You are on page 1of 5

 Geologi Cekungan Buli Bay (Halmahera - Maluku Utara)

 Geologi Regional
 Nama Cekungan : Paleogene Oceanic Fracture - Neogene Back Arc
Basin.

Klasifikasi Cekungan : Cekungan sedimen dengan status belum ada


penemuan.

Cekungan Buli Bay merupakan salah satu cekungan dikawasan timur Indonesia,
terletak di sekitar Pulau Halmahera, pada koordinat 128.5°-130.4° BT dan 0°-1° LU

Peta lokasi Cekungan Buli Bay.


Geometri Cekungan Buli Bay memanjang dengan arah barat - timur. Sebelah utara dan timur
cekungannya dibatasi oleh Samudera Pasifik, sebelah barat dibatasi oleh tinggian Pulau
Halmahera dan yang menjadi batas sebelah selatan dari cekungan ini adalah Laut Halmahera.
Peta anomaly gaya berat menunjukan kontras densitas yang dapat dijadikan batas cekungan.
Peta anomaly gaya berat Cekungan Buli Bay.
Luas total Cekungan Buli Bay kurang-lebih 15.360 km2, keseluruhan cekungan ini
menempati sebagian wilayah perairan di sebelah timur Pulau Halmahera. Batuan dasar
cekungan ini berumur Tersier. Memiliki ketebalan sedimen antara 1 – 2 km dengan
kedalaman cekungan antara 0 – 2000 m.

Tektonik dan Struktur Geologi


Halmahera terletak pada komplek tektonik dimana terdapat tiga lempeng utama yang saling
berinteraksi. Lempeng-lempeng tersebut terdiri dari Lempeng Laut Filipina, Lempeng
Australia, dan Lempeng Eurasia. Dibagian timurlaut, Lempeng Laut Filipina bergerak kearah
barat. Kemungkinan pusat pemekaran berada di daerah Palung Ayu yang disubdusikan
dibawah Halmahera bagian utara, sepanjang jalur pemekaran Palung Phillippine di bagian
tenggara.

 Lempeng Australia yang berada di sebelah selatan bergerak kearah timurlaut.


Pergerakan ini mengarah ke Sesar Sorong yang merupakan batas sebelah selatan
wilayah Halmahera. Sesar Sorong sendiri merupakan sesar geser mengarah mengiri.

 Selama terjadinya proses tumbukan antara Lempeng Australia bagian utara dengan
Lempeng Laut Filipina, fragmen-fragmen dari lempeng benua terbagi-bagi dan
bergerak sepanjang Sesar Sorong di bagian barat. Batugampingautochtonous Miosen
dari Lempeng Australia, kemungkinan diendapkan di lingkungan pemekaran
cekungan, yang terbawa dan terbentuk pada pembentukan Cekungan Weda dan
Cekungan Tomuri di bagian barat. Posisi tektonik dari cekungan selama proses
tersebut adalah pada busur belakang dengan lokasi busur magmatik berada pada
lengan bagian barat.
 Lebih lanjut deformasi sesar mendatar berhubungan dengan zona active Sesar Sorong
dan ini berhubungan dengansplay yang merupakan suatu sesar berpasangan. Kondisi
tersebut mungkin menyebabkan pembukaan dari busur belakang seperti sebuah pull
apart basin. Sejarah stratigrafi Halmahera merupakan hasil dari patahan dan
pengangkatan sedimen-sedimen hasil fluktuasi genang laut. Sedimen-sedimen
tersebut berpotensi sebagai batuan induk, reservoir, dan batuan penutup, yang penting
dalam pembentukan dan penjebakan hidrokarbon.

Stratigrafi Cekungan Halmahera Timur (dimodifikasi dari Pertamina-BEICIP, 1992).

Sistem Petroleum
Sejarah tektonik dan sedimentasi cekungan sangat penting diketahui untuk menentukan
hidrokarbon potensial di suatu cekungan. Evolusi cekungan merefleksikan pergerakan dan
interaksi dari lempeng. Analisis cekungan merupakan suatu proses dengan tujuan mengetahui
karakteristik dari suatu cekungan sebagai tempat endapan sedimen yang mungkin terdapat
unsur-unsur penting untuk terakumulasinya hidrokarbon. Unsur-unsur penting tersebut
seperti keberadaan batuan induk, reservoir, batuan penutup, pola struktur untuk
migrasi hidrokarbonnya, dan jebakan
Batuan Induk
Batuan induk yang potensial di daerah Kepala Burung diharapkan terbentuk di cekungan
Halmahera Selatan. Dua interval batuan induk yang menghasilkan minyak di daerah Kepala
Burung Papua berupa serpih pada Formasi Ainim yang memiliki kecenderungan untuk
menghasilkan gas dan sedikit minyak. Batuan berumur Jura Awal-Tengah dari Formasi
Yefbie yang ekivalen dengan Formasi Kopai dari Kelompok Lower Kembelangan yang
mengindikasikan kecenderungan yang lebih banyak menghasilkan minyak dibanding dengan
batuan induk Permian; serpihnya memiliki TOC 6,2 % berasal dari material sapropel yang
dapat menghasilkan minyak dan gas. Batuan induk Tersier yang ada pada cekungan-
cekungan di daerah Kepala Burung melibatkan Grup Upper Kembelangan (Paleosen-Eosen)
yang mengandung TOC sekitar 0,6-1,2% yang berasal dari material sapropel dan cenderung
menghasilkan minyak.

RESERVOIR
 Karbonat berumur Miosen (Formasi Subaim) yang ada pada Teluk Weda memiliki
ketebalan hingga 700 kaki berdasarkan refleksi dari karakter seismik. Batuan karbonat
ini diharapkan diendapkan pada lingkungan dangkalan dengan energi tinggi dan dapat
berupa gundukan rendah karena batuan dengan tipikal sama yang ditemukan di
Cekungan Salawati memiliki properti reservoir yang baik. Potensi reservoir yang lain
dimiliki oleh batupasir yang berada di bagian paling atas Grup Weda (Formasi Soolat)
yang pada umumnya tipis dan mengandung fragmen litik.

Batuan Penyekat / Seal


 Jebakan hidrokarbon di Cekungan Halmahera Selatan adalah jebakan stratigrafi,
struktur dan kombinasi keduanya yang terbentuk pada fase syn-rift dan tereaktivasi
pada fase tektonik tumbukan.
 Serpih tebal intraformasional yang ada di cekungan Bintuni diharapkan hadir juga di
Cekungan Halmahera untuk menutupi reservoir Pra-Tersier. Penyekat yang
diharapkan hadir untuk batuan karbonat terumbu berumur Miosen adalah serpih
karbonatan dan batulempung karbonat laut dalam. Bagian Top dari batuan penyekat
untuk batuan karbonat yang ada pada paparan akan disediakan oleh unit yang sama
untuk unit batugamping terumbu yang lebih tua sementara untuk batugamping yang
lebih muda ditutupi oleh sedimen klastik berukuran halus pada Grup Weda. Unit-unit
ini ekivalen dengan Formasi Klasaman dan Klasafet yang menutupi reservoir Formasi
Kais di Cekungan Salawati. Batuan penutup lain yang ada pada cekungan ini adalah
batugamping terumbu yang memiliki kisaran umur Pliosen. Berdasarkan identifikasi
seismik batuan penutup dari batugamping terumbu memiliki resiko kebocoran karena
hanya ditutupi oleh sedimentasi tipis Plistosen.

 Properti batuan tiap horizon di Cekungan Buli Bay diambil dari


Cekungan Salawati karena kurangnya data. Untuk model
sistempetroleum properti batuannya diambil dari sumur TBF 1-X di
Cekungan Salawati. Minyak di berada dalam kondisi mlai matang
(ekivalen dengan RO 0,5 - 0,7%) pada 23,34 jtl (Awal Miosen) dan mencapai top
Formasi Roabiba pada 21,02 jtl.. Waktu pembentukan menengah (RO 0,7-1,0%)
tercapai pada 19,54 jtl (Awal Miosen) belum mencapai Formasi Roabiba hingga saat
ini.

Pembentukan Minyak, Migrasi, dan Akumulasi


 Properti batuan tiap horizon di Cekungan Buli Bay diambil dari Cekungan Salawati
karena kurangnya data. Untuk model sistempetroleum properti batuannya diambil dari
sumur TBF 1-X di Cekungan Salawati. Minyak di berada dalam kondisi mlai matang
(ekivalen dengan RO 0,5 - 0,7%) pada 23,34 jtl (Awal Miosen) dan mencapai top
Formasi Roabiba pada 21,02 jtl.. Waktu pembentukan menengah (RO 0,7-1,0%)
tercapai pada 19,54 jtl (Awal Miosen) belum mencapai Formasi Roabiba hingga saat
ini.

You might also like