You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323384179

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN DANA DESA BERDASARKAN REGULASI


KEUANGAN DESA

Article · February 2018


DOI: 10.14710/mmh.46.1.2017.20-29

CITATIONS READS

2 4,595

2 authors, including:

Utia MEYLINA Umar


Lampung University
8 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The Model of SMEs Empowerment Through Village Rules as Efforts to Improve the Quality of Primary Product Village View project

CONSTITUTIONAL SOVEREIGNTY View project

All content following this page was uploaded by Utia MEYLINA Umar on 03 April 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 20-29 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN DANA DESA BERDASARKAN


REGULASI KEUANGAN DESA
Siti Khoiriah*, Utia Meylina
Fakultas Hukum Universitas Lampung
Jln. Soemantri Brojo Negoro Nomor 1, Gedung Meneng, Bandar Lampung, 35145
siti.khoiriah@fh.unila.ac.id

Abstract

Village is the smallest entity in the government of Indonesia that is recognized and respected in
conformity based on the constitution. The village has been through a long history of regulation that
finally the regulation of the village is specifically regulated in Law No. 6 of 2014 on Villages. The
regulation brought the village into a new phase and brought new hopes for society and village
governance that had a close impact on village finances in particular with the village fund
management system. Using a Juridical-normative approach, this study concludes that Indonesia has
had significant regulation related to the management of village funds from the village fund
management stage to the village fund management oversight system. Stages of management and
supervision of village fund management as contained in legislation will have a positive potential in
the implementation of accountability administration or public accountability of village
administration.

Keywords: regulation, village financial

Abstrak

Desa merupakan entitas terkecil dalam pemerintahan Indonesia yang diakui dan dihormati
berrsadarkan konstitusi. Desa telah melalui sejarah pengaturan yang panjang yang akhirnya
pengaturan tentang desa secara khusus diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Pengaturan tersebut membawa desa memasuki babak baru dan membawa harapan-
harapan baru bagi kehidupan kemasyarakatan dan pemerintahan desa yang berdampak erat
kepada keuangan desa terkhusus terkait dengan sistem pengelolaan dana desa. Dengan
menggunakan pendekatan yuridis-normatif, penelitian ini menyimpulkan bahwa Indonesia telah
memiliki regulasi signifikan terkait dengan pengelolaan dana desa mulai dari tahapan pengelolaan
dana desa sampai kepada sistem pengawasan pengelolaan dana desa. Tahapan pengelolaan dan
pengawasan pengelolaan dana desa seperti yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan
akan berpotensi positif dalam pelaksanaan akuntanbilitas penyelenggaraan ataupun
akuntanbilitas publik pemerintahan desa.

Kata kunci: regulasi, keuangan desa.

A. Pendahuluan dapat menggunakan lingkungan setempat


1. Latar Belakang Permasalahan untuk mempertahankan, melangsungkan dan
Desa memiliki kedudukan yang sangat mengembangkan kehidupannya. Suhartono
strategis dalam sistem pemerintahan memandang desa sebagai tempat dimana
Indonesia mengingat bahwa desa merupakan bermukim penduduk dengan peradaban yang
satuan pemerintahan terkecil yang memiliki dinilai lebih terbelakang ketimbang kota.
peranan fundamental bagi negara. Pengertian Dijelaskan desa bercirikan bahasa ibu yang
desa sangat beragam, artinya sangat kental, tingkat pendidikan yang relative
tergantung dari sudut mana melihat desa. rendah, pencaharian umumnya dari sektor
Perspektif geografi misalnya, desa dimaknai pertanian. Bahkan terdapat kesan bahwa
sebagai tempat atau daerah, dimana penduduk pemahaman umum memandang desa sebagai
berkumpul dan hidup bersama dan mereka tempat bermukim para petani (Suhartono

20
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 20-29

2001). . governing community sebagai bentuk


Secara sosiologis, definisi desa Desa asli dan tertua di Indonesia.
digambarkan sebagai bentuk kesatuan 2) Tipe ”desa administratif” (local state
masyarakat atau komunitas penduduk yang government) adalah Desa sebagai
bertempat tinggal dalam suatu lingkungan satuan wilayah administratif yang
yang saling mengenal. Corak kehidupan yang berposisi sebagai kepanjangan negara
relatif homogen serta banyak bergantung dan hanya menjalankan tugas-tugas
pada alam, mempunyai sifat sederhana administratif yang diberikan negara.
dengan ikatan sosial dan adat istiadat yang 3) Tipe ”desa otonom” atau dulu disebut
kuat (Soekanto Soerjono,1990). Perspektif sebagai Desapraja atau dapat juga
antropologis melihat desa sebagai suatu disebut sebagai local self government,
kumpulan manusia atau komunitas dengan seperti halnya posisi dan bentuk daerah
latar suatu lingkungan atau geografis tertentu otonom di Indonesia.
yang memiliki corak kebiasaan, adat istiadat Desa mempunyai mempunyai otonomi
dan budaya dalam kehidupannya, adanya yang disebut dengan otonomi desa dimana
upaya eksistensi hidup dan nilai estetika yang perlu ditegaskan bahwa otonomi desa bukan
dimiliki mendorong adanya perbedaan diberikan oleh negara tetapi otonomi desa
karakter dan corak budaya yang dimiliki berasal dari desa itu sendiri. Hal tersebut
antara satu desa dengan desa lainnya. didasarkan pada sejarah ketatanegaraan
Secara historis desa merupakan embrio Republik Indonesia dimana desa jauh lebih
bagi terbentuknya masyarakat politik dan dulu terbentuk dari pada Negara Republik
pemerintahan di Indonesia, jauh sebelum Indonesia. Tetapi hukum positif Indonesia
negara bangsa modern ini terbentuk, entitas yang mengatur tentang desa diantaranya
sosial sejenis desa atau masyarakat adat dan Undang-Undang tentang Pemerintahan
lain sebagainya, telah menjadi institusi sosial Daerah dan Undang-Undang tentang Desa
yang mempunyai posisi sangat penting. menekankan bahwa negara yang memberikan
Perspektif ekonomi memotret desa sebagai otonomi kepada desa padahal otonomi
komunitas masyarakat yang memiliki modal tersebut memang sudah hidup dalam
produksi yang khas dan merupakan lumbung masyarakat desa bukan diberikan oleh negara.
bahan mentah (raw material) dan sumber Dengan disahkannya UU Desa maka
tenaga kerja (man power). Sedangkan diprediksikan desa akan memasuki babak
perspektif yuridis-politis bahwa desa baru untuk penataan dan pembangunan
seringkali dipandang sebagai suatu wilayahnya (Yansen 2014), yang datang
pemerintahan terendah di Indonesia atau membawa harapan-harapan baru bagi
kesatuan masyarakat hukum yang kehidupan kemasyarakatan dan pemerintahan
mempunyai identitas, entitas yang berbeda- yang ada di desa (Ismail Widagdo, 2016).
beda dan memiliki batas-batas wilayah yang Penerapan dan pelaksanaan otonomi
berwenang untuk mengatur dan mengurus desa diharapkan membawa semangat
kepentingan masyarakat setempat, perubahan dalam mewujudkan tujuan
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat pembangunan yaitu meningkatkan
setempat yang diakui dan dihormati dalam kesejahteraan masyarakat desa. Desa sebagai
sistem pemerintahan NKRI. pemerintahan terkecil di Republik Indonesia
Sesuai dengan pemikiran dan konteks sangatlah perlu untuk memiliki sistem yang
empirik yang berkembang di Indonesia, mapan serta pentingnya melakukan penataan
setidaknya ada tiga tipe bentuk Desa desa sebagai upaya mewujudkan
(Direktorat Pemerintahan Desa dan pemerintahan desa yang efektif dan efisien.
Kelurahan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Adapun yang termasuk dalam ruang lingkup
Masyarakat Dan Desa Departemen Dalam penataan desa adalah pembentukan,
Negeri, 2007): penghapusan, penggabungan, pendanaan,
1) Tipe ”desa adat” atau sebagai self perubahan status dan penetapan desa.

21
Siti Khoiriah, Utia Meylina, Analisis Sistem Pengelolaan Dana Desa

Adapun tujuan penataan desa seperti mengelola atau memperoleh sumberdaya


yang tertuang dalam Pasal 7 ayat (3) Undang- ekonomi-politik; (b) kewenangan untuk
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengatur atau mengambil keputusan atas
adalah: pengelolaan barang-barang publik dan
a. Mewujudkan efektivitas kepentingan masyarakat setempat; dan (c)
penyelenggaraan Pemerintahan Desa; tanggung jawab desa untuk mengurus
b. Mempercepat peningkatan kepentingan publik (rakyat) desa melalui
kesejahteraan masyarakat Desa; pelayanan publik. (Direktorat Pemerintahan
c. Mempercepat peningkatan kualitas Desa dan Kelurahan Direktorat Jenderal
pelayanan publik; Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa
d. Meningkatkan kualitas tata kelola Departemen Dalam Negeri, 2007).
Pemerintahan Desa; dan Pemerintahan desa merupakan bagian
e. Meningkatkan daya saing Desa. yang terintegrasi dengan pemerintahan
Pembangunan daerah, kota dan desa daerah. Bagaimana tidak, daerah baik
adalah satu kesatuan dengan pembangunan kabupaten/kota dan juga provinsi terdiri dari
nasional, dimana desa merupakan tempat kumpulan desa-desa hingga membentuk
tinggal sebagian besar masyarakat Indonesia. pemerintahan yang lebih tinggi diatasnya
Oleh karena itu pembangunan desa (Wafia Silvia Dhesinta, 2014).
mempunyai peranan yang penting dalam Eko Sutoro mengemukakan isu-isu
pelaksanaan pembangunan yang berdasarkan utama dalam pemerintahan desa pada
pada trilogi pembangunan yaitu pemerataan umumnya adalah: (Eko Suroto, 2008)
pembangunan dan hasil-hasilnya menuju 1. Kedudukan dan kewenangan desa;
kepada terciptanya keadilan sosial bagi 2. Perencanaan pembangunan desa;
seluruh rakyat, pertumbuhan ekonomi yang 3. Keuangan desa;
cukup tinggi dan stabilitas nasional yang 4. Demokrasi desa, khususanya
sehat dan dinamis (Sri Woelan Azis , 1996). akuntabilitas kepala desa serta posisi
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan peran Badan Permusyawaratan
tentang Pemerintahan Daerah Desa (BPD);
mengamanatkan bahwa dalam pemerintah 5. Birokrasi desa (Sekdes, sistem
kabupaten dapat dibentuk desa yang termuat kepegawaian, penggajian,
dalam Pasal 371 ayat (1) Undang-Undang kesejahteraan, dan lain-lain.
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Kewenangan yang besar yang dimiliki
Daerah. Dimana Desa memiliki kewenangan oleh desa serta pengelolaan atas
sesuai dengan ketentuan perundang- keuangan desa
undangan mengenai desa. menimbulkan banyak peluang
Keberadaan desa sebagai satu kesatuan permasalahan kedepannya termasuk terkait
masyarakat hukum memberi pemahaman yang dengan regulasi keuangan desa.
mendalam bahwa institusi desa bukan hanya
sebagai entitas administratif belaka tetapi juga 2. Metode Penelitian
e n t i t a s h u k u m y a n g h a r u s d i h a rg a i , Penelitian ini menggunakan
diistimewakan, dilindungi dalam struktur pendekatan yuridis-normatif dengan
pemerintahan di Indonesia. Disahkannya menggunakan metode analisis Undang-
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Undang tentang Desa yang akan mampu
Ta h u n 2 0 1 4 t e n t a n g d e s a m e n j a d i menggambarkan regulasi terkait dengan
keberlanjutan perkembangan desentralisasi di keuangan desa (Suratman & Philip Dillah,
Indonesia. Undang-undang ini menempatkan 2013). Pendekatan masalah yang digunakan
desa memiliki otonominya sendiri (Muhamad untuk menjawab permasalahan ini adalah
Wahib Abdi Hendri Cahyono, 2015). menggunakan pendekatan case of study
Otonomi Desa mengandung tiga (studi kasus) yaitu mengkaji pengaturan yang
makna: (a) hak desa untuk mempunyai, berkaitan dengan keuangan desa (Bahder

22
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 20-29

Johan Nasution, 2008). otonom. Demikian juga kedudukan


Melakukan studi kepustakaan dengan perusahaan daerah terhadap APBD
cara membaca, mengutip, menyalin dan adalah serupa dengan kedudukan
menganalisa. Analisis data dilakukan secara perusahaan milik pusat terhadap
kualitatif, komprehensif, dan lengkap. Data APBN”
yang telah diperoleh akan dianalisis dengan Jimly Assiddiqie berpendapat keuangan
mengggunakan interpretasi dan konstruksi daerah sebenarnya adalah juga keuangan
hukum (Suratman & Philip Dillah, 2013). Negara (Jimly Asshiddiqie, 2008).
Dengan melakukan interpretasi hukum, akan Desa sebagai kesatuan pemerintahan
dilakukan penafsiran hukum melalui terkecil dalam pemerintahan Indonesia
p e n e m u a n h u k u m ( re c h t s v i n d i n g ) . memiliki sistem keuangan tersendiri yang
Kemudian, konstruksi hukum yang dilakukan terintegral kedalam pendapatan asli desa dan
melalui argumentasi hukum a contrario akan merupakan bagian dari APBN.
menjawab isu hukum. Sehingga, dengan
metode penemuan hukum tersebut akan Gambar 1 Pendapatan Desa
dihasilkan argumentasi hukum yang dapat
menjawab isu hukum melalui penalaran
hukum logis dan sistematis. Dan di akhir
tulisan ini akan mampu untuk menunjukan
bahwa regulasi keuangan desa yang ada di
Indonesia berdasarkan hukum positif terkait
dengan desa.

B. Hasil dan Pembahasan


1. Teori Keuangan Desa
Keuangan berasal dari terjemahan kata
monetary atau moneter, sedangkan kata
Berdasarkan gambar di atas
finance mempunyai arti pembiayaan.
menggambarkan bahwa pendapatan desa
Sementara itu, istilah keuangan Negara biasa
terbagi menjadi tujuh
dikaitkan dengan public finance. Finance
bagian diantaranya:
atau pembiayaan adalah kegiatan yang
1. Pendapatan Asli Desa;
berkaitan dengan uang. Prof Padmo
2. Alokasi APBN;
Wahyono memberikan pengertian keuangan
3. Bagian dari PDRD Kabupaten/kota;
negara yaitu APBN “plus” dikatakan bahwa:
4. Alokasi Dana Desa (ADD);
“APBN adalah anggaran pendapatan
5. Bantuan Keuangan dari APBN
dan belanjanya pemerintah pusat.
Provinsi/Kabupaten/kota;
kekayaan Negara yang dipisahkan
6. Hibah dan sumbangan pihak ketiga;
untuk mendirikan perusahaan milik
7. Lain-lain pendapatan yang sah.
Negara bukanlah pengeluaran
Dari ketujuh poin diatas, Dana Desa
konsumtif melainkan pengeluaran
(DD) memiliki posisi yang sangat strategis
produktif yang diusahakan untuk
bagi pendapatan desa. Berdasarkan data dari
menjadi sumber pendapatan baru bagi
Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
APBN. Dengan perkataan lain,
Dana Desa paling banyak digunakan untuk
meskipun dipisahkan dari APBN,
pembangunan desa, selanjutnya diikuti oleh
namun dalam waktu tertentu dan secara
pemberdayaan, pemerintahan, dan
berangsur-angsur diharapkan dapat
kemasyarakatan. Berikut ini adalah data
'bergabung' kembali. APBN diadakan
Realisasi Penyaluran dan Penggunaan Dana
berdasarkan atas kuasa undang-
Desa Tahun 2015 dan 2016 Secara Nasional.
undang yang membagi wilayah Negara
kesatuan kita menjadi daerah-daerah

23
Siti Khoiriah, Utia Meylina, Analisis Sistem Pengelolaan Dana Desa

umum tata cara pelaporan dan


Gambar 2. Realisasi Dana Desa pertanggungjawaban penyelenggaraan
pemerintah desa, yang dimuat dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 35
Tahun 2007. Dalam perjalanannya seiring
dengan perkembangan otonomi desa maka
pengaturan keuangan desa mengalami
perubahan.

2. Tahapan Pengelolaan Keuangan Desa


Pengertian keuangan desa menurut
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa adalah semua hak dan
kewajiban desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan
Gambar 3. barang yang berhubungan dengan
Penyaluran dan Penggunaaan Dana Desa pelaksanaan hak dan kewajiban desa.
Berikut ini adalah gambar 4 yang
menunjukkan siklus Pengelolaan Keuangan
Desa. Setiap tahapan proses pengelolaan
keuangan desa tersebut memiliki aturan -
aturan yang harus dipahami dan dilaksanakan
sesuai dengan batasan waktuyang telah
ditentukan (Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, 2016).

Gambar 4
Siklus Pengelolaan Keuangan Desa

Keuangan desa, awal pengaturannya


melalui Peraturan Menteri dalam Negeri No.
113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa. Permendagri tersebut
bertujuan untuk memudahkan dalam
pelaksanaan pengelolaan keuangan desa,
sehingga tidak menimbulkan multitafsir
dalam penerapannya. Dengan demikian desa
dapat mewujudkan pengelolaan keuangan
yang efektif dan efisien. Disamping itu
diharapkan dapat diwujudkan tata kelola
pemerintahan desa yang baik, yang memiliki
tiga pilar utama yaitu transparansi,
akuntabilitas dan partisipatif. Oleh
karenanya, proses dan mekanisme Keuangan desa dikelola berdasarkan praktik-
penyusunan APBDesa yang diatur dalam praktik pemerintahan yang baik. Asas-asas
Permendagri tersebut akan menjelaskan siapa pengelolaan keuangan desa sebagaimana
yang bertanggungjawab, dan kepada siapa tertuang dalam Permendagri Nomor 113
bertanggungjawab, dan bagaimana cara Tahun 2014 yaitu transparan, akuntabel,
pertanggungjawabannya. partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan
Untuk itu perlu ditetapkan pedoman disiplin anggaran.

24
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 20-29

Pengelolaan keuangan desa dalam Dalam Negeri.


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 (ii) Pengawasan supra Desa lainnya adalah
tentang Desa dan peraturan pelaksananya, pengawasan dari Badan Pemeriksa
kepala desa adalah pemegang kekuasaan Keuangan (BPK) dan Badan
pengelolaan keuangan desa. Dalam Pengawasan Keuangan dan
melaksanakan kekuasaannya, kepala desa Pembangunan (BPKP). Hal ini didasari
menguasakan sebagian kekuasaannya kepada oleh UU No. 15 tahun 2004 tentang
perangkat desa Pasal 75 ayat (2). Pengelolaan Pemeriksaan Pengelolaan dan
keuangan desa berdasarkan Pasal 93 ayat Tanggung Jawab Keuangan Negara
(1) PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang dimana keuangan desa yang berasal dari
Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor pemerintah pusat dan pemerintah
6 Tahun 2014 tentang Desa meliputi daerah termasuk kedalam kategori
Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, keuangan negara karena sumbernya
Pelaporan dan Pertanggungjawaban. APBN dan APBD. PP No. 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian
3. Pengawasan Pembangunan Desa Intern Pemerintah juga memberikan
UU Desa meletakkan prinsip dasar kewenangan bagi BPKP untuk
untuk penyelenggaraan, pengawasan dan mengawasi pengelolaan keuangan desa
pemantauan pembangunan desa yang karena sumbernya yang berasal dari
meliputi pengawasan oleh supra-desa APBN maupun APBD.
(downward accountability), pengawasan oleh (iii) Pengawasan oleh lembaga BPD sebagai
lembaga desa dan pengawasan dari bagian dari fungsi pengawasan terhadap
masyarakat (upward accountability). kinerja Kepala Desa antara lain melalui
Terdapat beberapa mekanisme pengawasan tanggapan atas pertanggungjawaban
dan pemantuan sebagai berikut (Buku Kepala Desa dan pengaduan
Laporan Hasil Kajian Pengelolaan Keuangan masyarakat yang disampaikan melalui
Desa, 2015): BPD (Pasal 55 dan 82 UU Desa).
(i) Pengawasan oleh supra desa secara Seperti halnya fungsi DPR dan DPRD,
berjenjang oleh pemerintah BPD juga memiliki fungsi pengawasan
kabupaten/kota dan oleh pemerintah terhadap perangkat desa dalam
pusat dalam hal ini Kementerian Dalam mengelola keuangan desa.
Negeri RI, Kementerian Desa RI dan (iv) Pengawasan oleh masyarakat yang
Kementerian Keuangan RI (Pasal 26 PP dijamin haknya untuk memantau dan
N o . 6 0 Ta h u n 2 0 1 4 ) . D a l a m m e n a n g g a p i l a p o r a n
operasionalnya, pengawasan oleh pertanggungjawaban kepala desa (Pasal
pemerintah kabupaten/kota menjadi 82 UU Desa). Pengawasan masyarakat
tanggung jawab bupati/walikota. kepada perangkat desa dalam
Fungsi pengawasan tersebut mengelola keuangan desa didukung
didelegasikan oleh bupati/kota kepada dengan kewajiban bagi desa untuk
camat dan juga Inspektorat memiliki sistem informasi desa sebagai
Kabupaten/Kota. Hasil pengawasan pelaksanaan ketentuan hak masyarakat
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mendapatkan informasi (Pasal
disampaikan kepada Pemerintah Pusat 26, 55, 82 UU Desa).
terkait dengan unsur pengawasannya. Selanjutnya Undang-Undang tentang
Pengawasan dana Desa disampaikan Desa mengamanatkan pembentukan
kepada Kementerian Keuangan, peraturan yang lebih terperinci mengenai tata
pengawasan pembangunan Desa cara pelaksanaannya melalui peraturan
disampaikan kepada Kementerian Desa pemerintah dan peraturan di tingkat menteri
dan pengawasan pemerintahan termasuk menyangkut sanksi jika terjadi
disampaikan kepada Kementerian pelanggaran atau pelaksanaan yang tidak

25
Siti Khoiriah, Utia Meylina, Analisis Sistem Pengelolaan Dana Desa

sejalan dengan prinsip dan tujuan 2. PP No. 60 Tahun 2014 sebagaimana


pembangunan desa. telah dirubah dengan PP No. 22 Tahun
Pengawasan memegang peranan 2015 dan Peraturan Pemerintah Nomor
penting dalam memastikan agar pengelolaan 8 Tahun 2016 tentang Dana Desa yang
dana desa berjalan dengan akuntabel, Bersumber dari APBN;
transparan, dan partisipatif demi 3. PP No. 47 Tahun 2015 tentang
kemaslahatan umum masyarakat desa. Perubahan atas PP No. 43 Tahun 2014;
Pengawasan yang ketat, terkontrol, 4. Permendagri Nomor 113 Tahun 2014
profesional, dan berintegritas menjadi tentang Pengelolaan Keuangan Desa;
prasyarat penting (Antonius Galih Prasetyo & 5. Permenkeu No.241/PMK.07/2014
Abdul Muis, 2015). tentang Pelaksanaan dan
Pemberlakuan Undang-Undang Desa Pertanggungjawaban Transfer ke
menetapkan entitas desa sebagai entitas Daerah dan Dana Desa;
pelaporan. Entitas desa memiliki kewenangan 6. Permenkeu No. 250/PMK.07/-2014
yang lebih besar dalam hal belanja termasuk tentang Pengalokasian Transfer ke
kewenangan untuk membentuk badan usaha Daerah dan Dana Desa;
Desa (Junaidi 2015). Pengelolaan dana Desa 7. P e r m e n k e u N o . 9 3 / P M K . 0 7 / 2 0 1 5
dalam banyakpengaturan disebutkan bahwa tentang Tata Cara Pengalokasian,
pengelolaan keuangan desa adalah Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan,
serangkaian kegiatan yang meliputi dan Evaluasi Dana Desa sebagaimana
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, telah diganti dengan Peraturan Menteri
pelaporan dan pertanggungjawaban (Sujamto Keuangan Nomor 49/ PMK 0.7/2016
,1987). tentang Tata Cara Pengalokasian,
Keuangan desa merupakan hierarki Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan,
struktur keuangan sentral dari pemerintahan dan Evaluasi Dana Desa, dan;
di atasnya. Kabupaten, propinsi, dan 8. Permendes PDTT No. 5 Tahun 2015
pemerintah pusat mempunyai andil besar tentang Prioritas Penggunaan Dana
dalam pengalokasian sumber keuangan desa. Desa dalam pengelolaan keuangan desa
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2017 sebagaimana telah dirubah dengan
2014 tentang Desa dikemukakan struktur Permendes PDTT Nomor. 22 Tahun
pendapatan Desa yang terdiri atas 2016 tentang Prioritas Penggunaan
pendapatan asli desa, bantuan dari Dana Desa 2017 dimana dalam
pemerintah kabupaten, bantuan dari Permendesa tersebut disebutkan secara
pemerintah pusat dan pemerintah propinsi, rinci tentang program/kegiatan yang
sumbangan dari pihak ketiga, dan pinjaman dapat didanai oleh Alokasi Dana Desa
Desa (Sumbu, Telly, 2010) . yang bersumber dari APBN dengan 2
Keuangan desa diatur dalam Pasal pengelompokan besar yaitu dibidang
71-75 Undang-Undang Desa. Pasal 71 ayat Pembangunan Desa dan Pemberdayaan
(1),dinyatakan bahwa “keuangan desa adalah Masyarakat Desa.
semua hak dan kewajiban desa yang dapat Pengelolaan keuangan desa dimulai
dinilai dengan uang serta segala sesuatu dari perencanaan. Pertama kali diadakan
berupa uang dan barang yang berhubungan musyawarah desa yang diselenggarakan oleh
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Badan Permusyawaratan Desa (BPD) untuk
desa.” Selanjutnya, pengaturan mengenai membahas hal-hal yang sifatnya strategis
keuangan desa dan hal lain yang terkait (lihat Pasal 54 UU Desa). Kemudian, hasil
dengannya dijabarkan lebih lanjut dalam musyawarah desa berupa perencanaan
berbagai peraturan, di antaranya: pembangunan desa ditindaklanjuti dengan
1. PP No. 43 Tahun 2014 tentang musyawarah pembangunan perencanaan desa
Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Tahun (musrenbangdes) yang diselenggarakan
2014 tentang Desa; kepala desa dan perangkatnya.

26
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 20-29

Musrenbangdes inilah yang membahas Perubahan Kedua atas PP 60/2014


mengenai Rencana Pembangunan Jangka disebutkan bahwa dana desa dikelola secara
Menengah Desa (RPJMDes) tiap enam tahun tertib, taat pada ketentuan peraturan
sekali dan Rencana Kerja Pemerintah Desa perundang-undangan, efisien, ekonomis,
(RKPDes) serta APBDes tiap setahun sekali. efektif, transparan, dan bertanggung jawab
Setelah Raperdes tentang APBDes dengan memperhatikan rasa keadilan dan
disepakati bersama oleh kepala desa dan BPD kepatutan serta mengutamakan kepentingan
paling lambat bulan Oktober dan hasil masyarakat setempat.
evaluasi dari bupati/walikota atau camat PermenDesa PDTTran Nomor 22
(yang mendapat delegasi untuk mengevaluasi Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas
Raperdes APBDes) menyatakan bahwa Penggunaan Dana Desa Tahun 2 0 1 7
Raperdes APBDes tidak bertentangan dengan sebagaimana telah dirubah dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang- Peraturan Menteri D e s a ,
undangan yang lebih tinggi, APBDes dapat Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
ditetapkan. Penggunaan dana desa dikelola Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4
oleh pemerintah desa melalui kuasa kepala Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas
desa dan digunakan sesuai RPJMDes, Peraturan Menteri Desa,Pembangunan
RKPDes, dan APBDes. Daerah Tertinggal, DanTransmigrasi Nomor
Adapun laporan realisasi pelaksanaan 22 Tahun 2016 Tentang Penetapan
APBDes disampaikan kepala desa kepada Prioritas Penggunaan Dana Desa
bupati/walikota berupa laporan semester Tahun 2017 Pasal 4 disebutkan bahwa:
pertama yang harus disampaikan paling (1) Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk
lambat akhir bulan Juli dan laporan semester membiayai pelaksanaan program dan
akhir tahun paling lambat pada akhir bulan kegiatan di bidang Pembangunan Desa
Januari tahun berikutnya (Pasal 37 dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Permendagri No. 113 Tahun 2014). Selain (2) Priroritas penggunaan dana Desa
pelaporan, kepala Desa juga harus diutamakan untuk membiayai
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program dan kegiatan yang
realisasi pelaksanaan APBDes dalam bentuk bersifat lintas bidang.
peraturan desa kepada bupati/walikota setiap (3) Program dan kegiatan sebagaimana
akhir tahun anggaran (Pasal 38 Permendagri dimaksud pada ayat (2) terutama bidang
No. 113 Tahun 2014). kegiatan BUMDesa atau BUMDesa
Dana Alokasi Desa yang diserahkan Bersama, embung, produk unggulan
haruslah sesuai dengan karakteristik desa Desa atau kawasan perdesaan dan
yang bersangkutan. Desa yang mempunyai sarana olahraga Desa.
wilayah luas dengan struktur perangkat desa (4) Prioritas penggunaaan dana Desa
yang banyak harus mendapatkan porsi dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
alokasi lebih besar dari desa yang mempunyai dipublikasikan kepada masyarakat oleh
karakteristik wilayah sempit dengan struktur Pemerintah Desa di ruang publik atau
perangkat desa yang sedikit. Oleh karena itu, ruang yang dapat diakses masyarakat
perlu adanyaidentifikasi karakteristik wilayah Desa.
desa sebelum menggunakan konsep dana Selanjutnya dalam Pasal 9 Permen Desa
alokasi desa, agartidak terjadi kesa-lahan PDTTran Nomor 4 Tahun 2017 menyebutkan
besaran proporsidana alokasi Desa. bahwa mekanisme penetapan prioritas
Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik penggunaan dana desa adalah bagian dari
Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang perencanaan pembangunan desa yang tidak
DanaDesa Yang Bersumber Dari Anggaran terpisah dari prioritas pembangunan nasional.
Pendapatan Dan Belanja Negara yang telah
mengalami perubahan sehingga menjadi PP
No 22 Tahun 2015 jo PP 8/2016 tentang

27
Siti Khoiriah, Utia Meylina, Analisis Sistem Pengelolaan Dana Desa

C. Simpulan Hukum Ekonomi Pembangunan di


Indonesia telah memiliki r e g u l a s i Indonesia, Surabaya:
yang sudah cukup signifikan terkait Citra Media.
dana desa diantaranya: Undang- Undang Buku Laporan Hasil Kajian Pengelolaan
Desa, dan delapan peraturan lain yang terkait Keuangan Desa (2015). Alokasi Dana
langsung dengandana desa. Bukan hanya itu, Desa dan Dana Desa, Komisi
peraturan-peraturan tersebut juga mengatur Pemberantasan Korupsi.
terkait dengan sistempengawasan Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan
pengelolaan dana desa. Pengelolaan Direktorat Jenderal Pemberdayaan
keuangan desa sesungguhnya diawasi Masyarakat Dan Desa Departemen
secaraberlapis oleh banyak pihak yakni Dalam Negeri (2007). Naskah
Inspektorat Daerah akan berperan penting Akademik Rancangan Undang-Undang
Tentang Desa, Jakarta.
sebagai leadinginstitution pengawasan
Eko, Sutoro (2008). Posisi Desa Dalam
pengelolaan keuangan desa. Sementara di
Otonomi Daerah. Yogyakarta: IRE
tingkat pusat, BPK dan BadanPengawasan
Yogyakarta & STPMD “APMD”.
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) juga Furqaini, A. (2009).Pengelolaan Keuangan
akan mengawasi pengelolaan keuangandesa Desa dalam Mewujudkan Good
secara sampling. Dana desa menjadi ranah Governance (Studi pada Pemerintahan
pengawasan mereka dikarenakan dana desa Desa Kalimo'ok Kecamatan Kali-anget
adalah uang negara yang bersumber Kabupaten umenep). Tesis. Program S2
dari APBN sehingga pengelolaannya harus Universitas Pembangunan
dipertanggungjawabkan sesuai dengan Nasional”Veteran”. Surabaya.
kaidah yang berlaku. Untuk memantau Ismail, Muhammad., Widagdo, Ari Kuncara.,
pelaksanaanpembinaan dan pengawasan Widodo, Agus. (2016). Sistem Akutansi
dana desa, pemerintah pusat juga telah Pengelolaan Dana Desa. Jurnal
membentuk tim pengendali dana desa yang Ekonomi dan Bisnis. Volume XIX No.
beranggotakan pejabat lintas kementerian. 2, Agustus 2016, p. 323-340
Junaidi (2015). Perlakuan Akuntansi Sektor
Publik Desa Di Indonesia, Jurnal NeO-
DAFTAR PUSTAKA Bis Volume 9, No. 1, Juni.
Muhammad, Abdulkadir (2004). Hukum dan
Antonius Galih Prasetyo & Abdul Muis Penelitian Hukum. Bandung: PT Citra
(2015). Pengelolaan Keuangan Desa Aditya Bakti.
Pasca UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Muhammad Wahib Abdi & Hendri Cahyono,
Desa: Potensi Permasalahan Dan Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya
Solusi, Jurnal Desentralisasi Volume Volume 3 No3 Tahun 2015; Analisis
13, No.1. Kesiapan Desa Blawi Dalam Rangka
Asshiddiqie, Jimly (2008). Pokok-Pokok Implementasi Undang-Undang
Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
Reformasi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu 2014 Tentang Desa.
Populer. Nasution, Bahder Johan (2008). Metode
Syafrudin Ateng& Suprin Na'a (2001). Penelitian Ilmu Hukum. Jakarta:
Republik Desa: Pergulatan Hukum Mandar Maju.
Tradisional dan Hukum Modern dalam P.A, Antono Herry (2015). Kesiapan Desa
Desai Otonomi Desa. Bandung: Menghadapi Implementasi Undang-
Penerbit PT. Alumni. Undang Desa (Tinjauan Desentralisasi
Atmadja, Arifin P Soeria (2010). Keuangan Fiskal dan Peningkatan Potensi Desa),
Publik dalam Perspektif Hukum Teori, Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume V, No 1,
Praktik dan Kritik. Jakarta: Rajawali Januari.
Pers. Saparin (1979). Tata Pemerintahan dan
Aziz, Sri Woelan (1996). Aspek-Aspek Administrasi Pemerintahan Desa.

28
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 46 No. 1, Januari 2017, Halaman 20-29

Jakarta: Ghalia Indonesia. tentang Desa (Lembaran Negara


Soekanto, Soerjono (1990). Sosiologi Suatu Republik Indonesia Tahun 2014
Pengantar. Edisi 12. Jakarta: Rajawali Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Press. Republik Indonesia Nomor 5495).
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji (2011). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Penelitian Hukum Normatif Suatu N o m o r 4 3 Ta h u n 2 0 1 4 t e n t a n g
Tinjauan Singkat. Jakarta: PT Raja Peraturan Pelaksanaan Undang-
Grafindo Persada. Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Suhartono (2001). Politik Lokal, Parlemen Desa (Lembaran Negara Republik
Desa : Awal Kemerdekaan Sampai Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Jaman Otonomi Daerah. Yogyakarta: Tambahan Lembaran Negara Republik
Lapera Pustaka Utama. Indonesia Nomor 5539) sebagaimana
Sujamto (1987). Aspek-Aspek Pengawasan di telah dirubah dengan Peraturan
Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Sumbu, Telly (2010) Hubungan Pemerintah 47 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Pusat dengan Pemerintah Daerah Peraturan Pemerintah Republik
dalam Kerangka Pengelolaan
Keuangan Negara dan Daerah, Jurnal
Hukum No. 4 Vol. 17 Oktober.
Sunggono, Bambang (1997). Metode
Penelitian Hukum. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Suratman & H. Philips Dillah (2013). Metode
Penelitian Hukum. Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa (1995). Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan bekerjasama dengan Balai
Pustaka, Edisi Kedua, Cet. VII.
Wafia Silvia Dhesinta & Annisa Putri Andini
(2015). Analisis Yuridis Mekanisme
Pengelolaan Keuangan Desa
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 Tentang Desa Guna
Terwujudnya Pembangunan Desa.
Yo g y a k a r t a : F a k u l t a s H u k u m ,
Universitas Gajah Mada.
Wibawa, I gede Agus (2011). Pengaruh
Status Kelurahan Menjadi Desa Dalam
Persektif Pemerintahan Daerah (Studi
Kasus Perubahan Status
Pemerintahan), Disertasi tidak
diterbitkan, Program Pascasarjana FIA
Universitas Brawijaya.
Yansen. (2014). Revolusi dari desa (saatnya
dalam pembangunan percaya
epenuhnya kepada akyat). Jakarta: PT
Elex Media Komputindo

Peraturan perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

29

View publication stats

You might also like