You are on page 1of 6

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF

PADA LANSIA DI DESA TANJUNGAN


KEC. KEMLAGI KAB. MOJOKERTO

Oleh :
Heri Triwibowo, Kiki Puspitasari

ABSTRACT
Cognitive function generally is affected by several factors, for instance: physical health,
physical activity, mental health, social activity, and social support associated with cognitive
impairment. Sport or physical activity probably an important non-pharmacological can be done
beneficially for cognitive function and reducing the risk of cognitive impairment. This study aims to
prove the relationship between physical activity and cognitive on elderly in Tanjungan village Kec.
Kemlagi of Mojokerto. The research design on this study uses analytical analysis with cross-
sectional approach. The samples being studied were 30 elderly in Tanjungan village Kec. Kemlagi
of Mojokerto. Data were collected using questionnaire, physical activity using GPPAQ and
cognitive function using MMSE. Based on data obtained 11 respondents (36,7%) of elderly were
quite active on physical activity, 9 respondents (30%) of elderly were inactive on physical activity
and 1 respondent (3,3%) of elderly was active on physical activity. The result of Spearmen Rho test
was  = 0,000 with =0,05 in consequence <, itmeans H0 rejected and H1 accepted, therefore
“there is relationship between physical activity and cognitive function on elderly in Tanjungan
Village Kec. Kemlagi of Mojokerto” with coefficient correlation is r = 0,779 which means high and
strong correlation. Elderly have to be more frequently and regularly carry out physical activity
such as walking, jogging, gardening, farming, and taking part on gymnastic elderly diligently.

Keywords: Physical aktivity, cognitive, elderly


Pendahuluan Pada umumnya, fungsi kognitif
Lanjut usia merupakan bagian dari dipengaruhi oleh beberapa factor seperti:
proses tumbuh kembang, Ini merupakan merokok, konsumsi alkohol, depresi,
proses yang terus-menerus (berlanjut) secara kurangnya dukungan social, gangguan fungsi
alamih. Tahap ini dimulai sejak lahir dan fisik, dan kurangnya aktivitas fisik,
umumnya dialami pada semua makhluk berhubungan dengan penurunan fungsi
hidup (Bandiyah, 2009). Proses menua sudah kognitif. Aktifitas fisik merupakan setiap
mulai berlangsung sejak seseorang mencapai gerakan tubuh yang membutuhkan energy
usia dewasa, misalnya dengan terjadinya untuk mengerjakannya, seperti berjalan-jalan,
kehilangan jaringan otot, jaringan syaraf, dan melakukan pekerjaan rumah, berkebun,
jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit menari, mengasuh cucu, bersepeda dan juga
demi sedikit. senam. Diketahui bahwa aktifitas fisik dapat
System susunan syaraf mengalami menghambat atau memperlambat
perubahan anatomi dan atrofi yang progresif kemunduran fungsi alat tubuh yang
pada serabut syaraf lansia. Penuaan disebabkan bertambahnya umur (Azizah,
menyebabkan penurunan persepsi sensori dan 2011).
respon motorik pada susunan syaraf pusat Frekuensi dan latihan fisik yang
dan penurunan respon proprioseptif, hal ini dilakukan pada usia paruh baya atau usia
terjadi karena susunan syaraf pusat pada lanjut dapat menurunkan resiko terjadinya
lansia mengalami perubahan morfologis dan gangguan kognitif. Level aktivitas fisik yang
biokimia, perubahan tersebut mengakibatkan tinggi dan dilakukan secara rutin dan terus
penurunan fungsi kognitif. Perubahan pada menerus mempunyai hubungan dengan
system saraf yang bisa bermanifestasi pada tingginya fungsi kognitif dan penurunan
penurunan fungsi kognitif. Fungsi kognitif fungsi kognitif. Manfaat aktivitas fisik akan
merupakan bagian terbesar dalam otak. tampak nyata dimana akan kelihatan 3 tahun
Penurunan kemampuan-kemampuan kognitif lebih muda dari usianya dan 20% dapat
itu seperti suka lupa, kemunduran orientasi menurunkan resiko gangguan fungsi kognitif.
terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak Olahraga/aktivitas fisik mungkin suatu
mudah menerima hal/ide baru (Maryam, non farmakologis yang penting dapat
2008). dilakukan yang bermanfaat untuk fungsi
Sekitar 10% orang tua yang berusia kognitif dan menurunkan resiko terjadinya
lebih dari 65 tahun dan 50% pada usia yang gangguan kognitif. Dengan melakukan
lebih dari 85 tahun akan mengalami beberapa bentuk aktivitas aerobic selama
gangguan kognitif, dimana akan dijumpai minimal 20 menit, tiga atau empat kali
gangguan yang ringan sampai terjadinya perminngu, dengan periode pemanasan dan
demensia (Yaffe dkk, 2001 dalam Bandiyah, pendinginan, lansia dapat mengharapkan
2009). Hasil studi pendahuluan di Desa kemungkinan yang lebih besar untuk
Tanjungan Kecamatan Kemlagi Kabupaten menjalani tahun-tahun selanjutnya dengan
Mojokerto pada tanggal 24 Januari 2014, kondisi kesehatan yang baik. Hal yang sangat
responden sebanyak 20 orang mengalami mengagumkan adalah sekecil apapun jumlah
penurunan fungsi kognitif (daya ingat), 15 aktivitas fisik yang dilakukan terutama diluar
responden (75%) mengatakan malas rumah, dapat meningkatkan sikap,
mengikuti aktivitas fisik seperti berkebun, mengurangi stress dan kesepian, menjadikan
jalan-jalan di pagi hari, dan senam lansia tidur lebih baik, dan mencegah perasaan
mereka lebih senang berada di rumah, 3 depresi (Stanley, 2006). Tujuan penelitian ini
responden (15%) mengatakan lebih memilih adalah Untuk mengetahui hubungan aktifitas
duduk santai di rumah sambil nonton tv fisik dengan fungsi kognitif pada lansia di
daripada melakukan aktivitas fisik, 2 Desa Tanjungan Kecamatan Kemlagi
responden (10%) mengatakan tidak Kabupaten Mojokerto.
melakukan aktivitas fisik karena badannya
mudah lelah jika melakukan aktivitas fisik, Metode
ketika ditanya “hari ini hari apa” dan tanggal Desain penelitian adalah merupakan
lahir mereka tidak bias mengingat dengan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang
baik bahkan mengingat nama anak-anaknya dibuat oleh peneliti berhubungan dengan
sendiri lupa. bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan
(Nursalam, 2008). Desain penelitian yang Tabel 2 Distribusi frekuensi responden
dipakai dalam penelitian ini adalah Korelasi berdasarkan jenis kelamin pada lansia di
dengan pendekatan secara cross sectional Desa Tanjungan Kec. Kemlagi Kab.
yaitu suatu penelitian untuk mempelajari Mojokerto pada tanggal 10-11 Juni 2014
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko NO Jenis Fre- Presen-
dengan efek, dengan cara pendekatan, kelamin kuensi tase
observasi atau pengumpulan data sekaligus 1 Laki-laki 9 30%
pada suatu saat (point time approach). Setiap 2 perempuan 21 70%
subjek penelitian hanya di observasi sekali Total 30 100%
saja dan pengukuran dilakukan terhadap Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
status karakter atau variable subjek pada saat hampir seluruhnya responden berjenis
pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). Setelah kelamin perempuan yaitu sebanyak 21 orang
dilakukan pemilihan sampel dengan teknik (70,0%).
probability sampling. Sampling yang Tabel 3 Distribusi frekuensi responden
digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan pekerjaan pada lansia di
proportionate Cluster Sampling dan sesuai Desa Tanjungan Kec. Kemlagi Kab.
dengan criteria inklusi dan eksklusi, Mojokerto pada tanggal 10-11 Juni 2014
didapatkan sampel sesuai dengan yang NO Peker- Fre- Presen-tase
direncanakan yaitu sebanyak 30 sampel. jaan kuensi
Teknik pengumpulan data menggunakan 1 IRT 19 63,3%
lembar kuesioner. Penilaian aktivitas fisik 2 Petani 9 30%
menggunakan GPPAQ dengan kriteia 1 : 3 PNS 1 3,3%
tidak aktif, 2 : kurang aktif, 3 : cukup aktif, 4 4 Swasta 1 3,3%
: aktif sedangkan untuk fungsi kognitif
Total 30 100%
menggunakan MMSE dengan kriteria nilai
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
24-30 : normal, 17-23 : probable gangguan
sebagian besar responden yang berprofesi
kognitif, 0-16 : definitif gangguan kognitif.
sebagai ibu rumah tangga sebanyak 19 orang
(63,3%).
Hasil
Tabel 4 Distribusi frekuensi responden
Subjek penelitian ini adalah lansia di
berdasarkan pendidikan pada lansia di
desa Tanjungan kec. Kemlagi kab.
Desa Tanjungan Kec. Kemlagi Kab.
Mojokerto.
Mojokerto pada tanggal 10-11 Juni 2014
Berdasarkan karakteristik subjek
NO Pen- Fre- Presen-tase
penelitian dari data umum yang meliputi
didikan kuensi
umur, jenis kelamin, pekerkaan, pendidikan.
1 Tidak 7 23,3%
sekolah
Tabel 1 Distribusi frekuensi responden
2 SD 18 60%
berdasarkan umur pada lansia di Desa
Tanjungan Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto 3 SMP 3 10%
pada tanggal 10–11 Juni 2014 4 SMA 2 6,7%
NO Umur Frekuensi Presentase Total 30 100%
1 45-59 3 10% Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
tahun sebagian besar responden 18 orang (60,0%)
2 60-74 25 83,3% berpendidikan SD.
tahun Tabel 5 Distribusi berdasarkan aktivitas
3 75-90 2 6,7% fisik lansia di desa Tanjungan Kec.
tahun Kemlagi Kab. Mojokerto pada tanggal 10-
Total 30 100% 11 Juni 2014.
NO Aktivitas Fre- Presen-tase
fisik kuensi
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa 1 Tidak aktif 9 30%
hampir seluruh responden berumur antara 60- 2 Kurang 9 30%
74 tahun yaitu sebanyak 25 responden aktif
(83,3%). 3 Cukup aktif 11 36,7%
4 Aktif 1 3,3%
Total 30 100%
Dari tabel 5 Diketahui bahwa hampir berulang-ulang serta ditujukan untuk
setengah responden menunjukkan aktivitas meningkatkan kebugaran jasmani disebut
fisik lansia di desa Tanjungan Kec. Kemlagi olahraga. Diketahui bahwa aktifitas fisik
Kab. Mojokerto memiliki aktivitas fisik yang dapat menghambat atau memperlambat
cukup aktif sebanyak 11 orang (36,7%). kemunduran fungsi alat tubuh yang
Tabel 6 Distribusi berdasarkan fungsi disebabkan bertambahnya umur (Azizah,
kognitif lansia di desa Tanjungan Kec. 2011). Senam merupakan salah satu aktivitas
Kemlagi Kab. Mojokerto pada tanggal 10- fisik yang bisa dilakukan oleh para lanjut
11 Juni 2014. usia. Kenyataannya ada studi yang
NO Fungsi Frek- Presen- menjelaskan bahwa aktivitas fisik dapat
kognitif uensi tase menurunkan dan mencegah terjadinya
1 Definitif 12 40% gangguan pada fungsi kognitif lanjut usia
gangguan (Rizky, 2011). Frekuensi dan latihan fisik
kognitif yang dilakukan pada usia paruh baya atau
2 Probable 10 33,3% usia lanjut dapat menurunkan resiko
gangguan terjadinya gangguan kognitif. Level aktivitas
kognitif fisik yang tinggi dan dilakukan secara rutin
3 normal 8 26,7% dan terus menerus mempunyai hubungan
Total 30 100% dengan tingginya fungsi kognitif dan
Dari tabel 6 Diketahui bahwa hampir penurunan fungsi kognitif. Manfaat aktivitas
setengah responden menunjukkan fungsi fisik akan tampak nyatadimana akan
kognitif lansia di desa Tanjungan Kec. kelihatan 3 tahun lebih muda dari usianya
Kemlagi Kab. Mojokerto memiliki definitif dan 20% dapat menurunkan resiko gangguan
gangguan kognitif sebanyak 12 orang fungsi kognitif.
(40,0%). Sekitar 10% orang tua yang berusia
lebih dari 65 tahun dan 50% pada usia yang
Tabulasi silang antara hubungan aktivitas lebih dari 85 tahun akan mengalami
fisik dengan fungsi kognitif pada lansia di gangguan kognitif, dimana akan dijumpai
desa Tanjungan Kec. Kemlagi Kab. gangguan yang ringan sampai terjadinya
Mojokerto pada tanggal 10-11 Juni 2014. demensia (Yaffe dkk, 2001 dalam Bandiyah,
Berdasarkan tabulasi silang yang 2009). Berdasarkan data diatas aktivitas fisik
diperoleh data, bahwa hampir setengah lansia cukup aktif tetapi lansia mengalami
responden 11 orang (36,7%) aktivitas gangguan kognitif ini disebabkan karena
fisiknya cukup aktif, 12 orang (40%) hampir seluruhnya responden berjenis
mengalami definitif gangguan kognitif. Dari kelamin perempuan yang pekerjaannya
hasil uji spearmen Rho menggunakan sebagai ibu rumah tangga dan tidak ada
bantuan SPSS (Statistical Package for the aktivitas fisik lain yang membutuhkan tenaga
Social Sciences)for windows versi 15.0, berat untuk dilakukan. Sedangkan lansia
didapatkan hasil  = 0,000 dengan =0,05 yang aktivitas fisiknya aktif maka fungsi
maka < Berarti H0 ditolak dan H1 diterima kognitifnya normal karena dengan
jadi “ ada hubungan antara aktivitas fisik melakukan aktivitas fisik dapat
dengan fungsi kognitif pada lansia di desa meningkatkan aliran darah ke otak dan
Tanjungan Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto”. meningkatkan neurotransmiter otak.
dengan koefisien korelasi r = 0,779 yang Melakukan latihan aerobik selama 3 jam
artinya korelasi yang tinggi, kuat. seminggu akan meningkatkan aliran darah ke
otak dan memicu perubahan zat kimia neuron
PEMBAHASAN untuk menghasilkan sel otak yang baru.
Aktifitas fisik merupakan setiap Bagian dalam otak yang terpengaruhi oleh
gerakan tubuh yang membutuhkan energy latihan aerobik meliputi otak depan (penting
untuk mengerjakannya, seperti berjalan-jalan, bagi pemikiran, alasan dan perhatian), korpus
melakukan pekerjaan rumah, berkebun, kolosum (cairan putih yang menjadi jembatan
menari, mengasuh cucu, bersepeda dan juga antara dua sisi otak), perubahan fisik dalam
senam. Aktifitas fisik yang terencana dan otak (positif dan negatif), dan fungsi otak
terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh atau kemampuan kognitif (Novia, 2010).
Diharapkan lansia ini lebih aktif lagi dalam
melakukan aktivitas fisik agar mereka Daftar Pustaka
terhindar dari penyakit gangguan kognitif Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Lanjut
seperti demensia. Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Maryam, R. Siti dkk. 2008. Mengenal usia
Simpulan lanjut dan perawatannya. Jakarta:
Aktivitas fisik lansia di desa Salemba Medika.
Tanjungan Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
diperoleh data bahwa hampir setengah Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
responden 11 orang (36,7%) yang aktivitas Cipta
fisiknya cukup aktif. Aktivitas fisik lansia Novia, Astri. 2010. Melatih Otak Setajam
cukup aktif karena sebagian besar responden Silet. Yogyakarta : Media Pressindo
pekerjaannya ibu rumah tangga. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Fungsi kognitif lansia di desa Metodologi Penelitian Ilmu
Tanjungan Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis
diperoleh data hampir setengah responden 12 dan Instrumen Penelitian Keperawatan.
orang (40%) mengalami definitif gangguan Jakarta: Salemba Medika
kognitif. Hampir setengah responden Rizky, S. Maulina. 2011. Hubungan Tingkat
mengalami gangguan kognitif karena hampir Pendidikan Dan Aktivitas Fisik
seluruhnya responden berjenis kelamin Dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia
perempuan yang pekerjaannya ibu rumah Di Kelurahan Darat Tahun 2011.
tangga. Tesis. Fakultas Kedokteran. Program
Ada hubungan aktivitas fisik dengan Magister Kedokteran Klinik-Spesialis
fungsi kognitif pada lansia di desa tanjungan Ilmu Penyakit Syaraf. Universitas
Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto berdasarkan Sumatera Utara : Medan. Diakses pada
hasil uji spearmen Rho dengan hasil ( = tanggal 19 Desember 2013
0,000 <= 0,05) menunjukkan bahwa maka Siti Bandiyah. 2009. Lanjut usia dan
< berarti H0 ditolakdan H1 diterima keperawatan gerontik. Yogjakarta:
dengan nilai koefisien korelasi r = 0,779 yang Nuha Medika
artinya korelasi yang tinggi, kuat. Stanley, mickey. 2006. Buku Ajar
Keperwatan Gerontik. Ed.2. Jakarta :
Saran EGC
Diharapkan lansia harus lebih sering
dan teratur melaksanakan senam lansia dan
juga melakukan aktivitas fisik lainnya seperti
berjalan kaki, jogging minimal 20-30 menit
perhari, berkebun, dan bertani. Pertahankan
untuk terus melakukan jalan pagi tanpa harus
diajak anggota keluarga atau kegiatan lain,
seperti mengikuti perkumpulan lansia dan
mengaji dengan seperti itu diharapkan lansia
dapat menjalani hari tua dengan rasa aman,
nyaman, dan menyenangkan.
Petugas Kesehatan dapat membina
kader dan lansia agar mau mengikuti senam
lansia dengan rajin.
Diharapkan keluarga rajin
mengingatkan lansia untuk mengikuti senam
lansia dan mengajak lansia untuk melakukan
aktivitas fisik berjalan kaki di pagi hari.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa
dijadikan pertimbangan untuk dilakukan
penelitian lanjutan dengan mengkaji faktor-
faktor lain yang berhubungan dengan fungsi
kognitif dan faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan aktivitas fisik.

You might also like