You are on page 1of 7

131

Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Studi Fenomenologi : Peran Perawat Dalam Penetapan Level Triase

Zulmah Astuti1), Misbah Nurjannah2), Dwi Widyastuti3)


1,2,3)
Keperawatan, Akper Yarsi, Samarinda
e-mail: Zulmahastuti@yahoo.com

ABSTRACT

Triage is the process of collecting information from patients, categorizing and prioritizing patient conditions
and is part of patient safety management efforts in hospitals, especially in emergency departments. The triage
model is widely used in the World including Indonesia is a five-level triage that places patients on five
priorities: Resucitation, Emergent, Urgent, Nonurgent, Referred. Triage is autonomously performed by
registered nurses and has attended special triage training. in Indonesia, a five-level triage has been used in
public hospitals, especially the role of nurses in the triage process. The purpose of this research is to know the
nurse's experience in determining the triage decision. Qualitative research of descriptive phenomenology with
in-depth interview technique on six emergency department nurses working in Triage room. The results were
analyzed using Miles and Huberman method, obtaining three major themes, the level of triage based on the
primary assessment, the nurse has not been independent, the collaboration of doctors and nurses. Trial
implementation has not been a self-sustaining act of nurses and is part of a triage team where triage
decisions are still dependent on physicians. Further research is needed regarding the efficiency and
effectiveness of triage implementation by nurses in emergency department.

Keywords: Emergency Departement ; Triage; Triage nurse

ABSTRAK

Triase adalah proses pengumpulan informasi dari pasien, mengkategorikan dan


memprioritaskan kondisi pasien dan merupakan bagian dari upaya manajemen keselamatan
pasien di rumah sakit khususnya di Instalasi gawat darurat. Model triase yang banyak di
gunakan di Dunia termasuk di Indonesia adalah triase lima level yang menempatkan pasien
pada lima prioritas yaitu Resucitation, Emergent, Urgent, Nonurgent, Referred. Triase secara
otonomi dilakukan oleh perawat yang teregistrasi dan telah mengikuti pelatihan khusus
triase. di Indonesia, triase lima level telah digunakan di Rumah sakit umum dan evaluasi
terkait pelaksanaannya masih belum banyak terpublikasi, terutama peran perawat dalam
proses triase. Tujuan dari penlitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman perawat dalam
penetapan keputusan triase. Penelitian kualitatif fenomenologi deskriptif dengan tehnik
wawancara mendalam pada enam perawat instalasi gawat darurat yang bekerja di ruang
Triase. Hasil penelitian dianalisis menggunakan metode Miles and Huberman, didapatkan tiga
tema besar yaitu level triase berdasarkan pengkajian primer, perawat belum mandiri,
kolaborasi dokter dan perawat. Pelaksanaan triase belum menjadi tindakan mandiri perawat
dan bagian dari tim triase dimana keputusan triase masih bergantung pada dokter.
132
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Diperlukan penelitian lebih lanjut terkait efisiensi dan efektifitas pelaksanaan triase oleh
perawat di intalasi gawat darurat.

Kata Kunci : Instalasi gawat darurat; Perawat triase; Triase

PENDAHULUAN tentang peran perawat triage. Pelaksanaan


Triase dalam pelayanan gawat darurat triase di rumah sakit di Indonesia seperti
merupakan proses pengumpulan setiap RSUP Sanglah dilakukan oleh tim triase
informasi dari pasien, mengkategorikan yang terdiri dari dokter dan perawat
dan memprioritaskan kebutuhan pasien triase. Beberapa studi mencoba untuk
dan merupakan bagian dari upaya menjelaskan tentang efisiensi proses
manajemen patient safety (Schellein, et al. triase yang dilakukan oleh perawat dan
2008; Emergency Nurses Association dokter di ruang kegawatdaruratan dan
(ENA), 2011). Triase yang banyak di didapatkan hasil bahwa dengan
terapkan dan diadaptasi oleh rumah sakit menempatkan dokter senior bersama
di dunia termasuk di Indonesia adalah dengan perawat triase akan mengurangi
triase lima level yang membagi pasien waktu tunggu untuk kasus kasus yang
dalam lima level yaitu Resucitation, non kegawatdaruratan (Travers and Lee,
Emergent, Urgent, Nonurgent, Referred 2006) . Oleh karena itu, muncul tim triase
(Gilboy, et al.. 2005). Triage merupakan yang terdiri dari dokter dan perawat triase
tugas keperawatan yang mandiri dan untuk efektifitas dan efisiensi triase di
penting untuk keamanan pasien, dimana ruang kegawatdaruratan. Interaksi dalam
keputusan klinik yang dibuat oleh tim triase antara dokter dan perawat
perawat triage memerlukan proses dalam penetapan level triase bagi pasien
kognitif yang kompleks (College of menjadi pengalaman tersendiri bagi
Emergency Nursing Australia (CENA), seorang perawat yang mungkin
2009). Namun dibeberapa model triage berdampak bagi pelayanan kegawatan
yang diterapkan juga melibatkan tim bagi pasien. Diperlukan studi mendalam
medis di dalam tim triage. Penerapan terkait dengan pengalaman perawat dalam
triage lima level di Indonesia sudah penetapan level triase di Instalasi gawat
dilakukan di beberapa rumah sakit besar darurat. Tujuan dari penelitian ini adalah
dan publikasi terkait implementasinya untuk mengetahui pengalaman perawat
masih belum banyak dilakukan terutama dalam penetapan keputusan triase.
133
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

METODE PENELITIAN (sirkulasi). Seperti yang dinyatakan oleh


Penelitian ini merupakan penelitian partisipan berikut ini :
kualitatif menggunakan pendekatan "...pertama kita liat adalah tentunya
deskriptif fenomenologi. Partisipan yang kondisi umum pasien kalo pasiennya
terlibat dalam penelitian ini adalah masih bisa jalan…" (p6)
perawat IGD RSUP sanglah Yang
"….nah itu dah airwaynya itukan ya
bertugas di ruang triase berjumlah
sambil lah liat kalo misalkan udah
6 Orang yang telah memiliki sertifikat
bebas jalan nafasnya maksudnya
triase officer dan bekerja di IGD lebih
langsung ke breathing…" (p2:.)
dari satu tahun. Pengambilan data
dilakukan melalui wawancara mendalam "..Kita make nya airway breathing dan
menggunakan alat perekam selama sirkulasi kalo dia berat kita naikan
kurang lebih 60 menit. Data dibuat dalam levelnya.."(p3)
bentuk transkrip dan dianalisis “….gangguan di ABC nya umpama ada
menggunakan 3 tahap dalam metode gangguan di breathingnya itu langsung kita
Miles dan Huberman (1994). naikan levelnya jadi level dua…."(p5)

"….…lewat ABC (Airway Breathing


HASIL
Circulation) dulu…" (p4:…)
Hasil penelitian ini memunculkan 3 tema
penting tentang peran perawat dalam "….kalo airway terganggu misalnya
penetapan level triase pada pasien yaitu parsial gurgling…." (p5:…)
level triase berdasarkan pengkajian
Perawat belum mandiri
primer, perawat belum mandiri,
kolaborasi dokter dan perawat. Level triase yang ditetapkan oleh perawat
level triase berdasarkan pengkajian memerlukan persetujuan dari dokter yang
primer secara wewenang menetapkan level triase
Peran perawat di triase pada awal saat pada pasien. berikut pernyataan
bertemu dengan pasien yang datang ke partisipan :
IGD adalah melakukan pengkajian
"...dokter juga perawat juga yang
berupa pengkajian primer yaitu penilain
datangkan (pasien) langsung di triase
terhadap kondisi umum, airway (jalan
sama dokternya perawatnya sih
nafas), breathing (pernafasan) dan circulation
ikut…."(p1)
134
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

"...GP, hitam di atas putih, tapi "...yang bertanggung jawab GP tapi kita
dilapangan tidak selalu seperti itu, kita tetap konfirmasi "dok aku yang tadi
berdua atau siapa yang menemukan triase itu kategori satu soalnya nda
pertama antara GP dan perawat"(p4) sadar" misalnya kayak gitu…"(p4)

"untuk di RSUP sanglah untuk saat ini


PEMBAHASAN
sih yang mentriase adalah dokter, tapi
Prosedur pengkajian primer merupakan
tidak menutup kemungkinan kita juga
prosedur yang ada dalam proses triase
bisa mentriase…"(p5)
yang terdiri dari pengkajian terhadap
“…Sebenarnya triage course ini perawat kondisi umum dan ABC. College of
bisa tapi tetap kita kan di dampingi Emergency Nursing Australia (2009)
sama dokternya emang bisa tapi kan Menjabarkan bahwa salah satu tugas
kadang-kadang dokter itu kalo disini perawat triase adalah melakukan
tetep beliau yang berwenang dia mau pengkajian dan mengkategorikan pasien
dimasukin ke level berapa…”(p3) berdasarkan temuan dari survey primer
dan pengkajian resiko dan memulai
intervensi keperawatan yang sesuai dan
Peran kolaborasi dokter dan perawat mengorganisasikan panduan untuk
intervensi emergency agar dapat
Perawat memiliki peran kolaborasi untuk
memperbaiki outcome pasien dan
memberikan saran bagi dokter tentang
memastikan keamanan bagi pasien,
penetapan level triase pada pasien
memastikan pengkajian lanjutan,
berdasarkan pengkajian yang telah
mengelola pasien yang masih di ruang
perawat lakukan. Berikut pernyataan
tunggu sesuai dengan kondisi dan waktu
partisipan
yang ditentukan berdasarkan kategori,
"…menurut perawatnya dokternya salah serta menyediakan layanan edukasi bagi
gitu kurang tepat sih boleh sih ngasih pasien dan keluarga.
solusi bukannya ini bukannya ini ATS
Triase yang dilaksanakan di Indonesia
segini ya"(p1)
menggunakan tim triase yang terdiri dari
"..kita diskusi juga sama dia (dokter), perawat dan dokter. Berdasarkan
kita masih memberikan saran…."(p5) penelitian Subash (2004), dengan adanya
135
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

kombinasi perawat dan dokter triase pelaksanaannya tetap melibatkan dokter


mengurangi lama waktu pengkajian sebagai penentu level triase. beberapa
medik pada pasien khususnya pada pasien penelitian menyatakan bahwa triase yang
dengan kondisi yang memerlukan dilakukan oleh perawat memiliki
tindakan segera. Pelaksanaan triase antara kredibilitas yang tinggi sama dengan triase
dokter dan perawat berdasarkan yang dokter lakukan, namun hal ini bisa
penelitian Esmailian et al (2014) terjadi apabila pengetahuan dan
didapatkan tidak ada perbedaan yang keterampilan yang dimiliki perawat
signifikan. Studi yang dilakukan adekuat (Gilboy, 2012; Kalantarimeibidi,
Burnstrom et al (2012) mengenai dokter 2014).
yang melakukan triase terbukti
meningkatkan efisiensi dan kualitas Beberapa penelitian menjelaskan bahwa
pelayanan. Molyneux (2006) dengan adanya dokter di area triase dan
menerangkan bahwa dengan adanya melakukan triase memperbaiki pelayanan
perawat terlatih yang mampu bagi pasien karena mengurangi waktu
melaksanakan triase dan membantu tunggu pasien untuk mendapatkan
dalam resusitasi dapat meningkatkan intervensi (Travers and Lee, 2006).
efikasi tindakan yang dilakukan, Persatuan perawat kegawatdaruratan
dunia menyatakan bahwa perawat triase
harus memiliki pengalaman bekerja di
Dokter dan perawat dapat memulai
IGD minimal 6 bulan dan telah
hubungan professional dengan
mengikuti pelatihan triase yang
meningkatkan frekuensi komunikasi
disarankan (Mirhagi, 2011; Hedayati,
antara keduanya terkait dengan informasi
2011). Triase berdasarkan beberapa studi
pasien yang sedang ditangani dan saling
adalah merupakan bagian dari praktik
memberikan masukan berdasarkan sudut
lanjutan dari tugas keperawatan yang
pandang keilmuan masing-masing yang
memerlukan pelatihan dan kerjasama tim
bersifat saling mendukung pelayanan
yang terstandar agar implementasinya
pasien. Jika hal ini terjadi terus menerus
dapat dilaksanakan dengan baik
akan berdampak pada peningkatan
(Considine et al, 2012)
keamanan bagi pasien yang dirawat (Nair,
et al, 2011). Meskipun triase adalah
tindakan keperawatan namun
136
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

KESIMPULAN Considine, Lucas, Payne, Kropman, H.


E. Stergiou, and H. Chiu, (2012)
Pelaksanaan triase sampai saat ini “Analysis of three advanced
practice roles inemergency
memang belum dilaksanakan sepenuhnya nursing,” Australasian Emergency
oleh perawat karena berdasarkan Nursing Journal, vol. 15, no. 4, pp.
219–228,
keterangan dari partisipan menyatakan
bahwa dokter lebih berwenang College of Emergency Nursing Australasi
(CENA) (2009). Position Statement,
melakukan triase dan menetapkan level. Triage Nurse. Retrieved from
Petugas yang melakukan triase di awal http://www.cena.org.au/document
s/CENATriageNursePSJuly2009.p
adalah tim triase yang terdiri dari dokter df.
dan perawat. Partisipan menjelaskan
Emergency Nurses Associaton (2011)
bahwa tugas perawat pada tahap ini Triage Qualifications; Emergency
adalah membantu dalam pengkajian dan Nurses Association.
pemeriksaan pasien. diperlukan penelitian Esmailian M, Zamani M, Azadi F,
lebih lanjut untuk mengetahui efisiensi Ghasemi F.(2014).Interrater
agreement of emergency nurses and
dan efektifitas pelaksanaan triase oleh physicians in Emergency Severity Index
perawat di IGD (ESI) Triage. Emerg (Tehran) ;
2(4): 158-61

F Subash, F Dunn, B McNicholl, J


UCAPAN TERIMA KASIH Marlow , (2004), Team triage
improves emergency department
Terima kasih kepada pihak yang telah
efficiency . Emerg Med J
memberikan masukan terhadap jurnal 2004;21:542–544. doi:
10.1136/emj.2002.003665
penelitian ini dan seluruh responden yang
telah berpartisipasi dalam peneltian ini. Gilboy N, Tanabe P, Travers D, Rosenau
AM. (2012). Emergency Severity
Index (ESI): A Triage Tool for
REFERENSI Emergency Department Care. 4th ed.
Rockville, MD: AHRQ
Burnstrom L, Nordberg M, Ornung G, et Publication;
al. (2012) Physician-led team
triage based on lean principles Gilboy, N. Tanabe, P. Travers, D.A.
may be superior for efficiency and Rosenau, A.M. Eitel, D.R. (2005).
quality? A comparison of three Emergency Severity Index, Version 4:
emergency departments with Implementation Handbook. AHRQ
different triage models. Scand J Publication No. 05-046-2.
Trauma Resusc Emerg Med;20:57. Rockville, MD: Agency for
http://dx.doi.org/10.1186/1757- Healthcare Research and Quality
7241-20-57 8.
137
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Hedayati H, Mogharrab M, Moasheri N, Molyneux E, Ahmad S, Robertson A.


Sharifzadeh G.(2013) Studying of (2006). Improved triage and emergency
BUMS’ students’ knowledge care for children reduces inpatient
about hospital triage in 2011. mortality in a resource-constrained
Modern Care Journal; 9(3): 237- 44. setting. Bull World Health Organ
27. 2006;84(4):314-319

Kalantarimeibidi M, Yadollahi A, Schellein, O. Ludwig-Pistor, F.


Esfandiari S. (2014) The effect of Bremerich, D.H. (2008).
education on the knowledge and Manchester Triage System: Process
practice of emergency Optimization In The
department’s nurses regarding the Interdisciplinary Emergency
patients’ triage. Iran J Emerg Med ; Department. Anaesthesist
1(1):40-44.
Travers and Lee, (2006) “Avoiding
Mirhaghi AH, Roudbari M. (2011) prolonged waiting time during
Survey on knowledge level of the busy periods in the emergency
nurses about hospital triage. department: is there a role for the
Iranian Journal of Critical Care senior emergency physician in
Nursing 3(4): 167-74. triage?” European Journal of
EmergencyMedicine, vol. 13,no. 6,
pp. 342–348

You might also like