Professional Documents
Culture Documents
53 68 1 PB PDF
53 68 1 PB PDF
2, Juli - Desember
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) (Semester II) 2016,
Halaman 331-344
ABSTRAKSI
Pelaksanaan otonomi daerah bertujuan untuk
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki
daerah agar kesejahteraan masyarakat dan
331
Adrianus Kabubu Hudang : Perencanaan Pengembangan Subsektor Peternakan Dalam .....
332
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT Volume 16, No. 2, Juli - Desember
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) (Semester II) 2016,
Halaman 331-344
berdampak pada penciptaan lapangan kerja ternak khususnya ternak besar yaitu sapi,
dan peningkatan pendapatan masyarakat, yang kuda, kerbau dan kambing/domba. Peranan
akhirnya akan mengurangi jumlah penduduk ternak di Sumba Timur tidak hanya memiliki
miskin terutama di daerah pedesaan. nilai ekonomis tetapi juga nilai budaya yang
Salah satu daerah yang memiliki potensi tinggi khususnya dalam urusan pernikahan
besar di sektor pertanian adalah kabupaten sebagai mas kawin, dan kematian. Hal ini
Sumba Timur, provinsi Nusa Tenggara Timur. yang menyebabkan hampir semua masyarakat
Kabupaten Sumba Timur memiliki potensi memiliki ternak tersebut. Dilihat dari jumlah
besar dalam sektor pertanian, khususnya ternak yang dipelihara tahun 2014, kabupaten
subsektor peternakan. Kabupaten Sumba Sumba Timur merupakan kabupaten yang
Timur memiliki potensi pengembangan ternak menghasilkan ternak terbanyak kelima di
terutama ternak besar (Ruminansia) seperti provinsi NTT. Tabel 1 diatas adalah kondisi
sapi, kerbau, kuda, kambing atau domba. populasi ternak di Nusa Tenggara Timur
Kabupaten Sumba Timur memiliki potensi menurut Kabupaten/Kota.
Tabel 1.
Jumlah Populasi Ternak dan Jenis Ternak Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2014 (ribu ekor)
No Kabupaten/Kota Sapi Kerbau Kuda Kambing/Domba
1 Sumba Barat 1.494 9.981 5.055 3.967
2 Sumba Timur 60.966 34.422 32.889 50.712
3 Kupang 149.244 877 9.562 39.789
4 Timor Tengah Utara 180.956 327 5.766 43.463
5 Timor Tengah Selatan 114.945 359 2.769 22.033
6 Belu 54.350 929 3.228 11.384
7 Lembata 4.974 69 177 34.924
8 Alor 4.894 - 1.883 38.987
9 Flores Timur 1.881 5 2.894 75.502
10 Sikka 15.334 1.354 3.661 46.699
11 Ende 31.629 1.867 2.942 28.573
12 Ngada 29.315 7.198 6.177 14.555
13 Manggarai 22.699 5.268 1.265 22.826
14 Rote Ndao 53.464 10.527 5.176 84.182
15 Manggarai Barat 9.598 19.687 1.361 12.835
16 Sumba Tengah 7.475 6.620 8.848 5.091
17 Sumba Barat Daya 2.615 12.300 6.220 4.300
18 Nagekeo 31.253 5.922 3.839 44.585
19 ManggaraiTimur 12.608 9.158 5.910 20.522
20 SabuRaijua 3.503 7.061 1.930 59.908
21 Malaka 67.055 474 1.338 6.675
22 Kota Kupang 5.479 52 58 5.500
Jumlah 865.731 134.457 112.948 677.012
Sumber: BPS NTT, 2015
333
Adrianus Kabubu Hudang : Perencanaan Pengembangan Subsektor Peternakan Dalam .....
Walaupun Kabupaten Sumba Timur ini adalah untuk (1) menganalisis potensi
memiliki jumlah populasi ternak terbesar dan peran subsektor peternakan terhadap
kelima provinsi NTT, namun ketersediaannya pembangunan ekonomi di Kabupaten Sumba
belum mampu memenuhi kebutuhan baik lokal Timur, serta (2) merumuskan alternatif
maupun nasional. Secara lokal, ketersediaan strategi pengembangan subsektor peternakan
yang terbatas ini ditunjukkan oleh harga dalam rangka meningkatkan perekonomian di
jual yang sangat tinggi, khususnya pada Kabupaten Sumba Timur.
ternak besar seperti sapi, kuda dan kerbau.
Kendala dalam pengembangan subsektor TINJAUAN PUSTAKA
peternakan ditinjau dari sisi produksi adalah Perencanaan dan Pengembangan
sistem peternakan yang masih tradisional Perencanaan pembangunan mencakup
dengan pola penggembalaan, jumlah dan siapa dan bagaimana cara melakukan untuk
kualitas makanan terbatas, infrastruktur kondisi dan kemampuan yang dimiliki daerah
yang mendukung pengembangan ternak serta untuk terciptanya pembangunan yang
terbatas, masih maraknya perdagangan ternak efektif dan efisien. Definisi perencanaan
hidup tanpa kendali sehingga berpeluang pembangunan adalah usaha pemerintah untuk
menyebarkan penyakit dan tidak terjaminnya mengordinasikan semua keputusan ekonomi
kualitas dan keamanan produk. Sedangkan dalam jangka panjang untuk mempengaruhi
dari sisi konsumsi, terjadi kesenjangan antara secara langsung dan untuk mengendalikan
penawaran dan permintaan terutama pada variabel ekonomi (pendapatan, ekonomi dan
pelaksanaan hari raya, khususnya daging sapi lain-lain) suatu negara atau daerah dalam
sehingga harus dipenuhi dari impor. rangka mencapai tujuan pembangunan.
Pembangunan subsektor peternakan Jadi perencanaan pembangunan ekonomi
di kabupaten Sumba Timur memiliki daerah bisa dianggap sebagai perencanaan
peran potensial sebagai penyedia protein untuk memperbaiki penggunaan sumber-
hewani, penyedia bahan baku bagi industri, sumberdaya publik yang tersedia di daerah
penyerapan tenaga kerja dan investasi, tersebut dan untuk memperbaiki ekonomi di
sehingga akan meningkatkan kondisi daerah (Yulia, 2015).
kehidupan masyarakat menjadi lebih sejahtera Saefulhakim (2003) mengartikan
melalui peningkatan output dan pendapatan pembangunan sebagai suatu proses perubahan
dengan memanfaatkan beberapa hasil dari yang terencana (terorganisasikan) ke arah
produk-produk peternakan seperti listrik, tersedianya alternatif-alternatif atau pilihan-
pupuk, produk-produk hewani (daging, pilihan yang lebih banyak bagi pemenuhan
telur, susu). Oleh sebab itu untuk mengatasi tuntutan hidup yang paling manusiawi sesuai
permasalahan dalam subsektor peternakan dengan tata nilai yang berkembang di dalam
ini diperlukan perencanaan pengembangan masyarakat. Sedangkan, pengembangan
subsektor peternakan, yang diharapkan dapat mengandung konotasi pemberdayaan,
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan kedaerahan, kewilayahan dan atau proses
masyarakat sehingga memberikan kontribusi meningkatkan. Pengembangan berarti
yang besar bagi pembangunan ekonomi dan melakukan sesuatu yang tidak dari nol atau
sekaligus juga mempercepat pertumbuhan tidak membuat sesuatu yang sebelumnya
ekonomi. Pembangunan di sektor peternakan tidak ada, melainkan melakukan sesuatu
ini diharapkan juga mampu menarik dan yang sebenarnya sudah ada tapi kualitas
mendorong perkembangan sektor-sektor lain dan kuantitasnya ditingkatkan. Jadi dalam
di kabupaten Sumba Timur. Tujuan penelitian hal pengembangan ekonomi masyarakat
334
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT Volume 16, No. 2, Juli - Desember
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) (Semester II) 2016,
Halaman 331-344
tersirat pengertian bahwa masyarakat di suatu adalah untuk memenuhi kebutuhan protein
wilayah telah memiliki kapasitas tetapi perlu asal ternak, memperluas kegiatan industri
ditingkatkan lagi. Meskipun demikian secara dan perdagangan, memanfaatkan tenaga kerja
hakiki pengertian pengembangan dengan anggota keluarga dan mempertinggi daya
pembangunan umumnya sama dan dapat guna tanah.
dipertukarkan (Rustiadi et al., 2009). Bahar (2006) mengemukakan bahwa
peningkatan jumlah penduduk yang ditunjang
Keterkaitan Subsektor Peternakan dengan meningkatnya pendapatan perkapita
Suatu usaha peternakan merupakan merupakan peluang dalam usaha peternakan,
kegiatan yang bersifat generatif dimana karena akan semakin meningkatkan jumlah
manusia meningkatkan faktor-faktor produksi kebutuhan konsumsi terhadap hasil-hasil
melalui proses produksi ternak. Dalam proses peternakan. Sementara itu tujuan penataan
ini diharapkan suatu kegunaan yang optimal kawasan dalam sub sektor peternakan akan
dalam bentuk daging, telur, susu, tenaga mengakibatkan peningkatan pendapatan
kerja dan pupuk (Tohir 1983). Menurut perkapita melalui peningkatan daya beli
Supardi (2003) pembangunan pertanian masyarakat, karena produk peternakan
berbasis sektor peternakan bertujuan untuk memiliki nilai income elasticity of demand
meningkatkan pendapatan petani peternak, (perubahan tingkat konsumsi akibat dari
pemerataan kesempatan kerja, perekonomian perubahan pendapatan). Selanjutnya akan
dan pemenuhan kebutuhan protein hewani menyebabkan perkembangan sektor lain
dalam rangka pembangunan nasional sebagai seperti industri dan jasa (catering, pariwisata,
program strategis yang perlu dikembangkan hotel dan restoran) serta turut memacu
dalam bidang agribisnis melalui pola sistem permintaan akan produk peternakan (create
pertanian terpadu (integrated farming demand) berupa pasar hasil olahan dari
system). Selain itu, tujuan usaha peternakan daging, telur dan susu.
METODE PENELITIAN
Kerangka Berpikir
Potensi Subsektor Peternakan di Permasalahan Pengembangan
Kabupaten Sumba Timur: Subsektor di Kabupaten
- Populasi ternak (ruminansia) yang Sumba Timur:
cukup besar (nilai ekonomi dan - Sisi produksi
budaya) - Sisi konsumsi
- Fisik lahan (padang sabana)
Perencanaan Pengembangan
Subsektor Peternakan
335
Adrianus Kabubu Hudang : Perencanaan Pengembangan Subsektor Peternakan Dalam .....
336
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT Volume 16, No. 2, Juli - Desember
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) (Semester II) 2016,
Halaman 331-344
Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah suatu wilayah tidak memiliki daya saing
sebagai berikut: dibandingkan dengan sektor/subsektor
• Pertumbuhan Regional (PRij) yang yang sama pada wilayah diatasnya.
bernilai positif mengandung makna bahwa
wilayah tersebut tumbuh lebih cepat Analisis SWOT
dibandingkan pertumbuhan di provinsi Dalam rangka menyusun perencananaan
NTT rata-rata. Sedangkan, yang bertanda sektor/subsektor digunakan analisis SWOT
negatif memberi suatu indikasi bahwa dengan memetakan kekuatan (strength),
pertumbuhan regional suatu wilayah kelemahan (weakness), peluang (opportunity)
lebih lambat dibandingkan pertumbuhan dan ancaman/tantangan (threat). Berdasarkan
provinsi NTT rata-rata. identifikasi SWOT di atas, maka disusun
• Pergeseran Proporsional (PP) yang strategi pengembangan subsektor peternakan
bernilai positif memberi suatu indikasi dalam upaya meningkatkan perekonomian di
bahwa sektor/subsektor ke-i (regional) kabupaten Sumba Timur.
merupakan sektor/subsektor yang maju,
sektor/subsektor tersebut tumbuh lebih HASIL DAN PEMBAHASAN
cepat daripada pertumbuhan ekonomi Perekonomian di Kabupaten Sumba
secara keseluruhan. PP bernilai negatif Timur
mengindikasikan bahwa sektor/subsektor Kinerja perekonomian di kabupaten
tersebut merupakan sektor/subsektor Sumba Timur diukur dari nilai PDRB-nya.
terbelakang dan lamban dibandingkan Tabel 2 di bawah ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan nasional rata-rata. kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB
• Pergeseran Diferensial (PD) yang bernilai Kabupaten Sumba Timur adalah yang
positif menunjukkan daya saing yang paling besar, dengan nilai rata-rata 34,79%.
dimiliki suatu sektor/subsektor ke-i suatu Selanjutnya, sektor jasa-jasa memberi
wilayah dibandingkan dengan sektor/ kontribusi sebesar 26,29 persen dan sektor
subsektor yang sama pada wilayah perdagangan, restoran dan hotel sebesar 18,11
pembanding (wilayah satu atau dua persen. Selanjutnya apabila dilihat dari
tingkat di atas, bisa menggunakan cakupan subsektor pertanian maka kontribusi tanaman
nasional). PD yang bernilai negatif bahan makanan sebesar 16,55 persen dan
menunjukkan bahwa sektor/subsektor ke-i peternakan sebesar 14,28 persen. Tabel 2 di
337
Adrianus Kabubu Hudang : Perencanaan Pengembangan Subsektor Peternakan Dalam .....
bawah ini menjelaskan distrubusi PDRB kabupaten Sumba Timur menurut lapangan usaha.
Tabel 2.
Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
di Kabupaten Sumba Timur Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2010-2013 (%)
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 Rata-rata
1. Pertanian 35,28 34,98 34,62 34,27 34,79
a. Tanaman Bahan Makanan 16,50 16,52 16,56 16,61 16,55
b. Tanaman Perkebunan 1,44 1,44 1,44 1,45 1,44
c. Peternakan 14,75 14,47 14,13 13,79 14,28
d. Kehutanan 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
e. Perikanan 2,54 2,49 2,44 2,38 2,46
2. Pertambangan dan Penggalian 1,70 1,66 1,62 1,57 1,64
3. Industri Pengolahan 1,47 1,40 1,42 1,45 1,44
4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,27 0,28 0,29 0,29 0,28
5. Bangunan /Konstruksi 8,24 7,85 7,65 7,39 7,78
6. Perdag, Restoran dan Hotel 17,77 18,03 18,22 18,43 18,11
7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,27 6,12 5,92 5,72 6,01
8. Keu., Persewaan dan Jasa Perush. 3,51 3,61 3,71 3,82 3,66
9. Jasa-jasa 25,49 26,04 26,56 27,06 26,29
PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : BPS Sumba Timur, 2015.
Kontribusi subsektor peternakan kuda dan kerbau dalam dua tahun terakhir
di Kabupaten Sumba Timur terutama mengalami pertumbuhan atau perkembangan
ternak besar belum sepenuhnya menjamin yang negatif.
ketersediaannya secara terus-menerus
karena menghadapi kendala dalam sistem
pengelolaannya yang umumnya masih sangat
tradisional dengan sistem ekstensif yaitu
membiarkan ternak di padang rumput untuk
mencari makanan sendiri, sehingga memiliki
resiko yang tinggi terhadap ketidakterjaminan
dalam hal; makanan ternak, keamanan dari
pencurian, dan pengrusakan makanan pangan
dan lingkungan penduduk. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah ketersediaan ternak besar
yang berfluktuasi akibat sistem pemeliharaan
ekstensif dan maraknya perdagangan
ternak yang ilegal. Ternak sapi yang sedikit
mengalami pertumbuhan positif pada tahun
2014, meskipun tahun 2013 sempat mengalami
pertumbuhan yang negatif. Sedangkan ternak
338
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT Volume 16, No. 2, Juli - Desember
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) (Semester II) 2016,
Halaman 331-344
Tabel 3.
Jumlah populasi Ternak Besar di Kabupaten Sumba Timur
Menurut Jenis dan Perkembangannya, Tahun 2010 – 2014 (ribu ekor)
Sapi Kuda Kerbau
Tahun Jumlah Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan Jumlah Pertumbuhan
(%) (%) (%)
2010 42.695 19,02 36.195 25,66 31.848 7,23
2011 46.497 8,91 34.344 -5,11 32.000 0,48
2012 49.920 7,36 32.667 -4,88 37.295 16,55
2013 47.902 -4,04 31.757 -2,79 36.541 -2,02
2014 50.435 5,29 29.336 -7,62 34.469 -5,67
Sumber: BPS Sumba Timur, 2015
Berdasarkan pada kondisi subsektor Berdasarkan hasil analisis LQ pada Tabel
peternakan yang memiliki potensi yang cukup 4 di bawah ini menunjukkan bahwa terdapat
tinggi untuk dikembangkan dengan didukung delapan sektor/subsektor perekonomian
oleh kondisi geografis wilayah yang sesuai di kabupaten Sumba Timur yang menjadi
bagi pengembanga ternak. Namun disisi basis, yaitu: peternakan, pertambangan dan
yang lain berbagai hambatan-hambatan yang penggalian, industri pengolahan, bangunan,
menyebabkan potensi subsktor peternakan ini perdagangan besar dan eceran, bank, sewa
belum mampu dimanfaatkan secara optimal. bangunan dan swasta. Pada sektor pertanian,
Oleh sebab itu, dalam rangka pengembangan hanya subsektor peternakan yang merupakan
peternakan di Kabupaten Sumba Timur sektor basis dengan nilai rata-rata LQ tahun
dibutuhkan perencanaan pengembangan 2010-2013 sebesar 1,34. Hal ini berarti
subsektor peternakan sehingga mampu subsektor peternakan memiliki keunggulan
mendorong perekonomian di daerah tersebut. dalam perekonomian di Kabupaten Sumba
Timur. Kondisi ini selaras dengan kontribusi
Peran Subsektor Peternakan dalam sektor pertanian yang mencapai rata-rata
Perekonomian di Sumba Timur 34,79 persen terhadap PDRB kabupaten
Sektor perekonomian di suatu wilayah Sumba Timur.
pada dasarnya terdiri dari sektor basis dan non
basis. Sektor basis yaitu sektor ekonomi yang
memenuhi permintaan pasar atas barang-
barang dan jasa-jasa kelur batas perekonomian
suatu wilayah. Sektor ini tergantung pada
banyaknya sumberdaya yang dimiliki, dimana
semakin banyak sumberdaya yang dimiliki
maka semakin selain akan dapat memenuhi
kebutuhan wilayah bersangkutan juga dapat
memenuhi permintaan dari luar batas wilayah
tersebut. Sektor non basis hanya dapat
memenuhi permintaan dari dalam wilayah itu
sendiri.
339
Adrianus Kabubu Hudang : Perencanaan Pengembangan Subsektor Peternakan Dalam .....
Tabel 4.
Hasil Analisis Location Quetion (LQ) di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2010-2013
Rata- Basis/Non
2010 2011 2012 2013
No Sektor rata Basis
1 Tanaman bahan makanan 0,89 0,94 0,99 1,03 0,96 Non Basis
2 Tanaman perkebunan 0,33 0,35 0,35 0,35 0,35 Non Basis
3 Peternakan 1,37 1,36 1,32 1,30 1,34 Basis
4 Kehutanan 0,21 0,21 0,20 0,20 0,20 Non Basis
5 Perikanan 0,69 0,69 0,66 0,65 0,67 Non Basis
6 Pertambangan & penggalian 1,26 1,24 1,19 1,16 1,21 Basis
7 Industri pengolahan 1,01 0,98 0,99 1,03 1,00 Basis
8 Listrik 0,70 0,68 0,69 0,69 0,69 Non Basis
9 Air bersih 0,44 0,42 0,42 0,40 0,42 Non Basis
10 Bangunan/konstruksi 1,33 1,26 1,19 1,15 1,23 Basis
Perdagangan besar &
11 ecerean 1,06 1,04 1,03 1,01 1,03 Basis
12 Perhotelan 0,46 0,44 0,43 0,41 0,44 Non Basis
13 Restoran/rumah makan 0,57 0,60 0,60 0,60 0,59 Non Basis
14 Angkutan 0,95 0,92 0,88 0,85 0,90 Non Basis
15 Komunikasi 0,49 0,45 0,43 0,42 0,45 Non Basis
16 Bank 1,04 1,04 1,07 1,06 1,05 Basis
Lembaga keuangan bukan
17 bank 0,62 0,60 0,59 0,58 0,60 Non Basis
18 Sewa bangunan 1,04 1,02 0,98 0,96 1,00 Basis
19 Jasa perush 0,77 0,73 0,69 0,66 0,71 Non Basis
20 Pemerintah umum 0,83 0,81 0,83 0,84 0,83 Non Basis
21 Swasta 1,59 1,59 1,56 1,53 1,57 Basis
Sumber: BPS Sumba Timur, 2013 (diolah)
Sementara itu, analisis shift share dan eceran serta pemerintahan umum. Namun
bertujuan untuk menganalisis perubahan dilihat dari pergeseran diferensial yang
sektor/subsektor pada dua titik waktu di suatu menunjukkan daya saing sektor/subsektor
wilayah. Dengan kata lain analisis ini dapat yang memiliki nilai positif. Subsektor
mengetahui bagaimana perkembangan suatu peternakan menunjukkan hasil negatif
sektor/subsektor di suatu wilayah dibandingkan (-5.526,89), yang berarti bahwa subsektor
secara relatif dengan sektor-sektor lainnya. peternakan tidak memiliki daya dibandingkan
Berdasarkan Tabel 5 di bawah ini dapat dengan sektor-sektor lainnya.
diketahui posisi subsektor peternakan, dimana
hasil pertumbuhan proporsional menunjukkan
subsektor peternakan memiliki nilai positif
sebesar 140.677,63 dan subsektor ini mampu
bertumbuh lebih cepat dan tertinggi bersama
duasubsektor lainnya yaitu perdagangan besar
340
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT Volume 16, No. 2, Juli - Desember
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) (Semester II) 2016,
Halaman 331-344
Tabel 5.
Hasil Analisis Shift Share Analysis (SSA) di Kabupaten Sumba Timur
Pertumbuhan Pertumbuhan Pergeseran
Sektor Total SSA
Regional Proporsional Differensial
1 Tanaman bahan makanan 20.697,67 140.214,42 18.203,23 179.115,33
2 Tanaman perkebunan 1.801,38 13.273,68 670,97 15.746,02
3 Peternakan 18.503,84 140.677,63 (5.526,89) 153.654,58
4 Kehutanan 66,78 502,51 (37,57) 531,73
5 Perikanan 3.181,55 24.331,78 (1.020,92) 26.492,40
6 Pertambangan & penggalian 2.128,45 16.617,72 (1.110,35) 17.635,83
7 Industri pengolahan 1.839,94 13.773,84 252,40 15.866,18
8 Listrik 284,13 2.485,55 (33,85) 2.735,83
9 Air bersih 56,09 430,37 (30,19) 456,28
10 Bangunan/konstruksi 10.340,95 83.371,09 (9.730,08) 83.981,96
11 Perdagangan besar & ecerean 21.971,10 185.228,28 (7.187,24) 200.012,14
12 Perhotelan 121,65 996,72 (102,07) 1.016,30
13 Restoran/rumah makan 195,44 1.645,14 60,22 1.900,80
14 Angkutan 6.856,34 53.721,89 (4.567,78) 56.010,45
15 Komunikasi 1.012,43 8.497,25 (1.045,97) 8.463,71
16 Bank 2.479,02 22.488,97 388,05 25.356,03
17 Lembaga keuagan bukan
bank 690,26 5.777,72 (342,03) 6.125,95
18 Sewa bangunan 1.099,90 8.586,71 (559,09) 9.127,52
19 Jasa perusahaan 130,59 1.032,21 (119,26) 1.043,53
20 Pemerintahan umum 19.232,14 165.778,76 1.044,57 186.055,47
21 Swasta 12.734,95 99.903,92 (3.022,20) 109.616,68
Hasil analisis LQ dan SSA, dimana subsektor peternakan belum mampu bersaing
sektor/subsektor yang diklasifikasikan dengan sektor/subsektor lainnya. Kondisi ini
seperti terlihat dalam Tabel 6. Secara khusus disebabkan antara lain sistem pengelolaan
subsektor peternakan memiliki LQ > 1 tetapi peternakan yang masih tradisional karena
Diferensial Shift negatif. Hal ini menunjukkan sumberdaya manusia yang rendah serta
bahwa meskipun subsektor peternakan infrastruktur pendukung yang terbatas.
mampu memberikan kontribusi yang besar
bagi perekonomian dan juga memehuhi
permintaan baik dari dalam maupun luar
wilayah sehingga mendatangkan pendapatan
bagi masyarakat di wilayah tersebut, namun
341
Adrianus Kabubu Hudang : Perencanaan Pengembangan Subsektor Peternakan Dalam .....
Tabel 6.
Rangkuman Hasil Analisis LQ dan SSA di Kabupaten Sumba Timur
Kontribusi Sektoral
Terhadap PDRB
LQ > 1 LQ < 1
Pertumbuhan Sektoral
Diff. Shift (+) Industri pengolahan; Bank Tanaman bahan makanan;
Tanaman perkebunan;
Kehutanan; Perikanan; Restoran/
rumah makan; Pemerintahan
Umum
Diff. Shift (-) Peternakan; Kehutanan; Perikanan; Listrik;
Pertambangan & Air Bersih; Perhotelan;
penggalian; Bangunan/ Angkutan; Komunikasi;
konstruksi; Perdagangan Lembaga keuangan bukan bank;
besar & eceran; Sewa Jasa perusahaan
bangunan; Swasta
342
JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT Volume 16, No. 2, Juli - Desember
(Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) (Semester II) 2016,
Halaman 331-344
permintaan ternak dari dalam wilayah aturan (hukum dan adat) yang berkaitan
terutama berkaitan dengan kebutuhan dengan penetapan sentra pengembangan,
daging dan kebutuhan sosial untuk urusan pengelolaan lahan komunal, perdagangan
sosial-budaya seperti urusan perkawinan antarpulau ternak dan kelembagaan
dan kematian. penunjang lainnya.
• Ancaman Saran
Merebaknya penyakit ternak akan 1. Perlunya intensifikasi pemeliharaan
mempengaruhi tingkat keamanan dan ternak dengan menyediakan makanan
produksi ternak. Isu penyakit ternak yang memadai serta didukung dengan
seperti antrax, avian influence, pemalsuan/ ketersediaan infrastruktur bagi
kecurangan pada perlakuan daging/ternak kelangsungan peternakan.
sangat mempengaruhi kondisi peternakan 2. Perlunya penegakan aturan formal
di Kabupaten Sumba Timur. (penindakan masalah pencurian ternak)
dan informal (pembatasan jumlah ternak
Sebab itu, strategi untuk pengembangan dalam kegiatan pelaksanaan adat) dalam
subsektor peternakan adalah: (i) penyediaan rangka mendukung pengembangan
infrastruktur (jalan ke sentra produksi ternak, ternak bagi peningkatan kesejahteraan
listrik, air, lembaga keuangan) (ii) pengadaan masyarakat.
industri pakan dan pengolahan hasil-hasil
ternak, (iii) penegakan aturan (hukum dan
adat) yang berkaitan dengan penetapan Daftar Pustaka
sentra pengembangan, pengelolaan lahan Bahar, Zul Amry (2006). Strategi
komunal, perdagangan antarpulau ternak dan Pengembangan Peternakan Dalam
kelembagaan penunjang lainnya. Rangka Meningkatkan Peran Subsektor
Peternakan di Kabupaten Bengkalis.
KESIMPULAN DAN SARAN [Tesis]. Sekolah Pascasarjana Institut
Kesimpulan Pertanian Bogor.
1. Subsektor peternakan memiliki LQ > 1, BPS (2013). Sumba Timur Dalam Angka
tetapi Diferensial Shift negatif. Hal ini Tahun 2013
menunjukkan bahwa meskipun subsektor BPS (2015). Sumba Timur Dalam Angka
peternakan mampu memberikan Tahun 2015
kontribusi atau peranan yang besar BPS (2015). Nusa Tenggara Timur Dalam
bagi perekonomian yang terlihat dari Angka 2015
kemampuan memenuhi permintaan Daryanto, A & Hafizrianda Y. 2010. Model-
baik dari dalam maupun luar wilayah model Kuantitatif untuk Perencanaan
sehingga mendatangkan pendapatan bagi Pembangunan Ekonomi Daerah:
masyarakat di wilayah tersebut, namun Konsep dan Aplikasi. IPB Press:
subsektor peternakan belum mampu Bogor.
bersaing dengan sektor/subsektor lainnya. Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju D.R. 2009.
2. Strategi untuk pengembangan subsektor Perencanaan dan Pengembangan
peternakan adalah: (i) penyediaan Wilayah. Edisi Juli 2009. Bogor.
infrastruktur (jalan ke sentra produksi Fakultas Pertanian Institut Pertanian
ternak, listrik, air, lembaga keuangan) (ii) Bogor.
pengadaan industri pakan dan pengolahan
hasil-hasil ternak, (iii) penegakan
343
Adrianus Kabubu Hudang : Perencanaan Pengembangan Subsektor Peternakan Dalam .....
344