You are on page 1of 9

Jurnal Akuntansi dan Bisnis

Vol. 16 No. 1, Februari 2016: 1-9


www.jab.fe.uns.ac.id

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN DAYA SAING PARI-


WISATA DI KAWASAN GEOPARK DANAU TOBA

ANDRI ZAINAL (andri_zainal@yahoo.co.id)


GAFFAR HAFIZ SAGALA
NELLY ARMAYANTI

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan


ABSTRACT

Cultural and natural heritage is highly selling travel aspect at this time. North Suma-
tra has the sublime cultural heritage that located on the exotic geographic location
that remembered the glory in the pre-reform. Unfortunately, this potential is current-
ly not followed by proper management. This condition becomes attractive in line with
the concept of community-based tourism which puts people at key positions in the
management of attraction. Moreover, the positive signals that have delivered the
president to make the region of Toba lake became "The Monaco of Asia" could have
formed their expectations of tourism market in North Sumatra. The general objective
of this research are: 1) to map the perception of community tourism related tourism
area of Lake Toba, and 2) to identify the variations of perception based on gender
and education level. This research was conducted by survey and in-depth interviews
in five regions around Lake Toba with high tourist traffic by using purposive sam-
pling. Respondents who get through the survey was 212 respondents. Further analy-
sis of data obtained through descriptive statistics and cross tabulation. In depth inter-
views were conducted at community leaders, local government representatives, and
stakeholders in tourism around Lake Toba. This study is exploratory the variables
that are considered important to the community that has implications for local gov-
ernance recommendations of Lake Toba. The findings of the study recommends that
the government, communities, and stakeholders to be more aware and know the
strategies, performance, and benefits to be gained through environmental manage-
ment of the tourist area of Lake Toba. That awareness will have implications for the
ability of people creating an enjoyable tourism experience for Lake Toba tourists .
Keywords: Community-Based Tourism, Lake Toba, Public Participation, Cultural and
Natural Heritage

Warisan budaya dan alam adalah aspek wisata berdaya jual tinggi dewasa ini.
Sumatera Utara memiliki warisan budaya luhur yang terletak pada lokasi geografis
yang eksotis mengingat kejayaan yang pernah di alaminya pra-reformasi.
Sayangnya, potensi tersebut kini tidak diikuti dengan pengelolaan yang tepat.
Kondisi ini menjadi menarik seiring dengan adanya konsep community-based
tourism yang menempatkan masyarakat pada posisi penting dalam pengelolaan
objek wisata. Ditambah lagi, sinyal positif yang telah disampaikan Presiden RI
untuk menjadikan kawasan geopark Danau Toba menjadi ― The Monaco of Asia” bisa
saja membentuk ekspektasi pasar pariwisata di Sumatera Utara. Secara umum
tujuan penelitian ini adalah: 1) memetakan persepsi pariwisata masyarakat terkait
Kawasan Wisata Danau Toba, dan 2) mengidentifikasi variasi persepsi tersebut
berdasarkan kategori gender dan tingkat pendidikan. Penelitian ini dilakukan
dengan survey dan in-depth interview di lima wilayah sekeliling Danau Toba dengan
kunjungan wisata yang tinggi dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Responden yang didapatkan melalui survey adalah sebanyak 212 orang responden.
Data yang didapat selanjutnya analisis melalui statistik deskriptif dan tabulasi
silang. In depth interview dilakukan pada tokoh masyarakat, unsur pemerintah
daerah, dan pelaku pariwisata di sekitar Danau Toba. Penelitian ini merupakan
exploratory variabel-variabel yang dianggap penting bagi masyarakat yang
berimplikasi pada rekomendasi tata kelola daerah wisata Danau Toba. Temuan
penelitian merekomendasikan pemerintah, masyarakat, dan stakeholder lebih sadar
dan mengetahui strategi, capaian, dan manfaat yang akan didapat melalui
pengelolaan lingkungan kawasan wisata danau toba. Kesadaran tersebut nantinya
akan berimplikasi pada kemampuan masyarakat menciptakan pengalaman
pariwisata yang menyenangkan bagi wisatawan danau toba.
Kata Kunci: Community-Based Tourism, Danau Toba, Partisipasi Masyarakat, Pari-
wisata.

1
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS Vol. 16, No. 1, Februari 2016: 1 - 9

PENDAHULUAN perencanaan pariwisata akan menyokong


Sumatera Utara memiliki potensi wisata keberlanjutan dari pariwisata tersebut
yang sangat baik. Salah satu potensi (Okazaki 2008). Selanjutnya, masyarakat
tersebut adalah Danau Toba. Danau Toba yang dikelola dengan konsep Community-
terletak di salah satu Kabupaten yang ada based Tourism (CBT) akan memberikan
di Sumatera Utara yaitu Kabupaten Toba keuntungan tidak hanya bagi pemerintah,
Samosir (Tobasa) yang berbatasan dengan tetapi juga bagi masyarakat sekitar
Simalungun. Kawasan wisata ini mengalami sehingga dapat meningkatkan pendapatan
penurunan jumlah wisatawan yang datang mereka (Goodwin dan Santilli 2009).
berkunjung sejak tahun 1990-an. Penelitian ini sangat penting karena
Penurunan jumlah wisatawan tersebut pengelolaan kawasan Geopark Kaldera
memang telah menjadi perhatian Toba (GKT) di kawasan danau toba
pemerintah sejak Era Presiden SBY yang merupakan isu nasional. Penelitian ini
mengeluarkan Peraturan Presiden Republik mengambil tempat sebagai langkah awal
Indonesia Nomor 81 tahun 2014 tentang dalam pengambilan keputusan strategis
rencana Rencana Tata Ruang Kawasan terkait tata kelola pariwisata GKT. Ujung
Danau Toba dan Sekitarnya. Perhatian tombak dari CBT adalah masyarakat
tersebut semakin diperkuat dengan adanya sebagai pelaku pariwisata. Sebelum
sinyal positif yang disampaikan Presiden mengambil langkah strategis dalam
Jokowi untuk menjadikan kawasan Danau pengelolaan CBT, tentunya perlu diketahui
Toba menjadi ―The Monaco of Asia‖. Selan- bagaimana karakteristik masyarakat di
jutnya dalam harian Kompas Menteri Pari- daerah. Hal tersebut dapat diidentifikasi
wisata Arief Yahya mnegatakan ―Upaya re- dari persepsi mereka mengenai beberapa
vitalisasi Danau Toba diharapkan mampu variabel yang terkait dengan CBT dan rural
memberikan nilai tambah bagi keberlanju- tourism. Karenanya, penelitian ini ber-
tan wisata tersebut," (Indriasari 2015). tujuan untuk melakukan pemetaan per-
Pariwisata pada dasarnya adalah sepsi masyarakat terhadap aktivitas pari-
industri yang potensial untuk menggerakan wisata di daerahnya, dan mengklasifikasi-
roda perekonomian daerah sebagaimana kan persepsi tersebut bedasarkan jenis ke-
terjadi di berbagai daerah wisata di dunia. lamin dan tingkat pendidikan.
Sayangnya pasca 1998 kawasan Danau Di sisi lain, sinergi pemerintah dan
Toba sepi pengunjung. Padahal pariwisata stakeholder, dalam hal ini resident, dapat
yang mengandalkan unsur daerah (rural menjadi wawasan (insight) baru.
tourism) merupakan sektor wisata yang Memunculkan partisipasi bagi residen akan
bernilai ekonomi (Liu dan Var 1986; Long et secara perlahan merubah sikap dan
al. 1990; Smith dan Krannich 1998; Lepp tindakan mereka terhadap pariwisata (Lepp
2007). Lemahnya tata kelola tentu saja 2007). Tidak hanya itu, model partisipasi
menjadi sorotan utama. Kurangnya sinergi masyarakat terhadap pariwisata telah
antara stakeholder diduga menjadi titik berhasil menunjukkan perubahan struktur
awal lemahnya tata kelola. Sementara, in- pendapatan, belanja, bahkan dampak
strumen stakeholder yang paling utama terhadap pembangunan daerah bahkan
dari pariwisata di kawasan Danau Toba pada sikap konservasi (Wunder 2000).
adalah pemerintah dan masyarakat lokal Disamping itu, peluang partisipasi yang
sebagai pelaku pariwisata. didapatkan masyarakat dalam pengelolaan
Untuk mampu mencapai sinergi pariwisata justru menjadi daya tarik
antara pemerintah dan residen, maka perlu tersendiri bagi masyarakat untuk bertindak
diidentifikasi keinginan masyarakat pro-pariwisata (Lepp 2007). Bertindak pro-
tentang daerahnya. Identifikasi persepsi pariwisata diterjemahkan bukan sekedar
yang dimiliki masyarakat akan memberikan persepsi yang mendukung pariwisata,
kontribusi terhadap penguatan program tetapi juga perilaku yang dapat diterima
pemerintah dalam pengelolaan kawasan wisatawan sehingga wisatawan nyaman
wisata Danau Toba. Tak hanya itu, berada di daerah wisata tersebut.
terlibatnya masyarakat dalam proses

2
Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Daya Saing Pariwisata di Kawasan Geopark Danau Toba (Zainal et al.)

T I N J A U A N P U S T A K A D A N objek wisata tersebut terintegrasi dengan


PENGEMBANGAN HIPOTESIS lingkungan permukiman tradisional
Sikap masyarakat terhadap pariwisata (community development) serta ditunjang
memang menjadi isu tersendiri (Lepp panorama lingkungan alami yang berbasis
2007). Hal ini berkaitan dengan sikap dan ekowisata (natural and cultural attraction).
tindakan mendukung pariwisata. Berbagai Untuk memberi ciri khas diperlukan
penelitian telah menjelaskan secara praktis penguatan identitas daerah yang dapat
dan teoritis bahwa tindakan residen memunculkan warna pariwisata yang khas
terhadap pariwisata adalah instrumen serta memiliki keunikan dan keunggulan
penting (Brougham dan Butler 1981; daya saing. Selanjutnya, studi Dalimunthe
Sheldon dan Var 1984; Liu dan Var 1986; (2007) menemukan bahwa kepedulian
Long et al. 1990; Lepp 2007). Begitupun, masyarakat untuk menjaga dan terlibat
penelitian-penelitian tersebut hanya dalam usaha pariwisata sudah bisa
membahas sikap pro dan kontra residen dianggap berpartisipasi. Maksud dari
terhadap pariwisata. Tetapi tidak berpartisipasi dalam hal ini adalah
membahas inkonsistensi antara persepsi/ masyarakat dilibatkan dalam menciptakan
sikap dan tindakan resident. Lepp (2007) iklim yang kondusif dimana masyarakat
membahas bahwa sikap terbuka terhadap dilibatkan dalam pengembangan suatu area
pariwisata akan membentuk tindakan pro wisata.
pariwisata. Sikap pro-pariwisata akan Wunder (2000) menyampaikan, di
memicu perkembangan daerah wisata beberapa daerah modus partisipasi telah
(Long et al. 1990). Sementara itu, sikap dan menjadi aspek yang perlu diperhatikan
tindakan dapat berubah seiring dengan dalam pengelolaan objek wisata. Meskipun,
potensi yang didapat dari pariwisata (Long hal tersebut pada dasarnya bergantung
et al. 1990) dan partisipasi memunculkan pada tingkat spesialisasi pariwisata dan
potensi yang akan didapat residen (Lepp tingkat kematangan organisasi lokal.
2007). Akan tetapi, inkonsistensi dari Kemudian, efektivitas pendapatan
persepsi mendukung pariwisata dan pariwisata tergantung pada struktur
tindakan masyarakat yang tidak tepat insentif yang melekat dalam modus
mengakibatkan wisatawan enggan datang partisipasi, dan substitusi yang melengkapi
ke daerah wisata. Sikap masyarakat dalam kegiatan produktif lainnya. Hanya saja,
hal ini dapat diterjemahkan kedalam sikap kegiatan produktif lainnya dengan alokasi
konservasi/ekosentrik dan sikap sosial. lahan alam biasanya akan memiliki dampak
Kesadaran akan dampak konservasi dari konservasi. Hal ini harus menjadi perhatian
pariwisata tampaknya berbeda-beda di khusus dalam pengelolaan rural tourism.
setiap daerah tergantung pada segmentasi Model partisipasi masyarakat
dan kematangan suatu daerah wisata dan tersebut secara terorganisis idealnya
masyarakatnya (Brougham dan Butler 1981; dikelola dengan konsep Community-based
Sheldon dan Var 1984). Dalam hal ini, Tourism. Menurut Zapata et al. (2011),
pariwisata memang tidak selalu berdampak Community Tourism Based (CBT) memiliki
baik, disamping memberikan banyak program yang berhubungan dengan
manfaat ekonomi dan budaya, pariwisata pembangunan masyarakat kecil dan
juga menghasilkan biaya lingkungan dan konservasi alam melalui ekowisata. Konsep
sosial (Liu dan Var 1986). tersebut telah diperluas untuk berbagai
Peningkatan daya saing pariwisata macam produk yang berbeda dari
merupakan hal tidak boleh dihindarkan. pariwisata dan model manajerial.
Untuk dapat menciptakan daya saing Ditolaknya Kawasan Danau Toba oleh
dalam kondisi yang kurang UNESCO sebagai Geopark Kaldera Toba
menguntungkan memang bukanlah (GKT) dikarenakan belum matangnya area
pekerjaan mudah. Koddeng et al. (2012) geopark yang di usulkan. Untuk dapat
menyimpulkan daya tarik obyek dan strate- mengelola lokasi wisata tersebut
gi pengembangan karakteristik yang diperlukan peran dan kematangan
dimiliki suatu rural tourism terjadi ketika masyarakat lokal. Masyarakat lokal pada

3
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS Vol. 16, No. 1, Februari 2016: 1 - 9

dasarnya adalah kunci keberhasilan Jenis dan Sumber Data


pengelolaan daerah rural tourism berbasis Pengambilan sampel dilakukan pada
komunitas (CBT) (Lucchetti dan Font 2013; anggota CBT di masing-masing daerah.
Park dan Yoon 2011; Guzman et al. 2011). Penelitian ini juga menggunakan metode
Selanjutnya Luccheti dan Font (2013) Survey dengan menggunakan 5 skala likert.
mengklasifikasikan empat aspek yang
sangat mempengaruhi kesuksesan dalam Metode Analisis Data
mengimplemetasikan CBT yaitu Planning, Penelitian ini menganalisis variabel
Partnership, Community’s to deliver, persepsi pariwisata yang dimiliki oleh
Funding and Micro Credit. masyarakat kawasan Danau Toba, variabel
Penerapan model CBT tidak hanya penelitian ini diadopsi dari variabel yang
diarahkan untuk mampu meningkatkan dikembangkan oleh Gursoy dan Rutherford
pendapatan masyarakat, tetapi juga (2004) dan Nunkoo dan So (2016). Adapun
mampu menanamkan tindakan-tindakan variabel tersebut adalah 1). Sikap
konservasi dalam dirinya dan komunitas. Ekosentrik; 2) Manfaat Ekonomi Persepsian;
Sehingga peningkatan pendapatan 3) Manfaat Sosial Persepsian; 4) Dampak
hendaknya berjalan bersamaan dengan Negatif Persepsian; 5) Manfaat Budaya
kesadaran konservasi. Karenanya Persepsian; 6) Dampak Negatif Persepsian;
kesuksesan suatu objek wisata ditunjukkan 7) Mendukung Pariwisata; dan 8) Percaya
dengan meningkatnya kualitas hidup Pada Pemerintah.
masyarakat dengan indikator peningkatan Variasi dari variabel-variabel yang
pendapatan dan perilaku konservasi telah didapatkan melalui kuisioner lalu
maupun ekosentrik. Kemudian, masyarakat ditabulasi dan diidentifikasi statistik
lokal yang ada dikawasan wisata danau deskriptif, setelah itu data yang berskala
toba merupakan faktor utama dalam likert pada 8 variabel ditransformasi
menggerakkan aktivitas tersebut. Sehingga nilainya menjadi 2 kategori dengan nilai
sebagai langkah awal perlu dipetakan tengah 3. Sehingga ditemukan kategori
persepsi masyarakat terkait Kawasan rendah (1) dan kategori tinggi (2). Setelah
Wisata Danau Toba, dan perlu diketahui ditransformasi, kedelapan variabel di atas
karakteristik persepsi tersebut berdasarkan ditabulasi silang dengan variabel gender
gender dan tingkat pendidikan. Gender dan dan tingkat pendidikan. Hasil tabulasi
tingkat pendidikan menjadi perlu dalam silang menunjukkan persepsi berdasarkan
menentukan sasaran subjek pengelolaan gender dan tingkat pendidikan.
aera wisata dengan CBT. Dua variabel ini Untuk mempertajam temuan pada
menjadi penting karena pada konteks deskriptif statistik, maka peneliti
lainnya masyarakat kawasan Danau Toba melakukan tabulasi silang dengan
bersifat homogen. demografi gender dan tingkat pendidikan.
Pemilihan variabel gender dan tingkat
METODE PENELITIAN pendidikan dilakukan karena berbagai vari-
Populasi dan Sampel abel lainnya relatif seragam di daerah
Pengambilan sampel dari masyarakat yang penelitian. Sementara variabel gender
terlibat dalam CBT danau toba dilakukan menjadi instrumen penting karena pelaku
dengan teknik purposive sampling. anggota CBT di daerah penelitian terbagi
Responden terkumpul sebanyak 212 orang. secara merata baik pria maupun wanita, hal
Melalui observasi lapangan terdahulu, ini menunjukkan bahwa wanita mengambil
pengumpulan data dilakukan di: 1) porsi yang sama dengan pria. Tentunya
Kecamatan Tiga Raja, Prapat; 2) Kecamatan perbedaan pandangan diantara gender ini
Tigaras, Simalungun; 3) Kecamatan Tomok harus ditelaah agar organisasi dapat
dan Tuktuk, Samosir; 4) Kecamatan dikendalikan dengan baik. Selanjutnya
Tongging, Tanah Karo, dan 5) Pangururan, adalah tingkat pendidikan, telaah dalam
Pusuk Buhid, dan Tele di Tobasa. variabel ini ditujukan untuk menganalisis
pemikiran terbuka serta kemudahan dalam
menyerap dan menghasilkan inovasi.

4
Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Daya Saing Pariwisata di Kawasan Geopark Danau Toba (Zainal et al.)

Pemikiran terbuka mampu mendesak pemuda untuk menjalankan usaha,


organisasi menjadi dinamis, hal ini sehingga sebaran sampel tampak
diharapkan didapat dari proses pendidikan didominasi kelompok usia yang tergolong
yang telah dialami anggota CBT. Pemikiran muda. Terakhir, pada kriteria pendidikan
tersebut lantas membuka peluang individu didominasi oleh sampel yang
untuk mampu dengan mudah menyerap berpendidikan SMA. Hal ini sejalan dengan
inovasi bisnis dan mengalikasikannya pada penjelasan pada kriteria usia di atas.
CBT di daerahnya, dan mampu Keterbatasan biaya untuk studi pendidikan
menyesuaikan inovasi yang sudah ada tinggi dan adanya peluang usaha di
dengan karakteristik daerahnya sehingga kawasan wisata Danau Toba membuat
muncul inovasi yang baru. Untuk menelaah masyarakat lokal memilih untuk tidak
keadaan ini maka perlu dilakukan tabulasi melanjutkan studi di pendidikan tinggi,
silang pada 8 variabel Pariwisata dengan dan mulai terlibat langsung di usaha
demografi tingkat pendidikan tersebut. masyarakat lokal ataupun membuka
Tabulasi silang antara kesepuluh variabel usahanya sendiri. Sehingga pelaku
tersebut dapat ditinjau pada Tabel 1. pariwisata di kawasan wisata danau toba
didominasi oleh individu yang
ANALISIS DAN PEMBAHASAN berpendidikan SMA ke bawah. Meskipun
Demografi Sampel cukup banyak pemuda asli yang kembali
Sampel yang terkumpul adalah sebanyak setelah menempuh pendidikan tinggi dan
212 responden. Dari kriteria jenis kelamin mulai mengembangkan usaha di kawasan
distribusi sampel tersebar cukup wisata Danau Toba.
berimbang yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Hal ini baik dalam menghindari bias Statistik Deskriptif
sampel. Sementara itu, dari kriteria usia Statistik deskriptif dilakukan dengan ter-
didominasi oleh kelompok usia produktif. lebih dahulu meninjau rata-rata respon
Hal ini tergolong wajar karena CBT yang diberikan oleh setiap responden per
memang merupakan organisasi yang variabel. Hasil statistik deskriptif pada
produktif di sektor wirausaha. Sedikitnya Tabel 2 menunjukkan bahwa pada semua
kelompok usia di atas 49 tahun dalam variabel responden memiliki kecender-
aktivitas CBT terjadi karena aktivitas ungan respon yang relative tinggi terkecua-
pelayanan pariwisata membutuhkan li pada variabel perceived cultural cost. Var-
kebugaran fisik yang mumpuni. Kondisi iabel ini memiliki nilai mean sebesar 2,56,
fisik di usia di atas 49 tahun kurang
Tabel 2.
memungkinkan untuk menjalankan jasa Statistik Deskriptif
pariwisata di kawasan danau toba. Selain
Ma Std
itu, masyarakat lokal kerap melibatkan Var N Min
ks
Mean
Dev
Tabel 1. EA 212 1,60 5 3,5196 ,69900
Demografi Sampel
PEB 212 1,75 5 4,1616 ,63247
Kriteria Total % PSCos 212 1,00 5 3,1899 ,84046
Gender Laki-laki 113 55,6% t
Perempuan 99 44,4% PSBen 212 1,50 5 3,7563 ,72331
Usia < 20 29 13,68% PCCos 1,0293
20-29 81 38,21% t 212 1,00 5 2,5628 7
30-39 64 30,18%
40-49 29 13,67% PCBen 212 1,67 5 3,4261 ,71850
> 49 9 4,24% STT 212 1,67 5 4,1037 ,71342
Pendidik Tidak
2 0,94%
an Tamat SD TTG 212 1,00 5 3,4788 ,94932
SD 24 1,13%
SMP 28 13,21% N
SMA 111 52,35% (listwi 212
Sarjana 47 22,17% se)

5
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS Vol. 16, No. 1, Februari 2016: 1 - 9

sementara nilai tengah pada skala instru- trik yang tinggi. Keadaan tersebut terjadi
ment studi adalah 3. Selain itu, variabel pada masing-masing gender dan jenjang
perceived cultural cost juga menunjukkan pendidikan. Data ini menunjukkan keadaan
angka simpangan yang cukup tinggi yang baik, karena masyarakat masih mem-
disamping variabel lainnya. Hal ini menun- iliki kepedulian pada konservasi ling-
jukkan kesenjangan variasi dari respon re- kungan. Akan tetapi angka yang menunjuk-
sponden relative lebih tinggi disbanding kan keadaan ekosentrik lemah masih
variabel lainnya. Menariknya, statistic cukup tinggi, yakni di angka 25%. Hal ini
deskriptif menunjukkan responden mem- yang kemudian menjadi sorotan. Karena
iiki kepedulian yang cukup terhadap dam- konsistensi antara persepsi dan perilaku
pak konservatis, hal tersebit ditunjukkan menjadi terancam karena adanya kompo-
dengan angka mean variabel ecocentric atti- sisi anggota yang 25% tersebut. Konsistensi
tude dan perceived social cost. Berbeda akan perilaku ekosentrik dapat terganggu
dengan yang terjadi pada perceived cultural karena adanya perilaku lain yang mampu
cost. Akan tetapi, responden tetap men- menimbulkan subjective norm, munculnya
dukung kegiatan pariwisata, kemudian juga subjective norm dapat saja sewaktu-waktu
tetap mampu merasakan manfaat sosial justru menularkan perilaku yang tidak
dan manfaat budaya ekosentrik. Sehingga keadaan ini perlu
mendapat perhatian dan penanganan lebih
Tabulasi Silang lanjut.
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa, Pada variabel cultural cost dan social
secara keseluruhan, lebih dari 50% re- cost ditemukan perbedaan respon. Pada
sponden berada pada posisi sikap ekosen- variabel social cost, respon terbagi secara

Tabel 3.
Tabulasi Silang
Gender Tingkat Pendidikan
Total Total
1 2 1 2 3 4 5
1,00 30 26 56 1 6 12 26 11 56
EA_K
2,00 83 73 156 1 18 16 85 36 156
Total 113 99 212 2 24 28 111 47 212
1,00 7 3 10 0 4 1 3 2 10
PEB_K
2,00 106 96 202 2 20 27 108 45 202
Total 113 99 212 2 24 28 111 47 212
1,00 52 46 98 0 12 15 50 21 98
PSCost_K
2,00 61 53 114 2 12 13 61 26 114
Total 113 99 212 2 24 28 111 47 212
1,00 21 16 37 1 5 6 21 4 37
PSBen_K
2,00 92 83 175 1 19 22 90 43 175
Total 113 99 212 2 24 28 111 47 212
1,00 81 75 156 0 20 21 82 33 156
PCCost_K
2,00 32 24 56 2 4 7 29 14 56
Total 113 99 212 2 24 28 111 47 212
1,00 46 41 87 2 8 19 41 17 87
PCBen_K
2,00 67 58 125 0 16 9 70 30 125
Total 113 99 212 2 24 28 111 47 212
1,00 9 7 16 0 2 3 8 3 16
STT_K
2,00 104 92 196 2 22 25 103 44 196
Total 113 99 212 2 24 28 111 47 212
1,00 29 29 58 0 12 5 32 9 58
TTG_K
2,00 84 70 154 2 12 23 79 38 154
Total 113 99 212 2 24 28 111 47 212

6
Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Daya Saing Pariwisata di Kawasan Geopark Danau Toba (Zainal et al.)

merata, antara persepsi social cost yang Var, 1984; Long, 1990; Lepp, 2007, Okazaki
tinggi maupun yang rendah. Sementara 2008), pariwisata memang memiliki
pada variabel cultural cost, respon yang manfaat ekonomi bagi residen. Hal ini juga
diberikan oleh kedua gender maupun terjadi di kawasan Geopark Kaldera Toba
kelima jenjang pendidikan mengarah pada (GKT). Keadaan ini tentunya sejalan
persepsi cultural cost yang lemah. Keadaan dengan tindakan Support To Tourism.
ini menunjukkan bahwa dampak negatif Disamping itu temuan deskriptis statistik
pada kehidupan social memang terjadi na- menunjukkan bahwa masyarakat memiliki
mun pada titik yang moderat. Akan tetapi persepsi Trust To Government yang relatif
dampak negatif pada budaya justru tidak tinggi. Situasi ini mengindikasikan keadaan
banyak terjadi. Hasil tabulasi silang justru yang baik untuk mengembangkan tata kel-
menunjukkan bahwa masyarakat merasa- ola CBT di kawasan GKT. Dengan keadaan
kan manfaat social dan kultural dari adan- ini, pemerintah akan memiliki daya kendali
ya pariwisata. Hal ini tentu saja dapat ter- untuk internalisasi pengetahuan mengenai
jadi karena rural tourism justru menjual tata kelola CBT dan mengendalikan CBT
kearifan lokal dari suatu daerah wisata tersebut untuk tumbuh dan berinovasi
(Koddeng et al. 2012). Karenanya, budaya hingga terus mengejar perkembangan pari-
akan tetap ada dan bahkan tidak boleh wisata dunia. Sehingga GKT akan mem-
hilang, karena menjadi daya jual. Selanjut- perkuat keunikan yang menjadi daya jual
nya, tinggi respon akan manfaat sosial bu- pariwisata agar mampu mencuri perhatian
daya juga telah dijelaskan oleh penelitian wisatawan internasional. Hasil tabulasi si-
sebelumnya (Lihat: Wunder, 2000; Lepp, lang dapat ditinjau pada tabel tabulasi si-
2007). Manfaat sosial dan budaya didapat lang.
dari adanya pertukaran budaya selama ter-
jadinya proses pelayanan pariwisata. Per- SIMPULAN
tukaran busaya ini tidak serta merta meru- Secara umum persepsi anggota CBT di ka-
bah tatanan budaya yang sudah ada. wasa GKT terhadap 8 variabel pariwisata
Manfaat dirasakan dengan dikenalnya bu- yang diujikan relatif tinggi. Residen ber-
daya lokal oleh turis mancanegara, dan pandangan bahwa pariwisata adalah aspek
bertambahnya wawasan masyarakat lokal penting dan secara umum dapat
akan budaya luhur wisatawan asing. menghasilkan manfaat ekonomi bagi resi-
Manfaat sosial selanjutnya muncul melalui den. Residen juga menunjukkan respon
berbagai interaksi yang terjadi antara yang tinggi pada variabel ekosentrik.
wisatawan dan masyarakat local. Akan Disamping itu, residen juga menaruh per-
tetapi respon yang moderat pada variabel hatian pada social cost. Hal ini menunjuk-
social cost harus menjadi perhatian. Hal ini kan tingkat kematangan pariwisata sudah
mengindikasikan terdapat beberapa dam- mulai muncul. Karenanya, keadaan ini ha-
pak sosial akibat pariwisata. Dampak ini rus segera ditindaklanjuti untuk mem-
dapat berkaitan dengan ketenangan dan perkuat persepsi ekosentrik tersebut se-
kenyamanan kota yang berkurang. hingga ia melakat menjadi perilaku
Ketenangan dan kenyamanan ini ekosentrik yang membudaya di masyara-
memunculkan banyak aspek, seperti: ke- kat. Keadaan social cost pun harus segera
bisingan, polusi, kebersihan, durasi jam dikendalikan agar pertambahan nilai dari
malam, dan sebagainya. Indikasi ini harus pariwisata, baik yang dialami residen mau-
dikaji mendalam secara tersendiri. Agar pun wisatawan, menjadi semakin nampak
cost yang terjadi dapat direduksi dan dari pengalaman wisata di GKT.
ditransformasi menjadi benefit. Variasi persepsi diantara gender dan
Terakhir, respon persepsi manfaat jenjang pendidikan tidak menunjukkan
ekonomi ditemukan tinggi di masing- perbedaan yang signifikan. Persepsi yang
masing kategori gender dan tingkat pen- muncul dari katergori-kategori tersebut
didikan. Sebagaimana temuan penelitian relative senada di keseluruhan varibel.
terdahulu (lihat: Liu dan Var, 1986; Keadaan ini memang tidak menghasilkan
Brougham dan Butler, 1981; Sheldon dan temuan khusus terkait perbedaan gender

7
JURNAL AKUNTANSI & BISNIS Vol. 16, No. 1, Februari 2016: 1 - 9

dan tingkat pendidikan. Akan tetapi hal ini Indriasari, L. 2015. Upaya Mendongkrak
menunjukkan bahwa telah terjadi transfer Kembali Kejayaan Danau Toba lewat
pengetahuan dalam CBT sehingga memben- Festifal Danau Toba 2015. Diakses
dari http://www.kompas.com
tuk kultur organisasi tertentu dan
Koddeng, B., S. Latief dan S. Fajar. 2012.
memunculkan kesamaan pandangan dian-
Pengembangan Kawasan Wisata
tara anggota organisasi. Keadaan ini telah
Taman Purbakala Batu Pake Gojeng
memunculkan posisi yang baik untuk Kabupaten Sinjai Upaya Menunjang
memulai pengembangan tata kelola CBT. Pengembangan Pariwisata Daerah.
Group Teknik Arsitektur Prosiding
SARAN 2012, 6: 1-12.
Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan Lucchetti, V. G. dan X. Font. 2013.
adalah mengidentifikasi karakteristik khu- Community Based Tourism: Critical
Success Factors. The International
sus CBT di kawasan GKT. Kemudian secara
Centre For Responsible Tourism, 27: 1
perlahan menyadarkan CBT tersebut akan -20.
perkembangan layanan pariwisata yang Liu, J. C; dan V. Turgut. 1986. Resident Atti-
mapan di Negara maju agar mereka mam- tudes Toward Tourism Impacts In
pu memposisikan dimana dirinya dan Hawaii. Annals of Tourism Research,
menentukan benchmark dari tahun ke ta- 13: 193-214.
hun. Dari proses tersebut CBT akan mampu Lepp, A. 2007. Residents’ Attitudes To-
merumuskan sendiri strategi yang paling wards Tourism In Bigodi Village,
tepat dalam mengelola CBT yang sedang Uganda. Tourism Management. 28
(3) : 876–885.
dijalankan sebagai instrument penting
Long, P. T., R. R. Perdue dan L. Allen. 1990.
pengembangan pariwisata yang sedang dil-
Rural Resident Tourism Perceptions
akukan pemerintah. Sinergi ini diharapkan and Attitudes By Community Level of
akan mampu memantik kawasan GKT men- Tourism. Journal of Travel Research.
jadi objek wisata yang mapan dan mampu 28 (3) : 3-9.
menarik perhatian dan diterima di ka- Nunkoo, R. dan K. K. F. So. 2016.
langan internasional. Residents’ Support For Tourism
Testing Alternative Structural Models.
Journal of Travel Research, 55 (7):
DAFTAR PUSTAKA
847-861.
Brougham, J.E. dan R.W. Butler. 1981. A
Okazaki, E. 2008. A Community-Based
Segmentation Analysis of Resident
Attitudes To The Social Impact of Tourism Model: Its Conception and
Tourism. Annals of Tourism Research, Use. Journal of Sustainable Tourism,
8 (4): 569-591. 16 (5): 511- 529.
Dalimunthe, N. 2007. Partisipasi Park, D. B., dan Y. S. Yoon. 2011.
Masyarakat dalam Pengembangan Developing Sustainable Rural
Potensi Wisata Bahari Pantai Cermin Tourism Evaluation Indicators.
Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis, International Journal of Tourism
Research, 13(5): 401-415.
Program Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara. Republik Indonesia. 2014. Peraturan
Goodwin, H. dan R. Santilli. 2009. Presiden Republik Indonesia Nomor
Community-Based Tourism: A Suc- 81 tahun 2014 tentang rencana
cess. ICRT Occasional paper, 11 : 1 - Rencana Tata Ruang Kawasan Danau
37. Toba dan Sekitarnya.
Gursoy, D. dan D. G. Rutherford. 2004. Sheldon, P. J. dan T. Var. 1984. Resident
Host Attitudes Toward Tourism: An attitudes to tourism in North Wales.
Improved Structural Model. Annals of Tourism Management 5 (1):40-47 .
tourism Research, 31 (3) : 495-516. Smith, M. D. dan R. S. Krannich. 1998. Tour-
Guzman, T. L., S. S. Canizares dan V. Pavon. ism Dependence and Resident Atti-
tudes.Annals of Tourism Research, 25
2011. Community - Based Tourism In
Developing Countries: A Case Study. (4): 783-802.
Tourismos: An International Wunder, S. 2000. Ecotourism and economic
Multidisciplinary Journal Of Tourism, incentives — an empirical approach,
6 (1): 69-84. Ecological Economics, 32(3); 465–479.

8
Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Daya Saing Pariwisata di Kawasan Geopark Danau Toba (Zainal et al.)

Zapata, M. J. et al. 2011. Can community - sons from Nicaragua. Current Issues
based tourism contribute to develop- in Tourism, 14(8), 725–749.
ment and poverty alleviation? Les-

You might also like