perkirakan apa pertanvaannya
dan jawablah. Paksa din Anda merespons pertanyaan itu dalam kondisi waktu yang kira-kira sama dengan kondisj waktu
saat ujian. Guthrie akan membeni nasihat yang sama untuk mekanik mobil atau listrik. Jika Anda ingin bela jar cara
memperbaiki mesin, berlatihlah dengan mesin, dan berlatihlah dalam kondisi yang sarna dengan kondisi yang ada di dunia
nil. Larihan mi akan rnernaksimalkan transfer.
Di rempar lain Gurhrie (1942) mengarakan, “Adalah penting bagi siswa untuk dibimbing dalam melakukan apa yang akan
dipelajari ... siswa ridak bela jar apa-apa yang ada di dalam buku atau perkuliahari. Siswa hanya belajar apa-apa yang ada di
buku atau kuliah yang menyebabkannya berhuat sesuatu” (h. 55). Menurut Guthrie, kita belajar apa yang kita lakukan
dalam kehadiran stiniuli spesifik. Prinsip mi berlaku bukan hanya pada transfer belajar di kelas ke perilaku dunia nyata
retapi juga ke semua jenis belajar. Aplikasi terbaru dan prinsip ml tampak dalam perielirian efek urutan kelahiran. Beberapa
periset percaya bahwa urutan kelahiran menghasilkan ciri-ciri bawaan (trait) dalam perilaku saat di dalam keluarga maupun
saat di luar keluarga. Sulloway (1996), misalnya, berpendapat bahwa anak pertama cenderung konservatif dan mendukung
ororitas sedangkan anak yang lahir kemudian cenderung seorang
243
inovator dan “pemberontak.” Sulloway menunjukkan efek urutan kelahiran mi menentukan karakter individu di sepanjang
hidupnva. Harris (2000), di lain pihak, menyajikan argum yang jelas akan disetujui oleh Guthrie. Harris menunjukkan bahwa
perilaku yang dipelajari seperti konservatisme, kepatuhan pada otoritas, atau pembangkangan, terhatas pada kofltek keluarga
dan tidak rnungkin dirransfer. Lehih jauh, dia menulis hahwa “anak helajar sendj. sendiri mengenai cara berperilaku di setiap
konteks sosialnva” (h. 176) dan rnenambahkan bahwa “hanva ada sedikit, arau tidak ada sama sekali, transfer training karena
pola perilaku yang diperoich di rurnah kemungkirian tidak sesuai atau tidak relevan untuk di luar rumab” (h. 177).
Gagasan mengenat wawasan, pernahaman dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada, maknan a hagi Gurhric. Satu—
satunva hukum belajar adalah hukum kontiguitas, yang iienvarakan lahwa ketika du.i kejadian rcrjadi bersama, keduanva
akan dipelajari. Sernua pruses belajar, entah itu pada manusja atau nonmanusia, ada dalam hukum kontiguitas dan prinsip-
prinsip yang rerkair dengannva. Tidak ada referensi ke kejadian kesadaran dalam Iruri Guthrie, dan juga tidak ada perhatian
pada nilai survival dan perilaku yang dipelajari Mrnurut Gurhrie. respons yang keliru hisa dipelajari sernudah mempelajari
respons yang he:ta,, dan akuisisi keduanva dijeaskan dengan hukuni belajar yang satna.
FOkMALISASI TEORI GUTHRIE OLEH VOEKS
%elwItI tclah disehurkan di muka. Guthrie tidak hanvak melakukan riset untuk teorinva sendiri. Telah ada riga penjelasan
rnengenai kurangnva eksperimentasi
tiihrw. Pentama, Bolles 1979) menunjukkan bahwa hal itu dikarenakan reori Guthrie nirnunitualkan peran motivasi dan
penguaran. Dua komponeti yang ada dalani teori belajar Liiiiity.i pad.i I 930-an dan 1 940—an memicu hanvak riser yang
diasoiasikan dcnganiwa. kidiia, ( arison (I 90) menunjukkan hahwa hal itu disehahkan psikologi, pada waktu
ir iii.tsili di (Jniversitas Washington, hanva diberikan pada ringkat sarjana. dan tesis a diwttii pascasarjana. yang sering
dipakai unruk menguji teori secara eksperirnental,
tiilak tersLtlIa ( iuthrte. Ketiga, seperti disadari sendiri o(eh Gurhrie. prinsip belajarnya 1111% ti ,iL,iti dalaiii term yang
terlalu umum sehingga sulit diuji.
Virimna \\‘. Voeks (921- I ‘)89), yang merupakan mahasiswa di Unversitas Washington mit ( imimhrie miiasih Illengajar di
sana, berusaha menvatakan kenibali reori Gurhrie dalarn term
tug tiktmp ketat agar bisa diuji secara empiris. Voeks mendapat gelar pada 1943 dan I mersuI.Is Washumigwn tcmpat ia
dipengaruhi oleh Guthrie, dan mendapar gelar Ph.D. dan ,tl’ p,iul,i )47, di mana dia rampaknva dipengaruhi oleb Hull. Hasil
karva Voeks adalah hull .ummg struikturnva I lullian tetapi isinva Gurhrian. Serelah mendapar gelar dokror. \‘oeks
umuhalu kt I. Ifliversitas \\ashington, tempat ma bekerja sanipai 1949. Pada (949 dia pindah :
I. 5.um Diego State College. sarnpai pensiun pada 1971.
I ).uluitm wrnvatian ulang Voeks aras reori Gurhrie ada empat postulat dasar, delapan
)44
r
BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE
-jjiisi dan delapan teorema. Postulat itu berusaha meringkaskan banyak prinsip belajar
uIfl dan Guthrie, sedang definisinya berusaha menjelaskan beberapa konsep Guthrian
perti stimulus, petunjuk, respons, dan belajar), dan teoremanya adalah deduksi dan postulat
dan definisi yang dapat diuji secara eksperimental. Voeks menguji sejumlah deduksinya dan
menemukan sejumlah bukti yang mendukung teori Guthrie.
Sebagian besar formalisasi Voeks atas teori Guthrie, dan riset yang dihasilkannya, terlalu
kompleks untuk,dipaparkandi sini. Tetapi empat postulat Voeks sudah cukup meringkaskan
dan menjadi éonoh dan formalisasi teori Guthrie yang dilakukannya.
Postulat I: Principle of Association. (a) Setiap pola stimulus yang pernah mengiringi satu
responS, dan/atau muncul lebih awal setengah detik atau kurang, akan meujadi petunjuk
langsung Yang kuat untuk respons itu. (b) mi adalah satu-satunya cara di mana pola stimulus
yang bukan petunjuk unruk respons tertentu menjadi petunjuk langsung untuk respons itu
(VoekS, 1950, h. 342).
Postulat II: Principle of Postrernitv. (a) Suatu stimulus yang mengiringi atau mendahului
dua atau lehih respons yang ridak kompatibel adalah stimulus yang dikondisikan hanva untuk
respons terakhir yang diberikan sat stimulus itu masih ada. (b) mi adalah satu-sarunva cara
di mana stimulus yang merupakan petunjuk untuk respons tertentu kini tidak lagi menjadi
perunjuk bagi respons itu (Voeks, 1950, h. 344).
Postulat 111: Principle of Response Probability. Probabilitas dan kejadian respons tertentu
pada waktu tertentu merupakan ... suatu fungsi ... dan proporsi ... kehadiran stimuli yang
adalah petunjuk bagi respons pada waktu itu ... (Voeks, 1950, h. 348).
Poctulat IV: Principle of Dynamic Situations. Pola stimulus dan suatu situasi tidaklah
statis tetapi dimodijkasj dan waktu ke waktu, karena ada peruhahan dan respons yang
diberika subjek, akumulasi kelelahan, peruhahan reaksi dan proses internal lainnya di dalam
subjek, serta karena hadirnva variasi terkontrol dan tak terkontrol dalarn stimuli yang ada
saat itu (Voeks, 1950, Ii. 350).
Pembaca tidak hoich menyimpulkan bahwa teori helajar Guthrie hanva menarik secara
hisroris. Seperti yang akan kita diskusikan nanti, saat kita membahas William K. Estes, salah
saru tren dalam teori helajar modern adalah mengarah ke penggunaan model matematika
dalam menjelaskan proses helajar. Teori belajar Guthrie adalah teoni yang memberi basis
untuk model matematika untuk teori belajar awal dan masih tetap berada di jantung dan
sehagian besar teori belajar modern.
PENDAPAT GIITHRIE TENTANG PENDIDIKAN
Seperti Thorndike, Guthrie menvarankan proses pendidikan dirnulai dengan menyatakan
tujuan, vakni menvatakan respons apa yang harus dihuat untuk suaru stimuli. Dia menyarankan
.1 245
lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan dilekatkan padanya.
Motivasi lebih tidak penting bagi Guthrie ketimbang bagi Throndike. Menurut Guthrje, yang diperlukan adalah siswa mesti merespoflS
dengan tepat dalam kehadian stimuli tertentu.
Latihan (praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebib banyak stimuli untuk menghasilkan perilaku yang diinginkafl. Karena setiap
pengalamail adalab unik, seseorang harus “belajar ulang” berkali-kali. Guthrie mengatakan hahwa belajar 2 tamah 2 di papan tulis tidak
menjamin siswa hisa helalar 2 tanbah 2 di haiigkunya. Siswa bukan hanya harus belajar bahwa 2 blok merah plus 2 hlok merah sama
dengan 4 blok merah, tetapi mereka juga harus mernbuat asosiasi 2 tambab 2 sama dengan 4 untuk hal lain seperti apel, anjing, buku. dan
sebagainYa. Adatah niungkin hahwa sisva akan helajar melekatkan respons ke stimuli di kelas dan respons lain ke stimuli yang sama di mar
kelas.
Pada dasarnva, Guthrie menerima teori elemen idenrik Thorndike dalam soal transfer training. Probabilitas munculnya respons yang sama
ke dua siruasi yang herhecla ditentukan nich kemiripan antara dna situasi itu. Seperti Thorndike. Guthrie menolak teori transfer diipliii
formal dan menganggaP hahva pencrimaa0 atas pendapat itu akan menghasilkan pr.ktik kelas yang huruk. Guthrie dan Powers 1950)
mengatakan.
Penerlmaafl atau penolakan guru pada teori dislplin formal dalam transfer, elemefl identik at ail generalisasi penjeIasafl akan
tercermin di sejumiah prakt1k menga jar sehari-hari. Materi yang diberikan guru jelas rnemberi bukti adanya penerimaafl
aktual, atau verbal, terhadap Liokirin dislplin formal. Maka tujuan dan pendidikafl hariya sekadar menyampaikan si peiajaran
i.’i intu; metode
pengaiarafl dan usaha untuk menghUbUflSkal is pelalaran dengarl kebutuhan para pembelalar menjadi soal
sekunder Siswa haruS menyesuaikan din dengarl ketentuafl tiala p.lajarafl dan harus menjalaru peran pasif.
Maiiøflt.iIlg atau mempertanyakan validitaS doktrin disiplin formal yang selama ni dianut akan ,v,ubuka jalan untuk eksperimetaS
pendidikan. Dalam hal mi guru mesti mempertanyakan apa nll& langsung dan tak langsuflg yang akan diberikan kepada rrurid dalam area
kurikulUm irtentu. Guru mesti bersedia merevisi is) dan metode pengajaran dan penyampaian mater). %Iw4 mast) dIlihot sebagal organisme
yang sedang tumbuh erkembaflg dan terusmeflerus nwitatd dan menata kembali pengalamanflya menladi pola perilaku. lugaS utama
pengalaran iistrukb)) karenaflya adalah menemukan apa minat sswa dan bagaimafla menggunakal Inselitif yang fektlf dan bijak untuk
memotivaSi siswa aktif belajar. (h. 256)
i lhc,rndikc, (urhrie pcreaya bahwa pendidikan formal ceharusnya menyerUP ii isi keli idtip,iii nyata sdnhirip mungkin Dingan kaa lain,
guru (ithrian akan menhlflt
anv.t inciakukai atau nwmpclaiari hal-hal vatig kelak akan mereka lakukan saat merck diii, seperti lhurndike. (,urhric mcndukutig program
migalig atan mcntorjg LIa i tig jw, lekatan pertukaran pelajar untuk memperluas pigalarnafi helaiar.
4
K n ti k
Adadava tank substansial di dalam pandangan yang dapat menjelaskan belajar penghindaran, belajar imbalan, pelenyapan
dan lupa dengan prinsip yang sarna. Tetapi, kemudahan penjelasan inilah yang menyehabkan para ilmuwan merasa tidak
nyaman terhadap pandanan Guthrie. Berdasarkan pendapat Popper yang prihatin dengan teori-teori yang tarnpaknva dapat
menjelaskan segala sesuatu. kita mencatat bahwa ada situasi di mana pendapat Guthrie menjadi ambigu dan terlalu
menggampangkan penjelasan terlalu banyak fenomena (Mueller & Schoenfeld, 1954).
Mueller dan Schoenfeld (1954) juga menunjukkan bahwa meskipun Guthrie mengkritik metodologi ekspenimental yang
huruk dan bahasa yang ambigu di dalam teori lain, namun dia tidak menerapkan standar mi untuk teorinya sendiri.
Eksperimen Guthrie dan Horton (1946), yang disajikan sehagai bukti reori, adalah contoh yang dikritik Mueller dan
Schoenfeld. Moore dan Stuttard (1979) menunjukkan hahwa, seperti kebanyakan keluarga kucing lainnya, termasuk kucing
piaraan. kucing dalam eksperimen Guthrie dan Horton melalukan perilaku
247
248 1
I