You are on page 1of 28

A.

Konsep Persediaan Barang Dagangan dalam Akuntansi

Persediaan barang dagang atau disebut juga dengan merchandise inventory diartikan
sebagai barang yang dimiliki oleh perusahaan yang didappatkan dengan cara membelinya dari
pemasok atau membuatnya sendiri kemudian disimpan untuk sementara yang diperuntukan
untuk dijual kepada konsumen atau untuk memproduksi barang yang akan dijual dalam operasi
usahanya.

Pesediaan barang dagang digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu pesediaan barang dalam
perusahaan dagang dan persediaan barang dalam perusahaan manufaktur.

1. Jenis Persediaan Barang Dagangan

Jenis persediaan barang dagangan dapat digolongkan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a. Jenis pesediaan barang dalam perusahaan dagang


Dalam perusahaan dagang, persediaan barang dagang diartikan sebagai seluruh
barang yang dibeli dari pemasok, disimpan dalam gudang dan dijual kepada konsumen.
Jadi, persediaan barang dagang dalam perusahaan dagang tidak mengalami proses
pengolahan barang, perlakuan persediaan barnag dalam perusahaan dagang hanya dibeli,
disimpan dan dijual.
b. Jenis persediaan barang dalam perusahaan manufaktur
Dalam perusahaan manufaktur persediaan barnag diartikan sebagai bahan baku,
barang dalam proses dan barang jadi yang diperuntukan untuk diolah dan dijual kepada
konsumen. Jadi, persediaan barang dalam perusahaan manufaktur mengalami proses
produksi atau pengolahan barang sampai barang tersebut menjadi barang jadi yang siap
dijual. Secara lebih jelas persediaan barang dalam perusahaan manufaktur terdiri dari 3
(tiga) jenis yaitu sebagai berikut:
1) Persediaan barang baku (Raw Material Inventory)
Yaitu persediaan barang yang masih berwujud bahan baku yang akan diproses
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
2) Persediaan barang dalam proses (Work In Proces Inventory)
Yaitu persediaan barang yang berwujud bahan yang telah mengalami pengolahan atau
telah diproses tetapi belum menjadi produk jadi.
3) Persediaan barang jadi (Finished Goods Inventory)
Yaitu persediaan barang yang berwujud produk jadi dan siap untuk dijual atau
dipasarkan.
2. Mengelompokan Persediaan Barang Dagang

Internal kontrol atas persediaan barang dagang dilakukan dengan mengelompokan


berbagai jenis persediaan barang dagangan dengan dibuatkan kartu stok. Kartu stok merupakan
alat kendali atas akun piutang (untuk penjualan secara kredit) dan akun utang (untuk pembelian
secara kredit). Jadi, fungsi dari kartu stok persediaan adalah untuk mencatat mutasi atas
persediaan barang dagangan, sehingga kuantitas persediaan barang dagangan dapat diketahui
setiap saat. Mutasi persediaan barang dagangan terjadi akibat transaksi penerimaan dan
pengeluaran barang yang dilakukan oleh perusahaan.

Kartu stok sebelum di isi terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap dokumen
penerimaan barang dagangan atau pengeluaran barang dagangan sehingga pada saat mengisi
kartu stok dapat dicatat secara akurat dan benar sesuai golongannya.

Contoh pengelompokan berbagai jenis barang dagangan:

Jenis Merek
1. Televisi a. Toshiba 24”
b. Sony 24”
c. Sharp 17”
d. Ichiko 24”
2. Kulkas a. Sharp Crystal 1 pintu
b. Panasonic 2 pintu
c. Sanyo 2 pintu
d. LG 1 pintu
3. Mesin Cuci a. Modena 5 kg
b. Crystal 5 kg
c. Sanyo 6 kg
d. Turbo 6 kg
3. Transaksi yang Berkaitan dengan Persediaan Barang Dagangan

Transaksi-transaksi yang terkait dengan persediaan barang dagang dapat diuraikan


sebagai berikut:

 Pembelian barang dagang


 Pembayaran beban angkut pembelian
 Return pembelian
 Potongan pembelian
 Penjualan barang dagangan
 Pembayaran beban angkut penjualan
 Return penjualan
 Potongan penjualan
 Perlakuan PPN dan PPnBM

4. Akuntansi Persediaan Barang Dagang

Setelah mengetahui beberapa transaksi yang berkaitan dengan persediaan barang dagang
seperti yang telah diuraikan diatas, maka selanjutnya dirasa paling penting untuk memahami
pencatatan transaksi-transaksi tersebut dalam jurnal umum.

Dalam akuntansi mengenal dua metode dalam mencatat transaksi yang berkaitan dengan
persediaan barang dagangan, yaitu metode fisik dan metode perfektual.

Saat menggunakan metode fisik, maka perhitungan jumlah dan nilai persediaan barang
dagangan hanya akan diketahui pada akhir periode berjalan, jadi pada setiap akhir periode akan
diperhitungkan persediaan barang dagangan. Sedangkan saat menggunakan metode perpetual,
maka setiap terjadi perubahan persediaan barang dagangan akan selalu dicatat. Dengan kata lain,
saat terjadi transaksi pembelian maka akan terjadi penjumlahan atau penambahan barang
dagangan, sebaliknya saat terjadi penjualan maka akan terjadi pengurangan persediaan barang
dagangan.

5. Penilaian Persediaan Barang Dagang

Kita sering melihat nilai persediaan dalam laporan keuangan misalnya dalam neraca
terlihat persediaan barang Rp 90.000.000, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara
untuk menentukan nilai persediaan barang tersebut? Tidak mungkin asal, karena akuntansi
adalah ilmu yang menghendaki ketepatan atau keakuratan.

Untuk mengetahui nilai persediaan barang dagangan maka perlu diketahui dua komponen
yaitu jumlah fisik barang dan harga per unit barang. Jadi nilai persediaan barang dapat diketahui
dengan rumus:

Persediaan barang = Jumlah fisik x Harga per unit


Sebelum melanjutkan pembahasan ini, perlu diketahui terlebih dahulu apa itu jumlah
fisik. Jumlah fisik barang maksudnya adalah jumlah barang yang terdapat pada gudang suatu
perusahaan, misalnya dalam gudang UD Ingin Jaya terdapat 200 sepeda motor bekas, nah dari
sini kita mengetahui bahwa jumlah fisik persediaan barang dagang adalah 200.

Untuk mengetahui jumlah fisik barang dagang dapat dilakukan dengan menghitung
secara manual persediaan barang yang ada digudang pada akhir periode atau dapat pula dihitung
secara perpetual (perhitungan berkala dengan cara menambah persediaan barang pada saat terjadi
pembelian barang sejumlah pembelian yang terjadi dan mengurangi saat terjadi penjualan barang
sejumlah penjualan yang terjadi). Sedangkan untuk menghitung harga perunit barang dilakukan
atas dasar asumsi FIFI, LIFO atau Average.

Kesimpulan:

 Persediaan barang dagang merupakan barang yang dimiliki oleh perusahaan yang
didapatkan dengan cara membelinya dari pemasok atau membuatnya sendiri kemudian
disimpan untuk sementara yang diperuntukan untuk dijual kepada konsumen atau untuk
memproduksi barang yang akan dijual dalam operasi usahanya.
 Persediaan barang dalam perusahaan dagang dengan persediaan pada perusahaan
manufaktur memiliki perbedaan, dalam perusahaan dagang persediaan barang dagang tidak
mengalami proses pengolahan atau proses produksi sedangkan dala perusahaan manufaktur
persediaan barang dagang mengalami proses pengolahan.
 Pencatatan persediaan barang dagang dalam akuntansi dilakukan dalam dua metode yaitu
metode fisik dan metode perfektual.
 Penilaian persediaan barang dagangan dilakukan dengan rumus : Nilai persediaan barang =
Jumlah fisik x Harga per unit.

B. Pencatatan Persediaan Barang Dagang Secara Tepat

Persediaan barang dagang merupakan salah satu aktiva lancar. Persediaan barang dagang
dalam suatu perusahaan dapat dicatat dengan dua metode yaitu metode fisik dan metode
perpetual.
Apabila perusahaan menggunakan metode fisik dalam pencatatan persediaan barang
dagang, maka perhitungan persediaan barang dagang akan dilakukan pada akhir periode berjalan,
sedangkan apabila perusahaan menggunakan metode perpetual dalam pencatatan persediaan
barang dagangan, maka perhitungan persediaan barang dagangan dilakukan setiap saat terjadi
perubahan persediaan barang dagangan.

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan pencatatan yang diperluakan dalam setiap
transaksi yang melibatkan persediaan barang dagang dengan metode fisik dan metode perpetual.
Agar lebih efektif, dalam pembahasan ini didahului dengan pengenalan transaksi-transaksi
keuangan yang melibatkan persediaan barang dagangan, transaksi-transaksi tersebut antara lain
sebagai berikut:

 Transaksi pembelian barang dagangan


 Transaksi pembayaran biaya angkut pembelian
 Transaksi return pembelian
 Transaksi potongan pembelian
 Transaksi penjualan barang dagangan
 Transaksi return penjualan
 Transaksi potongan penjualan
 Transaksi pembayaran biaya angkut penjualan

Dari beberapa transaksi yang melibatkan persediaan barang dagangan seperti yang
disebutkan diatas, selanjutnya akan dilakukan pencatatan yang harus dilakukan sesuai masing-
masing transaksi yang terjadi.

1. Pencatatan Persediaan Barang Dagang dengan Metode Fisik

Menurut sitem ini pencatatan hanya dilakukan pada waktu terjadi pembelian, sedangkan
penjualan persediaan tidak dicatat. Untuk megetahui jumlah penjualan barang dagang dihitung
dengan rumus:

Jumlah penjualan = persediaan awal + pembelian – persediaan akhir

Nilai persediaan akhir dapat diketahui dengan menghitung secara fisik sisa barang
dagang akhir periode. Sistem pencatatan ini digunakan untuk perusahaan dagang yang menjual
barang dagangan yang jenisnya beragam dan harga satuan tiap barang relatif murah sehingga
secara teknis harga pokok penjualan untuk setiap jenis barang sulit dihitung.
Prosedur pencatatannya:

1) Apabila terjadi transaksi pembelian barang dagang maka pencatatan yang dilakukan dengan
metode fisik adalah sebagai berikut:
a. Pembelian secara tunai
Pembelian Rp xxx
Kas Rp xxx
b. Pembelian secara kredit
Pembelian Rp xxx
Utang dagang Rp xxx
2) Apabila terjadi transaksi pembayaran biaya angkut pembelian maka pencatatan yang
dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut:
Beban angkut pembelian Rp xxx
Kas Rp xxx
3) Apabila terjadi transaksi return pembelian maka pencatatan yang dilakukan dengan metode
fisik adalah sebagai berikut:
a. Jika saat pembelian dilakukan secara tunai
Kas Rp xxx
Return pembelian Rp xxx

b. Jika saat pembelian dilakukan secara kredit


Utang dagang Rp xxx
Return pembelian Rp xxx
4) Apabila terjadi transaksi pelunasan utang dagang dengan disertai potongan pembelian maka
pencatatan yang dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut:
Utang dagang Rp xxx
Kas Rp xxx
Potongan pembelian Rp xxx
5) Apabila terjadi transaksi penjualan barang dagang maka pencatatan yang dilakukan dengan
metode fisik adalah sebagai berikut:
a. Penjualan secara tunai
Kas Rp xxx
Penjualan Rp xxx
b. Penjualan secara kredit
Piutang dagang Rp xxx
Penjualan Rp xxx
6) Apabila terjadi transaksi return penjualan maka pencatatan yang dilakukan dengan metode
fisik adalah sebagai berikut:
a. Jika saat penjualan dilakukan secara tunai
Return penjualan Rp xxx
Kas Rp xxx
b. Jika saat penjualan dilakukan secara kredit
Return penjualan Rp xxx
Piutang dagang Rp xxx
7) Apabila terjadi transaksi penerimaan pelunasan piutang dagang dengan disertai potongan
penjualan maka pencatatan yang dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut:
Kas Rp xxx
Potongan penjualan Rp xxx
Piutang dagang Rp xxx

8) Apabila terjadi transaksi pembayaran biaya angkut penjualan maka pencatatan yang
dilakukan dengan metode fisik adalah sebagai berikut:
Biaya angkut penjualan Rp xxx
Kas Rp xxx

2. Pencatatan Persediaan Barang Dagang dengan Metode Perpetual

Dalam sistem ini, setiap transaksi baik pembelian maupun penjualan barang dagang
langsung dicatat dalam jurnal. Pembelian dan penjualan juga dicatat dalam kartu persediaan
barang dagang sehingga setiap saat saldo persediaan yang masih ada dapat diketahui. Sistem ini
cocok digunakan oleh perusahaan yang memiliki persediaan barang dagang yang jenisnya sedikit
dan harga satuan relatif mahal, misalnya dealer mobil atau motor.

Prosedur pencatatannya:

1) Apabila terjadi transaksi pembelian barang dagang maka pencatatan yang dilakukan dengan
metode perpetual adalah sebagai berikut:
a. Pembelian secara tunai
Persediaan barang dagang Rp xxx
Kas Rp xxx
b. Pembelian secra kredit
Persediaan barang dagang Rp xxx
Utang dagang Rp xxx
2) Apabila terjadi transaksi pembayaran biaya angkut pembelian maka pencatatan yang
dilakukan dengan metode perpetual adalah sebagai berikut:
Persediaan barang dagang Rp xxx
Kas Rp xxx
3) Apabila terjadi transaksi return pembelian maka pencatatan yang dilakukan dengan metode
perpetual adalah sebagai berikut:
a. Jika saat pembelian dilakukan secra tunai
Kas Rp xxx
Persediaan barang dagang Rp xxx
b. Jika saat pembelian dilakukan secara kredit
Utang dagang Rp xxx
Persediaan barang dagang Rp xxx
4) Apabila terjadi transaksi pebayaran utang dagang disertai potongan pembelian maka
pencatatan yang dilakukan dengan metode perpetual adalah sebagai berikut:
Utang dagang Rp xxx
Kas Rp xxx
Persediaan barang dagang Rp xxx
5) Apabila terjadi transaksi penjualan barang dagang maka pencatatan yang dilakukan dengan
metode perpetual adalah sebagai berikut:
a. Penjualan secara tunai
Kas Rp xxx
Penjualan Rp xxx
(nilai dalam penjualan sebesar harga jual)
HPP Rp xxx
Persediaan barang dagangan Rp xxx
(nilai dalam persediaan barang dagang sebesar harga pokok barang)
b. Penjualan secara kredit
Piutang dagang Rp xxx
Penjualan Rp xxx
HPP Rp xxx
Persediaan barang dagang Rp xxx
(nilai dalam HPP sebesar harga pokok barang)
6) Apabila terjadi transaksi return penjualan dagang maka pencatatan yang dilakukan dengan
metode perpetual adalah sebagai berikut:
a. Jiaka saat penjualan dilakukan secra tunai
Return penjualan Rp xxx
Kas Rp xxx
Persediaan barang dagang Rp xxx
HPP Rp xxx
(nilai dalam persediaan barang dagang sebesar harga pokok barang yang dikembalikan)
b. Jika saat penjualan dilakukan secara kredit
Return penjualan Rp xxx
Piutang dagang Rp xxx
Persediaan barang dagang Rp xxx
HPP Rp xxx
(nilai dalam persediaan barang dagang sebesar harga pokok barang yang dikembaliakan)
7) Apabila terjadi transaksi penerimaan pelunasan piutang dagang disertai dengan potongan
penjualan maka pencatatan yang dilakukan dengan metode perpetual adalah sebagai berikut:
Kas Rp xxx
Potongan penjualan Rp xxx
Piutang dagang Rp xxx
8) Apabila terjadi transaksi pembayaran biaya angkut penjualan maka pencatatan yang
dilakukan dengan metode perpetual adalah sebagai berikut:
Biaya angkut penjualan Rp xxx
Kas Rp xxx

Kesimpulan:

 Metode pencatatan persediaan barang dagangan ada dua yaitu metode fisik dan metode
perpetual. Kedua metode tersebut memiliki perbedaan diantaranya dalam hal penentuan
perhitungan persediaan barang dagangan, dimana saat menggunakan metode fisik
perhitungan persediaan brang dagangan dilakukan setiap akhir periode sedangkan saat
menggunakan metode perfektual perhitungan persediaan barang dagang dilakukan saat
terjadi perubahan persediaan barang dagangan.
 Perubahan persediaan barang dagang tersebut dapat terjadi karena adanya pembelian,
penjualan dan sebagainya.

C. Metode Harga Bruto dan Netto

Metode harga bruto dan netto berhubungan dengan syarat pembayaran yang akan
diberlakukan. Syarat pembayaran adalah perjanjian antara penjual dan pembeli untuk
pembayaran barang-barang yang dibeli secara kredit. Contoh 2/10, n/30 artinya jika pembayaran
dilakukan dalam jangka waktu sampai dengan 10 hari setelah tanggal pembelian, maka akan
mendapatkan potongan harga (diskon 2%) dan tanggal pembayaran sampai dengan 30 hari
setelah tanggal transaksi.

Dalam jurnal beli barang dagang sering terdapat syarat pembayaran, apabila pembeyaran
dilakukan pada masa potongan maka akan mengakibatkan timbulnya potongan pembelian atau
penjulan. Pembelian ataupun penjulan dapat dicatat dengan menggunakan metode harga bruto
atau metode harga netto.

a. Jika menggunakan metode harga bruto, setiapa pembelian atau penjualan dcatat
sebesar harga faktur
b. Jika menggunakan metode harga netto, setiap pembelian atau penjualan dicatat
sebesar harga faktur dikurangi dengan potongan yang akan diterima atau diberikan

Contoh
PD. Yudistira selama bulan Februari 20 telah melakukan transaksi sebagai berikut:

Tanggal 2 : Membeli barang dagang dari PT. Astina Rp 3.000.000 syarat 2/10, n/30
5 : Membeli barang dagang dari PT. Maespati Rp 2.000.000 syarat 2/10, n/30
8 : Menjual barang dagang kepada Toko Bima Rp 2.500.000 syarat 3/20, n/30
(Harga Pokok Rp 2.000.000)
10 : Menjual barang dagang kepada Toko Baladewa Rp 1.800.000 syarat 3/10,
n/30 (Harga Pokok Rp 1.500.000)
15 : Dilunasi utang kepada PT. Maespati faktur tanggal 5 Februari
18 : Diterima dari Toko Bima pelunasan faktur tanggal 8 Februari
20 : Dilunasi kepada PT. Astina faktur tanggal 2 Februari
25 : Diterima dari Toko Baladewa pelunasan faktur tanggal 10 Februari
Diminta:

Catatlah transaksi di atas kedalam jurnal umum dengan:

a. Sistem Periodik (bruto dan netto)


b. Sistem Perpetual (bruto dan netto)

Penyelesaian:

a. Sistem Periodik
Tgl Metode Harga Bruto Metode Harga Netto
2 Pembelian Rp 3.000.000 Pembelian Rp 2.940.000
Utang dagang Rp Utang dagang Rp 2.940.000
5 3.000.000 Pembelian Rp 1.960.000
Pembelian Rp 2.000.000 Utang dagang Rp 1.960.000
8 Utang dagang Rp Piutang dagang Rp 2.425.000
2.000.000 Penjualan Rp 2.425.000
Piutang dagang Rp 2.500.000
10 Penjualan Rp Piutang dagang Rp 1.746.000
2.500.000 Penjualan Rp 1.746.000
15 Utang dagang Rp 1.960.000
Piutang dagang Rp 1.800.000 Kas Rp 1.960.000
Penjualan Rp
18 1.800.000 Kas Rp 2.425.000
Utang dagang Rp 2.000.000 Piutang dagang Rp 2.425.000
Pot. Pembelian Rp
20 40.000 Utang dagang Rp 2.940.000
Kas Rp Pot.pemb.yg.hilang Rp 60.000
1.960.000 Kas Rp 3.000.000
25 Kas Rp 2.425.000 Kas Rp 1.800.000
Pot. Penjualan Rp 75.000 Pot.penj Rp
Piutang dagang Rp 54.000
2.500.000 Piuang dagang Rp 1.746.000
Utang dagang Rp 3.000.000
Kas Rp
3.000.000

Kas Rp 1.800.000
Piutang dagang Rp
1.800.000

b. Sistem Perpetual
Tgl Metode Harga Bruto Metode Harga Netto
2 Persd. Brg. Dagang Rp 3.000.000 Persd. Brg. Dagang Rp 2.940.000
Utang dagang Rp Utang dagang Rp
5 3.000.000 2.940.000
Persd. Brg. Dagang Rp 2.000.000 Persd. Brg. Dagang Rp 1.960.000
8 Utang dagang Rp Utang dagang Rp
2.000.000 1.960.000
Piutang dagang Rp 2.500.000 Piutang dagang Rp 2.425.000
Penjulan Rp Penjulan Rp
10 2.500.000 2.425.000
HP. Penjulan Rp 2.000.000 HP. Penjulan Rp 2.000.000
Persd. Brg. Dagang Rp 2.000.000 Persd. Brg. Dagang Rp 2.000.000
Piutang dagang Rp 1.800.000 Piutang dagang Rp 1.746.000
15 Penjulan Rp Penjulan Rp
1.800.000 1.746.000
HP. Penjulan Rp 1.500.000 HP. Penjulan Rp 1.500.000
18 Persd. Brg. Dagang Rp 1.500.000 Persd. Brg. Dagang Rp 1.500.000
Utang dagang Rp 2.000.000 Utang dagang Rp 1.960.000
Pot. Pembelian Rp 40.000 Kas Rp 1.960.000
20 Kas Rp
1.960.000 Kas Rp 2.425.000
Kas Rp 2.425.000 Piutang dagang Rp
25 Pot. Pembelian Rp 75.000 2.500.000
Piutang dagang Rp
2.500.000 Utang dagang Rp 2.940.000
Utang dagang Rp 3.000.000 Pot.pemb.yg hilang Rp 60.000
Kas Rp Kas Rp 3.000.000
3.000.000 Kas Rp 1.800.000
Pot.penjualan Rp 54.000
Kas Rp 1.800.000 Piutang dagang Rp
Piutang dagang Rp 1.746.000
1.800.000

D. Penialaian Persediaan Barang Dagang dalam Akuntansi

Persediaan barang dagang merupakan salah satu akun penting dalam perusahaan. Apabila
persediaan dikelola dengan tepat maka akan memudahkan perusahaan dalam mencapai target
yang diharapkan, sebaliknya apabila persediaan barang dagang dikelola secara tidak tepat maka
akan mengakibatkan perusahaan jauh dari target yang diharapkan.

Salah satu pengelolaan persediaan barang dagang adalah dengan melakukan penilaian
persediaan barang dagang. Dengan melakukan penilaian persediaan barang dagang secara tepat
maka perusahaan dapat mengetahui nilai persediaan barang dagang dalam periode tertetu dan
dapat mengetahui besarnya harga pokok penjualan barang dagang tersebut.

Untuk melakukan penilaian persediaan barang dagang maka ada dua komponen yang
harus diketahui terlebih dahulu, komponen tersebut adalah jumlah fisik barang dagang dan harga
satuan tiap barang.

Komponen yang pertama dalam penilaian persediaan barnag dagang yaitu jumlah fisik
barang. Jumlah fisik barang dapat diketahui dengan cara menghitung barang tersebut baik
dihitung pada akhir periode berjalan maupun dihitung secara berkala. Sedangkan komponen
yang kedua dalam penilaian persediaan barang dagang yaitu harga barang per unit. Harga barang
per unit dapat diketahui berdasarkan asumsi yang digunakan perusahaan, asumsi dasar tersebut
antara lain FIFO atau MPKP, LIFO atau MTKP dan Average.

E. Metode penilaian persediaan barang dagang

Penilaian persediaan barang dagang dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
metode FIFO atau MPKP, metode LIFO atau MTKP, metode Rata-rata sederhana (SAM),
metode Rata-rata tertimbang (WAM) dan metode Indetifikasi atau tanda pengenal khusus (SIM).

1. First In First Out (FIFO) atau Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)

Dalam metode ini, barang yang lebih dulu masuk (dibeli) dianggap barang yang lebih
dulu dikeluarkan (dijual), sehingga nilai persediaan akhir sebagian atau seluruhnya dihitung
berdasarkan harga yang masuk terakhir.
2. Last In First Out (LIFO) atau Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)

Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli) terakhir justru dianggap dikeluarkan
(dijual) lebih dulu, sehingga nilai persediaan akhir sebagian atau seluruhnya dihitung
berdasarkan harga barang yang masuk lebih dulu (awal).

3. Rata-rata sederhana (Simple Average Method)

Dalam metode ini, harga per unit barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga
beli per unit setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan jumlah pembelian dan
persediaan awal periode. Sedangkan nilai persediaan barang diperoleh dari hasil perkalian harga
rata-rata per unit barang dengan sisa barang.

4. Rata-rata tertimbang (Weight Average Method)

Dalam metode ini, harga pokok rata-rata per unit barang dihitung dengan membagi
jumlah total harga barang yang disediakan untuk dijual, dengan jumlah unitnya (kuantitasnya).
Nilai persediaan akhir periode adalah hasil kali kuantitas persediaan barang dagang yang tersedia
dengan harga rata-rata per satuan.

5. Identifikasi atau tanda pengenal khusus (Specific Identification Method)


Dalam metode ini, setiap barang yang dibeli dan dimasukan ke gudang diberi identifikasi
khusus berupa label yang berisi informasi tanggal pembelian, kuantitas yang dibeli, harga
pembelian, sehingga pada akhir periode dan stock opname persediaan barang di gudang dapat
diketahui dengan cepat dengan berpedoman pada identitas masing-masing barang. Metode ini
memnag sangat praktis, tetapi metode ini kurang tepat apabila terjadi pembelian beberapa jenis
barang sekaligus dan dalam jumlah yag banyak. Misalnya, persediaan akhir yang ada sebanyak
550 kg terdiri atas 350 kg dari pembelian tanggal 3 Maret 2010 dan 200 kg dari pembelian pada
tanggal 25 Maret 20 .

Contoh soal

PD. Pendawa pada bulan Maret 20 mempunyai data tentang persediaan barang dagang,
sebagai berikut:

1 Persediaan awal 300 kg @Rp 8.000 = Rp 2.400.000


3 Pembelian 500 kg @Rp 7.750 = Rp 3.875.000
5 Penjualan 350 kg
10 Pembelian 700 kg @Rp 8.250 = Rp 5.775.000
15 Penjualan 300 kg
20 Penjualan 500 kg
25 Pembelian 200 kg @Rp 8.500 = Rp 1.700.000
Total 1.700 kg Rp 13.750.000 1.150 kg

Setelah dilakukan perhitungan secara fisik, sisa barang dagang pada tanggal 31 Maret
2010 yang masih ada dalam gudang sebesar 550 kg. Berdasarkan data di atas, hitunglah nilai
persediaan pada tanggal 31 Maret 20 jika menggunakan sistem periodik dan perpetual dengan
menggunakan metode:

a. FIFO
b. LIFO
c. Rata-rata sederhana
d. Rata-rata tertimbang
e. Tanda pengenal khusus

Penyelesaian:

 Sistem Periodik
a. FIFO
Jumlah persediaan awal dan pembelian 1.700 kg
Jumlah penjualan 1.150 kg
Persediaan akhir 550 kg
Persediaan tersebut terdiri dari:
Pembelian tanggal 25 Maret 200 kg @Rp 8.500 = Rp 1.700.000
Pembelian tanggal 10 Maret 350 kg @Rp 8.250 = Rp 2.887.500
Nilai persediaan akhir = Rp 4.587.500

b. LIFO
Persediaan akhir 550 kg terdiri dari:
Persediaan awal 300 kg @Rp 8.000 = Rp 2.400.000
Pembelian tanggal 3 Maret 250 kg @Rp 7.750 = Rp 1.937.500
Nilai persediaan akhir = Rp 4.337.500

c. Rata-rata sederhana
Jumlah persediaan akhir=1.700 kg−1.150 kg
¿ 550 kg
Frekuensi pembelian=3 kali+1 persediaan awal
¿4
Jumlah harga per kg
Maka harga rata−rata per kg=
Banyaknya pembelian
Rp 8.000+ Rp 7.750+ Rp 8.250+ Rp 8.500
Maka harga rata−rata per kg=
4
Rp 32.500
Maka harga rata−rata per kg=
4
¿ Rp8.125
Jadi nilai persediaan akhir=550 kg × Rp 8.125
¿ Rp 4.468.750

d. Rata-rata tertimbang
∑( unit × harga)
Harga rata−rata per unit=
∑unit
Rp13.750 .000
Harga rata−rata per kg=
1.700
¿ Rp8.088,20
Nilai persediaan=550× Rp 8.088,20
¿ Rp 4.448.520

e. Tanda pengenal khusus


Pembelian tanggal 3 maret = 350 kg × Rp 7.750 = Rp 2.712.500
pembelian tanggal 25 maret = 200 kg × Rp 8.500 = Rp 1.700.000
Nilai persediaan akhir = Rp 4.412.500

F. Penilaian Persediaan Barang Dagang dengan Sistem Perpetual

Dengan menggunakan sistem perpetual maka setiap terjadi transaksi penjualan barang
dagang dilakukan perhitungan dan pencatatan harga pokok penjualan dalam kartu persediaan
barang dagang yang secara lengkap yang lajurnya memuat tanggal, kuantitas, harga satuan,
jumlah harga baik pada lajur masuk, lajur keluar maupun lajur saldo sehingga masuk dan
keluarnya setiap jenis barang tampak dalam kartu persediaan barang dagang tersebut. Jadi, dalam
sistem perpetual, persediaan barang dagang dapat diketahui HPP maupun nilai persediaan akhir
secara berkala pada saat terjadi penjualan tanpa menunggu akhir periode sebagaimana dalam
sistem fisik.

Penilaian persediaan barang dagang dengan sistem perpetual dapat dilakukan dengan
metode FIFO, LIFO dan metode Average

1. Penilaian Persediaan Barang Dagang dengan Metode FIFO Sistem Perpetual

Seperti halnya pada pencatatan fisik, barang yang masuk atau dibeli lebih awal di
keluarkan lebih dulu, bedanya dalam pencatatan sistem perpetual penetapan harga pokok
penjualan ditetapkan pada saat terjadi penjualan.

Pedoman dalam perhitungan dengan metode FIFO antara lain sebagai berikut:

a. Nilai persediaan barang dagang akhir dihitung dengan menganggap barang yang
masuk pertama adalah barang yang dijual terlebih dahulu, sedangkan
kekurangnagnnya mengambil barang yang masuk atau dibeli berikutnya.
b. Apabila terdapat persdiaan barang dagang awal maka jumlah unit barang, harga
barang per unit dan jumlah total nominal barang dimasukan dalam kolom saldo.
c. Ketika terjadi transaksi pembelian barang dagang, maka jumlah barang per unit,
haraga barang per unit dan total nominal barang dimasukan dalam kolom pembelian
atau persediaan masuk dan dimasukan juga dalam kolom saldo tanpa ada perhitungan
apapun.
d. Ketika terjadi transaksi penjualan, maka nilai penjualan tersebut dimasukan dalam
kolom penjualan atau persediaan barang dagang keluar dengan cara mengisi jumlah
unit barang sesuai dengan unit yang dijual namun nilai yang dimasukan adalah
jumlah unit dan harga per unit barang yang terlebih dahulu masuk atau terlebih
dahulu dibeli, serta dala kolom saldo diisi sisa barang dagang yang masih tersedia.
Dalam kolom saldo terdapat perhitungan pengurangan saldo mula-mula dengan
penjualan.
e. HPP dapat diketahui dari kolom penjualan dengan cara menjumlahkan jumlah total
nominal penjualan yang terjadi dalam periode berjalan.
f. Persediaan akhir barang dagang dapat diketahui dari kolom saldo dengan
menjumlahkan nilai total nominal saldo saat terakhir kali terjadi transaksi baik
transaksi penjualan maupun pembelian.
2. Penilaian Persediaan Barang Dagang dengan Metode LIFO Sistem Perpetual
Seperti pada pencatatan fisik, bedanya penerapannya setiap terjadi penjualan, besarnya
harga pokok barang yang dijual dihitung dari harga barang yang dibeli paling akhir.
Pedoman dalam perhitungan dengan metode LIFO antara lain sebagai berikut:
a. Nilai persediaan barang dagang akhir dihitung dengan menganggap barang yang
masuk terakhir adalah barang yang dijual terlebih dahulu sedankan kekurangannya
mengambil barang yang masuk atau dibeli sebelumnya.
b. Apabila terdapat persediaan barang dagang awal maka jumlah unit barang, harga
barang per unit dan jumlah total nominal barang dimasukan dalam kolom saldo.
c. Ketika terjadi transaksi pembelian barnag dagang, maka jumlah harga per uni, harga
barang per unit dantotal nominal barang dimasukan dalam kolom pembelian atau
persediaan masuk dan dimasukan juga dalam kolom saldo tanpa ada perhitungan
apapun.
d. Ketika terjadi transaksi penjualan, maka nilai penjualan tersebut dimasukan dalam
kolom penjualan atau persediaan barang dagang keluar dengan cara mengisi jumlah
unit barang sesuai dengan unit yang dijual namun nilai yang dimasukan adalah
jumlah unit dan harga per unit barang yang terakhir masuk atau terakhir dibeli, serta
dalam kolom saldo diisi sisa barang dagang yang msih tersedia. Dalam kolom saldo
terdapat perhitungan pengurangan saldo mula-mula dengan penjualan.
e. HPP dapat diketahui dari kolom penjualan dengan cara menjumlahkan jumlah total
nominal penjualan yang terjadi dalam periode berjalan.
f. Persediaan akhir barang dagang diketahui dari kolom saldo dengan menjumlahkan
nilai total nominal saldo saat terakhir kali terjadi transaksi baik transaksi penjualan
maupun pembelian.
3. Penilaian Persediaan Barang Dagang dengan Metode Rata-rata Bergerak Sistem Perpetual

Pada metode ini, harga beli rata-rata dihitung setiap terjadi transaksi pembelian dan harga
pokok penjualan per unit berlaku harga rata-rata pada saat terjadi transaksi penjualan.

Pedoman dalam perhitungan dengan metode rata-rata bergerak antara lain:

a. Apabila terdapat persediaan barang dagang awal maka jumlah unit barang, harag
barang per unit dan jumlah total nominal barang dimasukan dalam kolom saldo.
b. Ketika terjadi transaksi pembelian barang dagang, maka jumlah barang per unit,
haraga barang per unit dan total nominal barang dimasukan dalam kolom pembelian
atau persediaan masuk dan dimasukan juga dalam kolom saldo dengan menghitung
harga beli rata-rata tiap satuan, sehingga harga barang tiap satuan selalu berubah.
c. Ketika terjadi transaksi penjualan, maka nilai penjualan tersebut dimasukan dalam
kolom penjualan atau persediaan barang dagang keluar dengan cara mengisi jumlah
unit barang sesuai dengan unit yang dijual namun harga jual per unit diisi dengan
harga perunit sesuai dengan harga beli rata-rata per unit dalam kolom saldo, serta
dalam kolom saldo diisi sisa barang dagang yang masih tersedia. Dalam kolom saldo
terdapat perhitungan pengurangan saldo mula-mula dengan penjualan.
d. HPP dapat diketahui dari kolom penjualan dengan cara menjulahkan jumlah total
nominal penjualan yang terjadi dalam periode berjalan.
e. Persediaan akhir barang dagang dapat diketahui dari nilai total nilai nominal pada
kolom saldo.

Contoh soal

PD. Pendawa pada bulan Maret 20 mempunyai data tentang persediaan barang dagang,
sebagai berikut:

1 Persediaan awal 300 kg @Rp 8.000 = Rp 2.400.000


3 Pembelian 500 kg @Rp 7.750 = Rp 3.875.000
5 Penjualan 350 kg
10 Pembelian 700 kg @Rp 8.250 = Rp 5.775.000
15 Penjualan 300 kg
20 Penjualan 500 kg
25 Pembelian 200 kg @Rp 8.500 = Rp 1.700.000
Total 1.700 kg Rp 13.750.000 1.150 kg

Berdasarkan data transakdi PD. Pendawa di atas, buatlah perhitungan nilai persediaan
barang dagang dan harga poko penjualan pada kartu persediaan dengan menggunakan sistem
perpetual dengan metode Rata-rata bergerak (Moving Average), FIFO (First In First Out) dan
LIFO (Last In First Out).
PD. Pendawa
Kartu Persediaan Barang
Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average)
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl Harga/uni
Kuantitas Harga/unit Jumlah Kuantitas Harga/unit Jumlah Kuantitas Jumlah
t
1 300 8,000.00 2,400,000.00
3,875,00
3
500 7,750 0 800 7,843.75 6,275,000.00
2,745,312.5
5
350 7,843.75 0 450 7,843.75 3,529,687.50
1 5,775,00
Mar
0 700 8,250 0 1,150 8,091.03 9,304,687.50
et 1 2,427,309.7
5 300 8,091.03 8 850 8,091.03 6,877,377.72
2 4,045,516.3
0 500 8,091.03 0 350 8,091.03 2,831,861.41
2 1,700,00
5 200 8,500 0 550 8,239.75 4,531,861.41
Nilai Persediaan Akhir 4,531,861.41
9,218,138.5
Harga Pokok Penjualan (HPP) 9
Keterangan:
Kuantitas : Q saldo + Q pembelian
Jumlah : T saldo + T pembelian
Harga satuan : T saldo / Q saldo

PT. Pendawa
Kartu Persediaan Barang Dagang
Metode FIFO (First In First Out)
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl Kuantita Kuantita Kuantita
Harga/unit Jumlah Harga/unit Jumlah Harga/unit Jumlah
s s s
Mar 1 300 8,000 2,400,000
et 3 300 8,000 2,400,000
3,875,00
500 7,750 0 500 7,750 3,875,000
800 6,275,000
5 300 8,000 2,400,000 0 0 0
50 7,750 387,500 450 7,750 3,487,500
450 3,487,500
1
0 450 7,750 3,487,500
5,775,00
700 8,250 0 700 8,250 5,775,000
1,150 9,262,500
1
5 300 7,750 2,325,000 150 7,750 1,162,500
700 8,250 5,775,000
850 6,937,500
2
0 150 7,750 1,162,500 0 0 0
350 8,250 5,775,000 350 8,250 2,887,500
350 2,887,500
2
5 350 8,250 2,887,500
1,700,00
200 8,500 0 200 8,500 1,700,000
Nilai Persediaan Akhir 550 4,587,500
Harga Pokok Penjualan (HPP) 12,050,000

PT. Pendawa
Kartu Persediaan Barang Dagang
Metode LIFO (Last In First Out)
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl Harga/uni Harga/uni
Kuantitas Jumlah Kuantitas Jumlah Kuantitas Harga/unit Jumlah
t t
Mar 1 300 8,000 2,400,000
et 3 300 8,000 2,400,000
3,875,00
500 7,750 0 500 7,750 3,875,000
800 6,275,000
5 350 7,750 2,712,500 300 8,000 2,400,000
150 7,750 1,162,500
450 3,562,500
10 300 8,000 2,400,000
150 7,750 1,162,500
5,775,00
700 8,250 0 700 8,250 5,775,000
1,150 9,337,500
15 300 8,250 2,475,000 300 8,000 2,400,000
150 7,750 1,162,500
400 8,250 3,300,000
850 6,862,500
20 400 8,250 3,300,000 300 8,000 2,400,000
100 7,750 775,000 50 7,750 387,500
350 2,787,500
25 300 8,000 2,400,000
50 7,750 387,500
1,700,00
200 8,500 0 200 8,500 1,700,000
Nilai Persediaan Akhir 550 4,487,500
Harga Pokok Penjualan (HPP) 9,262,500

Soal 1

Pada bulan juli 20 UD Santoso memiliki transaksi keuangan yang berkaitan dengan
persediaan barang dagang, transaksi-transaksi tersebut antra lain sebagai berikut:

1 Juli Dibeli barang dagang dari Toko Buku Rakyat sebesar Rp 4.000.000 dengan syarat
penyerahan barang FOB Shipping Point yang dibayar tanggal 17 Juli 2017 sebesar
Rp 250.000
3 Juli Dibeli barang dagang pada Toko Buku Rakyat sebesar Rp 9.000.000 dengan syarat
pembayaran 2/15, n/30
4 Juli Dikembalikan barang dagang atas pembelian tanggal 1 Juli sebesar Rp 500.000
5 Juli Dikirim nota debet pada Toko Buku Rakyat atas pembelian barang dagang pada
tanggal 3 Juli
13 Juli Dibayar pembelian tertanggal 3 Juli pada Toko Buku Rakyat
15 Juli Dijual barang dagang pada Toko Harapan Jaya Rp 5.000.000 dengan harga poko Rp
4.000.000
17 Juli Dibayar beban angkut atas jasa angkut pada tanggal 1 Juli sebesar Rp 250.000
17 Juli Dijual barang dagangan pada Toko Tulis sebesar Rp 11.000.000 dengan syarat
pembayaran 3/20, n/60. Harga pokok Rp 8.500.000
18 Juli Diterima kembali barang dagang yang terjual tanggal 15 Juli karena rusak sebesar
Rp 700.000 dengan haraga perolehan Rp 500.000
19 Juli Dikirim nota kredit pada Toko Tulis atas penjualan tanggal 17 Juli sebesar Rp
1.250.000 dengan harga perolehan Rp 1.000.000
31 Juli Diterima pembayaran atas transaksi tanggal 17 Juli dari Toko Tulis
Diminta: Buatlah jurnal persediaan barang dagang metode fisik dan perpetual

Soal 2

Pada bulan Januari 20….. pada UD Pindi Jaya terdapat data transaksi yang berhubungan dengan
persediaan barang dagang sebagai berikut:

Tanggal 1 Januari terdapat persediaan barang dagang awal sebanyak 100 unit dengan harga per
unit Rp 125.000

Tanggal 5 Januari terjadi pembelian barang dagangan sebanyak 75 unit dengan harga per unit Rp
130.000

Tanggal 10 Januari terjadi penjualan barang dagang sebanyak 125 unit

Tanggal 15 Januari terjadi pembelian barang dagangan sebanyak 80 unit dengan harga per unit
Rp 135.000

Tanggal 20 Januari terjadi pembelian barang dagangan sebanyak 5o unit dengan harga per unit
Rp 140.000

Tanggal 25 Januari terjadi penjualan barang dagangan sebanyak 100 unit

Tanggal 30 Januari terjadi pembelian barang dagangan sebanyak 75 unit dengan harga per unit
Rp 145.000

Berdasarkan data transaksi UD Pindi Jaya di atas buatlah perhitungan nilai persediaan barang
dagang dengan menggunakan metode FIFO, LIFO, SAM, WAM, SIM dengan sistem periodik
Soal 3

PT. Sianok adalah perusahaan yang bergerak dalam perdaganan kelistrikan dan berikut data
transaksi untuk bulan September 20…..:

Pembelian Penjualan
Tanggal Keterangan
Unit Harga/unit Unit
01-09-16 1.800 Rp 850 Persediaan awal
06-09-16 3.200 Rp 820
12-09-16 2.100
15-09-16 1.260 Rp 840
19-09-16 1.800
21-09-16 1.300
26-09-16 1.100 Rp 850
29-09-16 800

Diminta:

1. Metode rata-rata tertimbang


2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
3. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama
4. Metode Identifikasi Khusus
Jika : pengeluaran tanggal 12-09-16 berasal dari pembelian tanggal 06-09-16, pengeluaran
tanggal 19-09-16 berasal dari persediaan awal, pengeluaran tanggal 21-09-16 berasal dari
pembelian tanggal 06-09-16 dan pembelian tanggal 15-09-16, serta pengeluaran tanggal 29
berasal dari pembelian tanggal 26-09-16.

Catatan: asusmsi perusahaan menggunakan sistem perpetual

Soal 4

PT. Busana Mandiri adalah perusahaan yang menjual bahan garment, berikut transaksi
perusahaan selama bulan Oktober 20 :

01-10 : Persediaan awal 2.000 meter @ Rp 9.000


06-10 : Pembelian kain 4.000 meter @ Rp 8.750
10-10 : Penjualan 3.800 meter
16-10 : Penjualan 1.000 meter
19-10 : Pembelian kain 3.600 meter @ Rp 9.100
22-10 : Penjualan 3.200 meter
25-10 : Pembelian kain 2.500 meter @ Rp 9.000
29-10 : Penjualan 2.700 meter
Diminta:

1. Hitunglah nilai persediaan berdasarkan sistem fisik dan perpetual, menggunakan metode
rata-rata tertimbang dan masuk pertama keluar pertama
2. Hitunglah harga pokok barang yang dijual

Soal 5

Catatan transaksi PT. Sungayang pada bulan Oktober 20 adalah sebagai berikut:

Persediaan awal (01 Oktober 20 ) = 7.200 uit @ Rp 500


Diterima:

05-10 = 6.000 unit @ Rp 475

10-10 = 4.600 unit @ Rp 490

13-10 = 2.500 unit @ Rp 500

16-10 = 1.800 unit @ Rp 510

22-10 = 2.400 unit @ Rp 505

28-10 = 1.200 unit @ Rp 495

Dijual:

12-10 = 9.800 unit

18-10 = 4.000 unit

25-10 = 7.400 unit

Diminta:

Hitunglah nilai persediaan akhir bulan Oktober degan menggunakan sistem perpetual dengan
penentuan biaya masuk pertama keluar perttama dan masuk terakhir keluar pertama.

Soal 6

Informasi berikut adalah catatan persediaan PT. Shanzaro, unntuk bulan November 20 :

Unit Biaya/unit Total biaya


Saldo awal 01-11 4.500 Rp 1.200 Rp 5.400.000
Penerimaan:
Pembelian 10-11 8.900 Rp 1.100 Rp 9.790.000
Pembelian 20-11 7.400 Rp 1.050 Rp 7.770.000
Pembelian 24-11 3.700 Rp 1.200 Rp 4.440.000
Pembelian 28-11 2.800 Rp 1.220 Rp 3.416.000
Pengeluaran:
Penjualan 12-11 9.000
Penjualan 22-11 8.400
Penjualan 25-11 4.000
Penjualan 29-11 3.200
Saldo akhir 31-11 2.700
Diminta:

Hitunglah nilai akhir persediaan barang dagang menggunakan sistem perpetual dengan metode
rata-rata dan masuk pertama keluar pertama

You might also like