You are on page 1of 9

PEMANFAATAN LENGKUAS (Alpinia galanga) DALAM

MENGAWETKAN BAKSO

Budi Hardiansyah Siregar1; Wirsal Hasan2; Surya Dharma2


1
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Departemen Kesehatan Lingkungan
2
Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Email : budi.hardiansyah@hotmail.com

Abstract
Applying Galangal (Alpinia galanga) in Preserving The Meatballs. Meatballs are one
of Indonesian favorite foods who have short preserving time. Handling these problems,
the meatball producers and traders using harmful preservatives which have bad effects
on people’s health who love to eat meatballs. The research’s purpose was to determine
the ability of galangal (Alpinia galanga) in extending the meatballs preserving time.
The research type was Quasy Experiment with a completely randomized design.
Meatball samples were treated by adding galangal to its boiling process with
concentration of 100 grams, 200 grams, 300 grams on each 250 grams meatball’s
dough and 0 gram as a control in 3 l water. Each treatment performed 5 repetitions.
The result showed an average meatballs preserving time at concentration of galangal 0
gram (control) is 19 hours 12 minutes, at concentration of 100 grams is 26 hours 24
minutes, at concentration of 200 grams is 24 hours 48 minutes, at concentration of 300
grams is 22 hours 24 minutes. Based on dependent t results showed a significant
difference between treatments with range of galangal concentrations in extending the
meatballs preserving time. The LSD test results showed that the concentration of
galangal who can have the longest meatballs preserving time is at concentration of 100
grams galangal Thus, producers and traders can use galangal as meatballs
preservative which are safe for health. Addition of ginger should be done when
meatballs boiling water is not in boiling condition (± 50-60 oC) and it is suggested to
use young galangal.

Keywords : Meatballs, Galangal, Meatball Preserving Time

Pendahuluan makanan pada individu yang


Salah satu teori Abraham Maslow yaitu mengkonsumsi makanan tersebut
teori hierarki kebutuhan manusia (Koren, 2003).
menyebutkan bahwa makanan Demi mendapatkan makanan dengan
merupakan salah satu tingkatan paling bentuk dan aroma yang menarik, rasa
dasar yang harus dipenuhi. Hal ini enak, warna dan konsistensinya baik
menjelaskan mengapa makanan begitu serta awet, maka sering pada proses
penting bagi kehidupan manusia pembuatannya dilakukan penambahan
(Maulana, 2009). “bahan tambahan makanan” (BTM)
Makanan merupakan suatu produk yang yang disebut zat adiktif kimia (food
mudah membusuk. Proses pembusukan additiva) (Widyaningsih, 2006).
ini dipengaruhi oleh dua penyebab Menurut Widyaningsih (2006),
utama yaitu faktor kimia (enzim) dan penggunaan bahan tambahan makanan
faktor biologi (mikroorganisme). ini memberi keuntungan bagi industri
Gangguan pada dua faktor di atas dapat makanan karena makanan menjadi lebih
mengakibatkan kejadian keracunan awet. Secara garis besar zat pengawet

1
dibedakan menjadi tiga jenis : 1). kemampuan lengkuas (Alpinia galanga)
GRAS (Generally Recognized as Safe). dalam mengawetkan bakso.
2). ADI (Acceptable Daily Intake). 3).
Zat Pengawet Bukan Untuk Makanan. Tujuan
Pada tahun 2006, Badan POM Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melakukan pengujian pada Jajanan mengetahui kemampuan lengkuas
Anak Sekolah di SD di seluruh ibukota (Alpinia galanga) dalam
provinsi di Indonesia dan hasilnya memperpanjang waktu simpan bakso.
terdapat 5,76 % mi mengandung
formalin dan 2,53 % bakso Metode Penelitian
mengandung formalin (Anonim, 2007 Jenis penelitian adalah Quasi
dalam Ginting, 2010). Eksperimen dengan Rancangan Acak
Hasil pemeriksaan formalin yang Lengkap yaitu suatu kegiatan percobaan
dilakukan Ginting (2010) pada bakso terhadap sampel untuk mengetahui
yang dijual di SD di kota Medan pengaruh penambahan lengkuas
menunjukkan 7 dari 21 sampel positif (Alpinia galanga) pada proses
mengandung formalin dengan kadar perebusan bakso untuk memperpanjang
berkisar 20,71 mcg/g hingga 49,44 masa simpan bakso dengan konsentrasi
mcg/g. 100 gr, 200 gr dan 300 gr lengkuas
Sementara itu Panjaitan (2010) dibandingkan dengan kontrol
melakukan pemeriksaan pada bakso (perlakuan tanpa penambahan
yang dijual di kota Medan menunjukkan lengkuas). Percobaan dilakukan
8 dari 10 sampel mengandung boraks sebanyak 5 kali pengulangan sehingga
dengan kadar 0,08 % hingga 0,29 %. jumlah sampel sebanyak 20 sampel.
Peningkatan penggunaan bahan Lokasi penelitian dilakukan di
pengawet berbahaya pada makanan Laboratorium Kesehatan Lingkungan
membuat banyak pihak mulai mencari Fakultas Kesehatan Masyarakat
bahan alternatif dimana bahan alternatif Universitas Sumatera Utara.
itu hendaknya aman, bersifat alami, Waktu penelitian dilakukan pada bulan
mudah diperoleh dan harganya November 2012 hingga April 2013.
terjangkau (Widyaningsih, 2006). Objek penelitian adalah bakso daging
Lengkuas merupakan tumbuhan yang dibuat langsung oleh peneliti
rempah-rempah yang penggunaannya dengan tujuan agar objek penelitian ini
sudah menjadi resep turun-temurun murni bebas dari bahan pengawet.
Nusantara. Lengkuas mengandung Sampel yang dibutuhkan untuk setiap
minyak atsiri yang terbukti bersifat perlakuan dalam penelitian adalah 250
antimikroba (Udjiana, 2008). gr adonan bakso. Adonan bakso ini
kemudian dibentuk bulat dan direbus
Perumusan Masalah dengan 3 l air yang sebelumnya telah
Bakso merupakan makanan favorit yang ditambahkan lengkuas di dalamnya
memiliki waktu simpan cukup singkat dengan konsentrasi lengkuas masing-
sehingga tak jarang produsen maupun masing 0 gr (sebagai kontrol), 100 gr,
pedagang menggunakan bahan 200 gr, 300 gr. Selanjutnya tunggu
pengawet untuk mengawetkannya. beberapa saat sampai bakso matang
Lengkuas mengandung minyak atsiri yang ditandai dengan bakso yang
yang bersifat antimikroba sehingga mengambang di air rebusan tersebut dan
diduga dapat dijadikan bahan alternatif kemudian tiriskan. Amati perubahan
sebagai pengawet yang aman bagi yang terjadi pada bakso baik tekstur,
makanan. Dengan demikian, perlu bau, warna dan rasanya serta hitung
dilakukan penelitian mengenai daya tahan bakso yang telah direbus

2
dengan lengkuas di dalamnya. Dari rendah lagi yaitu menjadi 22 jam 24
masing-masing perlakuan, dilihat bakso menit.
dengan pemberian lengkuas pada
konsentrasi berapa yang memiliki Tabel 2. Hasil Uji Kolmogorov-
waktu lebih lama tanpa ada perubahan Smirnov Waktu Simpan
tekstur, bau warna, dan rasa. Bakso Dengan
Menggunakan Berbagai
Hasil dan Pembahasan Konsentrasi Lengkuas
Hasil penelitian yang telah dilakukan (Alpinia galanga)
mengenai penggunaan lengkuas untuk Waktu Simpan
memperpanjang waktu simpan bakso Bakso
dengan 4 perlakuan perebusan bakso N 20
Rata-Rata 23.20
yang ditambahkan lengkuas dengan Std. Deviation 3.334
konsentrasi (0 gr sebagai kontrol, 100 Absolute 0.245
gr, 200 gr dan 300 gr) dan dilakukan Positive 0.205
Negative -0.245
pengulangan sebanyak 5 kali dapat Kolmogorov-Smirnov Z 1.095
dilihat pada tabel berikut : Asymp. Sig. (2-tailed) 0.182
Tabel 1. Hasil Pengamatan Waktu Berdasarkan tabel di atas diketahui
Simpan Bakso Tanpa bahwa dari 20 data yang diperiksa
Penambahan Dan Dengan menunjukkan bahwa nilai rata-rata
Penambahan Lengkuas keseluruhannya sebesar 23,20 jam
(Alpinia galanga) Pada dengan standar deviasi sebesar 3,334.
Proses Perebusan Bakso Pada tabel tersebut diperoleh bahwa
Waktu Simpan Bakso
N Perla (jam) Rata-Rata nilai signifikansi adalah 0,182 dimana p
o. kuan Pengulangan (jam) = (0,182) > 0,05 yang artinya Ho
1 2 3 4 5 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
1. 0 gr 20 16 20 20 20 19,2 jam (19
jam 12 menit)
distribusi data waktu simpan bakso
2. 100 gr 28 28 24 24 28 26,4 jam (26 dengan menggunakan berbagai
jam 24 menit) konsentrasi lengkuas pada proses
3. 200 gr 24 24 24 28 24 24,8 jam (24
jam 48 menit)
perebusan bakso adalah berdistribusi
4. 300 gr 24 24 24 20 20 22,4 jam (22 normal.
jam 24 menit)
Berdasarkan tabel di atas diketahui Tabel 3. Hasil Uji Kesamaan Varians
bahwa rata-rata waktu simpan bakso Waktu Simpan Bakso
tanpa penambahan lengkuas adalah Dengan Menggunakan
selama 19 jam 12 menit dan waktu Berbagai Konsentrasi
simpan bakso akan mengalami Lengkuas (Alpinia
penambahan jika ditambahkan galanga)
lengkuas. Pada penambahan 100 gr, Uji Levene df1 df2 Sig.
rata-rata waktu simpan bakso 1.016 3 16 0.412
bertambah menjadi 26 jam 24 menit Pada tabel di atas diketahui bahwa nilai
namun penambahan lengkuas lebih dari signifikansinya adalah 0,412 dimana p
100 gr akan menurunkan rata-rata = (0,412) > 0,05 yang artinya Ho
waktu simpan bakso yaitu pada diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan 200 gr rata-rata waktu varians data populasi darimana data
simpan bakso menjadi 24 jam 48 menit. sampel ditarik adalah seragam
Pada penambahan 300 gr rata-rata (homogen).
waktu simpan bakso menjadi lebih

3
Tabel 4. Hasil Uji t Dependen Waktu 300 gr dengan masing-masing nilai p =
Simpan Bakso Dengan (0,000), p = (0,000), p = (0,022) < 0,05.
Menggunakan Berbagai Akan tetapi, perbedaan rata-rata waktu
Konsentrasi Lengkuas simpan bakso pada konsentrasi 100 gr
(Alpinia galanga) lengkuas tidak berbeda nyata dengan
Waktu Simpan Bakso
Probabili konsentrasi lengkuas 200 gr dimana
N Perla (jam)
o. kuan Pengulangan
tas nilai p = (0,224) > 0,05 dan begitu juga
(p) sebaliknya. Perbedaan rata-rata waktu
1 2 3 4 5
1. 0 gr 20 16 20 20 20 - simpan bakso pada konsentrasi
2. 100 gr 28 28 24 24 28 0,009 lengkuas 200 gr tidak berbeda nyata
3. 200 gr 24 24 24 28 24 0,005
4. 300 gr 24 24 24 20 20 0,099 dengan konsentrasi 300 gr lengkuas
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai dimana nilai p = (0,076) > 0,05 dan
p lebih kecil daripada 0,05 yaitu p = begitu juga sebaliknya.
0,009 dan p = 0,005 maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil penelitian, bakso
Hal ini dapat diartikan bahwa ada yang tidak mendapatkan penambahan
perbedaan yang signifikan pada waktu lengkuas memiliki rata-rata waktu
simpan bakso dengan dan tanpa simpan selama 19 jam 12 menit atau
penambahan lengkuas dalam proses kurang dari satu hari. Hal ini sejalan
perebusan bakso pada konsentrasi 100 dengan pendapat Widyaningsih (2006)
gr dan 200 gr namun tidak terdapat bahwa bakso yang tidak menggunakan
perbedaan signifikan yang terjadi pada bahan pengawet akan bertahan selama
waktu simpan bakso dengan dan tanpa 12 jam hingga satu hari pada suhu
penambahan lengkuas pada konsentrasi kamar dan menurut Sudarwati (2007)
300 gr lengkuas. Hal ini dapat dilihat waktu simpan bakso akan bertambah
dari nilai p yang lebih besar dari 0,05 menjadi dua hari pada suhu dingin.
sehingga Ho diterima. Menurut Widyaningsih (2006), bakso
mudah rusak/busuk disebabkan oleh
Tabel 5. Hasil Uji Beda Nyata kandungan protein dan kadar air yang
Terkecil (BNT) Waktu tinggi serta pH yang netral pada bakso
Simpan Bakso Pada sehingga membuat bakso rentan
Berbagai Konsentrasi terhadap kerusakan. Kerusakan ini
Lengkuas (Alpinia galanga) berkaitan erat dengan aktivitas
(I) (J) Beda Sig. mikroorganisme. Menurut Frazier dan
Konsentrasi Konsentrasi Nyata (I- Westhoff (1988) dalam Sugiharti
Lengkuas Lengkuas J)
0 gr 100 gr -7,200(*) 0,000 (2009), mikroorganisme yang menjadi
200 gr -5,600(*) 0,000 penyebab kerusakan pada bahan pangan
300 gr -3,200(*) 0,022 yang memiliki kadar air tinggi dengan
100 gr 0 gr (kontrol) 7,200(*) 0,000
200 gr 1,600 0,224 pH sekitar netral adalah golongan
300 gr 4,000(*) 0,006 bakteri.
200 gr 0 gr (kontrol) 5,600(*) 0,000 Pada umumnya kerusakan yang terjadi
100 gr -1,600 0,224
300 gr 2,400 0,076 pada makanan disebabkan oleh
300 gr 0 gr (kontrol) 3,200(*) 0,022 pertumbuhan mikroorganisme terutama
100 gr -4,000(*) 0,006 oleh bakteri dan jamur.
200 gr -2,400 0,076
Keterangan : Tanda (*) = Berbeda nyata (p < 0,05) Mikroorganisme membutuhkan nutrien
Tabel di atas menunjukkan bahwa seperti karbohidrat, protein, lemak,
perbedaan rata-rata waktu simpan bakso mineral sama seperti makhluk hidup
dengan lengkuas pada konsentrasi 0 gr lainnya. Mikroorganisme mengubah
(kontrol) berbeda nyata dibandingkan nutrien yang diperolehnya untuk
dengan konsentrasi 100 gr, 200 gr dan menjadi energi yang digunakan dalam
pertumbuhan mikroorganisme

4
(Wahyudi, 2010). Kontaminasi mengkonsumsi boraks secara terus-
mikroorganisme pada makanan dapat menerus yaitu pusing, badan malas,
mengakibatkan terjadinya peristiwa depresi, derilium, muntah, diare, kram,
keracunan makanan pada individu yang kejang, koma, kollaps dan sianosis
mengkonsumsi makanan tersebut (Khamid, 2006 dalam Panjaitan, 2010).
(Koren, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Demi menjaga kualitas makanan yang bakso tanpa penambahan lengkuas pada
mudah rusak seperti bakso, para proses perebusannya memiliki rata-rata
produsen biasanya menggunakan bahan waktu simpan selama 19 jam 12 menit.
pengawet. Bahan pengawet ini memiliki Hal ini tentunya menjadi masalah bagi
peranan yang penting dalam melindungi industri bakso dimana menurut Teddy
dan memanipulasi sifat fisik dan (2007), industri bakso umumnya
organoleptik makanan. Jenis bahan memiliki target untuk waktu simpan
pengawet yang sering digunakan oleh bakso yaitu selama 4 hari dengan
produsen bakso adalah boraks dan rincian 1 hari berada di pabrik, 1 hari
formalin karena harganya relatif murah berada di pedagang grosir, 1 hari berada
dan memiliki daya awet yang tinggi di pedagang menengah dan 1 hari
(Sugiharti, 2009). berada di pedagang keliling.
Keberadaan formalin dan boraks Lengkuas yang merupakan tumbuhan
sebagai bahan pengawet pada makanan populer di Asia Tenggara termasuk
dapat membahayakan masyarakat yang Indonesia mengandung minyak atsiri
mengkonsumsi makanan tersebut. yang bersifat antimikroba, antifungi dan
Formaldehid merupakan metabolit yang antioksidan (Hsu, 2010). Menurut
dimetabolisme secara cepat di dalam Pamungkas (2010), Minyak atsiri aktif
tubuh dan mampu menyebabkan tumor sebagai antibakteri karena senyawa
hanya pada dosis tinggi yang bersifat kimia tersebut mengandung gugus
sitotoksik. (Federal Provincial- fungsi hidroksil (-OH) dan karbonil.
Territorial Committee on Drinking Minyak atsiri pada umumnya dibagi
Water, 1997 dalam Teddy, 2007). menjadi dua komponen yaitu golongan
Formalin merupakan bahan yang sangat hidrokarbon dan golongan hidrokarbon
diperlukan dalam industri. teroksigenasi (Robinson, 1991;
Kegunaannya antara lain dalam Soetarno, 1990 dalam Parwata, 2008).
produksi pupuk, bahan fotografi, Menurut Heyne (1987) dalam Parwata
parfum, kosmetika, pencegahan korosi, (2008), senyawa-senyawa turunan
perekat kayu lapis, bahan pembersih, hidrokarbon teroksigenasi (fenol)
insektisida, plastik, cermin, serta kaca memiliki daya antibakteri yang kuat.
(Widyaningsih, 2006). Selain itu, Senyawa fenol dapat menghambat
formalin juga dimanfaatkan dalam pertumbuhan bakteri dikarenakan
bidang medis untuk sterilisasi dan turunan fenol berinteraksi dengan sel
desinfektan yang dapat membunuh bakteri melalui proses adsorpsi yang
algae, protozoa, dan organisme melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar
uniseluler lain dengan konsentrasi akut rendah akan membentuk kompleks
letal berkisar 0.3-22 mg/L (WHO, 1989 protein fenol dengan ikatan yang lemah
dalam Teddy, 2007). dan segera mengalami peruraian, diikuti
Sementara itu boraks yang merupakan penetrasi fenol ke dalam sel dan
antiseptik, biasa digunakan sebagai menyebabkan presipitasi serta
bahan pengawet dalam makanan namun denaturasi protein. Pada kadar tinggi
penggunaan ke dalam makanan ini fenol menyebabkan koagulasi protein
dapat menimbulkan efek buruk terhadap dan sel membran akan mengalami lisis
manusia. Efek yang ditimbulkan saat (Luftana, 2009). Menurut Pamungkas

5
(2010), seperti senyawa antimikroba penyusun minyak atsiri tidak stabil dan
lainnya, mekanisme kerja fenol adalah peka terhadap suhu tinggi. Hal ini juga
menghambat pertumbuhan dan sejalan dengan pernyataan Pamungkas
metabolisme bakteri dengan cara (2010), proses hidrodifusi, hidrolisis
merusak membran sitoplasma dan dan derajat temperatur pada proses
mendenaturasi protein sel. Sehingga pemanasan juga berpengaruh terhadap
senyawa tersebut dapat bersifak jumlah dan kualitas minyak atsiri yang
bakterisidal atau bakteriostatis, dihasilkan sehingga akan
bergantung dosis yang digunakan. mempengaruhi daya awetnya terhadap
Peningkatan waktu simpan bakso dapat bakso.
terlihat dari hasil penelitian setelah Pada tabel 4 hasil uji t dependent
bakso tersebut mendapatkan menunjukkan bahwa ada perbedaan
penambahan lengkuas ke dalam proses yang bermakna pada waktu simpan
perebusannya. Dari tabel 1 dapat dilihat bakso dengan penambahan lengkuas
bahwa rata-rata waktu simpan bakso dalam berbagai konsentrasi. Untuk
yang paling rendah adalah pada kontrol melihat pasangan rata-rata yang berbeda
(tanpa penambahan lengkuas) yaitu nyata dan menentukan konsentrasi yang
selama 19 jam 12 menit. Setelah optimal, maka dilakukan perbandingan
ditambahkan lengkuas, terjadi diantara pasangan rata-rata pada
penambahan waktu simpan bakso pada berbagai konsentrasi lengkuas dengan
masing-masing penambahan Uji Beda Nyata Terkecil. Uji Beda
konsentrasi lengkuas. Penambahan Nyata Terkecil digunakan karena
waktu simpan ini terjadi karena minyak koefisien keragaman (KK) yang
atsiri dalam lengkuas merusak membran diperoleh pada penelitian ini dalam
sitoplasma dan mendenaturasi protein kategori sedang yaitu 8,62 %.
sel bakteri sehingga mampu Ada dua (2) kriteria yang harus
menghambat pertumbuhan dan diperhatikan untuk menentukan
metabolisme bakteri. Penambahan 100 perlakuan terbaik (optimum) suatu
gr lengkuas mampu memperpanjang percobaan yaitu untuk kriteria terbaik
rata-rata waktu simpan bakso selama 26 utama dipilih perlakuan yang
jam 24 menit, kemudian rata-rata waktu pengaruhnya minimal berbeda nyata
simpan bakso berkurang dengan dengan pengaruh perlakuan yang
penambahan lengkuas sebanyak 200 gr bertaraf lebih rendah, tetapi tidak
yaitu selama 24 jam 48 menit. berbeda nyata dengan pengaruh
Kemudian rata-rata waktu simpan bakso perlakuan yang bertaraf sama atau lebih
berkurang lagi dengan penambahan tinggi. Sedangkan untuk kriteria terbaik
lengkuas sebanyak 300 gr yaitu selama kedua dipilih perlakuan yang
22 jam 24 menit. Dengan demikian pengaruhnya minimal berbeda nyata
dapat diketahui bahwa rata-rata waktu dengan pengaruh perlakuan kontrol atau
simpan bakso yang dihasilkan tidak bertaraf lebih rendah dan mempunyai
optimal karena rata-rata waktu simpan frekuensi beda nyata yang sama atau
bakso maksimal yang didapat hanya 26 lebih banyak dibandingkan perlakuan
jam 24 menit. yang bertaraf sama atau lebih tinggi
Penambahan lengkuas pada proses (Hanafiah, 2008).
perebusan bakso dinilai kurang tepat Pada tabel 5 hasil uji BNT
dilakukan karena dalam suhu tinggi menunjukkan bahwa adanya perbedaan
minyak atsiri akan cenderung menguap. antara 0 gr dengan 100 gr, 0 gr dengan
Hal ini sejalan dengan penyataan 200 gr, dan 0 gr dengan 300 gr. Untuk
Kardinan (2005) dalam Pamungkas konsentrasi 100 gr menunjukkan adanya
(2010), bahwa semua senyawa perbedaan nyata yaitu antara 100 gr

6
dengan 300 gr sedangkan konsentrasi Umur lengkuas mempengaruhi aktivitas
100 gr dengan 200 gr tidak antimikroba pada lengkuas. Menurut
menunjukkan adanya perbedaan yang Rahayu (1999) jenis lengkuas muda
nyata. Hal ini terlihat dengan nilai p lebih efektif dalam mengambat
pada pasangan konsentrasi 100 gr pertumbuhan bakteri dengan rata-rata
dengan 300 gr (0,006 < 0,05). daya hambat 38,27 % dibandingkan
Sedangkan pasangan konsentrasi 100 gr dengan daya hambat lengkuas jenis
dengan 200 gr memiliki nilai p = (0,224 merah yang tua 32,26 % dan lengkuas
> 0,05). Dengan demikian pada jenis putih yang tua 32,46 %.
pasangan 100 gr dengan 200 gr tidak Demi mendapatkan daya awet yang
menunjukkan perbedaan yang nyata, maksimal, sebaiknya penambahan
maka konsentrasi lengkuas sebagai lengkuas dilakukan saat suhu air
bahan pengawet alami yang mampu perebusan tidak dalam kondisi
memperpanjang waktu simpan bakso mendidih. Ketika bakso telah
adalah pada konsentrasi 100 gr dan 200 mengambang di atas air rebusan
gr. Namun, penambahan waktu lebih kemudian matikan kompor dan tunggu
banyak pada konsentrasi 100 gr, maka hingga suhu air rebusan tidak dalam
sebagai bahan pengawet alami suhu yang tinggi (± 50-60 oC).
digunakan konsentrasi 100 gr. Masukkan lengkuas dan biarkan
Sebagaimana dengan penelitian lainnya, beberapa saat (± 1 menit) lalu tiriskan
penelitian ini juga memiliki bakso. Selain itu, sebaiknya
keterbatasan. Keterbatasan dalam menggunakan lengkuas muda untuk
penelitian ini adalah proses pengawetan memperpanjang waktu simpan bakso.
dilakukan dengan perebusan sehingga
waktu simpan yang dihasilkan dalam Kesimpulan dan Saran
pengawetan ini tidak maksimal. Hal ini Terdapat perbedaan rata-rata waktu
disebabkan oleh senyawa minyak atsiri simpan bakso dari masing-masing
yang merupakan bahan antimikroba konsentrasi lengkuas yang dimasukkan
yang terdapat di dalam lengkuas dalam proses perebusan bakso. Pada
merupakan senyawa yang cenderung bakso tanpa penambahan lengkuas
untuk tidak stabil pada suhu tinggi. memiliki rata-rata waktu simpan bakso
Hal ini sesuai dengan pernyataan selama 19 jam 12 menit, konsentrasi
Kardinan (2005) dalam Pamungkas 100 gr lengkuas rata-rata waktu simpan
(2010), bahwa semua senyawa bakso selama 26 jam 24 menit,
penyusun minyak atsiri tidak stabil dan konsentrasi 200 gr lengkuas rata-rata
peka terhadap suhu tinggi. Selain itu waktu simpan bakso selama 24 jam 48
pernyataan Pamungkas (2010) juga menit dan konsentrasi 300 gr lengkuas
memperkuat bahwa proses hidrodifusi, rata-rata waktu simpan bakso selama 22
hidrolisis dan derajat temperatur pada jam 24 menit.
proses pemanasan juga berpengaruh Dengan pengujian statistik terbukti
terhadap jumlah dan kualitas minyak bahwa ada perbedaan bermakna pada
atsiri yang dihasilkan sehingga akan penambahan lengkuas dalam proses
mempengaruhi daya awet minyak atsiri perebusan bakso dengan konsentrasi
di dalam lengkuas terhadap bakso. 100 gr dan 200 gr terhadap penambahan
Selain itu, keterbatasan peneliti lainnya waktu simpan bakso (p = 0,009) dan (p
adalah penggunaan jenis bahan baku = 0,005).
lengkuas yang tidak homogen. Peneliti Penambahan lengkuas yang paling
menggunakan dua jenis lengkuas yang efektif dalam menambah waktu simpan
berbeda yaitu lengkuas merah yang bakso adalah penambahan sebesar 100
muda dan lengkuas putih yang tua. gr yang dapat menambah waktu simpan

7
bakso sebesar 7-8 jam jika 2010, Pemanfaatan Lengkuas
dibandingkan dengan kontrol. (Lenguas galanga L.) Sebagai
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai Bahan Pengawet Pengganti
pemanfaatan lengkuas dalam Formalin, Program Kreativitas
pengawetan bakso dengan konsentrasi Mahasiswa Universitas Negeri
yang lebih kecil. Malang, Malang.
Sebaiknya penambahan lengkuas Panjaitan, L 2010, Pemeriksaan Dan
dilakukan saat air perebusan bakso Penetapan Kadar Boraks
tidak dalam keadaan mendidih (± 50-60 Dalam Bakso Di Kota Madya
o
C) dan menggunakan lengkuas yang Medan, Skripsi, Fakultas
muda. Farmasi Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Daftar Pustaka Parwata, I. M. O. A & Dewi, P. F. S
Ginting, F. Y 2010, Pemeriksaan 2008, ‘Isolasi dan Uji
Formalin Pada Bakso Yang Aktivitas Antibakteri Minyak
Dijual Di Sekolah Dasar Di Atsiri dari Rimpang Lengkuas
Kota Medan, Skripsi, Fakultas (Alpinia galanga L.)’, Jurnal
Farmasi Universitas Sumatera Kimia 2 (2), Juli 2008 : 100-
Utara, Medan. 104.
Hanafiah, K. A 2008, Rancangan Rahayu, W. P 1999, Kajian Aktivitas
Percobaan: Teori dan Aplikasi Antimikroba Ekstrak Dan
Edisi Revisi, PT. Raja Fraksi Rimpang Lengkuas
Grafindo Persada, Jakarta. ( Alpinia galanga |L. Swartz|)
Hsu, W. Y., Simonne, A., Weissman, A Terhadap Mikroba Perusak
and Jeong-Mok Kim 2010, Dan Patogen Pangan,
‘Antimicrobial Activity of Disertasi, Sekolah
Greater Galangal [Alpinia Pascasarjana Institut Pertanian
galanga (Linn.) Swartz.] Bogor, Bogor.
Flowers’, Food Science Sudarwati 2007, Pembuatan Bakso
Biotechnol. 19(4): 873-880 Daging Sapi Dengan
(2010). Penambahan Kitosan, Skripsi,
Koren, H & Bisesi, M 2003, Handbook Fakultas Pertanian Universitas
of Environmental Health : Sumatera Utara, Medan.
Biological, Chemical, and Sugiharti, S 2009, Pengaruh Perebusan
Physical Agents of Dalam Pengawet Asam
Environmentally Related Organik Terhadap Mutu
Disease Volume I, Fourth Sensori Dan Umur Simpan
Edition, CRC Press LLC, Bakso, Skripsi, Fakultas
Florida. Teknologi Pertanian Institut
Luftana, Y. K 2009, Minyak Atsiri Dari Pertanian Bogor, Bogor.
Rimpang Lengkuas, Diakses Teddy 2007, Pengaruh Konsentrasi
dari Formalin Terhadap Keawetan
http://www.blogspot.minyak- Bakso dan Cara Pengolahan
atsiri-dari-rimpang-lengkuas « Bakso Terhadap Residu
yis’s FOOD entertaining.htm, Formalinnya, Skripsi,
tanggal 1 April 2012. Fakultas Teknologi Pertanian
Maulana, H. D. J 2009, Promosi Institut Pertanian Bogor,
Kesehatan, EGC, Jakarta. Bogor.
Pamungkas, R. N., Julaichah, D., Udjiana, S 2008, Upaya Pengawetan
Prasasti, S. D., & Muslih, M Makanan Menggunakan

8
Ekstrak Lengkuas, Distilat -
Jurnal Teknologi Separasi,
Volume I Nomor 2.
Wahyudi, J 2010. Pengawetan
Makanan/Minuman. Kantor
Penelitian dan Pengembangan
Kabupaten Pati. Diakses dari
http://litbang.patikab.go.id/ind
ex.php?option=com_conten&v
iew=article&id=78:pengaweta
n-
makananminuman&catid=90:
pengawetan-
makananminuman&Itemid=60
, tanggal 1 April 2013
Widyaningsih, T. D & Murtini, E. S
2006, Alternatif Pengganti
Formalin Pada Produk
Pangan, Cetakan Pertama,
Trubus Agrisana, Surabaya.

You might also like