Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar Melalui Model
Pengajaran Bermain Peran
L. Heny Nirmayani Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Indonesia henynirmayani@gmail.com
ARTICLE INFO ABSTRACT
This research is a classroom action research, carried out cycle by Received cycle until the difficulties found are resolved. The implementation of 2020-07-12 classroom action research is carried out in the following order (1) planning, (2) action implementation, (3) results, (4) reflection, and Revised (5) planning revision. Pancasila and Citizenship (Civics) education 2020-08-15 in elementary schools is intended to instill a love for the country, increase the spirit of nationality, and form a national personality that Accepted is in accordance with the philosophy, view of life, ideology, and the 2020-08-04 foundation of the country, namely Pancasila. Civics are education about values whose target is not merely the transfer of knowledge but rather emphasizes the formation of attitudes. One of the appropriate models to use is a role-playing model that can lead to learning experiences, such as the ability to cooperate, be communicative, and interpret an event. Through role playing, students try to explore human relationships by demonstrating and discussing them, so that together students can explore feelings, attitudes, values, and problem solving strategies. Keywords: Quality, Role Playing Models and Citizenship
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dilakukan siklus
demi siklus sampai teratasi kesulitan yang ditemukan. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan dengan urutan sebagai berikut (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) hasil, (4) refleksi, dan (5) revisi perencanaan. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar dimaksudkan untuk menanamkan rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, serta membentuk kepribadian bangsa yang sesuai dengan falsafah, pandangan hidup, ideologi, dan dasar negara yaitu This is an Pancasila. PKn adalah pendidikan tentang nilai-nilai yang open access article under the CC–BY-SA sasarannya bukan semata-mata pengalihan pengetahuan melainkan license. lebih ditekankan pada pembentukan sikap. Salah satu model yang tepat digunakan adalah model bermain peran yang dapat menimbulkan pengalaman belajar, seperti kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian. Sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi perasaan- perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan strategi pemecahan masalah.
Kata Kunci: Kualitas, Model Bermain dan Kewarganegaraan
208 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935 Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215
PENDAHULUAN pembelajaran yang benarbenar tepat bagi
Sistem Pendidikan Nasional pembelajaran pendidikan nilai agar Indonesia yang berakar pada kebudayaan pembentukan kepribadian siswa dapat bangsa Indonesia serta berdasarkan tercapai. Dalam rangka mencapai tujuan Pancasila dan UUD 1945, berfungsi bidang studi ini, para guru seharusnya mengembangkan kemampuan dan telah menerapkan caracara pendidikan membentuk watak serta peradaban bangsa nilai pada kegiatan pengajaran di kelas. yang bermartabat dalam rangka Namun pada kenyataannya, pembelajaran mencerdaskan kehidupan bangsa. PKn di sekolah dasar belum menerapkan Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003, pembelajaran pendidikan nilai secara Pendidikan Nasional bertujuan untuk benar. Akibatnya pembelajaran nilai dan berkembangnya potensi peserta didik agar pembentukan kepribadian yang sesuai menjadi manusia yang beriman dan dengan nilai moral Pancasila hanya bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersifat verbalisme saja, artinya anak berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, didik hanya diberi pengetahuan tentang kreatif, mandiri, dan menjadi warga Pancasila bukan untuk diamalkan. negara yang demokratis serta bertanggung Berdasarkan pengamatan dan hasil jawab. Di samping itu, Pendidikan diskusi dengan para guru di SD, guru Nasional juga harus menumbuhkan jiwa belum menerapkan pembelajaran patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah pendidikan nilai yang layak dalam air. Untuk itu, dalam kurikulum pembelajaran PKn. Sementara itu, metode pendidikan wajib memuat pendidikan ceramah dan tanya jawab masih Pancasila, pendidikan agama, pendidikan digunakan sangat dominan dalam kewarganegaraan. Pendidikan Pancasila menyampaikan bahan pelajaran, guru dan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah belum mendayagunakan model-model dasar dimaksudkan untuk menanamkan pembelajaran pendidikan nilai-moral. rasa cinta tanah air, meningkatkan Padahal dalam kenyataannya banyak semangat kebangsaan, serta membentuk model pengajaran nilai moral yang dapat kepribadian bangsa yang sesuai dengan diterapkan oleh guru dalam menanamkan falsafah, pandangan hidup, ideologi, dan nilai moral Pancasila dalam rangka dasar negara yaitu Pancasila. PKn adalah pembentukan kepribadian bangsa. Salah pendidikan tentang nilai-nilai yang satu model pembelajaran yang bisa sasarannya bukan semata-mata diterapkan dalam mata pelajaran PKn pengalihan pengetahuan melainkan lebih adalah model bermain peran. Berdasarkan ditekankan pada pembentukan sikap. uraian diatas maka dapat dikemukakan Dengan demikian, mata pelajaran ini permasalahannya: ”Apakah kualitas meliputi ranah kognitif, afektif, dan pengajaran PKn dapat ditingkatkan psikomotor dengan menitikberatkan ranah dengan mengguna-kan model afektif. Tugas untuk melaksanakan misi pembelajaran bermain peran?”. tersebut bukanlah hal yang mudah dan Sedangkan yang menjadi tujuan penelitian diperlukan suatu pembelajaran yang tepat ini adalah untuk (1) memperoleh agar misi yang diembannya dapat tercapai. gambaran mengenai cara guru dalam Untuk menanamkan nilai-nilai yang mengajarkan bidang studi PKn, (2) dikehendaki ini tentu saja melalui proses memberikan masukan bagi guru tentang ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 209 Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215
pelaksanaan kegiatan mengajar bidang dengan kehadiran Tim di kelas.
studi PKn dengan model pembelajaran Mengadakan dialog dengan siswa bermain peran, (3) membantu guru agar dalam rangka menjajaki sikap lebih meningkatkan kualitas pembelajaran siswa terhadap pembelajaran PKn. bidang studi PKn, dan (4) Membantu guru Uji coba sekaligus memberi agar lebih mampu memanfaatkan model contoh pada guru dalam pengajaran nilai-moral pada pengajaran melaksanakan bermain peran pada PKn. Penelitian ini diharapkan kelas yang sebenarnya. memberikan manfaat positif bagi 2. Kegiatan Tindakan peningkatan kualitas pendidikan dan Pelaksanaan model ini melalui pembelajaran bidang studi PKn di SD. tahapan-tahapan sebagai berikut. Adapaun manfaat yang dapat diberikan a. Kegiatan guru adalah (1) bagi guru, agar lebih mampu Pada awal pembelajaran mengembangkan strategi belajar mengajar guru mengadakan apersepsi, PKn serta terlaksananya misi pengajaran menginformasikan materi PKn, yaitu menanamkan nilai-moral pelajaran dan kegiatan Pancasila dan membentuk kepribadian pembelajaran bermain peran siswa dapat tercapai; (2) bagi siswa, agar dengan beberapa tahapan: (1) lebih bergairah dan lebih mudah memotivasi kelompok, (2) mengikuti pelajaran PKn; dan (3) bagi memilih pemeran; pendidikan secara makro, agar dapat menganalisis peran, memilih membentuk generasi muda yang memiliki dan menetapkan peran, (3) jiwa patriotik,cinta tanah air, memiliki menyiapkan pengamat, (4) semangat kebangsaan yang tinggi. menyiapkan tahapan-tahapan peran, (5) siswa melaksanakan METODE PENELITIAN peran, (6) diskusi dan evaluas, Penelitian ini merupakan dan (7) guru dan siswa penelitian tindakan kelas, dilakukan siklus menyimpulkan materi peran demi siklus sampai teratasi kesulitan yang yang sudah dilaksanakan. ditemukan. Pelaksanaan penelitian b. Kegiatan siswa tindakan kelas dilakukan dengan urutan Siswa menerima informasi sebagai berikut (1) perencanaan, (2) tentang materi dari guru, pelaksanaan tindakan, (3) hasil, (4) kemudian siswa melaksanakan refleksi, dan (5) revisi perencanaan. informasi dari guru dengan Kegiatan dan Pengamatan tahapan: (1) memilih masalah 1. Persiapan yang ditawarkan guru, (2) Sebelum melakukan tindakan, memilih pemeran yang akan Tim secara keseluruhan masuk diperankan, (3) menyiapkan kekelas yang akan dilaksanakan pengamat, (4) menyiapkan tindakan. Hal ini dilakukan untuk tahap-tahap peran, (5) memperkenalkan seluruh Tim pemeranan (melak-sanakan pada siswa, dengan tujuan agar bermain peran), (6) diskusi dan siswa tidak asing bila dilaksanakan evaluasi, dan (7) tindakan, siswa tidak canggung 210 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935 Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215
menyimpulkan peran yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila agar
sudah dilaksanakan. dapat mencapai perkembangan secara 3. Refleksi dan Pengembangan optimal dan dapat mewujudkan dalam Refleksi dilakukan pada setiap kehidupannya sehari-hari (Daryono, dkk., akhir dari pelaksanaan tindakan. 1977: 1). Setiap selesai melakukan tindakan Mata pelajaran Pancasila dan tim, guru, dan kepala sekolah Kewarganegaraan adalah mata pelajaran berkumpul membahas tindakan untuk mengembangkan moral serta yang telah dilakukan, dan meningkatkan mutu kehidupan dan mengevaluasi hasil yang telah martabat manusia Indonesia yang dicapai bersama-sama. Dari berkepribadian Indonesia sesuai dengan evaluasi dan diskusi ini, dicari tujuan pendidikan nasional, sebagaimana kelemahan dan kekuatan dalam yang di amanatkan dalam UU. RI No. 20 pelaksanaan. Kelemahannya Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan dicarikan solusinya agar lebih Nasional, bahwa Pendidikan Nasional meningkatkan kualitas tindakan bertujuan untuk berkembangnya potensi berikut, sedangkan peserta didik agar menjadi manusia yang kebaikan/keuntungannya makin beriman dan bertakwa kepada Tuhan dipertahankan dan dipertajam. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, 4. Revisi Rancangan berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Penyempurnaan rancangan menjadi warga negara yang demokratis dilakukan dengan serta bertanggung jawab. Untuk mempertimbangkan dan melihat terwujudnya tujuan Pendidikan Nasional hasil diskusi dan evaluasi tim, guru tersebut guru harus mampu dan siap untuk dan kepala sekolah. Kemudian di menanamkan nilai-nilai moral kepada diri buat rencana baru dengan siswa sebagai generasi penerus, agar perbaikan pada hal-hal yang memiliki kepribadian yang sesuai dengan memiliki kelemahan. tujuan pendidikan nasional dan berjiwa Pancasila. PEMBAHASAN Model Bermain Peran Pendidikan Kewarganegaraan Bermain peran atau role playing Pendidikan Kewarganegaraan me adalah metode pembelajaran yang di nurut Depdiknas (2006:49), adalah dalamnya terdapat perilaku pura-pura mata pelajaran yang memfokuskan pada (berakting) dari siswa sesuai dengan peran pembentukan warga negara yang yang telah ditentukan, dimana siswa memahami dan mampu melaksanakan menirukan situasi dari tokoh-tokoh hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi sedemikian rupa dengan tujuan warga negara Indonesia yang cerdas, mendramatisasikan dan mengekspresikan terampil, berkarakter yang diamanatkan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik oleh Pancasila dan UUD NRI 1945. seseorang dalam hubungan sosial antar Pendidikan Kewarganegaraan merupakan manusia. salah satu mata pelajaran yang terdapat Metode bermain peran dapat dalam kurikulum sekolah. PKn berusaha menimbulkan pengalaman belajar, seperti membina perkembangan moral anak didik kemampuan kerjasama, komunikatif, dan ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 211 Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215
menginterpretasikan suatu kejadian. Model ini dalam aplikasinya pada
Melalui bermain peran, siswa mencoba pembelajaran PKn adalah bentuk mengeksplorasi hubungan-hubungan permainan pendidikan yang dimanfaatkan antar manusia dengan cara memperagakan untuk menjelaskan sikap-sikap, tingkah dan mendiskusikannya, sehingga secara laku, dan nilai-nilai moral dalam bersama-sama para siswa dapat kehidupan bermasyarakat dengan cara mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap- menghayati perasaan orang lain sikap, nilai-nilai, dan strategi pemecahan (membayangkan diri sendiri, seperti masalah. keadaan orang lain) dengan strategi Bermain peran merupakan salah pemecahan masalah. satu model yang dapat di gunakan dalam Model pembelajaran bermain pembelajaran yang berdimensi pribadi dan peran penekanannya terletak pada dimensi sosial, seperti yang di ungkapkan keterlibatan emosional dan pengamatan oleh Dahlan (1990 : 123). Model bermain indera ke dalam suatu situasi masalah peran adalah suatu model pembelajaran yang secara nyata dihadapi. Murid yang berakar pada dimensi pribadi dan diperlakukan sebagai subyek dimensi sosial kependidikan. Dari sudut pembelajaran, secara aktif melakukan dimensi pribadi model ini berupaya praktik-praktik berbahasa (bertanya dan membantu individu menemukan makna menjawab) bersama teman-temannya dari lingkungan sosial yang bermanfaat pada situasi tertentu. Berikut definisi dan bagi dirinya. Bila dilihat dari dimensi pengertian metode pembelajaran bermain sosial, model ini memberikan kesempatan peran dari beberapa sumber buku: kepada siswa untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi-situasi sosial 1. Menurut Santoso (2011), bermain terutama masalah-masalah hubungan peran adalah mendramatisasikan antar pribadi siswa. Pemecahan masalah dan mengekspresikan tingkah dilakukan secara demokrasi, dengan laku, ungkapan, gerak-gerik demikian model bermain peran seseorang dalam hubungan sosial mendorong siswa turut aktif dalam antar manusia. Dengan metode pemecahan masalah serta menyimak Role Playing (bermain peran) secara seksama bagaimana orang lain siswa berperan atau memainkan berbicara tentang masalah yang tengah peranan dalam dramatisasi dihadapi. masalah/psikologis itu. Bermain peran merupakan usaha 2. Menurut Wahab (2009), bermain untuk memecahkan masalah melalui peran adalah berakting sesuai peragaan tindakan, sehingga dapat dengan peran yang telah mendukung suatu situasi belajar ditentukan terlebih dahulu untuk berdasarkan pengalaman. Di samping itu, tujuan-tujuan tertentu. Bermain bermain peran mengasumsikan bahwa peran dapat menciptakan situasi proses psikologis yang tersembunyi belajar yang berdasarkan pada berupa sikap, nilai-nilai, pengalaman dan menekankan perasaanperasaan, dan sistem keyakinan, dimensi tempat dan waktu sebagai dapat diangkat ke taraf kesadaran melalui bagian dari materi pelajaran. kombinasi pemeranan secara spontan. 212 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935 Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215
3. Menurut Mulyono (2012), role parameter dan hambatan interaksi
playing atau bermain peran adalah sosial. metode pembelajaran yang Tujuan Bermain Peran diarahkan untuk mengkreasi Metode bermain peran dalam peristiwa sejarah, peristiwa aktual, proses pembelajaran bertujuan agar siswa atau kejadian-kejadian yang dapat mendramatisasikan tingkah laku, mungkin muncul pada masa atau ungkapan gerak-gerik wajah mendatang. seseorang dalam hubungan sosial atau 4. Menurut Yamin (2007), bermain manusia. Menurut Saefuddin dan Berdiati peran adalah metode yang (2014), metode pembelajaran bermain meletakkan interalisasi antara dua peran memiliki tujuan sebagai berikut: siswa atau lebih tentang suatu 1. Memberikan pengalaman konkret topik atau situasi. Siswa dari apa yang telah dipelajari. melakukan peran masing-masing 2. Mengilustrasikan prinsip-prinsip sesuai dengan pokok yang ia dari materi pembelajaran. yakini. Mereka berinteraksi 3. Menumbuhkan kepekaan terhadap dengan sesama peran secara masalah-masalah hubungan sosial. terbuka. Metode ini dapat 4. Menumbuhkan minat dan motivasi dipergunakan dalam belajar siswa. mempraktikan pelajaran yang 5. Menyediakan sarana untuk baru. mengekspresikan perasaan yang Aspek-aspek Bermain tersembunyi dibalik suatu 1. Mengambil peran (Role Playing), keinginan. yaitu tekanan ekspektasi- 6. Metode bermain peran dalam ekspektasi sosial terhadap proses belajar memiliki tujuan pemeran peran. Contohnya adalah agar siswa dapat menghayati pada hubungan keluarga (apa yang peranan apa yang dimainkan, harus dikerjakan anak mampu menempatkan diri dalam perempuan), atau berdasarkan situasi orang lain yang tugas (bagaimana seorang agen dikehendaki guru. Menurut polisi bertindak dalam situasi Santoso (2011), tujuan bermain sosial). peran adalah agar siswa dapat: 2. Membuat peran (Role Marking), 7. Memahami perasaan orang lain. yaitu kemampuan pemegang peran 8. Menempatkan diri dari situasi untuk berubah secara dramatis dari orang lain. satu peran ke peran yang lain dan 9. Mengerti dan menghargai menciptakan serta memodifikasi perbedaan pendapat. peran sewaktu-waktu diperlukan. Langkah-langkah Metode Bermain Peran 3. Tawar-menawar peran (Role Menurut Uno (2007), terdapat tujuh Negotitation), yaitu tingkat langkah dalam pelaksanaan model dimana peran-peran pembelajaran bermain peran, yaitu dinegosiasikan dengan pemegang- sebagai berikut: pemegang peran yang lain dalam a. Menghangatkan Suasana dan Memotivasi Peserta Didik. ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 213 Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215
Motivasi merupakan dorongan untuk mengemukakan perasaan
yang terdapat dalam diri seseorang mereka tentang peran yang untuk mengadakan perubahan dimainkan, demikian pula dengan demi mencapai tujuan tertentu. peserta yang lain. Diskusi dimulai Tahap ini lebih banyak dengan melontarkan sebuah dimaksudkan untuk memotivasi pertanyaan, para peserta didik peserta didik agar tertarik pada akan segera terpancing untuk masalah karena itu tahap ini sangat diskusi. penting dalam bermain peran dan g. Membagi Pengalaman dan paling menentukan keberhasilan. Mengambil Kesimpulan. Pada b. Memilih Peran. Memilih peran tahap ini peserta didik saling dalam pembelajaran, tahap ini mengemukakan pengalaman peserta didik dan guru hidupnya dalam berhadapan mendiskripsikan berbagai watak dengan orang tua, guru, teman dan atau karakter, apa yang mereka sebagainya. Semua pengalaman suka, bagaimana mereka peserta didik dapat diungkap atau merasakan, dan apa yang harus muncul secara spontan. mereka kerjakan, kemudian para peserta didik diberi kesempatan Siklus Pertama secara sukarela untuk menjadi Berdasarkan pengamatan/ pemeran. pemantauan ditemukan: (1) kegiatan c. Menyusun Tahap-Tahap Peran. pengajaran masih di dominasi oleh guru, Menyusun tahap-tahap baru, pada (2) keaktifan siswa belum nampak secara tahap ini para pemeran menyusun spontan, (3) diskusi antar siswa belum garis-garis besar adegan yang akan terjadi, (4) pengungkapan pengalaman dimainkan. siswa dan pengungkapan nilai-nilai moral d. Menyiapkan Pengamat. siswa belum tercapai, (5) guru nampak Menyiapkan pengamat, sebaiknya kaku dalam melaksanakan model bermain pengamat dipersiapkan secara peran, (6) guru belum melibatkan matang dan terlibat dalam cerita lingkungan dan dunia siswa pada saat yang akan dimainkan agar semua mengidentifikasi masalah, dan (7) siswa peserta didik turut mengalami dan masih kaku karena belum terbiasa. menghayati peran yang dimainkan Siklus Kedua dan aktif mendiskusikannya. Dari pelaksanaan siklus kedua e. Pemeran. Pada tahap ini para ditemukan hasil: (1) pada saat penentuan peserta didik mulai beraksi secara masalah, siswa belum dilibatkan, (2) pada spontan, sesuai dengan peran saat analisis pemeran, guru masing-masing, pemeran dapat menganalisisnya sendiri tanpa melibatkan berhenti apabila para peserta didik siswa, dan (3) siswa kurang diberikan telah merasa cukup. semangat/dorongan untuk f. Diskusi dan Evaluasi. Setelah mengekspresikan perasaan dan melakukan peran, langkah berikut gagasannya secara bebas. adalah analisis dari bermain peran Siklus Ketiga tersebut. Para pemain diminta 214 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935 Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215
Dari hasil pengamatan dan dan diskusi. Dampak instruksional yang
pemantauan peran pada siklus ketiga lain didapat oleh siswa adalah diperoleh: (1) guru/praktisi merasa senang kemampuan mengembangkan sikap memanfaatkan model bermain peran, empati terhadap apa yang dialami oleh siswa lebih bergairah dalam proses orang lain melalui pengamatan pemeranan pembelajaran, (2) keterlibatan siswa dan diskusi dalam kelompok. Dengan dalam proses belajar meningkat, (3) demikian, guru telah membina sikap pemberian pengalaman belajar pada siswa toleran dan penghargaan terhadap orang dapat tercapai, (4) pengajaran lebih lain, serta membiasakan siswa untuk bermakna bagi siswa, dan (5) siswa yang mampu mengendalikan egonya. pemalu, mulai berani dalam mengemukakan pendapat dan PENUTUP mengekspresikan dirinya pada saat proses Berdasarkan hasil penelitian dan belajar membelajarkan. pembahasan yang telah dikemukakan di Dampak Instruksional atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pemanfaatan model bermain peran pada Pertama, model bermain peran dapat pembelajaran PKn menunjukkan adanya meningkatkan proses belajar mengajar peningkatan kualitas pembelajaran di PKn di Sekolah Dasar. Kedua, sekolah. Peningkatan ini tidak hanya penggunaan model bermain peran proses terbatas pada pemahaman siswa pada belajar mengajar lebih bermakna bagi materi pelajaran melainkan juga pada siswa. Ketiga, model bermain peran dapat aspek nilai-nilai, sikap dan perasaan siswa diterapkan pada siswa Sekolah Dasar yang diungkapkan pada saat PBM, mulai dari kelas tiga sampai dengan kelas melalui diskusi, pemeranan dan pada enam. Keempat, dalam pengajaran pengungkapan pengalaman-pengalaman bermain peran harus difokuskan pada siswa. Pada permulaan pembelajaran PKn pemberian pengalaman belajar siswa. dengan bermain peran, siswa tidak berani mengemukakan pendapat, gagasan, DAFTAR PUSTAKA menentukan sikap. Akan tetapi setelah Dahlan, M.D. (1984.) Beberapa alternatif diadakan melalui siklus-siklus, siswa telah interaksi belajar mengajar, model- berani menentukan sikap dalam memilih model mengajar. Bandung: topik yang akan dimainkan, demikian pula Diponogoro. pada saat pemilihan peran. Siswa telah Daryono, M. (1997). Pengantar mampu mengekspresikan sikap dan Pendidikan Pancasila dan perasaannya dalam pemeranan yang Kewarganegaraan. Jakarta: Rineka dimainkan. Siswa telah dapat melakukan Cipta. Djahiri, A. K., et al. (1990). diskusi tentang masalah perilaku, sikap Pengembangan program dan yang dia anggap baik dan benar tanpa kegiatan belajar mengajar merasa canggung dan malu atau takut. pendidikan Pancasila. Bandung: Disamping itu melalui diskusi tukar FPIPS-IKIP Bandung. pengalaman belajar yang mereka rasakan, Djahiri, A. K., et. al. (1996). Dasar dan siswa mampu mengembangkan konsep pendidikan moral. Jakarta: pemecahan masalah pribadi dan masalah Depdikbud Dirjen Dikti antar pribadi melalui proses pemeranan ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 215 Vol. 1, No. 2, September 2020, pp. 207-215
P2TA Depdikbud. (1995). Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Sekolah Dasar Kelas 5. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Muhajir, N. (1997). Pedoman pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK). Yogyakarta: Depdikbud Proyek Pendidikan Tenaga Akademik BP3GSD UP3SD UKMP-SD Wahab, A. A. (1995). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PKn). Bandung: Depdikbud Dirjen Dikti PP3SD Primayana, K. H., Dewi, P. Y. A., & Gunawan, I. G. D. (2020). PENGARUH PROJECT BASED OUTDOOR LEARNING ACTIVITY MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PERILAKU BELAJAR ANAK DI PAUD. PRATAMA WIDYA: JURNAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, 5(2), 135-146. Sastrawan, K. B., & Primayana, K. H. (2020). URGENSI PENDIDIKAN HUMANISME DALAM BINGKAI A WHOLE PERSON. Haridracarya: Jurnal Pendidikan Agama Hindu, 1(1), 1- 11. Primayana, K. H., & Dewi, P. Y. A. (2020). Hubungan Pola Asuh Demokratis dan Intensitas Penggunaan Gawai pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 710-718.