You are on page 1of 10

Biopendix, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2016, hlm.

53-62

ANALISIS SENYAWA FLAVONOID DAUN LAMUN Enhalus acoroides


DI PERAIRAN PANTAI DESA WAAI KABUPATEN MALUKU TENGAH

Icak Darling Rahakbauw1, Th. Watuguly2,


1
Alumi Program Studi Pendidikan Biologi
2
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi

E-mail: icat_darling@gmail.com

Abstract

Background: The coastal waters of Waai Village are the waters located in Kecamatan Kecamatan,
Central Maluku District. The potential of coastal resources in this area is quite a lot of seagrass
(Seagrass). Although quite a lot but because of the lack of information related to the existing seagrass
so that until now the utilization of seagrass in the area has not been maximized. This study aims to
determine the total flavonoid compounds contained in the seagrass of Enhalus acoroides.
Method: This research was conducted at Basic Chemical Laboratory, Faculty of Mathematics and
Natural Sciences (FMIPA) Pattimura University Ambon. The study was conducted from March 20-28,
2016, with sampling location in coastal waters of Waai Village, Central Maluku District. The method used
refers to the Chang method by using AlCl3 reagent.
Result: Based on total analysis of flavonoid compound using laboratory experimental method obtained
the average flavonoid level contained in Enhalus acoroides seagrass leaves of 3.569%.
Conclusion: Seaweed leaves Enhalus acoroides taken from coastal waters of Waai Village contain
flavonoid compounds with an average value of 3.5697%.

Keywords: Flavonoid, Enhalus acoroides

Abstrak

Latar Belakang: Perairan pantai Desa Waai merupakan perairan yang berada di Kecamatan Salahutu,
Kabupaten Maluku Tengah. Potensi sumberdaya pesisir yang ada di daerah ini cukup banyak
diantaranya lamun (Seagrass). Walaupun cukup banyak namun karena minimnya informasi terkait
lamun yang ada sehingga sampai saat ini pemanfaatan lamun di daerah tersebut belum maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui total senyawa flavonoid yang terkandung pada daun lamun
Enhalus acoroides.
Metode: Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Pattimura Ambon. Penelitian dilakukan mulai dari tanggal 20 -
28 maret 2016, dengan lokasi pengambilan sampel di perairan pantai Desa Waai Kabupaten Maluku
Tengah. Metode yang digunakan mengacu pada metode Chang dengan menggunakan pereaksi AlCl 3.
Hasil: Berdasarkan hasil analisis total senyawa flavonoid menggunakan metode eksperimen
laboratorium diperoleh rata-rata kadar flavonoid yang terkandung dalam daun lamun Enhalus acoroides
sebesar 3,569%.
Kesimpulan: Daun lamun Enhalus acoroides yang diambil dari perairan pantai Desa Waai terdapat
senyawa flavonoid dengan nilai rata-rata sebesar 3,5697%.

Kata kunci: Flavonoid, Enhalus acoroides

I.D. Rahakbauw, Th. Watuguly, Analisis Senyawa Flavonoid … 53


Biopendix, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2016, hlm. 53-62

PENDAHULUAN Pulau Seram, Kepulauan Aru, Pulau Buru


Dunia tumbuhan memiliki beragam dan Pulau Saparua (Monk, 2000).
spesies yang tersebar di seluruh permukaan Ekosistem lamun memiliki fungsi secara
bumi, mengkolonisasi mulai dari daratan ekologis dan secara ekonomis. Secara
hingga perairan tawar dan lautan. Bukti yang ekologis, lamun dimanfaatkan oleh biota
ada menunjukkan bahwa tumbuhan perairan sebagai sumber makanan, tempat
angiospermae mulai mengkolonisasi memijah, tempat asuhan, tampat
lingkungan laut sekitar 100 juta tahun yang perlindungan dan persembunyian dari panas
lalu (Den Hartog dalam Hemminga dan matahari dan serangan pemangsa oleh
Duarte, 2000). Lamun (Seagrasses) adalah berbagai ikan dan invertebrata (Notji, 2005;
tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang Dahuri, 2003). Selain itu, ekosistem lamun
sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup juga berfungsi sebagai penangkap
terbenam di dalam laut (Dahuri, 2003). sendimen, pelindung pantai, dan peredam
Jumlah spesies lamun di seluruh dunia arus gelombang (Dahuri, 2003; Fahrudin,
adalah 50 spesies yang merupakan anggota 2002; Monk, 2000; Nontji, 2005).
dari 12 genus dari 4 famili (Nontji, 2005). Dari Sebagai sumber makanan, daun
total 50 spesies lamun, 20 spesies di lamun spesies Thalasia sp dan Syringodium
antaranya terdapat di Asia Timur yang isoetifollium secara langsung dikonsumsi
meliputi Korea, Jepang dan Taiwan (Husein, oleh ikan beronang (Siganus canliculatus),
2009). Kelimpahan lamun tertinggi di dunia, penyu hijau (Chelonia midas), gastropoda
ditemukan pada daerah tropis mencakup 7 spesies Strombus sp, bulu babi spesies
genus antara lain Enhalus, Thalasia, dan Tripneustes gratilla dan Temopleurus
Halophilla dari family Hidrocharitaceae, foreumatikus, sedangkan daun lamun
Holodule, Cimocodea, Syringodium, spesies Halodule sp, Cimocodea sp dan
Thallasodendrom dari family Zhamia sp dikonsumsi oleh ikan duyung
Patomogetonaeae. Di daerah temperata (Dugong dugong). Sebagian besar bahan
hanya terdapat 5 marga lamun yaitu organik (65-85%) dalam bentuk detritus
Halophilla, Syringodium, Thallasodendrom, yang diproduksi oleh lamun dan
Cymocodea, dan Zotera. Perbedaan jumlah dimanfaatkan oleh alga epifit sebagai
lamun antara, daerah tropis dan temperata sumber nutrien dengan cara melekatkan
disebabkan oleh perbedaan faktor dirinya pada daun lamun (Fahrudin, 2002)
lingkungan perairan kedua daerah tersebut. selanjutnya alga epifit dimanfaatkan oleh
Daerah temperate memilimki suhu yang juvenile udang dan ikan, gastropoda,
rendah dan radiasi sinar matahari yang crustaceae dan polichaeta sebagai sumber
minimum, sedangkan daerah tropis memiliki makanan (Susetiono, 2004).
suhu yang tinggi, radiasi sinar matahari Adaptasi biokimia yang dilakukan oleh
maksimal, dan salinitas yang cenderung golongan tumbuhan umumnya termasuk
normal (Nontji, 2005). lamun ialah dengan menghasilkan atau
Di perairan Indonesia trdapat 7 genus mengeluarkan senyawa tertentu yang
lamun yang merupakan anggota dari family disebut senyawa bioaktif atau metabolit
Hydrocharitaceae dan Potamogenotaceae sekunder. Senyawa-senyawa kimia ini
(Fahrudin, 2002). Keanekaragaman spesies menurut Subhashini et al. (2013), di sintesis
lamun tertinggi di Indonesia dijumpai di oleh jalur metabolik sekunder yang tidak
perairan teluk Flores dan Lombok yang terlibat dalam pertumbuhan normal,
terdiri atas masing-masing 11 spesies perkembangan atau reproduksi tetapi
(Husein, 2009). Daerah lain di Indonesia biasanya memiliki peran dalam proses
yang memiliki keanekaragaman spesies adaptasi dalam kondisi stress.
lamun yang tergolong tinggi adalah Sumatra, Beberapa penelitian telah
Jawa, Bali, Kalimantan yang terdiri atas mendokumentasikan kelimpahan metabolit
masing-masing 10 spesies, sedangkan di alam (metabolit sekunder, senyawa bioaktif)
daerah Nusa Tenggara dan Maluku masing- ini di lamun dan beberapa telah difokuskan
masing terdiri atas 9 spesies lamun (Dahuri, pada potensi bioaktif mereka (Subhashini et
2003). Khusus di perairan Maluku, al., 2013) diantaranya yaitu, penelitian oleh
ekosistem lamun dijumpai di Pulau Ambon, Santoso et al. (2012), menemukan senyawa
metabolit sekunder seperti saponin,

Icak Darling Rahakbauw, Ali Awan, Th. Watuguly, Analisis Senyawa Flavonoid … 54
Biopendix, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2016, hlm. 53-62

triterpena dan sterol pada ekstrak etanol Tengah. Perairan ini merupakan bagian dari
80% di 7 spesies lamun. Pada ekstrak perairan pulau Ambon yang berhadapan
methanol lamun Syringodium isoetifolium langsung dengan Pulau Haruku. Profil
oleh Mani et al. (2012), ditemukan beragam substrat dari perairan pantai desa Waai yaitu
senyawa metabolit sekunder seperti pasir berlumpur, pasir berbatu dan pecahan
saponin, fenol dan alkaloid. karang mati. Potensi sumberdaya pesisir
Banyak kandungan metabolit sekunder yang ada di daerah tersebut cukup banyak
dari lamun telah diketahui aktif secara diantaranya lamun (Seagrass). Di perairan
biologis dan merupakan biomedis penting pantai Desa Waai terdapat sebanyak 4
serta bisa dimanfaatkan sebagai obat yang spesies lamun yang merupakan anggota
potensial. Akar dari Enhalus acoroides dari 1 ordo, 2 famili dan 4 genus (Wakano,
digunakan sebagai obat terhadap sengatan 2014). Kajian literatur mengenai senyawa
berbagai jenis pari dan kalajengking. flavonoid dari lamun Enhalus acoroides yang
Halophila sp. adalah obat yang ampuh ada di pantai desa Waai hingga saat ini
terhadap penyakit malaria, penyakit kulit dan belum ada.
ditemukan sangat efektif dalam tahap awal Berdasarakan latar belakang di atas,
kusta (Mani et al., 2012). Pada daerah- maka perlu dilaakukan penelitian tertarik
daerah maritim Asia, ekstrak lamun analisis senyawa flavonoid pada daun lamun
digunakan sebagai agen kuratif berbagai Enhalus acoroides di perairan pantai desa
penyakit seperti antibiotik, antihelmintic, waai kabupaten maluku tengah.
batuk, antipiretik, antitumor, antidiarea,
penyembuhan luka, pengobatan batu
empedu dan gondok (Umamaheshwari dkk., MATERI DAN METODE
2009). Waktu dan Tempat
Flavonoid terdapat pada seluruh bagian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
tanaman, termasuk pada daun lamun Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu
Enhalus acoroides. Flavonoid didalam Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
tumbuhan biasanya terikat dengan gugus Pattimura Ambon. Penelitian dilakukan mulai
gula sebagian glikosida dan aglikogen dalam dari tanggal 20 sampai dengan 28 maret
beberapa bentuk kombinasi glikosida. 2016, dengan lokasi pengambilan sampel di
Flavonoid juga mengandung sistem perairan pantai Desa Waai Kabupaten
aromatik terkonjugasi sehingga akan Maluku Tengah.
menunjukan serapan kuat pada daerah
spektrum sinar UV dan spektrum sinar Alat dan Bahan
tampak (Harborne, 1987). Aglikon flavonoid Alat yang digunakan dalam penelitian
merupakan pelifenol yang mempunyai sifat ini, Blender, Katung plastic, Elyemeyer 1000
kimia yang sama seperti senyawa fenol yaitu ml, Gelas ukur 10 ml, 100 ml, Labu ukur 10
memiliki sifat agak asam sehingga dapat ml, 100 ml, Spatula, Gelas beker 500 ml,
larut dalam basa. Flavonoid yang telah Rotary evaporator, Vial 15 ml, Corong,
diisolasi dari tumbuhan mempunyai berbagai Neraca analitik, Tabung reaksi, Rak tabung
keaktifan biologis anatara lain mempunyai reaksi, Pipet ukur 5 ml, Mikropipet, Scaple,
keefektifan sebagai obat, insektisida, anti Batang pengaduk, Spektrofotometer UV-
mikroba, anti virus, anti jamur, obat infeksi VIS, Kertas saring.
pada luka, mengurangi pembekuan darah di Bahan yang digunakan dalam penelitian
dalam tubuh, mempercepat pembekuan ini, Daun lamun Enhalus acoroides, HCL
darah di luar tubuh, merangsang 5%, Methanol, Akuades, Amoniak, Natrium
pembentukan estrogen pada mamalia, hidroksida, Alkohol, CH3COOK 1 M, AlCl3
antihipertensi, antioksidan, anti tumor, dan 10%, Kuersetin.
kanker (Robinson, 1995). Yang menjadi objek dalam peneitian ini
Karakteristik lamun berbeda untuk adalah 65 gram daun lamun Enhalus
setiap faktor ekologis sehingga acoroides
memungkinkan tiap daerah memiliki variasi
spesies lamun. Perairan pantai desa Waai
merupakan perairan yang berada di
Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku

I.D. Rahakbauw, Th. Watuguly, Analisis Senyawa Flavonoid … 55


Biopendix, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2016, hlm. 53-62

Prosedur Penelitian jingga pada lapisan natrium hidroksida


1. Preparasi Sampel (Harborne dalam Priyanto, 2012).
a) Daun lamun jenis Enhalus acoroides
diambil di perairan Desa Waai. Analisis Kandungan Total Flavonoid
b) Sampel diletakan di dalam wadah yang Metode yang digunakan mengacu pada
berisi air laut perairan tempat hidupnya, metode Chang et al. (2002), Hassan et al.
bertujuan untuk menjaga kelangsungan (2013) dan Nugroho et al. (2013) dengan
hidup lamun selama proses transportasi menggunakan pereaksi AlCl3. Sebanyak 0.5
ke laboratorium. ml ekstrak E. acoroides dengan konsentrasi
c) Daun lamun dibersihkan dari pasir dan 1000 ppm dipipet kedalam tabung reaksi,
kotoran-kotoran dengan menggunakan ditambahkan 1,5 ml metanol, 0,1 ml AlCl3
air tawar. 10%, 0,1 ml CH3COOK 1 M dan 2,8 ml
d) Daun lamun yang telah dibersihkan lalu akuades. Larutan dihomogenkan dan
direndam ke dalam larutan HCL 5% di diinkubasi selama 30 menit. Absorbansi
dalam wadah tertutup sambil sesekali larutan diukur dengan spektrofotometer UV-
diaduk selama 1 jam. Lamun yang telah Vis pada panjang gelombang 430 nm.
direndam lalu dicuci lagi menggunakan air Pengukuran absorbansi dilakukan 3 kali
mengalir dan epifhit yang ditemukan ulangan.
dikeruk secara hati-hati menggunakan Kuersetin digunakan sebagai standar
scapel. dengan seri konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6
e) Lamun yang sudah dibersihkan, ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Menurut Hassan et
dikeringkan dengan oven pada suhu 600C al. (2013), dan Nugroho et al. (2013), kurva
selama 3 jam. kalibrasi kuersetin digunakan untuk
f) Daun lamun yang telah kering dihaluskan menentukan kadar senyawa total flavonoid
dengan blender, kemudian disaring untuk yang terkandung dalam sampel melalui
mendapatkan butiran yang seragam, persamaan regresi dan dinyatakan dalam
dimasukkan dalam kantong plastik satuan mg ekuivalen kuersetin/g ekstrak (mg
disimpan dalam kondisi kering untuk GAE/g ekstrak) dengan rumus sebagai
selanjutnya dilakukan proses ekstraksi. berikut:
Sediaan daun lamun kering ini disebut
simplisia. Berat flavonoid
Total flavonoid = x 100%
Berat sampel
2. Ekstraksi Maserasi (Juniarti et al., 2009;
Santoso, et al., 2012)
a) Ekstraksi menggunakan metanol. HASIL DAN PEMBAHASAN
b) Ekstraksi dilakukan dengan Hasil
menggunakan Metode Maserasi dengan Berdasarkan hasil penelitian maka
3 kali pengulangan. dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebanyak
c) Sampel direndam dengan perbandingan 65 g daun E. acoroides segar dikeringkan
berat sampel dan volume pelarut 1:10 dalam oven pada suhu 600C selama 3 jam
selama 3x24 jam. menjadi 37 g. Ekstraksi menggunakan
d) Larutan ekstrak yang didapat di saring metanol sampel direndam dengan
menggunakan kertas penyaring perbandingan 1:10 selama 3x24 jam.
Whatman No.1. Filtrat yang diperoleh Ekstraksi menggunakan metanol karena
kemudian dipekatkan dengan vacuum flavonoid merupakan senyawa polar yang
rotary evaporator pada suhu 40 0C hingga mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang
diperoleh ekstrak kasar (crude extract) tak tersulih atau suatu gula, sehingga akan
berupa pasta. larut dalam pelarut polar seperti metanol.
Adanya gula yang terikat pada flavonoid
Uji Flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih
Sejumlah sampel ditambah 0,1 mg mudah larut dalam air dan dengan demikian
amoniak, 0,4 mL natrium hidroksida dan 4 campuran pelarut di atas dengan air
mL alkohol, kemudian campuran dikocok. merupakan pelarut yang lebih baik untuk
Adanya flavonoid ditunjukkan dengan glikosida (Markham, 1988).
terbentuknya warna merah, kuning atau

I.D. Rahakbauw, Th. Watuguly, Analisis Senyawa Flavonoid … 56


Biopendix, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2016, hlm. 53-62

Untuk mendapatkan gambaran tentang konsentrasi dari tiap pengulangan yang


hasil penelitian ini maka dibuat dalam bentuk ditunjukan pada tabel 4.2 berikut:
kurva standar. Kurva standar adalah kurva
yang dibuat berdasarkan konsentrasi Tabel 4.2. Absorbansi Cuplikan Pada
standar dan nilai absorbansi standar. Kurva Daun Lamun Enhalus
larutan standar kuersetin diperoleh dengan acoroide (3X pengulangan).
mengukur absorbansi dari larutan standar
kuersetin, pada berbagai konsentrasi dan No Konsentrasi Absorbansi
panjang gelombang maksimum yang telah 1 7,25 0,516
ditentukan sebelumnya yaitu sebesar 430 2 7,05 0,498
nm. Data larutan standar dan absorbansinya 3 7,20 0,513
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Setelah diperoleh absorbansi dari
Tabel 4.1. Absorbansi Larutan Standar larutan sampel, data diolah menjadi grafik
Kuersetin. anatara konsentrasi cuplikan dengan
absorbasinya. Adapun kurva cuplikan dapat
Konsentrasi Absorbansi dilihat pada grafik 4.2 berikut:
2 mg 0,143
4 mg 0,290 7.3 y = 0,1x + 6,9667
6 mg 0,428 KONSENTRASI 7.25 R2 = 0,9231
8 mg 0,571 7.2
10 mg 0,717 7.15
7.1
7.05
Setelah diperoleh absorbansi dari 7
larutan standar, data diolah menjadi grafik 6.95
antara kuersetin larutan standar kuersetin 0,516 0,498 0,513
dan absorbansinya. Adapun kurva standar ABSORBANSI
kuersetin dapat dilihat pada grafik 4.1
berikut:
Grafik 4.2. Kurva Konsentrasi Cuplikan
12 dan Absorbansi Cuplikan.
y = 1,5385x
10 R2= 0,9341
Telah dijelaskan pada grafik 4.1 bahwa
KONSENTRASI

8 absorbansi merupakan fungsi yang


6 besarnya berbanding lurus dengan
konsentrasi. Jadi semakin besar nilai
4 konsentrasi maka semakin besar pula nilai
2 absorbansinya. Pada Garfik 4.2 terlihat
0 bahwa garis liniernya tidak berupa garis
0,143 0,290 0,428 0,571 0,717 lurus seperti pada Grafik 4.1, hal ini
disebabkan oleh jumlah konsentrasi pada
ABSORBANS
ulangan II lebih kecil dibandingkan dengan
jumlah konsentrasi pada ulangan III dan I.
Grafik 4.1. Kurva konsentrasi dan Jadi, besarnya nilai absorbansi tergantung
Absorbansi Standar. pada besarnya nila konsentrasi.
Pada Grafik 4.2 terbaca bahwa nilai
Berdasarkan grafik kalibrasi yang telah R2=0,923. Hal ini diartikan bahwa 92,31%
dibuat, terlihat bahwa grafiknya berupa garis variasi Y (absorbansi) dapat diterangkan
lurus. Hal ini menunjukan bahwa semakin oleh variasi X (konsentrasi), atau dapat
besar konsentrasi semakin besar pula nilai diartikan bahwa 92,31% dari variabel tak
absorbansinya. Dari hasil pengukuran bebas Y (absorbansi) dipengharui oleh
absorbansi pada tiap konsentrasi larutan variabel bebas X (konsentrasi). Sisanya
standar kuersetin dan pengukuran 7,69% (100% - 92,31%) dari variasi total Y
absorbansi pada konsentrasi setiap kali (absorbansi) dipengharui oleh faktor lain
pengulangan, maka dapat dihitung diluar X (konsentrasi) atau variabel selain X.

I.D. Rahakbauw, Th. Watuguly, Analisis Senyawa Flavonoid … 57


Biopendix, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2016, hlm. 53-62

Hasil analisis senyawa flavonoid daun pantai Desa Waai dapat dilihat pada tabel
lamun Enhalus acoroides pada perairan 4.3.

Tabel 4.3 Senyawa Flavonoid Daun Lamun Enhalus acoroides

Berat Sampel Berat Flavonnoid Kadar Flavonoid Rata-rata kadar


No Ulangan
(gram) (gram) (%) flavonoid (%)
1 I 10,0213 362,5 3,6172
2 II 10,0516 352,5 3,5069 3,5697
3 III 10,0417 360,0 3,5850

Pembahasan berada pada kedalaman 2 m sangat baik


Berdasarkan hasil analisis maka untuk pertumbuhan lamun. Semakin tinggi
diperoleh rata-rata kadar flavonoid pada nilai kecerahan maka akan tinggi pula tingkat
daun lamun Enhalus acoroides yang diambil penetrasi cahaya ke dalam perairan.
dari perairan pantai desa Waai kabupaten Penetrasi cahaya matahari atau kecerahan
Maluku Tengah sebesar 3,569%. sangat penting bagi tumbuhan lamun. Hal ini
Penelitian yang dilakukan oleh terlihat dari sebaran lamun yang terbatas
Lumbessy dkk. (2013), menunjukan total pada daerah yang masih menerima cahaya
flavonoid dari beberapa tanaman obat matahari (Nybakken, 1992).
diantaranya daun rumput mutiara Suhu merupakan salah satu faktor yang
(Oldenlandia corymbosa) sebesar 2.686 sangat penting dalam mengatur proses
mg/mL, rumput teki (Cyperus rotundus L) kehidupan. Suhu di perairan pantai desa
kecuali akar sebesar 6.504, daun pegagan waai pada lokasi pengambilan sampel
(Centella asiatica) sebesar 3.816 mg/mL, sangat cocok untuk proses pertumbuhan
daun iler (Coleus scutellariodes L benth) lamun yaitu 28,300C. Hutomo (1999),
sebesar 14.246 mg/mL, daun ketepeng menjelaskan bahwa perubahan suhu
(Cassia alata L) 26.8633 mg/mL dan daun terhadap kehidupan lamun antara lain dapat
waru (Hibiscus tiliaceus L) 1.425 mg/mL. mempengaruhi metabolisme, penyerapan
Keberadaan senyawa flavonoid dalam unsur hara dan kelangsungan hidup lamun.
tanaman berbeda-beda dapat disebabkan Pada kisaran suhu 25-300C, fotosintesis
oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan akan meningkat dengan meningkatnya suhu
kondisi lingkungan tempat tumbuh, suhu, (Hutomo, 1999).
sinar ultraviolet, unsur hara, ketersediaan air Salinitas adalah total konsentrasi ion-ion
dan kadar CO2 dalam atmosfer (Bhat et al., yang terlarut dalam air. Salinitas dinyatakan
2009). dalam satuan promil (%0). Pada perairan
Karakteristik lokasi pengambilan sampel pesisir nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh
di perairan pantai desa Waai sebagai masuknya air tawar dari sungai. Nilai
berikut. Enhalus acoroides tumbuh pada salinitas di perairan pantai desa waai
substrat pasir berlumpur pada kedalaman 2 28,63‰ dan ini merupakan nilai salinitas
meter saat air pasang. Suhu 28,30 0C, nilai yang cocok untuk pertumbuhan lamun.
salinitas 28,63‰, kandungan oksigen Hutomo (1999), menjelaskan bahwa lamun
terlarut 5,71 ppm, kadar nitrat perairan 1,14 memiliki kemampuan toleransi yang berbeda
ppm, dan kadar fosfat 0,53 ppm. terhadap salinitas, namun sebagian besar
Pada perairan alami kecerahan sangat memiliki kisaran yang lebar yaitu 10-40%0.
penting karena erat kaitannya dengan Nilai salinitas yang optimum untuk lamun
proses fotosintesis. Kebutuhan cahaya yang adalah 35%0. Walaupun spesies lamun
tinggi bagi lamun untuk fotosintesis terlihat memiliki toleransi terhadap yang berbeda-
dari sebarannya yang terbatas pada daerah beda, namun sebagian besar memiliki
yang masih menerima cahaya matahari. kisaran yang besar terhadap salinitas yaitu
Nilai kecerahan perairan sangat dipengaruhi antara 10-30%0. Penurunan salinitas akan
oleh kandungan lumpur, plankton, dan zat menurunkan kemampuan fotosintesis
terlarut lainnya (Nybakken, 1992). Enhalus (Dahuri, 2001).
acoroides yang diambil dari perairan pantai Di perairan pantai desa Waai pada
desa Waai untuk dijadikan objek penelitian lokasi pengambilan sampel lamun Enhalus

I.D. Rahakbauw, Th. Watuguly, Analisis Senyawa Flavonoid … 58


Biopendix, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2016, hlm. 53-62

acoroides ditemukan tumbuh pada substrat dialirkan ke daun dan dipindahkan ke


pasir berlumpur. Ini adalah substrat yang perairan sekitarnya. Penelitian yang
baik dan cocok untuk pertumbuhan lamun dilakukan oleh Ohorella (2011),
Enhalus acoroides. Erftemeijer and mendapatkan hasil bahwa laju pertumbuhan
Middelburg (1993), menjelaskan bahwa laju Enhalus acoroides lebih tinggi pada perairan
pertumbuhan daun dan produksi lamun dengan konsentrasi fosfat yang lebih tinggi
Enhalus acoroides lebih tinggi pada substrat dibandingkan pada perairan dengan
lumpur berpasir (sedimen terigenous) kandungan fosfat yang lebih rendah. Oleh
dibandingkan pada jenis substrat yang lain, karena itu, fosfat merupakan salah satu
karena substrat lumpur berpasir umumnya nutrien yang dibutuhkan oleh lamun dalam
mempunyai ketersediaan unsur hara N dan proses pertumbuhan, jadi apabila
P yang lebih tinggi Ketersediaan unsur hara ketersediaan fosfat kurang akan
N dan P pada substrat tersebut berkaitan menghambat pertumbuhan lamun.
dengan ukuran partikel dan ketebalan Penelitian yang dilakukan oleh Santos
sedimen. Semakin kecil ukuran sedimen, (2004), menunjukan bahwa penurunan
maka akan semakin besar ketersediaan produksi hasil fotosintesis yaitu glukosa
unsur hara N dan P di substrat tersebut. merangsang aktifitas enzim PAL
Ketersediaan nutrien di perairan padang (Phenylalanine AmmoniaLyase). Enzim PAL
lamun merupakan faktor pembatas pada merupakan prekursor biosintesis senyawa
pertumbuhan lamun. Nutrien dapat flavonoid.
ditemukan pada kolom perairan maupun Ketika laju fotosintesis rendah dan
dalam sedimen. Di perairan pantai desa produksi glikosa berkurang maka aktifitas
Waai tempat pengambilan sampel daun enzim PAL akan meningkat dan diikuti
lamun Enhalus acoroides kadar nitrat dengan biosintesis flavonoid. Selain itu,
perairan 1,14 ppm. Penelitian yang meningkatnya konsentrasi CO2 mampu
dilakukan oleh McRoy & Barsdate dalam meningkatkan laju fotosintesis namun
Kiswara (1995), menunjukkan bahwa lamun sebaliknya menurunkan total flavonoid
mempunyai kemampuan mengambil nutrisi (Discosmo dan Towers, 1984).
melalui daun dan akarnya. Elemen penting Senyawa flavonoid adalah golongan
yang diperlukan oleh lamun adalah nitrogen senyawa yang tidak tahan panas dan mudah
(N), fosfat (P) dan C-organik. N dan P yang teroksidasi pada suhu tinggi. Penelitian yang
banyak digunakan oleh lamun adalah nitrat, dilakukan oleh Santoso (2014), terhadap
ammonium dan orthofosfat (Badria, 2007). kadar total flavonoid buah kiwi menunjukan
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di bahwa suhu yang tinggi dapat merusak
perairan alami dan merupakan nutrien flavonoid. Disebabkan karena flavonoid
utama pada ekosistem padang lamun yang berbentuk glikosida terhidrolisis
(Effendi, 2003). Menurut Philips dan Menez menjadi aglikon. Hal ini sesuai penelitian
dalam Badria (2007), pertumbuhan lamun Redha (2010), bahwa hidrolisis glikosida
berasal dari daur ulang nitrogen dalam antasianin dalam kondisi asam
sedimen dan kolom perairan. Rizoma dan mengahasilkan aglikon antosianidin.
akar lamun yang mati menambahkan kadar Keberadaan kadar flavonoid juga
nitrat dalam sendimen. dipengaruhi oleh ketersediaan air. Flavonoid
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang merupakan senyawa polar yang larut dalam
dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Fosfor pelarut polar seperti methanol, etanol,
merupakan unsur esensial bagi tumbuhan butanol, dan air. Adanya gula yang terikat
sehingga unsur ini merupakan faktor pada flavonoid cenderung menyebabkan
pembatas bagi tumbuhan tingkat tinggi dan flavonoid lebih mudah larut dalam air
alga akuatik serta sangat mempengaruhi (Harborne, 1987). Berdasarkan hasil
tingkat produktifitas perairan (Effendi, 2003). penelitian Timisela (2015), pengujian
Di perairan pantai desa Waai kadar fosfat golongan flavonoid pada lamun menunjukan
0,53 ppm dan ini sangat baik untuk flavonoid dapat larut dalam pelarut yang
pertumbuhan lamun. Menurut Mcroy et al. kepolarannya lebih tinggi seperti air karena
dalam Kiswara (1995), fosfat dalam sedimen flavonol memiliki kelebihan gugus hidroksil
adalah sumber utama untuk pertumbuhan pada posisi samping.
lamun. Fosfat diserap oleh akar kemudian

I.D. Rahakbauw, Th. Watuguly, Analisis Senyawa Flavonoid … 59


Biopendix, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2016, hlm. 53-62

Hasil penelitian Timisela (2015), KESIMPULAN DAN SARAN


menunjukan rata-rata kadar flavonoid yang Kesimpulan
terkandung dalam daun lamun Enhalus Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
acoroides yang terdapat di desa Galala bahwa daun lamun Enhalus acoroides yang
sangat rendah, yaitu 0,0192%. Rendahnya diambil dari perairan pantai desa Waai
kadar flavonoid yang terkandung dalam terdapat senyawa flavonoid dengan nilai
daun lamun Enhalus acoroides yang rata-rata sebesar 3,569%.
terdapat di desa Galala ini disebakan karena
perairan desa Galala tergolong perairan Saran
tercemar. Hal ini dibuktikan dengan kondisi 1. Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang
perairan yang tidak lagi jernih dan tingkat analisis senyawa flavonoid pada lamun
logam berat yang tinggi. Keadaan ini Enhalus acoroides di perairan desa lain
disebabkan karena banyaknya pabrik dan serta menggunakan bagian lain dari
perusahaan yang beroperasi membuang tubuh lamun Enhalus acoroides.
limbah hasil produksi ke perairan desa 2. Diharapkan ada penelitian lanjutan untuk
Galala. CO2 diproduksi dalam jumlah yang pengembangan sehingga lamun bisa
besar pada air yang tercemar (Tuwo, 2011). dimanfaatkan secara optimal sebagai
Rendahnya kandungan flavonoid yang sumber makanan kesehatan.
terdapat pada daun lamun di perairan desa 3. Bagi masyarakat desa Waai khususnya
Galala menunjukan pengaruh konsentrasi para nelayan untuk tidak mengambil
CO2 yang tinggi pada perairan ini sehingga lamun Enhalus acoroides secara
meningkatkan laju fotosintesis sebaliknya sembarangan agar keberadaan lamun
menurunkan total flavonoid. Enhalus acoroides diperairan pantaai
Hasil penelitian Rizal (2010), desa Waai tetap terlestarikan.
menunjukan tingkat bioakumulasi logam
berat timbal (Pb) dan cadmium (Cd) pada
lamun Enhalus acoroides di perairan desa DAFTAR PUSTAKA
Galala mencapai 7.23% dan akumulasi yang Badria, S. 2007. Laju Pertumbuhan Daun
tertinggi ditemukan pada daun lamun. Pb Lamun (Enhalus acroides) pada Dua
dan Cd yang bersifat basa berpengaruh Substrat Yang Berbeda Di Teluk Banten
pada flavonoid. Hal ini dikarenakan sifat (Skripsi). Program Studi Ilmu dan
kimia flavonoid yang bersifat asam sehingga Teknologi, Fakultas Perikanan dan Ilmu
dapat larut dalam basa (Singh et al., 2003). Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Tingginya kandungan Pb dan Pb yang Bhat, S. V., B. A. Nagasampagi and S.
terdapat pada lamun Enhalus acoroides Meenakshi. 2009. Natural Products:
menyebabkan larutnya kandungan flavonoid Chemistry and Application. Narosa
pada daun lamun Enhalus ancoroides di Publishing House: New Delhi.
perairan desa Galala. Selain itu, perairan Chang, C. C., M. H. Yang, H. M. Wen and J.
desa Galala yang bersifat basa C. Chern. 2002. Estimation of Total
menyebabkan kadar CO2 meningkat (Tuwo, Flavonoid Content in Propolis by Two
2011). Complementary Colorimetric Methods.
Berdasarkan hasil survei perairan desa Journal of Food and Drug Analysis, 10
Waai termasuk dalam perairan yang cukup (3): 178-182.
stabil dan belum tercemar. Hal ini Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Sumber Daya
disebabkan karena perairan ini bukanlah Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
merupakan perairan yang menjadi pusat Terpadu. Pradnya Paramita: Bogor.
kegiatan manusia seperti perkapalan dan Dahuri, R., 2003, Keanekaragaman Hayati
pembuangan sisa industri dan rumah Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan
tangga. Faktor kondisi lingkungan tempat Indonesia, PT Gramedia Pustaka
tumbuh Enhalus acoroides di perairan desa Utama: Jakarta.
Waai inilah yang menyebabkan kadar Dicosmo. F. and Towers, G. H. N. 1984,
flavonoid lebih tinggi dibandingkan kadar Stress and Secondary Metabolism in
flavonoid di perairan desa Galala. Cultured Plant Cells, in: Phytochemical
Adaptation and Stress (Timmeremann

I.D. Rahakbauw, Th. Watuguly, Analisis Senyawa Flavonoid … 60


Biopendix, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2016, hlm. 53-62

et al, editors), 97-150, Plenum Markham K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi


Publishing Co., Toronto. Flavonoid. Kosasih P, penerjemah.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Pengelola Sumberdaya dan Lingkungan Monk, K. A. 2000. Ekologi Nusatenggara
Perairan. Kanisius: Yogyakarta. dan Maluku. Prehallindo: Jakarta.
Fahrudin. 2002. Pemanfaatan, Ancaman, Nontji. 2005. Laut Nusantara Cetakan
dan Isu-isu Pengelola Ekosistem Keempat edisi Revisi: Djambatan
Padang Lamun: http://tumoutou.net Jakarta
Diakses 25 Agustus 2015. Nugroho, A. E., A. Malik and S. Pramono.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia: 2013. Total Phenoloc and Flavonoid
Penuntun Cara Modern Menganalisis Content, and In Vitro Antihypertension
Tumbuhan. Institut Teknologi Bandung, Activity of Purified Extract of Indonesian
Bandung (diterjemahkan oleh Kosasih Cashew Leaves (Anacardium
Padmawinata dan Iwang Soediro). occidentale L.). International Food
Hassan, S. M., A. A. Al Aqil and M. Research Journal, 20 (1): 299-305.
Attimarad. 2013. Determination of Nybakken JW. 1992. Biologi Laut Suatu
Crude Saponin and Total Flavonoids Pendekatan Ekologis. Penerbit PT.
Content in Guar Meal. Advancement in Gramedia Jakarta.
Medicinal Plant Research, 1 (2) : 24-28. Ohorella, A. 2011. Analisis Kandungan
Hemminga, A dan C., Duarte, 2000, Fosfat dan Hubungannya Dengan
Seagrass Ecology. Cambridge Tingkat Pertumbuhan Daun Lamun
University Press: Cambridge. Enhalus acoroides. Skripsi. Jurusan
Hutomo, M. 1999. Proses Peningkatan Ilmu Kulautan. Fakultas Ilmu Kelautan
Nutrient Mempengaruhi Kelangsungan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin:
Hidup Lamun. LIPI: Jakarta Makssar.
Hussein, A. 2009. Sejenak Kita Serius Untuk Priyanto, R. A., 2012, Aktivitas Antioksidan
Me”Lamun”: http://muhamaze. Dan Komponen Bioaktif Pada Buah
worpress.com. Diakses, 25 Agustus Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.),
2015. Skripsi, Institut Pertanian Bogor.
Juniarti, D. Osmeli dan Yuhernita. 2009. Redha, A. 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat
Kandungan Senyawa Kimia, Uji Antioksidan dan Peranannya Dalam
Toksisitas (Brine Shrimp Lethality Test) Sisitim Biologis. Jurnal. Jurusan
dan Antioksidan (1,1-diphenyl- 2- Teknologi Pertanian Politeknik Negri
pikrilhydrazyl) dari Ekstrak Daun Saga Pontianak: Pontianak.
(Abrus precatorius l.). Makara Sains, 13 Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
(1): 50-54 Tumbuhan Tinggi, ITB: Bandung.
Kiswara W, 1995. Kandungan Hara dalam Santos, C.V. 2004. Regulation off chlorophyll
Air Antara dan Air Permukaan Padang biosynthesis and degradation by salt
Lamun Pulau Barrang Lompo dan stress in sunflower leaves. Sci. Hortic.
Gusung Talang, Sulawesi Selatan. 103:93-99.
Balitbang, Biologi, Pustlitbang Santoso 2014. Effect of Processing on Major
Oseanologi, LIPI. Jakarta Timur. Flavonoid in Processed Onion, Gren
Lumbessy, M., J. Abidjulu, dan Jessy J. E. Beans and Peas: Food Chem
Paendong. 2013. Uji Total Flavonoid Santoso, J., S. Anwariyah, R. O. Rumiantin,
Pada Beberapa Tanaman Obat A. P. Putri, N. Ukhty and Y. Yoshie-
Tradisonal Di Desa Waitina Kecamatan Stark. 2012. Phenol Content,
Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan Antioxidant Activity and Fibers profile of
Sula Provinsi Maluku Utara. Jurusan Four Tropical Seagrasses from
Kimia FMIPA. Unsrat: Manado. Indonesia. Journal of Coastal
Mani, A. E. Aiyamperumal, V dan Patterson, Development, 15 (2): 189-196.
J., 2012, Phytochemicals of The Singh, B., T. K. Bhat, B. Singh. 2003.
Seagrass Syringodium Isoetifolium and Potential Therapeutic Applications of
Its Antibacterial And Insecticidal Some Antinutritional Plant Secondary
Activities, European Journal of Metabolites. J. Agric. Food Chem, 51:
Biological Sciences 5579-5597.

I.D. Rahakbauw, Th. Watuguly, Analisis Senyawa Flavonoid … 61


Biopendix, Volume 3, Nomor 1, Oktober 2016, hlm. 53-62

Subhashini, P. Dilipan, E. Thangaradjou, T Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata


dan Papenbrock, J., 2013, Bioactive Pesisir Dan Laut. Brilian Internasional.
Natural Products from Marine Indonesia.
Angiosperm: Abundance and Functions, Umamaheshwari, R. Thirumaran, G dan
Natural Product Bioprospect: 129 – 136. Anantharaman, P. 2009. Potential
Susetiono. 2004. Fauna Padang lamun Antibacterial Activities of Seagrasses
Tanjung Merah Selat Lembah. Pusat from Vellar Estuary; Southeast Coast of
Jakarta: Penalitian Oseanografi-LIPI. India Advances in Biological Research 3
Timisela, P. P., 2015. Identifikasi dan (3-4): 140-143
Analisis Flavonoid Daun Lamun Wakano, D, 2014 Inventarisasi Jenis-Jenis
Enhalus acoroides Pada Perairan Lamun (Seagrass) Di Perairan Pantai
Pantai Desa Galala dan Rutong, Desa Waai Dan Desa Liang. Seminar
[Skripsi]. FKIP Unpatti: Ambon Nasional Basic Science VI F-MIPA
Unpatti Ambon.

I.D. Rahakbauw, Th. Watuguly, Analisis Senyawa Flavonoid … 62

You might also like