Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This study at determining the implementation of logistics Management in Hospital
Pharmacheutical Warehouse of Regional General Hospital Kabelota of District Donggala. Type of
the research used is qualitative descriptive. Type of data used are primary data and secondary
data. Data collection technique. Data analysis used are Miles and Huberman models, namely data
reduction, data presentation and conclusion. Theory used is the theory of Donald J Bowersox,
consisting of five component, namely : structure of facilities, transportation, provision of supplies,
communication and handling and storage. Based on the research result, the implementation of
Management in Hospital Pharmacheutical Warehouse of Regional General Hospital Kabelota of
District Donggala has not been effective yet, first; inadequate facilities structure, inconsistent
transportation in delivering pharmaceuticals, and the other three components such as: provision of
supplies, communication and handling and storage are already fulfilled, although there are still
things that need to be dealt with, so it is expected that the five components all together can be
implemented optimally and effectively. Thus, the researcher concludes that the implementation of
Management in Hospital Pharmacheutical Warehouse of Regional General Hospital Kabelota of
District Donggala is not maximized, because all the components of logistics management is not
maximized.
Keywords :Logistics management, structure of facilities, transportation, provision of
supplies,communication and handling and storage.
127
128 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 7, Juli 2015 hlm 127-136 ISSN: 2302-2019
dengan baik untuk meningkatkan kualitas dan gas medik), dan 50% dari seluruh
pelayanan kesehatan. Rumah Sakit memiliki pemasukan Rumah Sakit berasal dari
peranan yang sangat strategis dalam upaya pengelolaan perbekalan farmasi. Dengan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. meningkatnya pengetahuan dan ekonomi
Paradigma baru pelayanan kesehatan masyarakat menyebabkan makin meningkat
mensyaratkan Rumah Sakit memberikan pula kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan dan pelayanan kefarmasian. Aspek terpenting dari
keinginan pasien dengan tetap mengacu pada pelayanan farmasi adalah mengoptimalkan
kode etik profesi dan medis. Dalam penggunaan obat, ini harus termasuk
perkembangan teknologi yang pesat dan perencanaan untuk menjamin ketersediaan,
persaingan yang semakin ketat, maka Rumah keamanan dan keefektifan penggunaan obat.
Sakit dituntut untuk melakukan peningkatan Mengingat besarnya kontribusi
kualitas pelayanannya. instalasi farmasi dalam kelancaran pelayanan,
Undang-Undang Republik Indonesia maka perbekalan barang farmasi memerlukan
Nomor 7 Tahun 1963 Tentang Kefarmasian, suatu pengelolaan secara cermat dan penuh
Pasal 1 Menyatakan: Bahwa maksud dan tanggung jawab terhadap kegiatan yang
tujuan Undang-Undang ini adalah bersifat manajerial, sehingga fungsi
menetapkan ketentuan-ketentuan dasar administrasi sangat berperan dalam
dibidang farmasi dalam rangka pelaksanaan pengelolaan manajemen instalasi farmasi itu
Undang-Undang tentang pokok kesehatan. sendiri.
Secara konkrit dan umum dapat dikatakan Hal utama yang harus diperhatikan
bahwa tujuan Undang-Undang ini ialah dalam pelayanan farmasi adalah membenahi
mengusahakan terpenuhinya keperluan rakyat masalah-masalah yang berhubungan dengan
dengan sebaik-baiknya akan obat-obatan. komponen yang membentuk sistem logistik
Peraturan Menteri Kesehatan Republik seperti : struktur fasilitas, transportasi,
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang persediaan, komunikasi dan penanganan dan
Standar Pelayanan Kefarmasian Pasal 3 ayat penyimpanannya. dan masalah-masalah
(2) menyebutkan bahwa Pengelolaan sediaan lainnya, agar dapat menunjang kelancaran
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis ketersediaan sediaan farmasi.
habis pakai sebagaimana dimaksud meliputi : Pada gudang farmasi Rumah Sakit
perencanaan, pengadaan, penerimaan, Umum Daerah Kabupaten Donggala yang
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, memiliki sediaan farmasi kurang lebih 468
pencatatan dan pelaporan. item, yang terdiri dari 254 item obat-obatan
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah dan 214 item barang habis pakai (BHP). Pada
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pengelolaan gudang farmasi seharusnya
pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang diterapkan fungsi-fungsi manajemen secara
berorientasi kepada pelayanan pasien, baik, agar dapat memenuhi kebutuhan sediaan
penyediaan obat yang bermutu, termasuk farmasi yang akan digunakan, dimana sediaan
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi farmasi seperti obat-obatan dan barang habis
semua lapisan masyarakat. Pelayanan farmasi pakai (BHP) dapat diperoleh pada waktu yang
merupakan pelayanan penunjang dan tepat secara efektif dan efisien.
sekaligus merupakan revenue center utama. Namun pada gudang farmasi Rumah
Hal tersebut mengingat bahwa lebih dari 90% Sakit Umum Daerah Kabelota Donggala,
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit pencatatan dalam gudang farmasi yang tidak
menggunakan perbekalan farmasi (obat- efisien karena pengantaran obat-obatan dan
obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan barang habis pakai (BHP) dari Perusahaan
alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran, Besar Farmasi (PBF) kadang tidak sesuia
Pebrianti, Manajemen Logistik pada Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota ……………………129
yang tepat sesuai kebutuhan dengan mutu yang telah dipesan dan melakukan transaksi
yang terjamin dan tersebar secara merata dan pembelian, kemudian barang yang telah
teratur, sehingga mudah diperoleh pada dipesan di kirim ke bagian gudang.
tempat dan waktu yang tepat. Adapun tanda- Makin efisien disain sistem logistik
tanda ketidaktepatan perhitungan kebutuhan suatu perusahaan , maka semakin peka ia
obat antara lain : kekurangan obat-obat yang terhadap gangguan – gangguan dalam arus
sering dipakai, kelebihan obat-obat tertentu, informasi. Sistem yang sangat berimbang
bentuk dan dosis yang tersedia tidak disukai tidak memegang persediaan yang berlebihan.
oleh dokter atau pasien, efektifitas Dalam situasi yang demikian, persediaan
penggunaan dana yang tidak memadai karena pengamanan (safety stocks) dipertahankan
kecenderungan mengadakan/menggunakan pada tingkat yang minimum berdasarkan
obat-obatan yang lebih mahal dari pada obat- kemampuan transportasi. informasi yang tidak
obatan yang lebih murah dengan efektifitas betul dapat menimbulkan gangguan terhadap
yang sama, penyesuaian yang tidak rasional prestasi sistem, dan keterlambatan dalam arus
terhadap kendala anggaran, dan preskripsi komunikasi dapat memperbesar keslahan itu
yang tidak rasional dan tidak efektif. sehingga menyebabkan serangkaian
kegoncangan dalam sistem tersebut karena
Komunikasi koreksi yang berlebihan dan koreksi yang
Ada dua tugas manajerial yang kurang. Komunikasi membuat dinamisnya
berhubungan langsung dengan komunikasi suatu sistem logistik. Mutu dan informasi
logistik, yaitu : Pertama, pengolahan pesanan yang tepat waktu merupakan faktor penentu
nasabah. Pesanan atau order adalah suatu yang utama dari kestabilan sistem.
arus komunikasi yang kritis yang merupakan Informasi adalah penggerak utama dari
masukan utama (prime out) bagi sistim komponen manajemen logistik sebab hal
logistik. Dan yang kedua pengawasan tersebut secara langsung berpengaruh pada
pesananan (order control) yaitu pengelolaan penggerak komponen lainnya. Ketersediaan
suatu pesanan sampai pesanan itu diterima Informasi terhadap manajemen logistik akan
dengan betul oleh nasabah dalam keadaan memberikan kesempatan untuk menjadikan
utuh. Pengiriman pesanan seseorang nasabah persediaan logistik lebih responsif dan lebih
pada waktunya belumlah merupakan prestasi efesien. Sebagai contoh, dengan informasi
logistik yang cukup. Pesanan itu haruslah dalam rumusan mengenai permintaan
dapat diterima (acceptable) baik mutunya pelayanan kebutuhan obat-obatan, Gudang
maupun kwantitasnya sebagaimana yang Farmasi dapat menyediakan persediaan obat
dijanjikan. untuk mengantisipasi permintaan, yang
Dari hasil wawancara di atas dijelaskan membuat pelayanan dalam manajemen
bahwa fungsi gudang mengadakan logistik menjadi sangat responsif karena
permintaan pembelian ke fungsi pembelian, dengan adanya permintaan obat-obatan dan
kemudian fungsi pembelian memilih pemasok BHP dari poli pelayanan dan apotik dapat
yang sesuai kriteria untuk mengajukan menemukan obat yang di butuhkan pada saat
pesanan pembelian dan penawaran harga. yang tepat. Informasi permintaan ini
Setelah itu pemasok mengirimkan barang menjadikan persediaan menjadi lebih efisien
pesanan tersebut ke alamat pemesan. Fungsi karena Gudang Farmasi tersebut dapat dengan
penerimaan bertugas untuk mengecek barang lebih baik meramalkan mengenai permintaan
dan mencocokkan barang yang telah dipesan, obat sehingga pelayanan permintaan obat
dan yang terakhir fungsi akuntansi meminta pada jumlah yang dibutuhkan saja.
faktur dari bagian penerimaan untuk
menghitung dan mencatat pemesanan barang
134 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 7, Juli 2015 hlm 127-136 ISSN: 2302-2019
Muninjaya A.A. 2004. Manajemen Siregar Charles, J.P. Lia Amalia, Teori &
Kesehatan. Penerbit: Buku Kedokteran Penerapan Farmasi Rumah Sakit,
EGC, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Muhardi. 2011. Manajemen Operasi: Suatu Sulastomo. 2003 Manajemen Kesehatan.
Pendekatan Kuantitatif Untuk Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Pengambilan Keputusan. Bandung: PT. Soedarsono.2009. Sistem Manajemen
Refika Aditama. Komunikasi: Teori, Model dan
Miranda, Amin Widjaja Tunggal. 2003. Aplikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama
Manajemen Logistik dan Supply Chain Media.
Management. Harvarindo Winardi. 2000. Asas- Asas Manajemen.
Nawawi Hadari. 2001. Metode Penelitian Bandung: Mandar Maju
Bidang Sosial. Yokyakarta: Gajah Mada ---------- 2010. Asas – Asas Manajemen .
University Press Bandung: CV. Mandar Maju
----------2015. Penelitian Terapan. ---------- 1991. Manajemen Perkantoran
Yokyakarta: UGM Press. Modern. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Rusdiana H. A dkk. 2014. Asas – Asas Undang–Undang Republik Indonesia No. 25
Manajemen Berwawasan Global. Tahun 2000 tentang Program
Bandung: CV. Pustaka Setia Pembangunan Nasional Tahun 2000-
Subagya MS. 1994. Manajemen Logistik. 2004.
Cetakan Keempat. Jakarta: PT. Gunung Undang–Undang Republik Indonesia N0. 23
Agung Tahun 1992 tentang Pokok-pokok
----------1996. Manajemen Logistik, Jakarta: Kesehatan
PT. Toko Gunung Agung Undang – Undang Republik Indonesia No. 7
Siagian, Sondang P. 2006. Teori dan Praktek Tahun 1963 tentang Kefarmasian
Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
cipta. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Sugiono, 2000. Metode Penelitian Kefarmasian
Administrasi. Bandung: CV Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Alfabeta.Sugiyono. 2010. Metode Indonesia No. 35 Tahun 2014 tentang
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Standar Pelayanan Kefarmasian di
R&D. Bandung: Penerbit CV Alfabeta Apotik.Petunjuk Operasional Sistem
----------2008. Metode Penelitian Kuantitatif - Informasi Barang Daerah (2003).
Kualitatif & R&D. Bandung: Afabeta. Bandung. CV. Nusantara Citra