Bab 8

You might also like

You are on page 1of 14

Bab 8

Edwin Ray Guthrie


KonseP Teoretis Utama
Satu Hukum Belajar
Belajar Satu Percobaan
Prinsip Kebaruan
Stimuli yang DihasIkan oleh Gerakan
Mengapa Praktik Latihan Meningkatkan Performa?
Sifat Penguatan
Eksperimen Guthrie-Horton
Lupa
Ringkasan Teori Guthrie
Cara Memutus Kebiasaan
Membelokkan Kebiasaan
Hukuma n
Ringkasan Pendapat Guthrie tentang Hukuman
Dorongan
Niat
Transfer Training
Formalisasi Teori Guthrie oleh Voeks
Penda pat Guthrie tentang Pendidikan
Evaluasi Teori Gut hrie
Kontribusi
Kritik
Guthriel ahir pada 1886 dan meninggal pada 1959. Dia adalah profesor psikologi di University of Washington dan 1914
sampai pensiun pada 1956. Karya dasarnya
adalah The Psycholoy of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952. Gaya tulisannya mudah diikuti,
penuh humor, dan menggunakan banyak kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis arau
persarnaan matematika, dan dia sangat ‘akin bahwa tcorinva—atau teori iLmiah apa saja—harus dikemukakan dengan cara
yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru. Dia sangat menekankan pada aplikasi praktis dan gagasannya dan dalam hal mi
dia mirip dengan Thorndike dan Skinner. Dia sebenarnya bukan eksperimentalis meskipun dia jelas puna pandangan dan
orientasi eksperimental. Bersama

U 225
BAGIAN KETIGA: TEORI-TEORI ASOSIASIONISTIK DOMINAN

dengan Horton, dia hanya melakukan satu percobaan yang terkait dengan teori belajarnya dan kita akan mendiskusikan percobaan mi.
Tetapi dia jelas seorang behavioris. Dia bahkan menganggap teoretisi seperti Thorndike, Skinner, Hull, Pavlov, dan Watson masih sangat
subjektif dan dengan menerapkan hukurn parsimoni secara hati-hati akan dimungkinkan untuk menjelaskan semua fenomena belajar dengan
menggunakan satu prinsip. Seperti yang akan kita diskusikan di bawah, satu prinsip mi adalah hukum asosiasi Aristoteles. Karena alasan
inilah karni menernpatkan teori behavioristik Guthrie dala m paradigma asosiasionistik.
KONSEP TEORETIS UTAMA
Satu 1-iukum Betajar
Sebagian besar teori helajar dapat dianggap sehagai usaha untuk menentukan kaidah yang mengarur terjadinya asosiasi antara stimuli dan
respons. Guthrie (1952) herpendapat hahwa kaid-ah yang dikemukakan oleh para teoretisi seperti Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet
dan tak perlu, dan sehagai pcnggantinya dia mengusulkan saru hukum bela jar, law of contigiuty hukum kontiguitas). yang dinyatakannya
sehagai herikut: Kombinasi stimuli yang mengiringi suaru gerakan akin cenderung diikuri okh gerakan 1w jika keiadiannva berulang.
Perharikan hahwa di sini tidak dikatakan renrang “ge!ombang kontirmasi” arau pcilguatan atau efek menvenangkan” (h. 23). Cara lain
menvarakan hukum kontiguiras adalah jika Anda melakukan sesuaru dalam situasi tertenru, pada vaktu lain saar Anda dalam situasi iru
Anda cenderung akan melakukan hal yang sarna.
(iurhrie 1952) menjelaskan. kendari hukuni konriguitas mungkin benar naintin prediksi perilakunva scialu hersifar kemungkinan
(probabilistik):
Walaupun prinsip yang baru kami kmukakan cukup ringkas dn sederhana, namun prinsip itu tidak akan jelas tanpa diberi penjelasan yang
cukup. Kata “cenderung” dipaka) di sini karena perilaku subjek selalu bervariasi menurut kondisi. ‘Tendensi-tendensi” yang saling
bertentangan atau “tendensi-tendensi” yang tidak kompatibel selalu ada. Akibat dan satu stimulus atau pola stimulus tidak dapat diprediksi
dengan pasti karena ada stimulus lain dalarn situasi keseluruhan, namun dengan pernyataan ni kami tidak membanggakan din bahwa kami
memberi alasan yang lebih balk atas kegagalan dalam prediksi. Tak seorang pun yang pernah mcncatat dan tidak akan ada yang akan
mencatat setiap situasi stimulus secara keseluruhan, itau mengamati setiap situasi keseluruhan, sehingga menyebutnya sebagai “sebab-
sebab” iwrlku adalah suatu kekeliruan. (I-i. 23)
I )alaiu publikasi rerakhirnva sebelum dia meninggal. Guthrie I 1959) merevisi hukum ki im IgtnI.Isnva nwnjadi, “Apa—apa yang dilihar
akan nienjadi sinval unruk apa-apa yang diI akiIL,ul” (h. I S6). ml adalah cara (iuthrie mengakui hegitu banvaknva jumlah stimuli ang bi
iIwlipi ulganisine pada satu waktu tertentu dan organisme ridak mungkin membenruk lIIhI%I iteliptail semna stimuli itu. Organisine akan
merespons secara selektit pada sebagian I diii %tlinuhi yang dihadapinva, dan proporsi inilab yang akan diasosiasikan dengan
BAB8 : EDWIN RAY GUTHRIE
resp0n Di sini kita dapat melihat
ada kemiripan antara pemikiran Guthrie dengan konsep Thorndike tentang “prapotensi
elemen”, yang juga menyatakan bahwa organisme merespons
secata selektif terhadap aspek-aspek lingkungan yang berbeda-beda.
Tidak ada yang baru dalam hukum kontiguitas sebagai prinsip belajar. Seperti telah kami kemLlkan di Bab 3, hukum
kontiguitas berakar dan hukum asosiasi Aristoteles. Namun Guthrie menjadikan hukum kontiguitas sebagai dasar dan teori
belajarnya yang unik.
elajar Satu Percobaan
Unsur lain dan hukum asosiasi Aristoteles adalah hukum frekuensi, yang menyatakan bahwa kekuatan asosiasi akan
tergantung pada frekuensi kejadiannya. Jika hukum frekuensi dimodifikasi untuk merujuk pada asosinsi antara respons yang
menimbulkan “keadaan yang memuaskan” dengan kondisi pemicu yang mendahului respons, Thorndike, Skinner, dan Hull
akan menerimanya. Semakin sering suatu respons dikuatkan dalam situasi tertentu akan semakin besar kemungkinan respons
itu akan dilakukan saat situasi itu terjadi lagi. Jika asosiasinya adalah antara CS dan US, Pavlov akan menerima hukum
frekuensi. Sernakin banyak jumlah penyandingan antara CS dan US, semakin besar respons yang dikondisikan yang
diakibarkan oleh CS.
Namun prinsip one-trial learning (belajar satu percobaan) dan Guthrie (1942) menol ak hukum frekuensi sebagai prinsip
belajar: “Suatu pola stimulus mendapatkan kekuatan asosiatif penuh pada saat pertama kali dipasangkan dengan suatu
respons” (h. 30). Jadi, menurut Guthrie. helaar adalah hasil dan kontiguitas anrara satu pola stimulasi dengan satu respons,
dan beta jar akan lengkap (asosasi penuh) hanya setelah penvandingan antara stimuli dan respons.
Prinsip Kebaruan
Prinsip kontiguitas dan belajar satu percobaan membutuhkan recency principle (prinsip kebaruan), yang menyatakan hahwa
respons yang dilakukan terakhir kali di hadapan seperangkat stimuli adalah respons yang akan dilakukan ketika kombinasi
stimulus itu terjadi lagi di waktu lain. Dengan kara lain, apa pun yang kim lakukan terakhir kali dalam situasi tertentu akan
cendcrung kita lakukan lagi jika situasi itu kita jumpai lagi.
Stimuli yang DihasiLkan oleh Gerakan
Meskipun Guthrie menegaskan keyakiriannya pada hukum kontiguiras di sepanjang kar iernya, dia menganggap akan keliru
jika kita menganggap asosiasi yang dipelajari sehagai hanya asosiasi antara stimuli lingkungan dengan perilaku nvata.
Misalnya, kejadian di lingk ungan dan responsnva terkadang dipisahkan oleh satu interval waktu, dan karenanya sulit untuk
menganggap keduanva sebagai terjadi bersamaan. Guthrie memecahkan problem mi dengan mengemukakan adanva
movement-produced stimuli (stimuli yang dihasilkan oleh

I 227
BAGIAN KETIGA: TEORI-TEORI ASOSIASIONISTIK DOMINAN
gerakan), yakni disebabkan oleh gerakan tubuh. Jika kita mendengar suara dan menengok ke arah suara itu, misaLnya, maka otot, tendon
dan sendi bergabung membentuk Stinu1j yang berheda dan stimuli eksternal yang rnenyebabkan kita menoich. Fakta penting tentang stimuli
yang disebabkan oleh gerakan mi adalah hahwa respons dapat dikondisikan ke stimuli semacam itu. Yakni, setelah satu respons dipicu
oleb stimuli eksternal, tuhuh itu sendiri menghasilkan stimulus untuk respons selanjutnya dan respons itu melengkapi stimulus untuk
respons selanjutnya, dan seterusnya. Jadi, interval antara kejadian suatu stimulus eksternal dengan respons akhirnya diisi oleh stimuli yang
dihasilkan oleh gerakan. Pengkondisiannya masih antara kejadian-kejadian yang bersarnaan, namun dalairi heherapa kasus kontiguitas itu
adalah antara stimuli yang dihasilkan nleh gerakan dan perilaku, hukan antara stimuli eksternal dengan perilaku. Gurhrie (1935 memberi
contoh bagaimana dia mcmercayai fungsi stimuli yang dihasilkan oleh gerakan:
Gerakan seperti mendengar atau menatap tidak akan muncul atau usal secepat kilat. Dibutuhkan waktu untuk itu. Gerakan itu, setelah
dimulai, dipertahankan oleh stimuli. Ketika telepon berdering kita berdiri dan berlalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita
sampai ke pesawat telepon, suara itu sudah tidak lagi bertindak sebagai stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimuli dan gerakan kita
sendiri menulu pesawat telepon. Satu gerakan diikuti gerakan Iainnya, lalu diikutl gerakan ketiga, keempat, dan seterusnya. Gerakai, kita
membentuk sederetan kebiasaan yang sering sama. Gerakan-gerakan iii dan stimuli yang d!hasitkan gerakan itu memungkinkan perluason
asosiasi atau pengkondisian. (h. 54)
Versi sederhana dan siruasi mi dideskripsikan dalam contnh (,uthrie yang dapat diganih ,iikan dalam diagram herikut:
ckstcinal —- Respons nvata —4 Stimuli yang dihasilkan nich gerakan —4
I iehptni berdering) (nilsalrva herpaling
ke arab relepon
Re%poIl% ilvita —4 %timuli yang dihasilkan gerakan -4 rcspons nyata —4
imi tnt hangkit misalnya. bcrjalaii
din leinpat duduk) ke arab tlepon I
tiiittili vatig lihasilkan gerakan — respons nVata
i niisalnya. niengangkai telepon
I.nd.iat ( ;tthrie hahwa respons bisa mcnghadirkan stimuli untuk respons selanjutnya itliltIttli sangat populer di kalangan teoretisi belajar dan
masih dipakai dalam pen jelasan liii Ilt’I).it t)s bcrantai. Seperti telah kami kemukakan di Iib 5. penjelasan proses berantai e’(eh %L timer
umenekankan pada stitinili eksternal dan properti penguat sekundern a. Dalini b,ilt liii liia nelihat bahwa penjelasan peraiitaian oleh
Gurhrie lebih menekankan pada
•iu,ih ‘k%ten,ial. Penjelasan cbaining (perantaiafl. proses berantail oleb Hull dan Spence
itt hhili.is h lib dapar dilihat sebagai konibinasi dart pandangan Skinner Jan Gurhnie

BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE


karena penjelasan tU menyatakan bahwa stimulasi eksternal dan internal Sama-sama terlibat dalam pembentukan proses
berantai.
engapa Praktik Latitian Meningkatkan Perfornia?
Untuk menjawab pertanyaan mi, Guthrie membedakan antara acts (tindakan) derigan movement (gerakan). Gerakan adalah
kontraksi otot; tindakan terdiri dan berbagai macam gerakan. Tindakan biasanya didefinisikan dalam term apa-apa yang
dicapainya, yakni
perubahan apa yang mereka lakukan dalam lingkungan. Sebagai contoh tindakan, Guthrie H menyebut rnisalnya mengetik
surat, makan pagi, melempar bola, membaca buku, atau merijual
mobil. Guthrie Jan Horton (1946) rnenjelaskan perbaikan sebagai hasil dan latihan (practice) tindakan itu sehagai herikut:
Kami berpenclapat bahwa tindakan terdiri dan gerakan-gerakan yang dihasilkan dan kontraksi
otot, dan kontraksi otot-otot inilah yang diprediksi secara Iangsung oleh pninsip asosiasi. Kami
mengasumsikan bahwa gerakan itu dipengaruhi oleh pengkondisian atau belajar asosiatif dan
pengkondisian itu sendiri adalah soal “semuanya atau tidak sama sekali,” dan tingkatannya
tidak bergantung pada praktik. Satu pengalaman sudah cukup menciptakan asosiasi ni.
Tetapi belajar tindakan membutuhkan praktik atau latihan. Kami berasumsi bahwa tindakan
dimaksudkan mendapatkan hasil di dalam berbagai situasi dan melalul gerakan-gerakari yang
bervaniasi yang sesuai dengan situasi lingkungan tersebut. Belajar bertindak, yang berbeda
dan gerakan, jelas rnembutuhkan praktik sebab ía mengharuskan gerakan yang tepat telah
diasosisasikan dengan petunjuknya. Bahkan tindakan sederhana seperti memegang raket
membutuhkan beberapa gerakan berbeda sesuai dengan arak dan arah posisi objek itu. Satu
kali pengalaman tindakan yang sukses tidak cukup untuk membuat bayi mer.guasai suatu
tindakan sebab satu gerakan yang dilakukan pada saat tindakan itu terjadi mungkin di lain
waktu gerakan itu tidak akan sukses. (h. 7-8)
Sebagaimanari satu tindakan terdiri dan beherapa gerakan, saw keahlian juga terdiri dan heberapa tindakan. Jadi, helajar
keahlian seperti hermain golf atau menyetir mobil memb utuhkan ribuan asosiasi antara stimuli spesifik dengan gerakan
spesifik. Misalnya, helajar rnemasukkan bola ke cangkir dan jarak 5 meter dan sudtit tertentu dalam kondisi tertentu (angin datang
lani arah berlawanan, suhunva 85 derajat Fahrenheit, dan sebagainva) adalah salah satu dan respons yang diburuhkan dalarn permainan
golf. Hal serupa juga berlaku untuk helajar nienvetir, bermain gitai, dan SCITILL3 jenis keterampilan lainnya. Guthrie (1942) mengatakan,
“Belajar hiasanva terjadi dalam satu episode asosiatif. Dibutuhkan hanvak latihan dan banyak repetisi untuk nwndapatkan
keterampilan tertentu, sebab keterampilan memhuruhkan hanvak gerakan spesifik yang harus dikairkan dcngan berbagai situasi stim
ulus yang herbeda-beda. Keterampilan atau keablian bukan keL,iasaan sederhana, tetapi sekumpulan besar kebiasaan yang menghasilkan
sesuatu prestasi rertentu dalarn berbagai macam situasi” (h. 59).
Ringkasnya, suatu keterampilan terdiri Jan banyak tindakan, dan tindakan terdiri dan
229

/
I
BAGIAN KETIGA: TEORI-TEORI ASOSIASIONISTIK DOMNAN
banyak gerakan. Hubungan antara satu perangkat stimuli dengan satu gerakan dipelajarj secara lengkap dalam satu kali percobaan, namun
proses belajar mi tidak melahirkan kem ahiran dalam menjalankan suatu keahlian atau keterampilan. Misalnya, menyetir mobil
rnengoperasikan komputer, atau bermain sepak bola, semuanya itu adalah keahlian Yang rumit yang terdiri dan banyak asosiasi respons
stimulus dan salah satu dan ikatan atau asosiasi mi dipelajari secara menyeluruh dalarn satu percobaan. Tetapi, dibutuhkan waktu dan
latihan agar asosiasi yang dibutuhkan bisa terwujud. Belajar mengetik huruf A sambjl melihar pada kertas di sebelah Anda mungkin
membutuhkan asosiasi stimulus-respons spesifik (S-R). Melihat pada huruf B dan mengerik huruf B adalah conthh asosiasi spesifik lainnya,
demikian pula dengan melihat dan mengerik huruf C. Asosiasi spesifk mi harus tcrjadi untuk semua huruf dan kemudian untuk semua
angka dan untuk semua huruf hesar dan akhirnya untuk semua simbol yang ada di keyboard. Kira juga harus bela jar membeni respon di
dalam herhagai situasi, seperti dalarn kondisi cahava dan suhu rertentu, cara memandang materi, dan jenis kerras yang herlainan. Ketika
semua respons mi sudah dipelajari. kita mengatakan orang itu sudah abli. Jadi, keahlian seperti menjalankan program pngolah kata (atau
mengetik) memburuhkan hanvak knneksi S-R spesifk. masing-masing dipelajari dalani satu kali pcrcobaan.
Nienurut (uthrie, penyehah lhorndike menemukan pcningkatan sistematis melalui percohaan suksesif adalah karena dia meneliti belajar
suatu keahltan, bukan belajar gerakan individual. Guthrie dan Horton (1946) mengatakan,
Kami percaya bahwa ketika situasi kotak teka teki itu amat bervariasi, seperti dalam kotak Thorndlke dengan alat putaran tergantung,
maka kucing perlu melakukan banyak perulangan gerakan melepaskan din yang disesuaikan dengan perbedaan spesifik dalam situasi.
Dengani kata lain, kucing membangun keterampilan, bukan kebiasaan stereotip. Tetapi, keahtian itu terdiri dan hanyak kebiasaan spesifik.
Reduksi waktu gradual yang dilaporkari oleh Thorndike idalah konsekuensi dan variasi situasi yang dihadapi kucing. (h. 41)
Persoalati apakah helajar terjadi setclah saru kali pengalaman, seperti divakini Guthrie, ehIII iiiel.ilui peniiigkaran secara bertahap. seperri
divakini Thnrndikc, adal.ih isu yang masih kn,llro)ver%Ial dati akaii kira hahas lehib rinci di bab si_’laiijutnva.
Sift Pnguatan
Aiia vaiig iiiengganrikan kekuatan dalam teori Gurhrie? Pada poin ni Guthnie ,liIlgLIII.iL.iI1 isu yang dihahas Thorndike yang menjadikan revisi
hukum efek sebagai dasar Ie n I!I% a. leiiiirut Thorndike. ketika saru respons menimbulkan kcadaan ang meinuaskan,
.I’iliilii.is rcrtilangnva respons akan nieningkar. Cuthrie inenganggaji bukum efek adalah ii il hliiii iihkaii Nleniirur Guthrie.
rL’inforce;;wnt (jcnguatall) h.invalah aransenien mekunis,
ilhi iig.ipnva dapat dijelaskan dengall hukum belajarnva. \ lenurur Guthrie, pen guatan
•n’# qub,,li k iPliIiSI ang ,nenstnnulasi (tail kare,iain’a nzenCL’,’ah tcrjadinva ,jnI’Juill11g. tliI.iin Lurak reka teki. hal terakhir yang
dilakukan hevan sebelurn menerima

a
-

BAB 8: EDWIN RAY GLJTHRIE


atu penguat adalah menggerakkan satu was atau menarik cincin, yang membuatnya bisa keluar dan kotak itu. Karenanya, respons yang
memungkinkan hewan untuk keluar dan cj,tak—misaInya menggerakkan tuas—akan mengubah semua pola stimuli yang dialami hewan.
Menurut prinsip kebaruan, ketika hewan diletakkan kembali ke dalam kotak teka teki, ia cenderung akan menggerkkan tuas Jagi. Dengan
kata lain, setelah behas dan kotak dengan rnenggerakkan was si hewan akan mempertahankan asosiasi antara keadaan berada di kotak
dengan menggerakkan tuas. Dalam ken araannya, respons terakhjr yang dilakukan di kotak teka teki itu akan menjadi respons yang
dilakukan hewan saat ia diletakkan lagi dalam kotak, terlepas dan apa jenis respons itt,. Guthrie dan Horton (1946) mengatakan,
Menurut pendapat kami, dalam situasi kedua ni hewan cenderung mengulang perilaku yang
dilakukannya di situasi pertama, kecuali selama a berada di kotak itu ia cenderung membentuk
respons baru pada situasi dalam kotak teka teki tersebut. Penyebab dan dipertahankannya
tindakan terakhir yang membuatnya bebas adaiah karena tindakan itu membehaskan kucing dan
situasi dalam kotak dan karenanya tidak memungkinkan ada respons baru yang dihubungkan
dengan situasi dalam kotak teka teki. Tindakan membebaskan din itu menyebabkan tindakan
itu tak lagi penlu dipelajari ulang. (h. 30)
Di kesempatan lain Guthrie (1940) mengarakan,
Pandangan kami adalah bahwa hewan b&a)ar membebaskan din berdasarkan keberhasUannya
dalam membebaskan din untuk pertama kalinya. Hasil belajar mi tidak akan dilupakan
karena pembebasan dir) itu akan melepaskan hewan dan situasi itu dan karenanya ia tak lagi
berkesempaan untuk menciptakan asosiasi baru.
Pertemuannya dengan makanan tak akan mengintensifkan perilakunya tetapi menyebabk
ari perilaku itu tidak dilupakannya. Seluruh situasi dan perilaku hewan diubah oieh makanan
itu sehingga situasi sebelum ada makanan tidak memunculkan asosiasi baru. Asosiasi baru mi
tidak dapat terjadi tanpa adanya situasi di dalam kotak, dan tanpa adanya perilaku yang mend
ahului terbukanya pintu kotak. (h. 144-145)
Eksperirnen Guthrie-Horton
Guthnic dan Horton (1946) secara cermar mengamari sekitar delapan ratus kali tindak melepaskan din dan kotak teka teki yang
dilakukan oleb kucing. OI,servasi mi dilaporkan dalam huku herjudul cats in a Pnz1e Box. Kotak yang mereka pakai sarna
dengan yang dipakai Thorndike dalam melakukan eksperimennva. Guthrie dan Horton menggunakan banvak kucing sehagai subjek
percohaan, Ectapi mereka nielihat setiap kucing belajar keluar dan kotak dengan cara sendiri-sendiri yang herheda-beda. Respon khusus
yang dipelajari oleh hewari tertentu adalah respons yang dilakukan hewan sehelum ia keluar dan kotak. Karena respons mi cenderung
diulang lagi saar kucing dilerakkan di kotak di waktu yang lain, maka ia dinamakan stereot-vped bebtwior (perilaku stereotip). Misalnya,
kucing A akan menekan tuas dengan pantamva, kucing B dengan kepalanya, atau kucing C dengari cakarnya. Gurhrie rncngatakan bahwa
dalam niasing-rnasing kasus, terhukanva pintu kotak merupakan
231
—-

BAGIAN KETIGA: TEORI-TEOR ASOSIASIONISTIK DOMINAN

I_ __

K-li) K-Il K-12 K-14 K-16 K-17 K-18 K-19 K-20 K-21 K-22 K-23 K-24 K-25 K-26 K-27 K-28 K-9
K-30 K-33 K-34 K-35 K-36 K-37 K-38 K-39 K-40 K-41 K-42 K-43 K-44 K-45 K-46 K-47 K-48 K-49 K-50 K-51
Gambar 8-1.
Catatan gambar serangkaiari respons salah satu kucing Guthrie untuk membebaskan din. Gambar In diambil secara otomatis ketika kucing
menggerakkan tuas. Perhatikan bahwa kucing cenderung
mnggerakkan tuas ke arah yang sama di setiap percobaan. (Dan Cats in a Puzzle Box, h. 53-55, oleh E. R. Guthrie & G. P. Horton, 1946,
New York: Holt, Rinehart & Winston. Dimuat cengan izin.)
1wriibih:iii yang rnndadak dalam kondisi yang menstimulasi. Dengan mengubab kondisi yang pIIel1%rIIiluIasi, respons menggerakkan was
dengan panrat, misainva, tidak akan dilupakan. II.il tcrakhir yang dilakukan hewan sebeluni pintu terbuka adalah mendorong tuas dengan
iiuat, dan karena ia mendorong dengan pantat itulah kondisi yang menstirnulasi herubah. J,iiti, lwrdasarkan hukum kebaruan, ketika kita
menemparkan hewan itu lagi ke kotak di wakiti yang lan, hewan itu akan rnerespons dengan mendorong tuas dengan pantarnya, dan iiiil,ili
yang dilihat oleh Guthrie dan Horton dalam percobaannva. Catatan gambar perilaku kik ing mi ditunjukkan di Gambar 8-1.
(,uihrie dan Horton (1946) mengarnati bahwa sering kali hewan, setelah bebas dan l..i.ik, ,ikan mengabaikan ikan yangdiberikan kepadanva.
Meskipun hewan itu mengabaikan iihirk yang disebut penguatan tersebut, hewan itu tetap bisa keluar dan kotak dengan lancar e’ieka di
waktu yang lain ia dimasukkan lagi ke dalam kotak. Observasi mi, menurut Guthrie, uti niwrktiat pcndapatnya bahwa penguatan
hanvalah aransemen mekanis yang mencegah

a
FI
BAB8 EDWINRAYGIJTHRIE
teriadu11Ya unlearning. Guthrie menyimpulkan bahwa setiap keadian yang diikuti dengan res: p; ponS yang diinginkan dan
hewan akan mengubah kondisi yang menstimulasi dan karenanya
n1empertahankan respons di dalam kondisi yang menstimulasi sebelumnya. Tetapi, seperti yang akan kita lihat nanti, ada
alternatif untuk interpretasi Guthrie atas observasi mi.
Lupa
Bukan hanya belajar saja yang terjadi dalam satu percobaan tetapi demikian pula halnya dengan forgetting (lupa). Menurut
Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons altërnatif dalam satu pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan
respons alternatif, pola stimulus jtu kemudian akan cenderung menghasilkan respons haru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti
melihatkan proses bela jar baru. mi adalah bentuk retroactive inhibition (hambatan retroaktif) yang ekstrem, yakni fakta
bahwa proses helajar lama diintervensi oleh proses belajar baru. Untuk menunjukkan hambatan retroaktif, man kita ambil
contoh seseorang yang belajar tugas A dan kernudian belajar tugas B lalu diuji untuk rugas A. Satu orang lainnya belajar
tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. Secara umum ditemukan bahwa orang pertama
mengingat tugas A lehih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa tmmpe1ajari sesuatu yang baru (tugas B) telah
mencampuri retensi dan apa yang telah dipelajari sebelumnya (tugas A).
Guthrie menerima bentuk hambatan rerroaktif ekstrem mi. Pendapatnya adalah bahwa setiap kali memplajari sesuatu yang
baru, maka proses itu akan “mengharnbat” sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oieh intervensi. Tak ada
interz’ensi, lupa tak terjadi:
Anak yang keluar dan kelas tujuh akan rriasih ingat banyak detail dan tahun kelulusan ni di sep anjang hayatnya. Anak yang
meneruskan pendidikannya akari kehilangan sebagian ingatann ya tentang detail kelas tujuh karena ia mengalami asosiasi
dengan kelas selanjutnya, dan pada waktu dia sudah kuliah di universitas dia mungkin akan tidak begitu ingat lagi nama-
nama teman dan kejadian-kejadian selama di kelas tujuh itu.
Ketika kita terlindungi dan isyarat (cue) yang sudah ada (established), kita menyadani bahwa isyarat-isyarat itu mungkin
akan mempertahankan koneksinya dengan satu respons secara terus-menerus. Istri dan seorang anggota suatu fakultas di
universitas baru-baru in) mengunjungi Norwegia, kampung halaman orang tuanya. Dia tidak bicara Norwegia sejak dia
berumur lima tahun setelah neneknya meninggal dan dia yakin diririya sudah lupa pada bahasa itu. Namun selama berada di
rdorwegia dia heran karena dininya bisa bercakap-cakap dengan orang sana. Bahasa dan situasi dan masa kanak-kanaknya
teningat kembali padahal selama di Amerika dia merasa sudah melupakannya. Tetapi omongannya menimbulkan rasa geli
bagi saudaranya karena dia berbicara seperti “bayi yang bisa bicara” dengan lancar. Jika keluarganya di Amenika terus
menggunakan bahasa Norwegia, maka “bahasa bayi” Norwegia in) akan dilupakan, asosiasinya dengan bahasa bayi itu akan
dihancurkan oleh frasa lain yang lebih kompleks.
Lupa bukan pudarnya asosiasi stimulus-respons secara pasif yang bergantung pada berlalunya
233

BAGIAN KETIGA; TEORI-TEORI ASO5IASIONISTIK DOMINAN


waktu, tetapi lupa melibatkan proses unleorning aktif, yakni proses belajar melakukan sesuatu
yang lain dalam situasi tersebut. (h. 29-30)
Ringkaan Teori Guthrie
ASOSIaSI antara kojidisi yang menstimulasi dengan gerakan terus-menerus dibuar. .Asosjasi anrara stimulus dan respons
rerjadi hanva karena keduanva teradi bersama-sama. Asosiasi it-u dapat berupa antara stimuli eksternal dengan respons nyara at-
au anrara stimuli yang diproduksi gerakan dengan respons nyara. Asosiasi mi akan rerus berlanjur sampai respons yang sama
rerjadi ketika ada stimuli lain atau sampal stimuli yang saina terjadi namun responsnva tidak tcrjadi karena ada hambatan.
Dalam situasi belapar yang rerstruktui seperti dalarn kurak teka teki. lingkungan ditara sedemikian rupa schingga terjadi
peruhahan tiba—tLba jalain stimulasi setclah respons tertentu dilakukan. \lisalnva, jika kucing menekan tuas, pinru
akan rerbuka dan ia bisa keltiar. Guthrie mengarakan bahwa setelab kucing tuenekan tuas situasi srimulusnva nba-nba
beruhab dan asosiasi apa pun yang ada sebelum vakru perubahan iru akan tetap dipertahankan. Asosiasi paling akhir tbaru)
sebelurn perubahan mendadak itu adalah asosiasi anrara srimulasi dalam korak dengan respons yang meimingkinkan
hewan itu keluar. ?.lenurur prinsip kebaruan un, ketika hewaui dimasiikkaui lagi ke dalam kurak, a cenderuuig akan
melakukan respons \ang sania ( ia cenderung menekan ras lagi . dan kita mengarakan hahwa kucing itu relah mempelajari
cara keluar dan korak.
Berheda dengan Thorndike, Skinner. Hull dan Pavlov. Gurhrie bukaiJah reoretusi pen guanan. Tentu saja liiurndike juga
inendiskusikan pergescran asusiatit yang dianggapnva trrjadi secara lepas dan penguaran. Akan rctapi, karena lokus utama
Thorndike adalah paJa penis helajar yang diarur okh hukuin etek, dia tiniuinnva dianggap tcorenisl j’eiigtiatan.
Dan te;rerisi—tcor’.tisi vatig sudah Lita I ihas sampai saat mi. re r ( ;urhrft idalah teor ang paling mirip dengan teori Watson.
\\atson arau Curhrie bukan reoretisi penguatan. \Varsun percava bahva semua proses belajar dapar dijelaskan dengan
nienggunakan hukurn Luiirigriiras Jan frekuensi. Perbedaan rirama antara teori \Xirson dengan teonl Guthrie adalab. \‘(.uisun
nieiienjina hukum trekuensi scdangkan ( ;rhi tidaL.
CARA MEMUTUS KEBIASAAN
Kehiasaan adalah respons yang menjadi diasosiasikan dengan scjumlah besar stimulus. Seinakin hanvak stimuli yang
inenimbulkan respons, semakin kriat kebuasaan. Merokok.1 inisainva. dapar menjadi kebiasaan yang kuar karena respons
merokok rerjadi di hadapail l’uui,ik sekali pertinjuk (cue). Seriap pctuT1uk yang niuncul senlap kali seseorang nierokok .ikii
euiderung meniiuhulkan perilakii merokok lagi saar pernuijuk itu ditemuinva lagi. Gurhrie I c2 ) mengindikasikan bahwa
mi dalani kunipan benukun:
knmpleksiras kebiasaan
Kesulitan ut-ama dalam rangka menghindari kebiasaan buruk adalah karena petunjuk yang baik sangat sulit
ditemui. dan dalam banvak sistem kebiasaan buruk ada banyak sekali petunjuk
.‘ 14

-_____ ________

4 BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE


pendukung kebiasaan itu. Setiap pengulangan akan menambah satu atau Iebih petunjuk baru
yang memunculkan perilaku yang buruk. Minum alkohol dan merokok setelab bertahuntahun
E dijalani adalah sistem tindakan yang dapat dipicu oleh ribuan pengingat, dan menjadi imperatif
karena tidak adanya objek kebiasaan, minuman dan rokok, akan menyebabkan tindakan
itu terhalang dan menimbulkan ketegangan dan kegelisahan. Keinginan, yang mencakup
; ketegangan di otot yang terbiasa minum dan merokok, mengganggu tindakan lain. Penulis
yang “ingin merokok” terganggu dalam menulis dan keadaan yang mengganggu mi akan terus
berlanjut sampai keingmnan itu terpenuhi. Munculnya keinginan mungkmn disebabkan oleh
alah satu dan hal-hal yang berkaitan dengan rokok—bau rokok, melihat orang lain merokok,
melihat rokok, duduk di kursi, duduk di meja, selesai makan, keluar dan gedung bioskop, dan
ribuan stimulus lainnya. Sebagian besar perokok, saat sibuk beraktivitas yang tidak terhubung
dengan rokok, mungkin tidak merasakan keinginan merokok dalam periode waktu yang agak
ama. Yang ainnya merasakan munculnya keinginan merokok berhubungan dengan hal-hal
seperti keadaan setelah makan, jika ia sudah lama terbiasa merokok setelah makan. Saya
pernah mengatakan kepada seseorang bah’a apel adalah alat yang bagus untuk menghindari
rokok. Orang itu menyadarkan saya bahwa saat saya memberi penjelasan itu saya sedang
merokok. Kebiasaan menya!akan rokok sangat terkait erat dengan situasi setelah selesai
makan sehingga merokok dapat dilakukan secara otomatis. (h. 116)
Metode A,nbang. Untuk memutus kebiasaan, aturannva selalu sama: Can petunjuk
yang memicu kebiasaan buruk dan lakukan respons lain saar perunjuk itu muncul. Guthrie
mengemukakan tiga cara yang dapat dilakukan organisme untuk memberi respons, bukan
respons yang tidak diinginkan. rerhadap saru pola stimuli. Teknik pertama dinamakan
threshold method (metode ambang). Menurut Guthrie (1938, metode mi:
adalah dengan memperkenalkan stimulus Iemah yang tidak menimbulkan respons dan
kemudian pelan-pelan menaikkan intensitas stimulus itu, tetapi selalu berhati-hati agar ia
tetap berada di bawah “ambang batas” resporis. Pengenalan gradual gerakan kapal yang,
sayangnya, tidak dapat dikontrol oleh manusia tetapi tergantung pada perubahan gradual
dalam cuaca, dapat melahirkan toleransi pada badai. Kebanyakan anak bereaksi terhadap rasa
buah zaitun muda dengan melepehkannya, tetapi jka mereka memulai dengan potongan kecilk
ecil, yang tidak menimbulkan penolakan, maka seluruh buah zaitun hijau itu pada akhirnya
akan habis dimakan.
Anggota keluarga belajar menggunakan jenis hambatan asosiatif dalam menghadapi anggota
lainnva. Proposal untuk memasukkan putri ke sekolah mahal “diusuikan dengan halus” kepada
sang ayah. Keunggulan sekolah itu dikemukakan dengan hati-hati tanpa menyebutkan usulan
itu, dan juga dikemukakan kritik terhadap sekolah lain pertama-tama dengan cara halus hingga
tidak menimbulkan perdebatan, yang menyebabkan si ayah tidak kaget dan membantah saat
usulan diajukan karena memikirkan biayanya yang mahal. Pada saat ni dia sudah mengenal ide
dasarnya dan karenanya tidak muncul reaksi keras. (h. 60-61)
Contoh lain dan metode ambang mi adalah untuk menghenrikan kehiasaan seekor kuda.
J ika Anda menemui seekor kuda yang belum pernah diberi pelana di punggungnya dan
Anda berusaha meletakkan pelana ke punggungnva. kuda itu biasanva akan menendang
235

I
BAGIAN KETIGA: TEORI-TEORI ASO5IASIONISTIK DOMINAN
nendang dan lan. Kuda itu akan melakukan apa saja untuk mencegah Anda memasang pelana di punggungnva. Jika Anda
tidak langsung meletakkan pelana, tetapi kain tipis di punggungnva, maka kuda itu kemungkinan besar ridak akan hereaksi
keras. Jika kuda tetap tenang, Anda pelan-pelan rnenambah heban dengan menggunakan kain atau selimut yang Iehjh tehal.
Kemudian Anda hisa meugganti selimut iru dengan pelana yang ringan dan kemudj1 pelana yang lazim. Dalam psikoterapi
ada proses yang mirip dengan OSCS mi. Jika abli rerapi mencoba membanru pasien mengatasi fohia tertentu, dia mungkin
akan menggunak merode aproksimasi yang telah dideskripsikan di atas. Jika pasien sangat takut pada- salah saru
keluarganva, misainva ihunva, si ahli terapi nittngkin pertama-tama herbicara tentang rang pada urnumnva, kernudian hicara
tentang perempuan, dan kemudian perempuan yang punva huhungan dengan si pasien daii, dengan cara mi, pelan-pelan
pemhicaraan dihawa ke soal si ibu . Metode mengarasi fohia mi mirip dengan reknik desensitisasi sisrematis \Volpe yang
didiskusikan di bab sel,elum mi.
1etode Kelelahan. Nietode kedua yang diusulkan Guthrie disebur fatigue method (metode kelelalian). Kita ambil contoh
kuda mdi. ?vletode kelelahan adalah dengan cara peniinakan, di mann relana dilempa r ke mnggunmnva, penungmang mcmi
ikmnva, dan berusaha mengendarai kmmd,i itu sanipam kuda iru menverab. Kuda ditunggangi sampai ia lelah dan
menvebabkannva tidak mcIavan lagi. Kemudian, menurut Guthrie. respons ketenangan akan mengganrikarm mespons
perlawanan terhadap pelana dan penunggangnva. Setelah Anda herhasil membuat ktidn wnnng saar diberi pelana dan
ditunggangi, maka kuda itu akan selarnanva tenang saat ii iht’it pela na dan ditunggangi.
(Inruk menghentikan kehiasaan anjing mnengejar-ngejar ayam, Anda cukup mnengikatnva Lilli nwmigikat seekor avam di
dekarnva retapi dalam jarak yang rak rnungkir. digapai Si anjing, iI,tii lain memnhiarkan si aniing herusaha mengejar—
ngejaruva. Saar anjing kelelahan maka dii utink akan lagi herusaha mengejar avarn Yang ada di hadapannva. Ayam itu
kemudiarm aiirmiidi perunjuk hagi anjing untuk melakukan sesuatu selain mengejr—ngcjar.
C onmoh 1mm dan Cuthrie unruk nieriTelaskan metode kelelahan adalah gadis kecil memhuat nrmmm tmm,mmivn kesal
karena stika bermain menvalakan korek api. Saran (;urhrie .idal.ih ineinI ’iirk,mmi si gadis atau mungkin miummiaksanva
terus menvalakan korek api sampai tirik di mini t mmitlak.mn menvalakan korek itu ridak lagi rnenvenangkan. Dalam
kondisi mi. melihar LiNek apt ,ikan nwnvehahkannva menghindarinva. hukan menyalakannva.
.hf.uIe Resfnns yang Tidak Konipatibe!. Xlctode keriga unruk menghenrikan kehiasaan diminimak iii inccnupatth!e response
method (metode respons yang tidak komparihel). Dengan on I sic liii, stimuli unruk respons yang rak diimiginkan disajikan
hersama stimuli lain yang ssimii,ismlkan respons yang ridak komparibel dengan respons yang ridak diinginkan rersehut. t%
liiIiis .1, woraimg anak rncndapar hadiab honeka panda, namun reaksi pertamania adalah
itt liii itirimglmmiidar. Schaiiknva. thu si anak iru memberi nasa kehangatan dan kenamanan ittli Iii si a mink. l)engan
menggunakan metode respnns yang rak komparihel. Anda akan

a
Metode Ambang
1. Pelana reguler —* rnenendang
2. Selimut tipis —* kalem
3. Selimut lcbih berat —* kalern
4. Selimut yang lebih herat lagi — kalem
5. pelana reguler —* kalem MetodeKelelahan
1. Pelana —* menendang
2. Waktu terus berjalan
3. Pelana —* kalem
Metode Respon yang TidaL’ Kompatibel
1. Boneka panda —* rakut
2. Ibu —* relaksasi
.3. Boneka dan ibu —* relaksasi
4. Boneka panda —+ relaksasi

BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE asangkan ibu dan boneka panda diharapkan ibu akan menjadi stimulus dominan. Jika ibu menjadi
stimulus dominan, reaksi anak terhadap kombinasi ibu-boneka itu akan beruPa relaksasi. Setelah reaksi relaksasi muncul
ketika ada boneka panda, maka boneka iw dapat dihadirkan sendirian, dan akan muncul relaksasi dalam din anak. Dengan
metode respons yang tak kompatibel, dua stimuli dihadirkan kepada si pembelajar: satu stimuli yang menimbulkan respons
yang tak diinginkan dan satu lagi stimulus yang lebih kuat yang znenyebabkan respons yang tak kompatibel dengan respons
yang tak diinginkan tersebut. Si pèmbela)a1 cenderung memberi respons selain respons yang tak diinginkan terhadap stimuli
yang sebelumya menimbulkan respons yang tak diinginkan. Karena penyandingan mi, stimuli yang sebelumnya
menimbulkan respons yang tak diinginkan kini akan menimbulkan respons yang diasosiasikan dengan stimulus yang lebih
kuat.
Ketiga metode untuk menghentikan atau memutus kebiasaan mi adalah etektif karena alasan yang sama. Guthnie (1938)
mengatakan, “Ketiga metode itu sesungguhnya adalah satu metode. Semuanya menyajikan suatu petunjuk tindakan yang
tidak diinginkan dan berusaha memengaruhi agar tindakan itu tidak dilakukan. Karena selalu ada perilaku lain yang terjadi
saat kita terjaga, petunjuk yang kita hadirkan menjadi stimuli untuk perilaku lain mi dan membuat respons yang buruk
menjadi tersingkirkan” (h. 62).
Tiga contoh cara memutus kebiasaan mu dapat diringkas sebagai berikut:

Dalam pembahasan kita mengenai teori Thorndikc (Bab 4) kita melihat dia percaya bahwa pergeseran asosiatif adalah jenis
belajar kedua, yang didasarkan pada kontiguitas saja dan tidak diatur oleh hukum efek. Karena Guthrie percaya bahwa
belajar bergantung pada konriguitas saja, maka tampaknya ada kesamaan antara konsep pergeseran asosiatif

ii
237
I
BAGIAN KETIGA: TEORI.TEORI ASOSIASIONISTIK DOMINAN
Thorndike dengan pendapat Guthrie. Sebenarnya seluruh teori Guthrie dapat dilihat sebagaj usaha untuk mendeskripsikan bagaimana suatu
respons yang diasosiasikan dengan satu stimulus bisa bergeser dan menjadi diasosiasikan dengan stimulus lain.
Metode respons yang tidak kompatihel untuk memutus kehiasaanflYa tampaknya mer upakan jenis pergeseran asosisatif. Stimulus 1, si ihu,
menimbulkan relaksasi. Stimulus 2, boneka panda, menimbulkan ketakutan. Ketika stimulus I dipasangkan hersania stimulus 2, respons
yang sebelumnya diasosiasikan dengan stimulus 1 kini akan dimunculkan oleh stimulus 2 karena dua stimuli itu muncul bersamaan
(contiguous). Boneka panda kini menimbulkan responS yang sehelumnya diasosiasikan dengan ihu.
Metode ambang untuk mernutus kehiasaan sepertinya juga merepresentasikan semacam pcrge%erafl asosiatif. Metode ambang untuk
menghilangkan rasa takur anak terhadap boneka panda adalah dengan secara bcrtal’ap mengasosiasikan honeka panda dengan si ibu. Perl
ama-tama, sesuatu yang tidak terkait langsung dengan boneka, rnisaln a mainan anak lain, dipasangkan dengan ihu. Kemudian objek yang
dipasangkan dengan ibu itu makin lama makin mirip dengan honeka panda, dan akhirnya honeka panda tersebut dipasangkan dengan ibu.
‘wLili lagi, hasil akhirnya adalah respons yang sehelumnya diasosiasikan dengan ihu kini lwi’gcscr” ke boiieka panda.
Mumb1ol<k8fl Kebiasaan
Ada pcrbedaan antara memutus kehiasaan dengan meinhelokkan kebiasaan. Memhelokkan tint incnvimpangkan kehiasaan dilakukan dengan
menghindari perunjuk yang menirnbulkan
ilakii yang rak Jiinginkan. Jika Anda mengumpulkan sejumlah besar pola perilaku yangtak iIvlIiI nan mcnvebabkan kecemasan, hal terbaik
yang hisa dilakukan adalah meninggalkan %eIiii%, II ii (iiithrie menyarankan agar Anda pergi 1w suatu lingkungan haru yang
memberi \iiia kewgaran baru karena Anda odak punya banyak asosiasi dengan lingkungan baru itu. l ii 1w liiigkimgan baru akan
membuat Anda lega dan hisa mengemhangkan pola perilaku ing haiLs, ltapi, mi hanyaiah pelarian parsial karena hanyak stimuii yang
menyehabkan pet il1ileti , tug tak diinginkan adalah stimuli internal Anda, dan Ancla, karenanya. akan
i imimli ,i 1w lingkungan haru. Juga stimuli dalam lingkungan haru yang identik ii an iiumrsp ilemigan stimuli di lingkungan lama akan
cenderung menimbulkan respunS yang ..elee’limmimii ,m elmkaitkaui dcngannya.
u n,rn
me mncmig.takan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleb apa penyebah jul ml. iii tug dilakukan uleb organiSflie yang
dihukum itu. 1—lukuman bekerja haik bukan it’ iii mdi muya rasa sakir yang dialarni oleh individu rerhukum. terapi karena hukuman sit.
ssiil’.ili eara mndividu merespOtiS stimuli terrentu. Hukuman akan efektif hanva ketika Ia III, imgha%mlkan respuns baru terhadap stimuli
yang sama. Hukuman herhasil niengubah perilaktm i,is tak dniugmnkan karcna hukuman menimbulkan perilaku yang tak kompatibel dengan
Jill

BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE


perilaku yang dihukum. Hukuman gagal karena perilaku yang disebahkan oleh hukuman
selaras dengan perilaku yang dihukum.
Misalnya, Anda punya anjing yang suka mengejar-ngejar mobil dan Anda ingin mengh entikan kebiasaannya. Guthrie
(1952) menyarankan, Anda kendarai mobil Anda dan
biarkan anjing mengejarnya. Saat anjing berlari di sisi mobil pelankan kendaraan Anda dan
taniparhih moncong si anjing. mi kemungkinan akan efektif. Di lain pihak, menampar pant atnya saat ia berlari tampaknya
tidak akan efektif meskipun diasumsikan bahwa tamparan
Øda’ moncong dan pantat sama-sama menyakitkan buat si anjing. Perbedaannya adalah
tamparan pada moncong cenderung membuat anjing berhenti dan melompat ke belakang, sedangkanl tamparan di pantat
ceriderung membuat anjing tambah kencang lan ke depan. Jadi satu bentuk hukuman menvebabkan perilaku yang tidak
kompatibel dan efektif sedangkan hukuman lainnya tidak efektif.
Apa yang dipelajari adalah apa-apa yang telah dilakukan—dan apa-apa yang telah dilakukan dengan penuh semangat biasanya berbeda
dengan apa-apa yang sedang dilakukan. Duduk di acas kursi yang banyak kutunya tidak akan mengurangi keinginan belajar. Ia akan
mendorong seseorang belajar metakukan sesuatu setain duduk di kursi itu. Yang akan menentukan apa-pa yang akan dipelajari adalah bukan
perasaan yang disebabkan oIh hukuman, tetapi tindakan yang disebabkan oleh hukuman itu. Dalam melatih anjing untuk melompat suatu
patang, efektivitas hukuman akan bergantung pada di mana hukuman itu diaptikasikan, di depan atau belakang. Yang penting adalah
hukuman yang membuat anjing melakukan sesuatu, yang membuat seseorang berbuat sesuatu, bukan hukuman yang membuat seseorang
merasakan sesuatu. Pendapat bahwa perasaanlah yang menetukan belajar adalah pandangan yang keliru karena dalam kenyataan kita sering
tidak merasa peduli pada apa yang dilakukan sebagal akibat dan hukuman, selama apa yang dilakukan itu memutus atau menghambat
kebiasaan yarg buruk atau tak diinginkan.
Diskusi hukuman dan imbalan ml harus tetap terkait dengan persoalan pubtik. Efektivitas umumnya sudah tidak diragukan lagi. Anak-anak
mungkmn masih nakal dan banoel. Namun kita akan rpemitiki pandangan yang Iebih balk dalam rnenggunakan hukuman dan imbatan lika
kita menganalisisnya dalam term asosiasi dan menyadari bahwa hukuman adatah efektif hanya melalui asosiasinya. Hukuman memberikan
efeknya bukan dengan melemahkar kekuatan basis koneksi fisiologis ... tetapi dengan memaksa hewan atau anak untuk melakukan sesuatu
yang berbeda dan karenanya menciptakan pengkondisian yang menghambat kebiasaan yang tak diinginkan. Hukuman adalah efektif hanya
jika ada petunjuk untuk kebiasaan buruk.
Lebih jauh, ketika efek hukuman itu hanya bersifat emosional, hukuman akan mendorong ster eotip kebiasaan yang tak diinginkan.
Hukuman dan imbalan pada dasarnya adalah term moral, bukan psikotogis. Keduanya didefinisikan bukan dalam term efeknya terhadap si
penerima, tetapi dalam term tujuan dan mndividu yang mengaturnya. Teori yang dikemukakan dalam term ni jelas ambigu. (h. 132-133)
Guthrie (1935, h. 21) berbicara tentang gadis herusia 10 tahun yang melemparkan topi
dan jaketnya ke lantai setiap kali dia pulang ke rumah. Setiap kali dia melakukannya, si ibu
akan mengomelinya dan menvuruhnya menggantungkan baju dan jaket ke tempat gantungan.
239
I
BAGIAN KETIGA: TEORI-TEORI ASOSIASIONISTIK DOMINAN
Tetapi keLakuannya terus berLanut sampai ibu meriduga bahwa anaknya menunggu dahulu omelannya [yakni omelannya menjadi petunjuk]
untuk menggantungkan baju dan jaketnya. Setelah menyadari mi, setiap kali si anak melempar topi dan jaketnya ke lantai, si ibu
menyuruh si anak mengambilnya lagi dan menyuruhnya keluar rumah. Nab, setelah dia masuk kembali, si ibu memerintahkannya segera
menggantungkan baju dan jaketnya begitu dia masuk rumah. Prosedur mi diulang beberapa kali, dan tak lama kemudian si anak gadiS itu
belajar menggantungkan jaket dan topinya Setiap kali dia masuk rumah. Respon menggantung topj dan jaket dikaitkan dengan stimuli yang
ada saat dia masuk rumah ketmnibang stimuli berupa omelan ihunva. Dalam kasus irii, mengliukum anak setelah dia melemparkan topi dan
jaketnya di lanrai tidak akan memengaruhi kebiasaannya, terapi justru memperkuatnya.
(;uthrie dan Powers (1950) juga menvarankan bahwa perintah jangan pernah diberikan jika perintah itu bisa tak diparuhi (dilangggar):
“Pelatih hewan yang berpengalaman tak 1wrnah memberi perintah yang menurutnya hisa tidak dipatuhi. Dalam hal mi dia seperti
Ltrnandan tentara dan guru yang herpengalaman. Jika guru meminta murid tenang di kelas d.in perintahnya diabaikan, berarti perintah itu
sehenarnya merupakan sinyal untuk munculnya krihutan’ (h: 129).
kingkasan Pendapat Guthrie tentang hiukuman
%cgala sesuatu yang dikatakan Guthrie tentang hukuman adalah sesuai dengan satu liiikiiiit blajarnya—hukurn konriguitas. Ketika stimuli
dan respons dipasangkan, mereka ,iwitj.idi diasostasikan dan tetap diasosiasikan kecuali stimuli yang terjadi di situ memunculkan rrnii lain.
di mana pada saat itu mereka akan diasosiasikan dengan respons baru tersebut.
%,tat iiwitdiskusikan cara memutus kehiasaan, kita melihat tiga aransemen mekanis yang t.l)’ it h1takai untuk mengatur asosiasi antara
stimuli dan respons. Hukuman adalah bentuk aiaiinicn yang lain. Hukuman, jika digunakan secara efektif, akan menyehabkan stimuli 1ni
elwlumnya menimbulkan respons yang tak diinginkan menjadi memunculkan respons .iii d.ipat diterirna. Pendapat Guthrie tentang hukuman
dapat diringkas sehagai berikut:
I lii jwnting mengenai hukurnan adalab hukan rasa sakit yang ditimbulkannya tetapi apa .i i ig iuinhuat organisnltf irti herbuat.
2.,\gar etektif, hukuman harus menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan jwril.ikii yang dihukurn.
, Aar Lckti1, hukuman harus diaplikasikan bersama dengan stimuli yang menimbulkan 1wrilaku yang dihukum.

ikii Nyarat 2 dan 3 ridak terpenuhi, hukuman tidak akan cfektif atau justru memperkuat ipons yang tak diinginkan.
lads, kerika hukuman efekrif. ia akan menyehabkan organisme melakukan sesuatu selain gwiilikti yang dihukum saat stimuli yang
menimbulkan perilaku yang dihukum itu masih ada. lie qe en mi, tenru saja, menyelabkan terhentuknya asosiasi yang baru, dan ketika
stimuli
) 411

Dorongan

berkata,

I
BAB 8: EDWIN Y GUThRIE
241

stimuli itu muncul lagi di waktu yang lain, mereka cenderung akan menimbulkan respons yang bisa diterima.
Adakah bukti selain bukti anekdotal yang diberikan Guthrie untuk mendukung pendapatn ya tentang hukuman? jawabannya
ada. Fowler dan Miller (1963) melatih tikus untuk men yeberangi suatu jalur guna mendapatkan inakanan. Subjek dalam
kelompok kontrol cukup lad begitu saja dan mendapat makanan. Subjek dalam kelompok eksperimental diberi setrum dugan
di cakar depannya saat mereka menyentuh tempat makanan. Subjek dalam kelompok eksperimtaI kedua menerima setrum di
kaki belakangnya saat mereka menyentuh makanan. ibandingkafl dengan subjek di kelompok kontrol, subjek yang disetrum
cakar depannya saat menye1th makanan akan berlari lebih lambat dalam percobaan selanjutnya, sedangkan subjek yang
disetrum kaki belakangnya berlari lebih cepat. Seperti diprediksi Guthrie, memberi kejutan pada tikus di kaki belakangnya
akan mendorong mereka untuk berlari cepat, bukannya menghambat Ian rnereka. Karena anggota dan kedua kelompok
eksperimental itu mendapat intensitas setrum yang sama, maka bukan setrum itu yang memfasilitasi atau menghambat
kecepatan lan, tetapi kejutan itulah yang menyebahkan hewan berperilaku seperti itu. Setrum di cakar depan menyebabkan
penilaku tidak kompatibel dengan Ian sedangkan setrum di kaki belakang menyebabkan Ian lebih cepat.
Tidak semua riset tentang hukuman mendukung teori Guthrie, dan kini disadari bahwa penjelasan Guthrie tidak lengkap.
Untuk ulasan topik hukuman yang kompleks lihat, misalnya, Walters dan Grusec (1977).
Drives (dorongan) fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie disebut ,naintainiig stimuli (stimuli yang mempertahankan)
yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan vercapai. Misalnva, rasa lapar menghasilkan stimulasi internal yang terus
ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makanan diperoleh, maintaining stimuli akan bilatig, dan karenanya kondisi yang
menstimillasi telah berubah, dan karenanya mernpertahankan respons terhadap makanan. Tetapi, perlu ditekankan bahwa
dorongan fisiologis mi hanya salah satu dan sum- her stimuli yang mempertahankan. Setip sumber stimulasi yang terus
berlangsUng, entah itu ekstennal atau internal, menghasilkan stimuli yang mempertahankan. Guthnie (1938)
Untuk men jelaskan mi kita pertama-tama harus memahami apa problemnya. Apa yang membuat kotak teka teki menjadi
problem? Jawabannya adalah problem itu adalah situasi stimulus yang terus bertahan (persisten) yang menyebabkan hewan
gelisah sampal muncul suatu tindakan yang menghilangkan “maintaining stimuli” dan membuat rasa gelisah itu hilang.
Stimuli yang terus mengganggU itu terkadang dmnamakan “dorongan”. Dalam hewan yang kelaparan, perut yang senantiasa
melilit membuat mereka terganggu dan meughasilkan kegelisahan
Perilaku serupa dapat dihasilkan oleh beberapa stimulasi eksternal artifisial (buatan). Kantung

BAGIAN KETIGA: TEORI-TEORI ASOSIASIQNISTII( DOMINAN


kertas yang dipakal untuk menutup kotak makanan akan membuat kucing aktif, dan kucing akan terus merasa gelisah sampai
salah satu gerakannya bisa melepas tutup kertas itu. (h.
96)
Dia kemudian merigatakan,
Dan di sini ada poin yang sering dilupakan. Ketika perigganggu itu hadir lagi di waktu yang lain, kucing cenderung akan
melakukan lagi tindakan yang akan menghilangkan gangguan itu. Tindakan lain yang diasosiasikan dengannya menjadi
terdisosiasi atau tidak terkondisikan di setiap tindakan berikutnya. Tetapi setelah berhasil menghilangkan pengganggu, ia tak
lagi diasosiasikan dengan tindakan baru: Dorongannya tetap terkait dengan tindakan yang bisa menghilangkan pengganggu
sebab tindakan itu adalah asosiasi terakhirnya. Setelah itu, tidak lagi ada asosiasi baru yang dapat dibentuk karena
dorongannya sudah hilang. (h. 98)
Gurhrie menjelaskan bahwa kebiasaan menggunakan alkohol dan narkoba dengan cara crupa. Misainva, seseorang inerasakan
ketegangan atau gelisah. Dalam kasus mi, ketegangan ,itau kegelisahan itu menjadi maintaining stimuli. jika, dalam situasi mi,
orang iru minum satu ,i ta u d ua gelas, ketegangannya atau kegelisahannya mungkin berkurang. Menurut Guth ne, li.isil mi
rncrnancapkan hubungan anrara kegelisahan dengan minum. Karenanya. ketika di hin w,IkrLI orang itu merasa gelisah, dia akan ccndcrung
minurn lagi. Secara hertahap kegelisahan .ikan nwiiimbulkan dorongan untuk minum (atau mernakai narkoba) dalarn hanyak situasi, aIIg
incnyehabkan orang itu menladi kecanduan.
Rtpiin yang dikondisikan ke maintaining sti,nuli dinamakan intentions (fiat). Respon ii ii diiiiinakan niat karena maintaining
stimulation dan dorongan biasanya berlangsung dl,IiiI,I wriodc waktu rerrenru (sampai dorongan berkurang). jadi sekuensi perilaku yang
,irtitlihii lii respons yang mengurangi dorongan akan diulang ketika dorongan, dengan stimuli ‘i k.iitiiva, niuncul lagi. Sekuensi (urutan)
perilaku yang diasosiasikan dengan maintaining iu,guli I,iiiiiiknva saling terkait dan logis dan. karenanva, dianggap hersifar
intensional. iki rkui lwwan lapar dan dihiarkan makan, hewan itu akan melakukan perilaku apa ieii ‘. sing iuviivcbahkannva mendapat
inakanan srar rerakhir kali ía lapar: Ia mungkin akin
kc ,irah tertentu di jalur teka reki, atau menekan was, atau menggerakkan galah. ui oiaiig sedang lapar dan ada ron di kanrornya,
dia akan memakananva; retapi jika dii hipi iiieiiih,iwa lwkal makan siang, dia akan herdiri dan kursi, mengenakan jakernva, masuk ki’
iitol,il, iiicncari restoran, masuk restoran, memesan makanan, dan seterusnva. Pola reak iieg hiilnda relah dinsosiasikan dengan
maintaining stimuli dan rasa lapar dan stimuli din iiiII%I liiigktingnn. Perilaku yang dipicu oleh maintaining stimuli muiigkin rampak
purpuIt 11111 iiitiiistuiial idiniatkan), namun Guthrie menganggap iru juga bisa dijelaskan dengali hiiI iiii k aii iguitas.

LJ
BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE
Transfer Training
Jelas bahwa Guthrie tak terlalu mengharapkan adanya transfer training. Dia mengatakan bahwa jika seorang anak belajar 2
tambah 2 di papan tulis, tidak ada jaminan anak itu akan iahu bagaimana cara menambah 2 dengan 2 saat di duduk di
bangkunya. Kondisi penstimulasi yang memunculkan asosiasi jauh berbeda dengan kondisi di bangku kelas.
Guthrie mengatakan kepada mahasiswa universitasnya, jika Anda ingin mendapat manfaat terbesar dan studi Anda, Anda
harus berlatih dalam situasi yang persis sama—dalam kursi yank sama—di mana Anda akan diuji. Tempat rerbaik untuk
belajar, menurut Guthrie, adalah di ruang di mana Anda akan dites karena semua stimuli di ruangan itu akan diasosiasikan
dengan informasi yang sedang Anda pelajari. Jika Anda belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang
diperoich di situ akan ditransfer ke kelas. Demikianlah cara Guthrie menjelaskan mengapa rnahasiswa setelah ujian mungkin
mengatakan, “Saya tak tahu apa yang terjadi dengan din saya; aku sudah mempelajari materi ujian ratusan kali; saya sudah
memahaminya dengan baik, terapi saat ujian tiba pemahaman saya tak muncul.” Guthrie mengatakan bahwa itu karena tidak
ada kesamaan antara kondisi saat mahasiswa belajar dengan kondisi saat rnahasiswa menempuh ujian.
Saran Gurhrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti; selain iru, kita
harus melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita akan diuji. Jika kita ingin menggunakan
informasi mi di luar situasi ujian, kita harus keluar dan kelas dan mengasosiasikan stimuli lain dengan perilaku kita yang
dipicu oleh huku atau pelajaran dan dosen. Saran Guthrie kepada mahasiswa yang akan mempersiapkan din mengikuti ujian
esai adalah sama: Dalam mempersiapkan din menlhadapi tes esai, tulislah pertanyaan esai. Perkirakan apa pertanvaannya
dan jawablah. Paksa din Anda merespons pertanyaan itu dalam kondisi waktu yang kira-kira sama dengan kondisj waktu
saat ujian. Guthrie akan membeni nasihat yang sama untuk mekanik mobil atau listrik. Jika Anda ingin bela jar cara
memperbaiki mesin, berlatihlah dengan mesin, dan berlatihlah dalam kondisi yang sarna dengan kondisi yang ada di dunia
nil. Larihan mi akan rnernaksimalkan transfer.
Di rempar lain Gurhrie (1942) mengarakan, “Adalah penting bagi siswa untuk dibimbing dalam melakukan apa yang akan
dipelajari ... siswa ridak bela jar apa-apa yang ada di dalam buku atau perkuliahari. Siswa hanya belajar apa-apa yang ada di
buku atau kuliah yang menyebabkannya berhuat sesuatu” (h. 55). Menurut Guthrie, kita belajar apa yang kita lakukan
dalam kehadiran stiniuli spesifik. Prinsip mi berlaku bukan hanya pada transfer belajar di kelas ke perilaku dunia nyata
retapi juga ke semua jenis belajar. Aplikasi terbaru dan prinsip ml tampak dalam perielirian efek urutan kelahiran. Beberapa
periset percaya bahwa urutan kelahiran menghasilkan ciri-ciri bawaan (trait) dalam perilaku saat di dalam keluarga maupun
saat di luar keluarga. Sulloway (1996), misalnya, berpendapat bahwa anak pertama cenderung konservatif dan mendukung
ororitas sedangkan anak yang lahir kemudian cenderung seorang
243

BAGIAN KETIGA: TEORI-TEQR ASOSIASIONISTIK DOMINAN

inovator dan “pemberontak.” Sulloway menunjukkan efek urutan kelahiran mi menentukan karakter individu di sepanjang
hidupnva. Harris (2000), di lain pihak, menyajikan argum yang jelas akan disetujui oleh Guthrie. Harris menunjukkan bahwa
perilaku yang dipelajari seperti konservatisme, kepatuhan pada otoritas, atau pembangkangan, terhatas pada kofltek keluarga
dan tidak rnungkin dirransfer. Lehih jauh, dia menulis hahwa “anak helajar sendj. sendiri mengenai cara berperilaku di setiap
konteks sosialnva” (h. 176) dan rnenambahkan bahwa “hanva ada sedikit, arau tidak ada sama sekali, transfer training karena
pola perilaku yang diperoich di rurnah kemungkirian tidak sesuai atau tidak relevan untuk di luar rumab” (h. 177).
Gagasan mengenat wawasan, pernahaman dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada, maknan a hagi Gurhric. Satu—
satunva hukum belajar adalah hukum kontiguitas, yang iienvarakan lahwa ketika du.i kejadian rcrjadi bersama, keduanva
akan dipelajari. Sernua pruses belajar, entah itu pada manusja atau nonmanusia, ada dalam hukum kontiguitas dan prinsip-
prinsip yang rerkair dengannva. Tidak ada referensi ke kejadian kesadaran dalam Iruri Guthrie, dan juga tidak ada perhatian
pada nilai survival dan perilaku yang dipelajari Mrnurut Gurhrie. respons yang keliru hisa dipelajari sernudah mempelajari
respons yang he:ta,, dan akuisisi keduanva dijeaskan dengan hukuni belajar yang satna.
FOkMALISASI TEORI GUTHRIE OLEH VOEKS
%elwItI tclah disehurkan di muka. Guthrie tidak hanvak melakukan riset untuk teorinva sendiri. Telah ada riga penjelasan
rnengenai kurangnva eksperimentasi
tiihrw. Pentama, Bolles 1979) menunjukkan bahwa hal itu dikarenakan reori Guthrie nirnunitualkan peran motivasi dan
penguaran. Dua komponeti yang ada dalani teori belajar Liiiiity.i pad.i I 930-an dan 1 940—an memicu hanvak riser yang
diasoiasikan dcnganiwa. kidiia, ( arison (I 90) menunjukkan hahwa hal itu disehahkan psikologi, pada waktu
ir iii.tsili di (Jniversitas Washington, hanva diberikan pada ringkat sarjana. dan tesis a diwttii pascasarjana. yang sering
dipakai unruk menguji teori secara eksperirnental,
tiilak tersLtlIa ( iuthrte. Ketiga, seperti disadari sendiri o(eh Gurhrie. prinsip belajarnya 1111% ti ,iL,iti dalaiii term yang
terlalu umum sehingga sulit diuji.
Virimna \\‘. Voeks (921- I ‘)89), yang merupakan mahasiswa di Unversitas Washington mit ( imimhrie miiasih Illengajar di
sana, berusaha menvatakan kenibali reori Gurhrie dalarn term
tug tiktmp ketat agar bisa diuji secara empiris. Voeks mendapat gelar pada 1943 dan I mersuI.Is Washumigwn tcmpat ia
dipengaruhi oleh Guthrie, dan mendapar gelar Ph.D. dan ,tl’ p,iul,i )47, di mana dia rampaknva dipengaruhi oleb Hull. Hasil
karva Voeks adalah hull .ummg struikturnva I lullian tetapi isinva Gurhrian. Serelah mendapar gelar dokror. \‘oeks
umuhalu kt I. Ifliversitas \\ashington, tempat ma bekerja sanipai 1949. Pada (949 dia pindah :
I. 5.um Diego State College. sarnpai pensiun pada 1971.
I ).uluitm wrnvatian ulang Voeks aras reori Gurhrie ada empat postulat dasar, delapan
)44

r
BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE
-jjiisi dan delapan teorema. Postulat itu berusaha meringkaskan banyak prinsip belajar
uIfl dan Guthrie, sedang definisinya berusaha menjelaskan beberapa konsep Guthrian
perti stimulus, petunjuk, respons, dan belajar), dan teoremanya adalah deduksi dan postulat
dan definisi yang dapat diuji secara eksperimental. Voeks menguji sejumlah deduksinya dan
menemukan sejumlah bukti yang mendukung teori Guthrie.
Sebagian besar formalisasi Voeks atas teori Guthrie, dan riset yang dihasilkannya, terlalu
kompleks untuk,dipaparkandi sini. Tetapi empat postulat Voeks sudah cukup meringkaskan
dan menjadi éonoh dan formalisasi teori Guthrie yang dilakukannya.
Postulat I: Principle of Association. (a) Setiap pola stimulus yang pernah mengiringi satu
responS, dan/atau muncul lebih awal setengah detik atau kurang, akan meujadi petunjuk
langsung Yang kuat untuk respons itu. (b) mi adalah satu-satunya cara di mana pola stimulus
yang bukan petunjuk unruk respons tertentu menjadi petunjuk langsung untuk respons itu
(VoekS, 1950, h. 342).
Postulat II: Principle of Postrernitv. (a) Suatu stimulus yang mengiringi atau mendahului
dua atau lehih respons yang ridak kompatibel adalah stimulus yang dikondisikan hanva untuk
respons terakhir yang diberikan sat stimulus itu masih ada. (b) mi adalah satu-sarunva cara
di mana stimulus yang merupakan petunjuk untuk respons tertentu kini tidak lagi menjadi
perunjuk bagi respons itu (Voeks, 1950, h. 344).
Postulat 111: Principle of Response Probability. Probabilitas dan kejadian respons tertentu
pada waktu tertentu merupakan ... suatu fungsi ... dan proporsi ... kehadiran stimuli yang
adalah petunjuk bagi respons pada waktu itu ... (Voeks, 1950, h. 348).
Poctulat IV: Principle of Dynamic Situations. Pola stimulus dan suatu situasi tidaklah
statis tetapi dimodijkasj dan waktu ke waktu, karena ada peruhahan dan respons yang
diberika subjek, akumulasi kelelahan, peruhahan reaksi dan proses internal lainnya di dalam
subjek, serta karena hadirnva variasi terkontrol dan tak terkontrol dalarn stimuli yang ada
saat itu (Voeks, 1950, Ii. 350).
Pembaca tidak hoich menyimpulkan bahwa teori helajar Guthrie hanva menarik secara
hisroris. Seperti yang akan kita diskusikan nanti, saat kita membahas William K. Estes, salah
saru tren dalam teori helajar modern adalah mengarah ke penggunaan model matematika
dalam menjelaskan proses helajar. Teori belajar Guthrie adalah teoni yang memberi basis
untuk model matematika untuk teori belajar awal dan masih tetap berada di jantung dan
sehagian besar teori belajar modern.
PENDAPAT GIITHRIE TENTANG PENDIDIKAN
Seperti Thorndike, Guthrie menvarankan proses pendidikan dirnulai dengan menyatakan
tujuan, vakni menvatakan respons apa yang harus dihuat untuk suaru stimuli. Dia menyarankan
.1 245

BAGIAN KETIGA TEORI.TEORI ASOSASIONIST DOMINAN

lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan dilekatkan padanya.
Motivasi lebih tidak penting bagi Guthrie ketimbang bagi Throndike. Menurut Guthrje, yang diperlukan adalah siswa mesti merespoflS
dengan tepat dalam kehadian stimuli tertentu.
Latihan (praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebib banyak stimuli untuk menghasilkan perilaku yang diinginkafl. Karena setiap
pengalamail adalab unik, seseorang harus “belajar ulang” berkali-kali. Guthrie mengatakan hahwa belajar 2 tamah 2 di papan tulis tidak
menjamin siswa hisa helalar 2 tanbah 2 di haiigkunya. Siswa bukan hanya harus belajar bahwa 2 blok merah plus 2 hlok merah sama
dengan 4 blok merah, tetapi mereka juga harus mernbuat asosiasi 2 tambab 2 sama dengan 4 untuk hal lain seperti apel, anjing, buku. dan
sebagainYa. Adatah niungkin hahwa sisva akan helajar melekatkan respons ke stimuli di kelas dan respons lain ke stimuli yang sama di mar
kelas.
Pada dasarnva, Guthrie menerima teori elemen idenrik Thorndike dalam soal transfer training. Probabilitas munculnya respons yang sama
ke dua siruasi yang herhecla ditentukan nich kemiripan antara dna situasi itu. Seperti Thorndike. Guthrie menolak teori transfer diipliii
formal dan menganggaP hahva pencrimaa0 atas pendapat itu akan menghasilkan pr.ktik kelas yang huruk. Guthrie dan Powers 1950)
mengatakan.
Penerlmaafl atau penolakan guru pada teori dislplin formal dalam transfer, elemefl identik at ail generalisasi penjeIasafl akan
tercermin di sejumiah prakt1k menga jar sehari-hari. Materi yang diberikan guru jelas rnemberi bukti adanya penerimaafl
aktual, atau verbal, terhadap Liokirin dislplin formal. Maka tujuan dan pendidikafl hariya sekadar menyampaikan si peiajaran
i.’i intu; metode
pengaiarafl dan usaha untuk menghUbUflSkal is pelalaran dengarl kebutuhan para pembelalar menjadi soal
sekunder Siswa haruS menyesuaikan din dengarl ketentuafl tiala p.lajarafl dan harus menjalaru peran pasif.
Maiiøflt.iIlg atau mempertanyakan validitaS doktrin disiplin formal yang selama ni dianut akan ,v,ubuka jalan untuk eksperimetaS
pendidikan. Dalam hal mi guru mesti mempertanyakan apa nll& langsung dan tak langsuflg yang akan diberikan kepada rrurid dalam area
kurikulUm irtentu. Guru mesti bersedia merevisi is) dan metode pengajaran dan penyampaian mater). %Iw4 mast) dIlihot sebagal organisme
yang sedang tumbuh erkembaflg dan terusmeflerus nwitatd dan menata kembali pengalamanflya menladi pola perilaku. lugaS utama
pengalaran iistrukb)) karenaflya adalah menemukan apa minat sswa dan bagaimafla menggunakal Inselitif yang fektlf dan bijak untuk
memotivaSi siswa aktif belajar. (h. 256)
i lhc,rndikc, (urhrie pcreaya bahwa pendidikan formal ceharusnya menyerUP ii isi keli idtip,iii nyata sdnhirip mungkin Dingan kaa lain,
guru (ithrian akan menhlflt
anv.t inciakukai atau nwmpclaiari hal-hal vatig kelak akan mereka lakukan saat merck diii, seperti lhurndike. (,urhric mcndukutig program
migalig atan mcntorjg LIa i tig jw, lekatan pertukaran pelajar untuk memperluas pigalarnafi helaiar.

I ii (nibrian inungkin terkadang menggunikifl hukuman unrik mengatasi perilak

BAB 8: EDWIN RAY GUTHRIE


ng enggaflggU, namun mereka menyadari bahwa agar hukuman bisa efektif, hukuman mesti dipakai saat perilaku disruptif
itu sedang terjadi. Lebih jauh, hukuman harus menimbulkan perilakt1 yang tidak kompatibel dengan perilaku yang
mengganggu itu. Hukuman idealnya enghaS perilaku yang diinginkan, bukan sekadar menghentikan perilaku yang tidak
jjflginkan.
EVALUASI TEORI GUTHRIE
Kontribusi
Guthrie adalah unik dalam penegasannya bahwa belajar berasal dan kontiguitas antara stimuli dan responS dan dan
kontiguitas saja. Bahkan pengulas teori belajar awal (Mueller & Schoeflteld, 1954) menunjukkan pendekatan kontiguitas
Guthrie yang sederhana dapat menjelaska semua fenomena dasar yang dianalisis oleh Skinner atau Hull. Teori Guthrie amat
menarik banvak ilmuwan karena teorinya dapat menjelaskan proses belajar, pelenyapan, dan generaliSasi dengan analisis
sederhana, sedangkan teori lain menjelaskan hal-hal tersebut dengan cara yang !ebih rumit. Selain itu, perluasan reori mi
ke aplikasi praktis bersifat langsUflg dan dijelaskan oleh Guthrie dengan cara yang menyenangkan dan penuh contoh, bukan
derigan rum usan-rurnUSan tetapi yang kering.
Meskipun teori Guthric tidak memunculkan banyak riset dan kontroversi sebagaimana teori Skinner dan Hull, namun
teorinya menyediakan penjelasan alternatif yang penting mengenai helajar. Selain itu, teorinya berfungsi sehagai pengingat
bahwa suatu teori tidak harus sangat ruwet untuk men jelaskan perilaku yang kompleks. Seperti kita lihat dalam bab
selanjutnya, William K. Estes marnpu menyusun teori dan riset yang berheda yang herpengaruh hingga I 990-an dengan
menggunakan unsur-unsur dasar pandangan Guthrie.

4
K n ti k
Adadava tank substansial di dalam pandangan yang dapat menjelaskan belajar penghindaran, belajar imbalan, pelenyapan
dan lupa dengan prinsip yang sarna. Tetapi, kemudahan penjelasan inilah yang menyehabkan para ilmuwan merasa tidak
nyaman terhadap pandanan Guthrie. Berdasarkan pendapat Popper yang prihatin dengan teori-teori yang tarnpaknva dapat
menjelaskan segala sesuatu. kita mencatat bahwa ada situasi di mana pendapat Guthrie menjadi ambigu dan terlalu
menggampangkan penjelasan terlalu banyak fenomena (Mueller & Schoenfeld, 1954).
Mueller dan Schoenfeld (1954) juga menunjukkan bahwa meskipun Guthrie mengkritik metodologi ekspenimental yang
huruk dan bahasa yang ambigu di dalam teori lain, namun dia tidak menerapkan standar mi untuk teorinya sendiri.
Eksperimen Guthrie dan Horton (1946), yang disajikan sehagai bukti reori, adalah contoh yang dikritik Mueller dan
Schoenfeld. Moore dan Stuttard (1979) menunjukkan hahwa, seperti kebanyakan keluarga kucing lainnya, termasuk kucing
piaraan. kucing dalam eksperimen Guthrie dan Horton melalukan perilaku
247

RAGlAN KETIGA: TEORI-TEORI ASOSIASIONISTIK DOMINAN


menggosok dan mengendus yang bersifat naluriah dan biasanya dilakukan saat kucing “menyambut” kucing lain (yang
dikenalinya) atau manusia yang dikenalinya. Para perjset mi mengamati bahwa kucing menunjukkan perilaku stereotip
yang konsisten seperti Yang dilaporkan oleh Horton dan Guthrie (1946) hahkan ketika tindakan menggosok-gosokk
badannya ke tuas tidak menghasilkari penguatan atau peruhahan dalam kondisi stinu apa pun.
PERTANYAAN DISKUSI
1. Apa hukum asosiasi yang menjadi dasar teori Guthrie? Jelaskan hukum mi dan jelaskan pula prinsip keharuan yang
dideduksi dan hukum itu!
2. Berdasarkan pendapat Cuthrie tentang belajar satu percobaan, bagaimana dia menjelaskan peningkatan performa yang
berasal dan latihan? Apa perhedaan anrara gerakan. tindakan
dan kererampilan?
3. Apakah reori Guthnie adalah teori penguatan? Jelaskan!
4. Bagaimana Gurhrie menjelaskan soal lupa?
5. Menurut Guthrie, apa hubungan anrara dorongan dengan “niat”?
6. Jelaskan, menurut Gurhrie, cara membantu transfer keahlian dan tempat keahlian itu dipelajari ke tempat aplikasi!
7. Apa saran Guthrie unruk menghentikan kebiasaan buruk? Ambil salah satu sarannva dan tunjukkan hagaimana ia hisa
dipakai unruk memurus kehiasaan merokok!
8. Bagaimana (iuthrie akan menjelaskan fenomena regresi, misainva, rendensi untuk her. tindak seperti saar Anda berusia
muda di dalam kondisi tertentu, seperti saat Anda pulang
ke kampung halaman tempar Anda dibsarkan?
9. Bagaimana Guthrie akan menjelaskan tendensi seseorang untuk hertindak sebagai “orang yang berbeda” dalam heragam
kondisi?
10. Bagaimana Anda akan merevisi kehiasaan belajar Anda herdasarkan neon Gurhrie?
ii. Bagaimana (urhrie ak.in menjelaskan munculnya kecanduan ohar?
12. Jelaskan istilah penguaran Irein/orcc’mezt) menurut Guthrie!
13. 1enurut Guthnie. dalarn situasi apa hukuman dapar efektif unruk memoditikasi perilakii1 Apakah menurur Anda
hukurnan di dunia nvata sening dijalankan sesuai dengan yang
dikatakan Guthrie? Jelaskan!
14. Apa rujuan Guthrie memperkenalkan gagasan stimuli yang dihasilkan oleh gerakaii?
15. Desainlah sehuab eksperimen unruk menguji pcndapar Guthrie hahwa segala ssii,tlU yang mengganggu pola stimulus akan
mempertahankan respons terakhir terhadap piil.i
stimulus itu!
16. Jelaskan poin-poin utarna pernvataan \k)eks atas teori Guthnie!

248 1
I

You might also like