You are on page 1of 14

Model Problem Solving Dalam Tutorial Tugas Akhir Program Serta

Implikasinya Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah


Mahasiswa PG-PAUD Di POKJAR Ngawi Masa Registrasi 2013.1

Titik Setyowati 1)
1)
Dosen UPBJJ-UT Surabaya
titiktyowati @ut.ac.id

Abstract
The purpose of the study : ( 1 ) describe the implementation of the model in Problem
Solving tutorial TAP on student activities PGPAUD S1 ; ( 2 ) describe the problem
solving ability of students to TAP PG PAUD S1 ; ( 3 ) describe the response of the
students at the time of implementation of the model of Problem Solving and problem
solving models reference TAP ; ( 4 ) describe the effectiveness of a model of
problem solving and its implications for problem-solving abilities in the course of TAP
on student PGPAUD S1 . The study used a descriptive approach - quantitative .
Location : in Pokjar Ngawi , time study , at 2013.1 tutorials . Subject of research : PG
- UT student early childhood programs 2013.1 IX semesters totaling 26 people .
Research instruments : observation sheets , student questionnaire responses , and
tests . Data analysis techniques : presentation of data through tables , calculating the
average , percentage calculations , conclusions based on the criteria of success .
The results of the research and discussion ( 1 ) Problem Solving model
implementation in guiding the students S1 PGPAUD TAP , successful ( 89.5 % ) ; ( 2
) the ability of solving problem according to the TAP reference PGPAUD S1 students
, it did not work ( 84.6 % ) but they are very supportive of reference TAP , apparently
they did not make such a reference , because it still get the contribution value of
such activities ; ( 3 ) the student 's response to the implementation of a model of
problem solving and TAP reference models are both excellent , and supported by a
large majority ( 75 % ) of students agreed with the implemented model of problem
solving , and 80 % also agreed conducted according to the reference model of TAP
on each issue in the form of case ; ( 4 ) models Polya problem solving , effective
success ( 89.5 % ) when compared with the reference model of TAP ( 84.5 % ) and
supported by a large majority ( 70 % ) of students in its implementation . This means
that the model is more effective Polya problem solving , and the implications on the
students' ability in solving problems related to the case in TAP .

Keywords : Models of problem solving , TAP , problem solving abilities

PENDAHULUAN Salah satu kendala adalah rendahnya


Dalam implementasinya di lapangan kemampuan mahasiswa dalam
sampai saat ini proses pembelajaran memecahkan masalah yang ditandai
yang berfokus pada pemecahan dengan (1) rendahnya kemampuan
masalah pembelajaran secara realita mahasiswa dalam menganalisis
masih mengalami banyak kendala. masalah, (2) rendahnya kemampuan

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..89
mahasiswa dalam merancang rencana tujuan yang diperoleh sebelumnya
penyelesaian masalah, dan (3) kedalam situasi yang baru.
rendahnya kemampuan mahasiswa Mahasiswa program Pendidikan
dalam melaksanakan perhitungan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini (PG-
terutama yang berkaitan dengan materi PAUD) yang mengikuti TAP adalah
apersepsi yang mendukung proses mahasiswa yang saat ini berada di
pemecahan masalah. semester 9 (sembilan) yaitu semester
Tugas Akhir Program (TAP) adalah akhir program S1 PG-PAUD pada
mata kuliah yang merupakan evaluasi lembaga pendidikan tinggi Universitas
akhir program dari kulminasi pelbagai Terbuka. Mahasiswa ini kesehariannya
kompetensi yang telah dipelajari oleh bertugas sebagai guru pendidikan anak
mahasiswa program S1 PGPAUD usia dini, yang menghadapi langsung
Universitas Terbuka dalam konteks permasalahan nyata di lapangan.
pembelajaran nyata, materi yang Dengan demikian diharapkan
dibahas berupa meliputi kasus, permasalahan yang menjadi materi TAP
mahasiswa dituntut untuk memecahkan tidak berbeda jauh dengan
permasalahan dalam pembelajaran permasalahan nyata di lapangan,
yang secara kreatif memunculkan sehingga memerlukan strategi atau
gagasan-gagasan dan inovasi baru model pembelajaran yang dapat
untuk meningkatkan kualitas membantu mahasiswa dalam
pembelajaran (Panduan Tugas Akhir menyelesaikan tugasnya.
Program Sarjana FKIP-UT, 2009). Soal Pada Panduan Tugas Akhir Program
yang dibahas berbentuk uraian yang (Panduan TAP) terdapat 8 langkah
dikemas dalam kasus pembelajaran/ dalam memecahkan kasus sebagai
kegiatan pengembangan dan dilengkapi berikut (1) membaca dan mempelajari
dengan serangkaian pertanyaan. Kasus kasus dengan cermat; (2)
yang ditulis dalam TAP mencakup mengidentifikasi berbagai informasi
unsur-unsur: paparan peristiwa, kunci atau penting yang terdapat di
masalah yang menjadi fokus, dan dalam kasus; (3) mengaitkan informasi-
informasi yang terkait dengan masalah. informasi-informasi tersebut sehingga
Dengan kata lain TAP adalah muncul permasalahan atau pertanyaan
pembelajaran yang materinya dari kasus tersebut; (4) menganalisis
mencakup pemecahan masalah dari penyebab masalah dari kasus itu; (5)
sebuah konsep dan strategi mengembangkan alternatif pemecahan
pembelajaran. masalah; (6) menganalisi kekuatan dan
Pembelajaran yang berbasis kelemahan setiap alternatif; (7) memilih
pemecahan masalah (problem solving) satu alternatif yang dianggap paling
adalah upaya mencari jalan keluar dari efektif; (8) menyusun dan menuliskan
suatu kesulitan guna mencapai suatu jawaban dari masalah/kasus tersebut.
tujuan yang diharapkan. Pendapat ini (Panduan Tugas Akhir Program Sarjana
didukung oleh pendapat ahli-ahli lain, FKIP-UT, 2009). Adapun Model
sebagaimana yang dikemukakan oleh problem solving menurut Polya lebih
Wardani (2010.17) suatu proses simpel, mencakup 4 (empat) langkah
menerapkan pengetahuan yang telah sebagai berikut (1) memahami masalah;
diperoleh sebelumnya ke dalam situasi (2) merencanakan penyelesaian; (3)
baru yang belum dikenal; Polya dalam menyelesaikan masalah sesuai
Hudoyo (2005:74) bahwa pemecahan rencana; (4) melakukan pengecekan
masalah sebagai upaya mencari jalan kembali terhadap semua langkah yang
keluar yang dilakukan dalam mencapai telah dikerjakan.

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..90
Metode problem solving adalah telah dipelajari pada mata kuliah yang
suatu metode pengajaran yang terkait. Bagi tutor, memerlukan
mendorong mahasiswa untuk mencari perencanaan yang matang dalam
dan memecahkan persoalan-persoalan. memandu dan membimbing mahasiswa
Manusia adakalanya memecahkan untuk menyelesaikan mata kuliah TAP.
masalah secara instinktif maupun Dan ini sangat sesuai jika digunakan
dengan kebiasaan. Pemecahan strategi pemecahan masalah yang
masalah instinktif merupakan bentuk dijalankan pada pembelajaran berbasis
tingkah laku yang tidak dipelajari, masalah (Problem Based Learning).
namun dalam menghadapi masalah Materi TAP meliputi materi-materi
yang lebih pelik, manusia dapat yang berkaitan dengan penguasaan
menggunakan cara ilmiah (Wiryawan, bidang ilmu, pemahaman peserta didik,
2001). Langkah-langkah pemecahan pembelajaran yang mendidik, serta
masalah dengan cara ilmiah meliputi: pengembangan kepribadian dan
memahami masalah, mengumpulkan keprofesionalan yang dikemas dalam
data, merumuskan hipotesis, menilai bentuk kasus. Dengan pengembangan
hipotesis, mengadakan model problem solving secara optimal
eksperimen/menguji hipotesis, dan diharapkan mahasiswa akan lebih aktif
terakhir adalah menarik kesimpulan. dan kreatif dalam mengikuti
Ada dua pemaknaan terhadap perkuliahan, serta meningkatkan
peristilahan problem solving, pertama kualitas pembelajaran mahasiswa
diartikan sebagai proses penyelesaian dalam pengertian mencari,
soal (exercise) terutama terhadap soal- menemukan, dan memecahkan
soal yang melibatkan numerik. Kedua permasalahan dalam pembelajaran.
sebagai strategi pemecahan masalah Dengan aktif dan kreatif baik dalam
yang dijalankan pada pembelajaran mencari sumber-sumber maupun dalam
berbasis masalah (Problem Based diskusi sebagai upaya pemecahan
Learning) yang merupakan salah satu masalah, mahasiswa benar-benar akan
bentuk dari pembelajaran aktif memahami materi perkuliahan. Dengan
(Nasution, 2011). Strategi yang kedua dikuasainya materi perkuliahan,
yaitu pembelajaran berbasis masalah dimungkinkan mereka akan
yang digunakan untuk pemecahan mendapatkan nilai yang optimal dan
masalah yang berkaitan dalam pada gilirannya indeks prestasinya akan
pembelajaran atau pembimbingan meningkat.
Tugas Akhir Program untuk mahasiswa Berkaitan dengan kemampuan,
Program PG-PAUD. maka setiap mahasiswa memiliki
Ruang lingkup mata kuliah TAP kapasitas dalam menyelesaikan tugas.
meliputi tugas yang harus dikerjakan Sebagaimana yang dikutip pada
oleh mahasiswa program sarjana (S1) wikipedia bahwa kemampuan adalah
yang sudah memenuhi persyaratan kapasitas seorang individu untuk
akademik maupun administrative. melakukan beragam tugas dalam suatu
Tugas yang dihadapi oleh mahasiswa pekerjaan
berupa serangkaian tugas yang (http://id.wikipedia.org/wiki/Kemampuan
berbentuk permasalahan, kasus-kasus, ) diakses tanggal, 11 Maret 2013.
atau pertanyaan yang diangkat dari Adapun kapasitas setiap mahasiswa
masalah nyata pembelajaran bidang dalam menyelesaikan tugas itu tidak
studi yang harus dipecahkan oleh guru sama, ada yang mudah
secara komprehensif dengan mengerjakannya dan benar, ada yang
menggunakan konsep dan teori yang sulit bahkan salah. Untuk itu perlu

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..91
adanya model atau pola yang dapat 4. Mendeskripsikan efektifitas model
membantu mahasiswa menyelesaikan problem solving serta implikasinya
tugas-tugasnya terhadap kemampuan pemecahan
Berdasarkan uraian latar belakang di masalah dalam mata kuliah TAP
atas, maka dapat dirumuskan beberapa pada mahasiswa S1 PGPAUD di
masalah dalam penelitian ini, yaitu : pokjar Ngawi?
1). Bagaimanakah implementasi model
Problem Solving dalam kegiatan Manfaat Penelitian
tutorial matakuliah TAP pada 1. Bagi mahasiswa dapat meningkatkan
mahasiswa S1 PGPAUD di Pokjar kemampuan pemecahan masalah
Ngawi? dalam matakuliah TAP khususnya
2). Bagaimanakah kemampuan dan matakuliah yang lain pada
pemecahan masalah mahasiswa umumnya.
terhadap mata kuliah TAP program 2. Bagi tutor (peneliti) dapat
S1 PGPAUD di pokjar Ngawi? mengembangkan dan menerapkan
3). Bagaimanakah respon mahasiswa model Problem Solving dalam
setelah dilakukan implementasi kegiatan tutorial matakuliah TAP.
model Problem Solving kegiatan 3. Bagi peneliti dapat menawarkan
tutorial matakuliah TAP? model Problem Solving dalam
4). Bagaimana efektifitas model kegiatan tutorial matakuliah TAP
problem solving serta implikasinya melalui publikasi ilmiah, baik dalam
terhadap kemampuan pemecahan forum seminar nasional atau pada
masalah dalam mata kuliah TAP jurnal penelitian nasional.
pada mahasiswa S1 PGPAUD di 4. Bagi lembaga (UT) dapat
pokjar Ngawi? meningkatkan kualitas maupun
Penelitian ini bertujuan untuk kuantitas lulusannya.
mendeskripsikan model Problem
Solving dalam tutorial Tugas Akhir TINJAUAN PUSTAKA
Program (TAP) serta implikasinya Pengertian Problem Solving dalam
terhadap kemampuan pemecahan Pembelajaran.
masalah mahasiswa PGPAUD di pokjar Problem solving merupakan salah
Ngawi masa registrasi 2013.1. Adapun satu bentuk pembelajaran yang
tujuan penelitian tersebut dapat dirinci berlandaskan paradigma
sebagai berikut: konstruktivisme. Pada pembelajaran
1. Mendeskripsikan implementasi problem solving siswa dituntut untuk
model Problem Solving dalam aktif berpikir, mencobakan hipotesis dan
kegiatan tutorial matakuliah TAP bila berhasil memecahkan masalah
pada mahasiswa S1 PGPAUD di tersebut maka siswa mempelajari dan
pokjar Ngawi? memperoleh pengetahuan baru
2. Mendeskripsikan kemampuan (Nasution, 2011).
pemecahan masalah mahasiswa Ada dua pemaknaan terhadap
terhadap mata kuliah TAP program peristilahan problem solving, pertama
S1 PGPAUD di pokjar Ngawi? diartikan sebagai proses penyelesaian
3. Mendeskripsikan respon mahasiswa soal (exercise) terutama terhadap soal-
setelah dilakukan implementasi soal yang melibatkan numerik. Kedua
model Problem Solving dan model sebagai strategi pemecahan masalah
pemecahan masalah dalam kegiatan yang dijalankan pada pembelajaran
tutorial matakuliah TAP? berbasis masalah (Problem Based

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..92
Learning) yang merupakan salah satu masalah nyata atau masalah yang
bentuk dari pembelajaran aktif. disimulasikan, serta bekerjasama dalam
Menurut Isaken dan Treffinger (1985) suatu kelompok untuk mengembangkan
dalam Rosbiono (2007), pembelajaran keterampilan memecahkan masalah,
problem solving sangat potensial di kemudian siswa mempresentasikan
dalam pembentukan berpikir kreatif dan sehingga siswa diharapkan menjadi
berpikir kritis. Sedangkan menurut seorang individu yang mampu belajar
Calvin Taylor (1986) dalam Rosbiono mandiri. Untuk memecahkan masalah
(2007) pembelajaran problem solving siswa menggunakan segenap
sangat potensial di dalam membentuk pemikiran, memilih strategi
berpikir produktif. Masih menurut pemecahannya, dan memproses hingga
Rosbiono bahwa berpikir produktif menemukan penyelesaian dari suatu
dinyatakan dalam bentuk menciptakan masalah. Dengan menemukan sendiri
variasi ide, menciptakan ide tidak biasa, sesuai dengan pencarian pengetahuan
memberi peluang untuk memilih secara aktif oleh manusia, maka akan
alternatif kegiatan paling baik, maupun memberikan hasil belajar yang baik
memberikan argumen dalam (Bruner dalam Dahar, 2006 ).
menetapkan suatu pilihan. Masalah terdiri atas 2 (dua) macam,
Berpikir kreatif menggambarkan yaitu (1) masalah untuk menemukan,
berpikir dalam banyak kemungkinan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau
menyatakan pengalaman dalam konkret, termasuk teka-teki suatu
beberapa pandangan yang berbeda masalah, apa yang dicari, bagaimana
mengemukakan hal-hal yang tidak data yang diketahui, dan bagaimana
biasa dan mengarah pada syaratnya, semuanya itu merupakan
pembentukan alternatif. Berpikir kritis landasan untuk dapat menyelesaikan
menggambarkan suatu analisis dan masalah jenis ini, (2) masalah untuk
pengembangan kemungkinan- membuktikan adalah menunjukkan
kemungkinan mengkontraskan ide, bahwa suatu pernyataan itu benar,
pemikiran-pemikiran yang dapat salah, atau tidak kedua-duanya, berupa
dijadikan bahan dalam membuat hipotesis dan konklusi dari suatu
pertimbangan maupun keputusan teorema yang harus dibuktikan
efektif. kebenarannya (Hudoyo, 2005)
Gagne mengemukakan bahwa Mengajar merupakan suatu aktivitas
belajar memecahkan masalah profesional yang memerlukan
merupakan tipe belajar yang paling keterampilan tingkat tinggi dan
kompleks karena di dalamnya terkait mencakup hal-hal yang berkaitan
tipe-tipe belajar yang lain terutama dengan pengambilan keputusan-
penggunaan aturan-aturan yang ada keputusan (Winataputera, 1992).
disertai proses analisis dan Sekarang ini pengajar lebih dituntut
penyimpulan. Dalam tipe belajar ini untuk berfungsi sebagai pengelola
dilakukan proses penalaran yang proses belajar mengajar yang
kadang-kadang memerlukan waktu melaksanakan tugas yaitu dalam
yang lama, tetapi dengan tipe belajar merencanakan, mengatur,
problem solving ini kemampuan mengarahkan, dan mengevaluasi.
penalaran anak akan berkembang Keberhasilan dalam belajar mengajar
(Sagala, 2012). sangat tergantung pada kemampuan
Pembelajaran Problem Solving pengajar dalam merencanakan, yang
merupakan pembelajaran yang dimulai mencakup antara lain menentukan
dengan menghadapkan siswa pada tujuan belajar peserta didik, bagaimana

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..93
caranya agar peserta didik mencapai perlu disosialisasikan, kemudian juga
tujuan tersebut, sarana apa yang perlu adanya penghargaan yang layak
diperlukan, dan lain sebagainya. kepada mereka yang berprestasi. Hal
Dalam proses belajar mengajar, ini akan berdampak positif terhadap
pengajar juga perlu mengadakan terbentuknya rasa percaya diri pada
keputusan-keputusan, misalnya metode peserta didik. Pengalaman ini
apakah yang perlu dipakai untuk selanjutnya dapat menjaga proses
mengajar mata pelajaran tertentu, alat pembentukan kemandirian.
dan media apakah yang diperlukan Dalam hal ini peserta didik juga perlu
untuk membantu peserta didik membuat dilibatkan dalam proses belajar
suatu catatan, melakukan praktikum, mengajar yang memberikan
menyusun makalah diskusi, atau cukup pengalaman bagaimana peserta didik
hanya dengan mendengar ceramah bekerja sama dengan peserta didik
pengajar saja. Dalam proses belajar yang lain seperti dalam hal berdiskusi.
mengajar pengajar selalu dihadapkan Pengalaman seperti ini selanjutnya
pada bagaimana melakukannya, dan akan dapat membentuk sikap kooperatif
mengapa hal tersebut perlu dilakukan. dan ketahanan bersaing dengan
Begitu juga dalam hal evaluasi atau pengalaman nyata untuk dapat
penilaian dihadapkan pada bagaimana menghargai segala kelebihan dan
system penilaian yang digunakan, kelemahan masing-masing.
bagaimana kriterianya, dan bagaimana
pula kondisi peserta didik sebagai Karakteristik Problem Solving dalam
subjek belajar yang memerlukan nilai Pembelajaran
itu. Pembelajaran pemecahan masalah
Oleh karena itu, kreativitas perlu menurut Mothes dalam Rosbiono
dikembangkan melalui penciptaan (2007) memperhatikan pengetahuan
situasi proses belajar mengajar yang dan konsep-konsep yang telah dikuasai
kondusif, di mana pengajar mendorong siswa sebelumnya serta memungkinkan
vitalitas dan kreativitas peserta didik dipenuhinya prinsip-prinsip utama
untuk mengembangkan diri. Peserta pendidikan seperti prinsip visualisasi,
didik perlu diberi kesempatan untuk prinsip aktivitas siswa, prinsip
belajar dengan daya intelektualnya kedekatan dengan kehidupan nyata,
sendiri, melalui proses rangsangan- prinsip kemandirian dan kesesuaian
rangsangan baik yang berupa dengan siswa, prinsip keabsahan
pertanyaan-pertanyaan maupun ilmiah, dan prinsip konsolidasi
penugasan, sehingga peserta didik pengetahuan.
dapat melihat suatu hal dari berbagai Menurut John Dewey, masalah
sudut pandang dan dapat menemukan adalah sesuatu yang diragukan dan
berbagai alternatif pemecahan masalah sesuatu yang belum pasti. Sedangkan
yang dihadapi. menurut Vessen, suatu masalah adalah
Peserta didik dapat mengembangkan ketidaksamaan antara dua pernyataan
daya kreativitasnya apabila proses atau lebih yang disampaikan kepada
belajar mengajar dilaksanakan secara siswa pada waktu proses belajar
terencana untuk meningkatkan dan mengajar berlangsung (Arifin, 2011).
membangkitkan upaya untuk kompetitif. Menurut Gagne dalam Bilgin (2005)
Oleh karena itu, proses belajar problem solving merupakan proses
mengajar yang memberi peluang berpikir dimana siswa menemukan
kepada peserta didik untuk kombinasi antara pengetahuan
menyelesaikan tugas secara kompetitif sebelumnya dengan yang dipelajari,

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..94
sehingga siswa dapat menerapkan proses pembelajaran yaitu: memberikan
pengetahuan tersebut untuk pengarahan berupa pertanyaan untuk
menyelesaikan masalah. menggerakan siswa melakukan
Abel dan Pizzini, (1992) dalam sesuatu, menyampaikan pembelajaran
Rosbiono (2007) mengembangkan (menyajikan konsep kunci), mengamati
model pembelajaran problem solving siswa secara berkeliling dan melihat
difokuskan pada tiga aspek yaitu: a) apa yang dikerjakan siswa. Mayer
setting pembelajaran yang dapat dalam Toga (2010) menyimpulkan
dilakukan dalam melaksanakan model bahwa problem solving yang paling
problem solving berupa pembelajaran efektif jika fokus pemecahan masalah
untuk keseluruhan kelas, kelompok tidak hanya sebagai kemampuan
kecil, dan individu; b) struktur intelektual semata melainkan sebagai
pembelajaran problem solving berbasis kumpulan keterampilan komponen yang
konsep harus meliputi beberapa lebih kecil, seperti ketampilan
kegiatan yaitu: menemukan masalah, pemecahan masalah dan praktek dalam
menghaluskan masalah, merancang proses pemecahan masalah. Menurut
penyelidikan, menghimpun data, Toga (2010), problem solving dapat
menganalisis data, menghimpun meningkatkan kreativitas dan
temuan dalam bentuk grafik atau kesadaran siswa, sehingga siswa
tulisan, menyajikan temuan dan mampu belajar mandiri
evaluasi;. c) perilaku guru selama
Tahapan Problem Solving menurut Polya dan Pemecahan Kasus menurut
Acuan Pembimbingan TAP

Pola Model Problem Solving


NO. PERLAKUAN
Model Problem Model Pemecahan Kasus menurut Acuan TAP
Solving menurut
Polya
. Memahami masalah: (1) Membaca dan mempelajari kasus dengan
1 identifikasi dan faktor cermat.
penyebab (2) Mengidentifikasi berbagai informasi kunci
(penting) yang terdapat di dalam kasus.
(3) Mengaitkan informasi-informasi tersebut
sehingga muncul permasalahan atau
pertanyaan dari kasus tersebut.
(4) Menganalisis penyebab masalah dari kasus.
2 Merencanakan (5) Mengembangkan alternatif pemecahan
penyelesaian masalah.
(prognosa) (6) Menganaliss kekuatan dan kelemahan setiap
alternatif.
(7) Memilih satu alternatif yang dianggap paling
edfektif..
3 Menyelesaikan (8) Menyusun dan menuliskan jawaban dari
masalah sesuai masalah/kasus tersebut.
rencana.
4 Melakukan
pengecekan kembali -

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..95
terhadap semua
langkah yang telah
dikerjakan.
Model Polya ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Memahami masalah langkah sebelumnya untuk


Kegiatan yang dapat dilakukan pada mendapatkan penyelesaian.
langkah ini adalah menjawab: masalah
apa yang muncul dalam pembelajaran Memeriksa kembali prosedur dan hasil
secara realita, apakah masalah tersebut penyelesaian
bisa dipecahkan, faktor apa yang Kegiatan yang dapat dilakukan pada
menyebabkan masalah itu muncul, data langkah ini adalah menganalisis dan
apa yang perlu diketahui, apa yang mengevaluasi apakah prosedur yang
perlu dipecahkan, semuanya itu diterapkan dan hasil yang diperoleh
dijabarkan dalam bentuk yang lebih benar, apakah ada prosedur lain yang
operasional (dapat dipecahkan). lebih efektif, apakah prosedur yang
dibuat dapat digunakan untuk
Merencanakan penyelesaian menyelesaikan masalah yang sejenis,
Kegiatan yang dapat dilakukan pada atau apakah prosedur dapat dibuat
langkah ini adalah: mencoba mencari generalisasinya. Berdasarkan langkah-
atau mengingat masalah pembelajaran langkah dari model problem solving
sejenis yang pernah diselesaikan, (pemecahan masalah) yang
mencari pola atau aturan, menyusun dikemukakan oleh Polya, maka lebih
prosedur penyelesaian. simpel dan kompleks, jika digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan
Menyelesaikan masalah sesuai rencana dari materi TAP itu sendiri. Untuk lebih
Kegiatan yang dapat dilakukan pada jelasnya pola model Problem solving
langkah ini adalah: menjalankan tersebut, sebagai berikut.
prosedur yang telah dibuat pada

Memahami masalah
(1)

Melakukan pengecekan kembali


terhadap semua langkah yang
telah dikerjakan Merencanakan
(4) penyelesaian
(2)

Menyelesaikan masalah
sesuai rencana
(3)

Model Pemecahan Kasus menurut mengidentifikasi berbagai informasi


Acuan TAP kunci (penting) yang terdapat di dalam
Langkah-langkah model pemecahan kasus; (3) mengaitkan informasi-
kasus menurut acuan TAP adalah (1) informasi tersebut sehingga muncul
mahasiswa membaca dan mempelajari permasalahan atau pertanyaan dari
kasus dengan cermat, (2) kasus tersebut; (4) menganalisis

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..96
penyebab masalah dari kasus; (5) situasi perkuliahan biasa diantaranya,
mengembangkan alternatif pemecahan adalah : (1) interaksi tutor-tutee
masalah; (6) menganaliss kekuatan dan sebaiknya berjalan pada tingkat
kelemahan setiap alternatif; (7) memilih metakognitif, yang menekankan pada
satu alternatif yang dianggap paling pembentukan keterampilan learning to
efektif; (8) menyusun dan menuliskan learn atau think how to think. (2) tutor
jawaban dari masalah/kasus tersebut. harus membimbing, mendorong dan
Langkah-langkah tersebut memotivasi tutee untuk sampai pada
merupakan kerangka berpikir yang taraf pengertian yang mendalam
harus dimiliki oleh seluruh mahasiswa sehingga mampu menghasilkan
dalam memahami dan menganalisis pengetahuan. (3) tutor harus
kasus. Hal ini sangat penting dan harus demokratis, dengan melibatkan semua
dipraktekkan oleh seluruh mahasiswa peserta dalam kelompok diskusi dalam
secara mandiri dan bersama memberikan pendapat kebenaran suatu
pembimbing dalam kegiatan bimbingan ilmu serta meningkatkan kemampuan
TAP. Hasil dari langkah-langkah dalam intelektual, kerjasama yang lebih baik.
memahami dan menganalisis kasus (4) tutor seyogyanya mampu membuat
seperti di atas, bukan merupakan variasi simulasi untuk belajar, sehingga
jawaban atas pertanyaan yang ada tutee tidak merasa bosan, jenuh
dalam soal TAP. dan/atau putus asa. (5) tutor sebaiknya
selalu memantau kualitas kemajuan
Kegiatan Tutorial dalam belajar tutee dengan mengarahkan
Pembimbingan TAP. kajian sampai pada taraf pengertian
Peran utama tutor adalah sebagai : yang mendalam (indepth
(1) pemicu kemandirian mahasiswa understanding).(UPBJJ-UT Sby, 2009).
dalam belajar, berfikir dan berdiskusi di
kelas tutorial; (2) pembimbing, fasilitator Hakikat Pembelajaran TAP
dan mediator bagi mahasiswa dalam Mata Kuliah Tugas Akhir Program
membangun pengetahuan, nilai, sikap (TAP) adalah mata kuliah yang harus
dan keterampilan akademik dan diikuti oleh mahasiswa Universitas
profesional secara mandiri. Dan Terbuka semester 10. Mata kuliah ini
memberikan panduan dan bimbingan merupakan muara dari perkuliahan
kepada mahasiswa agar mahasiswa yang pernah diikuti oleh mahasiswa dari
dapat belajar sendiri memahami materi, semester 1 sampai dengan semester 9.
memberikan motivasi dan membantu Ruang lingkup mata kuliah ini meliputi
mahasiswa dalam mengembangkan tugas yang harus dikerjakan oleh
keterampilan belajarnya. (UPBJJ-UT mahasiswa program sarjana (S1) yang
Sby, 2009). Aktivitas tutorial meliputi sudah memenuhi persyaratan akademik
menyajikan materi pelajaran, maupun administratif. Tugas yang
mengajukan pertanyaan atau masalah dihadapi oleh mahasiswa berupa
yang perlu dibahas, menganalisis serangkaian tugas yang berbentuk
jawaban siswa, memberikan umpan permasalahan, kasus-kasus, atau
balik, memberikan latihan, dan meminta pertanyaan yang diangkat dari masalah
siswa untuk melakukan unjuk nyata pembelajaran bidang studi yang
kemampuan atau kompetensi. (Pribadi, harus dipecahkan oleh guru secara
2011). komprehensif dengan menggunakan
Prinsip dasar tutorial yang baik, agar konsep dan teori yang telah dipelajari
penyelenggaraan tutorial berjalan pada mata kuliah yang terkait. Bagi
secara efektif, dan tidak terjebak pada tutor, memerlukan perencanaan yang

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..97
matang dalam memandu dan Dari uraian tersebut dapat
membimbing mahasiswa untuk disimpulkan sebagai berikut : (a) TAP
menyelesaikan mata kuliah TAP. merupakan ujian akhir program sarjana
Materi TAP meliputi materi-materi yang mengukur penguasaan
yang berkaitan dengan penguasaan kompetensi mahasiswa atas suatu
bidang ilmu, pemahaman peserta didik, program yang diambilnya. Melalui soal
pembelajaran yang mendidik, serta TAP, mahasiswa diuji kemampuannya
pengembangan kepribadian dan untuk mengidentifikasi, menganalisis,
keprofesionalan yang dikemas dalam memecahkan masalah, memprediksi
bentuk kasus. Dengan demikian, soal atau menilai suatu persoalan
dalam TAP memiliki karakteristik pembelajaran berdasrkan teori atau
sebagai berikut : pengetahuan, sikap dan keterampilan
1. Menuntut kemampuan berpikir yang diperolehnya selama mengambil
tingkat tinggi Soal TAP tidak menguji program S1. (b) Untuk memudahkan
jenjang berpikir yang bersifat ingatan mahasiswa dalam mengerjakan soal-
atau hafalan, melainkan menguji soal TAP, setiap mahasiswa hendaknya
kemampuan mahasiswa diantaranya menguasai materi mata kuliah
dalam menerapkan suatu konsep pendukung TAP.
atau teori untuk memecahkan
masalah-masalah yang terdapat METODOLOGI PENELITIAN
dalam kasus, menganalisis Tempat penelitian ini dilakukan di
penyebab suatu masalah dan Pokjar Kabupaten Ngawi dan waktu
menyintesis informasi sehingga penelitian adalah pada masa
membentuk kesatuan baru yang utuh pelaksanaan tutorial masa regristrasi
atau memberikan evaluasi atas suatu 2013.1. Jenis penelitian ini adalah
kasus. deskriptif-kuantitatif untuk menjawab
2. Substansi TAP bersifat problematik, semua permasalahan. Subyek
menyeluruh, dan terbuka terarah penelitian ini adalah mahasiswa UT
Soal yang bersifat problematik ialah program PG-PAUD semester IX
soal-soal yang memuat permasalah (sembilan) pokjar Ngawi masa
dan hanya dapat dijawab bila regristrasi 2013.1 yang berjumlah 26
mahasiswa menguasai konsep- orang. Alasan pemilihan pada
konsep bidang ilmu, keguruan mahasiswa program ini adalah
kependidikan, krpribadian dan sebagian besar mahasiswa kesulitan
keprofesionalan secara memadai. memecahkan permasalahan yang
Menyeluruh artinya jawaban yang menjadi tugasnya. Obyek penelitian ini
diminta menuntut kemampuan adalah: model problem solving,
mahasiswa untuk mengaitkan unsur- kemampuan memecahkan masalah
unsur keilmuan dari berbagai mata mahasiswa, dan respon mahasiswa
kuliah secara terpadu dengan terhadap kegiatan tutorial yang telah
fenomena atau situasi nyata dalam dilakukan.
pembelajaran. Terbuka-terarah Permasalahan yang pertama:
artinya soal-soal TAP memungkinkan Peneliti membuat model problem
mahasiswa menjawab dari sudut solving dalam pembelajaran TAP,
pandang yang berbeda berdasarkan beserta lembar observasi, dan tes,
teori, prinsip, prosedur yang telah kemudian model tersebut diterapkan
dipelajarinya. kepada sekelompok mahasiswa,
dengan demikian dapat diketahui
hasilnya.

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..98
Permasalahan yang kedua:
Hasil yang diperoleh setelah Teknik Analisis Data
melakukan model problem solving Teknik analisis yang digunakan
tersebut mewakili kemampuan untuk memecahkan permasalahan ke 1,
mahasiswa dalam memecahkan 2, 3, dan 4 adalah deskriptif- kuantitatif
permasalahan. Berdasarkan kriteria dengan menggunakan kriteria
yang telah ditentukan, kemampuan keberhasilan. Data hasil observasi
mahasiswa tersebut tergolong tinggi, dianalisis untuk mengetahui keaktifan
sedang atau kurang. mahasiswa yang berpedoman pada
Permasalahan yang ketiga: lembar observasi keaktifan mahasiswa.
Peneliti menyiapkan instrumen Penilaian dilihat dari hasil skor pada
berupa angket tentang respon lembar observasi yang digunakan.
mahasiswa setelah dilakukan Persentase diperoleh dari skor pada
implementasi model problem solving. lembar observasi dikualifikasikan untuk
Berdasarkan kriteria yang telah menentukan seberapa besar keaktifan
ditentukan, dapat diketahui respon mahasiswa dalam mengikuti proses
mahasiswa sangat setuju, setuju, tidak pembelajaran. Tes digunakan untuk
setuju, sangat tidak setuju jika model mengukur kemampuan mahasiswa.
tersebut digunakan untuk pemecahan
masalah. Kriteria Keberhasilan
Permasalahan yang keempat: Untuk menganalisis masalah ke-1, 2,
Peneliti membandingkan nilai awal 3, dan 4 yang berkaitan dengan nilai
yang diperoleh mahasiswa dengan nilai menggunakan acuan belajar tuntas
setelah dilakukan model problem yaitu jika mahasiswa sudah
solving, baik itu dari hasil tes, maupun memperoleh minimal 85%, dikriteriakan
hasil observasi terhadap pelaksanaan tuntas dalam belajar. Sedangkan untuk
perlakuan. Kriteria keberhasilan dengan mendeskripsikan sikap maupun
menggunakan acuan belajar tuntas penilaian menggunakan acuan
yaitu 85% tuntas, sedangkan kriteria presentase.
penilaian sikanp menggunakan
presentase, lebih 50% baik, dan kurang HASIL DAN PEMBAHASAN
50% tidak baik. Berdasarkan data yang terkumpul,
Instrumen dalam penelitian ini adalah dari 20 mahasiswa PGPAUD nilai awal
lembar observasi, angket respon diperoleh dari tutor setelah
mahasiswa, dan tes. Dalam penelitian mengerjakan tugas I, memperoleh nilai
ini digunakan dua lembar observasi rata-rata 83%, sedangkan 10 orang
yaitu lembar observasi pelaksanaan siswa yang diberi perlakuan model
tutorial model problem solving dan Problem Solving, hasilnya rata-rata
lembar keaktifan mahasiswa. Angket 89.5%, adapun hasil observasi terhadap
yang akan digunakan adalah angket pelaksanaan problem solving, 7 orang
tertutup dengan alternatif jawaban yaitu mahasiswa segera mengerjakan tugas
sangat setuju, setuju, kurang setuju, yang diberikan, sedangkan 3 orang lain
dan tidak setuju jika model tersebut tidak segera mengerjakan, ia masih
digunakan untuk pemecahan masalah. bingung sendiri. Sedangkan yang
Tes ini digunakan untuk mengetahui menyelesaikan kasus dengan acuan
sejauhmana kemampuan mahasiswa TAP (menjawab pertanyaan), dari 10
dalam memecahkan kasus-kasus orang mahasiswa, yang nilai awalnya
pembelajaran setelah dilakukan 83.75%, setelah diberi acuan TAP hasil
kegiatan tutorial model problem solving. rata-ratanya 84.6%, dan hasil observasi

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..99
juga sebagian besar (6 dari 10 orang) menggunakan acuan TAP keduanya
mahasiswa segera mengerjakan tugas sangat baik, hal ini dapat dibuktikan
yang diberikan. bahwa sebagian besar (75%)
Berdasarkan paparan data dari 20 mahasiswa setuju dengan dilaksanakan
mahasiswa PGPAUD ternyata yang model problem solving, dan 80% juga
merespon sangat setuju menggunakan setuju dilaksanakan model menurut
problem solving dalam penyelesaian acuan TAP pada setiap permasalahan
masalah TAP, 30% sangat setuju, 45% yang berupa kasus.
setuju, dan 25% tidak setuju, serta tidak Model problem solving Polya, efektif
ada yang sangat tidak setuju. Adapun keberhasilannya (89.5%) serta
respon mahasiswa terhadap didukung oleh sebagian besar (70%)
penyelesaian kasus acuan TAP, yang mahasiswa dalam pelaksanannya.
sangat setuju 25%, setuju, 55%, dan Sedangkan pemecahan masalah yang
tidak setuju 20%. biasa digunakan menurut acuan TAP,
tingkat keberhasilannya (84.6%)
Hasil Pembahasan : menurut acuan belajar tuntas
Pelaksanaan model Problem Solving dikriteriakan tidak berhasil, meskipun
menurut Polya dalam pembimbingan sebagian besar mahasiswa (60%)
TAP pada mahasiswa S1 PGPAUD, di mendukung dilaksanakan pemecahan
Pokjar Ngawi, ternyata berhasil menurut acuan TAP. Ini berarti bahwa
(89.5%), dan sebagian besar (70%) model problem solving Polya lebih
mahasiswa tidak mengalami kendala, efektif, dan berimplikasi terhadap
mereka segera mengerjakan tugas kemampuan mahasiswa dalam
yang diberikan, dan hanya ada menyelesaikan masalah pada kegiatan
sebagian kecil dari mereka yang pembimbingan TAP.
merasa kurang adanya sosialisasi
mengenai langkah-langkah KESIMPULAN DAN SARAN
pelaksanaannya. Kesimpulan
Kemampuan pemecahan masalah 1. Pelaksanaan model Problem Solving
menurut acuan TAP pada mahasiswa, menurut Polya dalam bimbingan TAP
ternyata tidak berhasil (84.6%) namun pada mahasiswa S1 PGPAUD, di
hasil pengamatan terhadap Pokjar Ngawi, ternyata berhasil
pelaksanaan dikriteriakan baik, karena (89.5%), dan sebagian besar (70%)
mereka sebagian besar (60%) segera mahasiswa tidak mengalami
mengerjakan tugas yang diberikan. kendala, mereka segera
Ketidak berhasilan tersebut disebabkan mengerjakan tugas yang diberikan,
terlalu banyak tahapannya sehingga dan hanya ada sebagian kecil dari
membingungkan mahasiswa dan mereka merasa kurang adanya
kurang jelas, namun demikian sebagian sosialisasi terlebih dahulu sebelum
besar mahasiswa mendukung acuan pelaksanaan.
TAP tersebut. Tampaknya mahasiswa 2. Kemampuan pemecahan masalah
tidak terlalu mempermasalahkan model menurut acuan TAP pada
yang digunakan, namun yang penting mahasiswa, ternyata tidak berhasil
mereka bisa mengerjakan dengan baik (84.6%) namun hasil pengamatan
dan benar, dan mendapatkan kontribusi terhadap pelaksanaan dikriteriakan
nilai dari kegiatan tutorial. baik, karena mereka sebagian besar
Respon mahasiswa terhadap (60%) segera mengerjakan tugas
pelaksanaan problem solving menurut yang diberikan. Ketidak berhasilan
Polya maupun pemecahan kasus tersebut disebabkan terlalu banyak

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..100
tahapannya sehingga mahasiswa terlatih untuk
membingungkan mahasiswa dalam memecahkan masalah, sebagai
pemecahan masalah, namun bekal menghadapi masalah
demikian sebagian besar dari lapangan yang lebih kompleks.
mereka mendukung acuan TAP 2. Mahasiswa membekali diri banyak
tersebut. membaca referensi yang berkaitan
3. Respon mahasiswa terhadap dengan model-model pemecahan
pelaksanaan problem solving masalah beserta cara
menurut Polya maupun pemecahan menanganinya, sehingga memiliki
kasus menggunakan acuan TAP acuan bila menghadapi kasus di
keduanya sangat baik, hal ini dapat lapangan
dibuktikan bahwa sebagian besar
(75%) mahasiswa setuju dengan Daftar Pustaka
dilaksanakan model problem solving,
dan 80% juga setuju dilaksanakan Arifin, M. (2003). Strategi Belajar
model menurut acuan TAP pada Mengajar Kimia. Jurusan
setiap penyelesaian masalah. Dan Pendidikan Kimia: Universitas
mereka tampaknya tidak terlalu Pendidikan Indonesia.
mempermasalahkan kedua model Arifin, Z. (2011). Evaluasi
yang digunakan, selama mereka Pembelajaran. Bandung :
dapat menyelesaikan masalahnya Rosdakarya
dengan baik dan benar, dan Bilgin, I. (2005). The Effect of Different
mendapatkan kontribusi nilai dari Problem-solving Strategies on
kegiatan bimbingan TAP. University Students’ Problem-
4. Model problem solving Polya, efektif solving Achievements of
keberhasilannya (89.5%) serta Quantitative Problems in Chemistry.
didukung oleh sebagian besar (70%) Turkey: University, Faculty of
mahasiswa dalam pelaksanannya. Education, Department of
Sedangkan pemecahan masalah Elementary Education Gölköy-Bolu.
yang biasa digunakan menurut Dahar, R. (2006).Teori-Teori Belajar
acuan TAP, tingkat keberhasilannya dan Pembelajaran. Jakarta:Erlangga.
(84.6%) menurut acuan belajar Dimyati dan Moedjiono. (2006). Belajar
tuntas dikriteriakan tidak berhasil, dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
meskipun sebagian besar Cipta.
mahasiswa (60%) mendukung Harefa, L.M. (2010). Pengembangan
dilaksanakan pemecahan menurut kegiatan praktikum Berbasis
acuan TAP. Ini berarti bahwa model Masalah untuk Meningkatkan
problem solving Polya lebih efektif, Keterampilan Proses Sains dan
dan berimplikasi terhadap Berpikir kreatif siswa pada Pokok
kemampuan mahasiswa dalam Bahasan Hidrolisis Garam. Tesis
pemecahan masalah yang berkaitan UPI Bandung: Tidak diterbitkan
dengan kasus dalam TAP. Nasution. (2011). Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajar dan Mengajar.
Saran Jakarta: Bumi Aksara.
1. Mengingat pemecahan masalah itu Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. (2007).
merupakan proses berpikir tingkat Educational Assessmentof
tinggi, maka sebaiknya soal-soal Students. 5th edition. Colombus
yang terdapat dalam modul :Pearson Merrill Prentice Hall.
bernuansa kasus sehingga

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..101
Nurlela, Ai. (2008). Pembelajaran Model Tim TAP FKIP, 2009. Panduan Tugas
Pemecahan Masalah Berbasis Akhir Program Sarjana FKIP,
Eksperimen pada Materi Pengaruh Jakarta: Universitas Terbuka
Suhu Terhadap Kelarutan. Skripsi. Toga. (2010). The General Assessment
Bandung: Universitas Pendidikan of Problem Solving Processes and
Indonesia. Tidak diterbitkan. Metacognition in Physics Education:
Pribadi, B.A. (2011).” model Assure Eurasian Journal of Physics and
untuk mendesain pembelajaran Chemistry Education.
sukses” Dian Rakyat, Jakarta. UPJJ-UT Sby. (2009). Pedoman
Rosbiono, M. (2007). Teori Problem pelaksanaan Tutorial UT. Surabaya.
Solving untuk Sains. UPBJJ-UT Surabaya. Tidak di
Jakarta:Direktorat Jenderal publikasikan.
Peningkatan Mutu Pendidik dan Winataputera, US. (1992). Model-Model
Tenaga Kependidikan Depdiknas. Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Wiriaatmadja, R. (2005). Metode
Pembelajaran. Bandung. Alfa Beta. Penelitian Tindakan Kelas.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Bandung: Remaja Rosdakarya.
pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Wiryawan, S.A. dan Noorhadi. (2001).
Kualitataif, dan R&D, Bandung: Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Alfabeta Pusat Penerbitan Universitas
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Terbuka.
Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sosial Volume 15 Nomor 1 Maret 2014 MODEL PROBLEM SOLVING DALAM ..102

You might also like