You are on page 1of 9

EdukasI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935

Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215 207

Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar Melalui Model


Pengajaran Bermain Peran

L. Heny Nirmayani
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Indonesia
henynirmayani@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT


This research is a classroom action research, carried out cycle by
Received cycle until the difficulties found are resolved. The implementation of
2020-07-12 classroom action research is carried out in the following order (1)
planning, (2) action implementation, (3) results, (4) reflection, and
Revised (5) planning revision. Pancasila and Citizenship (Civics) education
2020-08-15 in elementary schools is intended to instill a love for the country,
increase the spirit of nationality, and form a national personality that
Accepted is in accordance with the philosophy, view of life, ideology, and the
2020-08-04 foundation of the country, namely Pancasila. Civics are education
about values whose target is not merely the transfer of knowledge but
rather emphasizes the formation of attitudes. One of the appropriate
models to use is a role-playing model that can lead to learning
experiences, such as the ability to cooperate, be communicative, and
interpret an event. Through role playing, students try to explore
human relationships by demonstrating and discussing them, so that
together students can explore feelings, attitudes, values, and problem
solving strategies.
Keywords: Quality, Role Playing Models and Citizenship

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dilakukan siklus


demi siklus sampai teratasi kesulitan yang ditemukan. Pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dilakukan dengan urutan sebagai berikut
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) hasil, (4) refleksi,
dan (5) revisi perencanaan. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar dimaksudkan untuk
menanamkan rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat
kebangsaan, serta membentuk kepribadian bangsa yang sesuai
dengan falsafah, pandangan hidup, ideologi, dan dasar negara yaitu
This is an Pancasila. PKn adalah pendidikan tentang nilai-nilai yang
open access article
under the CC–BY-SA sasarannya bukan semata-mata pengalihan pengetahuan melainkan
license. lebih ditekankan pada pembentukan sikap. Salah satu model yang
tepat digunakan adalah model bermain peran yang dapat
menimbulkan pengalaman belajar, seperti kemampuan kerjasama,
komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian. Sehingga
secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi perasaan-
perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan strategi pemecahan masalah.

Kata Kunci: Kualitas, Model Bermain dan Kewarganegaraan

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/edukasi Penerbit: STAHN Mpu Kuturan Singaraja


208 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215

PENDAHULUAN pembelajaran yang benarbenar tepat bagi


Sistem Pendidikan Nasional pembelajaran pendidikan nilai agar
Indonesia yang berakar pada kebudayaan pembentukan kepribadian siswa dapat
bangsa Indonesia serta berdasarkan tercapai. Dalam rangka mencapai tujuan
Pancasila dan UUD 1945, berfungsi bidang studi ini, para guru seharusnya
mengembangkan kemampuan dan telah menerapkan caracara pendidikan
membentuk watak serta peradaban bangsa nilai pada kegiatan pengajaran di kelas.
yang bermartabat dalam rangka Namun pada kenyataannya, pembelajaran
mencerdaskan kehidupan bangsa. PKn di sekolah dasar belum menerapkan
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, pembelajaran pendidikan nilai secara
Pendidikan Nasional bertujuan untuk benar. Akibatnya pembelajaran nilai dan
berkembangnya potensi peserta didik agar pembentukan kepribadian yang sesuai
menjadi manusia yang beriman dan dengan nilai moral Pancasila hanya
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersifat verbalisme saja, artinya anak
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, didik hanya diberi pengetahuan tentang
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Pancasila bukan untuk diamalkan.
negara yang demokratis serta bertanggung Berdasarkan pengamatan dan hasil
jawab. Di samping itu, Pendidikan diskusi dengan para guru di SD, guru
Nasional juga harus menumbuhkan jiwa belum menerapkan pembelajaran
patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah pendidikan nilai yang layak dalam
air. Untuk itu, dalam kurikulum pembelajaran PKn. Sementara itu, metode
pendidikan wajib memuat pendidikan ceramah dan tanya jawab masih
Pancasila, pendidikan agama, pendidikan digunakan sangat dominan dalam
kewarganegaraan. Pendidikan Pancasila menyampaikan bahan pelajaran, guru
dan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah belum mendayagunakan model-model
dasar dimaksudkan untuk menanamkan pembelajaran pendidikan nilai-moral.
rasa cinta tanah air, meningkatkan Padahal dalam kenyataannya banyak
semangat kebangsaan, serta membentuk model pengajaran nilai moral yang dapat
kepribadian bangsa yang sesuai dengan diterapkan oleh guru dalam menanamkan
falsafah, pandangan hidup, ideologi, dan nilai moral Pancasila dalam rangka
dasar negara yaitu Pancasila. PKn adalah pembentukan kepribadian bangsa. Salah
pendidikan tentang nilai-nilai yang satu model pembelajaran yang bisa
sasarannya bukan semata-mata diterapkan dalam mata pelajaran PKn
pengalihan pengetahuan melainkan lebih adalah model bermain peran. Berdasarkan
ditekankan pada pembentukan sikap. uraian diatas maka dapat dikemukakan
Dengan demikian, mata pelajaran ini permasalahannya: ”Apakah kualitas
meliputi ranah kognitif, afektif, dan pengajaran PKn dapat ditingkatkan
psikomotor dengan menitikberatkan ranah dengan mengguna-kan model
afektif. Tugas untuk melaksanakan misi pembelajaran bermain peran?”.
tersebut bukanlah hal yang mudah dan Sedangkan yang menjadi tujuan penelitian
diperlukan suatu pembelajaran yang tepat ini adalah untuk (1) memperoleh
agar misi yang diembannya dapat tercapai. gambaran mengenai cara guru dalam
Untuk menanamkan nilai-nilai yang mengajarkan bidang studi PKn, (2)
dikehendaki ini tentu saja melalui proses memberikan masukan bagi guru tentang
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 209
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215

pelaksanaan kegiatan mengajar bidang dengan kehadiran Tim di kelas.


studi PKn dengan model pembelajaran Mengadakan dialog dengan siswa
bermain peran, (3) membantu guru agar dalam rangka menjajaki sikap
lebih meningkatkan kualitas pembelajaran siswa terhadap pembelajaran PKn.
bidang studi PKn, dan (4) Membantu guru Uji coba sekaligus memberi
agar lebih mampu memanfaatkan model contoh pada guru dalam
pengajaran nilai-moral pada pengajaran melaksanakan bermain peran pada
PKn. Penelitian ini diharapkan kelas yang sebenarnya.
memberikan manfaat positif bagi 2. Kegiatan Tindakan
peningkatan kualitas pendidikan dan Pelaksanaan model ini melalui
pembelajaran bidang studi PKn di SD. tahapan-tahapan sebagai berikut.
Adapaun manfaat yang dapat diberikan a. Kegiatan guru
adalah (1) bagi guru, agar lebih mampu Pada awal pembelajaran
mengembangkan strategi belajar mengajar guru mengadakan apersepsi,
PKn serta terlaksananya misi pengajaran menginformasikan materi
PKn, yaitu menanamkan nilai-moral pelajaran dan kegiatan
Pancasila dan membentuk kepribadian pembelajaran bermain peran
siswa dapat tercapai; (2) bagi siswa, agar dengan beberapa tahapan: (1)
lebih bergairah dan lebih mudah memotivasi kelompok, (2)
mengikuti pelajaran PKn; dan (3) bagi memilih pemeran;
pendidikan secara makro, agar dapat menganalisis peran, memilih
membentuk generasi muda yang memiliki dan menetapkan peran, (3)
jiwa patriotik,cinta tanah air, memiliki menyiapkan pengamat, (4)
semangat kebangsaan yang tinggi. menyiapkan tahapan-tahapan
peran, (5) siswa melaksanakan
METODE PENELITIAN peran, (6) diskusi dan evaluas,
Penelitian ini merupakan dan (7) guru dan siswa
penelitian tindakan kelas, dilakukan siklus menyimpulkan materi peran
demi siklus sampai teratasi kesulitan yang yang sudah dilaksanakan.
ditemukan. Pelaksanaan penelitian b. Kegiatan siswa
tindakan kelas dilakukan dengan urutan Siswa menerima informasi
sebagai berikut (1) perencanaan, (2) tentang materi dari guru,
pelaksanaan tindakan, (3) hasil, (4) kemudian siswa melaksanakan
refleksi, dan (5) revisi perencanaan. informasi dari guru dengan
Kegiatan dan Pengamatan tahapan: (1) memilih masalah
1. Persiapan yang ditawarkan guru, (2)
Sebelum melakukan tindakan, memilih pemeran yang akan
Tim secara keseluruhan masuk diperankan, (3) menyiapkan
kekelas yang akan dilaksanakan pengamat, (4) menyiapkan
tindakan. Hal ini dilakukan untuk tahap-tahap peran, (5)
memperkenalkan seluruh Tim pemeranan (melak-sanakan
pada siswa, dengan tujuan agar bermain peran), (6) diskusi dan
siswa tidak asing bila dilaksanakan evaluasi, dan (7)
tindakan, siswa tidak canggung
210 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215

menyimpulkan peran yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila agar


sudah dilaksanakan. dapat mencapai perkembangan secara
3. Refleksi dan Pengembangan optimal dan dapat mewujudkan dalam
Refleksi dilakukan pada setiap kehidupannya sehari-hari (Daryono, dkk.,
akhir dari pelaksanaan tindakan. 1977: 1).
Setiap selesai melakukan tindakan Mata pelajaran Pancasila dan
tim, guru, dan kepala sekolah Kewarganegaraan adalah mata pelajaran
berkumpul membahas tindakan untuk mengembangkan moral serta
yang telah dilakukan, dan meningkatkan mutu kehidupan dan
mengevaluasi hasil yang telah martabat manusia Indonesia yang
dicapai bersama-sama. Dari berkepribadian Indonesia sesuai dengan
evaluasi dan diskusi ini, dicari tujuan pendidikan nasional, sebagaimana
kelemahan dan kekuatan dalam yang di amanatkan dalam UU. RI No. 20
pelaksanaan. Kelemahannya Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
dicarikan solusinya agar lebih Nasional, bahwa Pendidikan Nasional
meningkatkan kualitas tindakan bertujuan untuk berkembangnya potensi
berikut, sedangkan peserta didik agar menjadi manusia yang
kebaikan/keuntungannya makin beriman dan bertakwa kepada Tuhan
dipertahankan dan dipertajam. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
4. Revisi Rancangan berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
Penyempurnaan rancangan menjadi warga negara yang demokratis
dilakukan dengan serta bertanggung jawab. Untuk
mempertimbangkan dan melihat terwujudnya tujuan Pendidikan Nasional
hasil diskusi dan evaluasi tim, guru tersebut guru harus mampu dan siap untuk
dan kepala sekolah. Kemudian di menanamkan nilai-nilai moral kepada diri
buat rencana baru dengan siswa sebagai generasi penerus, agar
perbaikan pada hal-hal yang memiliki kepribadian yang sesuai dengan
memiliki kelemahan. tujuan pendidikan nasional dan berjiwa
Pancasila.
PEMBAHASAN Model Bermain Peran
Pendidikan Kewarganegaraan Bermain peran atau role playing
Pendidikan Kewarganegaraan me adalah metode pembelajaran yang di
nurut Depdiknas (2006:49), adalah dalamnya terdapat perilaku pura-pura
mata pelajaran yang memfokuskan pada (berakting) dari siswa sesuai dengan peran
pembentukan warga negara yang yang telah ditentukan, dimana siswa
memahami dan mampu melaksanakan menirukan situasi dari tokoh-tokoh
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi sedemikian rupa dengan tujuan
warga negara Indonesia yang cerdas, mendramatisasikan dan mengekspresikan
terampil, berkarakter yang diamanatkan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik
oleh Pancasila dan UUD NRI 1945. seseorang dalam hubungan sosial antar
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan manusia.
salah satu mata pelajaran yang terdapat Metode bermain peran dapat
dalam kurikulum sekolah. PKn berusaha menimbulkan pengalaman belajar, seperti
membina perkembangan moral anak didik kemampuan kerjasama, komunikatif, dan
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 211
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215

menginterpretasikan suatu kejadian. Model ini dalam aplikasinya pada


Melalui bermain peran, siswa mencoba pembelajaran PKn adalah bentuk
mengeksplorasi hubungan-hubungan permainan pendidikan yang dimanfaatkan
antar manusia dengan cara memperagakan untuk menjelaskan sikap-sikap, tingkah
dan mendiskusikannya, sehingga secara laku, dan nilai-nilai moral dalam
bersama-sama para siswa dapat kehidupan bermasyarakat dengan cara
mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap- menghayati perasaan orang lain
sikap, nilai-nilai, dan strategi pemecahan (membayangkan diri sendiri, seperti
masalah. keadaan orang lain) dengan strategi
Bermain peran merupakan salah pemecahan masalah.
satu model yang dapat di gunakan dalam Model pembelajaran bermain
pembelajaran yang berdimensi pribadi dan peran penekanannya terletak pada
dimensi sosial, seperti yang di ungkapkan keterlibatan emosional dan pengamatan
oleh Dahlan (1990 : 123). Model bermain indera ke dalam suatu situasi masalah
peran adalah suatu model pembelajaran yang secara nyata dihadapi. Murid
yang berakar pada dimensi pribadi dan diperlakukan sebagai subyek
dimensi sosial kependidikan. Dari sudut pembelajaran, secara aktif melakukan
dimensi pribadi model ini berupaya praktik-praktik berbahasa (bertanya dan
membantu individu menemukan makna menjawab) bersama teman-temannya
dari lingkungan sosial yang bermanfaat pada situasi tertentu. Berikut definisi dan
bagi dirinya. Bila dilihat dari dimensi pengertian metode pembelajaran bermain
sosial, model ini memberikan kesempatan peran dari beberapa sumber buku:
kepada siswa untuk bekerja sama dalam
menganalisis situasi-situasi sosial 1. Menurut Santoso (2011), bermain
terutama masalah-masalah hubungan peran adalah mendramatisasikan
antar pribadi siswa. Pemecahan masalah dan mengekspresikan tingkah
dilakukan secara demokrasi, dengan laku, ungkapan, gerak-gerik
demikian model bermain peran seseorang dalam hubungan sosial
mendorong siswa turut aktif dalam antar manusia. Dengan metode
pemecahan masalah serta menyimak Role Playing (bermain peran)
secara seksama bagaimana orang lain siswa berperan atau memainkan
berbicara tentang masalah yang tengah peranan dalam dramatisasi
dihadapi. masalah/psikologis itu.
Bermain peran merupakan usaha 2. Menurut Wahab (2009), bermain
untuk memecahkan masalah melalui peran adalah berakting sesuai
peragaan tindakan, sehingga dapat dengan peran yang telah
mendukung suatu situasi belajar ditentukan terlebih dahulu untuk
berdasarkan pengalaman. Di samping itu, tujuan-tujuan tertentu. Bermain
bermain peran mengasumsikan bahwa peran dapat menciptakan situasi
proses psikologis yang tersembunyi belajar yang berdasarkan pada
berupa sikap, nilai-nilai, pengalaman dan menekankan
perasaanperasaan, dan sistem keyakinan, dimensi tempat dan waktu sebagai
dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui bagian dari materi pelajaran.
kombinasi pemeranan secara spontan.
212 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215

3. Menurut Mulyono (2012), role parameter dan hambatan interaksi


playing atau bermain peran adalah sosial.
metode pembelajaran yang Tujuan Bermain Peran
diarahkan untuk mengkreasi Metode bermain peran dalam
peristiwa sejarah, peristiwa aktual, proses pembelajaran bertujuan agar siswa
atau kejadian-kejadian yang dapat mendramatisasikan tingkah laku,
mungkin muncul pada masa atau ungkapan gerak-gerik wajah
mendatang. seseorang dalam hubungan sosial atau
4. Menurut Yamin (2007), bermain manusia. Menurut Saefuddin dan Berdiati
peran adalah metode yang (2014), metode pembelajaran bermain
meletakkan interalisasi antara dua peran memiliki tujuan sebagai berikut:
siswa atau lebih tentang suatu 1. Memberikan pengalaman konkret
topik atau situasi. Siswa dari apa yang telah dipelajari.
melakukan peran masing-masing 2. Mengilustrasikan prinsip-prinsip
sesuai dengan pokok yang ia dari materi pembelajaran.
yakini. Mereka berinteraksi 3. Menumbuhkan kepekaan terhadap
dengan sesama peran secara masalah-masalah hubungan sosial.
terbuka. Metode ini dapat 4. Menumbuhkan minat dan motivasi
dipergunakan dalam belajar siswa.
mempraktikan pelajaran yang 5. Menyediakan sarana untuk
baru. mengekspresikan perasaan yang
Aspek-aspek Bermain tersembunyi dibalik suatu
1. Mengambil peran (Role Playing), keinginan.
yaitu tekanan ekspektasi- 6. Metode bermain peran dalam
ekspektasi sosial terhadap proses belajar memiliki tujuan
pemeran peran. Contohnya adalah agar siswa dapat menghayati
pada hubungan keluarga (apa yang peranan apa yang dimainkan,
harus dikerjakan anak mampu menempatkan diri dalam
perempuan), atau berdasarkan situasi orang lain yang
tugas (bagaimana seorang agen dikehendaki guru. Menurut
polisi bertindak dalam situasi Santoso (2011), tujuan bermain
sosial). peran adalah agar siswa dapat:
2. Membuat peran (Role Marking), 7. Memahami perasaan orang lain.
yaitu kemampuan pemegang peran 8. Menempatkan diri dari situasi
untuk berubah secara dramatis dari orang lain.
satu peran ke peran yang lain dan 9. Mengerti dan menghargai
menciptakan serta memodifikasi perbedaan pendapat.
peran sewaktu-waktu diperlukan. Langkah-langkah Metode Bermain Peran
3. Tawar-menawar peran (Role Menurut Uno (2007), terdapat tujuh
Negotitation), yaitu tingkat langkah dalam pelaksanaan model
dimana peran-peran pembelajaran bermain peran, yaitu
dinegosiasikan dengan pemegang- sebagai berikut:
pemegang peran yang lain dalam a. Menghangatkan Suasana dan
Memotivasi Peserta Didik.
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 213
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215

Motivasi merupakan dorongan untuk mengemukakan perasaan


yang terdapat dalam diri seseorang mereka tentang peran yang
untuk mengadakan perubahan dimainkan, demikian pula dengan
demi mencapai tujuan tertentu. peserta yang lain. Diskusi dimulai
Tahap ini lebih banyak dengan melontarkan sebuah
dimaksudkan untuk memotivasi pertanyaan, para peserta didik
peserta didik agar tertarik pada akan segera terpancing untuk
masalah karena itu tahap ini sangat diskusi.
penting dalam bermain peran dan g. Membagi Pengalaman dan
paling menentukan keberhasilan. Mengambil Kesimpulan. Pada
b. Memilih Peran. Memilih peran tahap ini peserta didik saling
dalam pembelajaran, tahap ini mengemukakan pengalaman
peserta didik dan guru hidupnya dalam berhadapan
mendiskripsikan berbagai watak dengan orang tua, guru, teman dan
atau karakter, apa yang mereka sebagainya. Semua pengalaman
suka, bagaimana mereka peserta didik dapat diungkap atau
merasakan, dan apa yang harus muncul secara spontan.
mereka kerjakan, kemudian para
peserta didik diberi kesempatan Siklus Pertama
secara sukarela untuk menjadi Berdasarkan pengamatan/
pemeran. pemantauan ditemukan: (1) kegiatan
c. Menyusun Tahap-Tahap Peran. pengajaran masih di dominasi oleh guru,
Menyusun tahap-tahap baru, pada (2) keaktifan siswa belum nampak secara
tahap ini para pemeran menyusun spontan, (3) diskusi antar siswa belum
garis-garis besar adegan yang akan terjadi, (4) pengungkapan pengalaman
dimainkan. siswa dan pengungkapan nilai-nilai moral
d. Menyiapkan Pengamat. siswa belum tercapai, (5) guru nampak
Menyiapkan pengamat, sebaiknya kaku dalam melaksanakan model bermain
pengamat dipersiapkan secara peran, (6) guru belum melibatkan
matang dan terlibat dalam cerita lingkungan dan dunia siswa pada saat
yang akan dimainkan agar semua mengidentifikasi masalah, dan (7) siswa
peserta didik turut mengalami dan masih kaku karena belum terbiasa.
menghayati peran yang dimainkan Siklus Kedua
dan aktif mendiskusikannya. Dari pelaksanaan siklus kedua
e. Pemeran. Pada tahap ini para ditemukan hasil: (1) pada saat penentuan
peserta didik mulai beraksi secara masalah, siswa belum dilibatkan, (2) pada
spontan, sesuai dengan peran saat analisis pemeran, guru
masing-masing, pemeran dapat menganalisisnya sendiri tanpa melibatkan
berhenti apabila para peserta didik siswa, dan (3) siswa kurang diberikan
telah merasa cukup. semangat/dorongan untuk
f. Diskusi dan Evaluasi. Setelah mengekspresikan perasaan dan
melakukan peran, langkah berikut gagasannya secara bebas.
adalah analisis dari bermain peran Siklus Ketiga
tersebut. Para pemain diminta
214 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215

Dari hasil pengamatan dan dan diskusi. Dampak instruksional yang


pemantauan peran pada siklus ketiga lain didapat oleh siswa adalah
diperoleh: (1) guru/praktisi merasa senang kemampuan mengembangkan sikap
memanfaatkan model bermain peran, empati terhadap apa yang dialami oleh
siswa lebih bergairah dalam proses orang lain melalui pengamatan pemeranan
pembelajaran, (2) keterlibatan siswa dan diskusi dalam kelompok. Dengan
dalam proses belajar meningkat, (3) demikian, guru telah membina sikap
pemberian pengalaman belajar pada siswa toleran dan penghargaan terhadap orang
dapat tercapai, (4) pengajaran lebih lain, serta membiasakan siswa untuk
bermakna bagi siswa, dan (5) siswa yang mampu mengendalikan egonya.
pemalu, mulai berani dalam
mengemukakan pendapat dan PENUTUP
mengekspresikan dirinya pada saat proses Berdasarkan hasil penelitian dan
belajar membelajarkan. pembahasan yang telah dikemukakan di
Dampak Instruksional atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pemanfaatan model bermain peran pada Pertama, model bermain peran dapat
pembelajaran PKn menunjukkan adanya meningkatkan proses belajar mengajar
peningkatan kualitas pembelajaran di PKn di Sekolah Dasar. Kedua,
sekolah. Peningkatan ini tidak hanya penggunaan model bermain peran proses
terbatas pada pemahaman siswa pada belajar mengajar lebih bermakna bagi
materi pelajaran melainkan juga pada siswa. Ketiga, model bermain peran dapat
aspek nilai-nilai, sikap dan perasaan siswa diterapkan pada siswa Sekolah Dasar
yang diungkapkan pada saat PBM, mulai dari kelas tiga sampai dengan kelas
melalui diskusi, pemeranan dan pada enam. Keempat, dalam pengajaran
pengungkapan pengalaman-pengalaman bermain peran harus difokuskan pada
siswa. Pada permulaan pembelajaran PKn pemberian pengalaman belajar siswa.
dengan bermain peran, siswa tidak berani
mengemukakan pendapat, gagasan, DAFTAR PUSTAKA
menentukan sikap. Akan tetapi setelah Dahlan, M.D. (1984.) Beberapa alternatif
diadakan melalui siklus-siklus, siswa telah interaksi belajar mengajar, model-
berani menentukan sikap dalam memilih model mengajar. Bandung:
topik yang akan dimainkan, demikian pula Diponogoro.
pada saat pemilihan peran. Siswa telah Daryono, M. (1997). Pengantar
mampu mengekspresikan sikap dan Pendidikan Pancasila dan
perasaannya dalam pemeranan yang Kewarganegaraan. Jakarta: Rineka
dimainkan. Siswa telah dapat melakukan Cipta. Djahiri, A. K., et al. (1990).
diskusi tentang masalah perilaku, sikap Pengembangan program dan
yang dia anggap baik dan benar tanpa kegiatan belajar mengajar
merasa canggung dan malu atau takut. pendidikan Pancasila. Bandung:
Disamping itu melalui diskusi tukar FPIPS-IKIP Bandung.
pengalaman belajar yang mereka rasakan, Djahiri, A. K., et. al. (1996). Dasar dan
siswa mampu mengembangkan konsep pendidikan moral. Jakarta:
pemecahan masalah pribadi dan masalah Depdikbud Dirjen Dikti
antar pribadi melalui proses pemeranan
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 215
Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215

P2TA Depdikbud. (1995). Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan
Sekolah Dasar Kelas 5. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Muhajir, N. (1997). Pedoman pelaksanaan
penelitian tindakan kelas (PTK).
Yogyakarta: Depdikbud Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik
BP3GSD UP3SD UKMP-SD
Wahab, A. A. (1995). Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan
(PKn). Bandung: Depdikbud
Dirjen Dikti PP3SD
Primayana, K. H., Dewi, P. Y. A., &
Gunawan, I. G. D. (2020).
PENGARUH PROJECT BASED
OUTDOOR LEARNING
ACTIVITY MENGGUNAKAN
MEDIA AUDIOVISUAL
TERHADAP PERILAKU
BELAJAR ANAK DI
PAUD. PRATAMA WIDYA:
JURNAL PENDIDIKAN ANAK
USIA DINI, 5(2), 135-146.
Sastrawan, K. B., & Primayana, K. H.
(2020). URGENSI PENDIDIKAN
HUMANISME DALAM
BINGKAI A WHOLE
PERSON. Haridracarya: Jurnal
Pendidikan Agama Hindu, 1(1), 1-
11.
Primayana, K. H., & Dewi, P. Y. A.
(2020). Hubungan Pola Asuh
Demokratis dan Intensitas
Penggunaan Gawai pada Anak
Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1),
710-718.

You might also like