You are on page 1of 11

Hubungan antara Intensitas Aktivitas Fisik dan Konstipasi pada Wanita

Menopause di Pos Lansia Kelurahan Sumber

Relationship between Intensity of Physical Activity and Constipation in


Menopausal Women in Post Elderly Sumber Village.

Multi Sari Dewi *), Kusmadewi Eka D *), Sri Mulyani *)


*)Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: msd753.dewi@gmail.com

ABSTRACT
Background. Menopause is the permanent cessation of menstruation. In this
phase women experience problems related to physical disorders, the tendency of
menopausal women is less physical activity that can lead to constipation. Based
on preliminary study conducted on 19 menopausal women by interview method,
there are still 5 people (26,3%) who suffer from constipation which is less in
doing physical activity. This study aims to analyze the relationship between
physical activity and constipation in menopausal women.

Research methods. This research uses Obsevasional Analytic research design


with Case Control approach. The sampling technique used was Simple Random
Sampling with 36 sample of case group and 36 control group. Data analysis used
is lambda test.

Research result. The lambda test results between physical activity and
constipation showed a result of ρ 0,000 which means ρ <0,05 and r = 0,500.

Conclusion. There is a relationship between the intensity of physical activity and


constipation in postmenopausal women with moderate correlation and positive
direction. If there is an increase in physical activity it also increases the possibility
to be free from constipation and vice versa.

Keywords: Menopause, Elderly, Physical Activity, Constipation.

1
Hubungan antara Intensitas Aktivitas Fisik dan Konstipasi pada Wanita
Menopause di Pos Lansia Kelurahan Sumber

Relationship between Intensity of Physical Activity and Constipation in


Menopausal Women in Post Elderly Sumber Village.

Multi Sari Dewi *), Kusmadewi Eka D *), Sri Mulyani *)


*)Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: msd753.dewi@gmail.com
ABSTRAK

Latar Belakang. Menopause merupakan fase berhentinya menstruasi secara


permanen. Pada fase ini perempuan mengalami masalah-masalah yang berkaitan
dengan gangguan fisik, kecenderungan dari wanita menopause yaitu kurang
beraktivitas fisik sehingga dapat memicu timbulnya konstipasi. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan kepada 19 wanita menopause dengan metode
wawancara, masih terdapat 5 orang (26,3%) yang mengalami konstipasi yang
dikarenakan kurang dalam melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dan konstipasi pada wanita
menopause.

Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Obsevasional


Analitik dengan pendekatan Case Control. Teknik sampling yang digunakan
adalah Simple Random Sampling dengan sampel 36 orang kelompok kasus dan 36
kelompok kontrol. Analisis data yang digunakan adalah uji lambda.

Hasil Penelitian. Hasil uji lambda antara aktivitas fisik dan konstipasi
menunjukkan hasil ρ 0,000 yang berarti ρ < 0,05 dan r= 0,500.

Kesimpulan. Terdapat hubungan antara intensitas aktivitas fisik dan konstipasi


pada wanita menopause dengan kekuatan korelasi sedang dan arah positif.
Apabila terdapat peningkatan aktivitas fisik maka meningkat juga kemungkinan
untuk terbebas dari konstipasi dan sebaliknya.

Kata Kunci: Menopause, Lansia, Aktivitas Fisik, Konstipasi.


2
PENDAHULUAN
ringan (56,7%) dan mengalami
Aktivitas fisik adalah setiap konstipasi sebanyak 61,7%.
gerakan tubuh yang meningkatkan Konstipasi didefinisikan
pengeluaran tenaga/energi dan bentuk "sulit buang air besar", seperti
pembakaran energi (Kemenkes RI, mengedan, tinja keras, perasaan
2011). Secara garis besar, evakuasi yang tidak lengkap, dan
berdasarkan intensitasnya aktivitas dorongan produktif. Dibandingkan
fisik dibagi 3 golongan yaitu rendah, dengan orang yang lebih muda,
sedang dan tinggi (WHO, 2010). Di frekuensi lansia lebih sering
Indonesia proporsi aktivitas fisik mengalami konstipasi. Konstipasi
masih tergolong kurang aktif secara pada lansia disebabkan oleh beberapa
umum, yaitu 26,1% (Riskesdas, faktor yaitu seperti efek pengobatan,
2013). penyakit metabolik dan endokrin,
Perilaku sedentari (kurang gangguan neurologis, gangguan
aktivitas fisik) mengakibatkan miopati, depresi, kecacatan, dan
penurunan fungsi organ tubuh, salah kurang aktivitas fisik (Rao dan Go,
satunya mengakibatkan terjadinya 2010). Selain itu penurunan hormon
penurunan gerak peristaltik dan dapat esterogen pada wanita menopause
menyebabkan melambatnya feses menyebabkan penurunan gerak
menuju rektum dalam waktu lama dan peristaltik usus, dan menyebabkan
terjadi reabsorpsi cairan feses reabsorbsi menjadi lebih lama
sehingga feses mengeras. Aktivitas sehingga menyebabkan konstipasi
fisik juga membantu seseorang untuk (Marmi, 2015). Karena faktor
mempertahankan tonus otot. Tonus hormonal, sembelit juga lebih sering
otot yang baik dari otot-otot pada perempuan dewasa
abdominal, otot pelvis dan diafragma dibandingkan laki-laki dewasa
sangat penting bagi defekasi (Asmadi, (Asmadi, 2008).
2008). Menurut Maghfiroh (2014) Hal inilah yang mendorong
pada penelitiannya di Kabupaten penulis untuk melakukan penelitian
Situbondo, rata-rata wanita mengenai hubungan intensitas
menopause mempunyai aktivitas fisik aktivitas fisik terhadap konstipasi

3
pada wanita menopause di Pos Lansia responden yang mempunyai tingkat
Kelurahan Sumber. pendidikan terakhir SD yaitu
METODE sebanyak 3%.
Penelitian ini dilaksanakan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jumlah
menggunakan metode observasi Responden Berdasarkan Umur
analitik dengan desain penelitian case Kasus Kontrol
control. Lokasi penelitian di 17 (n=36) (n=36)
Mean 57,33 57,33
Penelitian ini dilakukan di Pos Lansia Standar
Deviasi 5,687 5,687
Kelurahan Sumber pada bulan April Median 59 59
2017. 60 60
Modus
64 64
Teknik sampling menggunakan Minimal 43 43
Maksimal 65 65
simple random sampling. Sampel
Uji Lavene
terdiri 36 responden kelompok kasus Statistic (p- 1,000
value)
dan 36 responden kelompok kontrol. Dari hasil pengisian kuesioner
Instrumen penelitian menggunakan identitas yang dilakukan 72
kuesioner. Analisis data responden, diperoleh rata-rata
menggunakan uji lambda dengan responden berusia 57,33 tahun, usia
bantuan program SPSS 22.0. terendah responden yaitu 43 tahun
HASIL PENELITIAN dan tertinggi 65 tahun.
A. Analisis Univariat Tabel 3 Distribusi frekuensi
1. Karakteristik Responden karakteristik responden berdasarkan
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pekerjaan
Jumlah Responden Berdasarkan Total
Konstipasi
Pendidikan
Pendidikan Kasus Kontrol
Total IRT 30 16 36
Pendidi Konstipasi
Swasta 1 7 8
kan Kasus Kontrol Wiraswasta 4 8 12
SD 1 0 1 PNS 1 5 6
SMP 7 2 9
SMA 25 27 52 Tabel 3 menunjukkan bahwa
PT 3 7 10
responden terbanyak bekerja sebagai
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada ibu rumah tangga yaitu sebanyak 30
kelompok kasus masih terdapat responden (83%) pada kelompok

4
kasus dan sebanyak 16 responden hipotesis nol (Ho) ditolak dan
(44%) pada kelompok kontrol. hipotesis alternative (Ha) diterima
2. Aktivitas Fisik yang berarti bahwa “ada hubungan
Tabel 4 Distribusi frekuensi efikasi antara intensitas aktivitas fisik dan
diri
konstipasi pada wanita menopause di
Aktivitas Fisik Frekuensi
Ringan 22 Pos Lansia Kelurahan Sumber. Nilai
Sedang 28 r=0,500 menunjukkan bahwa
Tinggi 22
Tabel 4 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan intensitas
sebagian besar responden memiliki aktivitas fisik dengan konstipasi
aktivitas fisik dengan intensitas dalam kategori sedang dan dengan
sedang yaitu sebanyak 38,9%. arah positif.
B. Analisis Bivariat PEMBAHASAN
Tabel 5 Distribusi Frekuensi A. Analisis Univariat
berdasarkan Aktivitas Fisik dan 1. Pendidikan
Kontipasi
Tabel 1 menunjukkan bahwa
Aktivitas Konstipasi Total
pada kelompok kasus masih
Fisik
Kasus Kontrol
terdapat responden yang
Ringan 19 3 22
Sedang 15 13 28 mempunyai tingkat pendidikan
Tinggi 2 20 22
terakhir SD yaitu sebanyak 3%.
Wanita menopause yang Pendidikan dan pengetahuan yang
memiliki aktivitas fisik ringan rendah akan membentuk gaya
mempunyai resiko yang lebih besar hidup yang menyimpang dari
mengalami konstipasi dibandingkan kesehatan (Hidayah A, 2011).
dengan wanita menopause yang Menurut Oktaviana dan Setiarini
memiliki aktivitas fisik tinggi dan (2013), konstipasi fungsional
sedang. lebih banyak dialami oleh
Uji statistik yang digunakan responden dengan pengetahuan
adalah uji lambda sehingga gizi rendah dibandingkan dengan
didapatkan hasil korelasi kedua responden yang memiliki
variabel tersebut sebesar p=0,000 pengetahuan gizi tinggi.
(p<0,05), sehingga dapat disimpulkan

5
2. Umur 44%, di mana aktivitas harian
Penelitian ini memperoleh sebagian besar dihabiskan di
hasil data bahwa usia terendah rumah. Pada ibu rumah tangga,
responden 43 tahun dan usia kurangnya aktivitas fisik sangat
tertinggi responden yaitu 65 berpengaruh terhadap
tahun. Sedangkan menurut Irianto kesehatannya. Menurut Aribowo
(2014), rentang usia wanita dan Murtiningsih (2012),
menopause yaitu 40-65 tahun. kurangnya olahraga dapat
Pada masa ini terjadi penurunan menyebabkan konstipasi. Dengan
fungsi ovarium yang beraktivitas dan berolahraga
menyebabkan henti haid atau secara teratur maka pencernaan
dikenal sebagai menopause. Pada akan lebih lancar dan
masa menopause terjadi memudahkan kita untuk Buang
perubahan hormon yaitu Air Besar (BAB).
penurunan produksi estrogen yang 4. Aktivitas Fisik
dihasilkan oleh ovarium Rata-rata dari 72 responden
(Mulyani, 2013). Penurunan mempunyai intensitas aktivitas
hormon ini menyebabkan kerja fisik sedang, yaitu 38,9%.
usus menjadi lambat dan Seseorang dalam melaksanakan
mereabsorpsi sari makanan makin aktivitas fisik dalam kehidupan
berkurang. Kerja usus halus yang sehari-hari cenderung mempunyai
semakin berkurang maka akan keinginan didukung dan dibantu
menimbukan konstipasi (Marmi, oleh lingkungan seperti :
2015). keluarga, teman, perawat,
3. Pekerjaan penyelenggara kesehatan dan
Responden terbanyak anggota tim kesehatan lainnya.
mempunyai profesi pekerjaan Dukungan komunitas sangat
sebagai ibu rumah tangga (IRT) penting dalam meningkatkan
sebanyak 83% pada kelompok partisipasi aktivitas fisik seperti
kasus lebih banyak dibandingkan penyedia jalur untuk berjalan dan
dengan kelompok kontrol yaitu fasilitas lari di taman serta kelas

6
kebugaran fisik (BHFNC,2012). feses menuju rektum dalam waktu
Hal ini didukung oleh adanya lama dan terjadi reabsorpsi cairan
kegiatan aktivitas fisik setiap feses sehingga feses mengeras.
minggunya yang diselenggarakan
Namun pada tabel 5 juga terlihat
setiap RW di Kelurahan Sumber.
data bahwa pada kelompok responden
B. Analisis Bivariat
yang mengalami konstipasi (kasus)
Hasil penelitian pada table 5,
terdapat responden yang mempunyai
diketahui bahwa responden yang
aktivitas fisik sedang (41,7%) dan
mengalami konstipasi (kasus)
tinggi (5,6%). Berdasarkan hasil
sebagian besar melakukan aktivitas
wawancara yang dilakukan peneliti
fisik dengan intensitas ringan, yaitu
didapatkan bahwa sebagian besar
sebanyak 19 responden (52,8%).
responden mengalami kekurangan
Berdasarkan hasil penelitian
cairan, kekurangan serat pada
didapatkan banyak responden yang
makanan, dan perubahan gaya hidup.
mengalami konstipasi yang mana
Menurut Aribowo dan Murtiningsih
disebabkan karena penurunan fisik,
(2012), jika konsumsi sayur dan buah
seharian menonton televisi dan hanya
(serat) sangat kurang maka yang
tidur atau santai di rumah. Dari
terjadi adalah konstipasi/sembelit.
penelitian juga didapatkan data bahwa
sebagian besar responden kasus Hasil penelitian pada tabel 5,
adalah seorang ibu rumah tangga diketahui bahwa responden yang
(IRT), dimana IRT ini mempunyai tidak mengalami konstipasi (kontrol)
lebih banyak waktu senggang sebagian besar melakukan aktivitas
dibandingkan dengan pekerjaan lain. fisik dengan intensitas tinggi, yaitu
Menurut Asmadi (2008), perilaku sebanyak 20 responden (55,6%).
sedentary (kurang aktivitas fisik) Responden kontrol sebagian besar
mengakibatkan penurunan fungsi mempunyai profesi pekerjaan seperti
organ tubuh, salah satunya penurunan wiraswasta, swasta dan PNS.
massa otot yang mengakibatkan Sehingga mereka memiliki kegiatan
terjadinya penurunan gerak peristaltik aktif dan hanya mempunyai lebih
dan dapat menyebabkan melambatnya sedikit waktu senggang dibandingkan

7
dengan IRT. Sebagian dari mereka signifikansi p= 0,000 (p<0,05) dan
juga memanfaatkan waktu r=0,500 yang menunjukkan adanya
sengganggnya untuk berolahraga. hubungan yang sedang dan bersifat
Menurut Uliyah dan Hidayat (2015), positif di antara kedua variabel
aktivitas fisik dapat mempengaruhi tersebut sehingga apabila terdapat
proses defekasi karena melalui peningkatan aktivitas fisik maka
aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, meningkat juga kemungkinan untuk
dan diafragma dapat membantu terbebas dari konstipasi dan
kelancaran proses defekasi. Dengan sebaliknya.
berolahraga secara teratur maka
Hasil penelitian ini sejalan dengan
pencernaan akan lebih lancar dan
penelitian yang dilakukan oleh Chu,
memudahkan kita untuk BAB
et al. (2014) yang melakukan
(Aribowo dan Murtiningsih, 2012).
penelitian tentang faktor-faktor
Penelitian pada responden yang penyebab konstipasi pada Lansia di
tidak mengalami konstipasi (kontrol) China. Penelitian tersebut
juga terdapat responden yang menjelaskan bahwa ada beberapa
mempunyai intensitas aktivitas fisik faktor penyebab konstipasi, salah
ringan (8,3%) dan sedang (36,1%). satunya adalah aktivitas fisik yang
Hal ini dikarenakan responden rendah.
mengkonsumsi serat dan cairan secara
Penelitian lain juga dilakukan
cukup. Menurut Fitriani Imel (2011),
oleh Sari (2016) yang berjudul
intake cairan mempengaruhi kejadian
hubungan aktivitas fisik dengan
konstipasi (sembelit) pada perempuan
kejadian konstipasi pada lansia di
dengan usia lanjut.
Kota Madiun. Dengan hasil penelitian
Berdasarkan hasil analisis Uji terdapat hubungan yang kuat dan
Lambda diperoleh nilai p value = bersifat positif antara aktivitas fisik
0,000 dan kekuatan korelasi r = dan konstipasi pada lansia (p=0,000,
0,500. Hal ini membuktikan bahwa r=0,557).
terdapat hubungan yang bermakna
antara kedua variabel karena tingkat

8
SIMPULAN DAN SARAN dianjurkan untuk mengikuti
kegiatan aktivitas fisik seperti
A. Kesimpulan
jalan santai dan senam lansia
1. Rata-rata usia wanita menopause
yang telah diselenggarakan
di pos lansia kelurahan sumber
secara rutin oleh pihak
yaitu 57,3 tahun.
puskesmas ataupun kelurahan.
2. Sebagian besar responden
2. Tenaga kesehatan
memiliki intesitas aktivitas fisik
Tenaga kesehatan hendaknya
sedang yaitu sebanyak 28
berpartisipasi aktif dalam
responden atau 38,9%.
penyelenggaraan upaya
3. Terdapat hubungan yang
pelayanan kepada wanita usia
bermakna antara intensitas
lanjut melalui posyandu lansia.
aktivitas fisik dan konstipasi pada
Peningkatan promosi kesehatan
wanita meopause di pos lansia
dalam hal anjuran beraktivitas
kelurahan sumber. Hal tersebut
fisik juga diperlukan pada wanita
dibuktikan dari hasil perhitungan
menopause, untuk mengurangi
uji lambda yaitu dengan
resiko dari perilaku sendentari.
signifikan p = 0,000 (p<0,05) dan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
r= 0,500 yang menggambarkan
Diharapkan bagi peneliti
kekuatan korelasi sedang.
selanjutnya yang ingin
B. Saran.
melakukan penelitian sejenis
1. Bagi Responden
dapat mengendalikan variabel-
Para lansia khususnya pada
varibel luar agar terhindar dari
wanita menopause dianjurkan
bias seperti penurunan hormon
untuk melakukan aktifitas fisik
estrogen, kurangnya asupan
secara rutin setiap hari, karena
cairan, dan kurangnya asupan
dengan berolahraga akan
serat yang merupakan kebiasaan
membantu merangsang aktivitas
responden yang dapat
usus sehingga akan
menyebabkan konstipasi.
memperlancar proses BAB.
Selain itu responden juga
55

9
DAFTAR PUSTAKA University of Technology.
Thesis
Akmal M, Indahaan Z, Widhawati,
Sari S (2010). Ensiklopedi
Hidayah, Ainun (2011). Kesalahan-
kesehatan untuk umum.
kesalahan pola makan pemicu
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media,
seabrek penyakit mematikan.
pp : 211-216.
Jogjakarta : Buku Biru.
Aribowo T, Murtiningsih A (2012).
Irianto K (2014). Panduan lengkap
Rahasia sehat setiap hari.
biologi reproduksi manusia
Jakarta : Dunia Sehat, pp : 90-
untuk paramedis dan
91.
nonmedis. Bandung: Alfabeta,
pp : 141-144
British Heart Foundation National
Centre (2012).Factor
Kementerian Kesehatan Republik
influincing physical activity in
Indonesia (2011). Strategi
older adults.
nasional penerapan pola
www.bhfactive.org.uk –
konsumsi makanan dan
Diakses Januari 2017.
aktifitas fisik untuk mencegah
penyakit tidak menular.
Chu, H., Zhong, L., Li, H., Zhang.,
Jakarta : Kemenkes RI, p: xii.
X., Zhang, J., Hou, X. (2014).
Edpidemiology Characteristics
Kementerian Kesehatan Republik
of Constipation for General
Indonesia (2013). Riset
Population, Pediatric
kesehatan dasar tahun 2013.
Population and Elderly
Jakarta : Kemenkes RI, pp :
Population in China. Journal
139-141.
of Gastroenterology Research
and Practice, 1–11. Diakses
Kuswardinah, A. (2007). Ilmu
dari
Kesejahteraan Keluarga.
http://www.hindawi.com/journ
Semarang: UNNES Press.
als/grp/2014/532734/abs/
Maas ML et al (2011). Asuhan
Fitriani, Imel (2011). Hubungan
keperawatan geriatrik :
Asupan Serat dan Cairan
Diagnosa nanda, kriteria hasil
dengan Kejadian Konstipasi
noc & intervensi nic. Jakarta;
pada Lanjut Usia di Panti
EGC, pp: 295-299.
Sosial Sabai Nan Aluih
Sicincin Tahun 2010. Padang :
Manuaba IA, Manuaba IB, Manuaba
Universitas Andalas.
IB (2009). Memahami
kesehatan reproduksi wanita.
Hastuti J (2013). Anthropometry and
Edisi ke 2. Jakarta : EGC, p :
body compositionof indonesia
217.
adults : An evaluation of body
image, eating behaviours, and
Marmi, Suryaningsih ARM,
physical activity. Queensland
Fatmawati E (2015). Asuhan

10
kebidanan patologi. Sholikhah, S (2013). Pengaruh diet
Yogyakarta: Pustaka Belajar, tinggi serat terhadap
pp : 251-253. konstipasi pada lansia di
dukuh patihan desa
Mccrea GL, Miaskowski C, Stotts trucukkecamatan trucuk
NA, Macera L, Hart SA, kabupaten bojonegoro.Surya,
Varma MG. Review article : XVII, 1: 107-110.
Self report measures to
evaluate constipation. Aliment Uliyah M, Hidayat AAA (2015).
Pharmacology and Keterampilan dasar praktik
Therapeutics, 27 : 638-648. klinik untuk kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika, pp :
Mulyani S (2013). Menopause akhir 77-80.
siklus menstruasi pada wanita
di usia pertengahan. Varney H, Kriebs JM, Gegor CL
Yogyakarta: Nuha Medika, p : (2007).Buku ajar
64. asuhankebidanan.EdisiKe 4.
Jakarta: EGC, p: 301
Oktaviana ES dan Setiarini A (2013).
Hubungan asupan serat dan WHO (2014). Physical activity.
faktor-faktor lain dengan World Health Organization.
konstipasi fungsional pada http://www.who.int/entity/med
mahasiswi reguler gizi iacentre/factsheets/fs385/en/in
fakultas kesehatan masyarakat dex.html – Diakses
universitas indonesia. Depok : Januari2017.
Universitas Indonesia.
Wirakusuma, ES (2007). 202 Jus
Rao SS, Go JT (2010). Update on the Buah dan Sayuran. Jakarta:
management of constipation in Niaga Swadaya
the elderly: New treatment
options. Clinical Interventions
in Aging, 5 : 163-164.

Saiffudin, AB (2009). Panduan


praktis pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal.
Jakarta : EGC.

Sari ADK, Wirjatmadi B (2016).


Hubungan aktivitas fisik dan
kejadian konstipasi pada
lansia di kota madiun. Media
Gizi Insonesia, II, 1: 40-47.

11

You might also like