You are on page 1of 15

MODEL PENILAIAN OTENTIK

DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN


BEROREINTASI PENDIDIKAN KARAKTER

Yunus Abidin
FBS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
email: yunusdwiabidin@yahoo.co.id

Abstrak: Dalam gamitan pendidikan karakter, pembelajaran membaca di sekolah harus dilaksanakan
dengan berorientasi pada peningkatan kemampuan membaca sekaligus mengembangkan karakter
siswa. Untuk itu, perlu dilakukan serangkaian upaya menciptakan proses pembelajaran membaca
yang bermutu dan berkarakter. Pengembangan pembelajaran membaca dapat dilakukan melalui pe-
manfataan tiga saluran penerapan pendidikan karakter, yaitu melalui bahan ajar, model pembelajar-
an, dan penilaian otentik. Penilaian otentik merupakan saluran yang paling penting sebab pengguna-
an penilaian otentik akan mencakup pemilihan bahan ajar dan model pembelajaran. Penilaian otentik
memandu pembelajaran melalui pengreasian berbagai aktivitas belajar yang dilakukan siswa selama
proses pembelajaran yang di dalamnya terkandung muatan karakter. Penilaian otentik memberikan
gambaran nyata kemampuan siswa dalam membaca dan memberikan ukuran ketercapaian
pengembangan karakter siswa. Berdasarkan kenyataan tersebut penggunaan penilaian otentik akan
berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman dan pengembangan karakter
siswa.

Kata Kunci: penilaian otentik, pembelajaran membaca, pendidikan karakter

AN AUTHENTIC ASSESSMENT MODEL IN THE TEACHING AND LEARNING


OF CHARACTER EDUCATION-BASED READING COMPREHENSION

Abstract: In regard to character education, the teaching and learning of reading at school should be
conducted with the orientation to improve the students’ reading ability and at the same time to
develop their character. A series of efforts is needed to create the teaching and learning process of
reading which is quality and character oriented. The development of reading teaching and learning
can be conducted through three implementation channels of character education: teaching materials,
teaching and learning model, and authentic assessment. Authentic assessment is the most important
channel as the use of authentic assessment will include the selection of the teaching materials and the
teaching and learning model. Authentic assessment guides the teaching and learning through the
creation of various learning activities carried out by the students during the teaching and learning
process which contains character values. Authentic assessment provides a real picture of the students’
reading comprehension ability and shows the indicators of the students’ character development.
Based on these facts, the use of authentic assessment will contribute to the improvement of the
students’ reading comprehension ability and their character development.

Keywords: authentic assessment, teaching and learning of reading, character education

PENDAHULUAN proses dan hasil pendidikan. Masalah ke-


Pendidikan di Indonesia saat ini se- dua berkenaan dengan lemahnya karakter
dang dihadapkan kepada situasi yang yang anak bangsa sebagai produk dari proses
kurang menguntungkan. Minimal, ada dua pendidikan yang telah dilaksanakan.
masalah utama yang dihadapi dunia pen- Bertemali dengan masalah pertama,
didikan Indonesia saat ini. Masalah per- sistem pendidikan yang dilaksanakan se-
tama berkenaan dengan rendahnya mutu lama ini masih jauh untuk berorentasi pada

164
165

mutu. Namun, dari beberapa indikator Berdasarkan kenyataan di atas, tim-


yang ditetapkan yakni kemampuan pe- bul sebuah pertanyaan sederhana, dapat-
nguasaan materi, metode, sistem evaluasi, kah peningkatan mutu pendidikan dilaku-
dan pengelolaan kelas rata-rata guru me- kan sejalan dengan peningkatan karakter
miliki kinerja di bawah standar. Kondisi ini dan budaya bangsa pada para siswa? Guna
terjadi pula pada guru yang telah terserti- menjawab pertanyaan ini, Novick (2002)
fikasi. Hal ini bertentangan dengan kapabi- menyatakan bahwa pendidikan karakter ha-
litas utama yang seharusnya dimiliki guru rus secara ekplisit muncul dalam pembe-
sebagaimana yang diungkapkan oleh Dar- lajaran dan sekaligus menjadi jiwa dan tu-
ling-Hammond (1999); Nicholss, G. (2002), juan pembelajaran tersebut. Hal ini berarti
dan Lang dan Evans (2006), yakni kapabi- bahwa pendidikan karakter merupakan ba-
litas konten pembelajaran, konseptualisasi, gian yang tidak dapat dipisahkan dari pro-
proses pembelajaran, komunikasi interper- ses pembelajaran. Pendidikan karakter ada-
sonal, dan kapabilitas reflektif. lah proses pembelajaran itu sendiri.
Masalah kedua adalah masalah yang Dalam pembelajaran membaca perlu
bertemali dengan karakter dan budaya bang- dilakukan serangkaian upaya perbaikan pro-
sa. Masalah ini muncul ditandai dengan ses pembelajaran yang berorientasi pada
berbagai fenomena kehidupan masyarakat peningkatan kemampuan membaca siswa
Indonesia yang menunjukkan semakin le- sekaligus pengembangan karakter siswa.
mahnya karakter dan budaya bangsa yang Bertemali dengan hal tersebut, minimalnya
selama ini diyakini telah mengakar dengan ada tiga cara yang dikembangkan yakni
kuat. Budaya korupsi, nepotisme, kolusi, hi- mengemas bahan ajar berbasis karakter, ya-
langnya budaya malu, maraknya penyan- itu merumuskan model pembelajaran, mem-
jung ketidakjujuran, dan pelemahan poten- baca bermuatan karakter, dan mengguna-
si anak oleh bangsa kita sendiri semakin kan penilaian otentik sebagai wahana pe-
kerap kita dengar dan saksikan. Kondisi ini ngembangan kemampuan akademik dan ka-
sangat memperihatikan sekaligus menjadi rakter. Dari ketiga alternatif ini, pengguna-
aib bagi pendidikan di Indoensia. an penilaian otentik dipandang lebih efek-
Berbagai kondisi sikap mental negatif tif dan efiesien. Dalam tulisan ini akan di-
di atas merupakan problem bagi pendidik- kemukakan bagaiman pemanfaatan peni-
an di Indonesia menjadi sebuah persoalan laian otentik sebagai saluran pendidikan
budaya dan karakter bangsa yang kini men- karakter dalam pembelajaran membaca.
jadi sorotan tajam masyarakat. Banyak ka-
langan mengacungkan telunjuk kepada pen- INTERNALISASI PENDIDIKAN KA-
didikan sebagai salah satu penyebab terbe- RAKTER DALAM PEMBELAJARAN
sar bagi gagalnya pembentukan insan yang MEMBACA
cerdas dan berkarakter. Berbagai tokoh di Karakter menunjukkan bagaimana se-
Indonesia mulai peduli terhadap pendidik- seorang bertingkah laku. Apabila sese-
an, mencari praktis meningkatkan karakter orang berperilaku tidak jujur, kejam, atau
anak bangsa. Pemikiran akhir pun kembali rakus, dapatlah dikatakan orang tersebut
kepada pendidikan sebagai sebuah jalan memanisfestasikan perilaku buruk. Seba-
utama mengatasi lemahnya karakter anak liknya, apabila seseorang berperilaku jujur,
bangsa. bertanggung jawab, suka menolong, ten-
tulah orang tersebut memanifestasikan

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Berorientasi Pendidikan Karakter
166

karakter baik. Istiah karakter erat kaitan- belajaran dan sekaligus menjadi jiwa dan
nya dengan ‘personality‘. Seseorang baru tujuan pembelajaran tersebut. Lalu bagai-
bisa disebut ‘orang yang berkarakter‘ (a mana mencari benang merah antara pen-
person of character) apabila tingkah lakunya didikan karakter dengan proses pembe-
sesuai dengan kaidah moral. Dengan demi- lajaran?
kian, pendidikan karakter yang baik harus Berangkat dari pandangan bahwa
melibatkan bukan saja aspek pengetahuan pendidikan karakter adalah proses pem-
yang baik (moral knowing), tetapi juga me- belajaran itu sendiri, pendidikan karakter
rasakan dengan baik atau loving the good dapat diternalisasikan ke dalam semua
(moral feeling) dan perilaku yang baik (mo- mata pelajaran tanpa mengubah materi
ral action). Hal ini sejalan pula dengan pembelajaran yang sudah ditetapkan da-
Lickona (1992:53) yang mengemukakan bah- lam kurikulum. Dalam pembelajaran mem-
wa komponen karakter yang baik harus baca pun, pendidikan karakter dapat diin-
meliputi moral knowing, moral feeling, dan tegrasikan dalam proses pembelajaran itu
moral action. sendiri. Pengintegrasian pendidikan karak-
Berdasarkan pengertian karakter se- ter dalam pembelajaran membaca dilaku-
perti yang telah dikemukakan di atas, pen- kan melalui penciptaan pembelajaran mem-
didikan karakter dimaknai sebagai pendi- baca yang berlandaskan pembelajaran ak-
dikan yang mengembangkan nilai-nilai tif, keratif, inovatif, efektif, dan menye-
karakter pada diri peserta didik sehingga nangkan. Upaya ke arah tersebut tentu
mereka memiliki nilai dan karakter seba- saja harus dilakukan melalui beberapa sa-
gai karakter dirinya, menerapkan nilai- luran yang terdapat dalam proses pembe-
nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, lajaran membaca.
sebagai anggota masyarakat, dan warga- Beberapa saluran yang dapat diguna-
negara yang religius, nasionalis, produk- kan untuk membina karakter dalam pem-
tif dan kreatif. Tentang dasar pelaksanaan belajaran membaca dapat diuraikan seba-
pendidikan karakter, Kemendiknas (2010: gai berikut.
10-13) mengemukakan prinsip-prisip pe-
ngembangan pendidikan karakter, yakni Melalui Bahan Ajar
(1) berkelanjutan; (2) melalui semua mata Saluran yang paling banyak diguna-
pelajaran; (3) tidak diajarkan tetapi di- kan untuk mengintegrasikan pendidikan
kembangkan melalui proses belajar; dan karakter ke dalam pembelajaran membaca
(4) dilakukan dalam proses pembelajaran adalah melalui bahan ajar. Hal ini dilaku-
oleh peserta didik secara aktif dan me- kan dengan cara mengembangkan bahan
nyenangkan. ajar yang mengandung muatan karakter.
Bertemali dengan prinsip-prinsip di Bahan ajar yang demikian biasanya berupa
atas, dapat dikemukakan bahwa pendidik- karya sastra atau biografi tokoh yang
an karakter merupakan bagian yang tidak mengandung berbagai unsur yang dapat
dapat dipisahkan dari proses pembelajar- diteladani, dan juga bisa melalui bacaan
an. Pendidikan karakter adalah proses motivasional serta karya nonsastra yang
pembelajaran itu sendiri. Hal ini pula yang berisi muatan-muatan karakter.
ditegaskan oleh Novick (2002) yang me- Penggunan bahan ajar yang berisi
nyatakan bahwa pendidikan karakter ha- muatan karakter telah banyak diteliti.
rus secara ekplisit muncul dalam pem- Hasilnya cukup menggembirakan, yakni

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012


167

bahwa melalui bahan ajar yang berisi belajaran baru yang sengaja dikembangkan
muatan karakter diyakini mampu mem- untuk keperluan tersebut.
bina karakter siswa. Permasalahanya ada- Lickona (2004) menyatakan bahwa
lah guna dapat mengintegrasikan pendi- pembentukan karakter dan kemampuan
dikan karakter ke dalam bahan ajar, guru akademik dalam satu proses pembelajaran
harus secara cermat melakukan pemilihan dapat dilakukan jika seorang guru mampu
bahan ajar yang bermuatan karakter. Ba- memilih dan menggunakan model pembe-
han ajar yang terdapat dalam bukut teks di lajaran yang tepat. Ia mencontohkan ketika
sekolah rata-rata dianggap kurang ber- guru menggunakan model kooperatif tipe
muatan karakter sehingga guru harus ber- Number Head Together (NHT), guru tersebut
susah payah mencari bahan ajar yang lain. akan secara langsung membina siswa da-
Upaya internalisasi pendidikan ka- lam hal kemampuan akademik, namun se-
rakter melalui saluran bahan ajar dapat kaligus membina karakter dalam diri me-
dilakukan guru. Langkah-langkah yang ha- reka. Nilai-nilai kerja sama, kedisiplinan,
rus dilakukan guru adalah (1) memilih ba- tanggung jawab, dan kreativitas akan ter-
han ajar secara cermat; (2) menentukan je- bentuk selama siswa belajar menggunakan
nis kegiatan penggalian karya sastra secara model NHT tersebut. Lebih lanjut ia me-
tepat (memilih pendekatan apresiasi); (3) nyimpulkan bahwa pengembangan karak-
memandu siswa menggali karya sastra ter dan sekaligus membina prestasi akade-
berorientasi nilai dan moral sastra; dan (4) mik dapat dilakukan melalui optimalisasi
melakukan evaluasi hasil dan karakter. proses pembelajaran itu sendiri.
Berdasarkan langkah kerja ini penerapan Penggunaan model pembelajaran se-
pendidikan karakter telah sesuai dengan bagai saluran pendidikan karakter juga
yang diharapkan Kemendiknas yakni pen- telah banyak diteliti oleh para ahli di Indo-
didikan karakter bukan merupakan bahan nesia. Penelitian ini tidak hanya terjadi da-
ajar, bukan merupakan pokok bahasan ter- lam mata pelajaran bahasa Indonsia, me-
sendiri, dan berlangsung secara integrative lainkan pada mata-mata pelajaran yang
dalam proses pembelajaran. lain. Salah satu penelitian tersebut dilaku-
kan oleh Budiastuti. Penelitian yang di-
Melalui Model Pembelajaran lakukan Budiastuti (tt) menunjukkan bah-
Saluran kedua yang dapat dilakukan wa penerapan pendidikan karakter melalui
dalam menginternalisasikan pendidikan praktik berbusana mampu mengembang-
karakter dalam pembelajaran adalah me- kan karakter positif siswa walaupun masih
lalui pengembangan model-model pembe- terdapat banyak kendala.
lajaran berbasis karakter. Istilah pengem- Studi terbaru tentang implementasi
bangan dalam hal ini bukan hanya berarti pendidikan karakter dilakukan Astuti dkk.
penciptaan model, tetapi juga pemanfaatan (2010). Dalam penelitianya mereka meng-
model yang telah ada sebagai saluran pen- integrasikan pendidikan karakter ke dalam
didikan karakter. Dengan demikian, inter- pembelajaran berbasis masalah. Hasilnya
nalisasi pendidikan karakter ke dalam pem- adalah bahwa pendidikan karakter yang
belajaran membaca melalui model pem- dilakukan mampu meningkatkan kepedu-
belajaran dapat dilakukan dengan meng- lian dan kepekaan sosial mahasiswa, me-
gunakan model pembelajaran yang telah ningkatkan nilai produk, dan mening-
ada namun juga bisa melalui model pem- katkan beberapa nilai-nilai karakter yang

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Berorientasi Pendidikan Karakter
168

diharapkan. Sejalan dengan Astuti, Mulya- an yang dicapai. Keempat langkah ini di-
na (2011) membuktikan bahwa pendidikan yakini dapat dijadikan paduan dasar bagi
karakter dapat diterapkan melalui pem- guru yang tertarik melaksanakan pembe-
belajaran PAKEM sehingga mampu me- lajaran bahasa Indonsia berbasis pendidik-
ngembangkan karakter siswa. an karakter.
Penggunaan model pembelajaran se-
bagai sarana pendidikan karakter tampak- Melalui Penilaian Otentik
nya lebih efektif dan cenderung mendekati Saluran terakhir yang dapat diguna-
konsep pendidikan karakter yang sesung- kan untuk mengembangkan karakter ada-
guhnya. Melalui model pemecahan masa- lah melalui penilaian otentik. Penilaian
lah misalnya, banyak nilai karakter yang Otentik adalah proses pengumpulan ber-
akan terbina, misalnya kejujuran, kerja ke- bagai data yang bisa memberikan gambar-
ras, disiplin, rasa ingin tahu, kreativitas, an perkembangan belajar siswa. Gambaran
dan beberapa yang lainnya. Demikian pula perkembangan belajar siswa perlu diketa-
melalui model konstruktivis, siswa akan hui oleh guru agar bisa memastikan bahwa
terbina nilai karakternya misalnya karakter siswa mengalami proses pembelajaran de-
peduli lingkungan, religius, menghargai ngan benar. Apabila data yang dikumpul-
prestasi, mandiri, dan demokratis. Demi- kan guru mengidentifikasikan bahwa sis-
kian pula melalui beberapa model pembe- wa mengalami kemacetan dalam belajar,
lajaran yang lain. guru segera bisa mengambil tindakan yang
Pertanyaanya sekarang adalah, ba- tepat agar siswa terbebas dari kemacetan
gaimana mengintegrasikan nilai tersebut belajar. Karena gambaran tentang kemaju-
melalui model pembelajaran? Setiap model an belajar itu diperlukan di sepanjang pro-
pembelajaran pastilah berisi sintak pembe- ses pembelajaran, penilaian ini tidak di-
lajaran. Masing-masing sintak ini akan ber- lakukan di akhir periode saja (akhir semes-
isi kegiatan yang harus dilakukan siswa. ter). Kegiatan penilaian dilakukan bersa-
Pada saat berkegiatan inilah, nilai-nilai ka- maan dengan kegiatan pembelajaran.
rakter tercermin. Siswa secara tidak sadar Mueller (2008) mengemukakan bah-
akan menunjukkan karakternya. Di sisi lain wa penilaian otentik adalah suatu peni-
siswa pun secara tidak sadar akan mem- laian belajar yang merujuk pada situasi
bina diri untuk berkarakter lebih baik. De- atau konteks dunia “nyata” yang memer-
ngan demikian melalui pengamatan yang lukan berbagai macam pendekatan untuk
cermat guru bisa menilai karakter siswa. memecahkan masalah yang memberikan
Berdasarkan konsepsi paragraf di kemungkinan bahwa satu masalah bisa
atas, langkah yang harus dilakukan guru memunyai lebih dari satu macam peme-
untuk mengintegrasikan pendidikan ka- cahan. Dengan kata lain, asesmen otentik
rakter melalui model pembelajaran adalah memonitor dan mengukur kemampuan
(1) memilih model pembelajaran yang se- siswa dalam bermacam-macam kemung-
suai dengan SK dan KD kurikulum, tujuan kinan pemecahan masalah yang dihadapi
pembelajaran, dan materi ajar; (2) meran- dalam situasi atau konteks dunia nyata
cang tahapan pembelajaran yang dapat dan dalam suatu proses pembelajaran
merangsang timbulnya karakter; (3) mela- nyata. Dalam suatu proses pembelajaran,
kukan pengamatan untuk menilai karakter; penilaian otentik mengukur, memonitor,
dan (4) melakukan evaluasi terhadap tuju- dan menilai semua aspek hasil belajar

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012


169

(yang tercakup dalam domain kognitif, vitas yang diperoleh siswa selama proses
afektif, dan psikomotor), baik yang tampak pembelajaran. Berdasarkan pemahaman ini
sebagai hasil akhir dari suatu proses pem- penilaian otentik pada prinsipnya meng-
belajaran, maupun berupa perubahan dan ukur aktivitas yang dilakukan oleh siswa
perkembangan aktifitas, dan perolehan be- selama proses pembelajaran berlangsung.
lajar selama proses pembelajaran didalam Bertemali dengan pendidikan karak-
kelas maupun siluar kelas. ter, pendidikan karakter bertujuan agar sis-
Pada hakikatnya, kegiatan penilaian wa mampu menjadi orang yang berkarak-
yang dilakukan tidak semata-mata untuk ter mulia. Usaha pengembangan karakter
menilai hasil belajar siswa saja, melainkan ini harus dilakukan secara bekesinambung-
juga berbagai faktor yang lain, antara lain an dalam proses pembelajaran. Secara
kegiatan pengajaran yang dilakukan itu praktisnya, pembentukan dan pengem-
sendiri. Artinya, berdasarkan informasi yang bangan karakter ini bersifat integratif
diperoleh dapat pula dipergunakan seba- dengan aktivitas belajar yang dilakukan
gai umpan baik penilaian terhadap kegiat- siswa. Oleh sebab itu, penilaian otentik
an yang dilakukan (Nurgiyantoro, 2011:4). pada dasarnya digunakan untuk meng-
O’Malley dan Pierce (1996:4) mendefinisi- kreasikan berbagai aktivitas belajar yang
kan authentic assessmentsebagai berikut. bermuatan karakter dan sekaligus meng-
“Authentic assessment is an evaluation process ukur keberhasilan aktivitas tersebut serta
that involves multiple forms of performance mea- mengukur kemunculan karakter pada diri
surement reflecting the student’s learning, achie- siswa.
vement, motivation, and attitudes on instructio-
nally-relevant activities. Example of authentic
KEDUDUKAN PENILAIAN OTENTIK
assessment techniques include performance
assessment, portofolio, and self-assessment”. DALAM PROSES PEMBELAJARAN
BAHASA BERBASIS KARAKTER PADA
Jadi, asesmen otentik sangat terkait TEST DRIVEN ERA
dengan upaya pencapaian kompetensi. Penggunaan penilaian otentik dalam
Kompetensi adalah pengetahuan, keteram- proses pembelajaran dinilai penting oleh
pilan, dan sikap yang terunjukkerjakan berbagai pihak. Depdiknas (2006) menge-
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak mukakan bahwa penerapan penilaian oten-
dalam suatu persoalan yang dihadapi. Ciri tik merupakan syarat utama terimplemen-
utama kompetensi adalah “able to do”, yaitu tasikannya KTSP di sekolah. Hal ini dise-
siswa dapat melakukan sesuatu berdasar- babkan model pembelajaran kontekstual
kan pengetahuan dan keterampilan yang dan konstruktivis yang ditawarkan KTSP
dipelajarinya. Melalui asesmen otentik, hal mengharuskan guru menggunakan penilai-
tersebut sangat mungkin untuk diterjadi- an otentik. Penggunaan penilaian otentik
kan. Oleh karena itu, KTSP dengan jelas ini diyakini akan mampu memberikan ke-
menyarankan guru untuk mengurangi mampuan siswa dalam menyelesaikan per-
menggunakan tes-tes objektif, utamanya soalan nyata sekaligus memberikan kesem-
untuk asesmen yang bersifat formatif. patan kepada siswa untuk mampu berpi-
Penilaian otentik merupakan sebuah kir, bertindak, dan bekerja secara sistematis
bentuk penilaian yang mengukur kinerja bukan dengan jalan menerabas. Menilik
nyata yang dimiliki siswa. Kinerja yang pernyataan terkahir ini, penilaian ontentik
dimaksud adalah aktivitas dan hasil akti- memiliki fungsi juga dalam membetuk

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Berorientasi Pendidikan Karakter
170

sikap dan moral siswa yang selanjutnya laian portofolio, rubrik, dan penilaian diri.
dapat kita katakan membentuk karakter Wormeli (2006) juga mengemukakan bah-
baik pada diri siswa. wa penggunaan penilaian otentik meru-
Fulcher dan Davidson (2007) menge- pakan sebuah pengembangan pembelajar-
mukakan bahwa sistem pembelajaran yang an berbasis keadilan sekaligus pengem-
dilakukan saat ini masih menempatkan tes bangan nuansa demokratis dalam pembe-
sebagai pelengkap proses pembelajaran. lajaran. Menilik pernyataan ini, Wormeli
Kondisi semacam ini harusnya mulai di- secara tidak langsung mengemukakan bah-
hilangkan dan sebaliknya teslah yang men- wa penilaian otentik mampu memndidik
jadi pemandu pembelajaran. Konsep sema- guru menjadi model pembinaan karakter
cam ini dikenal dengan istilah Test Driven dalam proses pembelajaran dan sekaligus
Instruction. Konsep test driven instruction mampu mengembangkan karakter pada
merupakan sebuah konsep yang menya- para siswa. Bukankah pendidikan karakter
kini bahwa mutu proses pembelajaran dapat dilakukan melalui pemodelan?
akan mampu meningkatkan dengan opti- Penerapan penilaian sebagai peman-
mal jika pembelajaran dipandu oleh se- du proses pembelajaran yang dikemuka-
rangkaian kegiatan penilaian. Kegiatan pe- kan para ahli di atas inilah yang selan-
nilaian tersebut tentu saja adalah penilaian jutnya melahirkan istilah Test Driven Era.
otentik yang pada dasarnya dimaksudkan Hal ini berarti sudah saatnyalah tes atau
untuk menilaian setiap aktivitas yang di- penilaian digunakan sebagai pemandu
lakukan siswa selama pembelajaran. Jika proses pembelajaran. Melalui penilaian
siswa selama pembelajaran hanya men- yang baik akan tercipta sebuah proses
dengarkan ceramah guru, proses pembe- pembelajaran yang baik. Bertemali dengan
lajaran sebenarnya tidak sedang terjadi konsep ini secara tegas Popham (2003)
dalam kelas tersebut. Peranan penilaian secara khusus menulis buku Test Better,
dalam hal iini adalah menentukan spesi- Teach Better yang di dalamnya menunjuk-
fikasi kegiatan yang harus dilakukan sis- kan dan membutikan bahwa penilaian
wa, menentukan standar atas speksifiskasi yang baik akan membuat pembelajaran
kegiatan tersebut, serta menentukan sko- menjadi baik. Popham (2003) menjelaskan
ring bagi capaian yang diperoleh siswa bahwa penilaian dapat dijadikan sebagai
selama beraktivitas tersebut. Peran ini di- sarana pengembangan kurikulum dan
yakini akan mampu mendongkat mutu mengimplementasikannya dalam kegiatan
proses pembelajaran yang lebih berorein- pembelajaran.
tasi pada pembentukan kemampuan siswa. Tentang penggunaan penilaian se-
Pentingnya penilaian ontentik dalam bagai pengembangan standard pembelajar-
penciptaan proses pembelajaran juga di- an juga dikemukakan oleh Weeden, Winter
kemukakan oleh Wormeli (2006) yang me- dan Broadfoot. Weeden, Winter dan Broad-
nyatakan bahwa guna meningkatkan mutu foot (2003) menjelaskan bahwa sebuah
proses pembelajaran haruslah diterapkan standard proses pembelajaran hanya dapat
penilaian otentik yang mampu mengukur dibentuk melalui penilaian yang baik.
kemampuan siswa secara tepat/nyata dan Lebih lanjut mereka menyarankan bahwa
sekaligus mampu dijadikan dasar pengem- melalui pemanfaatan penilaian inilah akan
bangan proses pembelajaran. Tiga jenis tebentuk standar proses pembelajaran se-
penilaian otentik tersebut meliputi peni- kaligus terbentuk standar hasil pembelajar-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012


171

an yang diharapkan. Melihat kondisi ini berikan gambaran perkembangan belajar


penggunaan penilaian khususnya penilai- siswa. Gambaran perkembangan belajar
an otentik sangat berpotensi dalam me- siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
ngembangkan mutu proses dan hasil pem- memastikan bahwa siswa mengalami pro-
belajaran di samping membentuk karakter ses pembelajaran dengan benar. Apabila
pada diri siswa. data yang dikumpulkan guru mengidenti-
Picone-Zocchia (2009) menyatakan fikasikan bahwa siswa mengalami kema-
bahwa kata kunci untuk mengubah cara cetan dalam belajar, guru segera bisa me-
mengajar dan mengubah cara siswa belajar ngambil tindakan yang tepat agar siswa
adalah melalui pemanfaatan penilaian ber- terbebas dari kemacetan belajar. Karena
basis otak selama pembelajaran. Menurut- gambaran tentang kemajuan belajar itu di-
nya, tidak ada cara paling jitu menciptakan perlukan di sepanjang proses pembelajar-
siswa menjadi seorang yang strategik se- an, penilaian ini tidak dilakukan di akhir
lain menerapkan penilaian yang berorien- periode saja. Kegiatan penilaian dilakukan
tasi pada kesanggupan siswa menyelesai- bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.
kan masalah kehidupan nyata dan peni- Sejalan dengan fungsi penting peni-
laian yang berorientasi pada pengukuran laian otentik, dalam pembelajaran memba-
ketercapaian otentik yang diperoleh siswa. ca diperlukan rancangan model penilaian
Pernyataan ini semakin memperkuat ke- membaca otentik. Model ini akan mene-
dudukan penilaian otentik dalam proses kankan bagaimana menilai aktivitas mem-
pembelajaran yang berpotensi besar bagi baca yang dilakukan siswa selama pembe-
pengembangan mutu prose pembelajaran lajaran membaca di dalam kelas sekaligus
sekaligus mengembangkan karakter siswa. mengembangkan karakter pada diri siswa.
Bertemali dengan berbagai pendapat Aktivitas membaca yang dimaksud adalah
di atas, pertanyaan yang pertama muncul sejumlah kegiatan yang dilakukan siswa
dalam tulisan ini bisakah pembelajaran baik pada tahap prabaca, tahap membaca,
berbasisi akademik dan berbasis karakter ataupun tahap pascabaca. Jenis aktivitas
dilakukan sekaligus terjawab sudah. Ja- membaca ini akan bergantung pada stra-
wabannya tentu saja bisa. Lickona (2004) tegi membaca yang digunakan. Berikut ini
mengatakan bahwa pembelajaran yang dipaparkan beberapa jenis penilaian oten-
beroreintasi proses akan mampu mengem- tik dalam pembelajaran membaca pema-
bangkan karakter siswa sekaligus me- haman pada tiap tahapan pembelajaran
ngembangkan kemampuan akademik sis- membaca pemahaman secara garis besar.
wa. Selanjutnya, Wormeli (2006) menyata-
kan guna mengembangkan proses pembe- Penilaian Otentik pada Tahap Pramem-
lajaran yang demikian diperlukan penilai- baca
an model penilaian otentik. Kegiatan prabaca adalah kegiatan
pengajaran yang dilaksanakan sebelum
MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM siswa melakukan kegiatan membaca. Da-
PROSES PEMBELAJARAN MEMBACA lam kegiatan prabaca guru mengarahkan
PEMAHAMAN YANG BERORIENTASI perhatian pada pengaktifan skemata siswa
PENDIDIKAN KARAKTER yang berhubungan dengan teks bacaan.
Penilaian otentik adalah proses pe- Teks bacaan, sebagai bahan pembelajaran
ngumpulan berbagai data yang bisa mem- membaca, sebaiknya memiliki karakteristik

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Berorientasi Pendidikan Karakter
172

yang jelas sehingga cukup kaya bila di- puan membaca siswa juga akan mampu
gunakan sebagai latihan pengenalan kata mengembangkan karakter siswa. Misalnya,
sampai pada strategi-strategi membaca. dalam LKP pertanyaan pemandu siswa
Teks yang dipilih sebagai bahan bacaan akan terbina karakter rasa ingin tahu,
yang berisi kata-kata, kalimat, dan paragraf dalam LKP peta konsep cerita akan terbina
dalam teks yang utuh. karakter kreatif, dan dalam LKP skema
Beberapa kegiatan prabaca yang di- akan terbina karakter jujur. Berdasarkan
lakukan siswa selama pembelajaran antara kenyataan tersebut berbagai aktivitas yang
lain dikemukakan Hadley (2001) bahwa dirancang melalui penilaian otentik ini
minimalnya ada tiga kegiatan prabaca jelas-jelas berorientasi pada peningkatan
yang dapat diterapkan dalam proses pem- kemampuan membaca dan pengembangan
belajaran membaca, yakni (1) curah pen- karakter.
dapat untuk membangkitkan ide yang Bentuk LK yang dibuat guru dapat
memiliki kemungkinan besar ada dalam disesuaikan dengan kebutuhan guru dan
teks; (2) melihat judul tulisan, headline ba- siswa. Dalam penyusunan LK itu sendiri
caan, grafik, gambar, atau unsur visual lain minimalnya ada dua hal yang harus diper-
yang ada dalam bacaan; dan (3) merumus- hatikan. Yang pertama dan yang terpen-
kan prediksi isi bacaan. Nuttall (1996) dan ting adalah menentukan indikator kemam-
Cox (1991) menambahkan beberapa kegiat- puan otentik yang ditunjukkan siswa yang
an prabaca yang dapat dilakukan antara akan diukur dan yang kedua adalah pe-
lain (1) menyusun pertanyaan pemandu; netuan skor pada masing-masing indikator
(2) pembuatan peta konsep; (3) simulasi tersebut. Hal ini berarti kita harus me-
sebelum membaca; dan (4) menulis sebe- nguasai betul tentang konsep dan aplikasi
lum membaca. skoring rubrik.
Sekaitan dengan berbagai kegiatan Sebagai contoh, berikut disajikan
pramembaca, guru dapat melakukan ke- beberapa contoh LK pramembaca berserta
giatan penilaian otentik pramembaca de- indikator dan skornya.
ngan menyediakan lembar kerja proses
(LKP) yang di dalamnya harus memuat LKP Pramembaca dalam Bentuk Perta-
berbagai aktivitas yang harus dilakukan nyaan Pemandu
siswa. Bentuk penilaian otentik tersebut LEMBAR KERJA PRAMEMBACA
Nama :
antara lain sebagai berikut.
Kelas :
 LKP tentang pertanyaan pemandu. Nama Sekolah : ___________
 LKP tentang prediksi isi bacaan.
 LKP tentang peta konsep isi bacaan. Tulislah 5 Pertanyaan tentang apa yang
Anda ingin ketahui dari isi bacaan berdasar-
 LKP tentang curah pendapat hal akan di
kan kegiatan membaca sekilas yang telah
baca. Anda lakukan tadi!
 LKP tentang hal-hal yang ingin diketa- 1. ____________________________________
hui selama membaca. 2. _________________________________
 LKP tentang isi simulasi bacaan
3. _________________________________
 LKP tentang skema yang telah dimiliki
siswa sekaitan dengan isi bacaan. 4. _________________________________
Masing-masing aktivitas di atas, se- 5. _________________________________
lain akan mampu meningkatkan kemam-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012


173

LKP Pramembaca dalam Bentuk Predika- Rubrik Skoring Prediksi Cerita


si Cerita 4 - Prediksi yang dibuat lengkap.
LEMBAR KERJA PRAMEMBACA (Sangat - Prediksi yang dibuat terfokus
Nama : Baik) pada wacana.
Kelas : - Prediksi yang dibuat disusun
Nama Sekolah : ___________ dengan urutan yang benar.
3 - Prediksi yang dibuat lengkap.
Tulislah prediksimu tentang isi bacaan se- (Baik ) - Prediksi yang dibuat terfokus
lanjutnya berbadasarkan isi awal bacaan pada wacana.
yang telah Anda dengar tadi! - Prediksi yang dibuat kurang se-
________________________________________ suai dengan urutan yang benar.
2 - Prediksi yang dibuat lengkap.
________________________________________ (Cukup - Prediksi yang dibuat kurang ter-
________________________________________ Baik) fokus pada wacana.
- Prediksi yang dibuat kurang se-
________________________________________ suai dengan urutan yang benar.
1 - Prediksi yang dibuat kurang
(Kurang lengkap.
LKP Pramembaca dalam Bentuk Peng- Baik ) - Prediksi yang dibuat kurang ter-
galian Skemata fokus pada wacana.
LEMBAR KERJA PRAMEMBACA - Prediksi yang dibuat kurang se-
Nama : suai dengan urutan yang benar.
Kelas :
Nama Sekolah : ___________ Panduan penilaian aktivitas mem-
buat pertanyaan, mengisi peta konsep, dan
1. Tulislah 5 hal yang sudah Anda ketahui
penggalian skemata dapat berupa rubrik
tentang isi bacaan yang akan kita bahas!
_____________________________________ berikut.

_____________________________________ 4 - Siswa membuat 5 pertanyaan de-


2. Tulislah 5 hal yang ingin Anda ketahui (Sangat ngan lengkap.
Baik) - Kelima pertanyaan berhubungan
dari isi bacaan! dengan isi bacaan.
_____________________________________ - Kelima pertanyaan bersifat logis
dan dapat dijawab
_____________________________________ 3 - Siswa membuat 5 pertanyaan de-
(Baik ) ngan lengkap.
- Kelima pertanyaan berhubungan
Setelah menentukan bentuk LK di dengan isi bacaan.
atas, selanjutnya kita menentukan indika- - Kelima pertanyaan bersifat ku-
tor dan skor yang akan diberikan terhadap rang logis dan tidak dapat di-
aktivitas yang telah dilakukan siswa. In- jawab
2 - Siswa membuat 3-4 pertanyaan.
dikator dan skor yang dibuat dapat sangat (Cukup - Kelima pertanyaan berhubungan
sederhana dengan skor yang ditentukan Baik) dengan isi bacaan.
sendiri. Pembuatan skoring rubrik ini - Kelima pertanyaan bersifat ku-
sepenuhnya diserahkan pada kebijakan rang logis dan tidak dapat di-
jawab
guru. Sebagai contoh berikut disajikan pan- 1 - Siswa membuat 1-2 pertanyaan
duan penilaian aktivitas membuat prediksi (Kurang dengan lengkap.
sebagai berikut. Baik ) - Kelima pertanyaan kurang ber-
hubungan dengan isi bacaan.
- Kelima pertanyaan bersifat ku-
rang logis dan tidak dapat di-
jawab

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Berorientasi Pendidikan Karakter
174

Penilaian Otentik pada Tahap Membaca Berdasarkan berbagai kegiatan mem-


Setelah kegiatan prabaca, dilaksana- baca di atas, lebih lanjut guru dapat me-
kan kegiatan inti pembelajaran membaca. lakukan kegiatan penilaian otentik tahap
Tahapan ini sering disebut tahapan mem- membaca dengan menyediakan LKP yang
baca. Pada tahap ini banyak sekali variasi di dalamnya harus memuat berbagai akti-
yang dapat dilakukan guru sejalan dengan vitas yang harus dilakukan siswa seperti
strategi baca yang dipilih guru atau siswa. yang yang telah kita bahasa pada bagian
Penentuan strategi baca ini sangat bergan- pramembaca. Selanjutnya, sebagai contoh
tung pada strategi pembelajaran membaca dicantumkan jenis LKP tahapan membaca
yang dipilih guru. Beberapa aktivitas umum berserta skoring rubriknya sebagai berikut.
yang dilakukan siswa selama membaca be-
serta penilaian aktivitasnya dapat dikemu- LKP Tahap Membaca dalam Bentuk Te-
kakan sebagai berikut. muan Bacaan
 Siswa menjawab pertanyaan yang di- LEMBAR KERJA TAHAP MEMBACA
ajukannya pada tahap pramembaca. Nama :
Kelas :
 Siswa menuliskan ide-ide utama bacaan. Nama Sekolah : ___________
 Siswa menguji/mengoreksi prediksi ba-
caan yang telah dibuatnya. 1. Tulislah 5 hal yang Anda dapatkan sete-
lah membaca berdasarkan hal ingin ingin
 Siswa memberikan tanda berupa garis
Anda ketahui pada kegiatan pramem-
bawah atau penanda lain yang menun- baca!
jukkan bangian penting wacana. ____________________________________
 Siswa mendata kembali (menemukan) ____________________________________
kata-kata sulit yang ditemukannya.
2. Tulislah 5 hal baru yang Anda dapatkan
 Siswa menuliskan struktur cerita.
selain 5 hal yang ingin Anda ketahui di
 Siswa menuliskan kutipan dari isi baca-
an, dan sebagainya. atas!
Sebagaimana pada kegiatan pramem- _____________________________________
baca, masing-masing aktivitas di atas se- _____________________________________
lain akan mampu meningkatkan kemam-
puan membaca siswa juga akan mampu
LKP Tahap Membaca dalam Bentuk Ja-
mengembangkan karakter siswa. Misalnya
waban Pertanyaan Mandiri
dalam LKP menjawab pertanyaan siswa LEMBAR KERJA TAHAP MEMBACA
akan terbina karakter disiplin, dalam LKP Nama :
menulisakn strktur cerita akan terbina Kelas :
karakter tanggung jawab, dan dalam LKP Nama Sekolah : ___________

menguji prediksi akan terbina karakter Tulislah 5 jawaban pertanyaan yang telah
jujur, mandiri, dan bertangung jawab. Anda buat pada tahap pramembaca di atas
Berdasarkan kenyataan tersebut sekali lagi berdasarkan hasil kegiatan membaca yang
Anda Lakukan!
dapat diungkapkan bahwa berbagai ak-
1. _____________________________________
tivitas yang dirancangan melalui penilaian
2. _____________________________________
otentik akan berkontribusi terhadap pe-
ningkatan kemampuan membaca dan pe- 3. _____________________________________
ngembangan karakter. 4. _____________________________________
5. _____________________________________

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012


175

LKP Tahap Membaca dalam Bentuk Pre-  Membuat tulisan reproduksi atau rang-
diksi Cerita kuman atas isi wacana.
LEMBAR KERJA TAHAP MEMBACA  Menguji pemahaman membaca.
Nama : Berdasarkan beberapa aktivitas yang
Kelas :
Nama Sekolah : ___________ berorientasi terhadap peningkatan kemam-
puan membaca dan pengembangan karak-
Tulislah perbaikan atas prediksimu tentang ter yang dilakukan siswa tersebut selanjut-
isi bacaan berdasarkan hasil kegiatan mem-
nya dibuat LKP pada tahap pascabaca.
baca yang telah Anda lakukan!
_____________________________________ Pembuatan LKP ini dilengkapi pula de-
ngan skoring rubrik yang relevan. Sebagai
_____________________________________
contoh berikut disajikan beberapa LKP ta-
_____________________________________
hapan pascabaca beserta skoring rubrik-
_____________________________________ nya.

Setelah menentukan bentuk LKP di LKP dan Rubrik Pascamembaca Membuat


atas, selanjutnya kita menentukan indi- Sinopsis
kator dan skor yang akan diberikan terha- LEMBAR KERJA TAHAP PASCABACA
Nama :
dap aktivitas yang telah dilakukan siswa.
Kelas :
Indikator dan skor yang dibuat pada dasar- Nama Sekolah : ___________
nya sama seperti yang telah dibahas pada
bagian sebelumnya. Tulislah ringkasan/sinopsis isi bacaan yang
telah Anda baca tersebut!
_____________________________________
Penilaian Otentik pada Tahap Pascabaca
_____________________________________
Kegiatan pascabaca merupakan ke-
giatan pemantapan terhadap hasil belajar _____________________________________
yang telah diperoleh sebelumnya. Kegiatan _____________________________________
pascabaca digunakan untuk membantu
siswa memadukan informasi baru yang
dibacanya ke dalam skemata sehingga di- 4 - Mendeskripsikan seluruh elemen cerita.
peroleh tingkat pemahaman yang lebih Sangat - Deskripsi cerita detail dan akurat.
Baik - Telah mampu menilai keseluruhan ceri-
tinggi. Nuttal (1996) memberikan alternatif ta.
yang dapat guru pilih pada kegiatan pasca- 3 - Mendeskripsikan sebagai besar elemen
baca. Beberapa alternatif tersebut adalah Baik cerita.
- Deskripsi cerita akurat tetapi kurang de-
sebagai berikut. tail.
 Membandingkan hipotesis/prediksi yang - Telah mampu menilai sebagian cerita
2 - Mendeskripsikan sebagai elemen cerita.
disusun pada tahap prabaca dengan isi Memu - Deskripsi cerita kurang akurat dan ku-
bacaan sehingga jika prediksi tersebut askan rang detail.
meleset siswa diajak untuk membangun - Menjelaskan perasaan suka tidak suka
terhadap cerita
pemahaman baru atas isi wacana. 1 - Mendeskripsikan sebagai kecil elemen
 Membangun respons atas isi bacaan. Perlu cerita.
Bim- - Deskripsi cerita kurang akurat dan ku-
 Diskusi dan adu argument tentang isi bingan rang detail.
bacaan. - Tidak menyatakan perasaan apapun ter-
 Membahas isi wacana secara utuh dan hadap cerita

menyeluruh.

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Berorientasi Pendidikan Karakter
176

LKP dan Rubrik Pascamembaca Membuat (skor penilaian proses) dapat dilakukan
Tulisan Reproduksi dengan menjumlahkan seluruh skor yang
LEMBAR KERJA TAHAP PASCABACA diperoleh siswa dari masing-masing tahap-
Nama : an pembelajaran membaca. Jika skor terse-
Kelas :
Nama Sekolah : ___________ but ingin diubah ke dalam bentuk nilai,
guru hanya tinggal menentukan jenis skala
Buatlah sebuah komik/denah/peta (tulisan penilaian yang akan digunakan dan meng-
reproduksi lainya) sesuai isi bacaan yang
alikan jumlah skor yang dicapai dibagi
telah Anda baca tersebut!
_____________________________________ jumlah skor ideal dikali skala penilaian
yang diharapkan. Dalam kaitannya dengan
_____________________________________
penilaian karakter, penilaian skoring ru-
_____________________________________
brik pada setiap LKP tersebut dapat pula
_____________________________________ sekaligus digunakan untuk menilai karak-
ter. Misalnya, jika siswa harus membuat 5
4 - Isi tulisan reproduksi sesuai de- pertanyaan pemandu dan ia mampu mem-
Sangat ngan isi bacaan.
Baik - Urutan isi tulisan reproduksi se- buat 5 pertanyaan, nilai proses membaca-
suai dengan isi bacaan. nya adalah 4 dan nilai karakter rasa ingin
- Sudut panda isi tulisan repro- tahunya pun berskor 4, dan seterusnya.
duksi sesuai dengan isi bacaan.
3 - Isi tulisan reproduksi sesuai de-
Baik ngan isi bacaan.
PENUTUP
- Urutan isi tulisan reproduksi se- Pembelajaran membaca yang dilaku-
suai dengan isi bacaan. kan selama ini masih belum melibatkan
- Sudut pandang isi tulisan rep- penggunaan penilaian otentik. Penilaian
roduksi kurang sesuai dengan
isi bacaan. lebih banyak dilakukan setelah akhir pem-
2 - Isi tulisan reproduksi sesuai de- belajaran membaca dan biasanya hanya di-
Memuas ngan isi bacaan. lakukan dengan cara menyajikan sejumlah
kan - Urutan isi tulisan reproduksi pertanyaan isi bacaan yang harus diisi sis-
kurang sesuai dengan isi baca-
an. wa. Proses pembelajaran semacam ini da-
- Sudut pandang isi tulisan rep- lam pandangan penulis kurang mampu
roduksi kurang sesuai dengan mengukur secara utuh kemampuan mem-
isi bacaan.
baca siswa. Proses semacam ini kurang da-
1 - Isi tulisan reproduksi kurang
Perlu sesuai dengan isi bacaan. pat secara optimal mengembangkan ke-
Bimbing - Urutan isi tulisan reproduksi mampuan membaca dan tidak berdampak
an kurang sesuai dengan isi baca- terhadap pengembangan karakter siswa.
an.
Penggunaan penilaian otetik dalam
- Sudut pandang isi tulisan rep-
roduksi kurang sesuai dengan pembelajaran membaca mampu mening-
isi bacaan. katkan kemampuan membaca sekaligus
mampu benar-benar mengukur kemam-
Demikianlah beberapa contoh peni- puan baca siswa yang sesungguhnya serta
laian aktivitas membaca yang bermuatan mampu pula membangun karakter siswa.
karakter berserta LKP dan skoring rubrik- Guru haruslah mampu membuat dan
nya. Indikator dan penyekoran rubrik da- mengimplementasikan alat penilaian akti-
pat dibuat sesuai dengan pertimbangan vitas (proses pembelajaran membaca) pa-
guru. Dalam hal penentuan skor aktivitas da setiap tahapan pembelajaran membaca.

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012


177

Melalui optimalisasi penggunaan rubrik, Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendi-


penilaian proses membaca dapat disusun dikan Budaya dan Karakter Bangsa. Ja-
dan sekaligus menjadi cara paling efektif karta: Kemendiknas.
mengetahui kemampuan membaca yang
dimiliki siswa secara utuh dan tepat. Lang dan Evans. 2006. Models, Strategies,
and Methods for Effective Teaching.
UCAPAN TERIMA KASIH Boston: Pearson.
Ucapan terima kasih disampaikan
Lickona, T. 2004. Character Matter. New
kepada kawan-kawan sejawat dan berba-
York: A Touchstone Book.
gai pihak yang telah membantu penulisan
artikel ini, baik secara langsung maupun Lickona, T. 1992. Educating for Character.
tidak langsung sehingga menghasilkan New York: Bantam Books.
tulisan yang tersaji di hadapan pembaca.
Mueller, J. 2008. Authentic Assessment Toolbox.
DAFTAR PUSTAKA North Central Collegehttp:/ /www.-
Astuti, dkk. 2010. “Implementasi Pendidik- noctrl.edu/, Naperville, http://jonathan.-
an Karakter pada Mata Kuliah Ilmu mueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/index.-
Sosial dan Budaya Dasar bagi Maha- htm. Diunduh 27 Juni 2011.
siswa UNY dengan Pendekatan Pe-
mecahan Masalah”. Penelitian. Yogya- Mulyana. 2011. Upaya Mewujudkan Pen-
karta: FIP UNY. didikan Karakter Bangsa melalui Pe-
nerapan Pendekatan Pembelajaran
Cox, C. 1999. Teaching Language Arts: A Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menye-
Student–and Response–Centered Class- nangkan (PAKEM) dalam KBM di
room. Boston: Allyn and Bacon. SMPN 2 Cikeusik Kabupaten Pande-
glang. http://ainamulyana.blogsp-
Darling, Hammond dan Bransford (ed.).
ot.com/2011/06/contoh-laporan-pe-
2005. Preparing Teachers for a Changing
nelitian-tindakan_08.html.
World. San Francisco: Jossey-Bass Pu-
blishing. Nicholss, G. 2002. Learning to Teach. Great
Britain: Kogan Page Limited.
Depdiknas. 2006. Naskah Akademik Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balitbang Depdik- Novick et.al. 2002. Building Learning Com-
nas. munities with Character. Alexandria:
ASCD.
Fulcher dan Davidson. 2007. Language Tes-
ting and Assessment: An Advanced Re- Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian
source Book. New York: Routledge. Otentik dalam Pembelajaran Bahasa.
Yogyakarta: GMU Press.
Genesse, Fred dan Upshur, John A. 1999.
Classroom–Based Evaluation in Second Nuttall, C. 1996. Teaching Reading Skills. Ox-
Language Education. Cambridge: Cam- ford: Heinemann.
bridge University Press.
O’Malley, J.M. dan Pierce, L.V. 1996. Au-
Hadley, O. 2001. Teaching Language in Con- thentic Assessment for English Language
text. New York: Heilin-Heilin. Leaners. San Fracisco: Longman.

Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Berorientasi Pendidikan Karakter
178

Picone-Zocchia, J. 2009. Changing the Way Weeden, Winter dan Broadfoot. 2003.
You Teach; Improving the Way Students Assessment: What`s in It for Schools?.
Learn. Alexandria: ASCD. New York: Routledge.

Popham, W.J. 2003. Test Better, Teach Better. Wormeli, R. 2006. Fair Isn`t Always Equal:
Alexandria: ASCD. Assessing & Grading in the Differen-
tiated Classroom. Ohio: NMSA.

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 2, Juni 2012

You might also like