You are on page 1of 14

PENGUATAN KAPABILITAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

DAERAH (BPBD) PROVINSI RIAU DALAM PENANGGULANGAN


KABUT ASAP TAHUN 2015

Oleh :
Rizki Alta Edison
Email :rizkialtaedison@yahoo.com
Dosen Pembimbing : Baskoro Wicaksono, S.IP, M.IP

Jurusan Ilmu Pemerintahan


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau

Program Studi S1 Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau


Kampus Bina Widya jl. H. R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293-
Telp/Fax. 0761-63277

Abstract

Strengthening Capabilities Regional Disaster Management Agency of


Riau Province (BPBD) in tackling the haze problem in 2015. The author identifies
himself as the 2015 disaster Riau province experienced tremendous smog. In
addition the haze itself from 1997 is always present in the province of Riau.
BPBDs itself is a government agency engaged in the disaster area have an
important role in disaster management, the reality is not able to cope with this
disaster. The problem of this research is How the capabilities of regional disaster
management agencies Riau Province in tackling the haze in 2015 ?, and what
obstacles or barriers capability of disaster management agencies in the response
area of Riau Province haze in 2015 ?. INIA research purposes dalah know the
capabilities of local disaster management agency Riau Province in tackling the
haze in 2015 and knowing the obstacles or barriers capability of disaster
management agencies in the response area of Riau Province in 2015 smog.
The research method in this thesis is qualitative research. In collecting the
data, researchers use interviewing techniques, observation, and documentation. By
using key informants as a source of information and use some of the questions the
source of information by looking at the phenomena contained in the data legally.
Based on these results it can be concluded that the regional disaster
management capability Agency (BPBD) of Riau Province in tackling the haze in
2015 of the four criteria of capability administrations of three criteria is not going
well. While a good run capability. While the four obstacles or barriers capabilities
BPBDs Riau Province in tackling the haze in 2015 can be said to fully experience
all obstacles.

Keywords: Strengthening Capabilities, Countermeasures, Haze

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 - Oktober Page 1


2016
PENDAHULUAN
besaran dari pembakaran batu bara.
Kabut asap adalah kasus Pembakaran inilah juga ternyata
pencemaran udara berat yang bisa mengandung campuran asap dan
terjadi berhari-hari hingga hitungan sulfur dioksida. Gunung berapi yang
bulan. Di bawah keadaan cuaca yang ternyata tanpa disadari juga
menghalang sirkulasi udara, kabut menyebabkan berlimpahnya sulfur
asap bisa menutupi suatu kawasan dioksida di udara, menghasilkan
dalam waktu yang lama. Kabut asap kabut asap gunung berapi, atau vog
juga sering dikaitkan dengan (volcanic smog, kabut asap
pencemaran udara. Kabut asap vulkanis). Pembukaan hutan dengan
sendiri merupakan koloid jenis cara pembakaran hutan di Indonesia
aerosol padat dan aerosol cair. Proses juga telah menyebabkan beberapa
terbentuknya kabut asap pada kali menyebabkan kasus di Negara
umumnya, kabut terbentuk ketika Asia, seperti Malaysia, Filipina,
udara yang jenuh akan uap air Singapura, dan Thailand.
didinginkan di bawah titik bekunya. Deforestasi dengan tujuan
Jika udara berada diatas daerah pembukaan perkebunan kelapa sawit
perindustrian, udara itu juga dan produksi kertas telah terjadi
mungkin mengandung asap yang beberapa tahun menyebabkan kabut
bercampur kabut membentuk kabut asapyang sangat mengganggu di
asap. Provinsi Riau selama bertahun-tahun.
Adapun jenis-jenis kabut asap Sebagian besar kebakaran hutan
yaitu terbagi menjadi dua bagian, diakibatkan oleh upaya pembakaran
yaitu kabut asap fotokimia dan kabut yang sengaja dilakukan untuk
asap klasik. Kabut asap fotokimia membuka lahan dalam
pada umumnya disebabkan oleh rangka pengalihan fungsi lahan dari
beberapa jenis hasil pembakaran lahan kehutanan menjadi lahan
kimia yang dikatalisasi oleh perkebunan ataupun pertanian.
kehadiran cahaya matahari. Kabut Intervensi manusia pun sedemikian
asap ini mengandung hasil oksidasi merasuk, sehingga sebuah usaha
nitrogen, juga ozon troposferik, pembukaan dan alih fungsi lahan
VOCs(volatile organic compounds), dengan aksi membakar menjadi
dan peroxyacyl nitrat. Sedangkan sebuah hal yang mudah dan semakin
kabut asap fotokimia biasanya terjadi lama semarak dilakukan. Sebaran
di daerah-daearah industry atau kota beberapa titik api diperparah dengan
padat mobil yang menghasilkan lokasi kebakaran berada di lahan
emisi berat dan terkonsentrasi. Tetapi gambut, sehingga sumber api akan
kabut asap fotokimia tidak hanya sulit sekali dipadamkan.
menjadi masalah di kota-kota
industri, bahkan bisa juga menyebar Kebakaran hutan dan lahan,
ke daerah non-industri. Sedangkan bukan sesuatu yang baru lagi di
kabut asap klasik merupakan kabut provinsi Riau. Kejadian ini sudah
asap yang terjadi di London setelah dimulai pada tahun 1997 dan hampir
terjadinya revolusi industri yang berulang setiap tahunnya sampai
menghasilkan pencemran besar- sekarang. Perlu juga dipahami dan
disadari bahwa kerusakan yang
diakibatkan kebakaran hutan dan lahan bersifat eksplosif, yaitu terjadi
dalam waktu relatif cepat dan luas. Daerah dan dipimpin oleh Kepala
Melihat jenis dan tipologi lahan dan Badan yang secara ex-officio dijabat
hutan yang ada di Provinsi Riau, oleh Sekretaris Daerah (Pasal 3
memang rawan akan bencana Permendagri 46 tahun 2008). Hal
kebakaran. yang senada diatur Perka BNPB 3
Menurut peraturan Undang- tahun 2008, yaitu ”Kepala BPBD
undang nomor 18 tahun 2004 tentang dijabat secara rangkap (ex-officio)
perkebunan pasal 26 dijelaskan pula, oleh Sekretaris Daerah.” Dalam
setiap pelaku usaha perkebunan pelaksanaan tugas BPBD sehari-hari
dilarang membuka atau mengolah susunan organisasi BPBD terdiri atas
lahan dengan cara pembakaran yang Kepala Badan, Unsur Pengarah dan
berakibat terjadinya pencemaran dan Unsur Pelaksana. Uraian secara rinci
kerusakan fungsi lingkungan hidup. mengenai tugas dan fungsi, uraian
pekerjaan, keangotaan-keanggotaan
Berdasarkan UU 32 tahun 2004 dan mekanismenya dan hal-hal
tentang otonomi daerah yaitu daerah terkait dengan susunan organisasi
menjalankan sendiri urusan rumah BPBD diatur oleh Permendagri 46
tangganya. Seperti halnya lembaga tahun 2008 dan Perka BNPB 3 tahun
Badan Penanggulangan Bencana 2008.
Daearah, adalah lembaga khusus Hotspot merupakan suatu
yang menangani penanggulangan area yang memiliki suhu relatif lebih
bencana (PB) di daerah, baik di tinggi jika dibandingkan dengan
tingkat provinsi maupun kabupaten sekitarnya yang dapat dideteksi oleh
atau kota. Di tingkat nasional ada satelit. Adapun area tersebut dapat
Badan Nasional Penanggulangan direpresentasikan dalam suatu titik
Bencana (BNPB). BNPB dan BPBD yang memiliki koordinat tertentu,
dibentuk berdasarkan amanat biasanya informasinya diperoleh dari
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 satelit cuaca seperti NOOA,
tentang Penanggulangan Bencana MODIS,ATSR, dll). Hotspot akan
(UU 24 tahun 2007). Dengan adanya mudah mucncul pada beberapa tipe
BNPB maka dari itu lembaga vegetasi, antara lain rumpu atau
Penanggulangan dalam hal bencana alang-alang, semak belukar, dan
sebelumnya, yaitu Badan Koordinasi hutan terdegedrasi. Sedangkan pada
Nasional Penanganan Bencana jenis tanah hotspot cenderung banyak
(BAKORNAS PB) dibubarkan muncul pada jenis tanah gambut.
(Pasal 82, ayat 2 Undang-undang 24 Berdasarkan data dari BPBD
tahun 2007). Provinsi Riau di Provinsi Riau dalam
Secara teknis pembentukan kurun waktu bulan jannuari hingga
BPBD diatur dengan Permendagri 46 agustus pada tahun 2014 total
tahun 2008 tentang Pedoman perolehan hotspot yaitu sebanyak
Organisasi dan Tata Kerja BPBD dan 3.951 hotspot dengan perolehan
Peraturan Kepala BNPB 3 tahun bulan februari lebih banyak titik
2008 tentang Pedoman Pembentukan hotspot yaitu sebanyak 1.272
BPBD. hotspot, lalu pada peringkat kedua
BPBD berada di bawah dan yaitu pada bulan april dengan jumlah
bertanggung jawab kepada Kepala perolehan hotspot sebanyak 1.122
hotspot, dan terbanyak ketiga adalah
pada bulan juli sebanyak 667 jumlah
hotspot. Sedangkan jumlah hotspot pada tahun 2015 dalam kurun waktu
januari hingga agustus jumlah karhutla kedua terbesar adalah di
hotspot yang terpantau sebanyak kabupaten Indragiri Hilir dengan
1.463 Hotspot. Pada tahun 2015 total luas karhutla sebanyak 819,5
sendiri bulan yang memiliki hotspot dan terbesar ketiga adalah di
terbanyak yaitu bulan Juli dengan kabupaten Pelalawan sebanyak
total 520 hotspot, diikuti berikutnya 790,75.
bulan agustus dengan total 201 Sedangkan untuk tahun 2014
hotspot, dan ditempat ketiga adalah luas Karhutla jauh lebih tinggi yaitu
bulan maret yang memiliki jumlah dengan total sebanyak 22.037.
hotspot sebanyak 185 hotspot. Disini Kabupaten yang memiliki luas
dapat kita lihat bahwa jumlah hotspot karhutla terbesar pada tahun 2014
di tahun 2014 lebih tinggi adalah kabupaten Bengkalis yaitu
perolehannya dibanding pada jumlah sebanyak 8.259 luas karhutla, hal ini
hotspot yang terpantau pada tahun jelas berbanding terbalik pada tahuun
2015. 2015 luas karhutla di kabupaten
Rekapitulasi pantauan hotspot Bengkalis yang hanya sebanyak 302
melalui pantauan satelit NOOA.18 luas karhutla. Di peringkat kedua
berdasarkan kabupaten atau kota di dengan kabupaten luas karhutla
Provinsi Riau dari bulan Jannuari terbanyak di Provinsi Riau pada
hingga November 2015. Adapun tahun 2014 adalah Kepulauan
total keseluruhan dari perolehan Meranti dengan luas karhutla
rekapitulasi pantauan hotspot di sebanyak 7.215, dan kabupaten yang
seluruh kabupaten atau kota di memiliki luas karhutla terbanyak di
Provinsi Riau adalah sebanyak 1.949 Provinsi Riau pada tahun 2014
titik hotspot, dengan perolehan adalah Kabupaten Rokan Hilir yakni
terbanyak adalah pada bulan juli sebanyak 2.833.
sebanyak 520 titik hotspot. Dapat kita ketahui bahwa luas
Sedangkan jumlah hotspot yang karhutla di Provinsi Riau pada tahun
paling sedikit adalah pada bulan 2014 dan tahun 2015 dalam kurun
November yang hanya memperoleh 3 waktu 25 februari higga 12
titik hotspot dari total keseluruhan september ternyata berbanding jauh
kabupaten/kota di Provinsi Riau. berdasarkan jumlah luas kebakaran
hutan dan lahan pertahunnya. Pada
Perbandingan luas karhutla tahun 2014 luas karhutla adalah
dalam kurun waktu 25 februari s/d 12 22.037. Sedangkan pada tahun 2015
september pada tahun 2014 dan 2015 sendiri luas karhutla turun menjadi
yang dilihat dari perbandingan setiap 4.267 luas karhutla. Terlihat terjadi
kabupaten/kota di provinsi riau penurunan luas karhutla jika
berbeda-beda. Pada tahun 2015 dibandingkan luas karhutla dari
sendiri luas karhutla yang terpantau tahun 2014 dan tahun 2015.
hanya sekitar 4.267 saja. Dapat kita
lihat bahwa pada tahun 2015 sendiri Namun hal tersebut masih
kabupaten yang memiliki luas dibilang cukup tinggi mengingat
karhutla terbesar adalah kabupaten banyaknya kerugian-kerugian yang
Indragiri Hulu dengan total luas muncul akibat asap. Hal inilah yang
karhutla sebanyak 898,5. Lalu luas menyebabkan semakin banyaknya
volume asap di Provinsi Riau yang
menyebabkan pencemaran udara
semakin menyebabkan terganggu hingga menimbulkan masalah dan
penyakit pada masyarakat Riau Jika kita bandingkan dengan
khususnya. jumlah korban penyakit yang timbul
Kebakaran hutan merupakan akibat asap pada tahun 2014 yang
suatu kejadian dimana api melahap dikutip berdasarkan informasi dari
bahan bakar bervegetasi yang terjadi beritasatu.com bisa dikatakan pada
dalam kawasan hutan yang menjalar tahun 2014 sedikit lebih tinggi
secara bebas dan tidak terkendali, masyarakat yang menjadi korban
sedangkan kebakaran lahan terjadi akibat penyakit karena asap namun
dalam kawasan non-hutan. juga tidak jauh berbeda dari tahun
2015. Karena di tahun 2014 korban
Penyakit yang timbul akibat ispa sebanyak 22.411 orang, Pneu
asap di Provinsi Riau terhitung dari (radang tenggorokan) sebanyak 457
tanggal 29 Juni s/d 07 September orang, Asma 865 orang, Mata 564
2015 yang terjadi di 12 orang, dan Kulit 1.141 orang.
kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ada Hal ini tidak sejalan dengan
5 (lima) jenis penyakit yang timbul Undang-undang nomor 32 tahun
akibat asap yaitu: ISPA, PNEU 2009 tentang perlindungan dan
(Radang Tenggorokan), Asma, Mata, pengelolaan lingkungan hidup.
dan Kulit. Adapun klasifikasidari Pasalnya dari kasus penyakit yang
penyakit tersebut jika digabungkan timbul akibat asap diatas sudah
data dari tanggal 29 juni s/d 06 melanggar hak-hak bagi masyarakat
september 2015 dan jumlah data terhadap lingkungan hidup. Selain itu
harian pada tanggal 07 september dalam pasal 28 H Undang-undang
2015, maka jika dilihat dari masing- dasar 1945 yang menyatakan bahwa
masing daerah yang paling tinggi lingkungan hidup yang baik dan
tingkat kasus penyaki tersebut adalah sehat merupakan hak asasi setiap
: Penyakit ispa paling banyak terjadi warga Negara Indonesia. Pasal ini
di kota pekanbaru dengan total 2839 juga menegaskan setiap warga
penyakit. Sedangkan penyakit Pneu Negara Indonesia memang memiliki
(radang tenggorokan) daerah yang hak atas lingkungan hidup yang
paling tinggi terkena penyakit ini keadaannya baik dan sehat.
adalah kabupaten Rokan Hilir Dengan begitu, BPBD adalah
dengan total jumlah penderita 128 lembaga khusus yang mempunyai
penyakit. Lalu penyakit asma wewenang untuk dapat berkoordinasi
kabupaten yang paling tinggi terkena dengan pihak pemerintah diharapkan
penyakit ini kabupaten Rokan Hulu mampu mengatasi permasalahan
dengan jumlah 116 penyakit, kabut asap seperti sekarang ini yang
kemudian penyakit mata kabupaten dapat menyebabkan sebuah dampak
yang paling tinggi terkena penyakit terjadinya kabut asap, salah satunya
ini adalah kabupaten Rokan Hilir adalah penyakit.
dengan total 231 penyakit. Dan yang Sedangkan jika dibagi dua
terakhir adalah penyakit kulit, jenisnya menurut pembagiannya
dengan kabupaten yang paling tinggi bencana diklasifikasikan menjadi dua
terjadi penyakit ini adalah kabupaten bagian yaitu : Hazard dan Disaster.
Siak dengan total 374 penyakit. Adapun Hazard sendiri dikategorikan
bencana yang mengakibatkan
korban. Sedangkan Disaster adalah
bencana yang dikategorikan tidak Jika kita melihat korban yang
ada korban. diakibatkan oleh asap di Provinsi Riau
pada tahun 2015 sudah jelas kita menggunakan informan yang dinilai
tahu bahwa bencana kabut asap di layak sebagai sumber informasi
Provinsi Riau tersebut tergolong penelitian. Adapun yang menjadi
bencana yang menimbulkan korban informan pada penelitian ini
atau (Hazard). Jadi dalam penelitian berjumlah 11 orang. Teknik
ini penulis memfokuskan pada pengumpulan data yang dilakukan
kategori bencana Hazard. dalam penelitian ini adalah
Tak bisa dipungkiri, bencana wawancara, dokumentasi dan
kabut asap di Provinsi Riau observasi.
merupakan kondisi darurat yang
tidak dapat disepelekan. Apa yang
terenggut dari masyarakat Provinsi
Riau dan sekitarnya tidak dapat HASIL PENELITIAN
dipandang sebelah mata. Kabut asap
yang melanda Provinsi Riau sangat A.Kapabilitas BPBD Provinsi Riau
banyak merugikan banyak pihak. dalam Penanggulangan kabut asap
Selain menyebabkan berbagai tahun 2015
macam penyakit, banyak sektor-
Adapun jika kita gunakan
sektor usaha yang merugi akibatnya.
teori dari Kusumasari (2014:48)
Bandara lumpuh, akibatnya para
Sumber daya dan faktor penting yang
pelaku menderita. Omzet menurun
harus dilihat dalam menilai atau
hingga ancaman kolaps mengintai.
mengukur kapabilitas organisasi
Kerugian Provinsi Riau selama satu
pemerintahan di cakupan daerah
bulan saja diperkirakan mencapai
dalam penanggulangan bencana yang
angka Rp. 22 triliyun.
harus dimiliki adalah : Kelembagaan,
METODE PENELITIAN Sumber Daya Manusia, Keuangan,
dan Sumber Daya Teknis.
Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan 1. Kelembagaan
jenis penelitian deskriptif. Data yang Pengaturan kelembagaan yang
dikumpulkan yakni data yang berasal efektif haruslah memiliki struktur
dari naskah wawancara, catatan organisasi, peran, tugas, tanggung
lapangan, dokumen pribadi, catatan jawab yang jelas serta mampu
memo, dan dokumen resmi lainnya. menjalin networking dengan semua
level pemerintah. Adapun yang
Penelitian ini bermaksud menjadi kelembagaan BPBD
memperoleh gambaran bagaimana Provinsi Riau terdiri dari Kepala
kapabilitas dan kendala BPBD Pelaksana, Sekretariat Unsur
Provinsi Riau dalam penanggulangan Pelaksana, Bidang atau seksi
kabut asap tahun 2015. Pencegahan dan Kesiapsiagaan,
Bidang atau seksi Kedaruratan dan
Untuk mengetahui secara Logistik, Bidang atau seksi
mendalam mengenai permasalahan Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
yang akan diteliti, maka penulis Kelembagaan dapat ditinjau
dari sisi formal dan non
formal.Secara formal, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) merupakan focal point
lembaga pemerintah di tingkat pusat.Sementara itu, focal point
penanggulangan bencana di tingkat BPBD itu sendiri merupakan “Ujung
provinsi dan kabupaten/kota adalah Tombak” dalam hal penanggulangan
Badan Penanggulangan Bencana ini. Karena dalam konteksnya BPBD
Daerah (BPBD). adalah “Aktor Utama” dalam
memainkan tugas atau perannya di
BPBD Provinsi Riau dalam
penanggulangan kabut asap ini.
menjalankan tugas ketika terjadi
bencana diatur sesuai dengan tugas
2. Sumber Daya Manusia
pokok dan fungsi kita sebagai
koordinator dalam wewenang hal
Dalam tugas penanggulangan
penanggulangan bencana, termasuk
bencana memerlukan kerja sama
kabut asap. Selain itu BPBD
SDM yang didasarkan pada masalah
mengkoordinir semua SKPD yang
dan upaya teknis terkait program
terlibat di penanggulangan kabut
masing-masing unit kerja. Dalam
asap dan karhutla ini. BPBD sendiri
rangka meningkatkan efisiensi dan
apabila terjadi bencana maka akan
efektivitas upaya pemulihan akibat
membentuk satgas (satuan tugas)
bencana diperlukan keterpaduan
berdasarkan surat keputusan dari
beberapa program dan sektor terkait
gubernur dalam melaksanakan tugas
yang dapat dicapai melalui
.
pertemuan berkala secara intensif.
BPBD sebagai sebuah SKPD
yang berada dibawah naungan dari
BPBD Provinsi Riau sendiri
satuan kerja di komisi E, adapun
mempunyai 52 orang pegawai di
bentuk kerjasama antara BPBD
lembaga pemerintahannya. Tentu
dengan komisi E adalah dukungan
tidak semuanya yang turun ke
secara politis dan dukungan
lapangan, karena sebagiannya
penganggaran.
mempunyai tugas di bagian kantor
Selain itu juga salah satu
ataupun sekretariat. Sumber Daya
fungsi BPBD yaitu fungsi koordinasi
Manusia (SDM) di pemerintahan
dengan instansi pemerintah terkait
dalam bidang penanggulangan
juga bisa melakukan koordinasi
bencana merupakan komponen yang
dengan beberapa satuan tugas dalam
sangat penting dalam hal ini. Sumber
penanggulangan bencana. Karena
daya Manusia yang dibutuhkan
jika hanya mengandalkan lembaga
dalam penaggulangan bencana kabut
BPBD sendiri tanpa beberapa
asap adalah orang-orang yang
lembaga lain dalam penanggulangan
terampil dalam memadamkan titik
bencana tentu tidak bisa. Maka dari
api dan kebakaran hutan dan lahan.
itu salah satu fungsi BPBD yakni
Kalau masalah jumlah SDM di
Koordinasi.
BPBD Provinsi Riau mamang
Tentu BPBD sendiri juga
jumlahnya kurang, mengingat luas
mempunyai beberapa tim di luar
daerah Provinsi Riau sendiri cukup
kelembagaannya sendiri jika dalam
luas yaitu sekitar kurang lebih
memadamkan api. Seperti: Mandala
delapan juta hektare jadi apabila
Agni, Tim Pemadam Kebakaran,
terjadi bencana di luas daerah seluas
Masyarakat Peduli api. Tapi
itu akan menjadi hambatan
kenyataannya yang perlu diketahui
mengingat jumlah pegawai BPBD di
tingkat Provinsi hanya sekitar 52
orang saja, namun beruntungnya
karena BPBD dapat berkoordinasi dengan beberapa instansi terkait
seperti Manggala Agni, TNI, Lalu sebuah pertanyaannya
DISHUT, dinas kesehatan dan lain bagaimana pengelolaannya Dalam
sebagainya dalam bencana ini yang penyelenggaraan penanggulangan
berada di tingkat provinsi dengan bencana, pemerintah memiliki
total personil 5080 orang . tanggung jawab, antara lain meliputi
pasal 6 Undang-undang 24 tahun
3. Keuangan 2007:
Pada dasarnya sendiri, dana a. Pengalokasian untuk anggaran
penanggulangan bencana menjadi penanggulangan bencana dalam
tanggung jawab bersama antara anggaran pendapatandan belanja
pemerintah dan pemerintah daerah negara yang memadai;
yang mana pemerintah dan b. Pengalokasian untuk anggaran
pemerintah daerah juga mendorong penanggulangan bencana dalam
partisipasi masyarakat di dalamnya bentuk dana siap pakai.
sebagaimana disebut dalam Pasal 60
angka (1) dan (2) Undang-undang 24 Keuangan di BPBD itu dibagi
tahun 2007. Selain itu BPBD sendiri menjadi tiga bagian yaitu untuk
juga punya tugas pokok dalam pencegahan, penanggulangan, dan
penganggaran untuk dana untuk evakuasi. Melihat untuk tahun 2015
penanggulangan bencana ini, sendiri, bahwa anggaran untuk
khusunya dalam penelitian ini kebakaran hutan dan lahan tidak
tentang kabut asap dan kebakakaran pernah tersedia di BPBD. Maka dari
hutan dan lahan. itu pencegahan kebakaran hutan
tidak berlangsung dengan baik.
Tanggap darurat itu sendiri
adalah serangkaian kegiatan yang Bahkan juga anggaran dana
dilakukan dengan segera pada saat penanggulangan bencana itu
kejadian bencana untuk menangani bersumber dari APBN dan APBD.
dampak buruk yang ditimbulkan, Pada saat tanggap darurat, Badan
yang meliputi kegiatan penyelamatan Nasional Penanggulangan Bencana
dan evakuasi korban, harta benda, (BNPB) menggunakan dana siap
pemenuhan kebutuhan dasar, pakai yang disediakan oleh
pelindungan, pengurusan pengungsi, Pemerintah dalam anggaran BNPB.
penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana berdasarkan Adapun anggaran dana
Pasal 1 angka 10 Undang-undang 24 penanggulangan bencana itu
tahun 2007. Yang dimaksud dengan berdasarkan Pasal 4 ayat 2 Peraturan
dana ”siap pakai” berdasarkan Pemerintah nomor 22 tahun 2008):
penjelasan Pasal 6 huruf f Undang-
a. APBN;
undang nomor 24 tahun 2007 yaitu
dana yang dicadangkan oleh b. APBD; dan/atau
pemerintah untuk dapat
dipergunakan jika sewaktu-waktu c. masyarakat.
apabila terjadi bencana.
Dalam anggaran dana untuk
penanggulangan bencana yang
bersumber dari APBN, Pemerintah
menyediakan pula (Pasal 5 ayat 3
berdasarkan Peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2008):
a. dana kontinjensi bencana; pemerintah daerah dalam
b. dana siap pakai; dan peanggulangan bencana menurut
Kusumasari (2014:112) dibagi
c. dana bantuan sosial berpola menjadi empat tahap: mitigasi,
hibah. kesiapsiagaan, respon dan
pemulihan.
4. Sumber Daya Teknis
1. Mitigasi
Memiliki sistem logistik
manajemen dan, informasi yang Mitigasi bencana adalah
efektif kepada seluruh masyarakat serangkaian upaya untuk mengurangi
memang yang dibutuhkan oleh risiko bencana, baik melalui
sebuah lembaga yang bergerak di pembangunan fisik bangunan
bidang penaggulangan bencana. maupun penyadaran dan juga
Selain itu juga sistem informasi peningkatan sebuah kemampuan
teknologi dan jaringan komunikasi menghadapi ancaman bencana (Pasal
antara organisasi, masyarakat dan 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah
perwakilan media haruslah memadai. Nomor 21 Tahun 2008 Tentang hal
BPBD Provinsi Riau memiliki 2 unit segala upaya dalam penyelenggaraan
mobil Rescue dan 1 unit mobil tangki Penanggulangan Bencana). Mitigasi
air. Di mobil Rescue tersebut sudah didefinisikan sebagai upaya yang
dilengkapi dengan sejumlah fasilitas ditujukan untuk mengurangi dampak
sehingga diharapkan percepatan dari bencana, Mitigasi adalah
penanggulangan bencana dan serangkaian upaya untuk mengurangi
petugas bisa melakukan pertolongan. risiko bencana, baik melalui
Sedangkan mobil tangki air juga pembangunan fisik maupun
berguna untuk memadamkan titik api penyadaran dan peningkatan
atau Karlahut di lokasi. kemampuan menghadapi ancaman
Untuk teknisnya sendiri bencana. (Undang-Undang Nomor
BPBD masih kurang peralatan 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan
pemadaman api, seperti : mesin Umum, Pasal 1 angka 9) (Peraturan
pemadam api, mesin semprot, selang, Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008,
peralatan safety dan lain sebagainya. Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1
Karena kabut asap tahun 2015 tidak angka 6).
diprediksi bisa separah kemarin, jadi
alat-alat yang tersedia untuk kabut Mitigasi sebagaimana kita
asap memang kurang memadai. tahu yang dimaksud dalam Pasal 44
huruf c dilakukan untuk mengurangi
risiko bencana bagi masyarakat yang
B. Kendala atau Hambatan berada pada kawasan rawan bencana
Yang Dihadapi Pemerintah (Undang-Undang Nomor 24 Tahun
Daerah dalam Penaggulangan 2007 Pasal 47 ayat (1).
bencana
Kebakaran hutan pada tahun
Adapun beberapa kendala 2015 sangat besar luasnya di daerah
atau hambatan yang dihadapi Riau. Harusnya kanada edukasi
kepada masyarakat agar tidak
membakar hutan, namun di
sosialisasi kepada masyarakat untuk
tidak membakar hutan inilah peran BPBD yang masih kurang.
permasalahan awal. Kemampuan ini
Selain itu peran BPBD dalam dapat kita bangun dengan
hal mitigasi masih minim, seperti perencanaan, pelatihan, dan latihan.
pemakaian alat masker kepada Untuk kesiapsiagaan itu diibaratkan
masyarakat khususnya anak-anak seperti hujan. Misalnya seperti akan
yang melakukan kegiatan diluar ada angin dan petir itu sudah
rumah. Kita lihat saja, seharusnyakan diprediksi akan turun hujan,
ada masker jenis tertentu yang cocok begitulah gambaran dari sebuah
dipakai, namun kenyataannya banyak kesiapsiaagaan. Kesiapsiagaan dari
masyarakat yang memakai masker BPBD sendiri harus menyiapkan dan
dengan standar keamanan kesehatan memeriksa semua peralatan yang
yang minim. Intinya sebenarnya dibutuhkan. Namun kendalanya di
pemerintah bisa berbuat lebih diawal kesiapsiagaan ini peralatan untuk
tetapi kenapa tidak dilakukan. pemadaman api kita yang kita masih
Kendalanya itu tidak ada uang untuk kurang.
mitigasi, tidak dianggarkan. Mindset
mereka hanya untuk mematikan api. Selain itu BPBD Provinsi
Kalaupun ada hanya seremonial Riau contoh kasusnya dalam
saja.Saya rasa perannya BPBD mendeteksi hotspot jika masih kecil
mereka tidak mempunyai peran real memang bisa dikatakan cukup bagus,
dalam hal pencegahan. tapi kenyataannya jika hotspot sudah
besar dan banyak mereka sangat
Kalau melihat dari kendala di kewalahan.
mitigasi tetap terkendala di biaya.
Kalau pada zaman gubernur Riau 3. Respon atau Daya
dulu (Ruzli Zainal) ada dana untuk Tanggap
kader di desa-desa dalam hal mitigasi
ini, seperti halnya edukasi kepada Penting bagi setiap organisasi
masyarakat. atau lembaga kemanuasian untuk
mempertahankan ataupun bahkan
2. Kesiapsiagaan meningkatkan kapasitas mereka
dalam merespon pada saat bencana
Kesiapsiagaan bisa diartikan atau masa darurat bencana secara
berarti merencanakan tindakan untuk efektif dan tepat waktu. Biasanya,
merespons jika terjadi bencana. sesaat setelah terjadinya bencana
Kesiapsiagaan juga dapat kita (untuk bencana yang terjadinya
didefinisikan sebagai suatu kedaan secara mendadak) atau sesaat
siap siaga dalam menghadapi krisis, sebelum terjadinya bencana (untuk
bencana atau keadaan darurat bencana yang diprediksi akan segera
lainnya.Tahapan ini merupakan terjadi), organisasi atau lembaga
pengulangan tema dari seluruh kemanusiaan tersebut akan
manajemenbencana. megirimkan tim penilai ke lokasi
Dalam aspek khusus dalam atau titik bencana, dan sangat penting
penyelenggaraan sebuah manajemen untuk melibatkan suatu atau
bencana itu sendiri, kemampuan mengikutsertakan seorang petugas
kesiapsiagaan yang kuat merupakan logistik di dalam tim penilai agar
dapat memahami bagaiamana
layanan logistik akan diberikan atau
dipakai. BPBD Provinsi Riau sudah ada tim-
tim logistik di kabupaten dan kota di masyarakat secara gratis. Dulu juga
Provinsi Riau. Namun masalahnya waktu bencana asap di Riau lagi
dalam bencana ini apapun yang parah-parahnya banyak pembagian
dilakukan pasti akan kurang terkait masker secara gratis. Tetapi
tenaga dan biaya karena cakupan kenyataannya masker yang diberikan
wilayahnya luas. Secara keseluruhan itu tidak layak pakai karena sama
tujuan dari penilaian logistik adalah saja tidak menghindari bahaya dari
untuk memastikan bahwa pengaturan kabut asap itu sendiri bagi kesehatan.
yang tepat dan memadai dibuat untuk Harusnya pemerintah melarang
merespon secara tepat waktu, efektif pembagian masker seperti itu.
dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang terkena dampak. 4. Pemulihan Setelah
Respons atau daya tanggap BPBD Bencana
Provinsi Riau sudah cukup baik
dalam hal ini. Itu terlihat seperti Pemulihan bencana adalah
adanya kegiatan Water Boombing saat ketika negara, masyarakat,
dan teknologi modifikasi cuaca yang keluarga, dan individu memperbaiki
dikerahkan BPBD Provinsi Riau atau merekonstruksi kembali apa
dengan bantuan beberapa instansi yang telah hilang akibat bencana dan
pemerintahan yang dimaksudkan mengurangi risiko bencana yang
supaya luas kebakaran hutan dan serupa dimasa depan.
lahan semakin sedikit dan
meminimalisir kabut asap. Namun kenyataannya di
dalam pemulihan setelah bencana itu
Adapun BPBD sifatnya bukan urusan kami (BPBD). Kalau
dalam penanggulangan kebakaran berakhir bencana ya sudah tidak ada
hutan dan lahan jadi ketika hal itu lagi peran BPBD lagi disana,
terjadi lembaga BPBD langsung seharusnya kan perlu ada fase
mengkoordinir semua lembaga- pemulihan setelah bencana ini oleh
lembaga terkait untuk membantu BPBD seperti kesehatan masyarakat
kami dalam memadamkan api, ya yang terkena dampak asap juga harus
walaupun masih terkendala di diperhatikan, pemulihan kawasan,
peralatan. Selain itu ketika kita lihat dan lahan yang sudah terbakar itu
ketika terjadi kebakaran hutan dan bagaimana seharusnya dipulihkan
kabut asap banyak helikopter yang kembali. Tapi itu yang ternyata tidak
wara-wiri untuk memadamkan api. ada. Stopnya hanya terjadi setelah
bencana. Padahalkan seharusnya ini
Sedangkan untuk bidang atau perlu. Namun tetap saja dana untuk
hal kesehatan masyarakat di bidang pemulihan ini tidak ada. Dananya
Respons atau daya tanggap ketika sudah banyak habis ketika terjadinya
terjadi bencana seharusnya pihak bencana. Maka dari itu karena tidak
pemerintah (katakanlah BPBD) adanya dana untuk pemulihan ini
memberikan kami setiap masing- tahapan ini tidak terlaksana.
masing satu kepala keluarga satu
buah tabung oksigen untuk KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
A. BPBD Provinsi Riau dinilai dikatakan sudah baik. Hal ini
dari pandangan atau segi terbukti BPBD mampu
kapabilitas kelembagaan bisa membentuk satuan tugas dari
instansi-isntansi terkait dalam
penaggulangan kabut asap.
Namun dari segi kapabilitas 2. Saran
sumber daya manusia BPBD Dari segi ataupun pandagan
Provinsi Riau masih kurang kapabilitas suatu kelembagaan
dari jumlah personil yang BPBD Provinsi Riau bisa
.Sedangkan dari segi keuangan dikatakan sudah baik. Namun
juga masih kurang, dana yang jika dari segi kapabilitas
tersedia hanya untuk dana sumber daya manusia BPBD
operasional saja. Dan dari segi Provinsi Riau, seharusnya
sumber daya teknis masih BPBD Provinsi Riau
kurang baik. Hal ini terlihat menambah lagi jumlah
bahwa masih kurangnya alat- anggotanya mengingat luas
alat dalam penaggulangan daerah riau sangat luas jadi
kabut asap. harus membutuhkan personil
B. Adapun kendala bagi BPBD yang harus bayak. Sedangkan
Provinsi Riau dibagi menjadi dari segi keuangan seharusnya
empat bagian. Pertama dalam dana yang dikeluarkan bukan
upaya mitigasi atau upaya hanya dana untuk operasional
yang akan dilakukan untuk saja. Tetapi ketika sebelum,
mengurangi dampak bencana, ketika, dan sesudah bencana
kendala yang dihadapi terletak dana itu harus ada. Dan dari
pada kekurangan finansial. segi sumber daya teknis
Kedua Kesiapsiagaan, adapun BPBD Provinsi Riau
kendala yang dihadapi adalah seharusnya haruslah mampu
masih kurangnya alat menyiapkan alat-alat untuk
pendukung dalam pemadaman penanggulangan Karhutla ini
api. Ketiga, Respon ketika ketika tahapan mitigasi. Jadi
bencana terjadi bencana. ketika tahapan kesiapsiagaan
Adapun kendala yang dihadapi dan ketika terjadi bencana
adalah masih kurangnya obat- alat-alat yang dibutuhkan
obatan atau tabung oksigen sudah siap untuk digunakan.
bagi kebutuhan masyarakat A. Kendala pertama dalam upaya
dan kurangnya masker layak mitigasi atau upaya yang
pakai bagi penggunaan dilakukan untuk mengurangi
masyarakat. Keempat adalah dampak bencana, seharusnya
pemulihan setelah bencana. BPBD Provinsi Riau dalam
Kendalanya adalah kurangnya menganggarkan dana sebelum
dana bagi BPBD untuk tahapan mitigasi ini. Jadi tidak
melaksanakan tugasnya dalam ada lagi kekurangan dana pada
tahapan ini. tahapan tersebut. Lalu kendala
kedua yaitu ketika tahapan
kesiapsiagaan, BPBD Provinsi
Riau harus menyiapkan alat
pendukung untuk pemadaman
api jauh sebelum tahapan
kesiapsiagaan ini. Kendala
ketiga, ketika Respon ketika
bencana terjadi bencana. Seharusnya BPBD Provinsi
Riau lebih memperhatikan lagi Kualitatif. IKM Pascasarjana.
apa yang dibutuhkan oleh
Yogyakarta: GadjahMada University
masyarakat dalam hal
kesehatan seperti obat-obatan, Press.
tabung oksigen dan masker
Rabita. 2010. Metode
layak pakai. Kendala keempat
pada saat pemulihan setelah Penelitian Kualitatif. Dasar-dasar
bencana. Seharusnya BPBD Wawancara. Jakarta :Gramedia
Provinsi Riau melaksanakan Pustaka.
tahapan ini. Mengingat banyak
sekali masalah yang muncul Silalahi,Daud. 2001. Hukum
setelah apabila terjadinya Lingkungan (Dalam Sistem
suatu bencana. Adapun Penegakan Hukum Lingkungan
apabila memang kekurangan Indonesia). Bandung: PT.Alumni.
dana ketika tahapan ini, maka
bisa dilakukan penganggaran Suhendang, Endang. 2013.
dana untuk tahapan setelah Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor:
bencana ini.
IPB Press.

Syaifuna,Lailan. 2003.
DAFTAR PUSTAKA Kebakaran Hutan dan Lahan di
Indonesia. Bandung: Akademika
A. Buku Pressindo.
Arikunto, Suharsimi. 2012.
Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan dan Praktik. B. DasarHukum
Dokumentasi. Jakarta: Graha
Undang-Undang Nomor 32 tahun
Pustaka. 2004 Tentang Otonomi
Daerah
Bodgan, Robert C and Biklen,
Sari Knopp. 1982. Qualitative Undang-Undang Nomor 24 Tahun
Research for Education, An 2007 Tentang
Introduction to theory and methods, Penanggulangan Bencana
Bacan :Allyn and Bucon, Inc. Undang-Undang Nomor 18 tahun
2004 Tentang Kerusakan dan
David, Gover. 2014. Pencemaran Lingkungan
Indonesia’s Fire and Haze. Jakarta:
GrahaPustaka :Ombak Permendagri Nomor 46 Tahun 2008
Tentang Pedoman Organisasi
Fardiaz, Srikandi. 2010. Polusi dan Tata Kerja BPBD
Air dan Udara. Jogjakarta: Kanisius.
Peraturan Pemerintah Nomor 22
Kusnanto. 2008. Metode Tahun 2008 Tentang Dana
Penanggulangan Bencana
Kualitatif. Ciri-ciri Penelitian
Peraturan Gubernur Riau Nomor 43
Tahun 2015 Tentang Rincian
Tugas, Fungsi, dan
Penanggulangan Bencana
Daearah Provinsi Riau
Peraturan Kepala BNPB Nomor 3
Tahun 2008 Tentang
Pedoman Pembentukan
BPBD

C. Website
Http://www.lapan.go.id(diakses pada
tanggal 1 November 2015)
Http://www.goriau.com(diakses pada
tanggal 4 November 2015)
Http://www.detik.com (diakses) pada
tanggal 10 November 2015)
Http://www.beritasatu.com (diakses
pada tanggal 19 Februari 2016)

You might also like