You are on page 1of 19

GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)


FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

MENGHADAPI DEGRADASI ETIKA DAN MORAL SEBAGAI


PROBLEMATIKA GENERASI MILENIAL DENGAN
PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA HINDU
Oleh
I Dewa Gede Darma Permana
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
dewadarma75@gmail.com

Abstract

Ethics and morals are teachings that teach humans to use their strengths in the form of mind
and intelligence in order to be able to know the limits of good and bad values in an act.
Everyone is obliged to have these ethical and moral values as a guide in thinking, speaking
and acting, including the Millennial generation. Millennial generation is a special
generation, because it is the next generation of young people and bearers of the future
direction of the nation. Facing these roles and responsibilities is not something easy for
Millennials today also need to face various problems Millennials, one of which is the
degradation of ethics and morals. For this reason, in this paper, ethical and moral
degradation as a problem of the Millennial generation today is discussed and explored more
deeply using the perspective of Hindu Religious Education. Later in writing using this type
of qualitative research with the method of collecting literature studies and interactive data
analysis techniques by Miles and Huberman, which in analyzing qualitative data consists of
three activity streams, namely reducing the data or sorting the data that has been collected,
presenting the sorted data, and finally drawing a conclusion or verifying the data that has
been analyzed. From the results of this study, it is found that the factors that cause these
problems, including poor family resilience, bad social environment, and finally the unwise
use of technology from the Millennial generation itself.
Keywords: Ethics, Morals, Millennial Generation, Hindu Religious Education

I. PENDAHULUAN penting untuk diperhatikan karena


“Beri aku seribu orang tua, akan menanggung tanggung jawab besar, tetapi
kucabut gunung semeru dari akarnya. Beri para pemudalah yang lebih penting untuk
Aku sepuluh pemuda, niscaya akan diperhatikan karena sebagai generasi muda
kuguncangkan dunia” (Adzim, 2012). yang nantinya akan memikul beban dan cita-
Begitulah kutipan legenda Bapak Proklamator cita bangsa di masa yang akan datang. Sejarah
sekaligus Presiden Pertama Republik mencatat, pemuda juga berperan dalam
Indonesia yaitu Ir. Soekarno yang masih momen-momen penting di masa lalu sehingga
diingat sampai saat ini. Kutipan tersebut berpengaruh pada kondisi di masa kini.
seakan memiliki makna implisit bahwa, peran Contoh kecil peran pemuda bisa diambil dari
orang tua dalam menjalankan tugas dan Negara Indonesia, yang dimana tokoh-tokoh
kewajibannya memanglah berat, sehingga pemuda di masa lalu, seperti Wikana, Sutan

46
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

Syahrir, dan lain-lain, berani berinisiatif sudah berwarna dan memakai remote, segala
menculik dan menekan golongan tua seperti sesuatu berkaitan dengan mesin canggih,
Ir. Soekarno, Muhammad Hatta, dan lainnya, handphone sudah mulai berkembang, internet
untuk segera memproklamasikan sudah tersedia, selalu bertelekomunikasi
kemerdekaan Negara Indonesia dalam suatu dimanapun dan kapanpun, dan lain-lain (Nisa,
peristiwa bernama Peristiwa Rengasdengklok 2019). Terlepas dari itu semua, mengingat
tanggal 16 Agustus 1945 (Dwi dkk., 2014). peran mereka yang cukup besar dan vital
Peristiwa tersebut tidak bisa dianggap remeh, sebagai generasi berumur produktif yaitu 20
karena berkat peran pemuda yang berhasil sampai 30-an tahun dalam membawa arah dan
meyakinkan golongan tua untuk segera cita-cita bangsa kedepan, banyak tantangan
memproklamasikan Negara Indonesia, dan permasalahan yang perlu mereka hadapi
akhirnya Indonesia benar-benar bisa merdeka saat ini, salah satunya adalah merosotnya
satu hari setelahnya tanggal 17 Agustus 1945. pengetahuan mereka akan batasan baik atau
Bisa dibayangkan jika kaum pemuda saat itu buruk dalam menjalani kehidupan.
tidak bergerak dan tidak peduli akan Permasalahan itulah yang disebut dengan
bangsanya saat itu, tidak bisa dipastikan degradasi etika dan moral.
bahwa Negara Indonesia bisa berdiri menjadi Etika dan moral sendiri merupakan
Negara yang bebas dan merdeka seperti ajaran yang mengajarkan usaha manusia
sekarang. Dari sana dapat diketahui bahwa untuk memakai akal budi dan daya pikirnya
peran pemuda atau generasi muda sangat vital untuk memecahkan masalah bagaimana dia
dalam kemajuan dan perkembangan suatu harus hidup, dan dari sana mau menjadi
bangsa. pribadi yang baik (Haris, 2010: 35). Etika dan
Generasi muda merupakan angkatan moral ini harus berusaha dimiliki oleh setiap
atau turunan yang belum lama hidup. Secara orang, baik itu anak-anak, dewasa, lansia, dan
terminologi, generasi muda adalah bagian terutama generasi Milenial. Etika dan moral
suatu generasi yang sedang menjalani giliran juga mesti dijadikan pedoman dan
mengelola kehidupan masyarakat dan pertimbangan melakukan suatu aktivitas.
kenegaraan. Dari dua pengertian tersebut Dengan begitu, segala aktivitas yang mulanya
kemudian dapat disimpulkan, bahwa generasi dicap buruk, diharapkan bisa diarahkan dan
muda adalah kelompok, golongan, angkatan, diubah ke perbuatan yang baik.
kaum muda yang hidup dalam jangka waktu Dalam perspektif Pendidikan Agama
tertentu, di mana mereka memiliki tugas Hindu sendiri, etika dan moral sangat gencar
untuk melanjutkan pembangunan bangsanya diajarkan melalui sastra suci yang berkaitan
sebagaimana tugas-tugas para angkatan yang dengan etika dan moral manusia itu sendiri
hidup sebelum mereka (Afriantoni, 2015: 49). sebagai dasar ajaran Susila. Pada pengetahuan
Teruntuk generasi muda di era sekarang, awal ajaran Susila, manusia dimandatkan agar
generasi tersebut lebih dikenal dengan selalu melaksanakan perbuatan baik, karena
sebutan generasi Milenial, sebutan untuk memang menjadi tugas kelahirannya sebagai
orang-orang yang lahir di tahun 1980-an makhluk yang paling sempurna. Hal ini
hingga 2000-an. Ciri khas dari generasi yang senada dengan Sloka 2 dari Kitab
lahir di era ini adalah perkembangan dan Sarasamuscaya, yang berbunyi sebagai
penggunaan teknologi yang sudah semakin berikut:
maju dari hari keharinya, seperti TV yang

47
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

Mānusah sarwabhūteşu solusi untuk mengatasi problematika


vartate vai çubhaçubhe, degradasi etika dan moral pada generasi
açubheşu samaviştam Milenial. Lewat ajaran agama Hindu yaitu
çubhesvevavākārayet. Susila yang diajarkan melalui Pendidikan
Agama Hindu, manusia sejak dari kecil sudah
Terjemahan: senantiasa dituntun untuk mengetahui dan
Di antara semua makhluk hidup, hanya memanfaatkan tindakan yang baik (Subha
yang dilahirkan sebagai manusia sajalah Karma) karena akan menghasilkan hasil yang
yang dapat berbuat baik ataupun buruk. baik, sementara berusaha menghindari
Justru dalam merubah perbuatan buruk tindakan yang buruk (Asubha Karma) karena
menjadi baik, itulah tujuan hidup akan menghasilkan hasil yang buruk pula. Hal
(phala) menjadi manusia. (Sudharta, ini lebih lanjut dijelaskan dalam Kitab Hukum
2019: 6). Hindu yaitu Manawa Dharmasastra XII. 3
yang berbunyi sebagai berikut:
Akan tetapi, realita yang terjadi di Çubhāçubha phalam karma
lapangan, kasus-kasus yang bertentangan manowāgdeha sambhawam,
dengan nilai etika dan moral, banyak karmajā gatayo nrnam uttama
melibatkan para generasi muda di dalamnya, dhyamāh.
seperti kasus narkoba, kriminalitas, pergaulan
bebas yang menyebabkan sex bebas dan lain Terjemahan:
sebagainya (Ummimaulidatul, 2019). Salah “Karma yang lahir dari pikiran,
satu contoh kasus sebagai bukti permasalahan perkataan, dan badan menimbulkan
degradasi etika dan moral ini dapat dilihat akibat baik atau buruk, dengan karma
pada Tahun 2020, dari media KOMPAS.com menyebabkan timbulnya bermacam
yang mengabarkan belasan remaja di macam keadaan pada diri manusia, baik
Makassar di tengah pandemi Covid-19, malah bagi yang tertinggi, menengah, maupun
diamankan oleh pihak kepolisian karena yang terendah.” (Pudja dan Sudharta,
diduga terlibat dalam praktik prostitusi online 1973: 718 dalam Suwendra, 2018: 25-
di salah satu hotel pada hari Jumat, 10 April 26).
2020 lalu (Himawan, 2020). Kasus tersebut
seakan mengisyaratkan bahwa degradasi etika Untuk itulah dalam tulisan ini, akan
dan moral sebagai problematika generasi dibahas secara sistematis mengenai cara
muda yang disebut anak-anak Milenial ini menghadapi degradasi etika dan moralitas
tidak bisa disepelekan begitu saja. sebagai problematika generasi Milenial
Mengingat degradasi etika dan moral tersebut dengan perspektif Pendidikan Agama
merupakan problematika yang sudah sangat Hindu. Namun sebelum memandang
mengkhawatirkan, dan tidak bisa disepelekan problematika tersebut dengan perspektif
begitu saja, tentu problematika ini perlu Pendidikan Agama Hindu, tentu perlu bahan
dibahas dan dihadapi dari perspektif ajaran ajaran yang lebih terstruktur sebagai dasar
agama. Hal ini tak lepas dari ajaran agama tak kajian. Bahan ajaran yang perlu diketahui
terkecuali ajaran agama Hindu, yang kaya terlebih dahulu sebagai dasar kajian tersebut
memberikan nilai-nilai moralitas di dalamnya, adalah yang pertama mengenai hakikat etika
sehingga diyakini bisa menjadi salah satu dan moral, serta seluk-beluk generasi

48
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

Milenial. Kemudian setelah mengetahui merupakan bagian dari ilmu. Sebagai ilmu,
kedua hal tersebut, barulah mencari referensi etika berusaha mencari keterangan benar yang
terkait adanya problematika degradasi etika sedalam-dalamnya tentang perilaku atau
dan moral pada generasi Milenial beserta kebiasaan manusia, kemudian atas dasar
faktor-faktor penyebabnya, sehingga barulah kebenaran tersebut, etika mencari ukuran
dari pengetahuan tersebut dapat ditemukan baik-buruk bagi tingkah laku manusia. Dalam
suatu cara untuk menghadapi problematika hal ini, etika bukanlah menjadi pedoman
tersebut dengan tetap didukung oleh peran aturan, melainkan hanya bertujuan sebagai
perspektif Pendidikan Agama Hindu baik pengetahuan saja.
melalui sastra suci terkait, maupun bukti nyata Dari segi kehidupan, etika tak bisa
di lapangan. dilupakan begitu saja oleh manusia. Hal
tersebut dikarenakan, nilai etika dalam
II. PEMBAHASAN tindakan manusia memiliki beberapa fungsi
2.1 Hakikat Etika dan Moral yang menurut Poedjawiyatna, dipaparkan
Etika merupakan suatu kata yang sebagai berikut:
berasal dari bahasa Yunani yaitu "ethos" yang 1) Sarana untuk memperoleh orientasi
berarti adat istiadat atau kebiasaan yang baik. kritis berhadapan dengan berbagai
Sementara menurut Kamus Besar Bahasa moralitas yang membingungkan.
Indonesia (1995 ), etika diartikan sebagai nilai 2) Etika ingin menampilkan
mengenai benar atau salah yang dianut suatu keterampilan intelektual yaitu
golongan atau masyarakat. Selain dua definisi keterampilan untuk berargumentasi
tersebut, para tokoh ahli di dunia juga secara rasional dan kritis.
mencoba mendefinisikan kata etika tersebut, 3) Orientasi etis ini diperlukan dalam
diantaranya dua tokoh besar bernama Syafiie mengambil sikap yang wajar dalam
dan Bartens. Menurut pandangan Syafiie suasana pluralism (Pananrangi dan
(1994: 48; Pananrangi dan Murlinah, 2017: Murlinah, 2017: 96).
96) etika bukanlah suatu sumber tambahan
bagi ajaran moral melainkan merupakan Pembahasan yang kedua mengenai
filsafat atau pemikiran kritis yang mendasar, moral, kata moral sendiri berasal bahasa Latin
tentang ajaran-ajaran dan pandangan- yaitu “Mores” yang memiliki arti tata-cara
pandangan moral. Sedangkan Bartens (2002: dalam kehidupan, adat-istiadat, kebiasaan,
6; Luthfi, 2018: 37-38) mengemukakan, etika kemudian beralih kata menjadi moralitas.
adalah suatu nilai-nilai dan norma-norma Moralitas adalah keadaan nilai-nilai moral
moral yang menjadi pegangan bagi seseorang dalam hubungan dengan kelompok sosial.
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah Tingkah laku yang bermoral artinya tingkah
lakunya. Sedangkan pendapat lain, refleksi laku yang sesuai dengan nilai-nilai tata
sistematika mengenai moral, tercermin lewat cara/adat yang ada dalam suatu kelompok
ilmu yang disebut etika. yang disusun dalam suatu aturan disebut
Dari semua pengertian tersebut, dapat norma. Nilai-nilai adat bisa saja berbeda
disimpulkan bahwa, etika bukanlah bagian antara satu dengan yang lainnya, hal ini
dari moral, melainkan etika adalah murni dikarenakan, dalam berbagai masyarakat
teoritis yang berasal dari pemikiran secara terdapat bermacam-macam batasan mengenai
mendalam atau kritis, sehingga etika nilai-nilai moral. Hal ini dipengaruhi oleh

49
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

berbagai faktor, seperti faktor tradisi dan apa yang seharusnya. Moral menyatakan
budaya dalam suatu kelompok sosial atau tentang ukuran baik dan buruk, etika
masyarakat itu sendiri (Gunarsa, 2017: 38). menjelaskan ukuran tersebut (Luthfi, 2018:
Moralitas adalah kualitas yang 37-38).
terkandung di dalam perbuatan manusia, yang Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik
menjadi pedoman dalam menilai perbuatan itu sebuah benang merah bahwa, ketika
benar atau salah, dan baik atau jahat yang membahas hakikat etika dan moral dari segi
dapat bersifat objektif atau subjektif. persamaan, keduanya sama-sama membahas
Moralitas yang terlaksana pada tindakan tentang nilai baik dan buruk dari suatu
murni sebagai perbuatan dan bebas dari perbuatan manusia. Sementara dari segi
pengaruh motif atau kehendak pelaku disebut perbedaan, etika secara khusus menyangkut
moralitas objektif. Sedangkan moralitas masalah perilaku manusia, apakah suatu
subjektif adalah moralitas yang melihat perbuatan boleh dilakukan atau tidak. Etika
tindakan dari motif tertentu, seperti kondisi merupakan kajian atau filsafat mengenai
pengetahuan dan pusat perhatian pelakunya, moral, moral merupakan perwujudan etika
latar belakangnya, training, stabilitas dalam sikap dan perilaku nyata keseharian,
emosional, serta perilaku personal lainnya. sehingga etika lebih mengarah pada cara
Moralitas subjektif berasal dari kesadaran bertindak. Sementara moral sendiri, lebih
(suara hati) manusia dalam menyetujui atau mengarah pada tindakan atau perbuatan yang
melarang yang tengah diperbuatnya secara nyata dilakukan oleh manusia dalam
(Sumaryono, 2012: 51). tahap praktik. Lebih lanjut menurut F.
Dari penjelasan etika dan moral, Magnis-Suseno, etika yang kemudian
keduanya memang cenderung memiliki terimplementasikan lewat moral, merupakan
pengertian yang hampir sama, yaitu sama- ajaran yang mengajarkan usaha manusia
sama membicarakan mengenai nilai baik dan untuk memakai akal budi dan daya pikirnya
buruk dari suatu tindakan manusia. Akan untuk memecahkan masalah bagaimana dia
tetapi, jika digali secara lebih dalam, harus hidup, dan dari sana mau menjadi
sebenarnya terdapat persamaan dan perbedaan pribadi yang baik (Haris, 2010: 35).
diantara keduanya. Hal ini diutarakan oleh Dalam perspektif Pendidikan Agama
Amin Syukur (2003). Dari segi persamaan, Hindu sendiri, yang membantu umat dalam
menurutnya etika dan moral sama-sama mengajarkan dan menerima Susila sebagai
mengkaji tentang ukuran persoalan baik dan salah satu dari tiga kerangka dasar agama
buruk. Sedangkan perbedaan keduanya Hindu mengamanatkan bahwa, hakikat ajaran
adalah, etika lebih mengarah pada lingkup etika dan moral harus berusaha dimiliki oleh
wilayah teori dari ukuran-ukuran tersebut, setiap orang, baik itu dari anak-anak, remaja,
sementara moral sendiri mengarah langsung dewasa, bahkan sampai lansia sekalipun.
pada kenyataan praktis, yang diwujudkannya Keduanya harus senantiasa menjadi
dalam perbuatan manusia secara langsung di pertimbangan agar seseorang melakukan
lapangan. Lebih lanjut, perbedaan etika dan suatu aktivitas yang baik dan berguna dalam
moral dijelaskan oleh Gazalba (1981: 512). kehidupan. Karena seperti dalam ajaran
Menurutnya, moral bersifat praktis sedangkan Karma bilang, aktivitas atau tindakan baik
etika bersifat teoritis. Moral membicarakan (Subha Karma) akan menghasilkan pahala
apa adanya, sementara etika membicarakan atau hasil yang baik, begitu juga sebaliknya,

50
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

aktivitas atau tindakan yang buruk (Asubha yang akan menyelamatkan hidup manusia dari
Karma) akan menghasilkan hasil yang buruk. kesengsaraan, seperti penjelasan dari kitab
Penjelasan ini tercantum dalam Kitab Hukum Sarasamuscaya Sloka 4 yang berbunyi
Hindu yaitu Manawa Dharmasastra XII. 3 sebagai berikut:
yang berbunyi sebagai berikut: Apan iking dadi wwang uttama juga
Çubhā çubha phalam karma ya,
manowāgdeha sambhawam, nimittaning mangkana wênang
karmajā gatayo nrnam yatumulung awaknya sakeng
uttama dhyamāh. sangsāra, makasādhanang
çubhakarma,hinganing kottamaning
Terjemahan: dadi wwang ika.
“Karma yang lahir dari pikiran,
perkataan dan badan menimbulkan Terjemahan:
akibat baik atau buruk, dengan karma “Menjelma menjadi manusia itu adalah
telah menyebabkan timbulnya sungguh-sungguh utama, sebabnya
bermacam macam keadaan pada diri demikian karena ia dapat menolong
manusia, baik bagi yang tertinggi, dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan
menengah, maupun yang terendah.” mati secara berulang-ulang) dengan
(Pudja dan Sudharta, 1973: 718; jalan berbuat baik, demikianlah
Suwendra, 2018: 25-26) keutamaan dapat menjelma sebagai
manusia.” (Kajeng, 1994: 9; Suwendra,
Dari penjelasan sloka tersebut 2018: 26-27).
mempertegas lagi bahwa, dalam perspektif
Pendidikan Agama Hindu melalui nilai etika 2.2 Seluk-Beluk Generasi Milenial
dan moral yang mengatur pikiran, perkataan, Jika ditelaah, generasi Milenial
dan tindakan, tidak boleh disepelekan begitu merupakan suatu kelompok manusia yang
saja, hal tersebut dikarenakan, jika etika dan dikelompokkan berdasarkan tahun kelahiran.
moral sudah tidak dipertimbangkan lagi Namun dapat diketahui bahwa, manusia yang
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari maka, masih hidup di zaman sekarang lahir dari
mau tidak mau, banyaknya pelanggaran yang beragam tahun kelahiran. Keberagaman
meresahkan, perilaku yang menyimpang, dan tahun kelahiran setiap manusia tersebut, juga
kehidupan yang kurang harmonis, harus sedia menyebabkan perbedaan dan perubahan
dan siap diterima oleh seluruh makhluk hidup suasana di setiap zamannya sehingga
tak terkecuali manusia sebagai membentuk karakter manusia yang memiliki
konsekuensinya. Sehingga, manusia disini perbedaan cukup signifikan dari setiap
sebagai makhluk ciptaan Tuhan paling utama generasi (Wijanarko dkk., 2016: 52). Dari hal
karena memiliki kemampuan lebih berupa tersebut, muncul suatu pedoman dalam
pikiran (Idep) dan kecerdasan (budi), harus membagi generasi-generasi tersebut
senantiasa berusaha menanamkan nilai etika berdasarkan perbedaan tahun kelahiran yang
dan moral dalam diri sejak masih muda, batas periodenya adalah dalam kurun waktu
sehingga dari sanalah, perbuatan yang baik satu abad kebelakang. Dari pembagian
bagi kehidupan akan tercipta. Hal ini penting generasi-generasi tersebut, muncullah salah
mengingat, perbuatan atas dasar kebaikanlah istilah yang disebut sebagai generasi Milenial.

51
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

Lebih lanjut menurut berita Okezone.com per berani untuk memiliki banyak keturunan.
tanggal 24 Februari 2019 dengan judul 6 Generasi ini disebut sebagai generasi yang
Generasi Manusia, Anda Masuk Kelompok "mewah" karena terlahir di dalam keadaan
Mana?, Graeme Codrington & Sue Grant- ekonomi yang lebih baik dari generasi
Marshall membagi generasi manusia kedalam sebelumnya yang mengalami masa perang.
6 generasi yang terdiri dari Generasi Usia generasi ini diperkirakan antara 51-70
Tradisionalis, Baby Boomers, Generasi X, tahun pada zaman sekarang. Di eranya pula,
Generasi Y (Milenial), Generasi Z, dan generasi ini berorientasi pada pencapaian
Generasi Alpha (Okezone.com, 2019). Untuk karir secara konsisten dan mengandalkan
itulah agar lebih mengerti dan paham sesuatu secara konvensional yang mereka
mengenai seluk-beluk generasi Milenial lakukan dengan giat dengan tujuan
sebagai pokok bahasan dalam tulisan ini, mensejahterakan anak cucu mereka kelak.
paparan mengenai generasi sebelum dan
setelahnya juga wajib mendampingi sebagai3. 3. Generasi X
berikut: Ketiga terdapat Generasi X, dikenal
juga dengan Baby Busters yang lahir sekitar
1. Generasi Tradisionalis penghujung tahun 1965 sampai awal 1980-an.
Pertama ada yang disebut dengan Generasi ini disebut sebagai orang tua dari
Generasi Tradisionalis, suatu generasi yang anak-anak di zaman sekarang berusia sekitar
lahir pada periode tahun 1922-1945. Generasi 36 sampai 50 tahunan. Nama Generasi X ini
ini dikatakan juga sebagai generasi yang lahir sebenarnya berawal dari novel yang berjudul
pada zaman The Great Depression sehingga Generation X: Tales for an Accelerated
disebut juga Silent Generation, yang Culture yang ditulis Douglas Coupland. Di
diakibatkan terlahir pada masa krisis moneter eranya, generasi ini bercirikan banyak
terjadi, sehingga hidup penuh serba menghabiskan waktu untuk bekerja dan
kekurangan. Generasi ini pun banyak seimbang antara pekerjaan, kehidupan
mengalami depresi berat karena sebagai saksi pribadi, dan keluarga. Komputer pun mulai
nyata perang yang terjadi di Dunia yaitu eksis pada era generasi ini dan video game
Perang Dunia ke-2. Dari sanalah generasi ini dengan versi sederhana. Walaupun seperti itu,
memilii sifat nasionalis yang tinggi, dan jiwa Era generasi ini juga cukup banyak
kepemimpinan yang tinggi karena sudah mengalami konflik seperti di Indonesia ada
terbiasa dengan masa penjajahan dan perang Pertentangan terhadap Orde Baru, dan secara
yang mereka jadikan pengalaman hidup. Internasional terdapat Perang Vietnam dan
Diperkirakan jumlah Silent Generation di usainya Perang Dingin.
dunia mencapai 50 juta yang masih hidup
sampai sekarang, dan berumur rata-rata 80 4. Generasi Milenial (Y)
tahunan. Selanjutnya, Generasi yang menjadi
pokok bahasan karena berada di kurun waktu
2. Generasi Baby Boomers sekarang, populer disebut dengan sebutan
Kedua ada Generasi Baby Boomers. Generasi Milenial atau anak-anak Milenial.
Setelah Perang Dunia ke-2, generasi ini lahir Generasi ini merupakan generasi produktif
sekitar tahun 1946-1964. Dinamakan Baby untuk disebut juga dengan Generation Y,
Boomers karena generasi muda ini sudah Millenium Generation, Generation Next, Net

52
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

Generation, Echo Boomers yang diperkirakan cenderung bersikap individualis (Faiza dan
lahir antara tahun 1980-an sampai 1994, dan Firda, 2018: 7-10).
ada juga yang menyebutnya sampai tahun
2000-an. Generasi inilah yang disebut juga 5. Generasi Z (Internet Generation)
sebagai generasi muda, karena memiliki usia Kemudian setelah generasi Y atau
produktif sekitar 21 sampai 35 tahun pada generasi Milenial, munculah dua generasi
zaman sekarang sehingga arah masa depan teranyar. Yang pertama dinamakan
suatu bangsa, entah baik atau buruk berada di Generation Z yang disebut juga dengan
tangan generasi Milenial ini. Generation I atau Internet Generation.
Anak-anak yang termasuk generasi Generation ini lahir dari awal 1995-2010
Milenial sendiri, dianggap sebagai generasi sehingga memiliki usia rata-rata 6-21 tahun.
yang spesial, karena generasi pada era ini Generasi ini lahir dan membesar dengan
sangat berbeda dengan generasi-generasi teknologi Internet, sehingga Bill Gates
sebelumnya, karena bisa dibilang, generasi ini menyebut generasi ini sebagai Generasi I.
mengalami perubahan sangat mencolok dari
generasi-generasi sebelumnya terutama dalam 6. Generasi Alpha
hal teknologi. Generasi Milenial ini memiliki Setelah itu, muncul lagi generasi
ciri khas tersendiri, yaitu sudah lahir pada saat terbaru yaitu Generasi A (Alpha). Generasi ini
TV berwarna, handphone mulai berkembang, lahir pada kisaran tahun 2011-2025. Generasi
dan internet sudah diperkenalkan. Sehingga yang saat ini masih balita, menjadi anak atau
generasi ini sangat mahir dalam hal teknologi cucu dari generasi sebelumnya. Kedua
karena kehidupan penuh akan teknologi- generasi terakhir inilah yang nantinya akan
teknologi canggih yang memudahkan menjadi tulang punggung bangsa yang
pekerjaan manusia berupa aplikasi-aplikasi membawa arah dan membentuk era masa
berbasis online lewat benda yang disebut depan kedepannya.
smartphone (Maharani, 2019: 3). Dengan
adanya perkembangan teknologi di era ini, 2.3 Degradasi Etika dan Moral sebagai
generasi Milenial memiliki beberapa Problematika Generasi Milenial
kelebihan yang membentuk kehidupan era Nilai etika dan juga moral seperti
saat ini, antara lain mampu bersaing dan penjelasan sebelumnya, semestinya berusaha
berinovasi, selalu fleksibel dalam menghadapi ditanamkan dalam diri setiap manusia, tak
perubahan, mandiri dan berpikir kritis. terkecuali untuk generasi muda Indonesia.
Namun seperti kata pepatah ada hitam ada Generasi muda di zaman sekarang yang lebih
juga putih. Perkembangan teknologi yang dikenal dengan sebutan generasi Milenial
pesat juga menumbuhkan kekurangan pada merupakan suatu generasi yang rata-rata
generasi Milenial di eranya saat ini, antara lain memiliki usia produktif, 21 sampai 35 tahun.
labil, cenderung semaunya sendiri, mudah Generasi inilah yang memiliki tugas untuk
terbawa arus padahal belum tentu benar hal ini melanjutkan pembangunan bangsa Indonesia
dibuktikan dengan mudahnya penyebaran sebagaimana tugas-tugas para angkatan yang
berita bohong, meremehkan ajaran Agama, hidup sebelum mereka, sehingga menjadi
sikap yang tidak bermoral, cenderung tumpuan dan harapan masyarakat dalam
konsumtif, mengutamakan penampilan luar merealisasikan ideologi dan tujuan
tanpa memperdulikan sikap yang didalam dan pembangunan, baik material, maupun

53
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

spiritual (Afriantoni, 2015: 49). Dalam untuk beraktivitas atas dasar kebaikan dan
Pendidikan Agama Hindu melalui ajaran kebenaran sesuai dengan ajaran etika dan
Susila yang terpampang dalam beberapa moral yang diajarkan saat memperoleh
sastra suci, sudah sangat ditekankan bahwa Pendidikan Agama Hindu dari bangku
etika dan moral sangat perlu diberikan kepada sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
generasi muda yang dalam hal ini generasi Namun pada realitanya, ekspetasi tak
Milenial agar mampu menjalankan selalu sesuai dengan kenyataan yang terjadi
kewajibannya dengan baik sesuai ajaran sekarang, nilai-nilai luhur dari ajaran etika
Dharma (kebenaran). Hal ini seperti bunyi dan moral tersebut seakan luntur di tangan
kitab Sarasamuscaya Sloka 27 yang beberapa generasi Milenial saat ini. Hal inilah
menyebutkan: yang disebut sebagai degradasi etika dan
Yuyaiva dharmmam anwicched moral. Degradasi sendiri adalah kata yang
wuwa wittam yuwa srutam, merujuk kepada kualitas yang menurun pada
tiryyag bhavati wai dharbha suatu hal, sehingga degradasi etika dan moral
utpatan na ca widdyati generasi Milenial dapat diartikan sebagai
suatu peristiwa atau fenomena dimana
Terjemahan: menurun atau merosotnya nilai-nilai etika dan
“Maka dari itu sebagai manusia jika moral dalam diri generasi muda Indonesia,
sedang berumur muda dan selagi badan baik itu dari segi pola pikir, berbicara,
sedang kuatnya, hendaklah berpenampilan, dan tentu saja berperilaku.
dipergunakan untuk usaha menuntut Sehingga dari sana, sudah tidak diketahui lagi,
dharma (kebaikan/kebenaran), mencari mana hal yang baik, dan mana hal yang
artha (harta), dan ilmu pengetahuan. kurang baik. (Hidayat, 2019).
Sebab kekuatan pada waktu tua tidak Peristiwa ini bukanlah suatu yang
sama dengan kekuatan anak muda, dapat diremehkan begitu saja, justru hal ini
seperti contoh ialah ilalang yang telah menjadi sebuah problematika yang cukup
tua menjadi rebah dan hilang mengkhawatirkan bagi generasi Milenial itu
ketajamannya” (Sudharta, 2019: 16). sendiri. Hal ini dikarenakan, degradasi etika
dan moral tersebut cenderung mengarahkan
Dari sloka tersebut dapat dimaknai mereka pada tindakan-tindakan yang
sebagai pedoman bahwa, anak muda atau menyimpang dalam kehidupan
generasi Milenial selagi memiliki badan yang kesehariannya, seperti watak pembangkang,
masih kuat termasuk pikiran dan akal sehat. sifat indisipliner, berani melawan orang tua
Anak-anak Milenial sesuai perspektif jika keinginan tak dipenuhi, berkelahi dengan
Pendidikan Agama Hindu disini, harus saudara, dan lain-lain. Hal tersebut seakan
senantiasa berusaha berbuat baik dan benar selaras dengan penjelasan sebelumnya yang
sesuai ajaran etika dan moral yang didapatnya menjelaskan tentang karakteristik negatif
dari ajaran Susila. Karena ketika sudah tua generasi Milenial saat ini yaitu labil,
nanti, generasi Milenial sudah memiliki badan cenderung semaunya sendiri, mudah terbawa
yang tidak akan lagi sanggup untuk berbuat arus sehingga rentan terkena hal-hal negatif
semua hal tersebut dengan maksimal. Untuk seperti pergaulan bebas, narkoba, dan
itulah, penting bagi anak-anak Milenial saat penyebaran berita bohong, ditambah lagi
ini, agar tidak menyia-nyiakan kesempatan generasi ini cenderung meremehkan ajaran

54
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

Agama, konsumtif, mengutamakan putram mitravadaacaret.


penampilan luar, dan terakhir cenderung
bersikap individualis. Terjemahan:
Bahkan lebih lanjut menurut “Asuhlah anak dengan memanjakannya
Organisasi Gerakan Indonesia Beradab (GIB) sampai berumur lima tahun,
(dalam republika.co.id, 2016) memberikan hukuman (pendidikan
mengungkapkan bahwa, fenomena degradasi disiplin) selama sepuluh tahun
moral sudah sangat mengkhawatirkan dan berikutnya. Kalau sudah ia menginjak
menggerogoti bangsa khususnya generasi umur enam belasan tahun (maksudnya
muda. Dari pelaksanaan kongres pertamanya, sejak remaja) didiklah dia dengan cara
GIB akhirnya dapat menangkap beberapa berteman.” (Darna, 2018: 17).
faktor utama yang dapat mempengaruhi
problematika degradasi etika dan moral pada Dari sloka tersebut, dapat diketahui
generasi Milenial tersebut. Kemudian dalam bahwa, faktor peran orang tua sangat penting
tulisan ini, beberapa faktor tersebut kemudian dalam memberikan pendidikan dan
dipahami secara lebih mendalam dalam bimbingan kedisiplinan kepada anak. Lebih
perspektif Pendidikan Agama Hindu sebagai lanjut Menurut Willis (2005:19; Sudarsana,
berikut: 2018: 93) generasi muda ketika memasuki
fase remaja memang bukan kanak-kanak lagi,
1. Faktor Ketahanan Keluarga akan tetapi masih perlu bimbingan karena
Dari beberapa faktor penyebab belum mampu memegang tanggung jawab
degradasi etika dan moral pada generasi seperti orang dewasa. Kemudian terkait
Milenial, GIB merumuskan faktor utama ikatan, ikatan antara orang tua dan anak
adalah ketahanan keluarga. Hal ini adalah hubungan pemeliharaan (Sutriyanti,
dikarenakan, keluarga merupakan pondasi 2016: 17), maksudnya disini adalah hubungan
pertama yang membentengi pertama anak dari atau interaksi antara orang tua dengan anak
pengaruh-pengaruh negatif dari luar. Jika selalu ditandai dengan perkataan dan
dikaitkan dengan pendidikan. Keluarga perbuatan. Perkataan disini biasanya ditandai
memang merupakan salah satu jenis lembaga dengan nasihat mendidik, dan perbuatan
pendidikan yang disebut sebagai lembaga ditandai dengan pendidikan kedisiplinan. Jika
pendidikan non-formal. Untuk itulah peran dihubungkan kembali mengenai arti sloka
keluarga dalam keberlangsungan kemampuan Canakya Nitisastra tersebut, dari nasihat dan
anak terutama dalam ranah afektif atau sikap pendidikan kedisiplinan itulah, orang tua
sangat dibutuhkan sebagai pendidikan dapat menyelipkan ajaran etika dan moral
pertama sang anak atau pendidikan primer. pada anak terutama yang berasal dari ajaran
Dalam perspektif Pendidikan Agama Hindu agama Hindu, kemudian setelah itu, menjaga
lewat ajaran Susila sendiri, peran keluarga dan memastikan anak agar
terhadap perkembangan anak juga mengimplementasikan ajaran tersebut dalam
dirumuskan dalam kitab Canakya Nitisastra, kehidupan sehari-hari dengan menjadi teman
III.18 yang berbunyi: sang anak. Jika hal ini telah dilakukan, niscaya
Laalayet panca-varsani, sesuai perspektif Pendidikan Agama Hindu
dasa-varsani taadyet, melalui sloka Canakya Nitisastra III.18,
praapte to sodase varse, degradasi etika dan moral pada generasi

55
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

Milenial dapat diminimalisir bahkan bisa Sarasamuscaya Sloka 300, yang berbunyi
dicegah. sebagai berikut:
Akan tetapi, hal berbanding terbalik Wastramambhastilan bhumim gadho
akan terjadi jika ketahanan keutuhan keluarga wasayate yatha, puspanamadhiwasena
rapuh, seperti kurang harmonisnya hubungan tatha samsargaja gunah.
di dalam keluarga baik itu antara ayah dan ibu,
maupun orang tua dengan anak, bahkan Terjemahan:
sampai mengakibatkan perceraian antar kedua “Maka terjunlah ke dalam pergaulan.
orang tua, tanpa diimbangi oleh orang tua Karena sesungguhnya sangat cepat
memberikan bimbingan dan kasih sayang menularkan kepandaian itu kepada
kepada anak, serta terkesan menyepelekan orang yang sungguh-sungguh bergaul
sang anak, justru akan melunturkan nilai etika dengan orang pandai. Seperti dalam
dan moral pada diri anak itu sendiri. Selain proses membuat minyak wangi maka
pendidikan etika dan moral oleh keluarga, bau bunga, akan meresap kepada kain,
pendidikan ini mesti lanjut diberikan kepada air, minyak, dan tanah karena
anak di sekolah formal oleh guru-guru di persentuhannya dengan kembang
sekolah. Keluarga juga harus tetap terlibat tersebut” (Sudharta, 2019: 127).
dalam memberikan pengawasan dan
pengecekan secara berkala walaupun anaknya Lebih lanjut, bukan dengan maksud
sudah diawasi dan diberikan pelajaran etika membedakan orang dalam berteman dan
dan moral di sekolah. bergaul, namun dalam perspektif Pendidikan
Agama Hindu dengan bersumber dari kitab
2. Faktor Lingkungan dan Pergaulan Sarasamuscaya Sloka 305 berbunyi sebagai
Setelah faktor keluarga, kemudian berikut:
faktor yang berpengaruh juga terhadap Sadbhirewa sahasita sadbhih kurwita
degradasi etika dan moral pada diri generasi sangatim, sadbhirwiwidam maitrim
Milenial adalah faktor lingkungan atau nasabhih kincidacaret.
pergaulan generasi Milenial itu sendiri
(Hidayat, 2019). Seberapa bagusnya Terjemahan:
ketahanan suatu keluarga, tanpa diimbangi “Yang patut diusahakan ialah kalau
oleh lingkungan pergaulan yang bagus, etika bergaul, bergaulah dengan yang Sadhu
dan moral pada diri anak juga bisa merosot. (orang yang berbudi tinggi). Kalau
Dalam hal ini, perlu peran ekstra terutama menjalin hubungan kekeluargaan,
teruntuk orang tua maupun guru dalam jalinlah dengan Sang Sadhu. Walaupun
memberikan wejangan kepada sang anak berdebat, apalagi kalau bersahabat,
mengenai perlunya berhati-hati dalam hendaklah diusahakan dengan orang
berteman atau berkawan, mengarahkan anak Sadhu, karena akibatnya tidak mungkin
agar berkawan dengan orang-orang yang akan timbul kerendahan budi.”
mengajarkan hal-hal yang baik dan positif, (Sudharta, 2019: 129).
serta senantiasa mengawasi dan memberikan
perhatian kepada sang anak dan Dalam hal ini, sloka tersebut bukan
lingkungannya. Hal ini sesuai pesan dalam bermaksud menghalangi atau membatasi
generasi Milenial untuk bergaul dengan siapa

56
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

saja. Namun dalam hal ini, sloka tersebut masyarakat sehingga menyebabkan
mengarahkan agar setiap orang tak terkecuali kurangnya sifat simpati, toleransi, dan empati
generasi Milenial untuk berupaya bergaul karena terlalu asik dengan gawai, maraknya
dengan orang yang memiliki budi tinggi. kasus kejahatan lewat sarana teknologi seperti
Sehingga budi tinggi tersebut dapat mengalir hacker dan penipuan, munculnya penyakit,
pada diri generasi Milenial, dan diharapkan bencana akibat ulah manusia itu sendiri, dan
dari budi itulah generasi Milenial dapat lebih dampak buruk lainnya (Faiza dan Firda, 2018:
mempelajari luhur akan Susila, sehingga 7-10).
ajaran etika dan moral bisa lebih dipahami dan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari- 2.4 Menghadapi Degradasi Etika dan
hari serta degradasi etika dan moralitas Moral pada Diri Generasi Milenial
sebagai suatu problematika bisa diatasi. dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
3. Faktor Teknologi Menghadapi degradasi etika dan moral
Kemudian, faktor yang juga pada diri generasi Milenial di zaman sekarang
berpengaruh terhadap problematika degradasi karena masih berada dalam ranah afektif atau
etika dan moral pada diri generasi Milenial karakter yang berada diantara batas perbuatan
adalah faktor teknologi. Tidak bisa baik maupun perbuatan buruk memang
dipungkiri, bahwa perkembangan teknologi membutuhkan bantuan dari perspektif ajaran
sekarang semakin pesat dari waktu ke waktu. agama tak terkecuali ajaran agama Hindu.
Teknologi yang berkembang pesat inilah yang Terlebih lagi tujuan dari ajaran Agama Hindu
diharapkan dapat menjadi alat pendorong sendiri Dharma (kebenaran), Artha (harta
utama suatu bangsa, yang nantinya akan atau benda material), Kama (keinginan nafsu)
digunakan oleh tangan generasi Millenial agar dan Moksa (pembebasan) yang dalam ajaran
mewujudkan suatu bangsa yang makmur dan agama Hindu disebut dengan Catur Purusa
sejahtera. Apalagi perkembangan pesat akan Artha yaitu empat tujuan hidup umat Hindu.
teknologi, memang menjadi ciri khas dari Untuk mencapai Artha dan Kama maka
generasi Milenial itu sendiri. hendaknya Dharma yang dicari terlebih
Namun belakangan ini, sikap negatif dahulu sebagai landasan untuk meraih
dari generasi Milenial ternyata berimplikasi Artha dan Kama. Dharma sendiri ialah
juga pada penggunaan atau pemanfaatan kebenaran yang sering identik melalui
teknologi tersebut. Sikap negatif ini mengarah perbuatan-perbuatan baik dan benar yang
pada penyalahgunaan teknologi yang berlandaskan kitab suci Veda. Setelah semua
berlebihan dan terkesan tidak bijak dari itu tercapai barulah bisa melepaskan diri
generasi Milenial di zaman sekarang. dari ikatan duniawi dan akhirnya
Bukannya menguntungkan dan bermanfaat, mencapai tujuan akhir umat Hindu yang
justru penggunaan teknologi tersebut dirangkai dalam kalimat yaitu Moksartham
berdampak buruk bagi kehidupan, yang salah Jagadhita ya ca iti Dharma yang memiliki
satunya mengakibatkan lunturnya nilai etika arti kebahagiaan jasmani dan rohani yang
dan moral generasi Milenial di zaman kekal dan abadi (Darta, 2020: 101).
sekarang, hal ini dapat ditunjukkan lewat Untuk mencapai tujuan inilah ajaran
lunturnya kepercayaan akan Tuhan dan agama Hindu mulai diajarkan dan disebarkan
Agama, terhambatnya sosialisasi di kepada generasi ke generasi melalui suatu

57
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

proses yang disebut sebagai Pendidikan mengabaikan satu bagian saja, ajaran yang
Agama Hindu. Pendidikan Agama Hindu diajarkan dalam Pendidikan Agama Hindu
(dalam Darta, 2020: 100) merupakan suatu tidak akan diperoleh dengan benar dan
proses seseorang yang dalam hal ini disebut maksimal sebagai pedoman hidup.
sisya atau peserta didik untuk mendapatkan Namun dalam hal ini, seperti
pengetahuan akan kecerdasan, pemahaman penjelasan pada sub bagian sebelumnya,
akan sikap atau karakter, dan keterampilan problematika degradasi etika dan moral pada
serta mengembangkan yang berpedoman diri generasi Milenial disebabkan oleh
pada ajaran agama Hindu yaitu kitab suci beberapa faktor. Untuk itulah, menghadapi
Weda dan bimbingan seorang guru. Melalui permasalahan ini tidak hanya perlu dibahas
pelaksanaan Pendidikan Agama Hindu dari perspektif Pendidikan Agama Hindu saja,
diharapkan para sisya tak terkecuali dalam hal melainkan perlu usaha dan bantuan semua
ini mengacu pada generasi Milenial mampu pihak secara riil agar bersedia saling bahu-
mengetahui dan memahami esensi dari membahu dan saling berperan dalam
ajaran Agama Hindu itu sendiri serta mampu menghadapi problematika degradasi etika dan
mengimplementasikan ajaran agama tersebut moral pada diri generasi Milenial. Terutama
ke dalam sebuah kepribadian yang bersifat dalam hal ini, dari pihak yang memiliki
mulia dan positif sehingga menghindari pengaruh langsung atau sebagai faktor-faktor
segala bentuk penyimpangan perilaku yang yang dapat memicu problematika degradasi
bertentangan dengan ajaran etika dan moral. etika dan moral pada generasi Milenial ini,
Ajaran agama Hindu yang diajarkan diantaranya keluarga, pendidikan formal,
dalam Pendidikan Agama Hindu juga pergaulan dan juga teknologi.
berdasar pada Tri Kerangka Dasar Agama Upaya pertama untuk menghadapi dan
Hindu yang terdiri atas Tattwa yang bersifat preventif terkait problematika
membahas mengenai filsafat ketuhanan, degradasi etika dan moral pada generasi
kedua ada Susila yang menyangkut mengenai Milenial tentu sebaiknya diawali oleh pihak-
segala ajaran tentang perbuatan yang mulia pihak seperti orang tua/Wali, sekolah, dan
dan berbudi pekerti luhur, dan ketiga ada masyarakat. Hal tersebut dikarenakan mereka
Upacara yang identik dengan pelaksanaan bertiga berperan sebagai 3 unsur pendidikan
ritual keagamaan. Dari ketiga hal tersebut, yang utama yang menjadi pengawas langsung
tidak hanya Susila yang dalam hal ini dapat dari lingkungan pergaulan sang anak atau
dimanfaatkan untuk menghadapi degradasi generasi Milenial. Dalam hal ini ketiga unsur
etika dan moral pada generasi Milenial, tersebut berperan penting dalam memberikan
namun ketiganya dalam Pendidikan Agama bimbingan dan pendidikan etika dan juga
Hindu dapat dimanfaatkan guna menghadapi moral (susila) kepada generasi Milenial
bahkan mencegah problematika tersebut terutama yang bersumber dari ajaran agama
terjadi lagi karena sesungguhnya ketiga Hindu.
bagian tersebut adalah satu kesatuan yang tak Pertama dari sisi keluarga sendiri
terpisahkan bagaikan sebutir telur yang terdiri sebagai lembaga pendidikan pertama atau
atas kulit telur, putih telur, dan kuning telur. non-formal yang diperoleh seorang anak sejak
Jika salah satu bagian diabaikan atau lahir kedunia harus bisa memberikan
dibiarkan rusak, telur akan menjadi busuk, lingkungan yang nyaman, aman, dan
begitu juga ajaran agama Hindu yang jika harmonis bagi sang anak. Selain memberikan

58
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

lingkungan yang harmonis, orang tua dalam bahkan sampai anaknya menginjak remaja,
hal ini sebagai nahkoda si anak dalam bisa dipastikan karakter yang berdasar pada
menjalani kehidupan, sejak usia dini juga nilai etika dan moral luhur serta bersumber
harus bisa memberikan pendidikan Agama dari ajaran agama Hindu kemungkinan besar
dan Budi Pekerti kepada anak walau yang akan dibawa dan diterapkan oleh si anak
masih bersifat sederhana. Kemudian terutama generasi Milenial, sehingga hal ini
perhatian, pendampingan, dan kasih sayang dapat menjadi langkah preventif terkait
dalam memberikan pengajaran tersebut juga problematika degradasi etika dan moral pada
mesti dilakukan secara intensif agar sikap diri generasi Milenial saat ini. Kemudian
karakter yang patuh pada nilai etika dan moral ketika anak sudah tumbuh remaja atau
dapat dipahami dan diterapkan secara menyandang gelar generasi muda orang tua
berkelanjutan oleh si anak. juga wajib mengetahui pergaulan dan teman-
Lebih lanjut, orang tua juga wajib teman di lingkungan anaknya agar tidak
memberikan pendidikan disiplin kepada anak terjerumus ke pergaulan yang menyesatkan.
sejak usia dini, jika anak melakukan Bahkan pengarahan orang tua masih
kesalahan atau kekeliruan, orang tua harus diperlukan agar wawasan anak terbuka dan
bisa memberikan penjelasan terlebih dahulu bergaul dengan orang-orang yang dapat
dengan lembut bahwa perbuatan si anak salah, membuka potensinya secara positif.
jika dilakukan secara berulang-ulang barulah Kedua dari segi guru di sekolah
hukuman yang bersifat mendidik si anak tanpa sebagai pendidik di lembaga pendidikan
melakukan kekerasan perlu dilakukan secara formal, juga hampir sama dengan orang tua
bertahap menyesuaikan umur si anak, mesti bisa memberikan bimbingan dan
mungkin dengan membantu ibu pengawasan terhadap perilaku si anak sehari-
membersihkan halaman, atau hukuman hari serta memberikan nasihat, teguran, dan
menghafal bagian-bagian Tri Kaya hukuman yang sewajarnya. Semua guru di
Parisudha, dan hukuman lain yang sekolah juga wajib memberikan pendidikan
bermanfaat untuk perkembangan budi pekerti karakter dan menghubungkan ajaran mata
anak. Semua hal tersebut akan sangat bagus pelajaran yang diajarkannya dengan
sebagai bekal awal si anak untuk menuju taraf pendidikan etika dan moral. Semisal guru
pendidikan karakter yang lebih kompleks matematika ketika mengajarkan sifat bilangan
kedepannya. Bahkan, agar tertanam dalam bulat yang terdiri dari bilangan positif (+) dan
alam bawah sadar si anak dan bisa dibawa bilangan negatif (-) dapat menghubungkannya
nanti ketika sudah menjadi orang dewasa, dengan perbuatan baik (+) dan tidak baik (-).
orang tua terutama ibu dapat memberikan Dari hal tersebut guru dapat memberikan
dongeng yang kaya akan pesan moral pengetahuan bahwa, jika anak lebih banyak
kehidupan dan pendidikan karakter etika dan berperilaku positif tentu akan dapat
moral sebelum anak tidur secara intensif. mengurangi sifat negatif sama seperti
Dongeng tersebut juga bisa menyangkut dan penjumlahan bilangan bulat positif (+) dan
diambil dari ajaran agama Hindu, baik terkait negatif (-). Kemudian teruntuk guru Agama
kisah wiracarita Itihasa atau kepahlawanan Hindu dan Budi Pekerti yang lebih leluasa
para Awatara. Jika semua hal tersebut dapat membidangi hal tersebut tentu dapat
dilakukan oleh keluarga terutama orang tua memberikan materi Tattwa, Susila, dan
kepada anak dari sejak dini secara intensif Upacara yang didalamnya berisi nilai etika

59
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

dan moral agama Hindu dengan meminta atau dari segi Upacara banyak kegiatan yang
menugaskan siswa secara langsung membimbing karakter generasi Milenial
mempraktekannya di dalam kelas maupun di untuk saling bekerjasama dalam
lingkungan sekitar sebagai sarana penilaian. mempersiapkan sebuah ritual keagamaan dan
Pendidikan Agama Hindu sendiri yang memahami pelaksanaannya secara filosofis,
diajarkan di sekolah sangat besar seperti bersama-sama dalam membuat penjor
pengaruhnya terhadap pembentuk karakter sebagai perlengkapan upacara, memasang
anak yang berdasar pada nilai etika dan moral. pengangge untuk menghias pelinggih Ida
Dari pendidikan akan Tattwa yang tentunya Bhatara. dan bergotong royong
berisi ajaran terkait Ketuhanan dan Atman membersihkan padmasana atau tempat suci
sebagai percikan-Nya, peserta didik dapat sebelum melaksanakan persembahyangan
mempercayai adanya Tuhan dan didalam baik di rumah, di sekolah, maupun di desa.
dirinya dan seluruh makhluk hidup beserta Semua kegiatan yang berlandaskan Upacara
alam semesta ada Tuhan, sehingga jika tersebut tentu sangat baik sekali dalam
menyakiti makhluk hidup lain, sama saja memupuk peran dan karakter toleransi dan
menyakiti Tuhan itu sendiri. Jika keyakinan bergotong royong generasi Milenial jika
Tattwa ini benar-benar dipupuk, tentu pikiran, mampu diterapkan secara maksimal.
perkataan, dan perbuatan untuk saling Kemudian ketiga dari unsur lembaga
menyakiti dan merugikan diri sendiri dan pendidikan terakhir yaitu masyarakat terkait
sesama ciptaan Tuhan dapat diminimalisir. menghadapi degradasi etika dan moral pada
Kemudian yang kedua, ajaran Tattwa generasi Milenial lebih condong berperan
diimbangi oleh Susila yang didalamnya sebagai pengawas perilaku generasi Milenial
memuat ajaran-ajaran luhur dan aturan yang di masyarakat, jika ada perilaku yang
terkait perbuatan mulia untuk menyimpang, masyarakat wajib menegur,
mengimplementasikan ajaran Tattwa seperti memberi nasihat, dan jika tindakan sudah
Tri Kaya Parisudha, Catur Paramitha, dan melampaui batas, masyarakat sekitar lebih
ajaran luhur lainnya, serta memberikan ajaran baik langsung melaporkan kepada pihak yang
terkait perbuatan yang patut dihindari seperti lebih berwenang seperti polisi, atau orang tua
Sad Ripu, Sad Atatayi, Dasa Mala. Semua generasi Milenial yang melakukan tindakan
ajaran tersebut jika dimaknai dan dipahami menyimpang tersebut. Pengawasan ini sendiri
secara baik dan benar sangat berguna untuk perlu dilakukan secara intensif terhadap
mengantisipasi degradasi etika dan moral perilaku generasi Milenial, dan mencurigai
pada generasi Milenial, seperti contoh, adanya tempat-tempat yang biasa dijadikan tempat
ajaran Tat Twam Asi dan Ahimsa yang dapat melaksanakan perbuatan menyimpang,
mengajarkan para siswa untuk memiliki sifat sehingga dengan pengawasan ketat, degradasi
welas asih dan tidak menyakiti dan etika dan moral yang menyebabkan
membunuh makhluk lainnya. Diajarkan pula penyimpangan perilaku yang merugikan
dalam agama Hindu agar para siswa berbuat, generasi Milenial itu sendiri dan juga orang
berbicara dan berpikir yang baik yang terdapat lain disekitarnya dapat diminimalisir bahkan
dalam ajaran Tri Kaya Parisudha (Darta, dicegah sebelum terjadi.
2020: 102), menghindari enam perbuatan Dari penjelasan ketiga unsur lembaga
tercela yang terdapat dalam Sad Atatayi dan pendidikan tersebut, tentu dapat diketahui
ajaran luhur lainnya. Kemudian yang ketiga bahwa degradasi etika dan moral pada

60
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

generasi Milenial dapat dihadapi dan dicegah Kemudian lebih lanjut, dari faktor
jika ketiga unsur ini dapat menjalankan pengaruh yang berasal oleh teknologi,
perannya yang telah dijelaskan sedemikian teknologi di masa produktif generasi Milenial
rupa secara maksimal. Akan tetapi yang perlu saat ini, memang tidak bisa begitu dihilangkan
menjadi catatan disini ialah, orang tua, guru, begitu saja. Memang benar penyalahgunaan
dan masyarakat yang berperan sebagai teknologi yang tidak bijak mengakibatkan
pendidik, mesti mencontohkan terlebih berbagai permasalahan, salah satunya
dahulu perilaku atau tindakan yang degradasi etika dan moral yang menimpa
mencerminkan nilai etika dan moral dalam generasi Milenial saat ini. Namun tidak bisa
kehidupan sehari-hari. Jangan sampai orang dikesampingkan juga, teknologi memiliki
tua, guru, atau masyarakat melakukan peran dan manfaat besar dalam membantu
perbuatan yang tidak bermoral sebagai setiap aktivitas dan pekerjaan manusia.
cerminan langsung dari degradasi etika dan Apalagi jika dilihat, dari pelanggaran-
moral itu sendiri, kepada generasi Milenial. pelanggaran yang timbul akibat dari degradasi
Kalau sudah seperti itu, jangan salahkan etika dan moral tersebut, hal itu bukanlah
generasi Milenial jika berbuat menyimpang murni salah teknologi semata, melainkan jika
dari nilai etika dan moral, karena orang tuanya dicari secara lebih dalam, pelanggaran
lah yang mencontohkannya terlebih dahulu tersebut, justru berasal dari kebiasaan para
untuk berbuat seperti itu. Jadi dalam hal ini, generasi Milenial itu sendiri, yang hanya
untuk dapat mendidik anak agar menjadi memanfaatkan dan menggunakan teknologi
seorang yang suputra (anak yang berbudi untuk kesenangan pribadi saja tanpa
pekerti luhur), maka terlebih dahulu orang memperdulikan orang lain, bahkan orang tua
tualah yang harus merubah dirinya menjadi sendiri. Dari sana dapat diketahui bahwa,
orangtua yang baik. pengawasan dan pengarahan penggunaan
Lebih lanjut James Baldwin (dalam teknologi yang positif untuk generasi Milenial
Wijaya, 2010: 119), pernah mengatakan mesti dilakukan, disinilah peran orang tua dan
“Anak-anak tidak pernah mendengarkan guru kembali terlibat.
orang-orang yang lebih tua dari mereka Tidak bisa dipungkiri juga, jika
dengan baik, tetapi anak-anak tidak pernah membahas berbagai perkembangan teknologi
gagal untuk meniru mereka” adalah sesuatu pada zaman sekarang, hal tersebut
yang benar dan juga tepat. Sehingga menjadi berpengaruh juga terhadap perubahan cita-cita
pekerjaan rumah bagi para pendidik, baik dari masa depan generasi Milenial sekarang.
pendidikan formal, informal, maupun non- Banyak pekerjaan dengan memanfaatkan
formal dalam menjaga pribadi yang baik, sarana teknologi yang terkesan membuat para
ditiru dan digugu, memberikan pendidikan generasi Milenial cenderung memiliki sifat
karakter, moral, dan etika, serta memberikan individualis menjadi seorang youtuber dan
perhatian dan rasa kasih sayang layaknya selebgram contohnya. Akan tetapi
seorang teman atau sahabat agar generasi sebenarnya, teknologi tersebut bisa menjadi
muda di zaman sekarang memiliki karakter sahabat, jika digunakan secara bijaksana.
yang baik dan mulia, sesuai dengan etika dan Seperti contoh, dari youtube atau instagram,
moral dalam masyarakat, sehingga generasi Milenial bisa membuat konten-
problematika generasi Milenial akan konten yang bermanfaat bagi kehidupan,
degradasi etika dan moral dapat diminimalisir. terutama konten-konten yang didalamnya

61
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

memuat pembentukan etika dan moral bangsa, menghilangkan sikap Apatis yang
atau konten-konten yang memuat cara-cara mementingkan diri sendiri.
menghadapi problematika-problematika Teruntuk peran generasi Milenial
generasi Milenial itu sendiri. Bahkan di media dalam menghadapi problematika ini,
sosial sekarang, aplikasi seperti TikTok bisa peranannya sekarang sebenarnya hanya cukup
dimanfaatkan untuk membuat video singkat mengetahui semua hal tersebut, sadari,
yang didalamnya berisi konten positif baik kemudian mulailah mengintropeksi diri
terkait promosi dagang, membuat makanan, sendiri. Akui dan maafkanlah diri sendiri
bahkan bisa langsung menuju video edukasi terlebih dahulu jika memang pernah
yang didalamnya memuat ajaran agama melakukan kegiatan yang salah atau kurang
Hindu terkait pembentukan karakter. Jadi cara bermoral. Dari sana kemudian barulah tebus
ini tentu jika ada niat dari generasi Milenial itu kesalahan itu dengan mulai mengembangkan
sendiri, merupakan langkah riil yang benar- karakter-karakter yang mulia atas dasar etika
benar bisa dilakukan dan dengan penyebaran dan moral dan implementasikan hal tersebut
konten yang cepat di media sosial, pandangan di dalam lingkungan keluarga, sekolah,
negatif yang menyatakan teknologi sebagai maupun masyarakat, sehingga sehingga
biang kerok utama penyebab degradasi etika problematika degradasi etika dan moral bisa
dan moral bisa dihilangkan, dan justru dihadapi sebaik-baiknya.
sebaliknya teknologi tersebut bisa digunakan
sebagai senjata untuk menghadapi III. SIMPULAN
problematika degradasi etika dan moral. Etika dan moral merupakan suatu
Degradasi etika dan moral merupakan ajaran yang mengandung nilai-nilai dalam
problematika generasi Milenial. Sehingga mengajarkan manusia untuk menilai suatu hal
para generasi inilah yang memiliki peran terutama perbuatan, apakah memiliki nilai
besar dalam menghadapi problematika yang baik, atau nilai yang buruk. Semua
tersebut. Etika dan moral yang awalnya buruk manusia di setiap generasi di dunia wajib
pada diri generasi Milenial, sebenarnya bisa memiliki pegangan nilai etika dan moral
dirubah sendiri oleh generasi Milenial itu dalam dirinya termasuk diri generasi Milenial.
sendiri menjadi hal yang baik, dengan cara Generasi Milenial yang jika dilihat dari segi
melakukan suatu hal yang bermanfaat bagi umur saat ini, memiliki usia produktif 20
masyarakat dengan ikhlas tanpa ada perasaan sampai 30-an tahun menjadi generasi muda
pamrih. Hal ini diharapkan menjadi suatu penyokong dan pembawa arah masa depan
cahaya solusi untuk para generasi Milenial suatu bangsa. Sehingga kemampuan awal
dalam menghadapi problematika degradasi berupa karakter yang berdasarkan etika dan
etika dan moral di zaman sekarang. Karena moral dalam kehidupan masyarakat mesti
jika ditelaah lebih dalam, hal ini berfungsi dimiliki dan ditumbuhkan oleh generasi ini.
untuk menarik anak-anak Milenial lainnya, Jangan sampai degradasi etika dan moral yang
agar ikut bersedia melakukan suatu hal yang menjadi permasalahan selama ini masih saja
positif sehingga berdampak positif untuk terjadi. Untuk itu, karena masih dalam taraf
kemajuan bangsa. Disamping para generasi batas perbuatan baik maupun buruk, perlu
Milenial juga bisa menjadi lebih aktif dan peran perspektif Pendidikan Agama Hindu
kreatif dalam menjalani hidup dengan dalam memandang problematika ini. Hal ini
tidak bisa dipungkiri karena lewat ajaran

62
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

agama tak terkecuali agama Hindu yang Darna, I Wayan. 2018. Niti Sastra. Denpasar:
diajarkan lewat Pendidikan Agama Hindu Jayapangus Press.
baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun Darta, I Nyoman. (2020). Pendidikan Agama
masyarakat, setiap orang tak terkecuali Hindu Dalam Pembentukan
generasi Milenial dapat mengetahui hakikat Kepribadian Siswa. Guna Widya:
sesungguhnya dari ajaran etika dan moral Jurnal Pendidikan Hindu, 7(2), 100-
tersebut, mengetahui dan membedakan 102.
perbuatan baik dan perbuatan buruk, serta Dwi, Amurwani dkk. 2014. Sejarah
menyadari tujuan mereka lahir sebagai Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum
manusia yang semata-mata untuk berbuat dan Perbukuan Kementerian
kebenaran dan kebaikan dengan sesama. Pendidikan dan Kebudayaan.
Terlebih agama Hindu memiliki tiga kerangka Faiza, Arum dan Firda, Sabila J. 2018. Arus
dasar yang semuanya berisi pedoman untuk Metamorfosa Milenial. Kendal: Ernest
berbuat mulia. Namun untuk mendukung CV Achmad Jaya Group.
peran ini, diperlukan juga peran berbagai Gunarsa, Singgih D. 2017. Perkembangan
pihak antara lain orang tua atau wali di Psikologi. Jakarta: PT BPK Gunung
keluarga, guru di sekolah, masyarakat sekitar, Mulia.
dan generasi Milenial itu sendiri dalam Haris, Abd. 2010. Etika Hamka. Kontruksi
menghadapi degradasi etika dan moral Etik Berbasis Rasional-Religius.
sebagai problematika generasi Milenial di Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
zaman sekarang. Ditambah lagi, penggunaan Hidayat, Riki Hendri. 2019. Degradasi Moral
teknologi secara bijak, dapat balik digunakan Generasi Muda. Kompasiana.com.
sebagai senjata untuk menghadapi degradasi [Online]. 16 Mei 2019. Available at:
etika dan moral, seperti menyebarkan konten- https://www.kompasiana.com/rikihen
konten kebaikan yang mengajak generasi drihidayat/5cdc4e9e95760e0df52cd3f
Milenial lainnya untuk ikut terlibat dalam 4/degradasi-moral-generasi-muda.
aktivitas yang bermanfaat bagi sesama. [Diakses: 28 Mei 2020].
Himawan, Kontributor Makassar. 2020. 14
DAFTAR PUSTAKA Remaja Digerebek di Kamar Hotel
Adzim, Faudzan. 2012. Beri Aku Sepuluh Saat Akan Gelar Pesta Seks, Sepasang
Pemuda Akan Kuguncang Dunia Mucikari Turut Diamankan.
(Artikel). Kompasiana.com. [Online]. KOMPAS.com. [Online]. Available
12 November 2012. Available at: at:
https://www.kompasiana.com/faudza https://makassar.kompas.com/read/20
npokemon/5518c0aaa33311a910b659 20/04/10/16304451/14-remaja-
bd/beri-aku-sepuluh-pemuda-akan- digerebek di-kamar-hotel-saat-akan-
kuguncang-dunia. [Diakses: 29 Mei gelar-pesta-seks-sepasang. [Diakses:
2020]. 29 Mei 2020].
Afriantoni. 2015. Prinsip-Prinsip Pendidikan Luthfi, Khabib. 2018. Masyarakat Indonesia
Akhlak Generasi Muda: Percikan dan Tanggung Jawab Moralitas
Pemikiran Ulama Sufi Turki (Analisis, Teori, dan Perspektif
Bediuzzaman Said Nursi. Yogyakarta : Perkembangan Moralitas di
DEEPUBLISH. Masyarakat). Bogor: Guepedia.

63
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar
GUNA WIDYA : JURNAL PENDIDIKAN HINDU VOLUME 8 NOMOR 1 MARET 2021
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISSN : 2355-5696 (CETAK)
FAKULTAS DHARMA ACARYA ISSN : 2655-0156 (ONLINE)
UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/GW
SUGRIWA DENPASAR

Maharani, Aprilia. 2019. Pengembangan Suwendra, I Wayan. 2018. Mengintip Sarang


Literasi Di Era Milenial. Klaten: Iblis Moral. Badung: NILACAKRA.
Maharani Mediatama. Wijanarko, Jarot dkk. 2016. Father And Son.
Nisa, Aimma. 2019. Perubahan Sosial di Era Tangerang Selatan: PT Happy Holy
Milenial (Artikel). Kompasiana.com. Kids.
[Online]. 21 Juni 2019. Available at: Wijaya, Johanes Ariffin. 2010. 2012
https://www.kompasiana.com/aimma Motivitamin Hidup Sukses. Jakarta:
nisa4370/5d0bd5cb0d82306a866367d Penebar Plus.
4/perubahan-sosial-di-era-milenial.
[Diakses: 29 Mei 2020].
Okezone.com, 2019. 6 Generasi Manusia,
Anda Masuk Kelompok Mana.
[Online]. Available at:
https://news.okezone.com/read/2019/
02/24/65/2022109/6-generasi-
manusia-anda-masuk-kelompok-
mana. [Diakses: 29 Mei 2020].
Pananrangi, Andi Rasyid, dan Murlinah.
2017. Etika Birokrat. Makassar: CV
SAH MEDIA.
Republika.co.id, 2016. Lima Faktor Penyebab
Degradasi Moral Bangsa. [Online].
22 Juli 2016. Available at:
https://www.republika.co.id/berita/du
nia-islam/islam-
nusantara/16/07/22/oapg0j368-lima-
faktor-penyebab-degradasi-moral-
bangsa. [Diakses: 29 Mei 2020].
Sudarsa, I. K. (2018). Pendidikan Susila
Sebagai Upaya Mencegah Kenakalan
Remaja. Guna Widya: Jurnal
Pendidikan Hindu, 5(1), 93.
Sudharta, Tjok Rai. 2019. Sarasamuccaya:
Sanskerta dan Bahasa Indonesia.
Denpasar: ESBE Buku.
Sumaryono, E. 2012. Etika Profesi Hukum.
Norma-Norma Bagi Penegak Hukum
(Cetakan ke-12). Yogyakarta:
KANISIUS.
Sutriyanti, N. K. (2016). Peningkatan Mutu
Pendidikan Karakter Melalui Peran
Orang Tua dalam Keluarga. Jurnal
Penjamin Mutu, 2(1), 17.

64
Menghadapi Degradasi Etika dan Moral sebagai Problematika Generasi Milenial dengan Perspektif Pendidikan
Agama Hindu
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa I Dewa Gede Darma Permana
Denpasar

You might also like