You are on page 1of 10

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No.

1 Januari 2016

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP


KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI
PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

Puspita Sari*,Vitawati**

* Departemen Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako
** Mahasiswi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako

ABSTRACT

Background: Pneumonia is one of the largest contributors to health problems and causes
of death of children under five years old. Pneumonia kills approximately 935,000 children
under the age of five in 2013, accounting for 15% of all deaths in children under five years
of age. Pneumonia in children most commonly found in children with incomplete
immunization status. Immunizations are associated with the incidence of pneumonia is the
pertussis immunization in DPT, measles, Haemophilus influenza, and pneumococcal.
Objective: To determine the correlation of DPT and measles immunization on the
incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu Sangurara
health centers in 2015.
Methods: This study is a non-experimental study with cross sectional approach. The
population is all pediatric patients who came to the Sangurara clinic which were as many
as 1,782 children. The sample was 95 children aged 10 months-5 years, obtained by
purposive sampling.
Results: The results of the data analysis conducted with chi-square test to find out the
correlation between DPT immunization towards pneumonia showed p value was 0,011 so
that H1 is accepted. The value of phi test showed 0,260 that indicate negative correlation
with the strength of the correlation is weak. Furthermore, the results of data analysis with
chi square test about the correlation between measles immunization towards pneumonia
found that value of p <0.05 is 0,002 so that H1 is accepted. Phi test values was 0,319
indicates that the negative correlation with the strength of the correlation was intermediate.
Conclusion: There is a significant correlation between DPT and measles immunization in
reducing the incidence of pneumonia in children aged 10 months-5 years in the city of Palu
Sangurara health centers in 2015.

Keywords: Pneumonia, DPT and measles immunization

42 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016

ABSTRAK

Latar Belakang : Pneumonia membunuh kira-kira 935.000 anak di bawah usia lima tahun
pada tahun 2013, terhitung untuk 15% dari seluruh kematian anak di bawah usia lima
tahun. Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status imunisasi
yang belum lengkap. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia
adalah imunisasi pertusis dalam DPT, campak, Haemophilus influenza, dan pneumokokus.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan pemberian imunisasi DPT dan campak terhadap
kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di puskesmas Sangurara kota Palu
tahun 2015.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen dengan pendekatan cross
sectional. Populasi adalah semua pasien anak usia 10 bulan-5 tahun yang datang ke
puskesmas Sangurara berjumlah 1.782 anak. Sampel yang digunakan berjumlah 95 anak
yang berusia 10 bulan-5 tahun, diperoleh dengan cara purposive sampling.
Hasil : Hasil analisa data uji chi square mengenai hubungan antara pemberian imunisasi
DPT terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,011 sehingga H1
diterima. Nilai uji Phi 0,260 menunjukkan bahwa korelasi negatif dengan kekuatan
korelasi lemah. Selanjutnya hasil analisis data uji chi square mengenai hubungan antara
pemberian imunisasi campak terhadap kejadian pneumonia diperoleh nilai p < 0,05 yaitu
0,002 sehingga H1 diterima. Nilai uji Phi 0,319 menunjukkan bahwa korelasi negatif
dengan kekuatan korelasi sedang.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian imunisasi DPT dan
campak dalam menurunkan kejadian pneumonia pada anak usia 10 bulan-5 tahun di
puskesmas Sangurara kota Palu tahun 2015.

Kata Kunci : Pneumonia, Imunisasi DPT dan campak

PENDAHULUAN sebagian besar terjadi di negara


berkembang. Oleh karena itu pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu
disebut sebagai pembunuh anak no 1 (the
masalah kesehatan dan penyumbang
number one killer of children). Di negara
terbesar penyebab kematian anak usia di
berkembang pneumonia merupakan
bawah lima tahun. Pneumonia membunuh
penyakit “yang terabaikan” (the neglegted
anak lebih banyak daripada penyakit lain
disease) atau “penyakit yang terlupakan”
apapun, mencakup hampir 1 dari 5
(the forgotten disease) karena begitu
kematian anak-balita, membunuh lebih
banyak anak yang meninggal karena
dari 2 juta anak-balita setiap tahun yang
pneumonia namun sangat sedikit perhatian

43 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016

yang diberikan kepada masalah Sedangkan angka kejadian pneumonia


pneumonia[1]. Pneumonia membunuh kira- pada anak di kota Palu pada tahun 2014
kira 935.000 anak di bawah usia lima mencapai 4.050 kasus. Dimana wilayah
tahun pada tahun 2013, terhitung untuk kerja puskesmas Sangurara sendiri
15% dari seluruh kematian anak di bawah merupakan salah satu wilayah dengan
usia lima tahun[2]. jumlah penderita pneumonia terbanyak
Imunisasi adalah suatu upaya untuk pada tahun 2014 yaitu mencapai 468
menimbulkan/meningkatkan kekebalan kasus dari 5.143 anak di puskesmas
seseorang secara aktif terhadap suatu Sangurara. Anak yang memperoleh
penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan imunisasi DPT di kota Palu tahun 2014
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit mencapai 3.596 anak dan anak yang
atau hanya mengalami sakit ringan[3]. memperoleh imunisasi campak di
Pneumonia pada anak paling banyak mencapai 7804 anak. Sedangkan di
ditemukan pada anak dengan status peskesmas Sangurara sendiri pada tahun
imunisasi yang belum lengkap. Anak yang 2014, anak yang memperoleh imunisasi
belum mendapatkan imunisasi lebih DPT mencapai 594 anak dan imunisasi
rentan terkena pneumonia. Imunisasi yang campak sebesar 1052 anak[6].
berhubungan dengan kejadian penyakit Banyak faktor yang mempengaruhi
pneumonia adalah imunisasi pertusis kejadian pneumonia salah satunya ialah
dalam DPT, campak, Haemophilus imunisasi, yang kemudian dapat
influenza, dan pneumokokus[4]. Pada meningkatkan angka kejadian pneumonia.
penelitian terdahulu (Anonim, 2009) Hal inilah yang mendasari penulis untuk
mengemukakan bahwa dengan imunisasi melakukan penelitian mengenai hubungan
campak yang efektif sekitar 11% kematian pemberian imunisasi DPT dan campak
pneumonia balita dapat dicegah dan terhadap kejadian pneumonia pada anak
dengan imunisasi pertusis (DPT) 6% usia 10 bulan-5 tahun di Puskesmas
kematian pneumonia dapat dicegah[5]. Sangurara kota Palu tahun 2015.
Jumlah anak pada tahun 2014 di
kota Palu adalah sebanyak 38.538 anak.

44 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian
Berdasarkan penelitian diperoleh
non eksperimen dengan pendekatan Cross
data yang telah dianalisis yaitu sebagai
Sectional. Lokasi penelitian ini adalah di
berikut:
Puskesmas Sangurara Kota Palu dan
1. Analisis Univariat
waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
a. Distribusi sampel berdasarkan usia
Desember 2015- Februari 2016. Populasi
Tabel 4.1 Distribusi sampel berdasarkan
yang digunakan dalam penelitian ini usia
adalah semua pasien anak yang datang ke
puskesmas Sangurara periode Januari-
Desember 2015 yang berjumlah 1.782
anak. Tehnik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian adalah dengan
cara Purposive Sampling, sedangkan
jumlah sampel yang di teliti sesuai dengan
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan
rancangan penelitian ini adalah 95 anak.
jumlah pasien anak yang datang di
Analisis univariat digunakan untuk
puskesmas Sangurara kota Palu usia 10-12
menggambarkan karakteristik masing-
bulan sebanyak 27 anak (28,4%) yang
masing variabel yang diteliti. Analisis data terdiri dari 14 anak (31,8%) tidak
bivariat yang digunakan adalah uji mengalami pneumonia dan 13 anak
statistik Chi Square untuk mengetahui (25,5%) mengalami pneumonia, jumlah
hubungan antara 2 variabel. Jika H1 pasien usia 13-24 bulan adalah sebanyak
diterima, selanjutnya dilakukan uji Phi 38 anak (40%) yang terdiri dari 17 anak
untuk mengetahui kekuatan hubungan (38,6%) tidak mengalami pneumonia dan
antara kedua variabel. 21 anak (41,2%) mengalami pneumonia,
jumlah pasien usia 25-36 bulan adalah
sebanyak 23 anak (24,2%) yang terdiri
dari 12 anak (27,3%) tidak mengalami

45 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016

pneumonia dan 11 anak (21,6%) c. Distribusi sampel berdasarkan


mengalami pneumonia, dan jumlah pasien pemberian imunisasi campak
usia 37-60 bulan adalah 7 anak (7,3%) Tabel 4.3 Distribusi sampel berdasarkan
pemberian imunisasi campak
yang terdiri dari 1 anak (2,3%) tidak
mengalami pneumonia dan 6 anak Jum Persentase
lah (%)
(11,7%) mengalami pneumonia.
Imunisasi Ya 38 40
b. Distribusi sampel berdasarkan Campak
Tidak 57 60
pemberian imunisasi DPT
Total 95 100
Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan
pemberian imunisasi DPT Sumber : Data sekunder (KMS, 2015)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat
Jum Persentase
sebanyak 38 anak (40%) memperoleh
lah (%)
imunisasi campak dan 57 anak (60%)
Imunisasi Ya 45 47,4 tidak memperoleh imunisasi campak.
d. Distribusi sampel berdasarkan
DPT Tidak 50 52,6
pneumonia

Total 95 100
Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan
Sumber : Data sekunder (KMS, 2015) pneumonia
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat
Jum Persentase
sebanyak 45 anak (47,4%) memperoleh lah (%)
imunisasi DPT dan 50 anak (52,6%) tidak Pneum Ya 51 53,7

memperoleh imunisasi DPT. onia


Tidak 44 46,3

Total 95 100

Sumber : Data sekunder (RekamMedik,


2015)

46 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui ada berisiko mengalami pneumonia. Hal ini
sebanyak 51 anak (53,7%) yang menderita juga didukung dengan hasil uji Chi-
pneumonia dan 44 anak (46,3%) tidak Square dimana nilai p < nilai α yaitu p =
menderita pneumonia. 0,011 yang berarti H1 diterima.
Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan
2. Analisis Bivariat hubungan kedua variabel maka dilakukan
a. Hubungan Imunisasi DPT dengan uji Phi, dari hasil statistik ditemukan nilai
Kejadian Pneumonia Phi sebesar 0,260. Hal ini berarti,
kekuatan hubungan antara pemberian
Tabel 4.5 Hubungan Imunisasi DPT imunisasi DPT dengan kejadian
dengan Kejadian Pneumonia
pneumonia yaitu lemah.

b. Hubungan Imunisasi Campak


dengan Kejadian Pneumonia

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa anak Tabel 4.6 Hubungan Imunisasi Campak
dengan Kejadian Pneumonia
yang tidak mengalami pneumonia dan
tidak mendapatkan imunisasi DPT adalah
sebanyak 17 anak (38,6%) sedangkan
yang tidak mendapat imunisasi DPT dan
mengalami pneumonia adalah 33 anak
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa anak
(64,7%). Pasien anak yang memperoleh
yang tidak mengalami pneumonia dan
imunisasi DPT dan tidak mengalami
tidak mendapatkan imunisasi campak
pneumonia adalah 27 anak (61,4%)
adalah sebanyak 19 anak (43,2%)
sedangkan anak yang mengalami
sedangkan yang tidak mendapat imunisasi
pneumonia dan memperoleh imunisasi
campak dan mengalami pneumonia adalah
DPT adalah sebanyak 18 anak (35,3%).
38 anak (74,5%). Pasien anak yang
Dari data tersebut terlihat bahwa anak
memperoleh imunisasi campak dan tidak
yang tidak diberikan imunisasi DPT lebih

47 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016

mengalami pneumonia adalah 25 anak balita masuk dalam kelompok yang rawan
(56,8%) sedangkan anak yang mengalami terhadap infeksi seperti influenza dan
pneumonia dan memperoleh imunisasi pneumonia. Hal ini disebabkan imunitas
campak adalah sebanyak 13 anak (25,5%). yang belum sempurna dan saluran
Dari data tersebut terlihat bahwa anak pernapasan yang relatif sempit.
yang tidak diberikan imunisasi campak Hasil analisa univariat menunjukkan
lebih berisiko mengalami pneumonia. Hal bahwa sebagian besar balita mengalami
ini juga didukung dengan hasil uji Chi- pneumonia. Pemberian imunisasi lengkap
Square dimana nilai p < nilai α yaitu p = sebelum anak mencapai usia 1 tahun, anak
0,002 yang berarti H1 diterima. akan terlindung dari beberapa penyebab
Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan yang paling utama dari infeksi pernafasan
hubungan kedua variabel maka dilakukan termasuk batuk rejan, difteri, tuberkulosa
uji Phi, dari hasil statistik ditemukan nilai dan campak. Dengan pemberian imunisasi
Phi sebesar 0,319. Hal ini berarti, berarti mencegah kematian pneumonia
kekuatan hubungan antara pemberian yang diakibatkan oleh komplikasi
imunisasi campak dengan kejadian penyakit campak dan pertusis[7].
pneumonia yaitu sedang. Anak yang telah mendapat imunisasi
campak diharapkan terhindar dari
PEMBAHASAN penyakit campak dan pneumonia
Distribusi sampel berdasarkan usia merupakan komplikasi yang paling sering
diperoleh jumlah pasien terbanyak pada terjadi pada anak yang mengalami
anak usia 13-24 bulan yaitu 38 (40%). penyakit campak. Oleh karena itu,
Hasil ini sesuai dengan Hartati (2012) imunisasi campak sangat penting
bahwa anak-anak berusia 0-24 bulan lebih membantu pencegahan terjadinya
rentan terhadap penyakit pneumonia penyakit pneumonia[7].
dibanding anak-anak berusia diatas 2 Imunisasi DPT dapat mencegah
tahun. Bayi dan balita memiliki terjadinya penyakit difteri, pertusi, dan
mekanisme pertahanan tubuh yang masih tetanus. Dimana pemberian imunisasi
rendah dibanding orang dewasa, sehingga dapat mencegah infeksi yang dapat

48 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016

menyebabkan pneumonia sebagai pada anak. Begitu pula hasil perhitungan


komplikasi penyakit pertusi. Pertusi dapat uji statistik antara pemberian imunisasi
diderita oleh semua orang tetapi penyakit campak dengan kejadian pneumonia pada
ini lebih serius bila terjadi pada bayi. Oleh anak, diperoleh nilai p < 0,05 yaitu 0,002
karena pemberian imunisasi DPT yang artinya terdapat hubungan yang
sangatlah tepat untuk mencegah anak bermakna antara pemberian imunisasi
terhindar dari penyakit pneumonia[8]. campak dengan kejadian pneumonia.
Uji statistik yang dipilih untuk Dimana hipotesis kerja (H1) pada
mengetahui hubungan antara pemberian penelitian ini dapat diterima. Selanjutnya
imunisasi DPT dan campak terhadap untuk mengetahui kekuatan hubungan
kejadian pneumonia adalah uji Chi- maka dilakukan uji Phi, dari hasil statistik
Square. Berdasarkan hasil perhitungan uji ditemukan nilai Phi sebesar 0,319. Hal ini
antara pemberian imunisasi DPT dengan berarti, kekuatan hubungan antara
kejadian pneumonia, diperoleh bahwa pemberian imunisasi campak dengan
nilai p < 0,05 yaitu 0,011 yang artinya kejadian pneumonia yaitu sedang dan
terdapat hubungan antara pemberian korelasinya kearah negatif.
imunisasi DPT dengan kejadian Tambunan S, et al (2013) melaporkan
pneumonia. Oleh karena itu, hipotesis bahwa riwayat status imunisasi memiliki
kerja (H1) pada penelitian ini dapat hubungan yang bermakna dengan kejadian
diterima. Selanjutnya untuk mengetahui pneumonia pada balita. Jika dilihat dari
kekuatan hubungan kedua variabel maka nilai p = 0,009; OR = 3,839 berarti balita
dilakukan uji Phi, dari hasil statistik yang tidak mendapatkan imunisasi dapat
ditemukan nilai Phi sebesar 0,260. Hal ini meningkatkan kejadian pneumonia 3,839
berarti, kekuatan hubungan antara kali. Hasil penelitian ini didukung oleh
pemberian imunisasi DPT dengan teori yang menyatakan bahwa bayi dan
kejadian pneumonia yaitu lemah dan balita yang mempunyai status imunisasi
korelasinya kearah negatif dimana lengkap bila menderita ISPA dapat
semakin tinggi pemberian imunisasi DPT diharapkan perkembangan penyakitnya
maka semakin rendah kejadian pneumonia tidak akan menjadi lebih berat. Cara yang

49 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016

terbukti paling efektif saat ini adalah pemberian imunisasi DPT dan campak
dengan pemberian imunisasi campak dan melalui data sekunder pada rekam medis
pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak dan KMS, sehingga hasilnya kurang
yang efektif sekitar 11% kematian maksimal[1].
pneumonia balita dapat dicegah dan
dengan imunisasi pertusis (DPT) 6% KESIMPULAN DAN SARAN
kematian pneumonia dapat dicegah. Hasil Berdasarkan penelitian ini
penelitian ini juga sejalan dengan dipeoleh kesimpulan yaitu terdapat
penelitian yang dilakukan oleh Fanada M hubungan antara pemberian imunisasi
& Widyaiswara M, yang menunjukkan DPT dan campak dalam menurunkan
adanya hubungan yang bermakna antara kejadian pneumonia pada anak.
riwayat stastus imunisasi dengan kejadian Berdasarkan tingkat usia yang
pneumonia pada balita (p value = 0,000; α diperoleh, anak yang mengalami
= 0,05)[9]. pneumonia paling banyak pada usia 13-
Berbagai faktor resiko yang 24 bulan yaitu 21 anak (41,2%).
meningkatkan kejadian, beratnya Peneliti mengharapkan kepada
penyakit, dan kematian karena pneumonia petugas kesehatan di puskesmas
yaitu status gizi (gizi kurang dan gizi Sangurara agar termotivasi untuk
buruk memperbesar resiko), pemberian berperan dalam meningkatkan
ASI (ASI eksklusif mengurangi resiko), pemberian imunisasi DPT dan campak
suplementasi vitamin A (mengurangi dan bagi masyarakat terutama orang
resiko), suplementasi Zinc (mengurangi tua diharapkan dapat meningkatkan
resiko), bayi dengan berat badan lahir pemahaman tentang pentingnya
rendah (meningkatkan resiko), vaksinasi pemberian imunisasi DPT dan campak
(mengurangi resiko), dan polusi udara dalam mencegah pneumonia pada
dalam kamar terutama asap rokok dan balita serta untuk peneliti selanjutnya
asap bakaran dari dapur (meningkatkan sekiranya perlu melakukan penelitian
resiko). Namun dalam penelitian ini yang menyangkut semua faktor-faktor
peneliti hanya meneliti pengaruh

50 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 3 No. 1 Januari 2016

lain yang dapat menyebabkan 6. Dinkes Kota Palu. Profil Kesehatan


terjadinya penyakit pneumonia. Kota Palu. Palu: Dinas Kesehatan Kota
Palu. 2015.
DAFTAR PUSTAKA 7. Agussalim. Hubungan Pengetahuan,
1. Kemenkes RI. Pneumonia Balita. Status Imunisasi dan Keberadaan
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Perokok Dalam Rumah dengan
2010 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
2. WHO. Pneumonia. 2014. [cited 28 Akut pada Balita Di Puskesmas Peukan
April 2015]. Bada Kabupaten Aceh Besar”. Jurnal
3. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Ilmiah STIKES U’Budiyah. 2012; 1 (2):
Peraturan Menteri Kesehatan Republik 7-8. [cited 23 April 2016].
Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 8. Hartati, S., Nani N., Dewi G. Faktor
tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Risiko terjadinya Pneumonia pada
2013. [cited 14 Mei 2015]. Anak Balita. Jurnal Keperawatan
4. Monita, O., Finny F.Y.,Yuniar L. Profil Indonesia. 2012; 15 (1): 18-19. [cited
Pasien Pneumonia Komunitas di 04 Mei 2016].
sBagian Anak RSUP DR. M. Djamil 9. Tambunan, S., Suharyo., Kriswiharsi,
Padang Sumatera Barat. Jurnal K.S. Faktor-Faktor Risiko Kejadian
Kesehatan Andalas. 2015; 4 (1): 220. Pneumonia pada Balita di Wilayah
[cited 20 Agustus 2015]. Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota
5. Sukmawati., Sri, D.A. Hubungan Semarang Tahun 2013. 2013; [cited 04
Status Gizi, Berat Badan Lahir (BBL), Mei 2016].
Imunisasi dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Tunikamaseang Kabupaten Maros.
Media Gizi Pangan. 2010; 10 (2): 20. [
cited 20Agustus 2015].

51 Puspita Sari & Vitawati, Hubungan Pemberian Imunisasi DPT dan Campak ...

You might also like